kajian feminisme dalam film made in dagenham karya … · radikal, feminisme social, dan feminisme...
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
567
KAJIAN FEMINISME DALAM FILM MADE IN DAGENHAM KARYA NIGEL COLE
Unpris Yastanti
STIBA Nusa Mandiri
Abstract
This study aims to identify feminism in Made In Dagenham movie directed by Nigel Cole. This
study used content analysis implementing qualitative approach. Made In Dagenham movie was
used as sources of data. The dialogs and the scenes in the movie were identified and classified as
the data. This study revealed (1) the characterization of main character: Rational thinker, persistent
woman, a caring woman, a good wife and mother (2) Feminism shown: the main character is being
the fighter of woman’s right, brave to fight against the discrimination, and she has power to make a
change in the country (3) Kinds of feminism in the movie were Liberal Feminism.
Keywords: feminsm, movie.
A. Pendahuluan
Sastra merupakan bagian suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dikehidupan
masyarakat. Karya sastra ini merupakan sebuah pengungkapan kehidupan yang dapat bersumber
dari lingkungan sekitar, kehidupan yang dialaminya, disaksikan, didengar, dibaca bakan hasil
imajinasi dari pengarangnya sendiri, kemudian melalui media tertentu hal tersebut
disampaikannya kepada khalayak ramai dengan berbagai tujuan.
Salah satu karya sastra yang sekarang ini masih banyak diminati dan termasuk media
elektronik yang cukup tua adalah film. Dapat dikatakan masyarakat yang berbudaya pasti akan
berinteraksi dengan film, karena film juga bagian dari hasil kreasi seni dan budaya. Didalam film
terdapat unsur visual juga audio yang menyatu, yang membuat cerita lebih hidup. Selain itu,
didalam film terdapat banyak hal yang bisa diungkapkan oleh pembuat film, baik dari segi
penokohan karakternya, alurnya, settingnya juga mau dibuat seperti apa kisah dari cerita itu
sendiri. Dalam hal ini pun, film ini bisa merupakan kisah yang diangkat dari kisah nyata
seseorang ataupun pembuat film itu sendiri ataupun karya imajinasi dari pembuat film atau
bahkan merupakan cerminan realitas suatau masyarakat atau kritikan dari fenomena-fenomena
yang sedang terjadi di masyarakat seperti fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang
kompleks yang menjadi dokumen yang berisi cerita dan gambar yang diiringi kata-kata bahkan
music sehingga film merupakan produksi yang sangat kompleks. Sekarang ini keberadaan film
sangat terasa penting di berbagai lapisan masyarakat, baik anak-anak muda, para orang tua
bahkan anak-anak kecil sudah berinteraksi dengan film. Seiring dengan antusias masyarakat
yang tinggi tentang film ini, maka sudah sewajarnya bermunculan hasil karya film-film yang
sangat berkualitas dan unggulan sepanjang masa.
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
568
Salah satu film yang menarik yang patut ditonton sepanjang masa adalah film Made in
Dagenham. Film ini bercerita tentang seorang perempuan yang memperjuangkan haknya dalam
mendapatkan upah pekerja. Filmnya sendiri merupakan dramatisasi dari kisah nyata para buruh
wanita di pabrik mobil Ford tahun 1968. Di tengah ribuan pegawai pabrik Ford yang saat itu
merupakan salah satu pabrik dengan angka tenaga kerja terbesar di Inggris, dan memiliki pekerja
rata-rata pria, dan terdapat juga 180an pegawai wanita, yang bertugas menjahit properti interior
mobil Ford. Mereka mulai merasa tidak puas dengan kondisi tempat kerja mereka yang
memprihatinkan serta status mereka yang dikategorikan ‘unskilled work‘ secara sepihak. Oleh
karena itu, pemain utamanya, Rita O’Grady berjuang untuk mendapatkan haknya untuk ‘equal
pay’ dengan pekerja laki-laki. Terdapat sisi feminisme disini yang ditunjukkan oleh pemain
utamanya. Seperti pendapat Kasiyan dalam Sugihastuti dan Saptiawan (2007;86), feminisme
sebagai gerakan perempuan muncul dalam karakteristik yang berbeda-beda yang disebabkan
asumsi dasar yang memandang persoalan-persoalan yang menyebabkan ketimpangan gender.
Sehingga dapat diasumsikan feminisme adalah sebuah paham/aliran yang berusaha memahami
ketertindasan terhadap perempuan, dan mencari upaya bagaimana mengatasi ketertindasan itu.
Oleh karena itu, seorang feminis adalah seseorang yang berusaha memahami posisi terhadap
perempuan dan berupaya mengatasinya. Disini sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut lagi
seperti apa segi feminisme yang digambarkan di film ini khususnya oleh pemain utama dan
termasuk jenis feminisme apa yang terjadi. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai feminisme yang difokuskan pada pemain utama dalam film Made In Dagenham Karya
Nigel Cole ini. Maka dari itu penulis memberi judul makalah ini yaitu” Kajian Feminisme dalam
Film Made in Dagenham karya Nigel Cole”.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dirumuskan masalah
berikut:1. Bagaimanakah penokohan Pemain utama dalam Film Made in Dagenham karya Nigel
Cole?,2. Bagaimanakah Feminisme digambarkan pada Pemain utama dalam Film Made in
Dagenham karya Nigel Cole? 3. Apakah jenis feminisme yang terdapat pada pemain utama
dalam Film Made in Dagenham karya Nigel Cole?
B. Landasan Teori
1. Karakter Tokoh Utama
Di dalam sebuah cerita yang menampilkan beberapa karakter didalamnya, pasti akan
memiliki tokoh utama/karakter utama yang akan menjadi pusat dan sumber baik alur, plot,
ataupun konflik-knflik yang bermunculan. Terdapat beberapa pendapat dari beberapa ahli
tentang tokoh utama ini, lebih detail akan dibahas berikut ini. Diyanni (2004:54) berpendapat
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
569
bahwa “Main character is an important figure at the center of the story’s action or theme.”
Yang dapat diartikan bahwa karakter utama adalah sosok yang penting didalam sebuah film dan
menjadi pusat cerita juga tema sebuah cerita.
Dan menurut Klerer (2004:20) “First person narration renders the action as seen
through a participating figure, who refers to herself or himself in the first person. First person
narrations can adopt the point of view either of the protagonist or of a minor figure”. Dalam
pendapat Klerer tersebut dapat dijabarkan bahwa karakter utama/ tokoh utama akan menjadi
orang pertama yang mampu membuat karakternya ataupun karakter lainnya akan terlihat menjadi
tokoh yang baik ataukah menjadi tokoh yang kurang ditonjolkan.
Dan menurut Beaty et al (2002:102), “Main character is expectation, emotions and kind
of world imagine that the character inhabit make up the major register of emotional responses to
fiction”. Sehingga pemain utama adalah sesuatu yang utama yang diharapkan mampu
mengilustrasikandan membawa emosional para penontonnya. .
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter utama atau
tokoh utama dalam sebuah film, pusisi, cerita atau yang lainnya akan memegang peranan
penting, sebagai pusat karakter, sebagai pemimpin karakter dan membuat cerita menjadi lebih
hidup dan menarik serta dapat dilihat, dirasakan dan ditentukan dari ucapanya, tindakannya, atau
unsur-unsur abstrak yang dimunculkan didalam film, misalnya emosinya, motivasinya, cita-
citanya, keinginannya, romantisnya juga unsur lainnya.
2. Penokohan/Characterization
Dalam sebuah cerita, karakter akan menjadi sumber atau pusat dari sebuah cerita.
Didalam mengambarkan suatu karakter, maka akan ada proses penokohan didalam ceita tersebut.
Berikut beberapa pendapat dari para ahli tentang penokohan. Corsini (2002:155) berpendapat
bahwa “Characterization processes by which personality and character are developed in an
individual through interaction with other members group.” Berdasarkan pendapat diatas, dapat
diartikan bahwa penokohan dapat terlihat ketika karakter berinteraksi dengan karakter lain
didalam cerita.
Gill (1995:127) sependapat dengan Corsini, dimana Gill mengatakan bahwa
“Characterisation is the way in which a character is created.” Yang dapat diasumsikan bahwa
penokohan adalah suatu cara bagaimana suatu karakter diciptakan. Senada dengan pendapat
diatas, Luke berpendapat seperti yang dikutip oleh Bronze (1989:94) “Characterization is the art
making people in a story real.” Bahwa penokohan merupakan suatu seni untuk menciptakan
seseorang agar terlihat nyata dalam sebuh cerita. Dalam pendapat tersebut dapat juga dijabarkan
bahwa penokohan ini akan bergantung sekali dengan apa yang ingin dibuat oleh para pengarang
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
570
film. Mereka dapat menciptakan tokoh atau karakter sesuai dengan apa yang ingin mereka
ciptakan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah suatu proses
atau cara seorang pembuat film dalam menciptakan karakter yang mereka inginkan agar karakter
tersebut terlihat nyata. Yang dapat terlihat ketika karakter tersebut berinteraksi dengan karakter
lainnya misalnya dari ucapannya, tindakannya atau pemikiran-pemikirannya.
3. Feminisme
Lips (200:13) mengatakan bahwa “Feminism comes in many different versions, but all of
them share certain premises: the notion that inequalities between women and men should be
challenged; that women’s experiences and concerns are important; that women’s idea,
behaviors, and feelings are worthy of study in their own right.”. Disini Lips berpendapat bahwa
feminism dapat berasal dari beberapa sebab dari ketidaksamaan laki-laki dan perempuan dan hal
itu harus dilawan. Mereka meminta persamaan hak dalam berpendapat, bertindak, dan juga
perasaan mereka.
Lebih lanjut lagi, Wood (2001:4) mengatakan bahwa “My feminism means I’am against
oppression, be it the oppression of women, men, people with disabilities, specific sexual
identities, particular race–ethnicities, elderly people, children, animals, or our planet. I don’t
think oppression and domination foster healthy lives for individuals or societies as a whole.”
dalam pendapat tersebut, Wood mengatakan bahwa Feminisme adalah sebuah aksi melawan
penindasan dalam segala aspek kehidupan tidak hanya tentang persamaan antar laki-laki dan
perempuan.
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa feminism ini merupakan suatu
gerakan atau aksi dari perempuan-perempuan yang terjadi karena beberapa hal, misalnya adanya
ketimpangan gender, adanya perbedaan perlakuan terhadap wanita, adanya gesekan-gesekan
ketidakadilan dan yang pasti perempuan menginginkan persamaan hak dengan laki-laki, dan
lebih jauh lagi feminisme ini merupakan suatu tindakan dalam perlawanan ketidakadilan dalam
segala aspek dalam kehidupan yang dapat dilakukan terhadap masyarakat langsung atau melalui
jalur politik.
4. Jenis-Jenis Feminisme
Wood (2001:69-75) menyebutkan tiga jenis feminisme, yaitu:
a. Radical feminism, the first form of feminism which grew out of another social movement,
new left politics which focused on protesting the Vietnam war, racial discrimination, and
governmental abuses.
b. Socialist feminism, this feminism sees the sexual division of labor as intrinsic to
capitalist, it is assume that economic and material conditions are powerful sources of
oppression.
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
571
c. Liberal feminism, in this era goes by various labels middle class feminism. Acting from
the liberal ideology that women and men are alike in important respect and, therefore,
entitle to equal rights and opportunities.
Dalam pendapat tersebut Wood membedakan feminism menjadi tiga hal, yaitu feminisme
radikal, feminisme social, dan feminisme liberal. Untuk lebih detailnya lagi akan dibahas
masing-masing jenis feminisme tersebut:
a. Feminisme Radikal
Sumiarni (2004:75) menyatakan “Feminisme radikal cenderung membenci pria sebagai
individu maupun kolektif, dan mengajak wanita untuk mandiri, bahkan tanpa perlu keberadaan
pria dalam kehidupan mereka. Feminisme menganggap tidak perlu adanya laki-laki baik secara
individu atapun kelompok. Mereka beranggapan bahwa mereka dapat bersikap lebih mandiri
tanpa adanya campur tangan laki-laki. Selanjutnya, menurut Saptari dan Holzner (1997:424)
bahwa aliran ini melihat kategori sosial seks sebagai dasar perbedaan. Jenis feminisme ini
menganggap bahwa sudut pandang seks yang dimiliki oleh masyarakat yang mempengaruhi
perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan.
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa menurut aliran ini kekuasaan laki-
laki atas perempuan, yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol kaum laki-laki atas kapasitas
reproduksi perempuan telah menyebabkan penindasan pada perempuan. Hal ini membuat
ketergantungan perempuan secara fisik dan psikologis kepada laki-laki. Feminisme radikal ini
beranggapan bahwa system patriarki dan perbedaan biologis yang menyebabkan terjadinya
penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara
lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), sekisme, relasi kuasa
perempuan dan laki-laki, dan dikotomi domestik-publik. Jadi penguasaan fisik perempuan oleh
laki-laki, seperti hubungan seksual, adalah bentuk dasar penindasan terhadap perempuan.
b. Feminisme Sosialis
Sumiarni mengatakan bahwa “Feminisme sosialis melihat bahwa persoalan yang dialami
perempuan berkaitan dengan tugas reproduksi sosial dan biologis mereka, sehingga perempuan
harus dibebaskan dari tugas-tugasnya dilingkup privat, maka kerja mereka akan dihargai sama
dengan pria.” Sumiarni,2004:78). Disini feminis melihat ketimpangan yang terjadi, perempuan
banyak memegang tugas dan peranan di masyarakat. Mereka menutut untuk kesamaan hak.
Menurut Fakih (2007:90) penindasan perempuan terjadi di kelas manapun, bahkan
revolusi sosialis ternyata tidak serta merta menaikkan posisi perempuan. Disini feminisme tejadi
diberbagai kelas social masyarakat, namun revolusi social yang dijalankan oleh feminisme
belum memberikakan pengaruh yang cukup signifikan. Aliran ini menganggap bahwa konstruksi
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
572
sosial sebagai sumber ketidakadilan terhadap perempuan. Termasuk di dalamnya adalah
stereotipe-stereotipe yang dilekatkan pada kaum perempuan. Kalau ingin memperoleh
kebebasan, maka status dan fungsi dalam struktur harus berubah. Sikap rendah diri harus diubah
menjadi percaya diri
c. Liberal Feminisme
Cudd and Andreasen (2005:7) mengatakan bahwa “Liberal feminist political action
brought about many important changes in the situation of women.” Liberal feminisme akan
membawa banyak perubahan bagi kehidupan wanita. Hepburn (2003:100) juga mengatakan
bahwa “Liberal feminism sees government as a neutral institution.” Liberal feminisme
menganggap parlemen-parlemen yang berada di pemerintahan harusnya memberikan
kesempatan yang sama untuk para perempuan agar bisa mendapatkan kesempatan yang sama
dalam politik.
Madsen (2002:36) menambahkan “Liberal feminists support the equal rights amendment
and other legislative acts to abolish sexual discrimination and to erode oppressive gender
roles.” Disini Madsen menjelaskan bahwa liberal feminisme mendukung agar legislatif atau
lembaga Negara membuat hukum yang mampu melindungi hak-hak yang sama antar laki-laki
dan perempuan.
Dari beberapa teori yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa liberal
feminisme ini menekankan pada suatu Negara ataupun lembaga legilastif suatu Negara untuk
menciptakan hukum-hukum yang melindungi dan memberikan kesamaan hak antar laki-laki dan
perempuan dan memberikan kesempatan serta memperlakukan kesamaan hak antar laki-laki dan
perempuan di dalam dunia perpolitikan dalam suatu negara.
C. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif
dalam bentuk content analysis. Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Untuk mendapatkan hasil analisa, penulis melakukan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu: mempersiapkan landasan teorinya, dari berbagai sumber, setelah itu
mengindentifikasi sumber data, yaitu film Made in Dagenham karya Nigel Cole. Teknik analisis
data dengan cara mengidentifikasi penokohan, penggambaran feminisme dan mengidentifikasi
jenis feminisme yang terdapat pada pemain utama dalam film Made in Dagenham karya Nigel
Cole.
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
573
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berikut akan diuraikan hasil analisa dari film Made in Dagenham karya Nigel Cole yang
berfokus penokohan tokoh utama, feminismenya dan jenis femisnisme yang ditemukan,
diperjelas dengan gambar-gambar dari film dan juga percakapan didalam film tersebut yang
terkait.
1. Penokohan Tokoh Utama
a. Pemikir yang Rasional
Gambar 1. Rita dan Keluarga sedang Berkumpul
Sharon : “Here, dad, Martine Clarke’s got colour. I seen it!”
Eddie : “Ooh, martin Clarke got colour, has she? We’ll go around her house and
watch it after tea, won’t we? Her mom will be pleased. Look, we’ll have
colour soon. Once you can rent them.”
Rita : “Eddie, don’t promising colour. We haven’t even paid for the fridgeyet. And
the three piece is still on tick. And now we got all this unrest at work.”
(Dapur, 00:16:34-00:16:57)
Rita dalam percakapan tersebut sangat tidak setuju apabila mereka membeli televisi baru
dikarenakan masih ada yang harus dibayar. Terlihat jelas Rita menggunakan pikiran rasionalnya
dalam bersikap.
b. Perempuan Pemberani
Gambar 2. Rita Berbicara dengan Kepala Pabrik
Rita : “Oh, no! I’m sorry... We’re not paying that game... We ain’t your men,
remember! We’re us... and we won’t beaddressed in this manner. All those
in favour of not onlymaintaining, but increasing our current industrial
action by going to an immediate all out stoppage until we get the samerates
of pay as the men!”
Monty : “What?”
Rita : “Well, why not? That’s what this dispute is really ab out, isn’tit?!We’re on
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
574
the lowest rate in the whole factory...despite the fact that we have got
considerable skill. And there’sonly one possible reason for that.. It’s cause
we’re women,and in the work place women get paid less that mrn, nomatter
what skill they got!” “Which is why we gotta demand that from now on,
there’s alevel playing field and rates of pay which reflect the job you do,
not whether you’ve got a dick or not!” “This strike is about one thing and
one thing only: fairness! Equal pay or nothing! All those in favour?”
(Kantin Pabrik, 00:42:14-00:43:49.
c. Peduli dengan Sesama
Gambar 3. Rita Mengunjungi Connie
Rita : “What are you talking about Connie?”
Connie : “George is ill... you know that! He’s touched... the strike ustwhipping
everything up... I’ve gotta put him first...”
Rita : “Look, Connie... I know it’s hard”
(Rumah Connie, 01:02:47 - 01:04:06)
Rita mengunjungi Connie dan memberikan dukungan untuk Connie. Disini terlihat
bahwa Rita memang ssosok yang peduli dengan teman.
d. Seorang Ibu juga Istri yang Baik
Gambar 4. Suami Rita, Eddie Mengantar Rita
Eddie : “What’s this? A mothers meeting?”
Rita : “Hey, cheeky sod... Are you alright?”
Eddie : “How you getting on?”
Rita : “Give us a half change...”
Eddie : “Good luck...”
Rita : “See you later...”
(Halaman Pabrik, 00:27:46 – 00:27:53 )
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
575
Di dalam dialog tersebut, terlihat hubungan yang baik antar Rita dengan suaminya. Eddie
memberikan dukungan atas apa yang istrinya perjuangkan, disitu terlihat Rita merupakan istri
yang baik, dapat mengomunikasikan apa yang terjadi dengan suaminya. Sehingga suaminya
tidak menentang apa yang diperjuangkannya.
Gambar 5. Rita Memperhatikan Tangan Anaknya
Rita : “Graham... breakfast... Graham... you’re gonna be late!”
Graham : “I don’t feel very well... ”
Rita : “You’re not hot...”
Graham : “It’s me stomach... ”
Rita : “Ok, what’s wrong with your hand?”
Graham : “I never done nothing... honest...”
Rita : “Mr.Clarke again? It will be fine ok...”
Graham : “Yeah...”
Rita : “Have your breakfast and go and get dressed... I’ll deal with it... it’llbe fine...”
(Dapur, 00:10:05-00:10:45)
Percakapan ynag terjadi di dapur itu terjadi ketika sarapan. Rita meminta anaknya untuk
segera bergegas agar tidak terlambat, dan ternayata anaknya berkata tidak enak badan. Kemudian
Rita menemperhatikan apa yang terjadi pada anaknya, dan dia menemukan tangan anaknya
memerah. Akhirnya, naknya mengakui kalau tanda merah tersebut berasal dari pukulan gurunya
yang menghukumnya lagi. Disitu, Rita memberitahukan akan mengurusnya. Terlihat, bahwa Rita
pun bertanggung jawab dan menjadi ibu yang baik untuk anaknya.
2. Feminisme Pada Tokoh Utama
a. Memperjuangkan Hak Perempuan
Gambar 6. Rita dan Teman-temannya Berdemo di Depan Pabrik
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
576
Rita : “Close the gate!”
Women : “Yeaaay...”
Rita : “I know at least they know we’re serious, right? Not as helpless as
they thought... come on then girl...!”
Sandra : “No more seats today Mr.Ford”
Connie : “Come on girls, lets get together...”
Rita : “What if we form a line or something? Line up there...!”
Connie : “Hold the banner up...!”
(Aula Ford 00 :28:18-00:28:46)
Di dalam dialog tersebut dan juga dari gambarnya, Rita dan kawan-kawan seperjuangan
mengadakan pemblokiran didapan pabrik Ford, Hl ini dilakukannya dalam memperjuangkan
Hak-hak para pekerja perempuan yang menuntut upah yang sama dengan para pekerja laki-laki.
Gambar 7. Rita Berkampanye Menuntut Persamaan Upah
Rita : “The time has come for all women to say “enough”!!! We do not and will not accept
this any longer...!!!”
(Dagenham, 00:47:22- 00:47:29)
Di dalam monolog yang disampaikan oleh Rita, sangat terlihat Rita memperjuangkan hak
para perempuan, mengajak paara perempuan untuk bersama-sama memperjuangkan hak mereka,
agar semua tidak menerima keadaan begitu saja.
b. Melawan Deskriminasi
Gambar 8. Rita Berbicara dalam Pertemuan
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
577
Rita : “I’m sorry Albert, but it is bollocks... Three hours we’ve Been sitting here,
now and... That’s what matters to the girls? How you qualify to talk about
that I don’t know! Here have a look at this...!!! there you put them
together.. go on...!”
Grant : “Ford property, I believe...”
Rita : “Oh... Stop it! We have to take these pieces and work out how they go
together. Because there ain’t no template, is there? We have totake them
and sew them, all free hand into the finish article! The same with the
door trim, and God knows what else. That is notunskilled work, which is
how you’ve regarded us. Christ, you need to take an exam to get on our
line...“
Hopkins : “Please, miss...”
Rita : “No, it’s Mrs! O’Grady...”
Hopkins : “Mrs.O’Grady, I understand your grievance...”
Rita : “Well, I really don’t think you do... It is not difficult, thought.
We’reentitled to semi skilled and the wages what go with it!”
Hopkins : “Why you bring this to the meeting?”
Rita : “Hang on! I’m not finish. And as regards to this queue jumping business,
well, we put this complaint in months ago, didn’t we? It’s just, you’ve done
nothing about it! And I know why... That’s because women have never
beenon strike before, isn’t it? You just thought you could forget it and we’d
all go away. Well, I’m sorry! But it isn’t gonna be that easy because we’re
not going anywhere. We’re gonna do what we said we would. No more
overtime and animmediate twenty four hour stoppage. And where it goes
from here, that’s uo to you... If you’ll excuse we, I’ve really got to be
going thank you very much...!”
(Ruang Rapat, 00:21:11- 00:23:26)
Rita sangat terlihat berani menyampaikan pendapat-pendapatnya terkait dengan
deskriminasi yang telah Ford lakukan terhadap para karyawan perempuannya. Di sini Rita
bersikap melawan dengan tegas akan tindakan tersebut.
Gambar 9. Rita Berpidato di Depan Konferensi
Rita : My best friend lost her husband recently. He was a gunner in fifty Squadron in
the RAF. He got shot down one time... on a raid to Essen and even though he
was badly injured. I asked him, why he joined the RAF and he said... they got
the best women. Which they did... well you gotta. And then he said, you have to
do something that was a given... because it was matter of principle. You had to
stand up... Go have to was right, otherwise you wouldn’t be able to look
yourself in the mirror.
“ When did that change? When did we, in this country start being happy. to do
decide to stop fighting? I don’t think we ever did. But you’ve gotta back us up.
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
578
You’ve gotta stand up with us. We’re the working classes, the men and women.
We’re not separated by sex. But only by those who are willing to accept
injustice. And those like our friend George. Who are prepared to go into battle
for what is right and equal pay for women is right... Thank you...!”
(Hotel Weymouth, 01:26:57 – 01:29:15 )
Pidato tersebut belangusng dikonferensi yang diselengarakan oleh Ford, yang hanya
diikuti oleh para laki-laki. Tetapi dengan keberaniannya, Rita datang dan berbicara diatas
Podium untuk menyampaikan pendapatnya. Disini Rita bersikap demikian karena ingin melawan
perbedaan atau deskriminasi yang telah Ford lakukan.
c. Berjuang Membuat Perubahan di Negara
Gambar 10. Rita menjadi Headline di Media Cetak
Dengan dimuatnya Berita tentang Rita, maka yang telah Rita perjuangkan menjadi
sorotan khalayak ramai. Dalam hal ini Rita dan teman-temannya akan mendapatkan dukungan
dari seluruh warga untuk dapat melakukan perubahan yang selama ini mereka perjuangkan.
Gambar 11. Barbara Castle memberikan Pengumuman
Barbara
Castle
: “Now ladies... can I help?” “Thank you gentleman... thank you very much... Iam
delighted to announce that following our talks this afternoon, the 187 Ford
machinists will be going back to work on the first of July. They will receive an
immediate pay rise of 7 pence an hour which will put them at 92 percent of the
male rate. However, however this is not at all. As a result of our discussion, I can
confirm that the government is in full support of creation of an equal pay act by
the autumn of this year. I guarantee appropriate legislation will be put into place
to ensure that... that act becomes law...! Thank you.”
(Di depan Kantor Westminster, 01:45:05- 01:45:59)
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
579
Rita akhirnya mendapat dukungan dari Barbara Castle, Seketaris Kenegaraan, sebagai
perwakilan negara, yang mengatakan bahwa negara memberikan dukungan penuh atas apa yang
mereka perjuangkan dan pemerintah memberikan aturan bahwa upah pekerja akan disamakan
dengan upak pekerja laki-laki. Dan terjadilah perubahan seperti yang diharapkan dan
diperjuangkan oleh Rita dan teman-temannya.
E. Kesimpulan
Perkembangan karya sastra berjalan begitu pesatnya. Dan salah satu karya sastra yang
sekarang ini masih banyak diminati dan termasuk media elektronik yang cukup tua adalah film.
masyarakat yang berbudaya pasti akan berinteraksi dengan film, karena film juga bagian dari
hasil kreasi seni dan budaya. Terdapat banyak hal yang bisa diungkapkan oleh pembuat film,
baik dari segi penokohan karakternya, alurnya, settingnya juga mau dibuat seperti apa kisah dari
cerita itu sendiri. Film ini bisa merupakan kisah yang diangkat dari kisah nyata seseorang
ataupun pembuat film itu sendiri ataupun karya imajinasi dari pembuat film atau bahkan
merupakan cerminan realitas suatu masyarakat atau kritikan dari fenomena-fenomena yang
sedang terjadi dimasyarakat. Sehingga dapat disebut bahwa film adalah fenomena sosial,
psikologi, dan estetika yang kompleks yang menjadi dokumen yang berisi cerita dan gambar
yang diiringi kata-kata bahkan musik. Sehingga film merupakan produksi yang sangat kompleks.
Seiring dengan antusias masyarakat yang tinggi tentang film ini, maka sudah sewajarnya
bermunculan hasil karya film-film yang sangat berkualitas dan unggulan sepanjang masa.
Banyak film yang sudah dihasilkan oleh para pengarang yang kreatif, inovatif dan juga
imajinatif, serta sensitif terhadap hal-hal yang terjadi didalam kehidupan ini. Banyak hal yang
dapat kita pahami dan pelajari. Pun banyak kisah-kisah nyata yang diangkat. Yang dapat
menginspirasi para penontonnya. Banyak hal yang dapat dipetik dan dinilai dari suatu film,
selain menjadi hiburan bagi para penontonnya. Setelah dianalisa di dalam Film Made in
Dagenham ini, penokohan pemain utama, Rita Rita O’Grady ditokohkan sebagai seorang yang
berpikir rasional, mempunyai sifat optimistic, percaya diri, antusias, teagas dan focus pada
tujuan utamanya, seorang perempuan yang berani dan gigih, sosok yang sederhana dan
berpenampilan sopan, peduli dengan sesamanya, dan juga merupakan sosok yang sangat baik
terhadap keluarga, suami dan anaknya.
Berdasarkan pendekatan konteks, terdapat banyak karakteristik-karakteristik feminisme
didalam film Made in Dagenham ini. Di sini pemain utamanya memperjuangkan Hak-hak
Perempuan dalam mendapatkan upah yang sama dengan pekerja laki-laki, juga menghapus
diskreminasi atau perbedaaan antar kaum laki-laki dan perempuan di negara tersebut, berbagai
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
580
cara ditempuhnya, baik demo di depan pabrik, datang ke konferensi juga mencari dukungan para
anggota legislatif. Akhirnya perjuangan Rita juga teman-temannya mendapatkan hasil yang
sangat memuaskan. Pemerintah atau negara memberikan dukungan penuh atas apa yang mereka
perjuangkan. Mereka mendapatkan upah yang sama dengan pekerja laki-laki. Dan terjadilah
perubahan di pabrik tempat mereka bekerja juga di negara tersebut. Berdasarkan pemaparan
karakteristik-karakteristik feminisme yang telah dianalisis dan diuraikan d iatas, sangat terlihat
jelas bahwa jenis feminisme yang ada didalam film ini, Made in Dagenham, yang digambarkan
pada pemain utamanya termasuk jenis feminisme liberal.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M. H. 1999. .A Glossary of Literary Terms/Seventh Edition. United States Of America:
Heinle&Heinle.
Beaty et al. 2002. The Norton Introduction to Literature. Shorter Eight Edition. New York: W.W
Norton and company inc.
Bronze. Prentice Hall Literature. 1989. Englewood Cliffs. New Jersey. Prentice hall inc. USA.
Corsini, Ray. 2002. The Dictionary of Psychology. London : Brunner – Routledge.
Cudd, Ann E and Robin O. Andreasen. 2005. Feminist Theory: A Philosophical Anthology.
Australia: Blackwell Publishing, Ltd.
DiYanni, Robert. 2004. Literature: Reading Fiction, Poetry, and Drama. Compact Edition. New
York: The McGraw-Hill Book Co.
Effendy, Onong Uchjana. 1986: Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung: Alumni.
Fakih, Mansour. 2007. Analisis Gender dan Trasformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gill, Richard. 1995. Mastering English Literature 2nd Edition. Great Britrain: Mac Millan Press,
Ltd.
Hepburn, Alexa. 2003. An Introduction to Critical Social Psychology. London: SAGE
Publications, Ltd.
Klarer, Mario. 2004. An Introduction to Literary Studies. London & New York: Routledge.
Lips, Hilary M. 2003. A New Psychology of Women : Gender, Culture and Ethnicity2nd Edition.
New York: McGraw Hill.
Madsen, Deboral L. 2000. Feminist Theory and Literary Practice. London: PlutoPress.
Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016
581
Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial: Sebuah
Pengantar Studi Perempuan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Stout, Richard and Kathryn Stout. 2002. Movie as Literature. Wilmington. Design-A-Study
Publisher. USA.
Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan, Praktik Kritik
Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumiarni, Endang. Jender dan Feminisme. 2004. Yogyakarta: Wonderful Publishing Company.
Wood, Julia T. 2001. Gendered Lives: Communication, Gender and Culture 4th Edition. USA:
Wadsworth Thompson Learning, Inc.