k6 - ethics & culture
DESCRIPTION
jklTRANSCRIPT
Ethics & CultureDrs. Uki Dwiputranto, Grad. Dip. Sc.,
M.ScDept. of Medical Science -
Unsoed
Outline
• How investigations in bioethics are related to culture.
• How to define ‘culture’• Ethics and Meta-ethics• Is it possible to find universality in
ethics?
Ethics.....?a system of moral principles or standards governing conduct. 1. a system of principles by which human actions and proposals may be judged good or bad, right or wrong; 2. A set of rules or a standard
governing the conduct of a particular class of human
action or profession; 3. Any set of moral principles or values recognized by a particular religion, belief or philosophy; 4. The principles of right conduct of an
individual.
[Latin ethicus or Greek ethikos pertaining to "ethos" or character].
UNESCO/IUBS/Eubios Bioethics Dictionary
Ethics
Medical EthicsBio Ethics
Dokter >< Pasien sbg. pribadi yg. punya hak-hak pribadi dan hak-hak asasi.
Dokter>< Pasien (psychology, manner, culture, education, econonomic status, law, social, religion) tindakan medik.
Universal HAM = universal
TidakUniversal
Situasi lokal dan perubahan yg. terjadi
• Penanganan dying patient• Euthanasia/ mercy killing
• Percobaan menggunakan manusia dan
informed consent• Genetic engineering
• Pembuahan dan kelahiran
• Family planning• Aborsi dan
sterilisasi• Transplantasi
Bioethics &the Role of
Cultures
• Bioethics merupakan upaya yang sistematik untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang membingungkan berkaitan dengan nilai hidup (life).
• Istilah ‘life’ di sini dikaitkan dengan individu.– Mis.: apakah kta harus mengakhiri
hidup dari terminally ill patient.
Bioethics and Culture
• Pertimbangan yang dipakai seringkali melibatkan culture ► hal yang wajar/
alamiah bila manusia memandang pertanyaan yang normatif dan evaluatif dari sudut pandang “norma” yang dimilikinya (biasanya terintegrasi
dengan budaya dan tradisinya)
Mengapa kita perlu membahas tentang budaya (culture) dalam
bioethics…?• Fakta keragaman culture berpotensi memunculkan
persepsi – interpretasi – kesimpulan yang berbeda (bahkan divergen) dalam memandang serta menyikapi masalah-masalah bioethics.
• Contoh: Masyarakat Jepang umumnya memandang kriteria kematian otak (brain death criterion) dengan penuh keraguan karena hal tersebut bertentangan dengan keyakinan Shinto tentang tubuh manusia.
Contoh lain:• Di negara-negara Barat ► dapat diterima dalam
culture- nya bila seseorang sudah berusia lanjut dan
tidak lagi dapat merawat dirinya untuk ditempatkan di
“nursing home”. TIDAK di Timur.
• Walau ada “nursing home” ► dianggap sebagai
bangunan dengan nuansa kesedihan dimana para
manula punya konotasi diabaikan/dipenjara oleh
anak-anaknya ► Norma yang dianut Timur: Having
more than one generation under one roof is the norm.
Contoh lain:• Lebih serius:
(Fakta hingga beberapa dekade terakhir di India) ► Seorang janda yang suaminya
meninggal akan membakar diri pada perapian (yang
disediakan) sebagai bukti cintanya kepada sang
suami.
Namun, pada banyak kasus terbukti bahwa
‘membakar diri’ bukan merupakan keinginan diri sang
janda tapi tuntutan culture/ keyakinan yang
dianutnya.
Problem• Praktek yang dilakukan pada
sebuah culture memunculkan ketersinggungan/ kemarahan dari kelompok culture yang lainnya.
• Kolonial Inggris melarang praktek ‘Sati’
Jadi……………,
Praktek yang manakah yang terbaik (yang paling acceptable) dari sekian banyak perbedaan yang ada …..?
Apa yang dimaksud dengan budaya (‘culture’)
Tidak mudah mendefinisikan ‘culture’.• Definisi yang mungkin adalah:
keseluruhan simbol, makna yang dimiliki oleh praktek/ tindakan dari sekelompok masyarakat (sum total of symbolic, meaning-
giving practices of a group of people).
Implikasi dari definisi
• Pertimbangan etis (ethical deliberation) dimiliki oleh setiap culture karena para pendahulu tumbuh dan dibesarkan oleh nilai (values) dan makna simbolik (symbolic meaning).
• (Kolonial) Inggris dan India Kuno masing-masing memiliki ethics dan culture-nya masing-masing.
The problem is that whose culture (and ethics in it) is the right one…..?
Perbuatan yang dianggap benar dalam suatu komunitas kadangkala tidak dapat diukur
dengan tolok ukur yang tegas.
Kadangkala untuk menilai apakah suatu tindakan secara moral dapat dibenarkan/
tidak, perlu penelaahan yang lebih mendalam.
?
• Harus punya aturan yang dibuat dan disetujui bersama.
• Nilai-nilai yang didasarkan pada nilai-nilai kebersamaan yang diinginkan.
Agar keutuhan komunitas tetap terjaga.
Kamu salahAku yang paling tua pasti paling benar LOGIKA-nya..!
Dalam memperdebatkan masalah-masalah lingkup ethics/ bioethics ► harus diikuti dengan sikap terbuka bahwa setiap hal yang dipercayai sebagai ‘kebenaran’ (truth) adakalanya suatu saat harus direvisi ( no beliefs is immune to revision ).
Dengan kata lain suatu kebenaran baru dapat diyakini setelah dilakukan penyesuaian disana-sini.
Aku nonton aja deh..!
Setiap kita menetapkan kebenaran moral yang
kita yakini, sering terlebih dahulu diuji
dengan pandangan yang nyata di masyarakat
atau di dunia.
Dalil urutan logika TIDAK
selamanya dapat diterapkan secara utuh dalam menilai moralitas (Quine, 1970)1. Menyebabkan kematian (membunuh)
sesama manusia = tidak sesuai dengan nilai moral.
2. Setiap embrio manusia = manusia juga.
3. Wanita yang menggugurkan kandungannya = membunuh embrio.
4. Jadi, wanita tersebut = membunuh manusia.
5. Kesimpulan: wanita tersebut melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Fact..... !
Fact..... !Adakalanya kita berhadapan dengan kesimpulan atau kenyataan yang menurut urutan logika tidak dapat diterima.
Why..... ?Selalu ada perkecualian-perkecualian (exception) yang dapat diterima (acceptable) karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan selalu berkait dengan masalah lain yang juga punya nilai-nilai moral yang diakui.
Example...?
Example..... ?• Tindakan aborsi untuk menyelamatkan si-ibu dibolehkan
karena tindakan menyelamatkan si-ibu pun bermoral (tinggi).
Perlu menyusun logika baru yang berbeda
Misal: Benarkah embrio sudah dapat dikatakan sebagai manusia....?
Karena tidak semua embrio yang terbentuk (via teknologi in vitro) dapat dikembalikan ke rahim ibunya.
Tidak Mudah
so…
Kunci mencari jawaban.
•Relativists. Menolak adanya anggapan adanya norma universal sehingga tidak boleh men-judge hanya norma dari culture tertentulah yang paling benar.
•Absolutists/ Universalists.
Ethical judgement bisa bersifat universal sehingga ketika memberikan treatment dapat secara (relatif) seragam seperti logika matematik atau sains empirik.
Ethics dan keragaman culture• Setiap kelompok masyarakat punya tata nilai/ karakter (Gestalt) yang berbeda-beda.• Semakin majemuk suatu masyarakat, semakin majemuk pula tali-tali pengikat yang diperlukan.Each people and each culture finds its own dignity within its own cultural identity.Cultural identities can offer new richness of thought to the whole human family.Each culture and religion, with its own ethical perspectives, must be respected and appreciated.‘We’ are only one of the components of the complex system which is the human family.
Is Universal Ethics Possible…?• Universal ethics tidak
hanya mungkin, tapi penting. Bila tidak, maka berarti ethics itu sendiri tidak ada. (Immanuel Kant)
• Harus ada sebuah sistem yang menata universal ethics karena manusia pada dasarnya mampu membuat reasoning dan reasoning mensyaratkan adanya sebuah universal system.
Culture A Culture B
Culture C
Transcultural Bioethics : not specific to any single culture, but
forms an area of discussion in which people from
diverse cultures can all take part on an equal footing.
• International association• Conferences• Electronic discussion
OUTLOOK - Mutual understanding
- Common platform
Dari teori menuju FAKTARiset tentang Human Embryonic Stem Cells.• Perdebatan seringkali ditandai
dengan pertarungan antara tujuan kemajuan sains (scientific progress) dan kepedulian ethics dalam upaya melindungi umat manusia. • Culture selalu menjadi alasannya, namun dalam perdebatannya hampir tidak pernah menggunakan teori-teori yang ada.
• Problem utamanya : apakah embrio identik dengan sosok manusia (person) atau bukan…?
• Sebagian saintis berpendapat bahwa embrio merupakan sekumpulan sel seperti halnya sel-sel kulit yang terkelupas setiap hari.
• Tapi kumpulan sel-sel tersebut punya potensi menjadi manusia baru.
• Jadi, biasanya perdebatan berawal dari sejumlah asumsi bahwa pihak lain pasti tidak siap untuk menerima (gagassan/ ide).
► argumentasi yang didasarkan pada culture semata dapat meluas kemana-mana dan menambah runcing ketidaksetujuan.
What Does This Have to Do with Culture?
• Jawab: Banyak. Karena kelompok manusia saling
berinteraksi secara intensif satu sama lain, maka TIDAK
MUNGKIN kita mempertahankan Culture
suatu kelomok secara utuh. • Jadi, sikap etis (ethical attitudes) dari suatu
kelompok culture dapat berubah akibat interaksi dan saling mempengaruhi
(intermingling) di antara culture yang ada itu.
Three approaches (of cultural dialogue):1. DO NOT defend and retain ‘Western’ values and impose them
on other cultures This is the method of cultural imperialism and value absolutism.
2. Reject the universal validity of western values and recognize a plurality of different cultural embedded values as the basis for a range of equally valid approaches to bioethics. Transcultural bioethics would then be seen as implying respect for cultural identities without the need for a common morality.
3. Examine, meta-culturally, western and non-western, looking out for common foundational values which transcend cultures and which could be use to formulate common bioethical principles.
• Bila kita mempunyai sejumlah norma yang berpotensi konflik dengan alasan ‘culture’►janganlah saling berhadapan secara diametral. Tetapi cari cara untuk mencegah konfrontasi dengan tetap mendahulukan manfaat bersama
References:
Macer, D.R.J. 2006. A Cross-Cultural Introduction to Bioethics. Eubios Ethics Institute.
Mohamad, K. 1992. Teknologi Kedokteran dan Tantangannya terhadap Bioetika. Gramedia. Jakarta..
Samil, R.S. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Life is something we are all in together