kualitas audit dan audit tenure
TRANSCRIPT
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)
61
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE
Reygen Pramana Jati
Alumni Prodi Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Kristen Duta Wacana
ABSTRACT
Audit quality is determined by auditor’s competence to find misstatements in
financial report and report the findings in the audit report that makes auditor’s
independency strongly affect audit quality, in addition to auditor’s competency in
performing their duties. Auditor’s independency is related to lengthy audit
engagement with client. This study aims to obtain empirical evidence about the
influence of lengthy audit engagement to audit quality. Based on the literature
review, the hypothesis proposed in this study is the length of the audit engagement
negatively affects audit quality. This study uses earnings benchmarks as proxy of
audit quality developed from Carey and Simnett (2006). To test the hypothesis, an
empirical model was developed and tested with binary logistic regression
technique. Empirical test results indicate a significant negative influence of
lengthy audit engagements to audit quality. It means that lengthy audit
engagement deteriorates audit quality, indicated by the failure to meet earnings
benchmark.
Keywords: Audit Tenure, Audit Quality, Earnings Benchmark.
ABSTRAK
Kualitas audit ditentukan oleh kemampuan auditor untuk menemukan
penyimpangan yang terjadi dalam pelaporan keuangan dan melaporkan hasil
temuan tersebut dalam laporan audit. Hal ini menjadikan independensi auditor
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit di samping komptensi
auditor dalam melaksanakan tugasnya. Independensi auditor diduga berhubungan
dengan lamanya masa perikatan audit dengan klien. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh lamanya masa perikatan audit
terhadap kualitas audit. Berdasarkan telaah pustaka, hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini adalah lamanya masa perikatan audit berpengaruh negatif terhadap
kualitas audit. Penelitian ini menggunakan earnings benchmark sebagai indikator
kualitas audit yang dikembangkan dari model Carey & Simnett (2006). Untuk
menguji hipotesis, model empiris dikembangkan dan diuji dengan teknik
regresi binary logistic. Hasil uji empiris menunjukkan adanya pengaruh signifikan
negatif masa perikatan audit terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa
semakin lama masa perikatan auditor dengan klien, kualitas audit yang
dilaksanakan semakin menurun yang diindikasikan dengan kegagalan perusahaan
klien memenuhi earnings benchmark.
Kata kunci: Audit Tenure, Kualitas Audit, Earnings Benchmark.
JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014
62
PENDAHULUAN
Audit laporan keuangan perusahaan
dirancang untuk mengungkap salah saji
pada informasi keuangan (Ho, 2010).
Auditor diharapkan dapat menemukan
penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaporan keuangan perusahaan yang
mungkin muncul akibat hubungan
keagenan antara pemegang saham dengan
manajer perusahaan (Jensen dan Meckling,
1976). Ketidakmampuan auditor untuk
mendeteksi penyimpangan yang terjadi
merupakan salah satu risiko audit yakni
detection risk. Kualitas audit salah satunya
ditentukan oleh kemampuan auditor dalam
mengantisipasi detection risk. Kegagalan
auditor dalam mengungkap penyimpangan
yang tersembunyi dalam pelaporan
keuangan perusahaan menggambarkan
rendahnya kualitas audit yang dilaksana-
kan.
Kualitas audit berkaitan dengan
akurasi informasi keuangan. Semakin
akurat informasi keuangan disajikan,
kualitas audit diyakini semakin tinggi.
Keyakinan ini dijustifikasi dengan konsep
bahwa proses audit yang baik dapat
mendeteksi salah saji dalam informasi
keuangan dan melaporkannya dalam
temuan audit. De Angelo (1981)
berargumen bahwa kualitas audit
ditentukan oleh tingkat pengalaman dan
independensi auditor. Tingkat pengalaman
auditor menggambarkan kemampuan
auditor untuk memahami lingkungan
bisnis klien yang akan berguna untuk
menilai kesesuaian dengan standar yang
berlaku maupun tingkat kewajaran
informasi keuangan. Selain itu, periode
perikatan tugas antara auditor dengan klien
juga diyakini mempengaruhi independensi
auditor yang berdampak pada kualitas
audit. Implikasi hasil temuan ini adalah
ketika hubungan auditor dengan klien
berlangsung pada periode yang panjang,
independensi auditor berkurang demikian
pula dengan kualitas audit yang
dilaksanakan. Sementara di sisi lain,
periode penugasan yang terlalu singkat
akan berakibat auditor tidak mampu
memahami kompleksitas lingkungan bisnis
klien dan kemungkinan auditor tidak dapat
mendeteksi penyimpangan yang terjadi
dalam pelaporan keuangan. Adanya trade-
off antara independensi dan expertise
auditor menjadi hal utama yang perlu
dikaji lebih mendalam oleh regulator.
Brooks (2011) meneliti hubungan
antara auditor tenure dengan kualitas
audit. Salah satu temuan dalam
penelitiannya adalah kualitas audit
meningkat seiring dengan periode
penugasan auditor saat bonding effect (efek
perikatan yang mengakibatkan berkurang-
nya independensi auditor) yang terjadi
lemah, seperti halnya perusahaan yang
diaudit oleh auditor spesialis dan hanya
terjadi pada bidang bisnis dengan risiko
litigasi yang tinggi. Bonding effect yang
kuat digambarkan dengan pola
parabolik/kuadratis. Implikasi konsep ini
adalah kualitas audit terus meningkat
mulai periode awal penugasan hingga pada
titik tertentu mencapai puncaknya,
kemudian menurun seiring periode
penugasan berikutnya. Skema ini berlaku
ketika perusahaan diaudit oleh auditor
yang bukan spesialis di bidang bisnis klien,
adanya ketergantungan finansial dengan
klien serta bidang bisnis dengan risiko
litigasi yang rendah.
KAJIAN LITERATUR DAN PE-
NGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976)
memandang hubungan antara manajer dan
pemilik dalam kerangka hubungan
keagenan. Dalam hubungan keagenan,
terjadi kontrak antara kedua belah pihak.
Kontrak tersebut mengharuskan agent
memberikan jasa kepada principal.
Pendelegasian wewenang dari pemilik
kepada manajemen membuatnya memiliki
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)
63
hak untuk mengambil keputusan bisnis
bagi kepentingan pemilik. Akan tetapi,
kepentingan dua pihak ini tidak selalu
sejalan sehingga muncul konflik
kepentingan antara keduanya.
Konflik kepentingan ini
memunculkan kebutuhan atas keyakinan
bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen bebas dari unsur kecurangan
dan telah disajikan sesuai standar yang
berlaku. Auditor dikenal sebagai pihak
yang membatasi agent dalam hal pelaporan
keuangan perusahaan. Auditor memiliki
peran dan tanggung jawab penting dalam
mengurangi wewenang manajer dengan
melakukan pemeriksaan terhadap
pelaporan keuangn dan jika terjadi
melaporkan manipulasi informasi dalam
laporan keuangan yang akan digunakan
principal dalam mengambil keputusan.
Masalah keagenan auditor bersumber pada
mekanisme kelembagaan antara auditor
dan klien. Klien menunjuk auditor untuk
melakukan audit bagi kepentingan
principal. Sementara, klien-lah yang
membayar jasa audit. Keadaan ini dapat
menimbulkan ketergantungan auditor pada
klien. Ketergantungan ini menyebabkan
auditor mulai kehilangan independensi dan
berusaha mengakomodasi ekspektasi klien
dengan harapan perikatan dengan klien
tidak terputus. Hal demikian bertentangan
dengan prinsip auditor selaku pihak ketiga
yang dituntut untuk independen dalam
melaksanakan audit dan dalam
memberikan pendapat atas laporan
keuangan klien (Tuanakotta, 2011).
Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan suatu hal
yang relatif untuk diukur tergantung siapa
yang menilai dan berdasarkan apa
penilaian dilakukan. Audit sendiri
merupakan sebuah proses yang bertujuan
untuk menyatakan pendapat (mengenai
kewajaran penyajian) laporan keuangan
yang disampaikan manajemen
(Tuanakotta, 2011). Penilaian audit
sebagai suatu proses tentunya mencakup
keseluruhan aktivitas yang terjadi di
dalamnya dan hasil yang diperoleh dari
proses tersebut. Auditor menilai kualitas
audit berdasarkan ketaatan terhadap
standar audit ketika melakukan proses
audit, kemampuan untuk menilai dan
mengidentifikasi kelemahan pengendalian
internal klien, serta meminimalisir risiko
litigasi yang ada dengan tetap
mempertahankan reputasinya sebagai
auditor, sedangkan pengguna laporan
keuangan menilai kualitas audit
berdasarkan tingkat akurasi informasi pada
laporan keuangan hasil audit.
Definisi yang disampaikan oleh De
Angelo (1981) mengenai kualitas audit
adalah probabilitas auditor menemukan
dan melaporkan adanya penyimpangan-
penyimpangan pada pelaporan keuangan.
Probabilitas untuk menemukan
penyimpangan yang terjadi sangat
tergantung pada kompetensi auditor dalam
melaksanakan tugasnya. Probabilitas untuk
menyampaikan laporan atas penyimpangan
yang ditemukan tergantung pada
independensi auditor. Hasil penelitiannya
adalah auditor Big 4 yang memiliki
kompetensi yang lebih memadai
dibandingkan non-Big 4, memiliki kualitas
audit yang lebih tinggi.
Independensi Auditor
Standar Umum Audit nomor dua
mengharuskan auditor untuk mengutama-
kan independensi sikap mental dalam
segala hal yang termasuk dalam penugasan
audit. Auditor tidak dibenarkan memihak
kepada siapapun, sebab bagaimanapun
sempurnanya keahlian teknis yang
dimiliki, auditor akan kehilangan sikap
tidak memihak yang justru sangat penting
untuk mempertahankan kebebasan penda-
patnya. Kepercayaan masyarakat umum
atas independensi sikap auditor sangat
penting bagi perkembangan profesi di
JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014
64
bidang audit. Kepercayaan akan menurun
jika terdapat bukti bahwa independensi
sikap auditor ternyata berkurang, bahkan
kepercayaan masyarakat dapat juga
menurun disebabkan oleh keadaan mereka
yang berpikiran sehat (reasonable)
dianggap dapat mempengaruhi sikap
independennya. Untuk menjadi indepen-
den, auditor harus secara intelektual jujur,
bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya dan tidak mempunyai
kepentingan dengan kliennya. Auditor
harus mengelola praktiknya dalam persepsi
independensi dan aturan ditetapkan untuk
mencapai derajat independensi dalam
melaksanakan pekerjaannya. Untuk
menekankan independensi auditor dari
manajemen, penunjukan auditor dari
banyak perusahaan dilaksanakan oleh
dewan komisaris, rapat umum pemegang
saham, atau komite audit.
Dilihat dari sudut pandang auditor,
kualitas audit dapat menurun seiring
dengan bertambahnya auditor tenure
(masa perikatan auditor dengan klien). Hal
ini terjadi karena adanya keterikatan/
ketergantungan auditor kepada klien dalah
hal ekonomis maupun sosial (bonding
effect). Bonding effect mengurangi kualitas
audit sebab hubungan personal yang dekat
antara auditor dengan klien mempengaruhi
penilaian auditor dari waktu ke waktu
(Mautz dan Sharaf, 1961 dalam Brooks,
2011). Bonding effect yang kuat
menghambat auditor dalam melaksanakan
audit dengan ketat serta menjadikan
auditor kurang waspada atas anomali-
anomali yang terjadi dan rentan akan bukti
yang kurang kompeten. Berdasarkan
argumen ini, kualitas audit digambarkan
mengalami penurunan secara konstan
terhadap peningkatan masa perikatan
dengan klien.
Pengalaman Auditor
Berpijak pada definisi yang
disampaikan oleh De Angelo (1981)
bahwa kualitas audit merupakan gabungan
antara kemampuan auditor untuk
menemukan dan melaporkan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
kualitas audit dipengaruhi juga oleh
kompetensi auditor untuk memahami liku-
liku bisnis klien. Kualitas audit dapat
meningkat seiring dengan auditor tenure
karena auditor memiliki pemahaman yang
lebih baik atas sistem klien, lingkungan
dan industri bisnis klien serta pengendalian
internal klien (learnings effect). Argumen
ini menggambarkan kualitas audit
mengalami peningkatan secara konstan
terhadap peningkatan masa perikatan
dengan klien.
Auditor Tenure
Pembahasan masa perikatan auditor
dengan klien bekaitan dengan keputusan
auditor untuk menerima penugasan dari
klien. Tuanakotta (2011) menerangkan
bahwa titik kritis dalam penugasan audit
adalah ketika auditor memutuskan untuk
menolak atau menerima klien (baik klien
lama maupun baru). Ini adalah keputusan
sebelum proses perencanaan dimulai.
Keputusan menolak atau menerima
penugasan merupakan sesuatu hal yang
krusial. Di satu pihak ia berhubungan
langsung dengan peningkatan pendapatan
auditor. Di sisi lain, ia berhubungan
dengan berbagai risiko yang berpotensi
mengancam kelangsungan profesi auditor.
Auditor tidak berkewajiban memberi jasa
audit kepada perusahaan apa pun. Auditor
berkewajiban menyeleksi perusahaan mana
yang akan diterimanya. Auditor
berkewajiban menolak perusahaan yang
tidak memenuhi persyaratan. Ini adalah
esensi dari keputusan untuk menerima
penugasan.
Lebih lanjut Tuanakotta (2011)
menjelaskan faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan auditor dalam menentukan
keputusan penugasan sebagai berikut: 1)
Persyaratan yang berkaitan dengan auditor
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)
65
itu sendiri. Apakah auditor memiliki
benturan kepentingan yang membuatnya
tidak independen (independency in fact)
atau terkesan tidak independen (indepen-
dency in appearance). Auditor juga
mempertimbangkan kemampuan untuk
memahami kompleksitas lingkungan bisnis
calon klien. 2) Keadaan yang berkenaan
dengan perusahaan yang akan diaudit. Hal-
hal khusus, pemegang kepentingan,
eksekutif puncak, risiko luar biasa
merupakan contoh hal yang dijadikan
pertimbangan.
Pengembangan Hipotesis
Kualitas audit memiliki pergerakan
parabolik terhadap auditor tenure (Brooks,
2011). Learnings effect yang terjadi sejak
masa awal penugasan meningkatkan
kualitas audit hingga suatu saat tidak ada
lagi hal baru yang dapat dipelajari auditor.
Kualitas audit kemudian mengalami
penurunan seiring melemahnya learnings
effect dan menguatnya bonding effect yang
terjadi. Chi dan Huang (2005) mendoku-
mentasikan bahwa titik balik peningkatan
kualitas audit terhadap audit tenure
perusahaan-perusahaan di Taiwan berada
pada kisaran 5 tahun setelah penugasan
pertama. Sementara Brooks (2011) mela-
kukan penelitian pada perusahaan-
perusahaan di Amerika Serikat dan
menemukan bahwa titik balik kualitas
audit berada pada kisaran 12 tahun. Dua
hasil penelitian tersebut mengindikasikan
bahwa pada jangka panjang kualitas audit
cenderung menurun seiring bertambahnya
masa perikatan dengan klien.
Carey dan Simnett (2006)
mengkonfirmasikan adanya penurunan
kualitas audit pada masa perikatan yang
panjang dengan klien dalam hasil
penelitiannya. Penurunan ini diindikasikan
oleh ketidakmampuan memenuhi earnings
benchmark, going concern opinion yang
diterima dan tingkat abnormal working
capital accruals yang diperoleh dari
perhitungan berdasarkan informasi pada
laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan
argumen-argumen tersebut di atas,
hipotesis yang diajukan terkait audit tenure
adalah sebagai berikut:
H1: Audit tenure berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit
METODA PENELITIAN
Variabel dependen penelitian ini adalah
kualitas audit. Kualitas audit diukur
dengan earnings benchmark dalam Carey
dan Simnett (2006). Kualitas audit diukur
terkait dengan manajemen laba yang
dilakukan perusahaan, apakah auditor
mampu mengungkap dan melaporkan
adanya manajemen laba tersebut ataukah
tidak. Salah satu manajemen laba yang
dapat dilakukan adalah menghindari
pelaporan kerugian. Formula yang dapat
dipakai untuk penghindaran pelaporan
kerugian tersebut adalah earnings/total
assets. Oleh karena itu, earnings/total
assets atau yang lebih sering dikenal
dengan ROA (return on assets) dipilih
menjadi tolok ukur penentu kualitas audit.
Earnings benchmark yang digunakan
adalah antara μ-σ hingga μ+σ.
Kualitas audit diasumsikan buruk
apabila: 1) laba melebihi earnings
benchmark ROA > μ+σ, yang diartikan
bahwa auditor memberi kesempatan kepa-
da perusahaan untuk melakukan praktik
window dressing (usaha manajemen
untuk meningkatkan laba sehingga
manajemen dapat menikmati bonus di
masa kini). 2) Rugi melebihi earnings
benchmark ROA < μ-σ, yang diartikan
bahwa auditor memberi kesempatan
perusahaan untuk melakukan praktik
taking a bath (usaha manajemen untuk
meningkatkan rugi dengan harapan
manajemen akan mendapat bonus di masa
depan karena laba yang meningkat).
Variabel kualitas audit
diformulasikan sebagai berikut: 1)
BENCH = 1 memenuhi kriteria μ-σ <
JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014
66
ROA < μ+σ, menunjukkan kualitas audit
yang tinggi. 2) BENCH = 0 untuk ROA
> μ+σ di mana manajemen melakukan
praktik window dressing atau ROA < μ-
σ di mana manajemen melakukan
praktik taking a bath, yang
menunjukkan kualitas audit yang rendah.
Variabel independen pada
penelitian ini adalah audit tenure. Audit
tenure ditentukan dengan melihat laporan
keuangan auditan perusahaan selama 11
tahun berturut-turut, yaitu tahun 2012
kemudian ditelusur hingga tahun 2002.
Pemilihan durasi penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh penilaian yang
memadai mengenai masa perikatan
auditor. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK. 01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik Pasal 3 ayat 1 menyatakan
bahwa pemberian jasa audit umum atas
laporan keuangan dari suatu entitas
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6
(enam) tahun buku berturut-turut. Audit
tenure ditentukan menurut jumlah tahun
perikatan audit sebenarnya.
Penelitian ini menggunakan tiga
variabel kontrol yaitu: Pertama, variabel
dummy ukuran auditor yang ditentukan
berdasarkan kategori Big 4 atau non-Big 4
(Carey dan Simnett,2006). DeAngelo
(1981) berpendapat bahwa kedua indikator
kualitas audit yakni kompetensi dan
independensi hanya dimiliki oleh KAP
berukuran besar. Pendapat ini didukung
oleh Chi dan Huang (2005) dan Becker
dkk (1998). KAP berukuran besar lebih
cepat dalam memahami lingkungan bisnis
klien dengan dukungan sumber daya yang
dimiliki serta lebih resisten terhadap
bonding effect yang mungkin terjadi.
Kwon (2012) berargumen jika auditor dan
klien sama-sama memiliki ukuran yang
relatif kecil, maka ada probabilitas yang
besar bahwa penghasilan auditor akan
tergantung pada fee audit yang dibayarkan
kliennya. Oleh karena itu, auditor
berukuran kecil cenderung tidak
independen terhadap kliennya, sebaliknya
auditor berukuran besar cenderung lebih
independen terhadap kliennya, baik ketika
kliennya berukuran besar maupun kecil.
Kedua, Log normal total aset
perusahaan digunakan sebagai ukuran
perusahaan klien (Doogar dan Easley,
1998 dalam Rosietta dan Wibowo, 2009).
Ukuran perusahaan yang besar terkait
dengan dukungan sumber daya yang lebih
baik untuk menghasilkan informasi keu-
angan yang berkualitas. Ketiga debt ratio
(total liabilities/total assets) digunakan
sebagai ukuran leverage perusahaan klien
(Gunny, 2007 dalam Rosietta dan
Wibowo, 2009). Rasio leverage menun-
jukkan komposisi pembiayaan aset dari
utang atau modal. Perusahaan dengan rasio
leverage yang tinggi diasumsikan memiliki
kecenderungan yang lebih untuk
melakukan manipulasi informasi keuangan
dengan tujuan menjamin kepercayaan
kreditor dan atau pihak lain yang
memberikan pendanaan.
Populasi penelitian ini adalah
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Kriteria purposive
sampling yang diterapkan adalah: 1)
Perusahaan manufaktur yang sahamnya
tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak
tahun 2002 hingga 2012; 2) Informasi
keuangan perusahaan tersedia untuk tahun
2002 sampai dengan 2012; 3) Informasi
auditor yang mengaudit laporan
keuangan perusahaan tersedia untuk
tahun 2002 sampai dengan 2012.
Data penelitian menggunakan data
sekunder, yaitu data yang diambil dari
ICMD (Indonesian Capital Market
Directory) tahun 2002-2012. Sampel yang
berhasil dikumpulkan dengan metode
purposive sampling dalam penelitian ini
sebanyak 1.133 data dari 103 perusahaan
sampel selama 11 tahun. Sebanyak 5
perusahaan tidak disertakan dalam
pengujian karena data auditor laporan
keuangan tidak lengkap.
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)
67
Tabel 1
Pengambilan Sampel Penelitian
Kriteria Purposive Sampling Jumlah
Perusahaan Manufaktur terdaftar di BEI tahun 2002 - 2012 108
Perusahaan dengan data tidak lengkap -5
Jumlah sampel per tahun 103
Jumlah data point keseluruhan (11 tahun pengamatan) 1.133
Model Statistik
Penelitian ini menggunakan
model Carey dan Simnett (2006) yaitu
dengan pendekatan earnings surprise
benchmark. Penggunaan model statistik ini
berdasarkan variabel dummy dependen-
nya. Formulasi logistic regression:
Pr (BENCH=1 atau 0) = β0+β1TEN+
β2AUD+β3SIZE+β4LEV+e
Hasil statistik deskriptif menun-
jukkan rata-rata ROA sampel adalah
sebesar 6,5%. Sebanyak 981 sampel
memenuhi earnings benchmark yang
diartikan memiliki kualitas audit yang
tinggi sementara 152 sampel gagal
memenuhi earnings benchmark atau
memiliki kualitas audit yang rendah.
Sebanyak 606 sampel diaudit oleh auditor
Big 4 sementara 527 sisanya diaudit
auditor non Big 4. Perusahaan yang
menjadi sampel penelitian memiliki rata-
rata total aset senilai Rp. 984.609.111.229
(diperoleh dari hasil EXP 13,80 dan data
dalam satuan juta) dengan rata-rata
perbandingan hutang terhadap modal
sebesar 61%. Dilihat dari masa perikatan
audit, rata-rata masa perikatan audit yang
dimiliki sampel sebesar 3,81 (3 hingga 4
tahun).
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel
Variable Mean St.
Dev.
Minimum Maximum
Value Freq. Value Freq.
ROA 0,065 0,218 -1,44 1 4,68 1
BENCH 1 0 0 152 1 981
TEN 3,81 2,74 1 227 12 19
TEN ≤ 2 0,412 0,492 0 666 1 467
2 < TEN ≤ 7 0,472 0,499 0 598 1 535
TEN > 7 0,116 0,319 0 1002 1 131
AUD 1 0 0 527 1 606
LEV 0,61 0,47 0,04 1 5,16 1
SIZE 13,80 1,55 10,06 1 19,02 1
Untuk melihat distribusi frekuensi
masa perikatan yang dimiliki sampel,
variabel TEN dikategorikan menjadi 3
kelompok yaitu masa perikatan singkat
JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014
68
(TEN tidak lebih dari 2 tahun), masa
perikatan medium (TEN antara 3 hingga 7
tahun) dan masa perikatan panjang (TEN
lebih dari 7 tahun). Sampel yang memiliki
masa perikatan lebih dari 7 tahun sebanyak
131 sampel, sebanyak 535 sampel
memiliki masa perikatan antara 3 hingga 7
tahun sementara terdapat 467 sampel yang
memiliki masa perikatan kurang dari atau
sama dengan 2 tahun.
Tabel 3
Frekuensi Earnings Benchmark
TEN Singkat TEN Medium TEN Panjang TOTAL
BENCH = 0 54 (12%) 68 (13%) 29 (22%) 151
BENCH = 1 413 (88%) 467 (87%) 102 (78%) 982
Total 467 (100%) 535 (100%) 131 (100%) 1133
Hosmer dan Lemeshow Goodness
of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa
data empiris sesuai dengan model.
Tabel 4
Hasil Uji Kelayakan Model
Step Chi-square df Sig.
1 10.048 8 .262
Nilai Chi-square sebesar 10,048 dengan
signifikansi 0,262. Nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 yang berarti model ini
memenuhi syarat prediktif bagi nilai
observasinya.
Uji ketepatan model bertujuan
untuk mengetahui seberapa tingkat
ketepatan model dalam menggambarkan
situasi yang diteliti.
Tabel 5
Hasil Uji Ketepatan Model
Predicted
BENCH Percentage
Correct Observed 0 1
Step 1 BENCH = 0 2 149 1,3
BENCH = 1 4 978 99,6
Overall Percentage 86,5
Tabel klasifikasi menunjukkan prosentase
ketepatan model menjelaskan situasi yang
diamati sebesar 86,5%. Tingkat ketepatan
ini cukup memberikan keyakinan bahwa
model relatif dapat menggambarkan feno-
mena yang diamati.
Koefisien hasil regresi dapat dilihat
pada kolom B. Nilai positif ataupun negatif
juga mengikuti nilai yang tertera pada
kolom B.
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)
69
Tabel 6
Hasil Uji Regresi
B S.E. Wald
df Sig. Exp(B)
Step 1a
TEN -0,069 0,032 4,606 1 0,032 0,933
LEV -0,871 0,160 29,525 1 0,000 0,419
SIZE 0,169 0,016 115,69 1 0,000 1,184
AUD 0,961 0,194 24,441 1 0,000 2,615
Koefisien regresi TEN sebesar
0,069 dengan nilai negatif menunjukkan
bahwa masa perikatan audit yang lebih
lama akan menurunkan kualitas audit.
Koefisien regresi LEV sebesar 0,871
dengan nilai negatif menunjukkan bahwa
ukuran leverage perusahaan yang lebih
tinggi akan menurunkan kualitas audit.
Koefisien regresi SIZE sebesar 0,169
dengan nilai positif menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan yang lebih besar akan
meningkatkan kualitas audit. Koefisien
regresi AUD sebesar 0,961 dengan nilai
positif menunjukkan bahwa auditor yang
lebih besar akan meningkatkan kualitas
audit.
Variabel independen TEN
signifikan pada signifikansi 0,032. Hasil
regresi menunjukkan hubungan negatif
antara masa perikatan auditor dengan
kualitas audit. H1 diterima, auditor tenure
berpengaruh negatif terhadap kualitas
audit. Variabel kontrol LEV signifikan
pada signifikansi 0,000. Hasil regresi
menunjukkan hubungan negatif antara
leverage dengan kualitas audit. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap
kualitas audit. Variabel kontrol SIZE
signifikan pada signifikansi 0,000. Hasil
regresi menunjukkan hubungan positif
antara ukuran perusahaan klien dengan
kualitas audit. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
klien berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Variabel kontrol AUD signifikan
pada signifikansi 0,000. Hasil regresi
menunjukkan hubungan positif antara
auditor size dengan kualitas audit. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
auditor size berpengaruh positif terhadap
kualitas audit.
Berdasarkan hasil analisis data,
masa perikatan audit berhubungan negatif
dengan kualitas audit. Penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh masa
perikatan auditor terhadap kualitas audit.
Hasil penelitian ini senada dengan
penelitian Carey dan Simnett (2006) yang
mendokumentasikan adanya penurunan
kualitas audit dalam asosiasi dengan masa
perikatan audit yang lama. Sebaliknya, Ho
(2010) menemukan adanya kecenderungan
perusahaan untuk tidak melakukan upward
earnings management pada masa perikatan
audit yang lama.
Ketika masa perikatan auditor
dengan klien kian bertambah, auditor akan
mengalami penurunan tingkat indepen-
densi dalam melaksanakan tugasnya. Hal
ini dibuktikan dengan nilai koefisien
bernilai negatif. Ketergantungan finansial
sangat mungkin terjadi mengingat klienlah
yang membayar audit fee yang menjadi
sumber penghasilan auditor. Hal ini
menjadikan auditor lebih toleran dan
memberi keleluasaan yang lebih kepada
kliennya untuk melakukan adjusments atas
informasi keuangan perusahaannya. Jika
auditor dan klien sama-sama memiliki
ukuran yang relatif kecil, maka ada
probabilitas yang tinggi bahwa
penghasilan auditor akan tergantung pada
fee audit yang dibayarkan kliennya. Oleh
JRAK, Volume 10, No.1 Februari 2014
70
karena itu, auditor berukuran kecil
cenderung tidak independen terhadap
kliennya. Sebaliknya, jika auditor
berukuran besar, maka auditor cenderung
lebih independen terhadap kliennya, baik
ketika kliennya berukuran besar maupun
kecil. Argumentasi terkait ukuran auditor
(dalam penelitian ini ukuran KAP) tersebut
didukung pula dengan nilai koefisien AUD
yang bernilai positif dan signifikan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan
mengacu pada perumusan serta tujuan dari
penelitian ini, kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa masa perikatan auditor
berpengaruh negatif terhadap kualitas
audit. Penelitian ini menambah literatur
mengenai pengaruh independensi auditor
yang diproksikan dengan masa perikatan
audit terhadap kualitas audit yang diukur
berdasarkan tingkat kewajaran informasi
keuangan hasil audit. Hasil penelitian yang
menunjukkan adanya pengaruh negatif dan
signifikan antara masa perikatan dengan
kualitas audit mendukung hipotesis awal
penelitian ini.
Saran penulis bagi penelitian
selanjutnya dengan mempertimbangkan
keterbatasan – keterbatasan yang ada
dalam penelitian ini adalah 1) Penggunaan
earnings benchmark sebagai indikator
kualitas audit memiliki keterbatasan: (i)
informasi laba yang dijadikan acuan
berasal dari perusahaan klien, sehingga
tidak sepenuhnya mencerminkan kualitas
audit yang melibatkan auditor; (ii) nilai
benchmark ditentukan berdasarkan rata-
rata ROA sampel penelitian tanpa
memperhitungkan fenomena spesifik yang
terjadi (seperti krisis ekonomi) dan 2)
Penilaian kualitas audit belum mencakup
hal-hal lain yang dapat menggambarkan
kualitas audit seperti hal-hal yang terkait
kondisi pengendalian internal perusahaan,
tingkat spesialisasi auditor atau opini audit
yang diterima perusahaan. Maka untuk
penelitian berikutnya dapat menambahkan
variabel lain yang diperkirakan dapat
mempengaruhi kualitas audit atau dimensi
pengukuran lain yang berhubungan dengan
kualitas audit seperti spesialisasi auditor,
faktor internal perusahaan (misalnya,
pengendalian internal, efektivitas komite
audit dan dewan komisaris independen)
dan opini audit.
Sementara model statistik yang
dikembangkan dalam penelitian ini belum
mencakup kemungkinan adanya
pergerakan parabolik antara masa
perikatan audit terhadap kualitas audit.
Model yang dikembangkan masih sebatas
fungsi linear (garis lurus) saja. Penelitian
berikutnya dapat menggunakan model
statistik yang memperhitungkan fungsi
kuadratis masa perikatan audit terhadap
kualitas audit, seperti yang dilakukan oleh
Brooks (2011) dan Chi dan Huang (2005)
dengan rentang waktu penelitian yang
lebih panjang.
DAFTAR REFERENSI
Brooks, Li Zheng. 2011. Auditor Tenure
and Audit Quality. Disertasi, di
Louisiana State University.
Carey, P. and Simnett, R. 2006. Audit
Partner Tenure and Audit Quality.
The Accounting Review, 8(3): 653-
676
Chi, W., and Huang, H. 2005.
Discretionary Accruals, Audit-Firm
Tenure and Auditor Tenure: An
empirical case in Taiwan. Journal of
Contemporary Accounting and
Economics, 65-92
DeAngelo, L.E. 1981. Auditor Size and
Audit Quality. Journal of Accounting
and Economics, 3, 83-199.
KUALITAS AUDIT DAN AUDIT TENURE…………………............................………………………………...(Reygen Pramana Jati)
71
Ho, L. J., Liu C., and Schaefer T. 2010.
Audit tenure and earnings surprise
management. Review of Accounting
and Finance, 9 (2):116-138.
Institute for Economic and Financial
Research. 2002-2013. Indonesia
Capital Market Directory (2002-
2013)
Institut Akuntan Indonesia (2001).
Standar Profesional Akuntan
Publik. Jakarta. Salemba Empat
Jensen, M.C., and Meckling, W.H.
1976. Theory of The Firm:
Managerial Behaviour Agency Cost
and Ownership Structure. Jurnal Of
Finance Economic, 3 (4): 305-360
Menon, K., and William, D. 2004.
Former Audit Partners and
Abnormal Accruals. The Accounting
Review, 79 (4): 1095-1118
Rosietta, H. and Wibowo, A. 2009.
Faktor-Faktor Determinasi Kualitas
Audit, Suatu Studi dengan
Pendekatan Earnings Surprise
Benchmark.
Suprapto. 2013. The Effect of Audit
Partner Rotation and Audit Firm’s
Annual Fees on Audit Quality. Tesis.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Tuanakotta, Th. M. 2011. Berpikir Kritis
dalam AUDITING. Jakarta.
Salemba Empat
Weiner J. 2012. Auditor Size vs. Audit
Quality: An Analysis of Auditor
Switches. Honors College Thesis.