kimia laporan bab titrasi asam basa - xi

32
Trinitas Senior High School Oleh : Celia Lazarus - 03 Edwin

Upload: kambs

Post on 10-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

yggi

TRANSCRIPT

TITRASI ASAM BASA

Trinitas Senior High SchoolTahunAjaran 2012-2013TITRASI ASAM BASALaporan PraktikumKebonjati street 209 , Bandung.

Oleh :Celia Lazarus - 03Edwin - 09Sheila Odilia - 22

ForeWordPraise and gratitude we pray to Almighty God for the task of reporting Chemistry class XI, the Acid-Base Experiment. With all humility we are grateful for the task that has given Educate Trinity High School Chemistry teacher as a class XI, parents, friends, and resource that we have been through the facilities and infrastructure, which has supported us over the task of Chemistry class XI which has been summarized in the report.One application is the solution stoichiometry titration. Titration is a method that aims to determine the amount of a solution of known concentration for the right consumables react with a solution being analyzed or to unknown levels or concentration. A concentration of the substance to be determined is referred to as "titrant" and is usually placed in the Erlenmeyer flask, while the concentration of a substance known as "titer" or "titrat" and is usually placed in the "burette". Both titer and titrant is usually a solution. Titration is usually distinguished by the type of reaction involved in the process of titration, for example if it involves acid-base reaction is called as acid-base titration or alkalimetry aside, redox titration to titration involving oxidation reduction reactions, titration titration kompleksometri to complex reactions involving the formation and others. (On this site only discuss about the acid-base titration).Chemistry in the task of class XI, I will discuss about one of our observations. This report may be useful for others and can add to knowledge. We apologize for this report, there are words - words that are less pleasing. Criticisms and suggestions will be helpful in the preparation of subsequent reports.

Thank you for your attention.God bless.

Bandung, 18th of March 2013

Writer

Contents

Cover................................................................................................................................1ForeWord.................................................................................................................2Contents...........................................................................................................................3

CHAPTER I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................41.2 Rumusan Masalah.................................................................................................51.3 Tujuan....................................................................................................................51.4 Manfaat.................................................................................................................5

CHAPTER II Tinjauan Pustaka2.1Basic Theory...........................................................................................................6

CHAPTER III Metode Penelitian3.1Jenis dan Waktu Percobaan............. ......................................................................103.2Tempat............................................................................................................103.3Alat dan Bahan........................................................................................................11CHAPTER IV Hasil Pengamatan4.1Lembar Kerja dan Pengamatan..............................................................................184.2Lembar Pengamatan...............................................................................................214.3Pembahasan...........................................................................................................22CHAPTER IV Kesimpulan dan Saran5.1 Kesimpulan............................................ ................................................................255.2Saran.... ..................................................................................................................255.3Daftar Pustaka.... ....................................................................................................26CHAPTER IPendahuluan1.1. LATAR BELAKANGBerbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.Titrasi asam basa adalah suatu analisa volumetric yang berdasarkan reaksi penetralan , dimana sejumlah volum basa dinetralkan tepat dengan asam ,dan salah satu konsentrasinya telah diketahui. Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat yang diketahui konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Titrasi asam basa sangat diperlukan dalam aplikasii untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi).1.2 RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana cara menentukan kadar atau konsentrasi asam atau basa dengan menggunakan metode titrasi asam basa?1.3 TUJUAN PENELITIAN1. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH 0,1 M melalui metode titrasi asam basa.1.4 MANFAAT PENELITIAN1. Mempelajari dan memahami titrasi asam basa.2. Menentukan kadar asam/basa (larutan sampel)

CHAPTER IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Basic Theory

2.1.1 Titrasi Asam-BasaReaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.2.1.2 Prinsip Titrasi Asam-BasaTitrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.Kemudian , ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen.Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.2.1.3 Cara Mengetahui Titik EkuivalenAda dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa , yaitu :A. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.B. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan. Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi.2.1.4 Rumus Umum Titrasi Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:NxV asam = NxV basa Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:nxMxV asam = nxVxM basaKeterangan :N = NormalitasV = VolumeM = Molaritasn = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)

CHAPTER IIIBAHAN DAN METODE PENELITIAN3.1 JENIS DAN WAKTU PERCOBAANJenis observasi yang penyusun lakukan adalah observasi Titrasi Asam Basa.Waktu pelaksanaan observasi Titrasi Asam Basa yang telah penyusun laksanakan adalah sebagai berikut :Hari : JumatTanggal : 15 Maret 2013Waktu : pk. 07.35 pk. 08.203.2 TEMPAT Tempat Praktikum :La.b Kimia SMA Trintas.Jalan Kebonjati 209 . Bandung.

3.3 Alat dan Bahan

1.AlatNo.Nama AlatGambar

1.Beker Glass

2.Corong glass

3.Tabung Erlenmeyer

4.Filler (karet penghisap)

5.Kertas kosong

6.Pipet Gondok

7.Buret

8.Pipet Tetes

2.BahanNo.Nama BahanGambar

1.Larutan HCl xM

2.Larutan NaOH 0.1M

3.Larutan Fenoftalein

4.Aquadest

Sifat Bahan

a. Naoh 0,1 MSifat fisik : Berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk cair, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.Sifat kimia :Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.b. Phenoftalein Sifat fisik : berupa larutan dan merupakan asam lemahSifat kimia : tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan dan hanya sebagai indikator.c. HClSifat fisik : Pekat, berkabut asap.Sifat kimia : Berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali, digunakan untuk membuat garam klorida, sebagai asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan basa, korosif terhadap jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus.d. AquadestSifat fisik : Berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, titik didih 100oC, titik beku 0oCSifat kimia : Senyawa dengan formula H2O,elektrolit lemah,terionisasi menjadi H3O+ dan OH- dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen sebagai bahan pelarut dalam kebanyakan senyawa dan sumber listrik.

CHAPTER IVMETODE PENELITIAN4.1 CARA KERJALangkah kerja adalah sebagai berikut. :1. Cuci buret dengan air2. Masukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret

3. Masukkan larutan NaOH hingga titik 0 dengan catatan pada bagian bawah keran juga sudah terisi dengan NaOH 0,1 M.

4. Cuci pipet yang akan digunakan5. Masukkan bola ke dalam pipet dengan keadaan bola kempes

6. Isi angin pada bola tersebut dengan mendekatkan ujungnya pada HCl X M, sehingga HCl dapat masuk ke dalam pipet tersebut, masukkan HCl hingga 10 ml.

7. Masukkan larutan HCl dalam pipet tersebut ke dalam labu Erlenmeyer.

Pipet

Labu Erlenmeyer

8. Tambahkan 3 tetes fenoftalin (Sebagai inikator) ke dalam labu Erlenmeyer.

PP ( Fenoftalin)

9. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M yang terdapat pada buret hingga HCl X M yang berada pada labu Erlenmeyer berubah warna menjadi pink muda. Dengan cara menggoyangkan labu Erlenmeyer tersebut sehingga warna pink menjadi rata .

10. Catat volume NaOH yang di gunakan.

11. Lakukan cara kerja no 1 10 kembali dengan menggunakan volume NaOH yang tersisa dalam buret.12. Cuci alat alat menggunakan aquadest.

Aquadest

4.2 LEMBAR PENGAMATANLembar PengamatanReaksi KimiaTitrasi 1GambarTitrasi 2Gambar

Kedudukan buret awal06.7

Kedudukan buret akhir

6.713.7

Volume pemakaian NaOH 0.1M6.77

Rata-rata volume pemakaian NaOH 0.1M = 6.85 ml

Lembar Perhitungan

Va x Ma x A = Vb x Mb x B10 x Ma x 1 = 6.85 x 0.1 x 110Ma = 0.685Ma = 0.0685 M

4.3 PEMBAHASAN1. Perhitungan Molar HClTitrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.Pada eksperimen ini langkah kerja yang dilakukan yaitu, membersihkan buret dengan berhati-hati untuk terjaminnya suatu pengeringan larutan yang merata di dalam permukaan dalamnya dan membilasnya dengan larutan NaOH yang akan dipakai sebanyak 3 kali ( 5 ml). Kemudian larutan NaOh di masukkan ke dalam buret dengan menggunkan corong sampai volumenya melebihi skala nol buret, setelah itu volume NaOH diturunkan kembali sampai tepat pada skala nol.Langkah selanjutnya yaitu memasukkan 10 ml larutan asam dalam hal ini yaitu larutan HCl, kedalam labu erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml aquadest untuk membilas larutan yang menempel pada dinding labu erlenmeyer. Lalu ditambahkan 3 tetes phenoftalein kedalam labu erlenmeyer tersebut. Selanjutkan titrasi dilakukan dengan cara meneteskan NaOH yang berada didalam buret secara perlahan tetes demi tetes kedalam labu erlenmeyer. Hentikan titrasi pada saat warna larutan yang berada dalam labu erlenmeyer telah berubahan. Perubahan yang terjadi adalah dari warna bening menjadi warna merah muda. Langkah awal dilakukan kembali tetapi NaOH tidak dikeluarkan atau ditambahkan untuk mencapai titk pada skala nol. Labu erlenmeyer yang pertama digunakan sebagai standar untuk menentukan perubahan warna pada labu erlenmeyer yang kedua.Mencatat volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan. Titrasi yang awal dilakukan volume NaOH yang diperlukan adalah 6,7 ml sedangkan pada titrasi yang kedua volume NaOH yang diperlukan adalah 7 ml. untuk mengetahui besarnya konsentrasi larutan asam (HCl) dalam percobaan, maka langkah awal yang dilakukan adalah menjumlahkan kedua volume NaOH yang terpakai pada percobaan ini (pertama dan kedua) itu dibagi dua sehingga akan diperoleh volume rata-rata yang terpakai dalam percobaan. Hasil-hasil ini kemudian dimasukkan kedalam rumus pengenceran yaitu: VNaOH x MNaOH = VHCl x MHCl Dimana VNaOH adalah volume NaOH rata-rata yang digunakan, MNaOH adalah konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1 M, dan VHCl adalah volume HCl yang digunakan dalam percobaan yaitu sebesar 10 ml. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi HCl yang digunakan adalah sebesar 0,0685 M.

2. Indikator lainBanyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metal merah dan bromtimol biru. Karena metil merah memiliki trayek pH dari 4,2 -6,3 yang berarti mendekati pH 7 atau netral yang merupakan titik ekuivalen , begitu pula dengan bromtimol biru yang memiliki trayek pH 6,0 7,6 yang berarti mendekati pH 7 atau netral yang merupakan titik ekuivalen. Sedangkan metil jingga tidak dapat digunakan , karena trayek pHnya 2,9 -4,0 yang berarti masih jauh dari pH 7 atau netral yang dibutuhkan untuk titik ekuivalen.Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikansehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.

CHAPTER VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan

Kesimpulan : Jadi konsentrasi HCl yang didapat ialah 0,0685 MKonsentrasi ini diperoleh ketika larutan NaOH 0,1 M di teteskan kepada HCl X M sehingga mengubah warna HCl yang berada dalam labu Erlenmeyer menjadi berwarna pink bening (menggunakan indikator fenoftalin) di mana warna pink bening mempunyai PH +- = 7

5.2 Saran

1. Gunakan labu Erlenmeyer yang bersih , dan telah di bilas NaOH.2. Membuka keran buret dengan hati-hati agar tidak terjadi perubahan warna titrasi menjadi pink tua.

5.3 Daftar Pustaka

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur I edisi 5. Jakarta: Binarupa AksaraDay, R. A. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keempat. Jakarta : ErlanggaLadiku, Dhiana. 2011. Laporan Praktikum Titrasi Asam Basa

Titrasi Asam Basa XI 1Page 2