jurnal ipa exspost-facto
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN MINAT, DISIPLIN, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN
KETERAMPILAN PROSES DAN SIKAP ILMIAH IPA SD
THE RELATIONSHIP BETWEEN INTEREST, DISCIPLINE, AND
LEARNING ENVIRONMENT AND SCIENCE PROCESS SKILLS
AND SCIENTIFIC ATTITUDES IN ELEMENTARY SCHOOL
Aan Widiyono 1), Muhammad Nur Wangid 2)
Prodi Pendidikan Dasar PPS UNY 1), Universitas Negeri Yogyakarta2)
[email protected] 1), [email protected])
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan
belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3 Depok.
Jenis penelitian expost-facto dengan populasi 163 siswa dengan 115 responden menggunakan teknik
proportional random sampling. Pengumpulan data mengunakan angket dalam bentuk skala likert.
Analisis data menggunakan statistik deskriptif, korelasi product moment, regresi tunggal, regresi ganda,
dan korelasi kanonik dengan taraf signifikansi 0,05. Semua pengujian menggunakan bantuan program
SPSS versi 19. Hasil deskriptif menunjukkan minat belajar, lingkungan belajar, dan sikap ilmiah dalam
kategori baik, sedangkan disiplin belajar dan keterampilan proses IPA dalam kategori cukup baik. Hasil
regresi menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara parsial antara minat belajar, disiplin belajar,
dan lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA. Hasil regresi ganda
menunjukkan hubungan positif dan signifikan secara simultan antara minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah IPA. Hasil korelasi kanonik
menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara sekumpulan variabel independen (minat belajar,
disiplin belajar, dan lingkungan belajar) dengan sekumpulan variabel dependen (keterampilan proses
dan sikap ilmiah IPA).
Kata Kunci : minat belajar, disiplin belajar, lingkungan belajar, keterampilan proses IPA, dan sikap
ilmiah IPA
Abstract
This study aims to determine the relationship between learning interest, learning discipline, and
learning environment with science process skills and scientific attitudes among grade V students of
elementary schools cluster 3 Depok. This research is an type ex post-facto research study with
population 163 students and 115 respondents using proportional random sampling technique. Data
collection used the questionnaire in the form likert scale. The data were analysed using descriptive
statistics, product moment correlation, single regression, multiple regression, and canonical correlation
with significance level of 0.05. All tests used SPSS version 19. The descriptive analysis shows learning
interest, learning environment, and scientific attitude in good category and learning discipline and
science process skills in fairly good category. Regression results show that there is a positive and
significant relationship between partial learning interest, learning discipline, and learning environment
with science process skills and scientific attitudes. Multiple regression results show that there is positive
and significant relationship between simultaneously learning interest, learning discipline, and learning
environment with science process skills and scientific attitudes. The results of canonical correlation
shows that there is a positive and significant relationship between a group of independent variables
(learning interest, learning discipline, and learning environment) with a group of dependent variables
(science process skills and scientific attitudes).
Keywords : learning interest, learning discipline, learning environment, science process skills, and
scientific attitude.
2
Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor utama
dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk
baik atau buruknya pribadi manusia menurut
ukuran normatif. Menyadari hal tersebut,
pemerintah sangat serius menangani bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan
yang baik diharapkan muncul generasi penerus
bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Upaya pemerintah
dalam menangani bidang pendidikan sangat
serius, seperti kebijakan dalam peningkatan
profesionalisme guru, adanya perubahan
kurikulum, serta peningkatan fasilitas disetiap
jenjang pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa
jenjang pendidikan merupakan tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik. Jenjang pendidikan
khususnya di sekolah dasar merupakan
pendidikan awal selama 6 tahun dengan tahapan
perkembangan kognitif anak secara operasional
kongkrit ketika umur 7-11 tahun. Tahap ini
merupakan permulaan berpikir rasional,
sehingga anak mampu berpikir logis melalui
objek-objek kongkrit, dan sulit memahami hal-
hal yang hanya direpresentasikan secara verbal
atau abstrak.
Perkembangan kognitif Piaget dapat
mengoptimalkan kemampuan intelektual anak.
Intelektual merupakan suatu kecerdasan yang
dimiliki seorang individu yang berkembang
melalui proses belajar. Salah satu proses
pembelajaran yang ada di sekolah dasar adalah
pembelajaran IPA. Hakikat pembelajaran IPA
SD adalah IPA sebagai keterampilan proses dan
IPA sebagai sikap ilmiah (Martin, 2005, p.30).
Keterampilan proses dan sikap ilmiah di sekolah
dasar sangat tepat jika dilaksanakan dalam
pembelajaran IPA karena siswa dapat langsung
mempraktikkan sendiri kegiatan-kegiatan IPA
yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
sehingga mampu menanamkan sikap positif
selama proses pembelajaran. Terkait hal ini
keterampilan proses dan sikap ilmiah perlu
menjadi prioritas utama bagi guru untuk selalu
dilaksanakan dalam pembelajaran IPA.
Keterampilan proses dan sikap ilmiah
mampu menjadi solusi bagi peningkatan kualitas
pembelajaran IPA yang saat ini mengalami
kecenderungan berjalan ditempat dan sulit maju,
sehingga berdampak pada rendahnya kualitas
penalaran siswa. Hal ini dapat dilihat dari
laporan eksekutif OECD PISA (Programme for
International Student Assessment) tahun 2012
yang menyatakan bahwa kemampuan sains
siswa SD Indonesia berada pada urutan ke-38
dari 38 negara anggota peserta PISA. Hal
tersebut memberikan gambaran kualitas
pembelajaran IPA yang tidak merata dan masih
belum maksimal di setiap wilayah Indonesia.
Untuk itu, dibutuhkan perubahan kualitas
pembelajaran IPA di masing-masing sekolah
dasar di Indonesia. Perubahan tersebut perlu
dilaksanakan dilingkup skala yang kecil terlebih
dahulu, khususnya di SDN Se Gugus 3 Depok,
Sleman, Kota Yogyakarta.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara dengan guru kelas V di Gugus 3
Depok pelaksanaan keterampilan proses dan
sikap ilmiah masih belum dilaksanakan secara
rutin di setiap pertemuan. Meskipun hal ini
menjadi kelemahan yang di alami guru, justru
guru berpendapat bahwa kemampuan kognitif
harus ditingkatkan maksimal dengan membuat
proses pembelajaran yang efektif dengan
menumbuhkan minat belajar, disiplin belajar
dalam diri siswa dan membuat lingkungan
belajar yang kondusif.
Minat belajar merupakan ketertarikan dan
keinginan besar untuk berhasil dalam proses
belajar yang ditandai dengan perasaan senang,
kesadaran dalam belajar serta memberikan
perhatian yang besar dalam aktivitas belajar.
Ainley (2002, p.545) menjelaskan bahwa hasil
proses pembelajaran dapat menunjukkan bahwa
minat belajar dapat terkait dengan respon sikap,
yang mempengaruhi kegigihan, dan ketekunan
dalam belajar. Faktor yang memiliki kontribusi
terhadap pengembangan minat seperti
pengetahuan, emosi positif, dan nilai pribadi.
(Harackiewicz, 2010, p.43).
Faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran IPA, salah satunya disiplin belajar.
Menurut William (dalam Njoroge, 2014, p.292)
disiplin belajar melibatkan semua pemangku
kepentingan, program serta kepribadian dan
iklim sekolah. Disiplin belajar ini merupakan
pengendalian diri siswa dalam perilakunya untuk
mematuhi dan mentaati peraturan yang ada
dalam setiap pembelajaran. Torupere (2013,
p.18) menjelaskan bahwa disiplin belajar dapat
dikategorikan ke dalam kehadiran, perilaku
hormat, perilaku jujur, dan perilaku konstruktif.
3
Disiplin ini sangat dibutuhkan untuk mencegah
perilaku yang tidak tertib ketika pembelajaran.
Selain minat belajar dan disiplin belajar,
faktor utama yang sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran adalah kondisi lingkungan
belajar. Lingkungan belajar dapat dijelasakan
sebagai suatu tempat dengan iklim yang
dikondisikan untuk belajar dan mempersiapkan
siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Faktor yang dikategorikan dapat mempengaruhi
lingkungan belajar, seperti: perilaku guru dalam
mengajar (komunikasi guru terhadap siswa),
hubungan antar siswa, keterlibat siswa dalam
pembelajaran, dan perasaan nyaman siswa di
lingkungan kelas (Kiener, 2014, p.40). Untuk
menciptkan lingkungan belajar yang baik harus
dengan keinginan yang tinggi, mendorong
keterlibatan siswa, membuat desain kelas yang
menarik, mendorong keterlibatan orang tua, dan
menggunakan pujian dan umpan balik yang
efektif pada siswa (Wilson & Wilson, 2012, p.2).
Hasil penelitian yang sudah dilakukan Sri
Puji Hidayati (2012) menjelaskan bahwa
terdapat perbedaan keterampilan proses dasar
IPA dan sikap ilmiah antara kelompok yang
menggunakan metode kerja di laboratorium
dengan kelompok yang menggunakan metode
demonstrasi dalam pembelajaran IPA.
Sedangkan penelitian dari Ergul (2011, p.)
menunjukkan bahwa penggunaan metode
pengajaran dengan ikuiri secara signifikan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains dan
sikap ilmiah siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan variabel bebas (minat belajar, disiplin
belajar, dan lingkungan belajar) dengan variabel
terikat (keterampilan proses dan sikap ilmiah
IPA) siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3
Depok.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
expost-facto dengan jenis korelasional,
dilakukan untuk mengungkap hubungan yang
sudah terjadi antara minat belajar, disiplin
belajar, dan lingkungan belajar sebagai variabel
independen dengan keterampilan proses IPA dan
sikap ilmiah IPA sebagai variabel dependen
pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3
Depok. Keterkaitan antara variabel independen
dengan variabel dependen dalam penelitian ini
digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 1. Desain Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V
SD Negeri Se-Gugus 3 Depok yang berada di
UPTD Depok, Kabupaten Sleman, Kota
Yogyakarta pada bulan April-Mei 2014 pada
semester II tahun pelajaran 2014/2015.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus 3
Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik proportional random sampling dengan
populasi 163 siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus
3 Depok. Pengambilan sampel diawali dengan
menentukan jumlah sampel, kemudian di
persentase secara proporsional sehingga tiap-
tiap sekolah mendapatkan jumlah perbandingan
yang sama/ seimbang untuk dijadikan sampel.
Besarnya sampel ditentukan menurut
rumus Krecjie & Morgan sehingga diperoleh
sampel sejumlah 115 responden dengan masing-
masing sekolah terdiri 49 siswa SDN Babarsari,
47 siswa SDN Caturtunggal IV, dan 19 SDN
Kledokan.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yang berupa angket dengan
menggunakan pernyataan tertutup dengan
validitas item melalui experts judgment dari
dosen ahli dan uji empirik, sedangkan reliabilitas
instrumen dengan teknik Alpha Cronbach.
Pengambilan keputusan pada uji validitas
dengan kriteria rhitung > rtabel, dengan signifikansi
0,05 atau menggunakan batasan 0,304 pada n =
42. Hasil uji validitas pada intrumen angket
dinyatakan keseluruhan valid. Harga kritik
indeks reliabilitas instrumen adalah 0,70 hal ini
menunjukkan bahwa suatu instrumen dikatakan
reliabel jika memiliki alpha cronbach > 0,70.
Hasil uji reliabilitas pada masing-masing
variabel instrumen angket dinyatakan reliabel.
Untuk itu, semua instrumen dinyatakan valid dan
4
reliabel sehingga sudah layak untuk digunakan
untuk mengambil data.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif meliputi sebaran data
mean, median, modus, standar deviation,
variant, nilai maksimal, nilai minimal, range,
sum. Teknik analisis data yang digunakan untuk
pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah
regresi tunggal, regresi ganda, dan korelasi
kanonik dengan bantuan SPSS versi 19. Sebelum
dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan
uji prasyarat analisis pada hasil penelitian yang
meliputi uji normalitas dengan menggunakan
kolmogorov‐smirnov, uji linieritas menggunakan
uji F (test for linearity), uji heteroskedastisitas
dengan metode spearmen’s rho, uji autokorelasi
dengan durbin-watson, dan uji multikolinieritas
menggunakan nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Semua uji prasyarat
analisis tersebut sudah memenuhi syarat
sehingga perlu dilaksanakan perhitungan regresi
tunggal, regresi ganda, dan korelasi kanonik.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis Deskriptif
Deskripsi data digunakan untuk
menyajikan data yang sudah diperoleh
dilapangan. Temuan hasil deskripsi penelitian
ini selanjutnya disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rangkuman Deskripsi Data
Rekapitulasi Data Analisis Frekuensi Var.
Deskripsi Y1 Y2 X1 X2 X3
Mean 89,51 146,9 85,53 86,59 82,23
Med 89,00 148,0 84,00 87,00 82,00
Mod 89 150 89 85 84
Std.
Dev 7,332 11,80 6,051 7,078 6,059
Varian 53,76 139,2 36,62 50,10 36,71
Rang 52 52 30 31 30
Min 68 115 66 69 65
Max 120 167 96 100 95
Sum 10294 16900 9606 9957 9468
Keterampilan Proses IPA
Keterampilan proses IPA merupakan cara
belajar IPA aktif dengan melakukan
penyelidikan langsung dengan fakta-fakta dalam
mengembangkan konsep, membentuk prinsip-
prinsip ilmiah, dan pemahaman teori.
Keterampilan proses IPA yang dimaksud seperti
keterampilan dalam mengamati, menyimpulkan,
mengelompokkan, mengukur, memprediksi, dan
berkomunikasi.
Pengelompokkan data keterampilan
proses IPA disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Keterampilan
Proses IPA
Jumlah
Responden
Persentase
(%) Interval Kategori
1 1 104-120 Sangat
baik
27 23 95-103 Baik
76 66 81-94 Cukup
baik
11 10 68-80 Kurang
baik
Berdasarkan tabel 2 tersebut mean pada
variabel keterampilan proses IPA sebesar 89,51
terletak pada interval 81-94 dengan jumlah
responden 76 dalam kategori cukup baik.
Sikap Ilmiah IPA
Sikap ilmiah IPA merupakan sikap yang
melekat dan dimiliki para siswa dalam
pembelajaran IPA untuk mencari, menyelidiki,
dan mengembangkan pengetahuan baru. Sikap
ilmiah IPA yang dimaksud seperti sikap ingin
tahu, respek terhadap fakta, berpikir kritis,
penemuan dan kreativitas, berpikiran terbuka
dan kerjasama, ketekunan, dan sikap peka
terhadap lingkungan sekitar.
Pengelompokkan data sikap ilmiah IPA
disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Sikap Ilmiah
IPA
Jumlah
Responden
Persen
tase (%) Interval Kategori
34 30 155-167 Sangat
baik
46 40 142-154 Baik
27 23 129-141 Cukup
baik
8 7 66-73 Kurang
baik
Berdasarkan tabel 3 tersebut mean pada
variabel sikap ilmiah IPA sebesar 146,9 terletak
pada interval 142-154 dengan jumlah responden
46 dalam kategori baik.
Minat Belajar
Minat belajar IPA merupakan ketertarikan
dan keinginan besar untuk berhasil dalam proses
belajar IPA yang ditandai dengan perasaan
senang IPA, kesadaran belajar IPA serta
5
memberikan perhatian yang besar dalam
aktivitas belajar IPA.
Pengelompokkan data minat belajar IPA
disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Minat Belajar
IPA
Jumlah
Responden
Persen
tase (%) Interval Kategori
28 24 89-96 Sangat
baik
57 50 81-88 Baik
23 20 74-80 Cukup
baik
7 6 66-73 Kurang
baik
Berdasarkan tabel 4 tersebut mean pada
variabel minat belajar IPA sebesar 85,53
terletak pada interval 81-88 dengan jumlah
responden 57 dalam kategori baik.
Disiplin Belajar IPA
Disiplin belajar IPA merupakan
pengendalian diri siswa dalam perilakunya untuk
mematuhi dan mentaati peraturan yang ada
dalam setiap pembelajaran IPA. Disiplin belajar
IPA yang dimaksud, seperti disiplin dalam
ketepatan waktu belajar IPA, disiplin dalam
mengerjakan tugas IPA, disiplin dalam
mengikuti pelajaran IPA, dan disiplin dalam
mentaati tata tertib dalam pelajaran IPA.
Pengelompokkan data disiplin belajar IPA
disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Disiplin
Belajar IPA
Jumlah
Responden
Persen
tase (%) Interval Kategori
25 22 93-100 Sangat
baik
25 22 89-92 Baik
55 48 77-88 Cukup
baik
10 8 69-76 Kurang
baik
Berdasarkan tabel 5 tersebut mean pada
variabel disiplin belajar IPA sebesar 86,59
terletak pada interval 77-88 dengan jumlah
responden 55 dalam kategori cukup baik.
Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar IPA merupakan suatu
tempat dengan iklim yang dikondisikan untuk
belajar dan mempersiapkan siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Lingkungan
belajar IPA yang dimaksud adalah lingkungan
belajar di lingkungan kelas, seperti lingkungan
fisik kelas (pencahayaan, suhu, ukuran ruang
belajar, bahan ajar, dan estetika), dan keadaan
ketika proses pembelajaran IPA (pengajaran
guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan
antar siswa, dan penanaman nilai moral yang
dilakukan guru pada siswa).
Pengelompokkan data lingkungan belajar
IPA disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Lingkungan
Belajar IPA
Jumlah
Responden
Persen
tase (%) Interval Kategori
25 22 88-95 Sangat
baik
49 43 81-87 Baik
34 30 73-80 Cukup
baik
7 6 65-72 Kurang
baik
Berdasarkan tabel 6 tersebut mean pada
variabel lingkungan belajar IPA sebesar 82,23
terletak pada interval 81-87 dengan jumlah
responden 49 dalam kategori baik.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk
mengetahui apakah hipotesis yang diungkapkan
pada penelitian ini dapat diterima atau ditolak.
Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar dengan
keterampilan proses IPA siswa kelas V SDN Se-
Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal
dengan program SPSS 19.0, hasil rangkuman
analisis regresi linier dapat dilihat pada tabel 7
berikut:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Analisis Minat
Belajar dengan Keterampilan Proses
Variabel Koefisien
R
Adjust
R2 T-hit Sig
X1-Y1 0,668 0,442 9,552 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,668 dengan kriteria hubungan yang
kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,422. Bahwa
besar kontribusi variabel minat belajar (X1)
dengan keterampilan proses IPA (Y1) sebesar
44,2%. Artinya bahwa 44,2% minat belajar
siswa ada hubungannya dengan keterampilan
proses IPA.
6
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Thitung sebesar 9,552 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar dengan
keterampilan proses IPA.
Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara disiplin belajar dengan
keterampilan proses IPA siswa kelas V SDN Se-
Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal
dengan program SPSS 19.0, hasil rangkuman
analisis regresi linier dapat dilihat pada tabel 8
berikut:
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Analisis Disiplin
Belajar dengan Keterampilan Proses
Variabel Koefi
sien R
Adjust
R2 T-hit Sig
X2-Y1 0,750 0,558 12,036 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,750 dengan kriteria hubungan yang
sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,558.
Bahwa besar kontribusi variabel disiplin belajar
(X2) dengan keterampilan proses IPA (Y1)
sebesar 55,8%. Artinya bahwa 55,8% disiplin
belajar siswa ada hubungannya dengan
keterampilan proses IPA.
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Thitung sebesar 12,036 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara disiplin belajar dengan
keterampilan proses IPA.
Uji Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara lingkungan belajar dengan
keterampilan proses IPA siswa kelas V SDN Se-
Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal
dengan program SPSS 19.0, hasil rangkuman
analisis regresi linier dapat dilihat pada tabel 9
berikut:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Analisis
Lingkungan Belajar dengan Keterampilan
Proses
Variabel Koefi
sien R
Adjust
R2 T-hit Sig
X3-Y1 0,688 0,468 10,067 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,688 dengan kriteria hubungan yang
kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,468. Bahwa
besar kontribusi variabel lingkungan belajar (X3)
dengan keterampilan proses IPA (Y1) sebesar
46,8%. Artinya bahwa 46,8% lingkungan belajar
siswa ada hubungannya dengan keterampilan
proses IPA.
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Thitung sebesar 10,067 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara lingkungan belajar dengan
keterampilan proses IPA.
Uji Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,
dan lingkungan belajar dengan keterampilan
proses IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus 3
Depok”. Sesuai analisis regresi ganda dengan
program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis
regresi linier dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
Tabel 10. Uji Hipotesis Keempat
Variabel Koefis
ien R
Adjust
R2 F-hit Sig
X1,X2,X3-
Y1 0,772 0,585 54,552 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,772 dengan kriteria hubungan yang
sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,585.
Bahwa besar kontribusi variabel minat belajar
(X1), disiplin belajar (X2), dan lingkungan
belajar (X3) dengan keterampilan proses IPA
(Y1) sebesar 58,5%. Artinya bahwa 58,5% minat
belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar
siswa ada hubungannya dengan keterampilan
proses IPA.
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Fhitung sebesar 54,552 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
7
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,
dan lingkungan belajar dengan keterampilan
proses IPA.
Sesuai dengan analisis yang dilakukan,
diperoleh nilai koefisien a sebesar 10,837 yang
berarti jika semua variabel independen memiliki
nilai (0) nol, maka nilai variabel dependen
sebesar 10,837; koefisien regresi X1 (b1) sebesar
0,178; koefisien regresi X2 (b2) sebesar 0,455;
koefisien regresi X3 (b3) sebesar 0,297; sehingga
model persamaan regresinya sebagai berikut: Y=
10,837 + 0,178X1 + 0,455X2 + 0,297X3.
Konstanta sebesar 10,837 menyatakan
bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel
bebas, maka keterampilan proses IPA (Y1)
adalah 10,837. Koefisien regresi sebesar 0,178,
0,455, dan 0,297 menyatakan bahwa setiap
kenaikan satu skor dari variabel bebas akan
terjadi penambahan skor sebesar 0,178, 0,455,
dan 0,297 pada keterampilan proses IPA siswa
kelas V SDN Se-Gugus 3 Depok dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
Uji Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar dengan sikap
ilmiah IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus 3
Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal dengan
program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis
regresi linier dapat dilihat pada tabel 11 berikut:
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Analisis Minat
belajar dengan Sikap Ilmiah
Variabel Koefi
sien R
Adjust
R2 T-hit Sig
X1-Y2 0,745 0,552 11,886 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,745 dengan kriteria hubungan yang
sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,552.
Bahwa besar kontribusi variabel minat belajar
(X1) dengan sikap ilmiah IPA (Y2) sebesar
55,2%. Artinya bahwa 55,2% minat belajar
siswa ada hubungannya dengan sikap ilmiah
IPA.
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Thitung sebesar 11,886 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar dengan sikap
ilmiah IPA.
Uji Hipotesis Keenam
Hipotesis keenam dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara disiplin belajar dengan sikap
ilmiah IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus 3
Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal dengan
program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis
regresi linier dapat dilihat pada tabel 12 berikut:
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Analisis
Disiplin Belajar dengan Sikap Ilmiah
Variabel Koefisien
R
Adjust
R2 T-hit Sig
X2-Y2 0,848 0,717 17,019 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,848 dengan kriteria hubungan yang
sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,717.
Bahwa besar kontribusi variabel disiplin belajar
(X2) dengan sikap ilmiah IPA (Y2) sebesar
71,7%. Artinya bahwa 71,7% disiplin belajar
siswa ada hubungannya dengan sikap ilmiah
IPA.
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Thitung sebesar 17,019 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara disiplin belajar dengan sikap
ilmiah IPA.
Uji Hipotesis Ketujuh
Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara lingkungan belajar dengan
sikap ilmiah IPA siswa kelas V SDN Se-Gugus
3 Depok”. Sesuai analisis regresi tunggal dengan
program SPSS 19.0, hasil rangkuman analisis
regresi linier dapat dilihat pada tabel 13 berikut:
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Analisis
Lingkungan Belajar dengan Sikap Ilmiah
Variabel Koefisien
R
Adjust
R2 T-hit Sig
X3-Y2 0,774 0,595 12,984 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,774 dengan kriteria hubungan yang
sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,595.
Bahwa besar kontribusi variabel lingkungan
belajar (X3) dengan sikap ilmiah IPA (Y2)
sebesar 59,5%. Artinya bahwa 59,5%
lingkungan belajar siswa ada hubungannya
dengan sikap ilmiah IPA.
8
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Thitung sebesar 12,984 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara lingkungan belajar dengan
sikap ilmiah IPA.
Uji Hipotesis Kedelapan
Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,
dan lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA
siswa kelas V SDN Se-Gugus 3 Depok”. Sesuai
analisis regresi ganda dengan program SPSS
19.0, hasil rangkuman analisis regresi linier
dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Uji Hipotesis Kedelapan
Variabel Koefi
sien R
Adjust
R2 F-hit Sig
X1,X2,X3-
Y2 0,870 0,751 115,47 0,000
Hasil analisis diperoleh koefisien (R)
sebesar 0,870 dengan kriteria hubungan yang
sangat kuat, sedangkan Adjust R2 sebesar 0,751.
Bahwa besar kontribusi variabel minat belajar
(X1), disiplin belajar (X2), dan lingkungan
belajar (X3) dengan sikap ilmiah IPA (Y2)
sebesar 75,1%. Artinya bahwa 75,1% minat
belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar
memiliki hubungan dengan sikap ilmiah IPA.
Hasil analisis pada tabel di atas, diketahui
bahwa nilai Fhitung sebesar 115,47 dengan
signifikan sebesar 0,000 (p<0,05). Artinya
bahwa nilai signifikansi kurang dari 0,05
(0,000<0,05) maka hipotesis dalam penelitian
ini menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,
dan lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA.
Sesuai dengan analisis yang dilakukan,
diperoleh nilai koefisien a sebesar 5,455 yang
berarti jika semua variabel independen memiliki
nilai (0) nol, maka nilai variabel dependen
sebesar 5,455; koefisien regresi X1 (b1) sebesar
0,265; koefisien regresi X2 (b2) sebesar 0,879;
koefisien regresi X3 (b3) sebesar 0,525; sehingga
model persamaan regresinya sebagai berikut: Y=
5,455 + 0,265X1 + 0,879X2 + 0,525X3.
Konstanta sebesar 5,455 menyatakan
bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel
bebas, maka keterampilan proses IPA (Y1)
adalah 5,455. Koefisien regresi sebesar 0,265,
0,879, dan 0,525 menyatakan bahwa setiap
kenaikan satu skor dari variabel bebas akan
terjadi penambahan skor sebesar 0,265, 0,879,
dan 0,525 pada keterampilan proses IPA siswa
kelas V SDN Se-Gugus 3 Depok dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
Uji Hipotesis Kesembilan
Hipotesis kesembilan dalam penelitian ini
adalah “terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara minat belajar, disiplin belajar,
dan lingkungan belajar dengan keterampilan
proses dan sikap ilmiah IPA siswa kelas V SDN
Se-Gugus 3 Depok”. Sesuai analisis korelasi
kanonik dengan program SPSS 19.0, hasil
rangkuman analisis korelasi kanonik dapat
dilihat pada tabel 15 berikut:
Tabel 15. Perhitungan untuk penentuan fungsi
kanonik
Dengan melihat root ada dua kanonik
fungsi yaitu fungsi 1 korelasi kanonik 0,874
dengan signifikansi 0,000 dan fungsi 2 korelasi
kanonik 0,030 dengan signifikansi 0,950. Dari
hasil tersebut terlihat fungsi 1 < 0,05 signifikan
secara individual. Sedangkan fungsi 2 > 0,05
maka tidak signifikan secara individual. Oleh
karena itu fungsi 1 dapat diproses lebih lanjut.
Sedangkan fungsi 2 secara individual tidak dapat
diproses lebih lanjut. Metode yang digunakan
yaitu Pillais, Hotellings, Wilks dengan hasil uji
signifikansi secara simultan menunjukkan
bahwa ketiga model pengujian adalah signifikan.
Selanjutnya digunakan kanonik loading untuk
mengetahui korelasi antar variabel asal dalam
satu kumpulan dengan variabel kanonik pada
kumpulan yang lainnya.
Tabel 16. Hasil perhitungan canonical loading
untuk dependen variat
Eigenvalues and Canonical Correlations
Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor. Sq. Cor
1 3,23904 99,97166 99,97166 ,87413 ,76410
2 ,00092 ,02834 100,00000 ,03029 ,00092
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Dimension Reduction Analysis
Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F
1 TO 2 ,23569 38,86075 6,00 220,00 ,000
2 TO 2 ,99908 ,05096 2,00 111,00 ,950
Eigenvalues and Canonical Correlations
Root No. Eigenvalue Pct. Cum. Pct. Canon Cor. Sq. Cor
1 3,23904 99,97166 99,97166 ,87413 ,76410
2 ,00092 ,02834 100,00000 ,03029 ,00092
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Dimension Reduction Analysis
Roots Wilks L. F Hypoth. DF Error DF Sig. of F
1 TO 2 ,23569 38,86075 6,00 220,00 ,000
2 TO 2 ,99908 ,05096 2,00 111,00 ,950
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Correlations between DEPENDENT and canonical variables
Function No.
Variable 1 2
KPS ,88292 -,46952
SIS ,99556 ,09417
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Correlations between COVARIATES and canonical variables
CAN. VAR.
Covariate 1 2
MB ,85796 -,43594
DB ,97409 ,16003
LB ,88939 -,08282
9
Pada tabel 16 hasil perhitungan canonical
loading dengan hanya melihat fungsi 1 pada
deretan angka korelasi loading. Untuk dependen
variabel, terdapat dua angka canonical loading
dengan kategori tinggi yaitu di atas 0,5 dengan
nilai 0,882 (Keterampilan proses IPA) dan 0,995
(Sikap ilmiah IPA).
Tabel 17. Hasil perhitungan canonical loading
untuk independen variat
Sedangkan pada tabel 17 hasil
perhitungan canonical loading dengan hanya
melihat fungsi 1 pada deretan angka korelasi
loading. Untuk independen variabel, terdapat
tiga angka canonical loading dengan kategori
tinggi yaitu di atas 0,5 dengan nilai loading X1
0,857 (Minat belajar), loading X2 0,974 (Disiplin
belajar), dan loading X3 0,889 (Lingkungan
belajar). Tanda positif memiliki arti pada uji
hipotesis berbanding lurus antara variabel
independen dengan variabel dependen, yaitu: 1)
semakin tinggi minat belajar semakin tinggi
keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah IPA;
2) semakin tinggi disiplin belajar semakin tinggi
keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah IPA;
3) semakin baik lingkungan belajar semakin baik
keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah IPA.
Pembahasan
Hubungan minat belajar dengan keterampilan
proses IPA
Minat belajar siswa merupakan salah satu
faktor penentu dalam pelaksanaan keterampilan
proses. Minat belajar dapat terlihat ketika
perasaan senang dan keterkaitan siswa muncul
dalam melakukan keterampilan proses IPA.
Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa
minat belajar merupakan komponen penting bagi
siswa yang berhubungan dengan keterampilan
proses IPA. Jika pelaksanaan keterampilan
proses IPA digerakkan oleh minat yang kuat,
maka pembelajaran akan berkualitas sehingga
pencapaian hasil belajar siswa akan maksimal.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
Harlen (2000, p.71) minat sangat penting bagi
siswa untuk terlibat dan berusaha untuk
memahami apa yang terjadi dalam kegiatan dari
pengalaman mereka. Minat belajar bisa terlihat
dari sikap tekun dan semangat ketika berada di
lingkungan belajar sehingga mampu mencapai
proses pembelajaran yang baik. Hasil penelitian
ini sesuai dengan Prihantoro (2007, p.89)
pengamatan lingkungan sekitar dengan
kelompok dapat meningkatkan minat belajar.
Hasil penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa minat belajar merupakan
faktor penentu dalam pelaksanaan keterampilan
proses IPA dengan tingkat hubungan yang kuat
dengan korelasi r 0,668, sumbangan efektif
44,2%.
Hubungan disiplin belajar dengan keterampilan
proses IPA
Disiplin belajar dapat menjadi faktor yang
mengakibatkan pelaksanaan keterampilan
proses berjalan baik atau tidak. Disiplin belajar
ini merupakan sikap yang sudah tertanam dalam
diri setiap siswa sehingga mampu membuat
situasi belajar menjadi kondusif dengan
keaktifan dan kreatifitas siswa dalam belajar.
Disiplin belajar yang baik membuat siswa
menjadi patuh dan tekun dalam belajar. Disiplin
belajar siswa cenderung menekankan pada
ketepatan waktu dalam belajar. Jika siswa
memiliki disiplin yang baik, maka mereka akan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan kemauan
sendiri. Disiplin waktu ketika belajar sangat
menjadi prioritas bagi guru dan siswa untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif.
Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa
disiplin belajar merupakan komponen penting
bagi siswa yang berhubungan dengan
keterampilan proses IPA. Disiplin ini dapat
membuat keberhasilan dalam pelaksanaan
keterampilan proses. Untuk itu, disiplin belajar
harus sangat serius ditanamkan pada setiap siswa
di sekolah dasar. Hasil temuan dalam penelitian
ini diperkuat dari pendapat Torupera (2000,
p.96) yang menjelaskan bahwa disiplin
merupakan faktor yang sangat penting bagi
sekolah yang dapat meningkatkan nilai-nilai
moral siswa. Disiplin belajar ini penting karena
dapat juga meningkatkan ketenangan dan
kenyamanan selama proses pembelajaran.
Penelitian ini juga di dukung dari penelitian
Pasternak (2013: 1) yang menjelaskan bahwa
terdapat korelasi antara keterampilan disiplin
belajar dengan prestasi akademik, yang mana
ditemukan korelasi positif yang signifikan antara
empat keterampilan disiplin belajar seperti
ketekunan, jadwal pertemuan, penetapan tujuan,
dan perencanaan dalam pencapaian penyelesaian
tugas yang menyenangkan.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Correlations between DEPENDENT and canonical variables
Function No.
Variable 1 2
KPS ,88292 -,46952
SIS ,99556 ,09417
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Correlations between COVARIATES and canonical variables
CAN. VAR.
Covariate 1 2
MB ,85796 -,43594
DB ,97409 ,16003
LB ,88939 -,08282
10
Hasil penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa disiplin belajar merupakan
faktor penentu dalam pelaksanaan keterampilan
proses IPA dengan tingkat hubungan yang
sangat kuat dengan korelasi r 0,750, sumbangan
efektif 55,8%.
Hubungan lingkungan belajar dengan
keterampilan proses IPA
Lingkungan belajar faktor utama yang
membuat baik atau buruknya pelaksanaan
keterampilan proses IPA. Lingkungan ini
merupakan tempat berlangsungnya proses
pembelajaran yang dapat mendorong siswa
untuk bersikap dan berperilaku positif dalam
melaksanakan keterampilan proses IPA.
Perilaku siswa ketika belajar tergantung dari
lingkungan belajar di kelas, dimana hubungan
guru dengan siswa harus terjalin dengan baik
sehingga mampu menciptakan pembelajaran
yang efektif (Moos dalam Welch, 2014, p.894).
Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa
lingkungan belajar merupakan komponen
penting bagi siswa yang berhubungan dengan
keterampilan proses IPA. Lingkungan belajar
yang positif dapat membuat kelas menjadi
kondusif sehingga dapat memberikan inspirasi
berpikir yang sehat dan mampu memberikan
kekuatan belajar yang besar bagi siswa. Hasil
temuan dalam penelitian ini diperkuat dari
pendapat Kiener (2014, p.40) yang menjelaskan
bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
dalam terciptanya proses pembelajaran yang
efektif. Lingkungan belajar yang kondusif dapat
membuat siswa mudah menumbuhkan motivasi,
minat, dan disiplin belajar selama mengikuti
proses pembelajaran.
Hasil penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa lingkungan belajar
merupakan faktor penentu dalam pelaksanaan
keterampilan proses IPA dengan tingkat
hubungan yang kuat dengan korelasi r 0,688,
sumbangan efektif 46,8%.
Hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar dengan keterampilan proses
IPA
Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa
keterampilan proses IPA berhubungan dengan
minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan
belajar yang secara simultan memiliki korelasi
yang sangat kuat (r 0,772) dengan kontribusi
sebesar 58,5%. Jika siswa memiliki minat
belajar tinggi, disiplin belajar tinggi, serta berada
dalam kondisi lingkungan belajar yang baik
maka pelaksanaan keterampilan proses IPA
siswa menjadi baik.
Berbagai penelitian relevan yang
menjelaskan bahwa kerangka konseptual
keterampilan proses terkait domain kognitif
dengan pengklasifikasian seperti keterampilan
pengolahan informasi, kemampuan penalaran,
keterampilan penyelidikan, keterampilan
berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah (Ozgolen, 2012, p.284). Penelitian ini di
dukung dari Handika & Wangid (2013, p.85)
menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis
masalah berpengaruh signifikan dan lebih baik
dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran
konvensional terhadap keterampilan proses sains
siswa SD. Sedangkan Sole & Wilujeng (2013,
p.43) menerangkan bahwa penerapan model 4-E
learning cycle berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keterampilan proses dasar
IPA siswa di sekolah dasar. Pendapat lain yang
mendukung penelitian ini juga disampaikan
Anderson (dalam Ergul, 2002, p.49) yang mana
dalam penelitiannnya mengindikasikan bahwa
pelaksanaan penerapan penyelidikan ilmiah
dalam mengajar sains memiliki beberapa efek
positif pada prestasi kognitif, keterampilan
proses, dan sikap terhadap ilmu pengetahuan
yang relatif.
Hubungan minat belajar dengan sikap ilmiah
IPA
Minat belajar memiliki hubungan dengan
sikap positif yang ada dalam diri siswa ketika
melaksanakan proses pembelajaran. Jika minat
belajar baik maka muncul sikap ilmiah yang baik
karena berlangsung pada waktu dan kondisi
yang bersamaan. Minat perlu dikembangkan
dalam pembelajaran IPA, begitu juga sikap
ilmiah IPA. Untuk itu, siswa harus memiliki
perasaan senang dan tertarik untuk belajar IPA.
Siswa yang sudah memiliki perasaan
senang dalam pembelajaran IPA, kecenderungan
minatnya akan semakin tinggi dan selalu
melakukan objek tersebut dengan antusias
sehingga sikap ilmiah mampu berkembang baik.
Krapp (1999, p.24) menerangkan bahwa minat
terbagi tiga jenis, yaitu: 1) minat sebagai
karakteristik disposisional siswa tersebut; 2)
minat sebagai ciri khas dari lingkungan belajar;
3) minat sebagai keadaan psikologis. Sedangkan
untuk sikap ilmiah Carin & Sund (1987, p.6)
menerangkan jika sikap ilmiah merupakan sikap
perilaku yang siswa lakukan ketika dalam
melaksanakan keterampilan proses.
11
Hasil penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa minat belajar merupakan
faktor penentu dalam mengembagkan sikap
ilmiah IPA dengan tingkat hubungan yang
sangat kuat dengan korelasi r 0,745, sumbangan
efektif sebesar 55,2%.
Hubungan disiplin belajar dengan sikap ilmiah
IPA
Disiplin belajar memiliki hubungan
dengan sikap ilmiah ketika pelaksanaan
keterampilan proses. Hal ini bisa di ketahui dari
aspek/ indikator yang sama-sama menjunjung
tinggi sikap sungguh-sungguh dan patuh pada
aturan yang sudah ditetapkan. Jika siswa
memiliki minat tinggi maka secara langsung
sikap ilmiah akan meningkat. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian ini yang menjelaskan
bahwa disiplin belajar memiliki hubungan yang
sangat kuat dengan korelasi r 0,848, sumbangan
efektif sebesar 71,7%. Beberapa faktor yang
memiliki kontribusi dalam penanaman disiplin
belajar, seperti: 1) keluarga; 2) pengaruh
masyarakat; 3) lingkungan sekolah; 4) dan
banyaknya tugas yang harus diselesaikan
(Njoroge, 2014, p.292)
Penelitian ini juga terkait dengan
penelitian yang menerangkan bahwa sikap
ilmiah memiliki hubungan positif terhadap hasil
prestasi akademik siswa (Olasehinde & Olatoye,
2014, p.445). Sedangkan Setyawan & Mustadi,
(2015, p.108) yang menjelaskan bahwa
pengembangan pembelajaran dengan SSP
mampu membangun karakter disiplin dan
kreatif.
Hubungan lingkungan belajar dengan sikap
ilmiah IPA
Lingkungan belajar merupakan aspek
yang paling penting dalam pembelajaran IPA.
Lingkungan belajar dapat membuat siswa tidak
merasa bosan ketika belajar IPA, proses
pembelajaran IPA dapat lebih menarik, lebih
nyaman, dan memberikan keaktifan bagi siswa
untuk berdiskusi/ tanya jawab dengan siswa/
guru secara langsung. Lingkungan belajar yang
tidak kondusif dapat membuat siswa sulit
menanamkan dan mengeluarkan sikap ilmiah
IPA. Begitu juga sebaliknya, lingkungan belajar
yang kondusif akan membuat siswa lebih mudah
mengembangkan sikap ilmiah IPA.
Lingkungan belajar merupakan tempat
berlangsung pelaksanaan keterampilan proses
dengan penanaman sikap ilmiah IPA. Jika
lingkungan belajar baik maka sikap ilmiah juga
baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
memberi kesimpulan bahwa lingkungan belajar
memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat
dengan korelasi r 0,774, sumbangan efektif
59,5%. Hasil penelitian ini di dukung dari
penelitian Zubaidah (2015, p.46) menjelaskan
bahwa lingkungan kelas yang bernuansa ke
SDan saat ini dibutuhkan untuk menunjang
pelaksanaan pembelajaran di SD karena
memungkinkan siswa dan guru dapat
melaksanakan pembelajaran tentang banyak hal.
Selanjutnya penelitian dari Eggen & Kauchak
(dalam Moalosi, 2013, p.302) menjelaskan
bahwa lingkungan belajar di kelas merupakan
interaksi guru dengan siswa untuk bekerjasama
dan belajar secara bersama-sama yang bertujuan
mencapai hasil akademik siswa. Hal yang sama
juga dikemukakan Houston (2008, p.31)
lingkungan positif dapat meningkatkan prestasi
siswa yang lebih besar.
Hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA
Hasil fakta di lapangan ditemukan bahwa
sikap ilmiah IPA berhubungan dengan minat
belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar
yang secara simultan memiliki korelasi yang
sangat kuat (r 0,870) dengan kontribusi sebesar
75,1%. Sikap ilmiah merupakan sikap yang
muncul ketika melaksanakan keterampilan
proses IPA. Jika pelaksanaan keterampilan
proses kurang baik, pengembangan sikap ilmiah
dapat tidak berkembang. Oleh karena itu, aspek
sikap ilmiah IPA bisa dikatakan memiliki
hubungan yang sama dengan keterampilan
proses dalam hal faktor yang mempengaruhi,
seperti minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar. Keterkaitan ini dapat dilihat
dari manfaat dan dampak yang ditimbulkan bagi
siswa dari masing-masing uraian di atas antara
keterkaitan minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar dengan sikap ilmiah IPA.
Berbagai penelitian relevan yang
menjelaskan bahwa kerangka konseptual
keterampilan proses terkait domain kognitif
dengan pengklasifikasian seperti keterampilan
pengolahan informasi, kemampuan penalaran,
keterampilan penyelidikan, keterampilan
berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah (Ozgolen, 2012, p.284). Pendapat lain
yang mendukung penelitian ini juga
disampaikan Anderson (dalam Ergul, 2002,
p.49) yang mana dalam penelitiannnya
mengindikasikan bahwa pelaksanaan penerapan
penyelidikan ilmiah dalam mengajar sains
12
memiliki beberapa efek positif pada prestasi
kognitif, keterampilan proses, dan sikap
terhadap ilmu pengetahuan yang relatif
Hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar dengan keterampilan proses
dan sikap ilmiah IPA
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
pada uji kanonik loading menyatakan bahwa
minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan
belajar memiliki hubungan yang lurus dan
signifikan dengan keterampilan proses dan sikap
ilmiah IPA secara simultan dengan nilai kanonik
loading di atas 0,5 dan pada taraf signifikansi
0,000. Untuk itu, sangat tepat jika pembelajaran
IPA baik jika dilakukan dengan keterampilan
proses dan sikap ilmiah IPA.
Pembelajaran IPA memiliki tujuan agar
siswa dapat mencapai dan mengembangkan
kompetensinya dengan menitikberatkan pada
pengalaman langsung dalam menjelajah dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh
karena itu, siswa diharapkan beraktivitas
semaksimal mungkin baik melalui kegiatan
observasi, eksperimen, maupun diskusi untuk
mencari jawaban atas berbagai peristiwa yang
terjadi di alam sekitar. Pembelajaran IPA di SD
yang baik harus menekankan pada proses dan
sikap sehingga mendapatkan hasil yang benar
sesuai fakta dan bermakna bagi siswa. Dengan
pembelajaran tersebut maka dapat diperoleh
kemampuan kognitif siswa yang mampu
berkembang. Kemampuan kognitif tersebut
diantaranya minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar. melakukan keterampilan
proses IPA dan sikap ilmiah IPA yang baik
diharapkan kemampuan kognitif siswa dari
minat belajar, disiplin belajar, dan lingkungan
belajar dapat berkembang menjadi lebih baik.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan
keterampilan proses dan sikap ilmiah dapat
dilihat dari segi perkembangan kognitif sesuai
dengan usia anak (Piaget dalam Ozgolen, 2012,
p.285). Sedangkan faktor yang mempengaruhi
keterampilan proses dan sikap ilmiah, dapat
meliputi minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar (Ahmad Susanto, 2011,
p.59).
Simpulan dan Saran
Simpulan
Hasil penelitian yang sudah dilakukan
menjelaskan bahwa minat belajar, disiplin
belajar, dan lingkungan belajar mempunyai
hubungan positif dan signifikan jika di uji secara
parsial dan simultan dengan keterampilan proses
dan sikap ilmiah IPA pada Kelas V SDN Se-
Gugus 3 Depok.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, minat belajar, lingkungan belajar, dan
sikap ilmiah siswa dalam kategori baik.
Sedangkan disiplin belajar dan keterampilan
proses IPA dalam kategori cukup baik. Untuk
itu, guru diharapkan memprioritaskan
peningkatan kedisiplinan belajar dan sering
menggunakan keterampilan proses dalam
mengajar khususnya materi IPA.
Guru diharapkan selalu mengembangkan
pendekatan keterampilan proses dengan
memberikan variasi dan inovasi dalam
menyampaikan materi pada siswa. Selain itu,
guru juga diharapkan selalu mengembangkan
sikap ilmiah dalam setiap pelaksanaan
keterampilan proses IPA, karena dengan strategi
tersebut, nilai-nilai moral siswa dapat muncul
dan lingkungan belajar dapat berjalan kondusif
sehingga guru mudah meningkatkan prestasi
akademik siswa.
Untuk variabel keterampilan proses
sebaiknya menggunakan alat pengumpulan data
tidak hanya angket, tetapi dengan membuat
lembar pengamatan dan penilaian terstruktur dan
sistematis pada kegiatan siswa ketika melakukan
penyelidikan ilmiah.
Sebelum membuat instrumen angket perlu
dilakukan observasi dan wawancara terlebih
dahulu dengan guru dan pihak-pihak terkait
supaya mengetahui keadaan siswa yang lebih
lengkap tentang bagaimana proses pembelajaran
yang sudah dilaksanakan.
Perlu dilaksanakan penelitian tentang
hubungan minat belajar, disiplin belajar, dan
lingkungan belajar dengan keterampilan proses
dan sikap ilmiah IPA di sekolah lain yang
cakupannya lebih luas.
Perlu dilakukannya penelitian dengan
waktu relatif lebih lama dan berkesinambungan
untuk memperoleh data yang lebih objektif
sehingga hasilnya tidak bias.
Daftar Pustaka
Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan anak
usia dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ainley, M., Hidi, S., & Berndorff, D. (2002).
Interest, learning, and the psychological
processes that mediate their relationship.
American Psychological, 94 (3), 545-561.
13
Carin, A.A., & Sund, R.B. (1987). Teaching
modern science third edition. Columbus:
Charles E. Merrill Publishing Co.
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., et al. (2011).
The effects of inquiry-based science
teaching on elementary school students’
science process skills and science attitudes.
Science and Education Policy, 5 (1), 48-68.
Handika, I., & Wangid, M. (2013). Pengaruh
pembelajaran berbasis masalah terhadap
penguasaan konsep dan keterampilan proses
sains siswa kelas v. Jurnal Prima Edukasia,
1(1), 85-93. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article
/view/2320
Harackiewicz, J.M., Kathy, & Hulleman, C.S.
(2008). The importance of interests: The role
of achievement goals and task values in
promoting the development of interest.
Journal Compilation, 10 (4), 42-52.
Harlen, W. (2000). Teaching, learning, and
assesing science 5-12. London: A SAGE
Publications Company.
Houston, L.S., Fraser, B.J., & Ledbetter, C.E.
(2008). An evaluation of elementary school
science kits in terms of classroom
environment and student attitudes. Journal
of Elementary Science Educations, 20, 29-
47.
Krapp, A. (1999). Interest, motivation and
learning: An educational-psychological
perspective. Psychology of Education
German, 14, 23-40.
Kiener, M., Green, P., & Ahuna, K. (2014).
Using the comfortability-in-learning scale to
enhance positive classroom learning
environments. Journal of Scholarly
Teaching, 9, 36-43.
Martin, R., Sexton, C., Franklin, T., et al. (2005).
Teaching science for all children, inquiry
methods for constructing understanding.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Moalosi, S. (2013). Effects of direct instruction
and social constructivism on learners’
cognitive development: A comparative
study. Research International, 6, 301-305.
Njoroge, P.M., & Nyabuto, A.N. (2014).
Discipline as a factor in academia
performance in Kenya. Journal of Education
and Social Research MCSER Publishing
Roma-Italy, 4, 269-307.
Olasehinde, K.J., & Olatoye, R.A. (2014).
Scientific attitude, attitude to science and
science achievement of senior secondary
school students in Katsina State, Nigeria.
Journal of Educational and Social
Research,4, 445-452.
Ozgelen, S. (2012). Students’ science process
skills within a cognitive domain framework.
Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 8, 283-292.
Pasternak, R. (2013). Discipline, learning skills
and academic achievement, Israel. Journal
of Art and Education, 1, 1-11.
Prihantoro. (2007). Peningkatan minat belajar
IPS dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 1 (1),
89-104.
PISA International Results. (2009) Science
performance (PISA). Diambil tanggal 23
Juni 2015 dari
https://data.oecd.org/pisa/science-
performance-pisa.htm
Setyawan, W., & Mustadi, A. (2015).
Pengembangan ssp tematik-integratif untuk
membangun karakter disiplin dan kreatif
siswa kelas i sd. Jurnal Prima Edukasia,
3(1), 108-119. Retrieved from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article
/view/4072
Sole, F., & Wilujeng, I. (2013). Pengaruh
implementasi the 4-e learning cycle terhadap
pengetahuan, keterampilan proses dasar, dan
sikap ilmiah ipa siswa sdk kererobbo. Jurnal
Prima Edukasia, 1(1), 43-50. Retrieved
from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article
/view/2315
Sri Puji Hidayati. (2012). Pengaruh metode
kerja laborotorium dan demonstrasi
terhadap keterampilan proses dasar ipa dan
sikap ilmiah peserta didik kelas VII SMP
Dahrul Hikmah Kutoarjo. Tesis magister:
PPs UNY.
Torupera, K. (2013). School Physical
Environment And Secondary School
Students Discipline In Bayelsa State,
Nigeria. Journal of Research in Social
Sciences, 3, 18-36.
Welch, A.G., Cakir, M., Peterson, C.M., et al.
(2014). The relationship between gender and
classroom environment in Turkish science
classrooms. Journal Educational Reseach
and Reviews, 9, 893-903.
Wilson, F.L., & Wilson, Y.D. (October 2012).
Positive classroom environments. Reports
Elementary Secondary Education. Diambil
pada tanggal 14 April 2015, dari
14
https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED536465.
Zubaidah, E. (2015). Pemanfaatan media
pembelajaran untuk menciptakan
lingkungan kelas SD (Alternatif Penciptaan
Laboratorium SD yang Efektif ). Jurnal
Prima Edukasia, 3(1), 46-60. Retrieved
from
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article
/view/4064
Profil singkat
Aan Widiyono lahir di Pati, 03 Oktober
1990. Lulusan D2 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sebelas Maret tahun 2010, S1
jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sebelas Maret tahun 2012, dan S2
jurusan Pendidikan Dasar di Universitas Negeri
Yogyakarta tahun 2015. Kontak 085712553775,
atau email ke [email protected].