kualitas audit dan audit tenure

11
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati) 61 KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE Reygen Pramana Jati Alumni Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana ABSTRACT Audit quality is determined by auditor’s competence to find misstatements in financial report and report the findings in the audit report that makes auditor’s independency strongly affect audit quality, in addition to auditor’s competency in performing their duties. Auditor’s independency is related to lengthy audit engagement with client. This study aims to obtain empirical evidence about the influence of lengthy audit engagement to audit quality. Based on the literature review, the hypothesis proposed in this study is the length of the audit engagement negatively affects audit quality. This study uses earnings benchmarks as proxy of audit quality developed from Carey and Simnett (2006). To test the hypothesis, an empirical model was developed and tested with binary logistic regression technique. Empirical test results indicate a significant negative influence of lengthy audit engagements to audit quality. It means that lengthy audit engagement deteriorates audit quality, indicated by the failure to meet earnings benchmark. Keywords: Audit Tenure, Audit Quality, Earnings Benchmark. ABSTRAK Kualitas audit ditentukan oleh kemampuan auditor untuk menemukan penyimpangan yang terjadi dalam pelaporan keuangan dan melaporkan hasil temuan tersebut dalam laporan audit. Hal ini menjadikan independensi auditor salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit di samping komptensi auditor dalam melaksanakan tugasnya. Independensi auditor diduga berhubungan dengan lamanya masa perikatan audit dengan klien. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh lamanya masa perikatan audit terhadap kualitas audit. Berdasarkan telaah pustaka, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah lamanya masa perikatan audit berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan earnings benchmark sebagai indikator kualitas audit yang dikembangkan dari model Carey & Simnett (2006). Untuk menguji hipotesis, model empiris dikembangkan dan diuji dengan teknik regresi binary logistic. Hasil uji empiris menunjukkan adanya pengaruh signifikan negatif masa perikatan audit terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa semakin lama masa perikatan auditor dengan klien, kualitas audit yang dilaksanakan semakin menurun yang diindikasikan dengan kegagalan perusahaan klien memenuhi earnings benchmark. Kata kunci: Audit Tenure, Kualitas Audit, Earnings Benchmark.

Upload: others

Post on 12-May-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)

61

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

Reygen Pramana Jati

Alumni Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis

Universitas Kristen Duta Wacana

ABSTRACT

Audit quality is determined by auditor’s competence to find misstatements in

financial report and report the findings in the audit report that makes auditor’s

independency strongly affect audit quality, in addition to auditor’s competency in

performing their duties. Auditor’s independency is related to lengthy audit

engagement with client. This study aims to obtain empirical evidence about the

influence of lengthy audit engagement to audit quality. Based on the literature

review, the hypothesis proposed in this study is the length of the audit engagement

negatively affects audit quality. This study uses earnings benchmarks as proxy of

audit quality developed from Carey and Simnett (2006). To test the hypothesis, an

empirical model was developed and tested with binary logistic regression

technique. Empirical test results indicate a significant negative influence of

lengthy audit engagements to audit quality. It means that lengthy audit

engagement deteriorates audit quality, indicated by the failure to meet earnings

benchmark.

Keywords: Audit Tenure, Audit Quality, Earnings Benchmark.

ABSTRAK

Kualitas audit ditentukan oleh kemampuan auditor untuk menemukan

penyimpangan yang terjadi dalam pelaporan keuangan dan melaporkan hasil

temuan tersebut dalam laporan audit. Hal ini menjadikan independensi auditor

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit di samping komptensi

auditor dalam melaksanakan tugasnya. Independensi auditor diduga berhubungan

dengan lamanya masa perikatan audit dengan klien. Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh lamanya masa perikatan audit

terhadap kualitas audit. Berdasarkan telaah pustaka, hipotesis yang diajukan pada

penelitian ini adalah lamanya masa perikatan audit berpengaruh negatif terhadap

kualitas audit. Penelitian ini menggunakan earnings benchmark sebagai indikator

kualitas audit yang dikembangkan dari model Carey & Simnett (2006). Untuk

menguji hipotesis, model empiris dikembangkan dan diuji dengan teknik

regresi binary logistic. Hasil uji empiris menunjukkan adanya pengaruh signifikan

negatif masa perikatan audit terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa

semakin lama masa perikatan auditor dengan klien, kualitas audit yang

dilaksanakan semakin menurun yang diindikasikan dengan kegagalan perusahaan

klien memenuhi earnings benchmark.

Kata kunci: Audit Tenure, Kualitas Audit, Earnings Benchmark.

Page 2: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014

62

PENDAHULUAN

Audit laporan keuangan perusahaan

dirancang untuk mengungkap salah saji

pada informasi keuangan (Ho, 2010).

Auditor diharapkan dapat menemukan

penyimpangan-penyimpangan dalam

pelaporan keuangan perusahaan yang

mungkin muncul akibat hubungan

keagenan antara pemegang saham dengan

manajer perusahaan (Jensen dan Meckling,

1976). Ketidakmampuan auditor untuk

mendeteksi penyimpangan yang terjadi

merupakan salah satu risiko audit yakni

detection risk. Kualitas audit salah satunya

ditentukan oleh kemampuan auditor dalam

mengantisipasi detection risk. Kegagalan

auditor dalam mengungkap penyimpangan

yang tersembunyi dalam pelaporan

keuangan perusahaan menggambarkan

rendahnya kualitas audit yang dilaksana-

kan.

Kualitas audit berkaitan dengan

akurasi informasi keuangan. Semakin

akurat informasi keuangan disajikan,

kualitas audit diyakini semakin tinggi.

Keyakinan ini dijustifikasi dengan konsep

bahwa proses audit yang baik dapat

mendeteksi salah saji dalam informasi

keuangan dan melaporkannya dalam

temuan audit. De Angelo (1981)

berargumen bahwa kualitas audit

ditentukan oleh tingkat pengalaman dan

independensi auditor. Tingkat pengalaman

auditor menggambarkan kemampuan

auditor untuk memahami lingkungan

bisnis klien yang akan berguna untuk

menilai kesesuaian dengan standar yang

berlaku maupun tingkat kewajaran

informasi keuangan. Selain itu, periode

perikatan tugas antara auditor dengan klien

juga diyakini mempengaruhi independensi

auditor yang berdampak pada kualitas

audit. Implikasi hasil temuan ini adalah

ketika hubungan auditor dengan klien

berlangsung pada periode yang panjang,

independensi auditor berkurang demikian

pula dengan kualitas audit yang

dilaksanakan. Sementara di sisi lain,

periode penugasan yang terlalu singkat

akan berakibat auditor tidak mampu

memahami kompleksitas lingkungan bisnis

klien dan kemungkinan auditor tidak dapat

mendeteksi penyimpangan yang terjadi

dalam pelaporan keuangan. Adanya trade-

off antara independensi dan expertise

auditor menjadi hal utama yang perlu

dikaji lebih mendalam oleh regulator.

Brooks (2011) meneliti hubungan

antara auditor tenure dengan kualitas

audit. Salah satu temuan dalam

penelitiannya adalah kualitas audit

meningkat seiring dengan periode

penugasan auditor saat bonding effect (efek

perikatan yang mengakibatkan berkurang-

nya independensi auditor) yang terjadi

lemah, seperti halnya perusahaan yang

diaudit oleh auditor spesialis dan hanya

terjadi pada bidang bisnis dengan risiko

litigasi yang tinggi. Bonding effect yang

kuat digambarkan dengan pola

parabolik/kuadratis. Implikasi konsep ini

adalah kualitas audit terus meningkat

mulai periode awal penugasan hingga pada

titik tertentu mencapai puncaknya,

kemudian menurun seiring periode

penugasan berikutnya. Skema ini berlaku

ketika perusahaan diaudit oleh auditor

yang bukan spesialis di bidang bisnis klien,

adanya ketergantungan finansial dengan

klien serta bidang bisnis dengan risiko

litigasi yang rendah.

KAJIAN LITERATUR DAN PE-

NGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976)

memandang hubungan antara manajer dan

pemilik dalam kerangka hubungan

keagenan. Dalam hubungan keagenan,

terjadi kontrak antara kedua belah pihak.

Kontrak tersebut mengharuskan agent

memberikan jasa kepada principal.

Pendelegasian wewenang dari pemilik

kepada manajemen membuatnya memiliki

Page 3: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)

63

hak untuk mengambil keputusan bisnis

bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi,

kepentingan dua pihak ini tidak selalu

sejalan sehingga muncul konflik

kepentingan antara keduanya.

Konflik kepentingan ini

memunculkan kebutuhan atas keyakinan

bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh

manajemen bebas dari unsur kecurangan

dan telah disajikan sesuai standar yang

berlaku. Auditor dikenal sebagai pihak

yang membatasi agent dalam hal pelaporan

keuangan perusahaan. Auditor memiliki

peran dan tanggung jawab penting dalam

mengurangi wewenang manajer dengan

melakukan pemeriksaan terhadap

pelaporan keuangn dan jika terjadi

melaporkan manipulasi informasi dalam

laporan keuangan yang akan digunakan

principal dalam mengambil keputusan.

Masalah keagenan auditor bersumber pada

mekanisme kelembagaan antara auditor

dan klien. Klien menunjuk auditor untuk

melakukan audit bagi kepentingan

principal. Sementara, klien-lah yang

membayar jasa audit. Keadaan ini dapat

menimbulkan ketergantungan auditor pada

klien. Ketergantungan ini menyebabkan

auditor mulai kehilangan independensi dan

berusaha mengakomodasi ekspektasi klien

dengan harapan perikatan dengan klien

tidak terputus. Hal demikian bertentangan

dengan prinsip auditor selaku pihak ketiga

yang dituntut untuk independen dalam

melaksanakan audit dan dalam

memberikan pendapat atas laporan

keuangan klien (Tuanakotta, 2011).

Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan suatu hal

yang relatif untuk diukur tergantung siapa

yang menilai dan berdasarkan apa

penilaian dilakukan. Audit sendiri

merupakan sebuah proses yang bertujuan

untuk menyatakan pendapat (mengenai

kewajaran penyajian) laporan keuangan

yang disampaikan manajemen

(Tuanakotta, 2011). Penilaian audit

sebagai suatu proses tentunya mencakup

keseluruhan aktivitas yang terjadi di

dalamnya dan hasil yang diperoleh dari

proses tersebut. Auditor menilai kualitas

audit berdasarkan ketaatan terhadap

standar audit ketika melakukan proses

audit, kemampuan untuk menilai dan

mengidentifikasi kelemahan pengendalian

internal klien, serta meminimalisir risiko

litigasi yang ada dengan tetap

mempertahankan reputasinya sebagai

auditor, sedangkan pengguna laporan

keuangan menilai kualitas audit

berdasarkan tingkat akurasi informasi pada

laporan keuangan hasil audit.

Definisi yang disampaikan oleh De

Angelo (1981) mengenai kualitas audit

adalah probabilitas auditor menemukan

dan melaporkan adanya penyimpangan-

penyimpangan pada pelaporan keuangan.

Probabilitas untuk menemukan

penyimpangan yang terjadi sangat

tergantung pada kompetensi auditor dalam

melaksanakan tugasnya. Probabilitas untuk

menyampaikan laporan atas penyimpangan

yang ditemukan tergantung pada

independensi auditor. Hasil penelitiannya

adalah auditor Big 4 yang memiliki

kompetensi yang lebih memadai

dibandingkan non-Big 4, memiliki kualitas

audit yang lebih tinggi.

Independensi Auditor

Standar Umum Audit nomor dua

mengharuskan auditor untuk mengutama-

kan independensi sikap mental dalam

segala hal yang termasuk dalam penugasan

audit. Auditor tidak dibenarkan memihak

kepada siapapun, sebab bagaimanapun

sempurnanya keahlian teknis yang

dimiliki, auditor akan kehilangan sikap

tidak memihak yang justru sangat penting

untuk mempertahankan kebebasan penda-

patnya. Kepercayaan masyarakat umum

atas independensi sikap auditor sangat

penting bagi perkembangan profesi di

Page 4: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014

64

bidang audit. Kepercayaan akan menurun

jika terdapat bukti bahwa independensi

sikap auditor ternyata berkurang, bahkan

kepercayaan masyarakat dapat juga

menurun disebabkan oleh keadaan mereka

yang berpikiran sehat (reasonable)

dianggap dapat mempengaruhi sikap

independennya. Untuk menjadi indepen-

den, auditor harus secara intelektual jujur,

bebas dari setiap kewajiban terhadap

kliennya dan tidak mempunyai

kepentingan dengan kliennya. Auditor

harus mengelola praktiknya dalam persepsi

independensi dan aturan ditetapkan untuk

mencapai derajat independensi dalam

melaksanakan pekerjaannya. Untuk

menekankan independensi auditor dari

manajemen, penunjukan auditor dari

banyak perusahaan dilaksanakan oleh

dewan komisaris, rapat umum pemegang

saham, atau komite audit.

Dilihat dari sudut pandang auditor,

kualitas audit dapat menurun seiring

dengan bertambahnya auditor tenure

(masa perikatan auditor dengan klien). Hal

ini terjadi karena adanya keterikatan/

ketergantungan auditor kepada klien dalah

hal ekonomis maupun sosial (bonding

effect). Bonding effect mengurangi kualitas

audit sebab hubungan personal yang dekat

antara auditor dengan klien mempengaruhi

penilaian auditor dari waktu ke waktu

(Mautz dan Sharaf, 1961 dalam Brooks,

2011). Bonding effect yang kuat

menghambat auditor dalam melaksanakan

audit dengan ketat serta menjadikan

auditor kurang waspada atas anomali-

anomali yang terjadi dan rentan akan bukti

yang kurang kompeten. Berdasarkan

argumen ini, kualitas audit digambarkan

mengalami penurunan secara konstan

terhadap peningkatan masa perikatan

dengan klien.

Pengalaman Auditor

Berpijak pada definisi yang

disampaikan oleh De Angelo (1981)

bahwa kualitas audit merupakan gabungan

antara kemampuan auditor untuk

menemukan dan melaporkan

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,

kualitas audit dipengaruhi juga oleh

kompetensi auditor untuk memahami liku-

liku bisnis klien. Kualitas audit dapat

meningkat seiring dengan auditor tenure

karena auditor memiliki pemahaman yang

lebih baik atas sistem klien, lingkungan

dan industri bisnis klien serta pengendalian

internal klien (learnings effect). Argumen

ini menggambarkan kualitas audit

mengalami peningkatan secara konstan

terhadap peningkatan masa perikatan

dengan klien.

Auditor Tenure

Pembahasan masa perikatan auditor

dengan klien bekaitan dengan keputusan

auditor untuk menerima penugasan dari

klien. Tuanakotta (2011) menerangkan

bahwa titik kritis dalam penugasan audit

adalah ketika auditor memutuskan untuk

menolak atau menerima klien (baik klien

lama maupun baru). Ini adalah keputusan

sebelum proses perencanaan dimulai.

Keputusan menolak atau menerima

penugasan merupakan sesuatu hal yang

krusial. Di satu pihak ia berhubungan

langsung dengan peningkatan pendapatan

auditor. Di sisi lain, ia berhubungan

dengan berbagai risiko yang berpotensi

mengancam kelangsungan profesi auditor.

Auditor tidak berkewajiban memberi jasa

audit kepada perusahaan apa pun. Auditor

berkewajiban menyeleksi perusahaan mana

yang akan diterimanya. Auditor

berkewajiban menolak perusahaan yang

tidak memenuhi persyaratan. Ini adalah

esensi dari keputusan untuk menerima

penugasan.

Lebih lanjut Tuanakotta (2011)

menjelaskan faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan auditor dalam menentukan

keputusan penugasan sebagai berikut: 1)

Persyaratan yang berkaitan dengan auditor

Page 5: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)

65

itu sendiri. Apakah auditor memiliki

benturan kepentingan yang membuatnya

tidak independen (independency in fact)

atau terkesan tidak independen (indepen-

dency in appearance). Auditor juga

mempertimbangkan kemampuan untuk

memahami kompleksitas lingkungan bisnis

calon klien. 2) Keadaan yang berkenaan

dengan perusahaan yang akan diaudit. Hal-

hal khusus, pemegang kepentingan,

eksekutif puncak, risiko luar biasa

merupakan contoh hal yang dijadikan

pertimbangan.

Pengembangan Hipotesis

Kualitas audit memiliki pergerakan

parabolik terhadap auditor tenure (Brooks,

2011). Learnings effect yang terjadi sejak

masa awal penugasan meningkatkan

kualitas audit hingga suatu saat tidak ada

lagi hal baru yang dapat dipelajari auditor.

Kualitas audit kemudian mengalami

penurunan seiring melemahnya learnings

effect dan menguatnya bonding effect yang

terjadi. Chi dan Huang (2005) mendoku-

mentasikan bahwa titik balik peningkatan

kualitas audit terhadap audit tenure

perusahaan-perusahaan di Taiwan berada

pada kisaran 5 tahun setelah penugasan

pertama. Sementara Brooks (2011) mela-

kukan penelitian pada perusahaan-

perusahaan di Amerika Serikat dan

menemukan bahwa titik balik kualitas

audit berada pada kisaran 12 tahun. Dua

hasil penelitian tersebut mengindikasikan

bahwa pada jangka panjang kualitas audit

cenderung menurun seiring bertambahnya

masa perikatan dengan klien.

Carey dan Simnett (2006)

mengkonfirmasikan adanya penurunan

kualitas audit pada masa perikatan yang

panjang dengan klien dalam hasil

penelitiannya. Penurunan ini diindikasikan

oleh ketidakmampuan memenuhi earnings

benchmark, going concern opinion yang

diterima dan tingkat abnormal working

capital accruals yang diperoleh dari

perhitungan berdasarkan informasi pada

laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan

argumen-argumen tersebut di atas,

hipotesis yang diajukan terkait audit tenure

adalah sebagai berikut:

H1: Audit tenure berpengaruh negatif

terhadap kualitas audit

METODA PENELITIAN

Variabel dependen penelitian ini adalah

kualitas audit. Kualitas audit diukur

dengan earnings benchmark dalam Carey

dan Simnett (2006). Kualitas audit diukur

terkait dengan manajemen laba yang

dilakukan perusahaan, apakah auditor

mampu mengungkap dan melaporkan

adanya manajemen laba tersebut ataukah

tidak. Salah satu manajemen laba yang

dapat dilakukan adalah menghindari

pelaporan kerugian. Formula yang dapat

dipakai untuk penghindaran pelaporan

kerugian tersebut adalah earnings/total

assets. Oleh karena itu, earnings/total

assets atau yang lebih sering dikenal

dengan ROA (return on assets) dipilih

menjadi tolok ukur penentu kualitas audit.

Earnings benchmark yang digunakan

adalah antara μ-σ hingga μ+σ.

Kualitas audit diasumsikan buruk

apabila: 1) laba melebihi earnings

benchmark ROA > μ+σ, yang diartikan

bahwa auditor memberi kesempatan kepa-

da perusahaan untuk melakukan praktik

window dressing (usaha manajemen

untuk meningkatkan laba sehingga

manajemen dapat menikmati bonus di

masa kini). 2) Rugi melebihi earnings

benchmark ROA < μ-σ, yang diartikan

bahwa auditor memberi kesempatan

perusahaan untuk melakukan praktik

taking a bath (usaha manajemen untuk

meningkatkan rugi dengan harapan

manajemen akan mendapat bonus di masa

depan karena laba yang meningkat).

Variabel kualitas audit

diformulasikan sebagai berikut: 1)

BENCH = 1 memenuhi kriteria μ-σ <

Page 6: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014

66

ROA < μ+σ, menunjukkan kualitas audit

yang tinggi. 2) BENCH = 0 untuk ROA

> μ+σ di mana manajemen melakukan

praktik window dressing atau ROA < μ-

σ di mana manajemen melakukan

praktik taking a bath, yang

menunjukkan kualitas audit yang rendah.

Variabel independen pada

penelitian ini adalah audit tenure. Audit

tenure ditentukan dengan melihat laporan

keuangan auditan perusahaan selama 11

tahun berturut-turut, yaitu tahun 2012

kemudian ditelusur hingga tahun 2002.

Pemilihan durasi penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh penilaian yang

memadai mengenai masa perikatan

auditor. Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 17/PMK. 01/2008 tentang Jasa

Akuntan Publik Pasal 3 ayat 1 menyatakan

bahwa pemberian jasa audit umum atas

laporan keuangan dari suatu entitas

dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6

(enam) tahun buku berturut-turut. Audit

tenure ditentukan menurut jumlah tahun

perikatan audit sebenarnya.

Penelitian ini menggunakan tiga

variabel kontrol yaitu: Pertama, variabel

dummy ukuran auditor yang ditentukan

berdasarkan kategori Big 4 atau non-Big 4

(Carey dan Simnett,2006). DeAngelo

(1981) berpendapat bahwa kedua indikator

kualitas audit yakni kompetensi dan

independensi hanya dimiliki oleh KAP

berukuran besar. Pendapat ini didukung

oleh Chi dan Huang (2005) dan Becker

dkk (1998). KAP berukuran besar lebih

cepat dalam memahami lingkungan bisnis

klien dengan dukungan sumber daya yang

dimiliki serta lebih resisten terhadap

bonding effect yang mungkin terjadi.

Kwon (2012) berargumen jika auditor dan

klien sama-sama memiliki ukuran yang

relatif kecil, maka ada probabilitas yang

besar bahwa penghasilan auditor akan

tergantung pada fee audit yang dibayarkan

kliennya. Oleh karena itu, auditor

berukuran kecil cenderung tidak

independen terhadap kliennya, sebaliknya

auditor berukuran besar cenderung lebih

independen terhadap kliennya, baik ketika

kliennya berukuran besar maupun kecil.

Kedua, Log normal total aset

perusahaan digunakan sebagai ukuran

perusahaan klien (Doogar dan Easley,

1998 dalam Rosietta dan Wibowo, 2009).

Ukuran perusahaan yang besar terkait

dengan dukungan sumber daya yang lebih

baik untuk menghasilkan informasi keu-

angan yang berkualitas. Ketiga debt ratio

(total liabilities/total assets) digunakan

sebagai ukuran leverage perusahaan klien

(Gunny, 2007 dalam Rosietta dan

Wibowo, 2009). Rasio leverage menun-

jukkan komposisi pembiayaan aset dari

utang atau modal. Perusahaan dengan rasio

leverage yang tinggi diasumsikan memiliki

kecenderungan yang lebih untuk

melakukan manipulasi informasi keuangan

dengan tujuan menjamin kepercayaan

kreditor dan atau pihak lain yang

memberikan pendanaan.

Populasi penelitian ini adalah

seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Kriteria purposive

sampling yang diterapkan adalah: 1)

Perusahaan manufaktur yang sahamnya

tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak

tahun 2002 hingga 2012; 2) Informasi

keuangan perusahaan tersedia untuk tahun

2002 sampai dengan 2012; 3) Informasi

auditor yang mengaudit laporan

keuangan perusahaan tersedia untuk

tahun 2002 sampai dengan 2012.

Data penelitian menggunakan data

sekunder, yaitu data yang diambil dari

ICMD (Indonesian Capital Market

Directory) tahun 2002-2012. Sampel yang

berhasil dikumpulkan dengan metode

purposive sampling dalam penelitian ini

sebanyak 1.133 data dari 103 perusahaan

sampel selama 11 tahun. Sebanyak 5

perusahaan tidak disertakan dalam

pengujian karena data auditor laporan

keuangan tidak lengkap.

Page 7: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)

67

Tabel 1

Pengambilan Sampel Penelitian

Kriteria Purposive Sampling Jumlah

Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEI tahun 2002 - 2012 108

Perusahaan dengan data tidak lengkap -5

Jumlah sampel per tahun 103

Jumlah data point keseluruhan (11 tahun pengamatan) 1.133

Model Statistik

Penelitian ini menggunakan

model Carey dan Simnett (2006) yaitu

dengan pendekatan earnings surprise

benchmark. Penggunaan model statistik ini

berdasarkan variabel dummy dependen-

nya. Formulasi logistic regression:

Pr (BENCH=1 atau 0) = β0+β1TEN+

β2AUD+β3SIZE+β4LEV+e

Hasil statistik deskriptif menun-

jukkan rata-rata ROA sampel adalah

sebesar 6,5%. Sebanyak 981 sampel

memenuhi earnings benchmark yang

diartikan memiliki kualitas audit yang

tinggi sementara 152 sampel gagal

memenuhi earnings benchmark atau

memiliki kualitas audit yang rendah.

Sebanyak 606 sampel diaudit oleh auditor

Big 4 sementara 527 sisanya diaudit

auditor non Big 4. Perusahaan yang

menjadi sampel penelitian memiliki rata-

rata total aset senilai Rp. 984.609.111.229

(diperoleh dari hasil EXP 13,80 dan data

dalam satuan juta) dengan rata-rata

perbandingan hutang terhadap modal

sebesar 61%. Dilihat dari masa perikatan

audit, rata-rata masa perikatan audit yang

dimiliki sampel sebesar 3,81 (3 hingga 4

tahun).

Tabel 2

Statistik Deskriptif Variabel

Variable Mean St.

Dev.

Minimum Maximum

Value Freq. Value Freq.

ROA 0,065 0,218 -1,44 1 4,68 1

BENCH 1 0 0 152 1 981

TEN 3,81 2,74 1 227 12 19

TEN ≤ 2 0,412 0,492 0 666 1 467

2 < TEN ≤ 7 0,472 0,499 0 598 1 535

TEN > 7 0,116 0,319 0 1002 1 131

AUD 1 0 0 527 1 606

LEV 0,61 0,47 0,04 1 5,16 1

SIZE 13,80 1,55 10,06 1 19,02 1

Untuk melihat distribusi frekuensi

masa perikatan yang dimiliki sampel,

variabel TEN dikategorikan menjadi 3

kelompok yaitu masa perikatan singkat

Page 8: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014

68

(TEN tidak lebih dari 2 tahun), masa

perikatan medium (TEN antara 3 hingga 7

tahun) dan masa perikatan panjang (TEN

lebih dari 7 tahun). Sampel yang memiliki

masa perikatan lebih dari 7 tahun sebanyak

131 sampel, sebanyak 535 sampel

memiliki masa perikatan antara 3 hingga 7

tahun sementara terdapat 467 sampel yang

memiliki masa perikatan kurang dari atau

sama dengan 2 tahun.

Tabel 3

Frekuensi Earnings Benchmark

TEN Singkat TEN Medium TEN Panjang TOTAL

BENCH = 0 54 (12%) 68 (13%) 29 (22%) 151

BENCH = 1 413 (88%) 467 (87%) 102 (78%) 982

Total 467 (100%) 535 (100%) 131 (100%) 1133

Hosmer dan Lemeshow Goodness

of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa

data empiris sesuai dengan model.

Tabel 4

Hasil Uji Kelayakan Model

Step Chi-square df Sig.

1 10.048 8 .262

Nilai Chi-square sebesar 10,048 dengan

signifikansi 0,262. Nilai tersebut lebih

besar dari 0,05 yang berarti model ini

memenuhi syarat prediktif bagi nilai

observasinya.

Uji ketepatan model bertujuan

untuk mengetahui seberapa tingkat

ketepatan model dalam menggambarkan

situasi yang diteliti.

Tabel 5

Hasil Uji Ketepatan Model

Predicted

BENCH Percentage

Correct Observed 0 1

Step 1 BENCH = 0 2 149 1,3

BENCH = 1 4 978 99,6

Overall Percentage 86,5

Tabel klasifikasi menunjukkan prosentase

ketepatan model menjelaskan situasi yang

diamati sebesar 86,5%. Tingkat ketepatan

ini cukup memberikan keyakinan bahwa

model relatif dapat menggambarkan feno-

mena yang diamati.

Koefisien hasil regresi dapat dilihat

pada kolom B. Nilai positif ataupun negatif

juga mengikuti nilai yang tertera pada

kolom B.

Page 9: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)

69

Tabel 6

Hasil Uji Regresi

B S.E. Wald

df Sig. Exp(B)

Step 1a

TEN -0,069 0,032 4,606 1 0,032 0,933

LEV -0,871 0,160 29,525 1 0,000 0,419

SIZE 0,169 0,016 115,69 1 0,000 1,184

AUD 0,961 0,194 24,441 1 0,000 2,615

Koefisien regresi TEN sebesar

0,069 dengan nilai negatif menunjukkan

bahwa masa perikatan audit yang lebih

lama akan menurunkan kualitas audit.

Koefisien regresi LEV sebesar 0,871

dengan nilai negatif menunjukkan bahwa

ukuran leverage perusahaan yang lebih

tinggi akan menurunkan kualitas audit.

Koefisien regresi SIZE sebesar 0,169

dengan nilai positif menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan yang lebih besar akan

meningkatkan kualitas audit. Koefisien

regresi AUD sebesar 0,961 dengan nilai

positif menunjukkan bahwa auditor yang

lebih besar akan meningkatkan kualitas

audit.

Variabel independen TEN

signifikan pada signifikansi 0,032. Hasil

regresi menunjukkan hubungan negatif

antara masa perikatan auditor dengan

kualitas audit. H1 diterima, auditor tenure

berpengaruh negatif terhadap kualitas

audit. Variabel kontrol LEV signifikan

pada signifikansi 0,000. Hasil regresi

menunjukkan hubungan negatif antara

leverage dengan kualitas audit. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

leverage berpengaruh negatif terhadap

kualitas audit. Variabel kontrol SIZE

signifikan pada signifikansi 0,000. Hasil

regresi menunjukkan hubungan positif

antara ukuran perusahaan klien dengan

kualitas audit. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

klien berpengaruh positif terhadap kualitas

audit. Variabel kontrol AUD signifikan

pada signifikansi 0,000. Hasil regresi

menunjukkan hubungan positif antara

auditor size dengan kualitas audit. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

auditor size berpengaruh positif terhadap

kualitas audit.

Berdasarkan hasil analisis data,

masa perikatan audit berhubungan negatif

dengan kualitas audit. Penelitian ini

membuktikan adanya pengaruh masa

perikatan auditor terhadap kualitas audit.

Hasil penelitian ini senada dengan

penelitian Carey dan Simnett (2006) yang

mendokumentasikan adanya penurunan

kualitas audit dalam asosiasi dengan masa

perikatan audit yang lama. Sebaliknya, Ho

(2010) menemukan adanya kecenderungan

perusahaan untuk tidak melakukan upward

earnings management pada masa perikatan

audit yang lama.

Ketika masa perikatan auditor

dengan klien kian bertambah, auditor akan

mengalami penurunan tingkat indepen-

densi dalam melaksanakan tugasnya. Hal

ini dibuktikan dengan nilai koefisien

bernilai negatif. Ketergantungan finansial

sangat mungkin terjadi mengingat klienlah

yang membayar audit fee yang menjadi

sumber penghasilan auditor. Hal ini

menjadikan auditor lebih toleran dan

memberi keleluasaan yang lebih kepada

kliennya untuk melakukan adjusments atas

informasi keuangan perusahaannya. Jika

auditor dan klien sama-sama memiliki

ukuran yang relatif kecil, maka ada

probabilitas yang tinggi bahwa

penghasilan auditor akan tergantung pada

fee audit yang dibayarkan kliennya. Oleh

Page 10: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014

70

karena itu, auditor berukuran kecil

cenderung tidak independen terhadap

kliennya. Sebaliknya, jika auditor

berukuran besar, maka auditor cenderung

lebih independen terhadap kliennya, baik

ketika kliennya berukuran besar maupun

kecil. Argumentasi terkait ukuran auditor

(dalam penelitian ini ukuran KAP) tersebut

didukung pula dengan nilai koefisien AUD

yang bernilai positif dan signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan

mengacu pada perumusan serta tujuan dari

penelitian ini, kesimpulan dari penelitian

ini adalah bahwa masa perikatan auditor

berpengaruh negatif terhadap kualitas

audit. Penelitian ini menambah literatur

mengenai pengaruh independensi auditor

yang diproksikan dengan masa perikatan

audit terhadap kualitas audit yang diukur

berdasarkan tingkat kewajaran informasi

keuangan hasil audit. Hasil penelitian yang

menunjukkan adanya pengaruh negatif dan

signifikan antara masa perikatan dengan

kualitas audit mendukung hipotesis awal

penelitian ini.

Saran penulis bagi penelitian

selanjutnya dengan mempertimbangkan

keterbatasan – keterbatasan yang ada

dalam penelitian ini adalah 1) Penggunaan

earnings benchmark sebagai indikator

kualitas audit memiliki keterbatasan: (i)

informasi laba yang dijadikan acuan

berasal dari perusahaan klien, sehingga

tidak sepenuhnya mencerminkan kualitas

audit yang melibatkan auditor; (ii) nilai

benchmark ditentukan berdasarkan rata-

rata ROA sampel penelitian tanpa

memperhitungkan fenomena spesifik yang

terjadi (seperti krisis ekonomi) dan 2)

Penilaian kualitas audit belum mencakup

hal-hal lain yang dapat menggambarkan

kualitas audit seperti hal-hal yang terkait

kondisi pengendalian internal perusahaan,

tingkat spesialisasi auditor atau opini audit

yang diterima perusahaan. Maka untuk

penelitian berikutnya dapat menambahkan

variabel lain yang diperkirakan dapat

mempengaruhi kualitas audit atau dimensi

pengukuran lain yang berhubungan dengan

kualitas audit seperti spesialisasi auditor,

faktor internal perusahaan (misalnya,

pengendalian internal, efektivitas komite

audit dan dewan komisaris independen)

dan opini audit.

Sementara model statistik yang

dikembangkan dalam penelitian ini belum

mencakup kemungkinan adanya

pergerakan parabolik antara masa

perikatan audit terhadap kualitas audit.

Model yang dikembangkan masih sebatas

fungsi linear (garis lurus) saja. Penelitian

berikutnya dapat menggunakan model

statistik yang memperhitungkan fungsi

kuadratis masa perikatan audit terhadap

kualitas audit, seperti yang dilakukan oleh

Brooks (2011) dan Chi dan Huang (2005)

dengan rentang waktu penelitian yang

lebih panjang.

DAFTAR REFERENSI

Brooks, Li Zheng. 2011. Auditor Tenure

and Audit Quality. Disertasi, di

Louisiana State University.

Carey, P. and Simnett, R. 2006. Audit

Partner Tenure and Audit Quality.

The Accounting Review, 8(3): 653-

676

Chi, W., and Huang, H. 2005.

Discretionary Accruals, Audit-Firm

Tenure and Auditor Tenure: An

empirical case in Taiwan. Journal of

Contemporary Accounting and

Economics, 65-92

DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Size and

Audit Quality. Journal of Accounting

and Economics, 3, 83-199.

Page 11: KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE

KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)

71

Ho, L. J., Liu C., and Schaefer T. 2010.

Audit tenure and earnings surprise

management. Review of Accounting

and Finance, 9 (2):116-138.

Institute for Economic and Financial

Research. 2002-2013. Indonesia

Capital Market Directory (2002-

2013)

Institut Akuntan Indonesia (2001).

Standar Profesional Akuntan

Publik. Jakarta. Salemba Empat

Jensen, M.C., and Meckling, W.H.

1976. Theory of The Firm:

Managerial Behaviour Agency Cost

and Ownership Structure. Jurnal Of

Finance Economic, 3 (4): 305-360

Menon, K., and William, D. 2004.

Former Audit Partners and

Abnormal Accruals. The Accounting

Review, 79 (4): 1095-1118

Rosietta, H. and Wibowo, A. 2009.

Faktor-Faktor Determinasi Kualitas

Audit, Suatu Studi dengan

Pendekatan Earnings Surprise

Benchmark.

Suprapto. 2013. The Effect of Audit

Partner Rotation and Audit Firm’s

Annual Fees on Audit Quality. Tesis.

Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Tuanakotta, Th. M. 2011. Berpikir Kritis

dalam AUDITING. Jakarta.

Salemba Empat

Weiner J. 2012. Auditor Size vs. Audit

Quality: An Analysis of Auditor

Switches. Honors College Thesis.