jurnal_jmv_2015

Upload: gamaharianda

Post on 06-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Jurnal_JMV_2015

    1/4

    Jurnal Medika Veterinaria Vol. 9 No. 1, Februari 2015ISSN : 0853-1943

    26

    EFEK PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARANHISTOPATOLOGIS HATI TIKUS PUTIH ( Rattus norvegicus )

    The ef fect of A dmin istrating Waste Cooking Oil to H istopathol ogy of Rat(Rattus norvegicus) li ver

    Siti Aisyah 1, Hamdani Budiman 1, Dessy Florenstina BR. G 2, Dwinna Aliza 1, M Nur Salim 1, Ummu Balqis 1,dan T. Armansyah 3

    1Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh2Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

    3Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh E-mail : [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran histopatologi hati tikus putih ( Rattus norvegicus ) akibat mengonsumsi minyak jelantah .Duapuluh ekor tikus berumur 3 bulan dengan bobot badan ±250 g dibagi atas 4 kelompok perlakuan dan setiap kelompok terdiri atas 5 ekor.Perlakuan K1 (minyak goreng curah), K2, K3, dan K4 (minyak jelantah 3x, 6x, dan 9x pemakaian). Perlakuan dilakukan selama 60 hari, dan padahari ke 61 dilakukan eutanasia yang dilanjutkan dengan nekropsi. Hati tikus diambil dan difiksasi dalam larutan buffered neutral formaline 10%untuk diproses sediaan histopatologis dan diwarnai dengan hematoksilin dan eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hati berwarnacoklat kehitaman, bengkak, dan ditemukan nodul multi fokal dengan konsistensi padat. Secara histopatologi terjadi peningkatan kongesti,degenerasi cloudy swelling , dan nekrosis sel.

    ____________________________________________________________________________________________________________________Kata kunci: Rattus norvegicus , minyak jelantah, hati

    ABSTRACT

    The aim of this study was to determine the effect of the consumption of waste cooking oil to histological of the liver of rats (Rattus norvegicus).This study used 20 rats weighing of ±250 g divided into 4 treatment groups containing 5 rats per group. Group K1 rats were given uncook cookingoil, K2, K3, and K4 were given used waste cooking oil 3x, 6x, and 9x usages. The administration of waste cooking oil was conducted 1 cc for each rat

    for 60 days, on day 61 all rats were sacrificed followed by necropsy. Liver were taken for histopathology preparations using hematoxylin and eosin(HE) staining method. The result showed that liver was blackish brown, swollen, and multiple focal nodules with solid consistency were found.

    Histopathologically, the liver showed increase in congestion, cloudy swelling, degeneration, and necrosis of liver cells. ____________________________________________________________________________________________________________________ Key words: Rattus norvegicus, waste cooking oil, liver

    PENDAHULUAN

    Minyak goreng merupakan salah satu bahanmakanan pokok yang digunakan oleh masyarakat untukmenggoreng bahan pangan. Minyak goreng menjadisalah satu bahan yang sering dipakai dalam mengolahmakanan (Amang, 2001). Dalam penggunaannya,minyak goreng dipanaskan dengan suhu tinggi danterus-menerus, akibatnya minyak akan mengalami

    perubahan kimia, warna, dan menjadi kotor yangmenyebabkan kerusakan pada minyak goreng. Proses

    penggorengan akan menyebabkan dekomposisi asamlemak pada batas tertentu dapat mengakibatkan minyakmenjadi tidak layak lagi digunakan (Rukmini, 2007).Minyak goreng yang telah dipakai, biasanyadimanfaatkan lagi oleh masyarakat sebagai langkah

    penghematan, dimana harga minyak goreng cenderungmeningkat setiap tahunnya.

    Kerusakan minyak goreng akan memengaruhi mutudan nilai gizi bahan pangan yang digoreng. Minyak yangrusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akanmenghasilkan bahan dengan cita rasa yang tidak enak(Budiarso, 2004). Kerusakan minyak atau lemak akibat

    pemanasan suhu tinggi (200-250 C) akan mengakibatkan berbagai macam penyakit dan keracunan dalam tubuh.

    Hati merupakan salah satu organ di dalam tubuhyang memiliki peranan penting sebagai penetral racun.

    Hati bertanggung jawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya. Prosesini menyebabkan sel hati mudah sekali mengalamikerusakan baik berupa kerusakan struktur sel maupunterjadi gangguan fungsi pada hati (Corwin, 2001).

    Penggunaan minyak goreng bekas (jelantah) jelassangat tidak baik untuk kesehatan. Seharusnya minyakgoreng yang digunakan untuk menggoreng ikan ataumakanan yang lainnnya tidak boleh melebihi sampaitiga kali penggorengan. Karena setiap dipakai minyakakan mengalami kekurangan mutu. Kadar lemak tak

    jenuh dan vitamin A, D, E, dan K yang terdapat didalam minyak semakin lama akan semakin berkurang,serta yang tersisa tinggal asam lemak jenuh yang dapatmenyebabkan penyakit seperti penyakit jantungkoroner dan stroke . Beberapa penelitian menyatakan

    bahwa minyak jelantah mengandung senyawakarsinogenik yang dapat menyebabkan penyakit kanker(Arini, 1999).

    MATERI DAN METODE

    Tikus putih berjumlah 20 ekor dengan bobot badan±250 g dipelihara di kandang Fakultas KedokteranHewan Unsyiah. Tikus diberi makan dan minum ad

    libitum dan diadaptasikan selama 6 hari. Tikus dibagiatas 4 kelompok perlakuan dengan masing-masing

  • 8/18/2019 Jurnal_JMV_2015

    2/4

    Jurnal Medika Veterinaria Siti Aisyah, dkk

    27

    kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok 1, 2, 3, dan 4masing-masing diberi minyak goreng curah, minyak

    jelantah 3 kali, 6 kali, dan 9 kali penggorengansebanyak 1 ml per oral. Hari ke-60 tikus dieutanasiadan dinekropsi untuk diambil organ hati, difiksasidalam larutan neutral buffered formaline 10% dan

    dibuat preparat histopatologis dan diwarnai dengan pewarnaan rutin (hematoksilin dan eosin).

    Parameter yang diamati pada organ hati adalahdegenerasi cloudy swelling dan nekrosis sel hati.Penilaian dilakukan berdasarkan jumlah rataan sel hatiyang mengalami degenerasi cloudy swelling dannekrosis pada 10 lapang pandang denganmenggunakan pembesaran 10x40. Hasil pengamatandikelompokkan dalam 4 kategori yaitu level 0, level1/ringan (rataan terdiri 1-10), level 2/sedang (rataanterdiri 11-20), dan level 3/berat (rataan terdiri >20)(Hadjipour, 2011).

    Analisis DataData gambaran histopatologis hati tikus putihdianalisis secara deskriptif

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pengamatan secara makroskopis pada hatitikus terlihat warna coklat kehitaman, bengkak, danditemukan nodul multi fokal dengan konsistensi padatserta berwarna putih kekuningan. Berdasarkan hasil

    pengamatan mikroskopis pada hati ditemukan kongesti,degenerasi cloudy swelling, nekrosis sel hati dan tumor.Jumlah degenerasi cloudy swelling pada hati akibat

    pemberian minyak goreng curah dan minyak jelantah 3,6, dan 9 kali pakai diperlihatkan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Rataan jumlah degenerasi cloudy swelling pada hatiKelompok Variabel pengukuran Rataan±SD Level

    1 Degenerasi cloudy swelling 2,33±1,33 12 Degenerasi cloudy swelling 16,76±6,73 23 Degenerasi cloudy swelling 30,30±9,63 34 Degenerasi cloudy swelling 35,03±9,74 3

    Level 1: Rataan terdiri 1-10 degenerasiLevel 2: Rataan terdiri 11-20 degenerasiLevel 3: Rataan terdiri >20 degenerasi

    Data Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan leveldegenerasi cloudy swelling pada hati antara kelompokK1 (kontrol) dengan kelompok K2, K3, dan K4.Kelompok K1 menunjukkan tingkat degenerasi pada hatiyang paling sedikit dibandingkan dengan kelompok lain.Secara mikroskopis jumlah nekrosis sel hepatosit akibatminyak goreng curah dan minyak jelantah 3x, 6x, dan9x pakai diperlihatkan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Rataan jumlah nekrosis pada hatiKelompok Variabel pengukuran Rataan±SD Level

    1 Nekrosis 7,66±6,20 12 Nekrosis 29,40±7,74 23 Nekrosis 23,76±5,57 24 Nekrosis 26,43±0,20 2

    Level 1: Rataan terdiri 1-10 nekrosis sel hatiLevel 2: Rataan terdiri 11-20 nekrosis sel hatiLevel 3: Rataan terdiri >20 nekrosis sel hati

    Data Tabel 2 menunjukkan adanya perbedaan levelnekrosis antara kelompok K1 (kontrol) dengan kelompokK2, K3, dan K4. Kelompok K1 menunjukkan tingkatnekrosis pada hati yang paling sedikit dibandingkandengan kelompok lain. Gambaran degenerasi cloudy

    swelling dan nekrosis sel hati secara mikroskopis dari

    masing-masing kelompok perlakuan diperlihatkan padaGambar 1.

    Gambar 1. Gambaran histopatologis hati masing-masing kelompok (K1, K2, K3, dan K4), a. degenerasi cloudy swelling , b. nekrosis,dan c. kongesti (hematoksilin dan eosin, 400x)

  • 8/18/2019 Jurnal_JMV_2015

    3/4

    Jurnal Medika Veterinaria Vol. 9 No. 1, Februari 2015

    28

    Peningkatan level degenerasi terlihat pada kelompokK1, K2, dan K3, yaitu level 1 untuk kelompok K1, level2 untuk kelompok K2, dan level 3 untuk kelompok K3dan K4, sedangkan nekrosis terlihat peningkatan level

    pada kelompok K1 dan K2 yaitu level 1 untuk kelompokK1 dan level 2 untuk kelompok K2. Beberapa jenis

    degenerasi yang dikenal adalah degenerasi yaitu suatu bentuk awal degenerasi dari degenerasi, perubahan iniditandai oleh adanya sel-sel yang membengkak disertaisitoplasma yang bergranular (berbutir-butir) sehinggatampak keruh (Himawan, 1973). Menurut Ressang(1984), degenerasi suram atau berbutir-butir, albuminoidatau parenkim, sering terlihat pada proses-proses septikatau toksik dan pada peracunan-peracunan. Sesuaidengan hal tersebut, minyak jelantah dapatmengakibatkan kerusakan pada hati, karena minyak

    jelantah mengandung radikal bebas yang bersifat toksik,sehingga hati akan mengalami degenerasi.

    Minyak jelantah merupakan minyak goreng yangdigunakan berulangkali penggorengan. Minyakgoreng yang mengalami pemanasan pada suhu yangtinggi dan digunakan untuk penggorengan secaraterus-menerus menyebabkan kerusakan minyak,karena minyak teroksidasi sehingga membentuk

    peroksida yang lebih tinggi yang dapat menyebabkanrusak sel tubuh. Berdasarkan hasil analisis nilai

    peroksida semakin tinggi tingkat frekuensi penggorengan, nilai peroksidanya juga semakintinggi, dan nilai peroksida minyak jelantah bekas

    penggorengan berulang kali ternyata nilai peroksidanya lebih tinggi (Rahayu, 2006).

    Minyak jelantah yang memiliki nilai peroksida yangtinggi dapat menjadi sumber radikal bebas yang

    bersifat karsinogen pada tubuh. Radikal bebas adalahsuatu molekul yang mempunyai jumlah elektron ganjilatau elektron tidak perpasangan tunggal pada lingkaranluarnya (Setiati, 2003), sehingga untuk memperoleh

    pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif danmerusak jaringan. Senyawa radikal bebas yang terdapat

    pada minyak jelantah menyebabkan berbagai proseskimia kompleks dalam tubuh, berupa proses oksidasiatau pembakaran sel yang berlangsung pada waktumetabolisme sel, karena secara kimia molekulnya tidaklengkap, sehingga radikal bebas mencari partikel darimolekul lain, yang dapat menimbulkan senyawa tidaknormal dan menyebabkan reaksi berantai yang dapat

    merusak sel-sel. Terutama pada kompenen membranesel yang mengandung asam lemak jenuh ganda yangsangat rentan terhadap serangan radikal bebas padaorgan hati.

    Menurut Setiati (2003) radikal yang masuk kedalamtubuh akan mengalami tiga tahap yaitu tahap inisiasimerupakan tahapan yang meyebabkan terbentuknyaradikal bebas, tahap propagasi merupakan tahap di manaradikal bebas cendrung bertambah banyak denganmembuat reaksi rantai dengan molekul lain dan tahapterminasi apabila terjadi reaksi antara radikal bebasdengan suatu senyawa pembasmi radikal ( scavenger ).

    Nilai peroksida pada minyak jelantah menyebabkan

    terbentuknya radikal bebas baru dan bertambahnya

    reaksi berantai yang dapat menyebabkan radikal babasmenjadi lebih reaktif. Sel hati dapat terinduksimengalami gangguan metabolis oleh berbagai bahanyang masuk melalui makanan misalnya toksin, obat,makanan dan minuman. Seperti pada penelitian ini,

    perlakuan yang diberikan pada tikus putih secara oral

    bahan bersifat toksin yaitu berupa nilai peroksida yangtinggi, yang merupakan sumber radikal bebas.Pemberian toksin secara terus-menerus menyebabkankerusakan pada organ hati yaitu pada sel-selnyasehingga organ hati tersebut tidak dapat berfungsisecara maksimal. Adapun salah satu kerusakan hatiyang disebabkan adalah nekrosis hati masif.

    Menurut (Hadjipour, 2011) menyatakan bahwanekrosis masif secara histologis ditandai oleh nekrosissel hati luas. Sel-sel hati nekrotik menghilang,meninggalkan hanya bayangan jaringan ikat reticularsinusoid dan sel kufer. Kolabnya lobulus menyebabkan

    penyempitan jarak normal antara traktus portal danvena terminal. Pada kasus ini, daerah yang sebelumnyaditempati lobulus diisi oleh jaringan ikat, sel kufer yangtersisa, beberapa hepatosit, dan sedikit limfosit sertamakrofag.

    Mekanisme kerusakan sel hati yang disebabkan olehminyak jelantah yaitu minyak jelantah mengandungradikal bebas dengan indikator peroksida (COO*)masuknya zat kimia ke dalam hati membentuk radikal(molekul dengan elektron yang tidak berpasangansehingga reaktif), radikal bebas ini berikatan dengan O2di dalam tubuh membentuk peroksil (peroksi radikal ),

    peroksil mengabsorbsi atom hidrogen dari molekul lipidtak jenuh, sehingga terjadi reaksi berkepanjangan yangmenghasilkan peroksida-peroksida yang lain yaitu

    peroksinitrit, peroksil dan peroksinitrit ini bersifatlipofilik yang menyebabkan peroksida lipid dalammembran dan didalam sel ini yang terserang adalahmitokondria, kemudian melepaskan ribosa dan retikulumendoplasmik, sehingga pemasokan energi yangdiperlukan untuk memelihara fungsi dan strukturretikulum endoplasmik terlambat dan sintesis proteinmenurun sekali sehingga sel kehilangan daya untukmegeluarkan trigliserida dan terjadilah kerusakan selhati, yang menyebkan nekrosis sel hati dan peroksida(COO•) yang masuk ke dalam tubuh akan sampai padamembran plasma dan meningkatkan jumlah ion-iondalam tubuh yaitu Na+, K+, Fe2+, dan Cu2+. Ion-ion

    berlebih ini juga akan mengakibatkan nekrosis pada selhati (Rukmini, 2007). Terbukti pada penelitian ini selhati yang rusak, inti selnya tidak jelas, sel mengerut, dansitoplasmanya gelap

    KESIMPULAN

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak jelantah dapat memengaruhi peningkatan kerusakan organ hati yang dimulai dengandegenerasi cloudy swelling sampai nekrosis sel hati

    pada level sedang sampai berat, sedangkan penggunaanminyak curah perubahan pada hati juga mengalami

    nekrosis dan cloudy swelling dalam level yang ringan.

  • 8/18/2019 Jurnal_JMV_2015

    4/4