jurnal ida unri

42
ANALISIS DAMPAK MOTIVASI DAN PROFESIONALISME TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon) Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin * ABSTRACT This research entitled is "The Impact of Motivation and Professionalism on the Audit quality of Inspectorate officers Financial Supervisory Areas (Empirical Studies in Cirebon regency governments)." The purpose of this study was to examine the impact of motivation and professionalism on audit quality. Common issues in this research is the existence of audit findings that are not detected by the officers of the Inspectorate as an internal auditor, but found by Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) as the external auditor. This study has three variables, namely motivation and professionalism as independent variables and audit quality as dependent variables. Motivation variables were measured with four indicators of the level of aspiration, toughness, tenacity, and consistency. Variables measured with five indicators of professionalism that is dedication to the profession, social obligations, independence, confidence in the profession, relations with other professions. While audit quality is measured by three indicators of the process quality, quality results, and quality audit, follow-up audit. Method of this research is explanatory or Confirmation Research. The sampling data of this study using census techniques. The data analysis used is simple regression analysis and multiple regression. The population chosen was the auditor in charge of the Inspectorate of Cirebon. The samples taken were 30 respondents. Based on the research that has been done, it can be seen that the impact of motivation on audit quality is 12.6%, but not significant impact, professionalism impact on audit quality by 41.9% and 1

Upload: indragunawanshkm

Post on 04-Jan-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Ida Unri

ANALISIS DAMPAK MOTIVASI DAN PROFESIONALISME TERHADAP

KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM

PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

(Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon)

Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin *

ABSTRACT

This research entitled is "The Impact of Motivation and Professionalism on the Audit quality of Inspectorate officers Financial Supervisory Areas (Empirical Studies in Cirebon regency governments)." The purpose of this study was to examine the impact of motivation and professionalism on audit quality. Common issues in this research is the existence of audit findings that are not detected by the officers of the Inspectorate as an internal auditor, but found by Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) as the external auditor. This study has three variables, namely motivation and professionalism as independent variables and audit quality as dependent variables. Motivation variables were measured with four indicators of the level of aspiration, toughness, tenacity, and consistency. Variables measured with five indicators of professionalism that is dedication to the profession, social obligations, independence, confidence in the profession, relations with other professions. While audit quality is measured by three indicators of the process quality, quality results, and quality audit, follow-up audit. Method of this research is explanatory or Confirmation Research. The sampling data of this study using census techniques. The data analysis used is simple regression analysis and multiple regression. The population chosen was the auditor in charge of the Inspectorate of Cirebon. The samples taken were 30 respondents. Based on the research that has been done, it can be seen that the impact of motivation on audit quality is 12.6%, but not significant impact, professionalism impact on audit quality by 41.9% and significantly positive. While, motivation and professionalism simultaneously impact on audit quality by 38.3%.

Keywords: Motivation, Professionalism, and Audit Quality.

* Ketiganya : Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Swadaya Gunung Jati,

Cirebon, Jl Pemuda No.32 Cirebon, Telp. 0231 – 236745, Email : Ida Rosnidah

[email protected] .

11

Page 2: Jurnal Ida Unri

PENDAHULUAN

Kinerja pemerintah sedang menjadi perhatian utama dari masyarakat luas. Hal ini

disebabkan akhir – akhir ini marak terjadi tindak korupsi baik dilevel pusat maupun daerah.

Semakin banyak aparat pemerintah pusat maupun aparat pemerintah daerah yang tersangkut

dengan kasus korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus melakukan penangkapan –

penangkapan terhadap pelaku korupsi.

Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) pada Pemerintah Kabupaten atau Kota

di wilayah Jawa Barat pada tahun anggaran 2008 (termasuk salah satunya Kabupaten Cirebon).

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Jabar menemukan 116 temuan pemeriksaan

senilai Rp.2,619 Triliun. Dari 116 temuan tersebut terdiri dari 56 buah temuan pemeriksaan

kerugian daerah sebesar Rp 5,018 milliar, 11 buah temuan pemeriksaan yang berpotensi kerugian

daerah Rp 24,513 milliar, 16 temuan pemeriksaan kekurangan penerimaan sebesar Rp 343,6

milliar, 29 temuan pemeriksaan administrasi sebesar Rp 813,5 milliar, dan tanah yang belum

didukung bukti kepemilikan seluas 9.423.868,9 M2, 48 buah temuan pemeriksaan Sistem

Pemeriksaan Intern (SPI) sebesar Rp.1.382 Triliun dan tanah seluas 272.487 M2 belum tercatat

dalam neraca, serta enam buah temuan kehematan, efisiensi dan efektifitas atau temuan kinerja

sebesar Rp.50.965 milliar.(Publika.com melalui Http://www.publika.com/2009/11/Laporan-

hasil-Pemeriksaan-BPK-RI-TA.Html).

Kualitas audit yang dilakukan oleh auditor aparat Inspektorat masih menjadi perhatian

masyarakat. Hal ini disebabkan dari temuan pemeriksaan audit tersebut, tidak terdeteksi oleh

aparat Inspektorat sebagai auditor internal. Akan tetapi ditemukan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal, ini menunjukkan bahwa kualitas audit aparat

Inspektorat masih relatif kurang baik.

2

Page 3: Jurnal Ida Unri

Menurut Mardiasmo (2005) dalam Muh.Taufiq Efendy (2010), terdapat tiga aspek utama

yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pengawasan,

pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di

luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk

mengawasi pemerintahan. Pengendalian (Control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh

eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan

yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional

untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Peran Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) menurut Indra Bastian (2007 : 34) adalah

untuk memastikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan baik dan

laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar, diluar tugas – tugas awal Badan Pengawas

Daerah (BAWASDA) sebelumnya sebagai aparat pengawas. Selain itu peranan dari Badan

Pengawas Daerah (BAWASDA) adalah untuk membantu Kepala Daerah menyajikan laporan

keuangan yang akuntabel dan dapat diterima secara umum. Badan Pengawas Daerah

(BAWASDA) atau Inspektorat dalam menghasilkan audit yang berkualitas dipengaruhi beberapa

faktor, yaitu antara lain motivasi dan profesionalisme dari auditor aparat Inspektorat. Motivasi

merupakan dorongan auditor untuk melaksanakan audit secara berkualitas. Indikator dari

motivasi antara lain adalah tingkat aspirasi, ketangguhan, keuletan, dan konsistensi (Muh.Taufiq

Efendy, 2010). Sedangkan Profesionalisme adalah tuntutan tanggung jawab dari seorang

profesional yang menentukan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu pekerjaan. Sikap

profesionalisme seseorang dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu : pengabdian pada

3

Page 4: Jurnal Ida Unri

profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan

sesama profesi (Irwansyah, 2010).

Menurut Muh Taufiq Efendy (2010) yang menyatakan kompetensi dan motivasi

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Mark Schelkel (2009) dalam Ida

Rosnidah (2010) menyatakan bahwa kompetensi auditor melalui auditor expertise berpengaruh

terhadap kualitas audit. Sedangkan menurut Irwansyah (2010 : 35) menyatakan bahwa terdapat

pengaruh antara ketaatan regulasi, kompetensi, independensi akuntan publik dan profesionalisme

akuntan publik baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit akuntan publik

yang mengaudit perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dari beberapa fenomena dan hasil penelitian – penelitian terdahulu tentang pengaruh

motivasi dan profesionalisme terhadap kualitas audit tersebut, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Dampak Motivasi dan Profesionalisme terhadap Kualitas

Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada

Pemerintahan Kabupaten Cirebon).”

MOTIVASI

Pengertian motivasi menurut Fred Luthans (2006 : 270) adalah proses yang dimulai

dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang

ditujukan untuk tujuan atau insentif. Perilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh

motivasi atau keinginan. Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk

mencapai tujuan atau hasil yang optimal. David C.Mc Clelland menyatakan bahwa manusia itu

pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain.

Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk

4

Page 5: Jurnal Ida Unri

melaksanakan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga

kebutuhan manusia menurut Mc Clelland, yakni : kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk

berafiliasi, dan kebutuhan untuk kekuasaan.

Motivasi seorang aparat Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya dalam penelitian

Muh.Taufiq Efendy (2010) dicerminkan dalam empat hal, yaitu :

1. Tingkat Aspirasi :Urgensi audit yang berkualitas

Keikutsertaan seorang aparat Inspektorat untuk melakukan audit yang berkualitas dikenal

dengan tingkat aspirasi. Maksud dari tingkat aspirasi ini adalah keterlibatan semua komponen

yang terlibat dalam melakukan pemeriksaan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan

kesempatan kepada mereka mengajukan ide – ide, rekomendasi dalam proses pemeriksaan.

Tingkat aspirasi ini sesuai dengan salah satu asas motivasi, yaitu asas mengikutsertakan.

2. Ketangguhan

Seorang auditor yang tangguh akan melaporkan temuan sekecil apapun dan akan selalu

mempertahankan pendapat yang menurut dia benar.

3. Merupakan sikap dari seseorang yang tabah, tahan, dan tangguh dalam menjalankan

tugasnya. Keuletan adalah kemampuan untuk bertahan, pantang menyerah dan tidak mudah

putus asa.

4. Konsistensi

Merupakan keteguhan sikap seseorang dalam mempertahankan sesuatu. Konsisten dalam

hal audit, yaitu konsisten untuk melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai dengan standar,

kesungguhan dalam melaksanakan tugas, dan mempertahankan hasil audit, meskipun hasil audit

yang dihasilkan berbeda dengan hasil audit yang dihasilkan oleh rekan lain dalam tim.

5

Page 6: Jurnal Ida Unri

PROFESIONALISME

Menurut Arens (2010 :87) profesionalisme adalah suatu tanggung jawab yang

dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi Undang – Undang dan peraturan masyarakat.

Profesionalisme dapat dicerminkan kedalam lima hal, yaitu pengabdian pada profesi,

kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi

( Irwansyah,, 2010 : 33).

1. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi merupakan suatu sikap yang teguh untuk melakukan pekerjaan

dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki walaupun imbalannya

berkurang.

2. Pemenuhan kewajiban sosialnya

Pemenuhan kewajiban sosial merupakan suatu paradigma mengenai pentingnya peranan

sebuah profesi dan manfaat yang didapat baik oleh masyarakat maupun kalangan

profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut.

3. Sikap kemandiriannya

Sikap kemandirian adalah suatu sikap dari seseorang yang profesional yang dapat

membuat sebuah keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.

4. Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap peraturan profesi merupakan suatu kepercayaan bahwa yang paling

berhak menilai pekerjaan dianggap profesional atau tidaknya adalah rekan seprofesi atau

yang mempunyai kompetensi yang sama dalam bidang ilmu atau pekerjaan tersebut.

5. Kualitas hubungannya dengan sesama profesi

6

Page 7: Jurnal Ida Unri

Kualitas hubungan dengan sesama profesi dapat terbentuk baik melalui organisasi formal

maupun dalam kelompok kolega sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.

KUALITAS AUDIT

Kualitas audit menurut De Angelo (1981 : 26) probabilitas dimana seorang auditor

menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Sedangkan, kualitas audit menurut Ida Rosnidah (2010 : 9) adalah pelaksanaan audit yang

dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan

apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien.

Kualitas audit yang dilaksanakan seorang aparat Inspektorat dalam penelitian Muh.Taufiq

Efendy (2010) dicerminkan dalam tiga hal, yaitu Kualitas proses (keakuratan temuan

profesional, sikap skeptisme), Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, dan manfaat

audit), dan tindak lanjut hasil audit.

1. Kualitas Proses

a. Keakuratan temuan profesional

Seorang auditor profesional dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk cermat dan

seksama agar nantinya temuan yang ditemukannya akurat.

b. Sikap skeptisme profesional

Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) lampiran dua, sikap skeptisme

adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi

secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.(Paragraf 30).

2. Kualitas Hasil

a. Nilai Rekomendasi

Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) lampiran empat adalah sebagai

berikut :

7

Page 8: Jurnal Ida Unri

“Rekomendasi yang bersifat membangun dapat mendorong perbaikan dalam pelaksanaan program entitas yang diperiksa. Suatu rekomendasi akan bersifat Konstruktif / membangun apabila, Pertama diarahkan unuk menyelesaikan masalah, kedua berorientasi pada tindakan nyata dan spesifik, ketiga ditujukan kepada pihak yang mempunyai wewenang untuk bertindak, keempat dapat dilaksanakan dan apabila dilaksanakan, biayanya memadai.”

b. Kejelasan Laporan

Laporan yang dibuat oleh pemeriksa haruslah menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh pengguna laporan. Hal ini supaya tidak terjadi salah tafsir dan agar mudah

dipahami oleh pengguna laporan.

c. Manfaat Audit

Besarnya manfaat audit yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada

temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada

efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa.(SPKN lampiran 3 paragraf

17).

3. Kualitas Tindak Lanjut

a. Tindak Lanjut

Manajemen entitas yang diperiksa bertanggungjawab untuk menindaklanjuti rekomendasi

serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status

tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen memantau status tidak

memiliki cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau

status tindak lanjut atas rekomendasi dari pemeriksa. Perhatian secara terus menerus terhadap

temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk

menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.(SPKN lampiran 3 paragraph 17).

KERANGKA PEMIKIRAN

8

Page 9: Jurnal Ida Unri

Tuntutan dari masyarakat untuk menciptakan tata kelola keuangan pemerintahan yang

akuntabel dan menciptakan pemerintahan yang baik (Good Governance) semakin meningkat.

Untuk dapat menciptakan tata kelola keuangan pemerintahan yang akuntabel peran aparat

Inspektorat sangat penting. Hal ini karena aparat Inspektorat atau Badan Pengawasan Daerah

(BAWASDA) memiliki tugas untuk memastikan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

telah berjalan dengan baik dan Laporan Keuangan Daerah disajikan dengan wajar.

Menurut Ida Rosnidah (2010 : 9) Kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang

dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan

apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menunjukkan peluang seorang

auditor untuk menemukan temuan penyimpangan yang dilakukan oleh klien. Kualitas audit

dapat di ukur dengan tiga faktor atau atribut diantara lain yaitu : kualitas proses,(Keakuratan

temuan audit, sikap skeptisme), kualitas hasil (Nilai rekomendasi, Kejelasan laporan, Manfaat

audit), dan kualitas tindak lanjut hasil audit (Muh.Taufiq Efendy, 2010). Motivasi adalah proses

yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau

dorongan yang ditujukkan untuk tujuan atau insentif (Fred Luthans,2006). Motivasi seorang

auditor dapat tercermin dari tingkat aspirasi : urgensi audit yang berkualitas, ketangguhan,

keuletan, dan konsistensi.

Profesionalisme merupakan suatu tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar

memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, dan lebih dari sekedar memenuhi

Undang – Undang dan peraturan masyarakat (Arens, 2010 :87). Sikap profesionalisme seorang

auditor sangat penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Hal ini karena auditor yang

profesional akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu

9

Page 10: Jurnal Ida Unri

berdasarkan pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi

dan hubungan dengan sesama profesi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan model penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Penelitian

H1

H3

H2

HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka penulis mengambil hipotesis sebagai

berikut :

H1 = Motivasi berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat Inspektorat

dalam pengawasan keuangan daerah.

H2 = Profesionalisme berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat

Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

H3 = Motivasi dan Profesionalisme secara simultan berdampak signifikan positif

terhadap kualitas audit aparat Inspektorat pengawasan keuangan daerah.

METODE

Jenis Penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian penjelasan (Explanatory atau

Confirmation Research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal

10

Motivasi

Profesionalisme

Kualitas Audit

Page 11: Jurnal Ida Unri

antara variabel - variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi berganda. Regresi sederhana

(simple regression) untuk menguji pengaruh variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel

terikat (metrik), sedangkan untuk lebih dari satu variabel bebas (metrik) disebut regresi berganda

(Multiple regression).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data

yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti, yaitu diperoleh dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor

aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon sebagai responden dalam penelitian ini.

Adapun teknik pengumpulan data, yang penulis lakukan adalah dengan cara :

a. Penelitian Lapangan (field research)

Metode penelitian lapangan yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan atau

pernyataan yang disebarkan kepada sejumlah responden. Jumlah daftar pertanyaan yang

dibagikan kepada responden berjumlah dua puluh enam pertanyaan, yaitu terdiri dari

pertanyaan tentang motivasi sebanyak delapan pertanyaan, pertanyaan tentang

profesionalisme sebanyak sepuluh pertanyaan, sedangkan pertanyaan mengenai kualitas

audit sebanyak delapan pertanyaan. Pada penelitian ini kuesioner dibagikan kepada

Auditor aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon yang ikut dalam pemeriksaan.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori guna mendukung

data primer yang diperoleh selama penelitian. Data ini didapat dari buku – buku dan

referensinya.

11

Page 12: Jurnal Ida Unri

Populasi yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah seluruh auditor aparat

Inspektorat Kabupaten Cirebon yang ikut dalam tugas pemeriksaan, yaitu sebanyak 30 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus.

penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi, yaitu sebanyak 30 kuesioner.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2006 : 45).

2. Uji Reliabilitas

Realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika

jawaban seseorang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Imam Ghozali, 2006 :41).

3. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi dipahami

dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk

menggambarkan karakteristik populasi yang terjaring.

4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda, terlebih

dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji

heterokedastisitas.

1. Uji Normalitas

12

Page 13: Jurnal Ida Unri

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,  variabel

pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

a. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik

histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati

distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan

khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat

normal probabilty plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal

b. Analisis Statistik

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik

non – parametrik Kolmogorof – Smirnov (K-S). Uji K – S dilakukan dengan membuat hipotesis :

H0 : Data residual berdistribusi normal.

HA : Data residual tidak berdistribusi normal.

2. Uji Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independent (Imam Ghozali, 2006 : 91).

3. Uji Heteroskedastisitas

13

Page 14: Jurnal Ida Unri

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model

regresi yang baik adalah homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas.

a. Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED

dengan melihat residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan

ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.(Imam Ghozali 2006 :105).

b. Uji Glaser

Glaser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen

(Gujarati,2003) dengan persamaan regresi :

|Ut|= α + βXt + vt

Jika variabel independent signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent,

maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006).

5. Uji Regresi

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana

dan regresi berganda, karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan variabel secara parsial

dan juga secara simultan. Adapun rumus regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :

Y= β0 + β1 X

Dimana :

Y = Variabel Dependent

β0 = koefisien Intercept (menyatakan berapa besar rata – rata Y jika X

β=0)

14

Page 15: Jurnal Ida Unri

X = Variabel Independent

β1 = Koefisien Regresi (Bilangan yang memperhatikan hubungan Linear antara

variabel X dan Y, sedemikian rupa sehingga X berubah satu unit, Rata- rata Y

berubah sebesar koefisien regresi).

Sedangkan rumus regresi berganda adalah sebagai berikut :

Y= β0 + β1 X1+β2X2

Dimana :

Y = Kualitas audit

β0 = koefisien Intercept (menyatakan berapa besar rata – rata Y jika X

β=0)

X1 = Motivasi

X2 = Profesionalisme

β1...β2 = Koefisien Regresi (Bilangan yang memperhatikan hubungan Linear antara

variabel X dan Y, sedemikian rupa sehingga X berubah satu unit, Rata- rata Y berubah

sebesar koefisien regresi).

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji signifikan parameter

individual (uji statistik t) dan uji signifikan simultan (uji statistik F).

a) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas

atau independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependent. Hipotesis nol

(H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

H0 : bi = 0

15

Page 16: Jurnal Ida Unri

Artinya, apakah suatu variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependent. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama

dengan nol, atau :

HA : bi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependent.

b) Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent atau bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel

dependent atau terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter

dalam model sama dengan nol, atau :

H0 : b1 = b2 = ... = bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependent. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara

simultan sama dengan nol, atau :

HA : b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bk ≠ 0

Artinya, semua variabel independent secara simultan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependent.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Deskriptif

a) Profil Responden

Profil responden yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1

berikut ini:

16

Page 17: Jurnal Ida Unri

Tabel 1

Tabel Demografi Responden

Keterangan Jumlah (orang) PersentaseJenis kelamin :

1. Laki – laki2. Perempuan

237

23,3 %16,7 %

Usia :1. 30-35 tahun2. 36-40 tahun3. 41-45 tahun4. 46-50 tahun5. 50-55 tahun

271092

6,7 % 23,3 %

33,3 % 30,0 % 6,7 %

Tingkat Pendidikan :1. S22. S13. D34. SMA

12315

3,3 % 76,7 % 3,3 % 16,7 %

Masa Kerja :1. < 10 tahun2. 10-20 tahun3. > 20 tahun

11613

3,3 %53,3 %43,3 %

Golongan :1. 2d2. 3a3. 3b4. 3c5. 3d

121674

3,3 % 6,7 %53,3 %23,3 %13,3 %

Sumber : Data primer diolah, 2011

b) Tanggapan Responden terhadap Variabel Motivasi (X1)

Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat

Kabupaten Cirebon.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi

Pernyataan

Jawaban RespondenTS KS N S SS

Jumlah Rata-rata

Kriteria1 2 3 4 5F X F X F X F X F X F X

17

Page 18: Jurnal Ida Unri

1 9 9 16 32 3 9 0 0 2 10 30 60 2,00 Rendah

3 5 5 21 42 2 6 0 0 2 10 30 63 2,10 Rendah

4 5 5 12 24 7 21 6 24 0 0 30 74 2,47 Rendah

5 9 9 20 40 0 0 0 0 1 5 30 54 1,80Sangat Rendah

812 12 15 30 1 3 1 4 1 5 30 54 1,80

Sangat Rendah

Sumber : Data primer diolah, 2011

Berdasarkan tabel 2 tersebut, dapat dilihat variabel motivasi mempunyai rata – rata skor

rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi pada kantor Inspektorat Kabupaten

Cirebon termasuk kategori rendah.

c) Tanggapan Responden terhadap Variabel Profesionalisme (X2)

Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat

Kabupaten Cirebon.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Skor Variabel Profesionalisme

Pernyataan

Jawaban RespondenTS KS N S SS

Jumlah Rata-rata

Kriteria1 2 3 4 5F X F X F X F X F X F X

9 0 0 0 0 8 24 14 56 8 40 30 120 4,00 Tinggi

12 3 3 0 0 1 3 12 48 14 70 30 124 4,13 Tinggi

13 0 0 0 0 0 0 14 56 16 80 30 136 4,53Sangat Tinggi

16 0 0 1 2 9 27 18 72 2 10 30 111 3,70 Tinggi

17 0 0 3 6 8 24 13 52 6 30 30 112 3,73 Tinggi

18 0 0 0 0 1 3 16 64 13 65 30 132 4,40Sangat Tinggi

Sumber : Data primer diolah, 2011

18

Page 19: Jurnal Ida Unri

Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat dilihat variabel profesionalisme mempunyai rata –

rata skor tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme pada kantor

Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori tinggi.

d) Tanggapan Responden terhadap Variabel Kualitas Audit (Y)

Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat

Kabupaten Cirebon.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kualitas Audit

Pernyataan

Jawaban RespondenTS KS N S SS

Jumlah Rata-rata

Kriteria1 2 3 4 5F X F X F X F X F X F X

19 0 0 0 0 1 3 18 72 11 55 30 130 4,33Sangat Tinggi

20 0 0 4 8 4 12 14 56 8 40 30 116 3,87 Tinggi21 0 0 1 2 6 18 11 44 12 60 30 124 4,13 Tinggi

22 0 0 0 0 1 3 18 72 11 55 30 130 4,33Sangat Tinggi

23 0 0 0 0 2 6 15 60 13 65 30 131 4,37Sangat Tinggi

24 0 0 0 0 1 3 18 72 11 55 30 130 4,33Sangat Tinggi

25 0 0 0 0 1 3 22 88 7 35 30 126 4,20 Tinggi

26 0 0 0 0 0 0 18 72 12 60 30 132 4,40Sangat Tinggi

Sumber : Data primer diolah,2011

Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat dilihat variabel kualitas audit mempunyai rata – rata

skor sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit pada kantor

Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori sangat tinggi.

2. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Penelitian

a) Dampak Motivasi terhadap Kualitas Audit

Tabel 5

19

Page 20: Jurnal Ida Unri

Koefisien Determinasi Variabel Motivasi

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .355a .126 .094 3.35727

a. Predictors: (Constant), MOTIVASISumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 5 tersebut, dapat diketahui bahwa besarnya nilai R Squere adalah 0,126 yang

artinya bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh motivasi sebesar 12,6 %, sedangkan sisanya (100

% - 12,6 % = 87,4 %) dipengaruhi oleh variabel lain.

Model regresi linear sederhana untuk variabel motivasi ditunjukkan dalam tabel 6 berikut

Tabel 6

Model Regresi Linear Sederhana Variabel Motivasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 37.575 1.900 19.775 .000

MOTIVASI

-.355 .177 -.355 -2.006 .055

a. Dependent Variable: KUALITAS AUDITSumber : Hasil olah data SPSS versi 16.

Dari tabel 6 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linear sederhana untuk variabel

motivasi adalah, sebagai berikut :

Y = 37,575 – 0,355 X, keterangan:

Y = kualitas audit

X = motivasi

Interpretasi dari persamaan tersebut adalah :

20

Page 21: Jurnal Ida Unri

1. Nilai konstanta sebesar 37,575 menyatakan bahwa jika variabel motivasi bernilai

konstan, maka rata – rata kualitas audit sebesar 37,575.

2. Koefisien regresi motivasi sebesar – 0,355 menyatakan bahwa setiap penurunan motivasi

sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,355. Hal ini menunjukkan

bahwa, motivasi aparat Inspektorat masih rendah, salah satu penyebab dari rendahnya

motivasi adalah belum ada atau masih minimnya pemberian bonus dan penghargaan

untuk aparat Inspektorat yang berprestasi. Namun demikian aparat Inspektorat tetap

menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan.

Hasil uji statistik t untuk variabel motivasi ditunjukkan pada tabel 6. Dari tabel tersebut

diperoleh t hitung sebesar - 2,006. Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan df = n-2 atau

df = 30-2=28, maka nilai t tabel = 2,048. Hasil t hitung - 2,006 < + t tabel 2,048. Nilai koefisien

regresi ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value sebesar 0,55, artinya

bahwa HA ditolak dan H0 diterima. Hasil ini menjelaskan bahwa nilai koefisien regresi variabel

motivasi aparat Inspektorat (X1) berdampak negatif terhadap kualitas audit, namun demikian

dampak tersebut tidak signifikan.

b) Dampak Profesionalisme terhadap Kualitas Audit

Tabel 7

Koefisien Determinasi Variabel Profesionalisme

Model Summary

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .648a .419 .399 2.73568

a. Predictors: (Constant), PROFESIONALESMESumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

21

Page 22: Jurnal Ida Unri

Dari tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa besarnya nilai R square adalah 0,419 yang

artinya bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh profesionalisme sebesar 41,9 %, sedangkan

sisanya (100% - 41,9 % = 58,1 %) dipengaruhi oleh variabel lain.

Model regresi linear sederhana untuk variabel profesionalisme ditunjukkan dalam tabel 8

berikut :

Tabel 8

Model Regresi Linear Sederhana Variabel Profesionalisme

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 15.737 4.083 3.854 .001

PROFESIONALESME

.744 .165 .648 4.498 .000

a. Dependent Variable: KUALITAS AUDITSumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 8 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linear sederhana untuk variabel

Profesionalisme adalah :

Y = 15,737 + 0,744X, Keterangan :

Y = Kualitas Audit

X = Profesionalisme

Interpretasi dari persamaan tersebut adalah :

1. Nilai konstanta sebesar 15,737 menyatakan bahwa jika variabel profesionalisme bernilai

konstan, maka rata – rata kualitas audit sebesar 15,737.

2. Koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,744 menyatakan bahwa setiap kenaikan

profesionalisme sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,744.

22

Page 23: Jurnal Ida Unri

Hasil uji statistik t untuk variabel profesionalisme ditunjukkan pada tabel 8. Dari tabel

tersebut diperoleh t hitung sebesar 4,498. Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan df = n-

2 atau df = 30-2=28, maka nilai t tabel = 2,048. Hasil t hitung 4,498 > + t tabel 2,048, dengan

tingkat signifikansi dalam menolak H0 (P value) sebesar 0,000 artinya bahwa HA diterima dan

H0 ditolak sehingga variabel profesionalisme berdampak signifikan dan positif terhadap kualitas

audit.

c) Dampak motivasi dan profesionalisme terhadap Kualitas Audit

Tabel 9

Koefisien Determinasi Regresi Berganda

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .652a .426 .383 2.77096

a. Predictors: (Constant), PROFESIONALESME, MOTIVASI

b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data SPSS versi 16.

Berdasarkan tabel 9 tersebut, diketahui nilai adjusted R Square sebesar 0,383, artinya

bahwa variabel kualitas audit dipengaruhi oleh motivasi dan profesionalisme sebesar 38,3 % dan

sisanya (100 % - 38,3 = 61,7 %) dipengaruhi oleh variabel lain.

Informasi Penting untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan model regresi berganda

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10

Model Regresi Berganda

23

Page 24: Jurnal Ida Unri

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 17.709 5.518 3.210 .003

MOTIVASI -.088 .162 -.088 -.540 .594

PROFESIONALESME

.700 .186 .609 3.755 .001

a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 10 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi berganda adalah Y = 17,709 -

0,88X1 + 0,700X2 + e, Keterangan adalah sebagai berikut :

Y = Kualitas audit

X1= Motivasi

X2= Profesionalisme

e = Error

Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah :

1. Nilai konstanta sebesar 17,709 menyatakan bahwa jika variabel motivasi dan

profesionalisme bernilai konstan , maka rata – rata kualitas audit sebesar 17,709.

2. Koefisien regresi motivasi sebesar - 0,88 menyatakan bahwa setiap penurunan motivasi

sebesar satu kali, akan meningkatkan kualitas audit sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan

bahwa, motivasi aparat Inspektorat masih rendah, salah satu penyebab dari rendahnya

motivasi aparat Inspektorat adalah belum ada atau masih minimnya pemberian bonus dan

penghargaan untuk aparat Inspektorat yang berprestasi. Namun demikian aparat

Inspektorat tetap menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan.

3. Koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,700 menyatakan bahwa setiap kenaikan

profesionalisme sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,700.

24

Page 25: Jurnal Ida Unri

Hasil uji statistik F untuk variabel motivasi dan profesionalisme ditunjukkan pada tabel

11 berikut ini :

Tabel 11

Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

ModelSum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 153.655 2 76.827 10.006 .001a

Residual 207.312 27 7.678

Total 360.967 29

a. Predictors: (Constant), PROFESIONALISME, MOTIVASI

b. Dependent Variable: KUALITAS AUDITSumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.

Dari tabel 11 tersebut diperoleh nilai F hitung sebesar 10,006 kemudian dibandingkan

dengan F tabel dengan df = n-k-1 atau df = 30-2-1 = 27, maka didapat nilai F tabel = 3,35 atau

bisa juga dengan membandingkan P value pada signifikansi dengan level of significant (α),

hasilnya signifikansi 0,01 < 0,05, artinya Ho ditolak dan HA diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel motivasi dan profesionalisme secara simultan berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kualitas audit.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak motivasi dan profesionalisme

terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Dari hasil penelitian tersebut, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Besarnya dampak motivasi aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu sebesar 12,6

%, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 12,6 % = 87,4 %) dipengaruhi oleh variabel lain.

25

Page 26: Jurnal Ida Unri

2. Besarnya dampak profesionalisme aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu

sebesar 41,9 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 41,9 % = 58,1 %) dipengaruhi oleh

variabel lain.

3. Besarnya dampak motivasi dan profesionalisme aparat pengawasan secara simultan

terhadap kualitas audit adalah sebesar 38,3 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 38,3

% = 61,7 %) dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Implikasi Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan terdapat dampak motivasi dan profesionalisme secara

parsial dan simultan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme yang

tinggi dan ditunjang dengan motivasi yang tinggi dari aparat Inspektorat akan meningkatkan

kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat.

Lebih lanjut peneliti menyarankan agar penentu kebijakan untuk meningkatkan motivasi

aparat Inspektorat melalui pemberian bonus dan penghargaan kepada aparat Inspektorat yang

berprestasi, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat

semakin baik. Selain itu penentu kebijakan perlu mengetahui hal apa saja yang bisa menaikkan

motivasi dan yang menurunkan motivasi aparat Inspektorat.

a) Saran

Setelah menganalisis hasil penelitian mengenai dampak motivasi dan profesionalisme

terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah(studi empiris pada

Pemerintah Kabupaten Cirebon), maka saran yang penulis dapat berikan adalah :

1. Penentu kebijakan harus lebih meningkatkan motivasi aparat Inspektorat, salah satu

caranya yaitu melalui pemberian bonus dan penghargaan kepada aparat Inspektorat

26

Page 27: Jurnal Ida Unri

yang berprestasi, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat

Inspektorat dapat semakin baik.

2. Aparat Inspektorat harus lebih meningkatkan motivasi dan profesionalisme, sehingga

diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat semakin baik.

3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian dengan menggunakan

metode wawancara langsung agar dapat mengurangi kelemahan terkait validitas data

dan memperluas objek penelitian pada aparat Inspektorat Se- Wilayah III Cirebon. Hal

ini supaya hasil penelitian dapat digeneralisasi.

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Halim. 2008. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3. Jakarta :

Salemba Empat.

Boyton, dkk. 2003. Modern Auditing. Jilid 2, Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Ida Rosnidah. 2010. Kualitas Audit, Konsep dan Pelaksanaannya di Indonesia. Cirebon :

Swagati Press.

...................... 2010. Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi

volume XIV/03/September/2010. Jakarta : Candi Mas Metropole.

....................... 2010. Kualitas Audit Sektor Publik dan Kontribusinya Bagi Tata Kelola

Pemerintah yang Bersih. Jurnal Ekonomi Manajemen vol.5 No.4.September 2010.

2010. Kuningan : Universitas Kuningan.

Imam, Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis. Multivariate dengan Pogram SPSS. Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Indra, Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Erlangga.

....................... 2007. Audit Pemerintah. Jakarta : Erlangga.

27

Page 28: Jurnal Ida Unri

Irwansyah. 2010. Pengaruh ketaatan kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap

profesionalisme akuntan publik dan implikasinya atas kualitas audit, survei pada

akuntan publik yang menjadi anggota FAPB. Disertasi. Universitas Padjajaran

Bandung.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku organisasi. Yogyakarta : Andi.

Malayu. S.P. Hasibuan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.

Miftah, Thoha. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Moehar, Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara.

Muh. Taufiq Efendy. Pengaruh kompetensi independensi dan motivasiterhadap kualitas audit

aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Tesis. Universitas

Diponogoro. Semarang.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1, Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat.

Peraturan Badan Pemeriksa keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunakan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03.2008.

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

Robbins, S.P. ,T.A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi12. Jakarta : Salemba Empat.

Sonny keraf. 1998. Etika Bisnis. Yogyakerta : Kanisius.

Sudjana. 2000. Statistika untuk Ekonomi & Niaga. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.

28

Page 29: Jurnal Ida Unri

Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan profesi. Jakarta : Salemba Empat.

Uma, Sekaran. Reaseach Methods For Business. Buku 1. Edisi 4, Edisi Pertama.2006. Jakarta :

Salemba Empat.

Http :// Ms. Wikipedia. Org/wiki/Profesionalisme.

Http :// nagapasha.blogspot.com/2009/03/keuletan-bukan-kahileudan.html.

Http :// www.publika.com/2009/11/laporan-hasil-pemeriksaan-BPK-RI-TA.html.

29