jurnal ida unri
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
![Page 1: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/1.jpg)
ANALISIS DAMPAK MOTIVASI DAN PROFESIONALISME TERHADAP
KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
(Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Cirebon)
Ida Rosnidah, Rawi, Kamarudin *
ABSTRACT
This research entitled is "The Impact of Motivation and Professionalism on the Audit quality of Inspectorate officers Financial Supervisory Areas (Empirical Studies in Cirebon regency governments)." The purpose of this study was to examine the impact of motivation and professionalism on audit quality. Common issues in this research is the existence of audit findings that are not detected by the officers of the Inspectorate as an internal auditor, but found by Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) as the external auditor. This study has three variables, namely motivation and professionalism as independent variables and audit quality as dependent variables. Motivation variables were measured with four indicators of the level of aspiration, toughness, tenacity, and consistency. Variables measured with five indicators of professionalism that is dedication to the profession, social obligations, independence, confidence in the profession, relations with other professions. While audit quality is measured by three indicators of the process quality, quality results, and quality audit, follow-up audit. Method of this research is explanatory or Confirmation Research. The sampling data of this study using census techniques. The data analysis used is simple regression analysis and multiple regression. The population chosen was the auditor in charge of the Inspectorate of Cirebon. The samples taken were 30 respondents. Based on the research that has been done, it can be seen that the impact of motivation on audit quality is 12.6%, but not significant impact, professionalism impact on audit quality by 41.9% and significantly positive. While, motivation and professionalism simultaneously impact on audit quality by 38.3%.
Keywords: Motivation, Professionalism, and Audit Quality.
* Ketiganya : Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Swadaya Gunung Jati,
Cirebon, Jl Pemuda No.32 Cirebon, Telp. 0231 – 236745, Email : Ida Rosnidah
11
![Page 2: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
Kinerja pemerintah sedang menjadi perhatian utama dari masyarakat luas. Hal ini
disebabkan akhir – akhir ini marak terjadi tindak korupsi baik dilevel pusat maupun daerah.
Semakin banyak aparat pemerintah pusat maupun aparat pemerintah daerah yang tersangkut
dengan kasus korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus melakukan penangkapan –
penangkapan terhadap pelaku korupsi.
Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan (LK) pada Pemerintah Kabupaten atau Kota
di wilayah Jawa Barat pada tahun anggaran 2008 (termasuk salah satunya Kabupaten Cirebon).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Jabar menemukan 116 temuan pemeriksaan
senilai Rp.2,619 Triliun. Dari 116 temuan tersebut terdiri dari 56 buah temuan pemeriksaan
kerugian daerah sebesar Rp 5,018 milliar, 11 buah temuan pemeriksaan yang berpotensi kerugian
daerah Rp 24,513 milliar, 16 temuan pemeriksaan kekurangan penerimaan sebesar Rp 343,6
milliar, 29 temuan pemeriksaan administrasi sebesar Rp 813,5 milliar, dan tanah yang belum
didukung bukti kepemilikan seluas 9.423.868,9 M2, 48 buah temuan pemeriksaan Sistem
Pemeriksaan Intern (SPI) sebesar Rp.1.382 Triliun dan tanah seluas 272.487 M2 belum tercatat
dalam neraca, serta enam buah temuan kehematan, efisiensi dan efektifitas atau temuan kinerja
sebesar Rp.50.965 milliar.(Publika.com melalui Http://www.publika.com/2009/11/Laporan-
hasil-Pemeriksaan-BPK-RI-TA.Html).
Kualitas audit yang dilakukan oleh auditor aparat Inspektorat masih menjadi perhatian
masyarakat. Hal ini disebabkan dari temuan pemeriksaan audit tersebut, tidak terdeteksi oleh
aparat Inspektorat sebagai auditor internal. Akan tetapi ditemukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal, ini menunjukkan bahwa kualitas audit aparat
Inspektorat masih relatif kurang baik.
2
![Page 3: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/3.jpg)
Menurut Mardiasmo (2005) dalam Muh.Taufiq Efendy (2010), terdapat tiga aspek utama
yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di
luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk
mengawasi pemerintahan. Pengendalian (Control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh
eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional
untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Peran Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) menurut Indra Bastian (2007 : 34) adalah
untuk memastikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan baik dan
laporan keuangan daerah disajikan dengan wajar, diluar tugas – tugas awal Badan Pengawas
Daerah (BAWASDA) sebelumnya sebagai aparat pengawas. Selain itu peranan dari Badan
Pengawas Daerah (BAWASDA) adalah untuk membantu Kepala Daerah menyajikan laporan
keuangan yang akuntabel dan dapat diterima secara umum. Badan Pengawas Daerah
(BAWASDA) atau Inspektorat dalam menghasilkan audit yang berkualitas dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu antara lain motivasi dan profesionalisme dari auditor aparat Inspektorat. Motivasi
merupakan dorongan auditor untuk melaksanakan audit secara berkualitas. Indikator dari
motivasi antara lain adalah tingkat aspirasi, ketangguhan, keuletan, dan konsistensi (Muh.Taufiq
Efendy, 2010). Sedangkan Profesionalisme adalah tuntutan tanggung jawab dari seorang
profesional yang menentukan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu pekerjaan. Sikap
profesionalisme seseorang dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu : pengabdian pada
3
![Page 4: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/4.jpg)
profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan
sesama profesi (Irwansyah, 2010).
Menurut Muh Taufiq Efendy (2010) yang menyatakan kompetensi dan motivasi
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Mark Schelkel (2009) dalam Ida
Rosnidah (2010) menyatakan bahwa kompetensi auditor melalui auditor expertise berpengaruh
terhadap kualitas audit. Sedangkan menurut Irwansyah (2010 : 35) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara ketaatan regulasi, kompetensi, independensi akuntan publik dan profesionalisme
akuntan publik baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit akuntan publik
yang mengaudit perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dari beberapa fenomena dan hasil penelitian – penelitian terdahulu tentang pengaruh
motivasi dan profesionalisme terhadap kualitas audit tersebut, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Dampak Motivasi dan Profesionalisme terhadap Kualitas
Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada
Pemerintahan Kabupaten Cirebon).”
MOTIVASI
Pengertian motivasi menurut Fred Luthans (2006 : 270) adalah proses yang dimulai
dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang
ditujukan untuk tujuan atau insentif. Perilaku seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh
motivasi atau keinginan. Motivasi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk
mencapai tujuan atau hasil yang optimal. David C.Mc Clelland menyatakan bahwa manusia itu
pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain.
Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk
4
![Page 5: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/5.jpg)
melaksanakan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga
kebutuhan manusia menurut Mc Clelland, yakni : kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk
berafiliasi, dan kebutuhan untuk kekuasaan.
Motivasi seorang aparat Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya dalam penelitian
Muh.Taufiq Efendy (2010) dicerminkan dalam empat hal, yaitu :
1. Tingkat Aspirasi :Urgensi audit yang berkualitas
Keikutsertaan seorang aparat Inspektorat untuk melakukan audit yang berkualitas dikenal
dengan tingkat aspirasi. Maksud dari tingkat aspirasi ini adalah keterlibatan semua komponen
yang terlibat dalam melakukan pemeriksaan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan
kesempatan kepada mereka mengajukan ide – ide, rekomendasi dalam proses pemeriksaan.
Tingkat aspirasi ini sesuai dengan salah satu asas motivasi, yaitu asas mengikutsertakan.
2. Ketangguhan
Seorang auditor yang tangguh akan melaporkan temuan sekecil apapun dan akan selalu
mempertahankan pendapat yang menurut dia benar.
3. Merupakan sikap dari seseorang yang tabah, tahan, dan tangguh dalam menjalankan
tugasnya. Keuletan adalah kemampuan untuk bertahan, pantang menyerah dan tidak mudah
putus asa.
4. Konsistensi
Merupakan keteguhan sikap seseorang dalam mempertahankan sesuatu. Konsisten dalam
hal audit, yaitu konsisten untuk melaksanakan tugas pemeriksaan sesuai dengan standar,
kesungguhan dalam melaksanakan tugas, dan mempertahankan hasil audit, meskipun hasil audit
yang dihasilkan berbeda dengan hasil audit yang dihasilkan oleh rekan lain dalam tim.
5
![Page 6: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/6.jpg)
PROFESIONALISME
Menurut Arens (2010 :87) profesionalisme adalah suatu tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi Undang – Undang dan peraturan masyarakat.
Profesionalisme dapat dicerminkan kedalam lima hal, yaitu pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi
( Irwansyah,, 2010 : 33).
1. Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi merupakan suatu sikap yang teguh untuk melakukan pekerjaan
dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki walaupun imbalannya
berkurang.
2. Pemenuhan kewajiban sosialnya
Pemenuhan kewajiban sosial merupakan suatu paradigma mengenai pentingnya peranan
sebuah profesi dan manfaat yang didapat baik oleh masyarakat maupun kalangan
profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut.
3. Sikap kemandiriannya
Sikap kemandirian adalah suatu sikap dari seseorang yang profesional yang dapat
membuat sebuah keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
4. Keyakinan terhadap peraturan profesi
Keyakinan terhadap peraturan profesi merupakan suatu kepercayaan bahwa yang paling
berhak menilai pekerjaan dianggap profesional atau tidaknya adalah rekan seprofesi atau
yang mempunyai kompetensi yang sama dalam bidang ilmu atau pekerjaan tersebut.
5. Kualitas hubungannya dengan sesama profesi
6
![Page 7: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/7.jpg)
Kualitas hubungan dengan sesama profesi dapat terbentuk baik melalui organisasi formal
maupun dalam kelompok kolega sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.
KUALITAS AUDIT
Kualitas audit menurut De Angelo (1981 : 26) probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Sedangkan, kualitas audit menurut Ida Rosnidah (2010 : 9) adalah pelaksanaan audit yang
dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan
apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien.
Kualitas audit yang dilaksanakan seorang aparat Inspektorat dalam penelitian Muh.Taufiq
Efendy (2010) dicerminkan dalam tiga hal, yaitu Kualitas proses (keakuratan temuan
profesional, sikap skeptisme), Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, dan manfaat
audit), dan tindak lanjut hasil audit.
1. Kualitas Proses
a. Keakuratan temuan profesional
Seorang auditor profesional dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk cermat dan
seksama agar nantinya temuan yang ditemukannya akurat.
b. Sikap skeptisme profesional
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) lampiran dua, sikap skeptisme
adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti pemeriksaan.(Paragraf 30).
2. Kualitas Hasil
a. Nilai Rekomendasi
Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) lampiran empat adalah sebagai
berikut :
7
![Page 8: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/8.jpg)
“Rekomendasi yang bersifat membangun dapat mendorong perbaikan dalam pelaksanaan program entitas yang diperiksa. Suatu rekomendasi akan bersifat Konstruktif / membangun apabila, Pertama diarahkan unuk menyelesaikan masalah, kedua berorientasi pada tindakan nyata dan spesifik, ketiga ditujukan kepada pihak yang mempunyai wewenang untuk bertindak, keempat dapat dilaksanakan dan apabila dilaksanakan, biayanya memadai.”
b. Kejelasan Laporan
Laporan yang dibuat oleh pemeriksa haruslah menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh pengguna laporan. Hal ini supaya tidak terjadi salah tafsir dan agar mudah
dipahami oleh pengguna laporan.
c. Manfaat Audit
Besarnya manfaat audit yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletak pada
temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi terletak pada
efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang diperiksa.(SPKN lampiran 3 paragraf
17).
3. Kualitas Tindak Lanjut
a. Tindak Lanjut
Manajemen entitas yang diperiksa bertanggungjawab untuk menindaklanjuti rekomendasi
serta menciptakan dan memelihara suatu proses dan sistem informasi untuk memantau status
tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa dimaksud. Jika manajemen memantau status tidak
memiliki cara semacam itu, pemeriksa wajib merekomendasikan agar manajemen memantau
status tindak lanjut atas rekomendasi dari pemeriksa. Perhatian secara terus menerus terhadap
temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk
menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.(SPKN lampiran 3 paragraph 17).
KERANGKA PEMIKIRAN
8
![Page 9: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/9.jpg)
Tuntutan dari masyarakat untuk menciptakan tata kelola keuangan pemerintahan yang
akuntabel dan menciptakan pemerintahan yang baik (Good Governance) semakin meningkat.
Untuk dapat menciptakan tata kelola keuangan pemerintahan yang akuntabel peran aparat
Inspektorat sangat penting. Hal ini karena aparat Inspektorat atau Badan Pengawasan Daerah
(BAWASDA) memiliki tugas untuk memastikan bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
telah berjalan dengan baik dan Laporan Keuangan Daerah disajikan dengan wajar.
Menurut Ida Rosnidah (2010 : 9) Kualitas audit merupakan pelaksanaan audit yang
dilakukan sesuai dengan standar sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan
apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menunjukkan peluang seorang
auditor untuk menemukan temuan penyimpangan yang dilakukan oleh klien. Kualitas audit
dapat di ukur dengan tiga faktor atau atribut diantara lain yaitu : kualitas proses,(Keakuratan
temuan audit, sikap skeptisme), kualitas hasil (Nilai rekomendasi, Kejelasan laporan, Manfaat
audit), dan kualitas tindak lanjut hasil audit (Muh.Taufiq Efendy, 2010). Motivasi adalah proses
yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau
dorongan yang ditujukkan untuk tujuan atau insentif (Fred Luthans,2006). Motivasi seorang
auditor dapat tercermin dari tingkat aspirasi : urgensi audit yang berkualitas, ketangguhan,
keuletan, dan konsistensi.
Profesionalisme merupakan suatu tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, dan lebih dari sekedar memenuhi
Undang – Undang dan peraturan masyarakat (Arens, 2010 :87). Sikap profesionalisme seorang
auditor sangat penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas. Hal ini karena auditor yang
profesional akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang dimilikinya yaitu
9
![Page 10: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/10.jpg)
berdasarkan pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi
dan hubungan dengan sesama profesi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan model penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
H1
H3
H2
HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka penulis mengambil hipotesis sebagai
berikut :
H1 = Motivasi berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat Inspektorat
dalam pengawasan keuangan daerah.
H2 = Profesionalisme berdampak signifikan positif terhadap kualitas audit aparat
Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.
H3 = Motivasi dan Profesionalisme secara simultan berdampak signifikan positif
terhadap kualitas audit aparat Inspektorat pengawasan keuangan daerah.
METODE
Jenis Penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian penjelasan (Explanatory atau
Confirmation Research), karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal
10
Motivasi
Profesionalisme
Kualitas Audit
![Page 11: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/11.jpg)
antara variabel - variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi berganda. Regresi sederhana
(simple regression) untuk menguji pengaruh variabel bebas (metrik) terhadap satu variabel
terikat (metrik), sedangkan untuk lebih dari satu variabel bebas (metrik) disebut regresi berganda
(Multiple regression).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data
yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti, yaitu diperoleh dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor
aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon sebagai responden dalam penelitian ini.
Adapun teknik pengumpulan data, yang penulis lakukan adalah dengan cara :
a. Penelitian Lapangan (field research)
Metode penelitian lapangan yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan atau
pernyataan yang disebarkan kepada sejumlah responden. Jumlah daftar pertanyaan yang
dibagikan kepada responden berjumlah dua puluh enam pertanyaan, yaitu terdiri dari
pertanyaan tentang motivasi sebanyak delapan pertanyaan, pertanyaan tentang
profesionalisme sebanyak sepuluh pertanyaan, sedangkan pertanyaan mengenai kualitas
audit sebanyak delapan pertanyaan. Pada penelitian ini kuesioner dibagikan kepada
Auditor aparat Inspektorat Kabupaten Cirebon yang ikut dalam pemeriksaan.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori guna mendukung
data primer yang diperoleh selama penelitian. Data ini didapat dari buku – buku dan
referensinya.
11
![Page 12: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/12.jpg)
Populasi yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah seluruh auditor aparat
Inspektorat Kabupaten Cirebon yang ikut dalam tugas pemeriksaan, yaitu sebanyak 30 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus.
penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi, yaitu sebanyak 30 kuesioner.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2006 : 45).
2. Uji Reliabilitas
Realibilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban seseorang konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Imam Ghozali, 2006 :41).
3. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi dipahami
dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan karakteristik populasi yang terjaring.
4. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda, terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari : uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji
heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
12
![Page 13: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/13.jpg)
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
a. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan
khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat
normal probabilty plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal
b. Analisis Statistik
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik
non – parametrik Kolmogorof – Smirnov (K-S). Uji K – S dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal.
HA : Data residual tidak berdistribusi normal.
2. Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independent (Imam Ghozali, 2006 : 91).
3. Uji Heteroskedastisitas
13
![Page 14: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/14.jpg)
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas.
a. Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED
dengan melihat residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.(Imam Ghozali 2006 :105).
b. Uji Glaser
Glaser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
(Gujarati,2003) dengan persamaan regresi :
|Ut|= α + βXt + vt
Jika variabel independent signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent,
maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006).
5. Uji Regresi
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana
dan regresi berganda, karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan variabel secara parsial
dan juga secara simultan. Adapun rumus regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :
Y= β0 + β1 X
Dimana :
Y = Variabel Dependent
β0 = koefisien Intercept (menyatakan berapa besar rata – rata Y jika X
β=0)
14
![Page 15: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/15.jpg)
X = Variabel Independent
β1 = Koefisien Regresi (Bilangan yang memperhatikan hubungan Linear antara
variabel X dan Y, sedemikian rupa sehingga X berubah satu unit, Rata- rata Y
berubah sebesar koefisien regresi).
Sedangkan rumus regresi berganda adalah sebagai berikut :
Y= β0 + β1 X1+β2X2
Dimana :
Y = Kualitas audit
β0 = koefisien Intercept (menyatakan berapa besar rata – rata Y jika X
β=0)
X1 = Motivasi
X2 = Profesionalisme
β1...β2 = Koefisien Regresi (Bilangan yang memperhatikan hubungan Linear antara
variabel X dan Y, sedemikian rupa sehingga X berubah satu unit, Rata- rata Y berubah
sebesar koefisien regresi).
6. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji signifikan parameter
individual (uji statistik t) dan uji signifikan simultan (uji statistik F).
a) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas
atau independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependent. Hipotesis nol
(H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:
H0 : bi = 0
15
![Page 16: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/16.jpg)
Artinya, apakah suatu variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependent. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama
dengan nol, atau :
HA : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependent.
b) Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independent atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel
dependent atau terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau :
H0 : b1 = b2 = ... = bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependent. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol, atau :
HA : b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bk ≠ 0
Artinya, semua variabel independent secara simultan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependent.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Deskriptif
a) Profil Responden
Profil responden yang dijadikan objek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini:
16
![Page 17: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/17.jpg)
Tabel 1
Tabel Demografi Responden
Keterangan Jumlah (orang) PersentaseJenis kelamin :
1. Laki – laki2. Perempuan
237
23,3 %16,7 %
Usia :1. 30-35 tahun2. 36-40 tahun3. 41-45 tahun4. 46-50 tahun5. 50-55 tahun
271092
6,7 % 23,3 %
33,3 % 30,0 % 6,7 %
Tingkat Pendidikan :1. S22. S13. D34. SMA
12315
3,3 % 76,7 % 3,3 % 16,7 %
Masa Kerja :1. < 10 tahun2. 10-20 tahun3. > 20 tahun
11613
3,3 %53,3 %43,3 %
Golongan :1. 2d2. 3a3. 3b4. 3c5. 3d
121674
3,3 % 6,7 %53,3 %23,3 %13,3 %
Sumber : Data primer diolah, 2011
b) Tanggapan Responden terhadap Variabel Motivasi (X1)
Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat
Kabupaten Cirebon.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Motivasi
Pernyataan
Jawaban RespondenTS KS N S SS
Jumlah Rata-rata
Kriteria1 2 3 4 5F X F X F X F X F X F X
17
![Page 18: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/18.jpg)
1 9 9 16 32 3 9 0 0 2 10 30 60 2,00 Rendah
3 5 5 21 42 2 6 0 0 2 10 30 63 2,10 Rendah
4 5 5 12 24 7 21 6 24 0 0 30 74 2,47 Rendah
5 9 9 20 40 0 0 0 0 1 5 30 54 1,80Sangat Rendah
812 12 15 30 1 3 1 4 1 5 30 54 1,80
Sangat Rendah
Sumber : Data primer diolah, 2011
Berdasarkan tabel 2 tersebut, dapat dilihat variabel motivasi mempunyai rata – rata skor
rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi pada kantor Inspektorat Kabupaten
Cirebon termasuk kategori rendah.
c) Tanggapan Responden terhadap Variabel Profesionalisme (X2)
Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat
Kabupaten Cirebon.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Profesionalisme
Pernyataan
Jawaban RespondenTS KS N S SS
Jumlah Rata-rata
Kriteria1 2 3 4 5F X F X F X F X F X F X
9 0 0 0 0 8 24 14 56 8 40 30 120 4,00 Tinggi
12 3 3 0 0 1 3 12 48 14 70 30 124 4,13 Tinggi
13 0 0 0 0 0 0 14 56 16 80 30 136 4,53Sangat Tinggi
16 0 0 1 2 9 27 18 72 2 10 30 111 3,70 Tinggi
17 0 0 3 6 8 24 13 52 6 30 30 112 3,73 Tinggi
18 0 0 0 0 1 3 16 64 13 65 30 132 4,40Sangat Tinggi
Sumber : Data primer diolah, 2011
18
![Page 19: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/19.jpg)
Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat dilihat variabel profesionalisme mempunyai rata –
rata skor tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme pada kantor
Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori tinggi.
d) Tanggapan Responden terhadap Variabel Kualitas Audit (Y)
Berikut ini adalah data dari hasil kuesioner yang didistribusikan pada kantor Inspektorat
Kabupaten Cirebon.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kualitas Audit
Pernyataan
Jawaban RespondenTS KS N S SS
Jumlah Rata-rata
Kriteria1 2 3 4 5F X F X F X F X F X F X
19 0 0 0 0 1 3 18 72 11 55 30 130 4,33Sangat Tinggi
20 0 0 4 8 4 12 14 56 8 40 30 116 3,87 Tinggi21 0 0 1 2 6 18 11 44 12 60 30 124 4,13 Tinggi
22 0 0 0 0 1 3 18 72 11 55 30 130 4,33Sangat Tinggi
23 0 0 0 0 2 6 15 60 13 65 30 131 4,37Sangat Tinggi
24 0 0 0 0 1 3 18 72 11 55 30 130 4,33Sangat Tinggi
25 0 0 0 0 1 3 22 88 7 35 30 126 4,20 Tinggi
26 0 0 0 0 0 0 18 72 12 60 30 132 4,40Sangat Tinggi
Sumber : Data primer diolah,2011
Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat dilihat variabel kualitas audit mempunyai rata – rata
skor sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas audit pada kantor
Inspektorat Kabupaten Cirebon termasuk kategori sangat tinggi.
2. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis Penelitian
a) Dampak Motivasi terhadap Kualitas Audit
Tabel 5
19
![Page 20: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/20.jpg)
Koefisien Determinasi Variabel Motivasi
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .355a .126 .094 3.35727
a. Predictors: (Constant), MOTIVASISumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.
Dari tabel 5 tersebut, dapat diketahui bahwa besarnya nilai R Squere adalah 0,126 yang
artinya bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh motivasi sebesar 12,6 %, sedangkan sisanya (100
% - 12,6 % = 87,4 %) dipengaruhi oleh variabel lain.
Model regresi linear sederhana untuk variabel motivasi ditunjukkan dalam tabel 6 berikut
Tabel 6
Model Regresi Linear Sederhana Variabel Motivasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 37.575 1.900 19.775 .000
MOTIVASI
-.355 .177 -.355 -2.006 .055
a. Dependent Variable: KUALITAS AUDITSumber : Hasil olah data SPSS versi 16.
Dari tabel 6 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linear sederhana untuk variabel
motivasi adalah, sebagai berikut :
Y = 37,575 – 0,355 X, keterangan:
Y = kualitas audit
X = motivasi
Interpretasi dari persamaan tersebut adalah :
20
![Page 21: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/21.jpg)
1. Nilai konstanta sebesar 37,575 menyatakan bahwa jika variabel motivasi bernilai
konstan, maka rata – rata kualitas audit sebesar 37,575.
2. Koefisien regresi motivasi sebesar – 0,355 menyatakan bahwa setiap penurunan motivasi
sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,355. Hal ini menunjukkan
bahwa, motivasi aparat Inspektorat masih rendah, salah satu penyebab dari rendahnya
motivasi adalah belum ada atau masih minimnya pemberian bonus dan penghargaan
untuk aparat Inspektorat yang berprestasi. Namun demikian aparat Inspektorat tetap
menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan.
Hasil uji statistik t untuk variabel motivasi ditunjukkan pada tabel 6. Dari tabel tersebut
diperoleh t hitung sebesar - 2,006. Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan df = n-2 atau
df = 30-2=28, maka nilai t tabel = 2,048. Hasil t hitung - 2,006 < + t tabel 2,048. Nilai koefisien
regresi ini tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value sebesar 0,55, artinya
bahwa HA ditolak dan H0 diterima. Hasil ini menjelaskan bahwa nilai koefisien regresi variabel
motivasi aparat Inspektorat (X1) berdampak negatif terhadap kualitas audit, namun demikian
dampak tersebut tidak signifikan.
b) Dampak Profesionalisme terhadap Kualitas Audit
Tabel 7
Koefisien Determinasi Variabel Profesionalisme
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .648a .419 .399 2.73568
a. Predictors: (Constant), PROFESIONALESMESumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.
21
![Page 22: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/22.jpg)
Dari tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa besarnya nilai R square adalah 0,419 yang
artinya bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh profesionalisme sebesar 41,9 %, sedangkan
sisanya (100% - 41,9 % = 58,1 %) dipengaruhi oleh variabel lain.
Model regresi linear sederhana untuk variabel profesionalisme ditunjukkan dalam tabel 8
berikut :
Tabel 8
Model Regresi Linear Sederhana Variabel Profesionalisme
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.737 4.083 3.854 .001
PROFESIONALESME
.744 .165 .648 4.498 .000
a. Dependent Variable: KUALITAS AUDITSumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.
Dari tabel 8 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi linear sederhana untuk variabel
Profesionalisme adalah :
Y = 15,737 + 0,744X, Keterangan :
Y = Kualitas Audit
X = Profesionalisme
Interpretasi dari persamaan tersebut adalah :
1. Nilai konstanta sebesar 15,737 menyatakan bahwa jika variabel profesionalisme bernilai
konstan, maka rata – rata kualitas audit sebesar 15,737.
2. Koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,744 menyatakan bahwa setiap kenaikan
profesionalisme sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,744.
22
![Page 23: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/23.jpg)
Hasil uji statistik t untuk variabel profesionalisme ditunjukkan pada tabel 8. Dari tabel
tersebut diperoleh t hitung sebesar 4,498. Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan df = n-
2 atau df = 30-2=28, maka nilai t tabel = 2,048. Hasil t hitung 4,498 > + t tabel 2,048, dengan
tingkat signifikansi dalam menolak H0 (P value) sebesar 0,000 artinya bahwa HA diterima dan
H0 ditolak sehingga variabel profesionalisme berdampak signifikan dan positif terhadap kualitas
audit.
c) Dampak motivasi dan profesionalisme terhadap Kualitas Audit
Tabel 9
Koefisien Determinasi Regresi Berganda
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .652a .426 .383 2.77096
a. Predictors: (Constant), PROFESIONALESME, MOTIVASI
b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data SPSS versi 16.
Berdasarkan tabel 9 tersebut, diketahui nilai adjusted R Square sebesar 0,383, artinya
bahwa variabel kualitas audit dipengaruhi oleh motivasi dan profesionalisme sebesar 38,3 % dan
sisanya (100 % - 38,3 = 61,7 %) dipengaruhi oleh variabel lain.
Informasi Penting untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan model regresi berganda
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 10 berikut :
Tabel 10
Model Regresi Berganda
23
![Page 24: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/24.jpg)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 17.709 5.518 3.210 .003
MOTIVASI -.088 .162 -.088 -.540 .594
PROFESIONALESME
.700 .186 .609 3.755 .001
a. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT Sumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.
Dari tabel 10 tersebut dapat ditentukan persamaan regresi berganda adalah Y = 17,709 -
0,88X1 + 0,700X2 + e, Keterangan adalah sebagai berikut :
Y = Kualitas audit
X1= Motivasi
X2= Profesionalisme
e = Error
Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah :
1. Nilai konstanta sebesar 17,709 menyatakan bahwa jika variabel motivasi dan
profesionalisme bernilai konstan , maka rata – rata kualitas audit sebesar 17,709.
2. Koefisien regresi motivasi sebesar - 0,88 menyatakan bahwa setiap penurunan motivasi
sebesar satu kali, akan meningkatkan kualitas audit sebesar 0,88. Hal ini menunjukkan
bahwa, motivasi aparat Inspektorat masih rendah, salah satu penyebab dari rendahnya
motivasi aparat Inspektorat adalah belum ada atau masih minimnya pemberian bonus dan
penghargaan untuk aparat Inspektorat yang berprestasi. Namun demikian aparat
Inspektorat tetap menganggap bahwa audit yang baik tetap harus dilaksanakan.
3. Koefisien regresi profesionalisme sebesar 0,700 menyatakan bahwa setiap kenaikan
profesionalisme sebesar satu kali, akan menaikkan kualitas audit sebesar 0,700.
24
![Page 25: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/25.jpg)
Hasil uji statistik F untuk variabel motivasi dan profesionalisme ditunjukkan pada tabel
11 berikut ini :
Tabel 11
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
ModelSum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 153.655 2 76.827 10.006 .001a
Residual 207.312 27 7.678
Total 360.967 29
a. Predictors: (Constant), PROFESIONALISME, MOTIVASI
b. Dependent Variable: KUALITAS AUDITSumber : Hasil olah data primer SPSS versi 16.
Dari tabel 11 tersebut diperoleh nilai F hitung sebesar 10,006 kemudian dibandingkan
dengan F tabel dengan df = n-k-1 atau df = 30-2-1 = 27, maka didapat nilai F tabel = 3,35 atau
bisa juga dengan membandingkan P value pada signifikansi dengan level of significant (α),
hasilnya signifikansi 0,01 < 0,05, artinya Ho ditolak dan HA diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel motivasi dan profesionalisme secara simultan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kualitas audit.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak motivasi dan profesionalisme
terhadap kualitas audit dalam pengawasan keuangan daerah. Dari hasil penelitian tersebut, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Besarnya dampak motivasi aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu sebesar 12,6
%, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 12,6 % = 87,4 %) dipengaruhi oleh variabel lain.
25
![Page 26: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/26.jpg)
2. Besarnya dampak profesionalisme aparat pengawasan terhadap kualitas audit yaitu
sebesar 41,9 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 41,9 % = 58,1 %) dipengaruhi oleh
variabel lain.
3. Besarnya dampak motivasi dan profesionalisme aparat pengawasan secara simultan
terhadap kualitas audit adalah sebesar 38,3 %, sedangkan sisanya sebesar (100 % - 38,3
% = 61,7 %) dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dampak motivasi dan profesionalisme secara
parsial dan simultan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme yang
tinggi dan ditunjang dengan motivasi yang tinggi dari aparat Inspektorat akan meningkatkan
kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat.
Lebih lanjut peneliti menyarankan agar penentu kebijakan untuk meningkatkan motivasi
aparat Inspektorat melalui pemberian bonus dan penghargaan kepada aparat Inspektorat yang
berprestasi, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat
semakin baik. Selain itu penentu kebijakan perlu mengetahui hal apa saja yang bisa menaikkan
motivasi dan yang menurunkan motivasi aparat Inspektorat.
a) Saran
Setelah menganalisis hasil penelitian mengenai dampak motivasi dan profesionalisme
terhadap kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah(studi empiris pada
Pemerintah Kabupaten Cirebon), maka saran yang penulis dapat berikan adalah :
1. Penentu kebijakan harus lebih meningkatkan motivasi aparat Inspektorat, salah satu
caranya yaitu melalui pemberian bonus dan penghargaan kepada aparat Inspektorat
26
![Page 27: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/27.jpg)
yang berprestasi, sehingga diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat
Inspektorat dapat semakin baik.
2. Aparat Inspektorat harus lebih meningkatkan motivasi dan profesionalisme, sehingga
diharapkan kualitas audit yang dihasilkan oleh aparat Inspektorat dapat semakin baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian dengan menggunakan
metode wawancara langsung agar dapat mengurangi kelemahan terkait validitas data
dan memperluas objek penelitian pada aparat Inspektorat Se- Wilayah III Cirebon. Hal
ini supaya hasil penelitian dapat digeneralisasi.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Halim. 2008. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3. Jakarta :
Salemba Empat.
Boyton, dkk. 2003. Modern Auditing. Jilid 2, Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Ida Rosnidah. 2010. Kualitas Audit, Konsep dan Pelaksanaannya di Indonesia. Cirebon :
Swagati Press.
...................... 2010. Kualitas Audit : Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi
volume XIV/03/September/2010. Jakarta : Candi Mas Metropole.
....................... 2010. Kualitas Audit Sektor Publik dan Kontribusinya Bagi Tata Kelola
Pemerintah yang Bersih. Jurnal Ekonomi Manajemen vol.5 No.4.September 2010.
2010. Kuningan : Universitas Kuningan.
Imam, Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis. Multivariate dengan Pogram SPSS. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Indra, Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Erlangga.
....................... 2007. Audit Pemerintah. Jakarta : Erlangga.
27
![Page 28: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/28.jpg)
Irwansyah. 2010. Pengaruh ketaatan kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap
profesionalisme akuntan publik dan implikasinya atas kualitas audit, survei pada
akuntan publik yang menjadi anggota FAPB. Disertasi. Universitas Padjajaran
Bandung.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku organisasi. Yogyakarta : Andi.
Malayu. S.P. Hasibuan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi.
Miftah, Thoha. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Moehar, Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Bumi Aksara.
Muh. Taufiq Efendy. Pengaruh kompetensi independensi dan motivasiterhadap kualitas audit
aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Tesis. Universitas
Diponogoro. Semarang.
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1, Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat.
Peraturan Badan Pemeriksa keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunakan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03.2008.
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Robbins, S.P. ,T.A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi12. Jakarta : Salemba Empat.
Sonny keraf. 1998. Etika Bisnis. Yogyakerta : Kanisius.
Sudjana. 2000. Statistika untuk Ekonomi & Niaga. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.
28
![Page 29: Jurnal Ida Unri](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022081503/563db7be550346aa9a8d8898/html5/thumbnails/29.jpg)
Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan profesi. Jakarta : Salemba Empat.
Uma, Sekaran. Reaseach Methods For Business. Buku 1. Edisi 4, Edisi Pertama.2006. Jakarta :
Salemba Empat.
Http :// Ms. Wikipedia. Org/wiki/Profesionalisme.
Http :// nagapasha.blogspot.com/2009/03/keuletan-bukan-kahileudan.html.
Http :// www.publika.com/2009/11/laporan-hasil-pemeriksaan-BPK-RI-TA.html.
29