kesiapan mahasiswa ekonomi syariah terhadap pasar tenaga kerja ..piliyanti presentasi edit
TRANSCRIPT
KESIAPAN MAHASISWA EKONOMI ISLAM MENGHADAPI
PASAR KERJA PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
(STUDI PADA PERGURUAN TINGGI EKONOMI ISLAM)
Agni Alam Awirya, Indah Piliyanti
Abstract
The development of Islamic banking has expanded to the other sectors such as pawn, insurance, etc. Awareness that makes demands toward Islamic economics system brings a huge result to the development of this system itself. Then, Islamic economics system application in business implicates to the turning up of human resource need that specially master this system. Education is a direct path to prepare human resource mastering Islamic economics, as a reaction of the needs. Islamic Economics mastering is important when conventional study and skill cannot accommodate specific needs, which turn up because of model and system development in business. The objective of the research is is to find out availability human resource in Islamic economic to face labor market and business. Eight variabels is used for predict the readiness of human resource. There are underst, labor, sex, informal study, training, literature, lecture, award. The model of readiness tested using logistic regression method which is the main analysis tool used in this study. In this research the proposed model is: Readiness = f (underst, labor, sex, informal study, training, literature, lecture, award). The number of lecture and understanding of Islamic economics are hypothesized to have a positive correlation with the readiness variabel.
Key words: human resources, logistic regression, Islamic economics
Kategori : J2. Demand and Supply Labour.
1 | P a g e
LATAR BELAKANG
Pengenalan praktik ekonomi Islam di Indonesia, diawali oleh industry
perbankan pada tahun 1992 berdasar pada UU No. 7 tahun 1998 tentang
kemungkinan membuka bank dengan system bagi hasil. Bank Muamalat
Indonesia merupakan pelopor pertama industry perbankan. Pada perkembangan
sepuluh tahun terahir ini, bank syariah mengalamai peningkatan signifikan,
setelah di berlakukan UU No. 10 tahun 1998 yang memuat dual banking system
pada perbankan nasional. Data statistik perbankan syariah Bank Indonesia (BI),
bulan Mei 2008 jumlah jaringan bank syariah terdiri dari 3 bank umum syariah,
28 unit usaha syariah (UUS) dan 120 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Pangsa pasar bank syariah terhadap total bank di Indonesia sebesar 2, 6%1.
Selain industry perbankan, praktik bisnis syariah telah merambah pada
industr lainnya: seperti asuransi syariah pada tahun 1994. Syarikat Takaful
Indonesia merupakan pelopor industri asuransi syariah di tanah air. Pegadaian
syariah meramaikan bisnis syariah di Indonesia sejak tahun 2003. Kemudian,
pengembangan syariah di pasar modal diawali dengan penerbitan Jakarta Islamic
Index –kerjasama antara Bursa efek Jakarta dan Danareksa– pada tahun 2000,
kemudian diterbitkannya obligasi syariah pertama pada tahun 2002.
Sebagai konsekuensi logis dari perkembangan bisnis syariah di Indonesia,
kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai bisnis syariah
menjadi sebuah keniscayaan. Lembaga keuangan syariah, bank maupun lembaga
keuangan lainnya memiliki perbedaan karakteristik dengan lembaga keuangan
non syariah. Menurut perkiraan biro perbankan syariah BI, dalam jangka sepuluh
tahun ke depan, dibutuhkan sekitar 10 ribu SDM yang memenuhi kualifikasi dan
keahlian di bidang ekonomi syariah.2
Perguruan tinggi sebagai agent of social change, merupakan tempat dimana
harapan lahirnya SDM yang memiliki kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan
dunia kerja muncul. Perguruan tinggi diharapkan mampu menjawab kebutuhan
SDM untuk segala bidang ilmu, termasuk bidang ekonomi Islam. Di Indonesia,
1 Statistik Perbankan Syariah,Bank Indonesia, Direktorat Perbankan Syariah bulan Mei
2008, lihat dalam www.bi.go.id. 2 Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah, Edisi 17 Thn. II Mei 2008, hal. 56
2 | P a g e
terdapat dua model perguruan tinggi yang membuka program studi ekonomi
Islam. Pertama: perguruan tinggi umum yang membuka program studi ekonomi
Islam, baik milik pemerintah maupun swasta seperti pada Universitas Islam
Negeri, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah di berbagai
daerah. Kedua, perguruan tinggi khusus yang hanya menawarkan program studi
ekonomi Islam, misalnya: Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI, STEI
Tazkia di Jakarta dan STEI di Yogyakarta.3
Dari sini, ada dua aspek penting, yang menarik untuk diperbincangkan:
pertama, aspek idealisme untuk mengembangkan system ekonomi Islam dalam
kehidupan. Kedua, aspek pemenuhan hukum permintaan dan penawaran yang
menciptakan pasar tenaga kerja setelah itu.
Pendidikan ekonomi Islam adalah jalur langsung yang menyiapkan SDM yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus, ketika pendidikan tinggi yang ada saat
ini, tidak compatible dengan system ekonomi Islam serta perkembangan bisnis
syariah yang semakin meningkat. Sehingga, dalam konteks ini, ketersediaan
pendidikan atau program studi ekonomi Islam tergantung pada keberadaan bisnis
syariah. Konsekuensinya, kesiapan SDM dalam bidang ekonomi Islam adalah
kunci perkembangan system ekonomi Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain,
dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan erat antara bisnis, ketersediaan
pendidikan ekonomi Islam, kesiapan SDM.
Penelitian ini adalah studi pada dua perguruan tinggi tentang kesiapan
mahasiswa program studi ekonomi Islam –perguruan tinggi umum dan sekolah
tinggi ekonomi Islam– dalam menghadapi pasar tenaga kerja bidang ekonomi
Islam.
3 Sebagai perbandingan, sebuah penelitian tahun 2005 di Yogyakarta, menyebutkan
jumlah perguruan tinggi yang membuka program ekonomi Islam adalah lima institusi yang terdiri dari sekolah tinggi khusus maupun universitas, dari jenjang diploma sampai dengan strata dua. Selanjutnya lihat dalam Laporan Penelitian “Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi Ekonomi Islam (Perspektif Lembaga Keuangan Syariah di Daerah Istimewa Yogyakarta)” Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia 2005, hal. 16
3 | P a g e
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah:
“Sejauhmana kesiapan mahasiswa yang mengambil program studi ekonomi
Islam menghadapi pasar tenaga kerja?”
Sedangkan, hubungan model ketersediaan pendidikan ekonomi Islam dan
kesiapan SDM sebagai respon kebutuhan pasar tenaga kerja, dapat digambarkan
sebagai berikut:
Bisnis Syariah
MasyarakatCalon SDM Ekonomi Islam
Prodi Ekonomi Islam
SDM khusus Ekonomi Islam
Kesiapan SDM khusus Ekonomi Islam
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kesiapan SDM –dalam hal
ini mahasiswa program studi ekonomi Islam– dalam menghadapi pasar tenaga
kerja khusus bisnis syariah.
Manfaat Penelitian:
1. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian dapat menjadi gambaran tentang
kondisi kesiapan mahasiswa menghadapi pasar tenaga kerja, yang
selanjutnya dari informasi tersebut, dapat dijadikan acuan bagi bidang
akademik khususnya untuk mengevaluasi model dan strategi pendidikan
ekonomi Islam masa yang akan datang.
2. Bagi institusi bisnis syariah, sumber informasi ini, dapat dijadikan
masukan untuk kebijakan formulasi rekrutmen SDM.
4 | P a g e
3. Bagi pengembangan studi ekonomi Islam, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan teori dan model bidang ilmu
ekonomi Islam.
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian tentang persediaan tenaga kerja telah banyak diteliti oleh para
ahli ekonomi. Diantaranya adalah Horald Press, Gelard Galway dan Elderd
Barnes pada tahun 2002 berjudul “Teacher Labor Market, Condition in Canada:
Balancing Demand and Supply”. Penelitian ini membahas bagaimana
keseimbangan antara kebutuhan guru dan persediaan pasar tenaga kerja guru.
Kesimpulannya adalah perubahan demografi dan kondisi ekonomi suatu daerah
membawa tantangan baru dalam memahami pasar tenaga kerja guru. Pihak yang
berwenang dalam pemerintah, fakultas keguruan dan sekolah-sekolah yang berada
di daerah menghadapi tantangan baru untuk keseimbangan antara penawaran dan
permintaan guru untuk meraih kesejahteraan sosial.
Peter Haan menulis dalam “Discrete Choice Labor Supply: Conditional
Logit vs Random Coefficient Models” yang ditulis kembali pada tahun 2003
membahas tentang perkiraan persediaan tenaga kerja menggunakan SDM
menggunakan kondisional logit dan model koefisien radom. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menentukan model mana yang terbaik untuk meneliti persediaan
tenaga kerja. Kesimpulannya, model koefisien random adalah lebih akurat untuk
memperkirakan persediaan SDM berdasar pada data dari German Socioeconomic
Panel (GSOEP).
Awirya dan Martha (2007) berjudul “Education Supply and Human
Recource Raediness in Islamic Economic as Reaction of Bussiness needs”.
Penelitian merupakan studi kasus pada salah satu sekolah tinggi ekonomi Islam di
Jakarta tentang kesiapan mahasiswa dalam menghadapi pasar tenaga kerja di
bidang ekonomi Islam sebagai respon atas perkembangan praktik ekonomi Islam
di Indonesia. Empat variabel digunakan untuk memprediksi atau meramalkan
kesiapan SDM. Variabel tersebut adalah: informasi, lama belajar, pendidikan
informal, dan jenis kelamin. Dua variabel terahir sebagai variabel dummy yang
digunakan sebagai pembagi. Model kesiapan SDM kemudian diuji dengan metode
5 | P a g e
regresi logistik sebagai alat utama analisis yang di gunakan dalam penelitian ini.
Informasi dan lama studi di hipotesiskan memiliki hubungan positif dengan
variabel kesiapan. Dua variabel terahir di hipotesiskan memiliki tidak memiliki
hubungan signifikan.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa hasil statistik deskriptif
menunjukan bahwa tingkat pemahaman akan ilmu syariah berpengaruh terhadap
tingkat kesiapan mahasiswa. Semakin lama mendapatkan pendidikan ekonomi
Islam, juga meningkatkan tingkat kesiapan mahasiswa dalam menghadapi pasar
tenaga kerja bisnis syariah. Namun hasil tersebut tidak berlaku pada pengujian
menggunakan statistik inferensial.
Penelitian ini, menggunakan model dan rumus seperti yang dilakukan
Awirya dan Martha (2007). Namun, terdapat penambahan variabel untuk
memprediksi kesiapan mahasiswa dalam mengahadapi persaingan tenaga kerja
bidang ekonomi Islam yaitu kesempatan magang, ketersediaan referensi dan
dosen yang memadai, serta penghargaan yang pernah diterima mahasiswa.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia
Jika merunut sejarah kebelakang, berbicara tentang lembaga keuangan
Islam –lazimnya di Indonesia disebut sebagai lembaga keuangan syariah
(LKS)–, kita kembali pada tahun 1992. UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan, menyebutkan dimungkinkannya berdiri bank dengan system bagi
hasil. UU No. 7 tersebut, menjadi dasar beroperasinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI), sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Kemudian, UU
No. 7 tahun 1992 disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 yang
memungkinkan diterapkannya dual banking system dalam perbankan nasional.
Akhirnya, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui
pengesahan UU perbankan syariah pada tanggal 17 Juni 2008 lalu.
UU perbankan syariah adalah payung hukum yang jelas bagi industry
syariah di Indonesia agar mampu bersaing dengan sejajar dengan lembaga
keuangan konvensional yang sudah lebih dulu dikenal masyarakat. LKS pada
6 | P a g e
awalnya hanya bank syariah, namun saat ini, merambah pada industry lainnya
seperti pegadaian syariah, asuransi syariah, bahkan perhotelan.
Bank Syariah
Menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 3 dan 13 definisi bank
syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah4. Sebagaimana bank konvensional, bank syariah juga
mempunyai fungsi sebagai intermediasi keuangan antara dari unit surplus ke
unit defisit. Dalam kegiatan operasional bank syariah, bank syariah
menghindarkan diri dari praktik MAGRIB –maisir, gharar, riba–. Sebagai
solusi ketiadaan bunga pada bank syariah, ada beberapa akad muamalah yang
digunakan untuk meraih profit sebagai institusi bisnis, terdiri dari kegiatan
penghimpunan dana (funding) maupun penyaluran dana (financing). Akad-
akad yang biasa digunakan, yaitu: Wadiah, Mudharabah, ijarah, Murabahah,
musyarakah, qardh dan sebagainya5.
Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah dapat diartikan sebagai: Perjanjian menahan sesuatu
barang sebagai tanggungan utang. Atau dapat pula diartikan akad/perjanjian
utang piutang dengan menjadikan harta sebagai kepercayaan/penguat utang
dan yang memberi pinjaman berhak menjual barang yang digadaikan itu pada
saat ia menuntut haknya.
Awal berdirinya pegadaian syariah ini, dilatarbelakangi oleh keluarnya
fatwa DSN-MUI No. 25 tahun 2000 yang memperbolehkan kegiatan gadai
sesuai syariah dengan system ijarah (akad sewa tempat). Peluang ini,
langsung direspon oleh Perum Pegadaian yang selama ini eksis dibidang jasa
pegadaian di Indonesia. Maka, perum pegadaian tersebut meseponnya dengan
4 Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian yang berdasarkan hukum Islam (Alqur’an &
Assunnah) antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain: Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, penyertaan modal, jual beli, sewa menyewa, pengiriman uang dan berbagai jasa bank lainnya.
5 Saat ini, referensi mengenai bank syariah beserta produk-produknya telah banyak
diterbitkan.
7 | P a g e
membentuk suatu divisi khusus pegadaian yang berbasis syariah dan pertama
kali dibuka di Jakarta pada bulan November 2001. Dari data majalah Sharing,
tahun 2006, perum pegadaian syariah tumbuh 40 % lebih besar dibanding
kinerja pegadaian yang hanya tumbuh 15%.
Asuransi Syariah
Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI)6 dalam
fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang
asuransi. Menurutnya, asuransi syariah (ta’min, takaful, tadhamun) adalah
usaha saling melindung dan tolong menolng diantara sejumlah orang/ pihak
melalui investasi dalam bentuk aseet dan atau tabbaru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.
Premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan
oleh peserta yang terdiri atas dana tabungan dan tabbaru’. Dana tabungan
adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah (life insurance) dan akan
mendapat alokasi bagi hasil (al-mudharabah) dari pendapatan investasi
bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil
akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan
mengajukan klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat
asuransi. Sedangkan, tabbaru’ adalah derma atau dana kebajikan yang
diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu waktu akan
dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat (life maupun general
insurance).
Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah pasar dimana transaksi penawaran umum
dan perdagangan efek syariah terjadi. Di pasar modal ini, perusahaan yang
melakukan penawaran umum efek syariah disebut emiten.7.Pengembangan
6 Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi 7 Sumber Fatwa DSN-MUI No. 40/DSM-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal Syariah
8 | P a g e
syariah di pasar modal diawali dengan penerbitan Jakarta Islamic Index –
kerjasama antara Bursa efek Jakarta dan Danareksa– pada tahun 2000,
kemudian diterbitkannya obligasi syariah pertama pada tahun 2002. Aturan
atau regulasi yang melengkapi praktik syariah di pasar modal juga telah
memadai dengan diterbitkannya Peraturan BAPEPAM (Badan Pengawas
Pasar Modal) No. IX. A. 13 dan 14 tentang penerbitan efek syariah dan akad
yang digunakan dalam penerbitan efek syariah tanggal 23 November 20068.
Pasar modal syariah sampai dengan bulan Juli 2007 telah mengembangkan 21
emisi obligasi syariah/sukuk senilai Rp. 3, 174 triliun serta 24 danareksa
dengan nilai aktiva besih Rp. 1,207 triliun.
B. Perbedaan LKS dengan Lembaga Keuangan Konvensional
Sejarah berdirinya LKS di berbagai belahan dunia, baik bank syariah,
pegadaian syariah, dan bisnis syariah lainnya pada dasarnya memiliki alasan
teologis yang sama. Mengindari praktik Magrib –maisir, gharar, riba– dan
praktik muamalah yang dilarang dalam Islam lainnya. Kaidah ushul fiqh
dalam muamalah berprinsip: “ Al aslu fil asya-ya’i al-ibahah” artinya bahwa
segala transaksi bisnis diperbolehkan kecuali yang dilarang. Beberapa
perbedaan mendasar antara ekonomi Islam dan konvensional, dapat dilihat
dari beberapa sudut, yaitu:
1. Sumber (epistimologi)9
2. Tujuan Kehidupan10
3. Konsep harta sebagai wasilah (perantara)11.
8 Dalam Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah Edisi 13 Thn II, Januari 2008, hal
16-17
9 Mustafa Edwin Nasution et.al , 2006. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Cetakan pertama, Kencana: Jakarta, hal. 8. Sumber hukum utama dalam Islam adalah Al Qur’an dan Hadits sebagai petunjuk bagi manusia di dunia
10 Ibid, hal. 9. Tujuan ekonomi Islam membawa pada konsep al-falah (kejayaan) dunia
dan akhirat 11 Ibid, hal. 10. Dalam Islam kedudukan harta hanya sebagai perantara meraih al-falah
bukan tujuan akhir.
9 | P a g e
LKS dapat memiliki struktur yang sama dengan lembaga keuangan
konvesional yang ada, namun, terdapat perbedaan utama dalam struktur
organisasi. LKS memiliki sebuah dewan yang bertugas mengawasi dan
memastikan bahwa produk-produk yang ditawarkan oleh LKS tidak
bertentangan dengan syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) di setiap LKS
adalah pembeda utama struktur organisasi LKS dengan lembaga konvensional.
Dalam lingkup lebih luas (nasional) DSN-MUI merupakan sebuah
lembaga yang mengemban amanah untuk memastikan pelaksanaan produk-
produk LKS sesuai syariah, mengeluarkan fatwa terkait dengan
perkembangan bisnis syariah dan sebagainya.
Perbedaan karakteristik tersebut, menuntut sumber daya manusia yang
bekerja pada LKS harus mengetahui serta memahami perbedaan prinsip,
konsep serta operasional kerja antara LKS dan lembaga keuangan non syariah
yang ada.
C. Sumber Daya Manusia (SDM) pada LKS
Melihat pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah di berbagai
belahan dunia –termasuk di Indonesia– kebutuhan akan kesiapan SDM untuk
menempati berbagai posisi pada LKS adalah sebuah keniscayaan. Namun
sayangnya, masalah SDM masih menjadi masalah fundamental bagi LKS di
Indonesia. Sebuah penelitian menunjukkan fenomena ini12
SDM sebagai human capital13 dalam sebuah institusi bisnis –termasuk
bisnis syariah– memiliki peran strategis dalam menghadapi perkembangan
12 Misalnya hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga manajemen PPM di Jakarta
yang menegaskan bahwa industry perbankan syariah di Indonesia bermasalah dengan SDM, sekanjutnya lihat dalam Republika, “SDM UUS lemah” Edisi 5 Agustus 2005 hal. 15. Kemudian, Adiwarman Karim, pakar ekonomi Islam di Indonesia pernah mengklaim bahwa SDM yang memiliki kualifikasi memadai dalam bidang syariah hanya berkisar antara 25-30 persen yang ada dilapangan LKS saat ini. Selanjutnya baca dalam Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah Edisi 13 Thn II, Januari 2008 hal. 42
13 Pennings, Lee dan Wittleoostuijn (1998) mendefinisikan human capital dalam
perusahaan sebagai knowledge dan skill yang dimiliki professional yang dapat digunakan untuk menghasilkan jasa professional. Dalam memproduksi dan menyampaikan superior product dibutuhkan knowledge dan skill yang terakumulasi dalam bentuk human capital. Selanjutnya lihat dalam Eunike Prapti LK, 2005“Pengembangan Human Capital dan Social Capital sebagai Sumber Competitive Advantage”. Jurnal Janavisi Vo. 8. No.2. ISSN: 1410-8372
10 | P a g e
bisnis yang cepat dan global. LKS memiliki perbedaan karakteristik dengan
lembaga keuangan konvensional maka dibutuhkan SDM plus yang memiliki
kemampuan dan keahlian dalam bisnis syariah. Nilai-nilai luhur yang dimiliki
LKS harus menular pada perilaku SDM pada LKS.
Mengadopsi serta mengembangkan konsep human capital yang
didefinisikan oleh Penning dan Wittleoostuijn (1998), maka profil SDM pada
LKS harus memiliki knowedge dan skill khusus sejalan dengan karakteristik
LKS tersebut. Antara lain:
1. Aspek Knowledge.
Knowledge dapat disimpulkan sebagai sebuah pengetahuan yang
terdiri dari informasi dan dapat dimanfaatkan untuk menjawab
berbagai persoalan dan mampu meningkatkan kinerja seseorang14.
Knowledge yang harus dimiliki SDM syariah antara lain penguasaan
terhadap Al-Qur’an dan As-sunnah –khususnya tentang bisnis–
sebagai rujukan utama Islam. Penguasaan terhadap Fiqh Muamalah
sebagai rujukan hukum ekonomi/muamalah.
2. Aspek Skill
Skill atau ketrampilan yang harus dimiliki oleh SDM syariah antara
lain: kemampuan mengemban amanah (khalifah), kemampuan
berkomunikasi dengan baik (tabligh), kemampuan memasarkan
dengan baik. Kemampuan menunjukkan pelayanan prima sebagai
perwujudan ibadah. LKS bukan hanya menawarkan jasa, namun LKS
menawarkan sejumlah value, maka, setiap SDM syariah harus mampu
mentransformasikan ajaran agama dalam hal akhlaq kedalam
ketrampilan melayani dan perilaku bekerja.
Kedua aspek di atas, baik knowledge maupun skill tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Ketiadaan salah satu aspek dalam diri
seorang karyawan akan berpengaruh pada kinerja prima SDM syariah.
14 Kesimpulan definisi ini disarikan dari definisi Knowledge oleh Spiegler (2003) dalam
Urumsah. Selanjutnya lihat dalam Dekar Urumsah, 2006. “Knowledge Sebagai Kunci Sumber Daya Manusia”, Jurnal Kompak No. 1, Januari-Juni. hal. 18
11 | P a g e
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah studi kasus pada dua perguruan tinggi yang memiliki
program studi ekonomi Islam di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Penelitian
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diambil dari hasil kuisioner
yang dibagikan kepada mahasiswa program ekonomi Islam. Sedangkan data
sekunder berasal dari referensi yang terkait dengan ekonomi Islam.
Penelitian dilakukan pada dua perguruan tinggi yang memiliki
karakteristik berbeda. Pada pendidikan di universitas, pengambilan sampel
dilakukan salah satu universitas swasta di jawa tengah dan pengambilan sampel
lainnya dilakukan di salah satu Sekolah Tinggi Ekonomi Islam di Yogyakarta.
Karakteristik Universitas mempunyai banyak fakultas dengan disiplin ilmu yang
berbeda sehingga membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk menjalin relasi
dengan mahasiswa lainnya yang tidak mendalami ekonomi Islam. Sementara
untuk sekolah tinggi ekonomi Islam hanya mempunyai satu disiplin ilmu saja
sehingga ruang untuk menjalin relasi dengan mahasiswa dengan disiplin ilmu
lainnya sedikit terbatas.
Teknik pengambilan sampel adalah judgment sampling15. Dalam
penelitian ini masing-masing sampel dari dua perguruan tinggi berjumlah 30
orang sehingga sampel sebanyak 60 orang.
Alat Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik deskriptif menggunakan analisis tabulasi silang
(cross tabulation) untuk menjelaskan faktor-faktor yang meningkatkan kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi pasar tenaga kerja di bidang ekonomi Islam.
Statistik inferensial menggunakan regresi logistik untuk menguji apakah kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi pasar tenaga kerja secara statistik dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, pemahaman terhadap ekonomi islam dan tenaga kerja,
jenis kelamin, infrastruktur pendidikan seperti dosen dan bahan bacaan serta
faktor-faktor lainnya.
15 Nur Indriantono dan Bambang Supomo, 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, cetakan kedua BPFE: Yogyakarta. hal. 131
12 | P a g e
Regresi Logistik
Model Logit didasarkan pada fungsi probabilitas logistik kumulatif yang
dispesifikasikan sebagai berikut:
)(11
11)()(
ii XZiii eeXFZFP βαβα +−− +
=+
=+== ........................(persamaan 3.1)
Pada notasi ini e merepresentasikan basis dari logaritma natural. Pi adalah
probabilitas apabila suatu individu melakukan suatu pilihan yang pasti dan
dipengaruhi oleh Xi. Model logit dapat diestimasi dengan mengkalikan persamaan
3.1 dengan 1 + e-Zi untuk mendapatkan (1+ e-Zi)Pi = 1. Dengan membagi
persaman tersebut dengan Pi dan memodifikasi angka 1 maka didapatkan:
e-Zi = 1/Pi – 1 = (1 – Pi)/Pi
Karena e-Zi = 1/ e-Zi maka e-Zi = Pi/(1 – Pi)
Logaritma natural pada kedua sisi akan menghasilkan Zi = log{Pi/(1 – Pi)}
atau
log{Pi/(1 – Pi)} = Zi = α + βXi. Sehingga kita dapat mengestimasi model
probabnilistik logit dengan notasi :
iiii
i
ii
ii
i
i Xrn
rnr
nrP
P εβα ++=−
=−
=−
**log/1
/logˆ1
ˆlog
Pada penelitian ini, regresi logistik akan digunakan untuk melakukan
analisis kesiapan mahasiswa sebagai fungsi dari pemahaman atas ilmu ekonomi
islam, pemahaman atas pasar tenaga kerja, jenis kelamin, pendidikan tambahan
(magang dan informal), ketersediaan tenaga pengajar, penghargaan dan tempat
pendidikan formal. Notasi model logistik adalah sebagai berikut:
ProbConfidence = f (Underst, Labor, Sex, Informal, Magang, Literature,
Lecture, Award)
Dimana :
1. Confidence
Kesiapan mahasiswa dalam menghadapi pasar tenaga kerja. Variabel ini
merupakan variabel dummy dengan kategori 1 siap dan kategori 0 tidak siap.
2. Understanding
13 | P a g e
Pemahaman mahasiswa terhadap ekonomi syariah, dibagi menjadi dua
variabel yaitu underst1 dan underst2 yang masing-masing menunjukkan
tingkatan pemahaman mahasiswa.
3. Labor
Pemahaman mahasiswa terhadap pasar tenaga kerja, dibagi menjadi dua
variabel yaitu labor1 dan labor2 yang masing-masing menunjukkan tingkatan
pemahaman mahasiswa.
4. Sex
Variabel dummy yang berisi jenis kelamin dengan kategori 1 laki-laki dab
kategori 0 perempuan.
5. Informal
Variabel dummy dengan kategori 1 pernah mendapatkan pendidikan informal
dan 0 belum pernah.
6. Magang
Variabel dummy dengan kategori 1 pernah magang di institusi syariah dan 0
belum pernah.
7. Literature
Variabel dummy dengan kategori 1 tersedia cukup bahan bacaan di tempat
pendidikan formal dan 0 tidak banyak bahan bacaan yang tersedia.
8. Lecture
Variabel dummy dengan kategori 1 tersedia dosen ekonomi Islam yang
memadai di tempat pendidikan formal dan 0 jumlah dosen tidak memadai.
9. Award
Variabel dummy dengan kategori 1 pernah mendapatkan penghargaan di
bidang ekonomi Islam dan 0 belum pernah.
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa pada dua institusi pendidikan tinggi mempresepsikan kesiapan
menghadapi pasar tenaga kerja pada tingkat yang tinggi yaitu di atas 7 dengan
jumlah responden sebesar 78.33% (lihat tabel. 1). Hal ini mengindikasikan
14 | P a g e
kepercayaan diri mahasiswa cukup tinggi dan dapat menjadi bekal yang positif
dalam menghadapi persaingan di dunia kerja.
Tabel 1. Kesiapan Mahasiswa
Level %
5 - 7.5 21.67
7.6 - 10 78.33
n=60
Sumber: data primer diolah, 2008
Tahapan berikutnya dilakukan analisis tabulasi silang antara kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja (direpresentasikan oleh readiness)
dengan pemahaman ilmu ekonomi syariah. Hasil tabulasi silang menunjukkan
semakin tinggi tingkat pemahaman akan meningkatkan tingkat kesiapan
mahasiswa (86,7% mahasiswa dengan tingkat kepahaman di atas 7,5 memiliki
tingkat kesiapan di atas 7,5 dibandingkan dengan 63,2% pada tingkat kepahaman
2,6 – 6).
Tabel 2. Kesiapan Mahasiswa berdasar Kepahaman Ilmu Ekonomi Islam
Kesiapan mahasiswa
2,6 - 6 6,1 -7,5 7,6 - 10 Total
Count 3 4 12 192,6 - 6
% within
paham 15,8% 21,1% 63,2% 100,0%
Count 1 3 22 266,1 -7,5
% within
paham 3,8% 11,5% 84,6% 100,0%
Count 0 2 13 15
Paham akan
ilmu ekonomi
Islam
7,6 - 10
% within
paham ,0% 13,3% 86,7% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Tabel 3 menunjukkan bahwa peningkatan prosentase responden dengan
kesiapan tinggi berdasar pemahaman terhadap pasar tenaga kerja jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pemahaman akan ilmu ekonomi Islam. Pada tingkat
pemahaman pasar tenaga kerja di atas 7,5 sebanyak 90% di antaranya memiliki
15 | P a g e
tingkat kesiapan di atas 7,5. Hal ini menunjukkan indikasi awal bahwa
pengetahuan terhadap pasar tenaga kerja memberikan pengaruh yang cukup tinggi
bagi kesiapan menghadapi dunia kerja.
Tabel 3. Kesiapan Mahasiswa berdasar Kepahaman Dunia Kerja
Kesiapan mahasiswa
2,6 - 6 6,1 -7,5 7,6 - 10 Total
Count 2 2 1 52,6 - 6
% within
duniakerja 40,0% 40,0% 20,0% 100,0%
Count 2 4 9 156,1 -7,5
% within
duniakerja 13,3% 26,7% 60,0% 100,0%
Count 0 3 37 40
Pasar tenaga
kerja
7,6 - 10
% within
duniakerja ,0% 7,5% 92,5% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Temuan yang menarik terlihat pada tabel 4. Kesiapan yang paling tinggi (93,3%
dengan jumlah responden 28) justru berada pada mahasiswa yang duduk pada
semester 6. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang tercermin dalam banyaknya
semester yang sudah ditempuh justru menurunkan tingkat kesiapan mahasiswa.
Semakin banyak jumlah semester yang ditempuh menunjukkan mahasiswa
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan studinya dengan kata
lain kemampuan akademisnya barangkali relatif kurang bagus sehingga tingkat
kesiapannya dalam menghadapi pasar tenaga kerja menurun.
16 | P a g e
Tabel 4. Kesiapan berdasarkan Jumlah Semester yang di Tempuh
Kesiapan mahasiswa
2,6 - 6 6,1 -7,5 7,6 - 10 Total
Count 2 4 8 144,00
% within
Semester 14,3% 28,6% 57,1% 100,0%
Count 2 0 28 306,00
% within
Semester 6,7% ,0% 93,3% 100,0%
Count 0 0 7 78,00
% within
Semester ,0% ,0% 100,0% 100,0%
Count 0 3 1 410,00
% within
Semester ,0% 75,0% 25,0% 100,0%
Count 0 2 3 5
Semester
12,00
% within
Semester ,0% 40,0% 60,0% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Tabel 5 dan 6 menunjukkan perbedaan kesiapan mahasiswa pada
perbedaan jenis kelamin dan pendidikan informal. Tabel 5 menunjukkan 87.9%
dari total responden perempuan mempunyai tingkat kesiapan di atas 7.5 lebih
tinggi dibandingkan responden laki-laki yang hanya sebesar 66.7%. Mahasiswa
perempuan mempunyai kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa
laki-laki.
Sedangkan pada tabel 6 justru seluruh responden tanpa pendidikan
informal mempunyai tingkat kesiapan di atas 7,6. Namun demikian sedikitnya
responden yang belum pernah menerima pendidikan informal menyebabkan hasil
ini masih dapat diperdebatkan.
17 | P a g e
Tabel 5. Kesiapan Mahasiswa berdasar Jenis Kelamin
Kesiapan mahasiswa
2,6 - 6 6,1 -7,5 7,6 - 10 Total
Count 2 7 18 27Laki-laki
% within
Gender 7,4% 25,9% 66,7% 100,0%
Count 2 2 29 33
Jenis
kelamin
Perempuan
% within
Gender 6,1% 6,1% 87,9% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Tabel 6. Kesiapan Mahasiswa berdasar Pendidikan Informal Kesiapan mahasiswa
2,6 - 6 6,1 -7,5 7,6 - 10 Total
Count 4 9 37 50Pernah
% within
Informal 8,0% 18,0% 74,0% 100,0%
Count 0 0 10 10
Pendidikan
Informal
Belum pernah
% within
Informal ,0% ,0% 100,0% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Tabel 7 menunjukkan tingkat kesiapan mahasiswa antara Universitas dan
Sekolah Tinggi tidak jauh berbeda yaitu 23 responden pada sekolah tinggi dan 24
responden pada universitas. Hal ini menunjukkan relatif ratanya kemampuan dan
kepercayaan diri mahasiswa di kedua institusi pendidikan tersebut. Temuan ini
diperkuat pada tabel 8. yang juga menunjukkan pemahaman terhadap ekonomi
Islam yang hampir sama di kedua institusi tersebut yaitu 7 responden Sekolah
tinggi dan 8 responden universitas mempunyai tingkat kesiapan di atas 7,5 serta
11 responden Sekolah Tinggi dan 15 responden Universitas memiliki tingkat
kesiapan 6.1 – 7.5.
Namun apabila dilihat dari pemahaman akan pasar tenaga kerja, mahasiswa
universitas memiliki pemahaman yang lebih tinggi (23 responden universitas
memiliki pemahaman pasar tenaga kerja lebih tinggi daripada responden sekolah
tinggi yang hanya sebanyak 17 responden meskipun selisih ini tidak terlalu besar).
18 | P a g e
Tabel 7. Kesiapan Mahasiswa berdasar Asal Perguruan Tinggi
Kesiapan mahasiswa
2.6 -6 6.1 -7.5 7.6 -10 Total
Count 4 3 23 30STEI
% within
sekolah 13,3% 10,0% 76,7% 100,0%
Count 1 5 24 30
Perguruan
Tinggi
Universitas
% within
sekolah 3,3% 16,7% 80,0% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Tabel 8. Pemahaman Ekonomi Islam berdasarkan
Institusi Pendidikan Tinggi
paham
2.6 - 6 6.1 -7.5 7.6 -10 Total
Count 12 11 7 30STEI
% within
sekolah 40,0% 36,7% 23,3% 100,0%
Count 7 15 8 30
Perguruan
Tinggi
Universitas
% within
sekolah 23,3% 50,0% 26,7% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
Tabel 9. Pemahaman Pasar Tenaga Kerja berdasarkan
Institusi Pendidikan Tinggi
duniakerja
2.6 - 6 6.1 -7.5 7.6 -10 Total
Count 3 10 17 30STEI
% within
sekolah 10,0% 33,3% 56,7% 100,0%
Count 2 5 23 30
Perguruan
Tinggi
Universitas
% within
sekolah 6,7% 16,7% 76,7% 100,0%
Sumber: data primer diolah, 2008
19 | P a g e
Hasil Statistik Inferensial Variabels in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
underst1 1,230 ,960 1,641 1 ,200 3,422
underst2 2,417 1,228 3,873 1 ,049 11,209
labor1 3,521 2,062 2,917 1 ,088 33,821
labor2 3,004 1,798 2,790 1 ,095 20,157
sex 1,334 ,931 2,054 1 ,152 3,797
informal -1,147 1,099 1,090 1 ,297 ,318
literature -1,586 1,253 1,603 1 ,206 ,205
magang -,661 1,027 ,414 1 ,520 ,516
lecture 2,737 1,004 7,432 1 ,006 15,434
award -,743 ,757 ,963 1 ,326 ,476
school -,085 1,077 ,006 1 ,937 ,919
Step
1(a)
Constan
t -4,382 2,957 2,196 1 ,138 ,013
a Variabel(s) entered on step 1: underst1, underst2, labor1, labor2, sex, informal, literature,
magang, lecture, achieve, school.
Sumber: data primer diolah, 2008
Hasil estimasi menunjukkan hanya dua variabel bebas yang berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikatnya pada tingkat signifikansi 5% dan dua
variabel bebas berkaitan dengan pemahaman akan pasar tenaga kerja yang
signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Pada tingkat signifikansi 5%
ketersediaan dosen dan pemahaman akan ekonomi islam yang tinggi secara
statistik signifikan meningkatkan peluang mahasiswa siap menghadapi pasar
tenaga kerja.
Pada tingkat signifikansi 10% hanya pemahaman akan pasar tenaga kerja
saja yang signifikan meningkatkan peluang mahasiswa siap menghadapi pasar
tenaga kerja. Sementara variabel-variabel bebas lainnya tidak signifikan.
KESIMPULAN
Tingkat kesiapan mahasiswa ekonomi Islam antara Universitas dan Sekolah
Tinggi tidak jauh berbeda yaitu 23 responden pada sekolah tinggi dan 24
responden pada universitas. Hal ini menunjukkan relatif ratanya kemampuan dan
kepercayaan diri mahasiswa di kedua institusi pendidikan tersebut.
20 | P a g e
Ketersediaan dosen dan pemahaman akan ekonomi islam yang tinggi
secara statistik signifikan meningkatkan peluang mahasiswa siap menghadapi
pasar tenaga kerja. Variabel lainnya tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kesiapan mahasiswa ekonomi Islam untuk menghadapi pasar tenaga kerja syariah.
REKOMENDASI
Pihak perguruan tinggi perlu meningkatkan ketersediaan dosen yang memadai
(memiliki kualifikasi di bidangnya) dan menyusun strategi agar mahasiswa
memiliki tingkat pemahaman yang baik tentang ekonomi Islam pada umumnya,
dan skill khusus pada bidang keuangan syariah. Dengan demikian, lulusan
perguruan tinggi dapat diserap pasar tenaga kerja syariah sebagaimana mestinya.
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhamad Syafi’i, 2001. Bank Syariah dari Teori dan Praktik. Penerbit Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia: Jakarta
Awirya, Agni alam dan Fajar Luhur Martha, 2007. Education Supply and Human
Recource Raediness in Islamic Economic as Reaction of Bussiness needs. Working paper
Eunike Prapti LK, 2005. “Pengembangan Human Capital dan Social Capital
sebagai Sumber Competitive Advantage”. Jurnal Janavisi Vo. 8. No.2, ISSN: 1410-8372
Haan, Peter. 2003. Discrete Choice Labor Supply: Conditional Logit vs Random
Coefficient Models. German Institute of Economic Research: Germany Harold Press, Gerald Galway, and Eldred Barnes. 2002. Teacher Labor Market,
Condition in Canada : Balancing Demand and Supply. School Business Affairs
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen, cetakan kedua, PBFE: Yogyakarta Nasution, Mustafa Edwin et.al , 2006, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
Cetakan pertama, Kencana: Jakarta Nachrowi, D. 2002. “Penggunaan Teknik Ekonometri Pendekatan Populer dan
Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data dengan Menggunakan Paket Program SPSS.” PT Raja Grafindo: Jakarta
Pindyck, Robert S and Daniel L. Rubinfeld. 1998. “Econometric Models and
Economic Forecasts”. Fourth edition. Mc.Graw-Hill: Singapore Rifan, Ahmad Arif et al. 2005“Kompetensi Lulusan Perguruan Tinggi Ekonomi
Islam (Perspektif Lembaga Keuangan Syariah di Daerah Istimewa Yogyakarta)” Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia, tidak diterbitkan
Sharing, Majalah Ekonomi dan Bisnis Syariah Edisi Khusus Thn.1 Oktober 2007, Edisi 13 Thn II, Januari 2008, Edisi 17 Thn. II Mei 2008 Urumsah, Dekar, 2006. “Knowledge Sebagai Kunci Sumber Daya Manusia”,
Jurnal Kompak No. 1, Januari-Juni Varian, Hall R. 1992. “Microeconomics Analysis.” Third edition. W.W. Norton
and Company: New York.
22 | P a g e