kaji model metode penyuluhan di era berlakunya …polbangtanmedan.ac.id/pdf/jurnal 2016/vol 10 no...

12
KAJI MODEL METODE PENYULUHAN DI ERA BERLAKUNYA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) MELALUI SISTIM PENYULUHAN YANG BERSINERGI, TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN Nurliana Harahap, Widi Hardjono, Karim Tarigan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan Jalan Binjai Km 10 Tromol Pos 18 Medan 20002 ABSTRACT The role of agricultural extension is currently perceived to be increasingly important and quite a strategic role in supporting the agricultural sector. Extension workers as the pioneer of agricultural development, which have function as an agent of change as an educator, communicator, facilitator for farmers. Based on the experiences, implementation of education in Indonesia has undergo various phases of dynamics ranging from the heyday ever achieved in 1984 upon attainment of rice self-sufficiency, the agent during the nadir of the most low and to begin the revival period with the implementation of the extension methods different- depending on each phase. This study aims to produce a "model of the future are synergistic extension, integrated and sustainable". This research was conducted in three districts of food production centers in North Sumatera province namely Deli Serdang, Serdang Bedagai and Simalungun from June to December 2014. This study was a qualitative research and supported with descriptive analysis. The research strategy is a case study with the aim to conduct in-depth study of the object is limited. The results of this study showed that proper counseling method to be applied in the era of the enactment of the AEC is a method of "Lakukorsiva" or exercises, visits, Coordination and Communication, Supervision and Evaluation ". Keywords : Extension Methods, AEC, Synergy, Integrated and Sustainable PENDAHULUAN Sektor pertanian memegang peran strategis karena kontribusinya yang besar dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Untuk terus meningkatkan perannya, telah ditetapkan Visi Pertanian 2010 – 2014 yaitu Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan yang Berbasis Sumberdaya Lokal untuk meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Ekspor dan Kesejahteraan Petani. Dalam rangka mewujudkan Visi Pertanian, dikembangkan 10 (sepuluh) Misi Pertanian 2010 – 2014 dan 2 (dua) diantaranya terkait secara langsung dengan kualitas pengembangan sumber daya manusia pertanian, yaitu (1) menjadikan petani yang kreatif, inovatif dan mandiri, serta mampu memanfaatkan IPTEK dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi, dan (2) Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional. Penyuluh Pertanian merupakan barisan terdepan dari Kementerian Pertanian yang merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian diharapkan mampu sebagai motivator yang agresif dalam mentransfer teknologi kepada para petani melalui kelompok tani atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), yang dipimpin oleh seorang KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) Pengalaman menunjukan bahwa penyuluhan pertanian di Indonesia pernah memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada pencapaian dari berbagai program pembangunan pertanian. Hal ini terbukti bahwa pada tahun 1984 Indonesia mampu berswasembada beras dengan revolusi hijau. Keberhasilan itu dilakukan melalui koordinasi yang ketat dengan instansi terkait. Selain hal tersebut metode penyuluhan yang pernah diterapkan di Indonesia juga bermacam- macam dimana masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan. Dari pengalaman sejarah tercatat bahwa perjalanan penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Indonesia dapat dikatakan telah mengalami berbagai perubahan mulai dari tahap pembangunan, berjaya dan bahkan pernah

Upload: trinhtram

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJI MODEL METODE PENYULUHAN DI ERA BERLAKUNYA ASEAN ECONOMICCOMMUNITY (AEC) MELALUI SISTIM PENYULUHAN YANG BERSINERGI,

TERINTEGRASI DAN BERKELANJUTAN

Nurliana Harahap, Widi Hardjono, Karim Tarigan

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) MedanJalan Binjai Km 10 Tromol Pos 18 Medan 20002

ABSTRACT

The role of agricultural extension is currently perceived to be increasingly important and quite a strategic role insupporting the agricultural sector. Extension workers as the pioneer of agricultural development, which have functionas an agent of change as an educator, communicator, facilitator for farmers. Based on the experiences, implementationof education in Indonesia has undergo various phases of dynamics ranging from the heyday ever achieved in 1984 uponattainment of rice self-sufficiency, the agent during the nadir of the most low and to begin the revival period with theimplementation of the extension methods different- depending on each phase. This study aims to produce a "model ofthe future are synergistic extension, integrated and sustainable". This research was conducted in three districts of foodproduction centers in North Sumatera province namely Deli Serdang, Serdang Bedagai and Simalungun from June toDecember 2014. This study was a qualitative research and supported with descriptive analysis. The research strategy isa case study with the aim to conduct in-depth study of the object is limited. The results of this study showed that propercounseling method to be applied in the era of the enactment of the AEC is a method of "Lakukorsiva" or exercises,visits, Coordination and Communication, Supervision and Evaluation ".

Keywords : Extension Methods, AEC, Synergy, Integrated and Sustainable

PENDAHULUAN

Sektor pertanian memegang peran strategiskarena kontribusinya yang besar dalamPembangunan Ekonomi Nasional. Untuk terusmeningkatkan perannya, telah ditetapkan VisiPertanian 2010 – 2014 yaitu Pertanian IndustrialUnggul Berkelanjutan yang Berbasis SumberdayaLokal untuk meningkatkan Kemandirian Pangan,Nilai Tambah, Ekspor dan Kesejahteraan Petani.Dalam rangka mewujudkan Visi Pertanian,dikembangkan 10 (sepuluh) Misi Pertanian 2010 –2014 dan 2 (dua) diantaranya terkait secaralangsung dengan kualitas pengembangan sumberdaya manusia pertanian, yaitu (1) menjadikanpetani yang kreatif, inovatif dan mandiri, sertamampu memanfaatkan IPTEK dan sumberdayalokal untuk menghasilkan produk pertanianberdaya saing tinggi, dan (2) Meningkatkankualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintahbidang pertanian yang amanah dan profesional.

Penyuluh Pertanian merupakan barisanterdepan dari Kementerian Pertanian yang

merupakan ujung tombak pembangunan pertanian.Penyelenggaraan penyuluhan pertanian diharapkanmampu sebagai motivator yang agresif dalammentransfer teknologi kepada para petani melaluikelompok tani atau Gabungan Kelompok Tani(Gapoktan), yang dipimpin oleh seorang KTNA(Kontak Tani Nelayan Andalan)

Pengalaman menunjukan bahwa penyuluhanpertanian di Indonesia pernah memberikansumbangan yang sangat signifikan padapencapaian dari berbagai program pembangunanpertanian. Hal ini terbukti bahwa pada tahun 1984Indonesia mampu berswasembada beras denganrevolusi hijau. Keberhasilan itu dilakukan melaluikoordinasi yang ketat dengan instansi terkait.Selain hal tersebut metode penyuluhan yangpernah diterapkan di Indonesia juga bermacam-macam dimana masing-masing metode memilikikeunggulan dan kelemahan. Dari pengalamansejarah tercatat bahwa perjalanan penyelenggaraankegiatan penyuluhan di Indonesia dapat dikatakantelah mengalami berbagai perubahan mulai daritahap pembangunan, berjaya dan bahkan pernah

12 Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 11-22

mengalami pada titik nadir yang paling rendah dankemudian kembali bangkit dari keterprukandengan ditandai lahirnya Undang-undangPenyuluhan. Oleh karena itu perlu dibuat suatumodel pelaksanaan penyuluhan ke depan terutamadalam menyambut berlakunya AEC.

Penelitian bertujuan untuk untukmenghasilkan suatu “model penyuluhan kedepanyang bersinergi, terintegrasi dan berkelanjutan”sehingga dapat mendukung pembangunanpertanian.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupatendi Provinsi Sumatera Utara yang merupakanwilayah sentra produksi tanamana pangankhususnya padi yaitu Kabupaten Deli Serdang,Kabupaten Serdang Bedagai dan KabupatenSimalungun.

Berdasarkan permasalahan, tujuan danpendekatan analisisnya, maka penelitian initermasuk dalam jenis penelitian kualitatif bersifatdeskriptif. Strategi penelitian yang digunakanadalah studi kasus dengan tujuan untuk melakukankajian yang mendalam terhadap obyek yangterbatas. Responden dalam penelitian ini terdiridari penyuluh, petani, dinas terkait dan tokohmasyarakat dari tiga kabupaten yang terlibatlangsung dengan kegiatan penyuluhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Responden

Responden yang ditunjuk dalam penelitian inidiberikan kepada pihak-pihak yang terkaitlangsung dengan pelaksanaan penyuluhan yaknidari petani, penyuluh dan pejabat atau pemangkukebijakan dari instansi terkait. Secara rinci jumlahdata responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkanbahwa tingkat pendidikan penyuluh responden daritiga kabupaten bervariasi antara tingkat SLTA,Diploma sampai S1. Hal ini dapat dilihat bahwatingkat pendidikan penyuluh pada tingkat SLTAsebanyak 37 orang atau setara dengan 34,9 (%),tingkat pendidikan Diploma II/Diploma IIIsebanyak 5 orang atau 4,7 % sedangkat tingkatpendidikan DIV/S1 sebanyak 64 orang atau 60,4%. Tingkat pendidikan formal penyuluh akanmenunjukkan perbedaan tingkat pengetahuanpenyuluh dalam melaksanakan tugas, sehinggayang berpendidikan lebih tinggi mampu berpikirlebih abstrak dan memiliki wawasan yang lebihluas. Pendidikan yang lebih tinggi akanberpengaruh pada tingkat adaptasi, mempunyaipilihan-pilihan yang lebih luas dalamkehidupannya, termasuk dalam melaksanakanpenyuluhan. Hal tersebut senada dengan pendapatSlamet (1992) bahwa semakin tinggi tingkatpendidikan seseorang, ada kecenderungan semakin

tinggi pula pengetahuan,sikap dan keterampilan,efisien bekerja dan semakinbanyak tahu cara-cara danteknik bekerja yang lebihbaik dan lebihmenguntungkan.

Penyuluh berperansebagai agen pembaharu(change agent) dan sebagaisumber informasi danteknologi yang akanmentransfer kepada petani.Sesuai dengan pernyataanMardikanto (2009)mengatakan bahwa tingkatpendidikan akanmempengaruhi kemampuanseseorang dalam menguasaiteknologi dan pola pikir.

Kaji Model Metode Penyuluhan di Era Berlakunya Asean Economic... (Nurliana Harahap et. al.) 13

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkanbahwa tingkat pendidikan penyuluh responden daritiga kabupaten bervariasi antara tingkat SLTA,Diploma sampai S1. Hal ini dapat dilihat bahwatingkat pendidikan penyuluh pada tingkat SLTAsebanyak 37 orang atau setara dengan 34,9 (%),tingkat pendidikan Diploma II/Diploma IIIsebanyak 5 orang atau 4,7 % sedangkat tingkatpendidikan DIV/S1 sebanyak 64 orang atau 60,4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkanbahwa tingkat umur penyuluh dari tiga kabupatenbervariasi. Hal ini dapat dilihat bahwa umurpenyuluh responden antara 20 – 30 tahunberjumlah 13.orang atau setara (12,26 %), umur 31– 40 tahun sebanyak 44 orang (41,5 %), umur 41 –50 thn sebanyak 31 orang (29,2 %) dan 51 -60tahun sebanyak 18 orang (16,9 %) sehingga usiapenyuluh dominan antara 35 – 56 tahun atausekitar 70,7 (%). Dari data terlihat bahwa penyuluhdi tiga kabupaten sampel terlihat sebagian besarpenyuluhnya masuk didominasi usia produktif dansebagian penyuluh sudah memasuki usia pensiunterutama penyuluh PNS sehingga jumlah penyuluh

ke depan akan semakinberkurang. Menurut Djasmin(1985) dalam Suprapto(2004) bahwa usia manusiadapat menghambat prosesbelajar bagi orang dewasa.Dengan meningkatnya usiaterjadi kemunduran fisik,seperti penglihatanberkurang, pendengaranberkurang dan lain-lain.

Berdasarkan Tabel 5dapat disimpulkan bahwamasa kerja penyuluhresponden di wilayah sampeldalam melakukan kegiatanpenyuluhan terhadap petanisangat bervariasi. Hal inidapat dilihat bahwa sebagianbesar penyuluh dengan masakerja antara 6-10 tahunsebanyak 70 orang atausekitar 66 % , penyuluhdengan masa kerja > 21tahun berjumlah 19 orangatau 17,9 % dan masa tugas0-5 tahun sebnayak 16 orang( 15,1%). Masa kerjapenyuluh menunjukkan lamapenyuluh menduduki jabatan

fungsional sebagai penyuluh pertanian. Masa kerjasebagai salah satu faktor penting karena semakinlama masa kerja, penyuluh pertanian akan semakinmenguasai bidang pekerjaan yang menjaditanggungjawabnya sehingga akan semakin matangdan berpengalaman dalam melaksanakan fungsitugasnya. Pengalaman kerja membuat para pekerjalebih produktif, dan bersamaan dengankemampuan kerja menentukan kinerja kerja(Schmidt et al., 1986).

Lazimnya sebagai seorang penyuluh semakinlama melakukan tugas penyuluhan maka semakinbanyak teknologi yang dikuasai dan akandisampaikan kepada petani. Berdasarkan data yangdiperoleh bahwa dalam kurun waktu 10 tahunterakhir ini hampir diseluruh daerah penyuluhmenghadapi masalah yakni kecilnya kesempatanpenyuluh untuk dapat mengikuti kegiatan yangsifatnya meningkatkan profesionalisme mengikutipendidikan yang lebih tinggi atau mengikutipelatihan atau kegiatan lainnya. Penyuluh berperansebagai agen pembaharu (change agent) dansebagai sumber informasi dan teknologi yang akan

14 Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 11-22

mentransfer kepada petani harus menguasaiinformasi dan teknologi yang banyak dan sifatnyauptodate sehingga mampu mengatasi permasalahanyang dihadapi petani di lapangan. Denganpenguasaan informasi dan teknologi oleh penyuluhmaka penyuluh akan mampu memberikanbimbingan kepada petani sesuai dengan teknologiyang dibutuhkan petani.

Berdasarkan Tabel 6 dapat disimpulkanbahwa pada umumnya penyuluh yang ada di tigakabupaten wilayah penelitian menunjukkan bahwasebagian besar penyuluh berdomisi di WKPP atausekitar WKPP dengan jarak domisili ke WKPPantara 0 – 10 km. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6dari 106 penyuluh sebanyak 89 orang (83,9 %)berdomisi di WKPP atau sekitar WKPP. Hal inimenunjukkan bahwa dengan jarak maksimal 10 kmdari WKPP seorang penyuluh masih dapat bertugasdengan baik dalam memberikan penyuluhan,melaksakan kunjungan rutin dan pembinaan kekelompok tani binaan dengan jumlah kelompoktani per setiap penyuluh adalah maksimal 16kelompok tani dengan arti bahwa setiap penyuluhdalam satu bulan bisa mengunjungi setiapkelompok 2 – 3 kali sebulan.

Jarak tempat tinggal juga merupakan salahsatu faktor yang dapat mempengaruhi kinerjaseorang penyuluh pertanian. Penyuluh yangberdomisili dan sering berinteraksi dengan petaniakan mempengaruhi kinerjanya dibandingkan

apabila penyuluh jauh darilokasi tugasnya. Tempattinggal penyuluh yang terlalujauh dengan WKPP tempatpenyuluh bertugas bisamenjadi penyebab penyuluhtidak mengetahui masalahyang dihadapi petani, karenapetani tidak bisamenceritakan masalahnyakepada penyuluh. Selain itu,penyuluh juga akanmengeluarkan biaya yanglebih besar jika jarak tempattinggal penyuluh denganWKPP tempat penyuluhbertugas terlalu jauh, dandapat menyebabkanketerlambatan hadirpenyuluh.

Berdasarkan data padatabel 7 dapat dijelaskan

bahwa tingkat kepemilikan lahan pertanian baiklahan sawah maupun lahan perkebunan yangdimiliki oleh petani pada umumnya antara 0,5 – 1Ha dimiliki oleh 78 orang petani responden atausekitar 40 % dan kepemilikan lahan > 2 Ha hanyadimiliki sedikit petani yakni sebanyak 13 orangatau sekitar 6,7 %, lalu diikuti kepemilikan lahanantara 0,1 – 0,5 Ha sebanyak 45 orang 23,1 %,kepemilikan 1,1 – 1,5 Ha dimiliki oleh 23 petani(11,8%) dan kepemilikan antara 1,5 – 2 hasebanyak 35 petani (17,9 %). Hal ini menunjukkanbahwa sebagian besar petani kita masih tergolongpetani marginal yang memiliki lahan sedikitsehingga mereka sangat sulit untuk melakukanusaha tani skala bisnis sehingga sebagian besarpetani hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Luas lahan garapan usahatani mempunyai arti yangsangat penting karena berkaitan dengan besarkecilnya pendapatan yang diterima petani. Luaslahan dapat mempengaruhi sikap petani dalampercepatan alih teknologi yang sesuai dengan skalaekonomis sehingga usahatani menjadi efisien. Luaslahan garapan yang sempit (Tabel 7) yang dimilikioleh sebagian besar responden menyebabkandalam menerapkan budidaya bersorientasiagribisnis belum optimal. Menurut Scott(1989,dalam Supartha, 2005) petani kecil memilikitanah sawah antara 0,25 s.d. 0,50 ha dan atautegalan 0,50 s.d. 1,00 ha. Dengan demikian, tidakmudah bagi petani kecil mempengaruhi pasar.

Kaji Model Metode Penyuluhan di Era Berlakunya Asean Economic... (Nurliana Harahap et. al.) 15

Kondisi Kelembagaan

Kelembagaan dari suatu penyuluhan di daerahitu sangat menentukan proses penyelenggaraankegiatan penyuluhan tersebut dengan kata lainbahwa tingkat efektifitas dari penyuluhan itusendiri sangat dipengaruhi oleh kelembagaannya.Berdasarkan hasil kajian di tiga kabupaten yakniKabupaten Deli Serdang, Kabupaten SerdangBedagai dan Kabupaten Simalungun terdapatperbedaan penyelenggaraaan penyuluhan dimasing-masing wilayah tersebut yang dapatdiuraikan sebagai berikut :

• Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dikabupaten Deli Serdang dimana sampai saat inibelum memiliki lembaga penyuluhan yangmengacu kepada UU-SP3K sehingga satmingkalpenyuluhan berada di Dinas Pertanian dan dimasing-masing kecamatan terdapat KCD (KantorCabang Dinas) meskipun juga memiliki BPP,tetapi dalam perjalanannya di lapangan penyuluhlebih banyak bertanggungjaawab kepada KCDdibandingkan dengan dengan BPP sehingga BPPtidak optimal menjadikan sebagai pusat simpulpenyelenggaraan kegiatan penyuluhan danberakibat bahwa tugas penyuluhan berjalan kurangoptimal.

• Di Kabupaten Serdang Bedagaipenyelenggaraan penyuluhan sudah mulai berjalandengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aspekkelembagaan bahwa satminkal penyuluh sudahberada di lembaga penyuluhan mulai dari tingkatkabupaten berada di BP2KP (Badan PelaksanaPenyuluhan dan Ketahanan Pangan ), ditingkatkecamatan memiliki BP3KP dan ini sudah mulaimengacu kepada UU-SP3K. Kegiatanpenyelenggaraan penyuluhan menjadikan BP3KPsebagai simpul penyelenggaraan kegiatanpenyuluhan. Penyuluh di wilayah ini hampirsebagian besar sudah memiliki sarana danprasarana mulai dari kenderaan, BOP, biayademplot guna menunjang kegiatan penyuluhan.Selain itu dukungan pemerintah daerah sangatmempengaruhi terhadap penyelenggaraan kegiatanpenyuluhan di wilayah itu bahkan regulasi yangterkait dengan penyuluh lebih cepat ditanggapi danditindaklanjuti. Kabupaten Serdang Bedagai jugamemiliki BPP Model seperti BPP PematangSijonam sehingga di BPP ini sudah dijadikansebagai pusat simpul penyuluhan dan tersediawahana pemeblajaran bagi penyuluh dan petanimelalui penerapan teknologi di areal percontohanBP3KP tersebut.

• Di Kabupaten Simalungunpenyelenggaraan penyuluhan dapat dikatakansudah baik. Hal ini dapat dilihat dari bentukkelembagaan penyuluhan di daerah ini sudahmengacu pada UU-SP3K yakni menjadi BP4K(Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,Perikanan dan Kehutanan). BP4K di Simalunguntermasuk lembaga penyuluhan pertama terbentukdi Sumatera. Sarana dan prasarana sudah baik baikdari gedung BPP yang sudah lengkap denganprasarana seperti lahan percontohan, komputer,ruang pertemuan dan lain sebagainya. Selain itupenyuluh sebagian besar sudah memilikikenderaan bermotor untuk memudahkanpenyuluhan dalam melakukan kunjungan terhadappetani. Seluruh penyuluh yang ada di wilayah inimemiliki satminkal yang jelas yakni berada diBP4K.

Berdasarkan kondisi kelembagaan penyuluhandari tiga kabupaten lokasi penelitian dapatdisimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yangsignifikan terhadap penyelenggaraan programpenyuluhan bila ditinjau dari aspekkelembagaannya dengan kata lain bahwakabupaten yang tidak mengacu lembagapenyuluhannya terhadap Undang-undang No 16dalam menerapkan penyuluhan di lapangan tidakberbeda jauh atau tidak signifikan biladibandingkan dengan kabupaten yangkelembagaan penyuluhan tidak mengacu kepadaUU SP3K.

Masalah-Masalah Penyuluhan Pertanian DiLapangan

Berdasarkan hasil riset dari tiga kabupatenmenunjukkan bahwa berbagai masalah petani danpertanian saat ini juga tengah dihadapi sebagianbesar penyuluh sifatnya multikompleks, masalahtersebut diantaranya buruknya infrastrukturpertanian, iklim yang tidak menentu, lemahnyaakses permodalan, lemahnya pemberdayaan petanidan pengusaha tani, lemahnya posisi tawar petani,masih belum optimalnya upaya peningkatan nilaitambah, kurangnya sarana prasarana penyuluhanserta segudang masalah lainnya yang menuntutpenyelesaian secara cepat dan akurat. Berdasarkanhal tersebut, penyuluh saat ini diharapkan lebihkreatif, inovatif dan profesional dalam menyikapiberbagai program dan kebijakan yangperubahannya juga relatif cepat. Secara rincipermasalahan yang dijumpai dilapangan yang

16 Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 11-22

mengakibatkan proses penyelenggaraanpenyuluhan kurang berjalan dengan optimal yakni :

a. Permasalahan Dari Keadaan Petani• Sebahagian besar petani tidak mempunyai

pengetahuan serta wawasan yang memadai untukdapat memahami permasalahan yang merekahadapi sehingga mereka tidak mampu untukmemikirkan permasalahannya, atau memilihpemecahan masalah yang paling tepat untukmencapai tujuan mereka. Dengan keterbatasanpengetahuan yang dimiliki akibatnya petanimengalami keterbatasan terhadap berbagai aksesbaik itu akses informasi, akses teknologi, aksespermodalan dan akses pasar.

• Sebagian besar petani kurang memilikimotivasi untuk mengubah perilaku karenaperubahan yang diharapkan berbenturan denganmotivasi yang lain. Petani kurang termotivasiberusaha untuk merubah cara-cara tradisional kearah modernisasi atau sifat pertanian yangsubsistem kurang diarahkan untuk berorientasipada pasar.

• Kepemilikan lahan yang relatif kecil ataurata-rata kurang dari 1 ha dan sedikit yangmemiliki lahan lebih dari 1 ha sehingga dalammelakukan usahataninya petani mengalamikesulitan untuk orientasi pasar dengan tujuanpeningkatan kesejahteraan agak sulit dan padaumumnya petani melakukan usaha tani hanyauntuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga

b. Permasalahan Dari Keadaan Penyuluh• Jumlah tenaga penyuluh di lapangan saat

ini semakin berkurang. Pertama, karena banyakPemda memanfaatkan tenaga penyuluh sebagaitenaga struktural dan ketika dipindah ternyata tidakdilakukan pergantian. Kedua, banyak tenagapenyuluh oleh Pemda ditempatkan tidak sebagaitenaga penyuluh. Ketiga, banyak tenaga penyuluhmemasuki pensiun dan tidak dilakukan regenerasi.Sehingga dengan semakin bertambahnya jumlahdesa akibat dari pemekaran daerah, maka jumlahpenyuluh harus meningkat.

• Pengetahuan dan keterampilan yangdimiliki oleh penyuluh relatif kurang memadai.Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar penyuluhyang ada saat ini dilapangan hanya lulusan SLTAterutama yang THL-TBPP yang tidak memilikilatar belakang pertanian. Mereka dibekali ilmupertanian yang cukup terbatas melalui diklatsehingga pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki mereka saat ini dianggap belum mampuuntuk membantu petani dalam pemecahanmasalahnya.

• Latar belakang pendidikan penyuluh baikpendidikan formal maupun melalui pendidikan nonformal yang kurang memadai sehingga menjadimasalah dimana keberadaan penyuluh kurangdirasakan manfaatnya oleh petani. Kondisi inidisebabkan karena kecilnya kesempatan penyuluhuntuk mengikuti pelatihan atau Diklat gunamenambah pengetahuan dan keterampilan yangakan ditransfer kepada petani sebagai penerimamanfaat khususnya di daerah-daerah yang kurangmendukung program pertanian.

• Keberadaan penyuluh saat ini kurangbersaing di mata petani. Hal ini disebabkanpenyuluh belum mampu melakukan transferinformasi dan teknologi kepada petani yangmampu mengatasi permasalahan yang dihadapinyasehingga belum mampu meningkatkankesejahteraan petani.

• Akibat keterbatasan sarana dan prasaranapenyuluh sebahagian besar tidak melakukandemplot sebagai diseminasi teknologi pertanianyang merupakan wahana percontohan bagi petani.Keberhasilan diseminasi teknologi pertanian hasilpenelitian dan pengkajian, sangat tergantung padaaktifitas tenaga penyuluh di lapangan danberfungsinya lembaga penyuluhan di semuatingkatan, karena secara konsepsional penyuluhlapangan merupakan perantara dalam proses alihteknologi dari sumber teknologi kepada petani.

• Kesadaran penyuluh terhadap perubahanbudaya petani yang relatif kurang sehingga petanisering menganggap keberadaan penyuluh kurangdibutuhkan.

c. Permasalahan Dari PemangkuKebijakan atau Dinas Terkait

• Beberapa kendala yang ditemui dibeberapa dinas terkait terkait dengan kebijakanyang mendukung dalam mensukseskan programpenyuluhan saat ini antara lain :

• Belum optimalnya koordinasi lintassektor, baik ditingkat provinsi maupunkabupaten/kota.

• Belum terpenuhinya kebutuhanpenyuluhan baik secara kualitas maupun kuantitas,serta terbatasnya sarana dan prasarana sepertipengalokasi sarana dan prasarana yang tidak tepatsasaran.

Kaji Model Metode Penyuluhan di Era Berlakunya Asean Economic... (Nurliana Harahap et. al.) 17

• Regulasi dari para pemangku kebijakan dibeberapa instansi terkait kurang berpihak kepadapenyuluhan sehingga dalam proses penganggarantidak terfasilitasi.

Harapan Penyuluh ke Depan

Untuk meningkatkan penyelenggaraankegiatan penyuluhan ke depan sehingga dapatberjalan dengan baik maka harapan dari penyuluhadalah :

Dengan melakukan pertemuan minimal sekalidalam sebulan, dengan melibatkan semuapengurus kelompok tani diluar dari pertemuarutin atau kunjungan penyuluh ke kelompok,sehingga dapat meningkatkan pemahamaninformasi dan teknologi

Penyuluh sebaiknya mengikuti pelatihanminimal setiap tahun sekali guna untukmenambah pengetahuan dan keterampilan gunameningkatkan profesionalismenya sebagaipenyuluh

Penyuluh berharap ke depan tidak diberatidengan tugas-tugas adminitrasi yang sifatnyamemberikan pelayanan seperti laporan kerjaBPP, laporan bulanan dll sehingga penyuluhtetap bisa menjalankan tugas utamanya sebagaipenyuluh yakni memberikan penyuluhan danpendampingan terhadap petani dan kelompoktani.

Peran penyuluh ke depan tidak hanya terbataspada fungsi menyampaikan inovasi danmempengaruhi proses pengambilan keputusanyang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya,akan tetapi harus mampu menjadi jembatanpenghubung antara pemerintah atau lembagapenyuluhan yang diwakilinya denganmasyarakat sasaran, maupun untukmenyampaikan umpan balik atau tanggapanmasyarakat kepada pemerintah/lembagapenyuluhan yang bersangkutan. Hal ini jugasesuai dengan pernyataan Mardikanto, 1993.

BOP yang tersedia lebih memadai sehinggacukup untuk operasional ke lapangan terlebihwilayah binaan terdiri dari beberapa desa danlokasi yang berjauhan.

Rencana Model Penyuluhan ke Depan

Sesuai dengan catatan sejarah bahwakeberhasilan Indonesia mengantarkan menjadi

negara swasembada beras pada tahun 1984 danmerupakan prestasi Indonesia terbesar di matadunia pada saat itu dengan mendapat penghargaanNobel dari lembaga dunia FAO. Affandi, 1981 danMosher, 1981 mengatakan bahwa keberhasilandalam meraih keberhasilan tersebut tidak terlepasdari peranan penyuluhan dimana penyuluh mampumelakukan perubahan perilaku dari petani yaknimenyadarkan petani bahwa untuk meningkatkankesejahteraan hidupnya, perlu usaha-usaha sepertiyang telah digariskan dalam Panca Usaha Tani dantelah diterapkan dalam Bimas, INMAS lengkapdengan Intensifikasi pangan. Dalam melakukanpenyuluhan menggunakan 3 pendekatan yangsering dilakukan yakni pertama, pendekatanperorangan seperti kunjungan, surat, telepon.Kedua, pendekatan kelompok seperti pertemuan,demonstrasi, karyawisata, perlombaan, diskusi,kursus tani dan ketiga pendekatan massal sepertiradio, siaran televisi, wayang, brosur, leaflet,folder, poster, spandul, sandiwara dan lain-lain.

Di Indonesia ada tiga model penyuluhanpertanian yang pernah dilakukan yang dapatdigunakan untuk lesson learned yakni :

1. Sistem kerja LAKUSUSI (Latihan Kunjungandan Supervisi)

2. Sekolah Lapangan, dan3. FMA (Farmer Manage Activities)

Penyelenggaraan penyuluhan di Indonesiamasih berdiri sendiri dan belum ada suatu modelatau sistem penyuluhan pertanian yang disepakatibersama. Kondisi penyelenggaraan penyuluhanpertanian yang berjalan saat ini belum merupakansuatu kesatuan sistem secara koordinasi,singkronisasi program dan integrasi. Hubunganantara sumber teknologi sebagai pemasokpengadaan inovasi (generating system) denganlembaga penyuluhan yang mempunyai wewenangdan tanggungjawab pada sistem penyampaian(delivery system) dan sistem penerimaan (receivingsystem) masih berdiri sendiri dalam merancangpola pengembangan inovasi teknologi yangdibutuhkan masyarakat petani atau sistem sosial.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakanoleh Axinn, 1988 dalam Badan pengembanganSDM pertanian, 2003 mengatakan bahwa pada eraotonomi daerah dalam pengembangan sistem danusaha agribisnis, maka perlu perubahan sistem ataupendekatan penyuluhan pertanian denganmenggabungkan dari pendekatan partisipatif,pendekatan latihan patungan dan pendekatankelembagaan pendidikan. Pendekatan gabungan

18 Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 11-22

tersebut belum menggambarkan sebagai satukesatuan sistem penyelenggaraan penyuluhanpertanian, sehingga perlu koordinasi, kerjasamadan intergrasi dengan lembaga-lembaga atauinstansi terkait lainnya secara berkelanjutan.

Pendekatan tersebut menuntut para penyuluhuntuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman dankompetensi mereka agar mampu memahamikondisi petani (potensi dan permasalahan) denganmemperluas sasaran penyuluhan tidak hanya bagilembaga produksi (kelompoktani) namun semualembaga yang bergerak dalam kegiatan agribisnisdi pedesaan sebagai satu kesatuan dalammelakukan pemberdayaan.

Transfer teknologi melibatkan peneliti,penyuluh dan petani. Dimana teknologi yangdihasilkan oleh peneliti ditransfer oleh penyuluh kepetani sesuai dengan prinsip-prinsip adopsiinovasi. Pada rezim orde baru, paradigma utamadalam kegiatan penyuluhan pertanian adalahmenjadikan petani sebagai objek atau penerimapembangunan (beneficery), oleh karena itukegiatan penyuluhan lebih berkonsentrasi padasejauhmana penyuluh dapat meningkatkanproduksi melalui aplikasi teknologi pertanian yangkadang tidak ramah lingkungan. Kebijakan iniberujung pada berhasilnya Indonesia dalamswasembada beras 1984. Pada era ini secara teorimetode yang digunakan adalah LAKUSUSI, tetapidalam prakteknya banyakbelum sepenuhnyasesuai antara teori dan pelaksanaannya.

Dalam era reformasi dan otonomi saat ini,pekerjaan penyuluh bukan hanya menjadikanpetani responsif terhadap inovasi, tetapi jugamenjadikan mereka berdaya, mampu memutuskansendiri terkait usaha tani yang dilakukan danmampu mencari alternatif sumber informasi selaindari penyuluh. Penyuluh juga harus mampumelakukan pemberdayaan pada pelaku usaha tani,hal itu sesuai dengan konsep pertanian berbasisagribisnis. Artinya bahwa sasaran tugas penyuluhbukan hanya petani dan keluarganya tapi ditambahdengan pelaku usaha agribisnis dari hulu hinggahilir, termasuk di dalamnya sektor penunjangpertanian. Satu hal lagi yang tidak kalah penting,sesuai dengan Undang-undang SP3K nomor 16tahun 2006, penyuluh juga harus mampumengaplikasikan usaha pertanian berkelanjutandan ramah lingkungan.

Kompetensi yang harus dimiliki olehpenyuluh ke depan selain kemampuan teknis

pertanian yang evivalen, tetapi penyuluh jugaharus memiliki kompetensi :

Inisitif dan memiliki komunikasi efektif,lobi dan advokasi. Bagi beberapa penyuluhyang ditakdirkan memiliki kemampuantersebut hal ini tidak jadi masalah, berbedahalnya dengan penyuluh yang kurangkapasitasnya, dan ini bisa menjadi masalah dilapangan. Oleh karena itu instansi yangmembidangi penyuluhan juga harusmengupayakan pelatihan komunikasi, lobi,negisiasi dan sebagainya agar penyuluhmampu mengatasi masalah yang dihadapi.

Nilai tambah (added value) : Meningkatkannilai tambah suatu produk. Nilai tambahmerupakan upaya untuk meningkatkan nilaiatau harga dari sebuah produk dan ini memangtidak mudah, membutuhkan ide kreatif dancara berfikir out of the box. Tapi bukan berartihal tersebut tidak bisa dilakukan olehpenyuluh. Tantangan ke depan adalahpeemnuhan dan diversifikasi pangan, olehkarena itu penyuluh juga diharapkan dapatmencari solusi bahan pangan alternatif yangdapat diterima oleh masyarakat.

Networking. Penyuluh adalah perantara,perantara petani dan pemerintah, petani danpeneliti dan petani dengan pengusaha,penyuluh yang profesional adalah penyuluhyang memiliki kemampuan menggali danmengembangkan jaringan kerja (networking).Jaringan yang tidak hanya dapat membantumenyelesaikan permasalahan petani, tetapijuga dapat meningkatkan kesejahteraanpenyuluh itu sendiri. Penyuluh yangmenguasai informasi pasar, akanmempermudah petani dalam merencanakanusaha tani dan menjual produk yang dihasilkanpetani. Penyuluh yang memiliki jaringan keperusahaan-perusahaan swasta, tidak akanterlalu bergantung pada pemerintah, karenamemiliki alternatif bantuan dan program.Penyuluh yang memiliki jaringan perbankanjuga akan lebih mudah dalam mengaksespermodalan, lebih luarbias lagi jika penyuluhmampu menjadi avalis bagi kredit petani.

Apabila penyuluh memiliki kompetensi sesuaidengan yang dibutuhkan dan diharapkan olehpetani, maka penyuluh dalam menjalankantugasnya di lapangan akan mampu sebagai (1)penyebar informasi/teknologi, (2) prosespenerangan/ pemberi penjelasan, (3) proses

Kaji Model Metode Penyuluhan di Era Berlakunya Asean Economic... (Nurliana Harahap et. al.) 19

perubahan perilaku, (4) proses belajar, (5)penyuluh komuniukasi pembangunan, (6) prosesperubahan sosial, (7) proses rekayasa perubahansosial, (8) proses pemasaran sosial, (9) prosespemberdayaan masyarakat, (10) prosespeningkatan kapasitas serta (11) sebagai prosesedfikasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka rencanaModel penyuluhan yang akan dicetuskan dari hasilkajian ini adalah menggunakan metode “LAKUKORSIVA” atau Latihan, Kunjungan,Koordinasi, Supervisi dan Evaluasi. Daribeberapa metode penyuluhan yang selama inipernah diterapkan di Indonesia menunjukkanbahwa masih ada bagian dari metode metodeLAKUSUSI yang masih relevan atau layak untuktetap digunakan sebagai metode penyuluhan padasaat ini meskipun pada era perkembanganteknologi dan informasi yakni dengan melakukanLAKU (Latihan dan Kunjungan) karena kedua halini merupakan hal yang pokok yang dilakukan olehpenyuluh dalam menjalankan fungsinya sebagaipenyuluh, akan tetapi seiring denganberkembangnya teknologi dan informasi yangmengakibatkan perubahan dalam berbagai bidangtermasuk bidang pertanian maka perlu integrasidengan perkembangan dan situasi saat sekarang iniyakni perlu adanya KORSIVA (Koordinasi,Supervisi dan Evaluasi). Sebagai alasanpemeilihan metode ini dengan mengingat bahwasemakin kompleksnya permasalahan penyuluhanyang dijumpai saat ini di lapangan, bukan sajamasalah teknis tetapi juga non teknis oleh karenaitu perlu koordinasi dan kerjasama antar berbagaipihak terkait untuk mengatasi permasalahan yangdihadapi oleh petani, sehingga diharapkan semuapihak terkait dalam mensukseskanpenyelenggaraan penyuluhan diharapkan dapatterjalin kerja sama dan saling bersinergi,terintegrasi serta berkelanjutan sehingga mampumenjadi satu kesatuan tim problem solving bagipetani, sehingga pelaksanaan program penyuluhanitu bersifat Holistik dan tidak lagi bersifat partialseperti yang berjalan selama ini.

Pemahaman dan penjabaran metodeLAKUKORSIVA secara detail dapat diuraikansebagai berikut :

LA = PelatihanPenyuluh pertanian diberikan pelatihan secara

berkala/rutin terjadwal yakni sekali dalam duaminggu dan berkesinambungan. Tempat latihan diBalai Penyuluhan Kecamatan atau ditempat lain

yang oleh penyuluh pertanian. Proses latihan(belajar – mengajar) difasilitasi oleh penyuluhpertanian yang menguasai materi, maupunnarasumber dari instansi/lembaga terkait lainnya,seperti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP), dinas terkait, perguruan tinggi, praktisidan lainnya.

Materi latihan disesuaikan dengan hasilanalisa kesenjangan kemampuan penyuluh dalammemecahkan masalah yang dihadapikelompoktani/gabungan kelompoktani, dan materilain yang menyangkut pembangunan pertanian,yakni : 1) pengembangan agribisnis berbasiskomoditas unggulan wilayah; 2) pengembangandan penguatan kelompoktani dan gabungankelompoktani; 3) program pembangunan pertanianyang sedang dan akan dikembangkan di desa yangbersangkutan.

Metode pelatihan dengan pendekatanandragogy, pemecahan masalah dan dapatdikombinasikan pengamatan langsung denganmemanfaatkan lahan percontohan di BPP atauBP3KP sebagai suatu sarana pembelajaran. Untukmeningkatkan kompetensi penyuluh sebaiknyapenyuluh pertanian diberikan pelatihan secaraberkala/rutin terjadwal misalnya sekali dalam duaminggu dan dilakukan secara berkesinambungan.Tempat latihan di laksanakan Balai PenyuluhanKecamatan atau ditempat lain yang disepakati olehpenyuluh pertanian. Proses latihan (belajar –mengajar) difasilitasi oleh penyuluh pertanian yangmenguasai materi, maupun narasumber dariinstansi/lembaga terkait lainnya, seperti BalaiPengakajian Teknologi Pertanian (BPTP), dinasterkait, perguruan tinggi, praktisi, dan lainnya.

KU = KunjunganPenyuluh di Wilayah Kerjanya dapat

membina 8 – 16 kelompoktani dan dijadwalkanmengunjungi setiap kelompok minimal sekalidalam dua minggu. Jadwal kunjungan penyuluh kekelompoktani dapat disesuaikan dengankesepakatan dengan kelompoktani. Bila penyuluhmempunyai wilayah kerja dengan lebih dari 8kelompoktani, maka penyuluh dapat melakukankunjungan lebih dari satu kelompoktani perharinya.

Materi kunjungan penyuluh ke kelompoktani,meliputi ; 1) teknologi tepat guna yang membantukelompoktani/gabungan kelompoktani dalammemecahkan permasalahan usahataninya; 2)pengembangan agribisnis berbasis komoditas

20 Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 11-22

sumberdaya lokal; 3) pengembangan danpenguatan kelompoktani/gabungan kelompoktani;4) program pembangunan pertanian yang sedangdan akan dikembangkan di desa yangbersangkutan.

Metode kunjungan kepada kelompoktani dangabungan kelompoktani, yaitu dengan anjangsana,pertemuan, diskusi petani untuk memecahkanpermasalahan dalam pengembangan usahatani.Kunjungan dilakukan secara terjadwal sesuaikesepakatan bersama antara penyuluh dengankelompoktani. Kegiatan kunjungan dapatmerupakan bagian dari kegiatan kursus, demontrasi(cara dan hasil) dan sekolah lapang.

KO = Koordinasi dan Komunikasi

Koordinasi adalah merupakan usahamenyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan kerja(unit-unit) organisasi atau pihak-pihak terkait,sehingga organisasi bergerak sebagai kesatuanyang bulat guna melaksanakan seluruh tugasorganisasi untuk mencapai tujuannya. Sesuiadengan metode LAKUKORSIVA ini bahwakoordinasi tidak terlepas dari hubungan denganpihak-pihak terkait sehingga program penyuluhandapat dicapai sebaik-baiknya dengan melakukanhubungan kerja yang efektif. Hubungan kerja yangdimaksud disini adalah bentuk komunikasiadministratif yang membantu tercapainyakoordinasi (hubungan kerja) yaitu tercapainyakoordinasi dengan cara yang berhasil dan berdayaguna (efektif dan efisien). Koordinasi mengandungadanya keterpaduan dan dilakukan secara serasidan simultan dari seluruh tindakan yang dilakukan,namun dalam aplikasinya dilapangan koordinasimerupakan kerjasama antar berbagai pihak baiklembaga penelitian, penyedia saprodi, lembagapermodalan, perguruan tinggi dan lembaga lainnyamampu bekerjasama secara bersinergi danberkelanjutan dalam membantu mengatasipermasalahan yang dihadapi oleh petani. sehinggadapat disimpulkan betapa besarnya peranankoordinasi dalam melaksanakan pemerintahan,yaitu agar tercapainya kesatuan tindakan antaraunit-unit dari organisasi yang satu dengan yanglainnya, sehingga apa yang diinginkan tercapaisecara berdaya guna dan berhasil guna

SU = SupervisiSupervisi dilakukan oleh Kepala Balai

Penyuluhan Kecamatan bertujuan untukmelaksanakan pembinaan dan pengawasan danpendampingan yang dilakukan oleh penyuluh di

wilayah kerja penyuluh (WKPP), sekaligusmembantu memecahkan permasalahan yang tidakbisa dipecahkan di lapangan sebagai pengendalianagar kunjungan terlaksana sesuai jadwal yangdirencankan dan berjalan efektif dan efisien.Materi supervisi diperoleh dari laporan yangtercantum dalam buku kerja penyuluh, laporankelompoktani/gabungan kelompoktani atauinformasi lainnya yang membutuhkan adanyasupervisi dari kepala Balai Penyuluh Kecamatan.

Melalui penerapan Metode LAKUKORSIVAini juga didukung pemberdayaan BPP atau BP3Ksebagai pusat simpul penyelenggaraan penyuluhandi kecamatan karena kelembagaan penyuluhan inidan penyuluh yang berhubungan langsung denganpelaku utama dan pelaku usaha. Kelembagaanpenyuluhan kecamatan (BP3K) perlu terusditingkatkan kinerjanya agar penyuluh yang beradadi wilayah kerjanya secara profesional dalammendampingi petani memecahkanpermasalahannya dalam berusahatani.

Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK/BPP atauBP3KP) dikatakan berkinerja baik bila dapatmelaksanakan tugas dengan baik yaitu : 1)menyusun programa penyuluhan pada tingkatkecamatan sejalan dengan programa penyuluhankabupaten/kota; 2) melaksanakan penyuluhanberdasarkan programa penyuluhan; 3)menyediakan dan menyebarkan informasiteknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar;4) memfasilitasi pengembangan kelembagaan dankemitraan pelaku utama dan pelaku usaha; 5)memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluhPNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swastamelalui prosese pembelajaran secara berkelanjutan;dan; 6) melaksanakan proses pembelajaran melaluipercontohan dan pengembangan model usaha tanibagi pelaku utama dan pelaku usaha.

BP3K atau BP3KP dalam melaksanakan tugastersebut harus bekerjasama dengan lembaga terkaitbaik dari unsur pemerintah, pemerintah daerah,perguruan tinggi dan swasta. Tugas BP3KP yangterkait dengan profesionalisme penyuluh adalah; 1)menyediakan dan menyebarkan informasiteknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar;2) memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluhPNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swastamelalui prosese pembelajaran secara berkelanjutan.

EVA = Evaluasi

Kegiatan evaluasi bukan berarti kegiatan yangbertujuan untuk mencari kesalahan yang terjadi

Kaji Model Metode Penyuluhan di Era Berlakunya Asean Economic... (Nurliana Harahap et. al.) 21

tetapi merupakan kegiatan yang bertujuan untukmelihat sejauh mana capaian kegiatan penyuluhanyang sudah dicapai pada batas waktu tertentu yangdisesuaikan dengan perencanaan. Kesenjanganatau diskrepasnsi yang ditemui dari hasil evaluasidijadikan sebagai bahan perbaikan untukpengambilan kebijakan ke depan. Kegiatanevaluasi dapat dilakukan di awal, ditengah ataupundiakhir kegiatan. Semakin sering dilakukanevaluasi semakin baik karena memberikan peluanguntuk memperbaiki kesalahan yang ditemui dilapangan.

Dalam penyediaan informasi BPP atauBP3KP harus berkeja sama dengan sumber-sumberinformasi seperti Balai Pengkajiam TeknologiPertanian, Dinas terkait., kelembagaan penyuluhanpada wilayah administrasi diatasnya, perguruantinggi, petani maju, swasta dan lainnya. Informasitersebut dapat diperoleh melalui pelatihan, mediacetak dan elektronik (radio, televisi dan internet).Penyebaran informasi dilakukan oleh penyuluhdengan tujuan informasi tersebut dapat menjawabpermasalahan yang dihadapi petani dalamberusahatani. Agar arus informasi danpenyebarannya dapat berjalan berkesinambungandan dapat memecahkan permasalahan pelakuutama dalam berusahatani, maka di BPKditerapkan sistem kerja LAKUKORSIVA(Latihan, Kunjungan, Koordinasi, Supervisi, danEvaluasi).

Sistem keja LAKUKORSIVA adalahpendekatan penyuluhan yang memadukan antarapelatihan bagi penyuluh sebagai upayapeningkatan kemampuan melalui pengetahuan danketerampilan yang akan meningkatkanprofesionalisme penyuluh dalam melaksanakantugasnya, yang ditindaklanjuti dengan kunjungankepada petani/kelompoktani yang dilakukan secaraterjadwal, melakukan koordinasi sertameningkatkan kerjasama dengan berbagaistakeholder. Sistem kerja ini didukung dengansupervisi teknis dari penyuluh senior secaraterjadwal dan ketersediaan informasi teknologisebagai materi kunjungan.

Sistem Kerja LAKUKOORSIVA mempunyaiaspek positif, yaitu:

a) Penyuluh memiliki rencana kerja dalamsetahun;

b) Penyuluh megunjungi petani secara teratur danberkelanjutan;

c) Penyuluh cepat mengetahui masalah yang adadi petani dan cepat memecahkannya dengan

adanya koordinasi yang bersinergi denganberbagai pihak;

d) Penyuluh secara teratur mendapat tambahanpengetahun dan keterampilan;

e) Penyuluhan yang dilaksanakan denganmenggunakan pendekatan kelompok;

f) Penyelenggaraan penyuluhan mendapatsupervisi dan pengawasan secara teratur.

g) Pelaksanaan penyuluhan dilakukan evaluasiuntuk melihat capaian kegiatan penyuluhanapakah apakah sesuai dengan perencanaan danadanya rencana tindak lanjut dari hasilevaluasi.

Sifat-sifat yang harus dipunyai oleh penyuluhdengan menggunakan metode LAKUKORSIVAini antara lain:

1) Mempunyai kecakapan menghadapimasyarakat sasaran penyuluhan,

2) Mempunyai kecakapan dalam menghadapimesyarakat umum,

3) Mempunyai pengertian yang mendalamtentang masyarakat sasaran penyuluhan,

4) Mempunyai sifat dan bakat yang cocok untukbergaul.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan pembahasanpenelitian tersebut, maka dapat disimpulkan :1) Bila dikaitkan dengan UU SP3K bahwa satu

desa satu penyuluh maka ketiga daerah inimasih dikategorikan kekurangan penyuluhterlebih-lebih semakin berkurangnya jumlahpenyuluh yang diakibatkan oleh penyuluh PNSmemasuki usia pensiun..

2) Kompleksnya permasalahan di lapangan yangmengakibatkan kurang optimalnyapenyelenggaraan penyuluhan selain masalahsarana dan prasarana yang kurang memadaijuga adanya permasalahan dari petani itusendiri, penyuluh dan aparatur maupun daripemangku kebijakan pemerintah dalammendukung pembangunan pertanian.

3) Kepemilikan lahan oleh petani yang jumlahnyakecil yakni rata-rata antara 0,5 -1 ha lebihdominan sehingga petani mengalami hambatanuntuk meningkatkan usaha taninya dalam skalapasar atau bisnis, sehingga sebagai upayauntuk meningkatkan provitas harus dilakukanmelalui penerapan teknologi yang tepat.

22 Agrica Ekstensia. Vol. 10 No. 1 Juni 2016: 11-22

4) Bentuk kelembagaan yang ada di tiga daerahyang diteliti terdapat perbedaan sehinggamemberikan pengaruh terhadappenyelenggaraan penyuluhan ataupun sistempenyuluhan yang diterapkan sebab regulasidari pemerintah daerah di tiga kabupaten itutidak sama sehingga dapat disimpulkan bahwaregulasi dari pemangku kebijakan juga sangatberpengaruh erat terhadap pembangunanpertanian khususnya penyuluhan.

5) Metode penyuluhan yang dihasilkan daripenelitian ini dalam mendukung berlakunyaera Asean Economic Comunity (AEC) yaknimetode LAKUKORSIVA (Latihan,Kunjungan, Koordinasi dan Komunikasi,Supervisi serta Evaluasi).

6) Penyelenggaraan penyuluhan di lapangan agarbisa berjalan lancar dan baik serta mampumemberikan manfaat demi peningkatankesejahteraan petani, maka penyelenggaraanpenyuluhan harus dilakukan secara Holistikdan tidak bersifat partial seperti yangdilakukan selama ini.

SARAN

1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan olehberbagai pihak baik akademisi, penelitimaupun masyarakat umum agar metode inilebih baik dan mampu diterapkan dalam skalayang lebih luas.

2) Perlu dilakukan koordinasi, komunikasi yangefektif bersinergi dan berkelanjutan denganantara berbagai pihak terkait dalam upayamendukung penyelenggaraan penyuluhan agarberjalan efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian diIndonesia. Badan Pendidikan dan LatihanPertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Badan Pengembangan Sumberdaya ManusiaPertanian. 2001. Pedoman PenyelenggaraanPenyuluhan Pertanian Partisipatif SpesifikLokal. Deptan. Jakarta.

Slamet M. 2003. Membentuk Pola PerilakuManusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Sukino. 2013. Membangun Pertanian DenganPemberdayaan Masyarakat Tani. PustakaBaru Press. Yogyakarta.

Mafruhah, I. 2009. Multidimensi Kemiskinan.Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan PembangunanPertanian. Sebelas Maret University Press.Surakarta.

__________. 2009. Sistim Penyuluhan Pertanian.Sebelas Maret University Press. Surakarta.