ketertarikan interpersonal lawan jenis lansia di...

23
KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG ARTIKEL OLEH LINTANG DWI MAHARINI NIM 309112416070 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI MEI 2013

Upload: duongcong

Post on 07-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI

PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

ARTIKEL

OLEH

LINTANG DWI MAHARINI

NIM 309112416070

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

MEI 2013

Page 2: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI

PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG

Lintang Dwi Maharini ([email protected])

Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Lansia lekat sekali dengan banyaknya penurunan fungsi fisik dan sosioemosional

serta kehilangan yang mewarnai kehidupannya. Lansia yang telah hidup sendiri di Panti

membuat mereka kembali bertemu dengan rekan sebaya yang mampu untuk memenuhi

kebutuhan psikologisnya akan cinta. Mereka yang secara psikologis merasa sepi dengan

kesendirian tanpa anak maupun cucu pasti membutuhkan kenyamanan dan perhatian

sebagaimana ketika mereka tinggal di rumahnya. Oleh karena itu maka mereka membentuk

relasi baru dengan lawan jenis yang tinggal di Panti untuk memenuhi kebutuhan

psikologisnya akan cinta. Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Pangesti Lawang dengan

subjek yakni 3 pasangan lansia yang menjalin relasi di Panti dengan kategori usia lanjut

secara biologis yakni yang belum memasuki usia 60 tahun namun secara fisik sudah bisa

dikatakan lansia dan kategori usia lanjut secara kronologis yakni usia 60 tahun. Penelitian ini

menggunakan rancangan penelitian kualitatif fenomenologis. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik wawancara dan observasi. Pengecekkan keabsahan data berjenis interpretif

yakni dengan menanyakan kembali hasil dari kesimpulan peneliti kepada subjek penelitian.

Kegiatan analisis data dimulai dari pengumpulan data, tahap reduksi data dan kategorisasi.

Hasilnya adalah diperoleh temuan penelitian bahwa ketiga pasangan subjek penelitian

menunjukkan adanya ketertarikan interpersonal lawan jenis yang memenuhi syarat

berdasarkan faktor penyebab ketertarikan interpersonal. Jenis cintanya yakni dua pasangan

lansia menunjukkan Companionate Love karena memang tampak komponen keintiman dan

komitmen, sedangkan satu pasangan lansia menunjukkan Empty Love karena memang hanya

menunjukkan komponen komitmen yang lebih mendominasi daripada keintiman dan gairah.

Kata kunci : ketertarikan interpersonal, cinta, jenis cinta, lansia, aspek sosioemosional.

ABSTRACT

Elderly correlated with the amount of decline in physical function and socioemotional

well as losing the color of life. Seniors who have been living alone in Nursing home make

them meet again with peers who are able to fulfill the psychological needs for love. They are

psychologically feel lonely with solitude without children or grandchildren definitely need

the comfort and attention as when they lived at home. Therefore, they form a new

relationship with the opposite sex who live at the nursing home to fulfill the psychological

needs for love. The research was conducted in Elderly Nursing Pangesti Lawang with the

subject of 3 elderly couples establish relationships at the center with advanced biological age

category who have not yet entered the age of 60 years old but physically it can be said elderly

and elderly categories chronologically the age of 60 years. This study uses a

phenomenological qualitative research design. The data was collected by interview and

observation. Checking the validity of the data type that is by asking interpretive results back

Page 3: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

from the conclusion of researchers to research subjects. Data analysis activities starting from

data collection, data reduction and categorization stage. The results is studies had findings

that all three subjects showed a pair of interpersonal attraction of the opposite sex who

qualify based on interpersonal attraction factor. Kind of love that two elderly couples showed

companionate Love because it looks components intimacy and commitment, while the elderly

couple shows Empty Love because it just shows a commitment components are more

dominant than the intimacy and passion.

Keywords: interpersonal attraction, love, kind of love, the elderly, socioemotional aspects.

Ketika kita membicarakan atau membahas mengenai Usia Lanjut, bisa dipastikan

bahwa stereotipe yang melekat pada Usia lanjut adalah banyaknya penurunan yang terjadi

pada Usia Lanjut. Baik itu penurunan fisik, psikologis, maupun sosial. Kondisi seperti ini

tidak dapat dipungkiri karena bagaimana kondisi fisik seseorang maka akan mempengaruhi

emosinya. Banyak pendapat tentang emosi pada usia lanjut. Sama dengan aspek lain pada

usia lanjut, emosi dan usia lanjut juga didominasi dengan tema kehilangan. Usia lanjut

dipandang sebagai satu waktu penurunan, kaku, emosi yang datar, rendahnya energi efektif,

rendahnya semangat, dan kecilnya perhatian emosi.

Namun selain tema kehilangan, ada temuan lain yang berasal dari Malatesta dan

Kalnok (1984 dalam Suardiman, 2010) yang menemukan tidak adanya bukti yang

menunjukkan gejala menurun secara nyata dari emosi seseorang bersamaan dengan

meningkatnya usia seseorang. Mereka melakukan survey terhadap 240 orang kulit putih yang

berasal dari kelas menengah yang dibagi ke dalam 3 kategori usia yaitu 17-34, 35-56, dan 57-

88. Mereka menemukan bahwasanya tidak ada kecenderungan untuk responden-responden

yang lebih tua (usia 66 tahun) untuk lebih memiliki respon-respon yang negative. Mereka

juga menemukan lebih banyak persamaan daripada perbedaan di antara kategori-kategori di

atas. Perbedaan gender kecil, kebanyakan responden-responden tua tidak merasa bahwa

emosi mereka berubah seiring berjalannya usia. Pengalaman emosi sama pentingnya antara

orang-orang usia tua dengan usia menengah tetapi tidak terlalu penting bagi orang-orang

dewasa usia muda. Kesedihan kebanyakan disebabkan oleh masalah-masalah fisik untuk

orang dewasa di dalam seluruh kategori usia.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23218/4/Chapter%20II.pdf (diakses 9 okt

2012 pk 11.00 pm)). Senada dengan pandangan ini Diener dan Suh (1977 dalam Suardiman,

2010) menemukan bahwa usia lanjut menunjukkan kepuasan hidup yang lebih besar daripada

yang lebih muda. Sesuai dengan temuan dari penelitian ini, emosi pada usia lanjut adalah

Page 4: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

kaya, kompleks dan bervariasi. Jika bervariasi, itu artinya tidak selalu ataupun selamanya

emosi pada usia lanjut bertemakan “kehilangan”. (Suardiman, 2010: 98-99).

Memilih Panti Werdha sebagai lokasi penelitian adalah dengan tinggal di panti lebih

memudahkan untuk terjalinnya kontak di antara para lansia sehingga proses ketertarikan

interpersonal lawan jenis pada lansia ini mudah terjadi sehingga focus dari penelitian ini

adalah bagaimanakah dinamika ketertarikan interpersonal lawan jenis pada lansia di panti

werdha, mengapa lansia memiliki ketertarikan interpersonal lawan jenis, bagaimana indikator

ketertarikan interpersonal lawan jenis pada lansia, seperti apakah jenis cinta lansia.

Kedekatan fisik (physical proximity) dengan orang lain dapat meningkatkan atau

mengurangi kemungkinan bahwa dua individu akan sering mengalami kontak. Dan kontak

yang terus menerus sering kali merupakan dasar awal ketertarikan. Faktor kedua yang sangat

penting adalah keadaan afektif (affective state) seseorang. Kita cenderung menyukai orang

yang dihubungkan dengan emosi positif dan tidak menyukai orang yang dihubungkan dengan

emosi negatif. Reaksi emosional terhadap orang-orang yang kita temui sebagian ditentukan

oleh bagaimana kita mempersepsikan karakteristik yang dapat diamati (observable

characteristic). Selain itu ketertarikan interpersonal juga dapat terjadi dengan adanya

kekuatan dari motivasi afiliasi (affiliation motivation) orang tersebut. Jadi, jika seluruh empat

faktor (kedekatan fisik, emosi positif, karakteristik yang dapat diamati, dan kebutuhan akan

afiliasi) bekerja, proses ketertarikan dapat bergerak ke tahapan yang terakhir. Yaitu dua orang

mulai menemukan sejauh mana kesamaan mereka dibandingkan perbedaan sehubungan

dengan sikap, keyakinan, nilai-nilai, minat, dan banyak hal lainnya. Langkah terakhir muncul

jika setiap individu mulai mengekspresikan rasa saling menyukai (mutual liking) baik melalui

kata-kata maupun perbuatan.

Proses tertarik secara interpersonal, kemudian menjadi kenal dapat bergerak menuju

pertemanan yang mana dalam fase ini terdapat kesamaan dan rasa tidak suka timbal balik.

Salah satu faktor yang menentukan ketertarikan terhadap orang lain adalah kesamaan sikap,

keyakinan, nilai-nilai, dan minat. Sehingga semakin tinggi proporsi sikap yang sama semakin

besar ketertarikan. Kita juga menyukai orang lain yang menunjukkan dalam kata-kata

maupun tingkah laku bahwa mereka menyukai dan memberikan evaluasi positif kepada kita.

Kita tidak menyukai orang-orang yang tidak suka dan memberikan evaluasi negatif kepada

kita. Jadi, keseluruhan penentu utama ketertarikan diberikan oleh model ketertarikan yang

Page 5: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

berpusat pada afek yang menyatakan bahwa ketertarikan ditentukan oleh sumber-sumber afek

yang langsung dan diasosiasikan sering kali dimediasi oleh proses-proses kognitif.

Ketika proses pertemanan telah terjalin maka ketertarikan interpersonal bergerak

menuju hubungan yang lebih akrab yang di dalamnya timbul saling ketergantungan dengan

keluarga dan teman. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa hubungan akrab

memiliki karakteristik saling ketergantungan, di mana dua orang saling mempengaruhi

kehidupan satu sama lain, berbagi pemikiran, terlibat emosi mereka, dan terlibat pada

aktivitas bersama. Teori evololusi mengajukan bahwa keterikatan emosi dengan teman-teman

dan dengan pasangan meningkatkan kemungkinan kesuksesan reproduksi. Sebagai akibatnya

manusia dan primata lain “terprogram” untuk mencari kedekatan emosional.

Proses Selanjutnya yang bisa terjalin dari mulai awal ketertarikan interpersonal,

pertemanan, hubungan akrab, kemudian bisa membentuk hubungan romantis, cinta, dan

keintiman secara fisik. Salah satu karakteristik yang menandai hubungan romantis adalah

beberapa tingkatan dari keintiman fisik, berkisar dari bergandengan tangan hingga interaksi

seksual. Seperti yang terjadi pada ketertarikan dan pertemanan, ketertarikan romantis

dipengaruhi oleh factor-faktor seperti kedekatan fisik, penampilan, dan kesamaan. Dari

hubungan romantis bergeraklah menuju perasaan cinta. Sternberg mengkonseptualisasikan

cinta dalam bentuk segitiga yang dikenal dengan teori “Segitiga Cinta Sternberg”.

Menurut Sternberg (1988 dalam Setiawan, h.3) Cinta adalah sebuah kisah, kisah yang

ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat, dan perasaan

seseorang terhadap suatu hubungan. Kisah dari setiap orang berasal dari “skenario” yang

sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita, dan sebagainya. Kisah ini

biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.

Pada dasarnya cinta terdiri atas empat elemen utama yaitu : pengertian, kepercayaan, kerja

sama, pernyataan kasih sayang. Keempat elemen ini harus dimiliki oleh kedua belah pihak.

Bukan hanya sepihak saja.

Menurut para ahli Psikologi Sosial yang melakukan kajian tentang hubungan

cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertarik pada orang lain dalam konteks

upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi yang dimulai dengan adanya interaksi

dari orang tersebut yang memiliki ketertarikan dengan orang lain. (Yela, 2004 dalam

Hanurawan, 2007). Dalam timbulnya ketertarikan tersebut terdapat beberapa faktor

sebagai berikut: Kedekatan, kemenarikan fisik, kesamaan dan kebutuhan saling

Page 6: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

melengkapi (komplementer), seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya,

keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan

Menurut Hanurawan (2007) terdapat Tiga aspek cinta yang dikemukakan oleh

Sternberg dalam Beck (1992) yang dikenal dengan Segitiga Cinta Sternberg yakni

keintiman (Intimacy),kegairahan (Passion),komitmen

Menurut Sternberg (1988) setiap komponen itu pada setiap orang berbeda

derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah tetapi rendah di komitmen. Sedangkan

cinta yang ideal adalah apabila ketiga itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu

waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan yang paling besar adalah

komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar (dalam

beberapa budaya) disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui

perkawinan. Berikut sususan komponen tiga aspek cinta yang sering disebut Segitiga

Cinta Sternberg atau The Triangular Theory

Apabila dilihat dari proses kejiwaan dan perilaku, dari ketiga komponen cinta

yakni keintiman, kegairahan, dan komitmen maka dapat membentuk delapan kombinasi

jenis cinta: Nonlove, Liking (persahabatan), Infatuation Love (ketergila-gilaan), Empty

Love (Cinta Kosong),Romantic Love (cinta romantis), Companionate Love, Fatous

Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

Seseorang dikatakan masuk ke dalam kategori usia lanjut adalah orang yang

berada pada usia 60 tahun ke atas. Pernyataan ini sesuai dengan peraturan di Indonesia

yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Pasal 1 ayat 2 tahun

1998 tentang kesejahteraan Usia Lanjut yaitu “Yang dimaksud dengan lanjut usia

adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. “ Santrock (1995) juga menyatakan

hal yang sama tentang batasan kategori yang masuk ke dalam Usia Lanjut.

Ada dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengidentfikasi kapan

seseoarang dikatakan tua, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan kronologis. Usia

Biologis adalah usia yang didasarkan pada kapasitas fisik/biologis seseorang,

sedangkan usia kronologis adalah usia seseorang yang didasarkan pada hitungan umur

seseorang. Sering terjadi kesenjangan antara umur biologis dengan umur kronologis

pada seseorang. Seseorang yang secara kronologis masih tergolong muda, namun

secara fisik sudah nampak tua dan lemah, sebaliknya seseorang yang secara kronologis

sudah tergolong tua namun secara fisik masih nampak muda, segar, gagah, tegap, dan

Page 7: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

sebagainya. Memang cara yang lebih mudah untuk mengidentifikasi seseorang sudah

tergolong tua atau belum adalah usia kronologis, usia yang didasarkan pada umur

kalender, umur dari ulang tahun terakhir.

Menuju usia lanjut, maka akan dilihat mulai adanya berbagai perbuhan baik itu

perubahan fisik, kognitif dan sosioemosional. Aspek perubahan Sosioemosional pada

lansia meliputi : Fase Akhir Erikson : Integritas versus Keputusasaan, Kepuasan Hidup,

Kesepian,Depresi, Penuaan yang berhasil

METODE

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Fenomenologis.

Alasannya adalah karena peneliti ingin mengetahui esensi pengalaman dunia terdalam

individu (inner world) tentang pasangan hidup di usia lanjut terkait fenomena

ketertarikan interpersonal lawan jenis pada usia lanjut berdasarkan perspektif individu

itu sendiri. (Hanurawan, 2012, h.54).

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian fenomenologi ini adalah sumber data primer

dengan melakukan wawancara kualitatif dengan observasi kualitatif pada subjek

penelitian yang mana peneliti sebagai instrument itu sendiri. Partisipan dalam penelitian

ini adalah lansia yang tinggal di panti werdha, berdasarkan informasi dan observasi

awal menunjukkan tanda-tanda ketertarikan interpersonal.

C. Analisis Data

Menggunakan analisis jenis fenomenologis. Dalam hal ini, segera setelah data

berhasil dikumpulkan (hasil wawancara. observasi, jurnal refleksi) maka kemudian

dilakukan proses analisis terhadap data tersebut. Analisis tersebut dilakukan dalam

upaya untuk dapat melakukan interpretasi dan memperoleh kesimpulan hasil penelitian.

D. Pengecekkan keabsahan Temuan

Pengecekkan keabsahan temuan dalam penelitian ini menggunakan teknik

validitas interpretif. Salah satu metode atau teknik untuk mencapai validitas interpretif

adalah melalui umpan balik (feed back) parisipan atau cek balik (check back) pada

partisipan tentang kesimpulan hasil penelitian.

E. Prosedur penelitian

Page 8: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

Prosedur penelitian dalam penelitian yang menggunakan wawancara kualitatif

dengan observasi kualitatif dibagi menjadi dua tahap yakni tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan. Tahap persiapan yakni peneliti membuat pedoman wawancara dan

pedoman observasi yang kemudian akan dikonfirmasi pada dosen pembimbing,

mempersiapkan alat perekam dan alat tulis. Pada tahap pelaksanaan ini peneliti

menentukan subjek mana yang dirasa bisa dijadikan subjek penelitian. Selanjutnya pada

pertemuan-pertemuan berikutnya peneliti mulai membangun rapport yang baik dengan

subjek sehingga diharapkan dengan rapport yang baik mampu membuat subjek

penelitian bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Setelah berhasil

membangun rapoort, peneliti memulai melakukan wawancara dan observasi untuk

mengumpulkan data terkait fokus penelitian

HASIL

Pasangan SA dengan SA’

1. Dinamika Ketertarikan Interpersonal

1. Kedekatan Fisik

Jarak tempat tinggal antara SA dengan SA‟ dikatakan cukup dekat karena mereka tidak

tinggal dalam satu ruangan yakni SA berada di ruangan Santo Mikael sedangkan SA‟

tinggal di ruang Santa Maria.

2. Ekspresi Rasa Suka

Untuk menunjukkan rasa suka di antara pasangan ini lebih banyak dilakukan dengan

perbuatan yakni SA‟ mencium kening SA ketika SA akan pergi dari kamarnya setelah

berbincang dan SA‟ mengantar SA pulang hingga ke kamar SA. Jika SA‟ tidak bisa

memakan makanan Panti maka makanan itu akan disisihkan untuk SA. Sedangkan SA

membelikan lauk berbeda untuk SA‟ sebagai ganti lauk jika SA‟ tidak bisa memakan lauk

dari Panti.

3. Repeated Exposure

Berbincang bersama setiap hari sekitar pukul jam 3-4 sore karena minimnya aktivitas di

Panti.

4. Pengertian

Jika tensi SA‟ tinggi maka SA memijat kepala SA‟ dan mengingatkan untuk minum obat

penurun tensi.

5. Kerja Sama

Saling mengingatkan kesehatan dan obat-obatan yang diminum.

Page 9: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

6. Kepercayaan

SA bercerita tentang pengalaman bersuami dan rencana untuk menikah serta

persiapannya. Sementara SA‟ menceritakan kehidupan pribadinya seperti pekerjaannya

terdahulu, rasa mindernya.

Pernyataan pasangan SA dengan SA’

“Ndak, saya dulu kan nganu. Doa kan sering doa lewat. Itu de‟e mek berjemur di depane

Maria gitu. Terus dikenalno ambek Pak Effendi tapi sekarang wes meninggal orange. Dulu

pak Effendi tu kamare ndek Tias.” (SA B1 27022013)

“Iya, Tias. Podo orang Cinae. Terus berdua ngobrol gitu. Terus Pak Mat itu bilang „ini sik

ada sing isa Mandarin cewek. Lek mau Tanya-tanya bisa” (SA B1 27022013).

“Lha dia itu mulai nyelidiki aku mulai masuk kan bulan November. Nyelidi saya sampek

Januari sampek Januari baru nyatano. Pokoke hamper 4 bulan de‟e baru nyatano. Tak gudoi

kok kamu ada apa milih aku. Kan aku lemu, cacat, elek. Sing iso jalan dan ayu lho sik akeh.”

(SA B1 07032013)

“dikenalkan teman. Saya bisa Mandarin. Jadi kami berbincang Mandarin.” (SA‟ B1

15032013)

2. Faktor Penyebab Ketertarikan Interpersonal Lansia

a. Kedekatan Fisik

Jarak tempat tinggal antara SA dengan SA‟ dikatakan cukup dekat karena mereka tidak

tinggal dalam satu ruangan yakni SA berada di ruangan Santo Mikael sedangkan SA‟

tinggal di ruang Santa Maria.

Pernyataan SA dengan SA’

“hatinya senang. Karena kata yang lainnya dia baik hati. Suka tolong orang. Saya cari tahu

mulai bulan november terus bilang suka bulan februari.” (SA‟ B2 15032013)

“Iya yang penting sudah bisa kasih saya sudah cukup. Mau apa lagi.” (SA‟ B2 15032013)

“iya. Dia baik hatinya dan benar perhatian.” (SA‟ B2 15032013)

“Iya” (SA‟ B2 15032013)

3. Indikator ketertarikan interpersonal

Ekspresi Rasa Suka

Untuk menunjukkan rasa suka di antara pasangan ini lebih banyak dilakukan dengan

perbuatan yakni SA‟ mencium kening SA ketika SA akan pergi dari kamarnya setelah

berbincang dan SA‟ mengantar SA pulang hingga ke kamar SA. Jika SA‟ tidak bisa

memakan makanan Panti maka makanan itu akan disisihkan untuk SA. Sedangkan SA

Page 10: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

membelikan lauk berbeda untuk SA‟ sebagai ganti lauk jika SA‟ tidak bisa memakan lauk

dari Panti.

Pernyataan SA dengan SA’

“ya sering ngobrol aja terus perhatiannya gitu. Belikan saya makan karena kadang dikasi

santan dari sini saya ndak makan.” (SA‟ B3 15032013)

“iya menurut saya gitu. Masih ada lagi?” (SA‟ B3 15032013)

4. Jenis Hubungan Cinta

1. Keintiman

Bergantian bercerita pengalaman terdahulu, SA memberikan siraman Rohani dengan

perbincangan kitab suci.

2. Passion.

Menurut hasil pengamatan tidak ada passion (gairah) yang tampak. Memang ada hal

romantis yang dilakukan keduanya namun kurang memenuhi syarat untuk dimasukkan

passion.

3. Komitmen

Setiap hari pasti bertemu untuk berbincang di sore hari.

Pernyataan SA dengan SA’

“Iya aku ke sana. Nggak dateng ya ditelepon aku. Sinio aku mau nanya. Kalau aku ndak ke

sana ndak mungkin ngobrol wes. Kadang kalau ketemu aku pulang nyegat di ruang

pertemuan keluarga atau pas doa. (SA B4 )

“Ya, jadi sengojo kalau ada yang mengunjungi jadi gitu kalau masuk langsung tunggu sana.

Ya gapapa sebenernya Cuma kan kalau peraturannya. Tapi ndak pernah cium-ciuman kayak

orang muda. Kalau kita ini orang tua jadi saling memperhatikan soale saling membutuhkan

untuk cerita untuk curhat bukan untuk jodoh-jodoh itu ndak penting itu kan anak muda.”

(SA B4 07032013)

“kemaren ya bicara soal kehidupan. Aku mau pulang, tapi satu ada pembantu 2 yang bersih-

bersih gitu. Kan PBB‟e 5jt jadi targete satu bulan kudu isa nabung paling ga 500ribu. Ntik

listrike, aire, lha pembantune pling ndak 2 jt. Belon maeme, maeme pembantue.Nah kalo

targetnya gitu mau gimana. Kan harus dipikir. Lho lha ntik de‟e ndak punya apa-apa.

Soalnya aku ndak punya simpenan banyak lho. Saya aja dulu janda. Anak 3 kuliah kabeh.

Kalau mikirkan nabung kan juga ndak mungkin. Pokok englulusno anak bersyukurlah.

Page 11: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

Biasanya dibicarakan sama adik-adiknya. Terus kalo missal bisa dapet jodoh bisaya semua

kita yang mikul gitu.” (SA B4 07032013)

“Wes kadang pukulen. Ayo tanganku pukulen-pukulen maksude lek pas ndablek gitu ndak

manut tu pukulen. Ndak, sapa yang mau jadi orang jahat.” (SA B4 07032013)

“Iya kalau udah mau masuk gitu” (SA‟ B4 15032013)

“iya. Tapi masih banyak pikir. Rumah tak ada pembantu. Dia ga bisa bersih rumah katanya.

Mau pembantu. Uang bagaimana untuk urus semuanya.” (SA‟ B4 15032013)

“mmm.. saya minta dia pukul kepala saya kalau saya ndak isa atur. Saya antar dia pulang,

takut jatuh. Jalannya kan kamu tahu sendiri begitu. Pamit dari kamar saya cium kening.”

(SA‟ B4 15032013)

“tidak. Hanya itu saja. Sudah tua mau apa.” (SA‟ B4 15032013)

“kalau saya ingin ngobrol tidak bisa sama mereka terus karena harus rawat pasien yang lain.

Kalau ada teman dekat bisa cerita banyak hal.” (SA‟ B4 15032013)

Pasangan SB dengan SB’

1. Dinamika Ketertarikan Interpersonal

1. Kedekatan Fisik

Jarak tempat tinggal antara SB dengan SB‟ sangat dekat karena tinggal dalam satu

ruangan hanya saja berbeda kamar yakni sama-sama tinggal di ruang Mikael.

2. Ekspresi Rasa Suka

Untuk mengekspresikan rasa sukanya adalah dengan melakukan tindakan-tindakan yang

istimewa bagi mereka yakni dengan selalu duduk bersama di pagi hari di depan ruangan

sambil menikmati sinar matahari. Duduk sangat dekat dan kadang berpegangan tangan

meski tanpa menoleh satu sama lain. SB pernah mengusap wajah SB‟ untuk

membersihkan sisa makanan dan sekedar bercanda.

3. Repeated Exposure

Setiap pagi berjemur bersama di depan ruang Mikael sebelah kiri di kursi yang sama.

4. Pengertian

SB‟ pernah membawakan alat bantu jalan milik SB ketika SB tidak bisa membawanya

saat SB berada di atas kursi roda.

5. Kerja Sama

Saling membantu dengan SB‟ pernah membawakan alat bantu jalan milik SB ketika SB

tidak bisa membawanya saat SB berada di atas kursi roda.

Page 12: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

6. Kepercayaan

SB bercerita tantang suaminya dan SB‟ cerita istrinya.

Pernyataan SB dengan SB’

“Ya masuk sini terus duduk-duduk ya terus gitu.” (SB B1 27022013)

“Iya, de‟e moro-moro duduk dewek gitu di sini. Terus Tanya-tanya. Tapi capek ngomong

sama dia. Budek itu.” (SB B1 27022013)

“Ya duduk-duduk aja gitu ini. Lama-lama terus kebiasaan. cerita ngono.” (SB B1 27022013)

“Ya duduk-duduk bareng gitu aja.” (SB‟ B1 18032013)

“hahahahahaha.. tidak. ya langsung gini aja. Duduk bareng. Cerita. Pegang tangan.” (SB‟ B1

18032013)

2. Faktor Penyebab Ketertarikan Interpersonal Lansia

Kedekatan Fisik

Jarak tempat tinggal antara SB dengan SB‟ sangat dekat karena tinggal dalam satu ruangan

hanya saja berbeda kamar yakni sama-sama tinggal di ruang Mikael.

Pernyataan SB dengan SB’

“Iya. Dia suka duduk-duduk sini bareng aku iku.” (SB B2 27022013)

“Iya lainnya sibuk dewek-dewek. Dia sing moro-moro temeni duduk sini.” (SB B2

27022013)

“Ya dia yang sering temani sini ae. terus dia cerita aku melok ae cerita.” (SB B2 27022013)

“ya gini-gini ae ga onok kegiatan.” (SB B2 27022013)

“Suka ngobrol dan duduk-duduk situ. baik dia.” (SB‟ B2 18032013)

“Dia suka temani ngobrol, duduk sini. Terus ingatkan saya untuk cepat tidur malam. tapi aku

susah.” (SB‟ B2 18032013)

3. Indikator Ketertarikan Interpersonal Lansia

Ekspresi Rasa Suka

Untuk mengekspresikan rasa sukanya adalah dengan melakukan tindakan-tindakan yang

istimewa bagi mereka yakni dengan selalu duduk bersama di pagi hari di depan ruangan

sambil menikmati sinar matahari. Duduk sangat dekat dan kadang berpegangan tangan

meski tanpa menoleh satu sama lain. SB pernah mengusap wajah SB‟ untuk membersihkan

sisa makanan dan sekedar bercanda.

Pernyataan SB dengan SB’

“Ya seneng aja ada teman deket. temani di sini. Karena kadang bosan ini. (SB B3 27022013)

Page 13: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

“Be‟e gitu mbak bahasa orang muda. hahaahaha… “(SB B3 27022013)

“Ya pengen ae mbak duduk sini bareng de‟e. Kalo pas dia duduk ambek laene kadang aku

jengkel ae jadie.” (SB B3 27022013)

“iya ae.” (SB B3 27022013)

“Rasae iya.” (SB B3 27022013)

“Iya. Kan dulu de‟e duluan sik cedhek-cedhek aku. Ikut duduk sini gitu. terus Tanya-tanya

namaku, cerita op owes waktu iku aku lupa mbak.” (SB B3 27022013)

“Ya biasae de‟e duduk sini sama aku tiap hari gitu. Terus kalo ta‟minta tunggu dulu sini aku

mau jalan dia mau tunggu.” (SB B3 27022013)

“ta‟rasa seh gitu mbak.” (SB B3 27022013)

“ya beno ae wes de‟e pegang tanganku ngono. Terus aku biasanya ini lap pipinya itu akeh

sisa makanane.” (SB B3 27022013)

“Pengen selalu duduk bareng sini lihat-lihat.” (SB‟ B3 15032013)

“Suka. “(SB‟ B3 15032013)

“Ya pasti dia selalu duduk sini. Mau dekat aku. Pegang tangan. Usap sisa makanan.” (SB‟

B3 15032013)

4. Jenis Hubungan Cinta Lansia

a. Keintiman

Setiap pagi duduk-duduk bersama, cerita-cerita, berjemur bersama untuk menanti waktu

SB terapi sedangkan SB‟ mengikuti doa.

b. Passion

Menurut hasil pengamatan tidak ada passion (gairah) yang tampak. Memang ada hal

romantis yang dilakukan keduanya namun kurang memenuhi syarat untuk dimasukkan

passion.

c. Komitmen

Setiap pagi ketika Peneliti datang SB dengan SB‟ pasti sudah duduk di depan kursi di

depan ruang Mikael. SB marah ketika tempatnya ditempati oleh teman dan SB‟ justru

mengobrol dengan orang lain. Tampak ketika hari itu SB selalu menghindari SB‟. Tidak

mau dipegang.

Pernyataan SB dengan SB’

Page 14: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

“Iya. Biar ada yang perhatikan aja waktu di Panti. Kaya gimana ini rasanya hatinya.” (SB

B4 27022013)

“Biar ada teman ngono ae mbak. kalau yang lainnya aku ndak berani e cerita banyak. Dia

masio budek gitu mesti denger aku ngomong.”( SB B4 27022013)

“Wuah ya ndak mbak. Aku masih punya suami lho mbak. Dia katanya ya masih ada istri

ngono.” (SB B4 27022013)

“Iya,teman gitu.” (SB B4 27022013)

“Pegang tangan, elus pipi gitu.” (SB‟ B4 18032013)

“Ada teman bicara, duduk sini.” (SB‟ B4 18032013)

“Iya teman dekat di sini biar ada perhatian.” (SB‟ B4 18032013)

“Ya pegang tangan, pundak. Elus pipi. Kadang diam-diam cium pipinya.

hahahahahahaha….” (SB‟ B4 18032013)

Pasangan SC dengan SC’

1. Dinamika Ketertarikan Interpersonal

1. Kedekatan Fisik

Jarak tempat tinggal antara SC dengan SC‟ dikatakan cukup dekat karena tidak tinggal

dalam satu ruangan. SC tinggal di ruang Mikael sedangkan SC‟ tinggal di ruang Santa

Maria.

2. Ekspresi Rasa Suka

Ditunjukkan dengan melakukan hal istimewa untuk pasangan yakni SC selalu berbagi kue

dengan SC‟ yang telah menunggunya di tempat biasa yakni di depan ruang Mikael

sebelah kanan. SC dengan SC‟ selalu bergandengan tangan ketika SC hendak mengantar

SC‟ pulang ke ruang Santa Maria. Sebelum meninggalkan SC‟ di kursi sofa di ruangan

Santa Maria, SC mencium kening SC‟ dan mengusap kepalanya.

3. Repeated Exposure

Berjemur bersama di depan ruang Mikael sebelah kanan.

4. Pengertian

SC membukakan bungkus lemet untuk SC‟

5. Kerja Sama

SC mengajari SC‟ kencing dan gosok gigi.

6. Kepercayaan

Page 15: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

Sekalipun sering kali SC‟ mencubit dan pernah mencekik meski niatnya untuk merangkul

SC tampak tetap nyaman untuk terus dekat dengan SC‟. SC‟ membiarkan SC

mengajarinya kencing.

Pernyataan SC

“Pertama kan datang dia sudah ada dulu itu di sini. Terus dia datang-datang gitu terus aku

kasih kue terus. terus terus sini tiap hari gitu.” (SC B1 02032013)

“Iya gitu ae.” (SC B1 02032013)

2. Faktor Penyebab Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis Lansia

Kedekatan Fisik

Jarak tempat tinggal antara SC dengan SC‟ dikatakan cukup dekat karena tidak tinggal

dalam satu ruangan. SC tinggal di ruang Mikael sedangkan SC‟ tinggal di ruang Santa

Maria.

Pernyataan SC

“kasian dia ndak ada teman gitu. Aku punya banyak kue setiap hari kasi kan. Terus dia terus

sini. tarik-tarik antar pulang gitu.” (SC B2 02032013)

3. Indikator Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis Lansia

Ekspresi Rasa Suka

Ditunjukkan dengan melakukan hal istimewa untuk pasangan yakni SC selalu berbagi kue

dengan SC‟ yang telah menunggunya di tempat biasa yakni di depan ruang Mikael sebelah

kanan. SC dengan SC‟ selalu bergandengan tangan ketika SC hendak mengantar SC‟ pulang

ke ruang Santa Maria. Sebelum meninggalkan SC‟ di kursi sofa di ruangan Santa Maria, SC

mencium kening SC‟ dan mengusap kepalanya.

Pernyataan SC

“Ya sayang gitu. Ndak apa kasi dia. Anu kan itu sayang.” (SC B3 02032013)

“Iya. itu saya suka kasi kue ke dia.” (SC B3 02032013)

“Iya senang.” (SC B3 02032013)

“Dia selalu duduk di tempat biasa. Tunggu aku sama itu adik kadang ya kasi kue atau

permen gitu terus dia gandeng-gandeng gitu minta pulang. terus ta‟tinggal cium keningnya

dulu mau.” (SC B3 02032013)

Page 16: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

“Iya lho nik. kan kadang dia digandeng perawat untuk diajak jalan putar itu untuk itu apa

namanya… untuk terapi itu ndak mau. Terus datang tunggu aku di depan situ biasanya.” (SC

B3 02032013)

4. Jenis Hubungan Cinta Lansia

a. Keintiman

SC selalu berbagi kue/ bersama dengan SC‟. Hanya berbagi kue tanpa ada komunikasi

imbal balik maupun perbuatan imbal balik.

b. Passion

Menurut hasil pengamatan tidak ada passion (gairah) yang tampak. Memang ada hal

romantis yang dilakukan keduanya namun kurang memenuhi syarat untuk dimasukkan

passion.

c. Komitmen

SC‟ selalu menunggu SC selesai doa di depan ruang Mikael sebelah kanan untuk

berjemur dan makan kue bersama nantinya.

Pernyataan SC

“(tersenyum) Ndak. Sudah tua. jaga saja di sini gitu. Perhatikan itu apa.. anu perhatikan sini

saja.” (SC B4 02032013)

“Iya, tinggal di sini saja bersama gitu. Bagi makanan aja. antar pulang gitu dia.” (SC B4

02032013)

“duduk saja dekat gitu. Kadang usap-usap kepalanya terus saya cium baru tinggal pulang

gitu.” (SC B4 02032013)

“iya begitu ae.” (SC B4 02032013)

“Iya.” (SC B4 02032013)

Jadi, proses ketertarikan interpersonal lansia kepada lawan jenisnya untuk

pasangan SA dengan SA‟, pasangan SB dengan SB‟, dan pasangan SC dengan SC‟

bermula dengan adanya kedekatan secara fisik yakni jarak tempat tinggal. Adanya

Repeated Exposure membuat mereka selalu memberikan respon yang sama atas

stimulus yang sama. Tanda adanya ketertarikan interpersonal muncul dan teramati

dengan konsistensi pertemuan setiap harinya.Dengan menunjukkan tanda-tanda

Page 17: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

ketertarikan interpersonal baik melalui hasil wawancara maupun observasi maka ketiga

pasangan subjek penelitian ini yakni para lansia ini, maka dapat disimpulkan bahwa

memang benar ketiga pasangan lansia memiliki ketertarikan interpersonal lawan jenis

yang sudah mengarah pada hubungan cinta.

Untuk pasangan SA dengan SA‟ serta pasangan SB dengan SB‟ dapat

dikategorikan dalam jenis hubungan cinta Companionate Love karena selain

menunjukkan tanda-tanda ketertarikan interpersonal yang menyatakan adanya

kedekatan fisik, ekspresi rasa suka, repeated exposure, kepercayaan, kerja sama,

pengertian, pasangan ini juga menunjukkan proporsi keintiman dan komitmen yang

lebih dominan daripada aspek passion atau kegairahan. Sementara pasangan SC dengan

SC‟ dikategorikan memiliki jenis cinta Empty Love karena menurut aspek cinta milik

Sternberg hanya menunjukkan komponen komitmen yang jauh lebih dominan daripada

komponen passion atau kegairahan.

DISKUSI

A. Dinamika Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis Lansia

Ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction) itu sendiri merujuk pada suatu

sikap mengenai orang lain. Evaluasi interpersonal semacam itu berada pada suatu dimensi

yang berkisar dari suka hingga tak suka. Ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction)

ini dipengaruhi oleh faktor kekuatan dari kedekatan yang ditentukan oleh lingkungan fisik di

sekitar kita. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dua orang cenderung menjadi kenal jika

faktor-faktor eksternal menyebabkan mereka menjadi sering mengadakan kontak. (Baron,

R.A; Donn Byrne, 2005).

Sebagaimana yang terjadi pada pasangan SA dengan SA‟ kemudian pasangan SB

dengan SB‟ serta pasangan SC dengan SC‟. Faktor-faktor yang menjadikan mereka dapat

dikatakan memiliki Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis yakni karena terdapat kedekatan

fisik di antara mereka yang mana dimaksudkan di sini adalah jarak tempat tinggal yang

berdekatan yakni berada dalam ruang lingkup panti yang sangat memudahkan untuk

mengadakan kontak satu sama lain, keadaan afeksi yang tentunya positif sehingga motivasi

afiliasi yakni keinginan untuk hidup bergabung atau tidak sendiri dengan alasan ingin

memiliki teman yang mampu memenuhi kebutuhan akan perhatian serta karakteristik

pasangan atau rekan awalnya dapat teramati secara nyata. Adanya Repeated Exposure yaitu

Page 18: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

kesamaan stimulus yang berulang merupakan faktor ekternal yakni minimnya aktivitas panti

dan rutinitas yang selalu sama sehingga membuat mereka untuk selalu memberikan respon

yang sama dari waktu ke waktu, mengungkapkan ekspresi rasa suka dengan perbuatan, saling

mengerti atau memahami terhadap kebutuhan pasangan, adanya kerja sama, adanya

kepercayaan, keintiman, dan komitmen dapat ditemukan secara observasi maupun

wawancara pada subyek pasangan tersebut meski bentuknya berbeda-beda. Jadi sudah jelas

bahwa pasangan-pasangan lansia yang tersebutkan di atas benar memiliki Ketertarikan

Interpersonal Lawan Jenis satu sama lain.

B. Penyebab Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis Lansia

Pasangan-pasangan lansia ini tidak hanya sekedar tertarik saja namun mereka telah

berada pada proses mencintai dengan memperhatikan bahwa di antara mereka terdapat

bentuk-bentuk perbuatan untuk mengerti pasangan, adanya kerja sama, menyatakan atau

mengungkapkan perasaaan kasih sayang dengan perbuatan dan kata-kata, serta kepercayaan

yang dinyatakan dengan bentuk yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan masing-

masing pasangan. Faktor yang menyebabkan mereka dapat mencintai pasangan ini adalah

adanya kedekatan di antara mereka baik itu tempat tinggal maupun frekuensi untuk

berinteraksi karena mereka tinggal di suatu tempat yang sama dalam lingkup Panti maka

kemudahan untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dapat terjalin kapanpun. Untuk

faktor kemenarikan fisik tidak pernah terungkap dari mereka untuk dijadikan alasan mengapa

mereka dapat mencintai satu sama lain karena mungkin saja mereka telah menyadari segala

bentuk penurunan fisik di usia lanjut oleh karena itu mereka lebih menekankan faktor yang

menyebabkan mereka dapat saling mencintai, yang terpenting adalah pasangan dapat

menyamankan dirinya yakni dengan memahami untuk saling melengkapi, mencintai dan

merasa ada keuntungan secara psikologis berupa perhatian dan kasih sayang yang dapat

terpenuhi bila mereka terikat dengan suatu perasaan emosional seperti Cinta.

C. Indikator Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis Lansia

Proses atau dinamika Ketertarikan Interpersonal Lawan Jenis ini di antara para Lansia

ini terjadi lebih alamiah, terjadi begitu saja menurut mereka. Jika dilihat ada yang mendekati

dan itu berulang terus seperti itu maka kedekatan bisa terjadi dengan indikator yang sangat

sederhana yakni sejauh pasangan yang dimaksud memberikan respon yang sama atas

stimulus yang ada maka keintiman dan komitmen dapat terjalin. Contohnya ada suatu

stimulus yakni kegiatan di panti adalah berjemur bersama setiap pagi, SB‟ selalu menemani

Page 19: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

SB untuk menikmati sinar matahari pagi di depan ruang Mikael. Jadi respon SB‟ yang selalu

menemani SB untuk berjemur setiap pagi dianggap sebagai ketertarikan interpersonal yang

membuat mereka makin hari makin akrab.

D. Jenis Hubungan Cinta Lansia

Untuk dapat mengetahui bahwa mereka dapat dikategorikan memiliki cinta jenis apa

berdasarkan Teori Sternberg maka komponen yang perlu diperhatikan adalah Intimasi,

Passion (Kegairahan), dan Komitmen. Secara terperinci :

Keintiman (Intimacy)

Keintiman adalah suatu konsep yang mengacu pada perasaan kedekatan atau

perasaan keterhubungan di antara dua orang. Perasaan-perasaan itu seperti pada

fenomena seseorang memikirkan kesejahteraan orang lain, pemahaman timbal balik

dengan orang lain, dan kemampuan berbagi (sharing) dengan orang lain.

Kegairahan (Passion)

Kegairahan adalah sumber pembangkit (arousal) yang mengacu pada

keterbangkitan fungsi-fungsi emosi dan fungsi biologis yang kuat. Gairah adalah

elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat

seksual. (Setiawan, h.4)

Komitmen

Komitmen adalah suatu konstruk psikologi yang berhubungan dengan

keputusan tentang keterikatan seseorang dengan orang lain dalam suatu hubungan.

Komitmen dapat dibagi menjadi dua yaitu komitmen jangka pendek atau komitmen

jangka panjang. Komitmen jangka pendek terjadi apabila seseorang membuat

keputusan untuk mencintai orang lain. Sedangkan komitmen jangka panjang terjadi

apabila seseorang membuat keputusan untuk memelihara cinta itu.

Dan dari ketiga komponen ini nantinya dapat menghasilkan 8 jenis cinta yang

terbentuk dari kombinasi ketiga komponen tersebut berdasarkan proporsi yang berbeda yakni:

1. Nonlove, tidak memiliki komponen gairah, keintiman, dan komitmen.

2. Liking (persahabatan), sebagai salah satu komponen emosi yang ada adalah

perasaan suka bukanlah cinta, hanya memiliki komponen keintiman.

3. Infatuation Love (ketergila-gilaan), gairah yang timbul tanpa keintiman dan

komitmen, biasanya cinta yang terjadi pada pandangan pertama

Page 20: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

4. Empty Love (Cinta Kosong), ada unsur komitmen tetapi kurang intim dan

kurang gairah. Hubungan yang lama akan semakin membosankan.

5. Romantic Love (cinta romantis), hubungan intim yang menggairahkan tetapi

kurang komitmen

6. Companionate Love, hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa

adanya gairah cinta.

7. Fatous Love (cinta buta), mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang

intim.

8. Consummate Love (cinta yang sempurna), yaitu cinta yang tersusun atas

komponen keintiman, gairah, dan komitmen.

Ketiga pasangan lansia ini hanya memiliki komponen Keintiman dan Komitmen.

Mereka memang pernah melakukan hal-hal yang menurut mereka romantis namun

kurang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam komponen Passion atau

kegairahan karena tidak ada aktivitas seksual yang mereka lakukan. Hal ini bisa terjadi

yakni tidak adanya Passion yang nampak karena jika mengingat usia mereka yang

sudah lanjut lengkap dengan segala penurunan fisiknya serta melihat bahwa yang

mereka butuhkan dari pasangan adalah perhatian yang menyamankan kebutuhan

psikologis, maka Passion tidak ada di antara mereka. Jadi hubungan cinta di antara para

lansia lebih menampakkan komponen komitmen dan keintiman. Berbeda halnya dengan

cinta yang dialami usia dewasa tengah yang masih lekat dengan Passion yang turut

terlibat dan mendukung hubungan cinta mereka. Bisa jadi bahwa hal ini sangat

berkaitan erat dengan fungsi fisik yang masih lebih normal daripada usia lanjut.

Untuk pasangan SA dengan SA‟ dapat dikategorikan memiliki jenis hubungan

cinta Companionate Love yaitu jenis hubungan cinta yang memiliki komponen

Keintiman dan Komitmen yang nyata dalam bentuk perbuatan bergantian bercerita

pengalaman terdahulu, SA memberikan siraman Rohani dengan perbincangan kitab

suci yang menunjukkan keintiman dan setiap hari pasti bertemu untuk berbincang di

sore hari yang menunjukkan komitmen di antara mereka serta tanpa adanya gairah yang

tampak melalui hasil observasi melalui wawancara dan memutuskan untuk menikah

hanya saja masih memiliki banyak pertimbangan mengingat bahwa ketika mereka ingin

keluar dari Panti dan perlu biaya untuk tinggal di rumah sendiri.

Page 21: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

Untuk pasangan SB dengan SB‟ dapat dikategorikan ke dalam jenis hubungan

cinta Companionate Love pula karena berdasarkan hasil pengamatan bahwa mereka

menunjukkan adanya komponen Keintiman dan Komitmen yang tercermin dalam

perbuatan setiap pagi duduk-duduk bersama, cerita-cerita, berjemur bersama untuk

menanti waktu SB terapi sedangkan SB‟ mengikuti doa yang menunjukkan keintiman

dan setiap pagi ketika peneliti datang SB dengan SB‟ pasti sudah duduk di depan kursi

di depan ruang Mikael. SB marah ketika tempatnya ditempati oleh teman dan SB‟

justru mengobrol dengan orang lain. Tampak ketika hari itu SB selalu menghindari SB‟.

Tidak mau dipegang yang menunjukkan komponen komitmen. Hanya saja pasangan ini

tidak ada keinginan untuk menikah karena kedekatan mereka di Panti mengingat bahwa

di tempat kediaman masing-masing di luar panti sana mereka masih memiliki pasangan.

Jika melihat teori Hurlock (dalam Suardiman, 2011, 91) hubungan semacam ini

menjadi masalah umum yang unik karena mereka mencari teman baru untuk

menggantikan suami atau isteri yang telah meninggal ataupun pergi jauh atau cacat.

Untuk pasangan SC dengan SC‟ dapat dikategorikan ke dalam jenis hubungan

Empty Love (Cinta Kosong) yakni jenis hubungan cinta yang tersusun karena proporsi

komponen komitmen jauh lebih besar daripada keintiman dan gairah. Keintiman yang

timbul hanya dengan seringnya berbagi makanan yang dilakukan SC untuk SC‟

melainkan untuk saling bercerita satu sama lain itu tak bisa terjadi mengingat bahwa

SC‟ sudah tak dapat berbicara karena putusnya pita suara jadi jika ada cerita hanya SC

yang bercerita dan SC‟ mendengarkan sembari merespon dengan anggukan saja,

sementara komitmen di antara keduanya lebih bisa terjalin secara timbal balik dengan

perbuatan SC‟ selalu menunggu SC selesai doa di depan ruang Mikael sebelah kanan

untuk berjemur dan makan kue bersama nantinya, begitu sebaliknya jika SC‟ belum ada

di tempat biasa maka SC yang akan menunggu SC‟ untuk selanjutnya mereka makan

kue bersama. Terlebih usia mereka juga terpaut jauh yakni SC usia 82 sedangkan SC‟

55 tahun. SC secara kronologis dan bilogis telah memenuhi syarat untuk dikatakan

sebagai lansia sedangkan SC‟ masih secara biologis saja dapat dikatakan sebagai lansia

mengingat bahwa fisiknya telah lemah dan tidak mampu untuk produktif lagi sebelum

usianya memasuki usia 60 tahun.

Page 22: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

DAFTAR PUSTAKA

A, Baron R; Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jilid I. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.

A, Baron R; Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jilid II. Edisi Kesepuluh. Jakarta :

Erlangga.

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Cetakan ketiga (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Gross, James J, dkk. 1997 . Emotion and Aging : Experience, Expression, and Control.

Journal Of Psychology and Aging Vol. 12, No. 4. American Psychological Association.

Hanurawan, Fattah. 2007. Pengantar Psikologi Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hanurawan, Fattah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu Psikologi. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Hoyer, William J; Paul A. Roodin. 2009. Adult Development and Aging. Sixth Edition. New

York : McGraw-Hill Education.

Hurlock, Elisabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Lubis, D. Bachtiar. 2011. Understanding That Heals, Mengerti yang Menyembuhkan.

Malang: Dioma.

Peasse, Allan.,Barbara Pease. 2010. Why Men want Sex and Women Need Love. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Santrock, J.W. 1995. Life Span Development. Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. 1995. Life Span Development. Edisi Kelima. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Schaie, K. Warner; Sherry L. Willis. Adult Development and Aging. Third Edition. New York

: HerperCollins Publishers.

Setiawan, Yamin. Kesempurnaan Cinta, Tipe Kepribadian Kode warna dan Jenis Kelamin.

Surabaya : Universitas Tujuh Belas Agustus 1945.

Suardiman, Siti Partini. 2010. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press

Page 23: KETERTARIKAN INTERPERSONAL LAWAN JENIS LANSIA DI …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel41FCAA8312CE426937DB06A... · Love (cinta buta), Consummate Love (cinta yang sempurna)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

ALFABETA.

Universitas Negeri Malang, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Kelima.

Malang : Universitas Negeri Malang