laporan modul 2 kimia analitik dan analisa laboratorium air laut: pengukuran konsentrasi phosfat...
DESCRIPTION
Kimia analitik merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia yang berhubungan dengan menentukan suatu senyawa dalam suatu substansi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif memberikan informasi identitas kimia dari senyawa dan sampel. Sedangkan analisa kuantitatif menghasilkan informasi angka pada jumlah relatif (konsentrasi) dari satu atau lebih senyawa atau unsur.Spektrofotometer merupakan salah satu instrumen dalam kimia analitik. Padrinsipnya, ide spektrofotometer adalah kolorimetri (metode klasiknya) yaitu menentukan konsentrasi suatu larutan berdasarkan kepekatan warna. Bedanya adalah melalui kolorimetri tidak bisa ditentukan nilai mutlak konsentrasinya, hanya bisa ditentukan relatif terhadap yang lain, sedangkan pada spektrofometer bisa ditentukan langsung nilai konsentrasinya (ada angkanya). Pada sprektrofotometer setiap larutan harus berwarna karena akan disinari oleh cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yang mana panjang gelombang ini akan diserap dan diteruskan. Banyakya serapan akan sebanding dengan konsentrasi larutan. Warna bening tidak akan menghasilkan nilai absorbansi karena pada warna bening tidak ada panjang gelombang yang diserap.TRANSCRIPT
PENGUKURAN KONSENTRASI FOSFAT INORGANIK TERLARUT (DIP)
Oleh:
Randi Firdaus
26020212130059
Tim Assisten:Christiani Silalahi : K2E 009 015Izzuddin Al Faruqi : K2E 008 028M. Husni : K2E 009 014Sri Rejeki Hutasoit : K2E 009 075Zaenab Listiarani : K2E 009 008Tria Dewi Anggraeni : 26020211130053Zanet April : 26020211120005Arintika Widhayanti : 26020211130064
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFIJURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Pengukuran Konsentrasi Fosfat Inorganik Terlarut (DIP)
Nama Mahasiswa : Randi Firdaus
NIM : 26020212130059
Jurusan/Program Studi : Ilmu Kelautan/Oseanografi
Mengetahui,
Assisten Praktikum
Sri Rejeki HutasoitNIM. KDE 009 075
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kimia analitik merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia yang berhubungan
dengan menentukan suatu senyawa dalam suatu substansi baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Analisa kualitatif memberikan informasi identitas kimia dari senyawa dan sampel.
Sedangkan analisa kuantitatif menghasilkan informasi angka pada jumlah relatif (konsentrasi)
dari satu atau lebih senyawa atau unsur.
Fosfor merupakan unsur hara mikro adalah satu dari tiga penyusun senyawa (nutrien)
yang sangat diperlukan untuk oertumbuhan fitoplankton (organisme autotrofik) di perairan
laut. Pengkayaan nutrien di perairan pantai dan estuarin sebagai penyebab terjadinya red tide
(Thomas dan Baden, 1993 dalam Muslim dkk, 2013).
Fosfat merupakan salah satu dari unsur hara (nutrisi) yang diperlukan oleh flora
(tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Fosfat adalah senyawa
fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor yang dilengkapi oleh empat atom oksigen
terletak pada sudut tetrahedron. Ada 3 jenis asam fosfat yang dikenal yaitu asam ortofosfat
(H3PO4), asam pirofosfat (H4P2O7) dan asam metafosfat (HPO(3-)). Ortofosfat adalah fosfat
yang paling penting (Saragih, 2009).
Spektrofotometer merupakan salah satu instrumen dalam kimia analitik. Pada
prinsipnya, ide spektrofotometer adalah kolorimetri (metode klasiknya) yaitu menentukan
konsentrasi suatu larutan berdasarkan kepekatan warna. Bedanya adalah melalui kolorimetri
tidak bisa ditentukan nilai mutlak konsentrasinya, hanya bisa ditentukan relatif terhadap yang
lain, sedangkan pada spektrofometer bisa ditentukan langsung nilai konsentrasinya (ada
angkanya). Pada sprektrofotometer setiap larutan harus berwarna karena akan disinari oleh
cahaya dengan panjang gelombang tertentu, yang mana panjang gelombang ini akan diserap
dan diteruskan. Banyakya serapan akan sebanding dengan konsentrasi larutan. Warna bening
tidak akan menghasilkan nilai absorbansi karena pada warna bening tidak ada panjang
gelombang yang diserap.
I.2 Tujuan
Tujuan praktikum pengukuran konsentrasi posfat inorganik terlarut adalah mahasiswa
mampu:
1. Membuat larutan yang dibutuhkan dalam analisa posfat.
2. Menganalisis kandungan posfat inorganik terlarut dalam sampel air dengan
menggunakan spektrofotometer.
1.3. Lokasi dan Waktu penelitian
Praktikum modul 2 tentang pengukuran konsentrasi fosfat inorganik terlarut
dilaksanakan pada hari Sabtu pada tanggal 19 Oktober pukul 13.00 WIB sampai dengan
pukul 15.30 WIB yang bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Nutrien
Unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) merupakan unsur hara (nutrisi) yang diperlukan
oleh flora (tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Unsur-unsur
tersebut ada dalam bentuk nitrat (NO3) dan fosfat (PO4). Unsur-unsur kimia ini bersama-
sama dengan unsur-unsur lainnya seperti belerang (S), kalium (K) dan karbon (C) disebut
juga unsur hara (nutrien). Zat-zat hara ini dibutuhkan oleh fitoplankton maupun tanaman
yang hidup di laut untuk pertumbuhannya. Fitoplankton selanjutnya akan dimakan oleh
zooplankton (fauna kecil yang hidup di permukaan air), zooplankton dan tanaman akan
dimakan oleh ikan-ikan kecil, ikan-ikan kecil akan dimakan oleh ikan besar dan demikian
seterusnya (Subiyakto, 1994 dalam Edward dan Tarigan, 2003).
Berdasarkan ukurannya, nutrien inorganik terlarut merupakan nutrien dalam air laut
yang dapat melewati kertas saring berpori 0,45 μm. Sedangkan berdasarkan komposisinya,
nutrien inorganik terlarut terdiri atas nitrogen inorganik terlarut, fosfat inorganik terlarut, dan
silikat inorganik terlarut. Nitrogen inorganik terlarut terdapat dalam bentuk amonia (NH3),
nitrat (NO3-), dan nitrit (NO2-), fosfat inorganik terlarut terdapat dalam bentuk ortofosfat
(PO43-), dan silikatinorganik terlarut terdapat dalam bentuk silikat SiO2. Pengukuran
konsentrasi nutrien inorganik terlarut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode.
Namun metode apapun yang digunakan prinsip pengukurannya harus berdasarkan pada
pembentukan indikator akhir yang digunakan sebagai ciri dari masingmasing bentuk nutrien
terlarut (Alianto dkk, 2009).
Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif, namun pada
tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya adalah
adanya peningkatan produksi fitoplankton dan total produksi ikan (Jones-Lee & Lee, 2005;
Gypens et al., 2009 dalam Risamasu dan Prayitno, 2011) sedangkan dampak negatifnya
adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan, penurunan biodiversitas dan
terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya
yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau HABs (Howart et al.,
2000; Gypens et al., 2009 dalam Risamasu dan Prayitno, 2011).
Zat hara yang umum menjadi fokus perhatian di lingkungan perairan adalah fosfor
dan nitrogen. Kedua unsur ini memiliki peran vital bagi pertumbuhan fitoplankton atau alga
yang biasa digunakan sebagai indikator kualitas air dan tingkat kesuburan suatu perairan
(Howart et al., 2000; Fachrul et al., 2005 dalam Risamasu dan Prayitno, 2011). Di dalam
alga, perbandingan nitrogen dan fosfor mendekati rasio Redfield sebesar 16:1 (basis atom)
atau 7,5:1 (basis massa) (Vaulot, 2001; Jones-Lee dan Lee, 2005 dalam Risamasu dan
Prayitno, 2011). Selain fosfor dan nitrogen, unsur lain yang juga cukup mendapat perhatian
adalah silikon. Silikon terlarut merupakan unsur hara yang penting bagi produktivitas primer
(Papush & Danielsson, 2006 dalam Risamasu dan Prayitno, 2011). Silikon juga merupakan
unsur hara yang berperan sebagai regulator bagi kompetisi fitoplankton, di mana diatom
selalu mendominasi populasi fitoplankton pada konsentrasi silikat yang tinggi (Egge dan
Aksnes, 1992 dalam Risamasu dan Prayitno, 2011).
II.1.1 Posfat
Fospor merupakan salah satu unsur hara (nutrisi) yang dibutuhkan oleh organisme
perairan (Nybakken, 1985 dalam Marabessy dan Edward, 2001). Fosfor di alam tidak
dijumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam bentuj terikat dengan unsur lain
membentuk senyawa. Di laut fosfor dijumpai dalam keadaan terlarut dan tersuspensi atau
terikat di dalam sel organisme dalam air. Fosfor terlarut hampir semuanya ditentukan oleh
persentase ion-ion ortofosfat yaitu H2PO4(-), H2PO4 (-2) dan PO4 (-3) (Alaert et al.,1984
dalam Marabessy dan Edward, 2001).
Fosfat adalah senyawa fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor yang
dilengkapi oleh empat atom oksigen terletak pada sudut tetrahedron. Ada 3 jenis asam fosfat
yang dikenal yaitu asam ortofosfat (H3PO4), asam pirofosfat (H4P2O7) dan asam metafosfat
(HPO-3). Ortofosfat adalah fosfat yang paling penting (Saragih, 2009).
Pengukuran ortofosfat yang dijadikan indikator adalah berdasarkan pada pembentukan
senyawa kompleks molibdenum biru. Sedangkan pada pengukuran silikat indikatornya
berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks silikomolibdat yang berwarna kuning
(Alianto dkk, 2009).
Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: perairan
dengan tingkat kesuburan rendah yang memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0 – 0.02
mg/liter; perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat 0.021 – 0.05
mg/liter; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, memiliki kadar fosfat total 0.051 –
0.1 mg/liter (Effendi, 2003).
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan
penyusun boisfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi, keberadaan
fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi
tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi
tumbuhan dan algae akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktivitas
perairan. Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa
unsur-unsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan
tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus organik anorganik adalah siklus unsur atau senyawa
kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-
reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia (Anonim, 2005).
Fosfat dalam air laut berbentuk ion fosfat. Ion fosfat dibutuhkan pada proses
fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan (bentuk ATP dan Nukleotid koenzim).
Penyerapan dari fosfat dapat berlangsung terus walaupun dalam keadaan gelap. Ortofosfat
(H3PO4) adalah bentuk fosfat anorganik yang paling banyak terdapat dalam siklus fosfat.
Distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan
fisik. Dipermukaan air, fosfat di angkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis.
Konsentrasi fosfat di atas 0,3 µm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak
spesies fitoplankton. Untuk konsentrasi dibawah 0,3 µm ada bagian sel yang cocok
menghalangi dan sel fosfat kurang diproduksi. Mungkin hal ini tidak akan terjadi di laut sejak
NO3 selalu habis sebelum PO4 jatuh ke tingkat yang kritis. Pada musim panas, permukaan air
mendekati 50% seperti organik-P. Di laut dalam kebanyakan P berbentuk inorganik. Di
musim dingin hampir semua P adalah inorganik. Variasi di perairan pantai terjadi karena
proses upwelling dan kelimpahan fitoplankton. Pencampuran yang terjadi
dipermukaan pada musim dingin dapat disebabkan oleh bentuk linear di air dangkal. Setelah
musim dingin dan musim panas kelimpahan fosfat akan sangat berkurang (Anonim, 2005).
II.1.2 Sumber Posfat
Sumber fosfat di perairan pesisir dan paparan benua adalah sungai, karena sungai
membawa hanyutan-hanyutan sampah maupun sumber fosfat lainnya dari darat, disamping
itu dapat pula berasal dari hutan bakau dan lamun melalui dekomposisi serasah. Di laut
dalam, sumber fosfat adalah batu-batuan dan endapan-endapan atau sedimen yang terbentuk
pada tahun-tahun geologi masa lalu yang secara berangsur-angsur mengalami pengikisan dan
melepaskan fosfat ke perairan. Dengan demikian sedimen berperan utama dalam
menyediakan fosfor di banyak perairan (Connel et al., 1995 dalam Marabessy dan Edwar,
2001).
Fosfat yang terdapat di perairan bersumber dari air buangan penduduk (limbah rumah
tangga) berupa deterjen, residu hasil pertanian (pupuk), limbah industri, hancuran bahan
organik dan mineral fosfat (Saeni, 1989). Umumnya kandungan fosfat dalam perairan alami
sangat kecil dan tidak pernah melampaui 0,1 mg/l, kecuali bila ada penambahan dari luar oleh
faktor antropogenik seperti dari sisa pakan ikan dan limbah pertanian (Kevern, 1982).
Sumber fosfat diperairan laut pada wilayah pesisir dan paparan benua adalah sungai.
Karena sungai membawa hanyutan sampah maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga
sumber fosfat dimuara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan
terurai menjadi senyawa ionisasi, antara lain dalam bentuk ion H2PO4-, HPO4
2-, PO43-. Fosfat
diabsorpsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat
dalam perairan berasal daari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan
pelapukan tumbuhan, dan dari laut sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air laut, akan
menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang akhirnya dapat
menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat untuk pertumbuhan
plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter (Hutagalung et al, 1997).
II.1.3 Peranan Posfat di Perairan
Perubahan kandungan fosfat di laut dapat dijadikan sebagai indikator dari pergerakan
massa air dan indek pertumbuhan tanaman dan produktivitas (Marabessy dan Edward, 2001).
Zat hara fosfat, nitrat, dan silikat merupakan senyawa kimia yang memiliki peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan biota laut (Patriquin, 1972, Dennison and Short, 1987
dalam Muchtar, 2012). Ketiga zat hara ini, berperan penting terhadap pembentukan sel
jaringan jasad hidup organisme laut. Fitoplankton merupakan salah satu parameter biologi
yang erat hubungannya dengan zat hara tersebut (Nybakken, 1988 dalam Muchtar, 2012),
karena ketiga zat hara tersebut merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Jones-Lee and Lee (2005) dalam
Muchtar (2012) juga mengatakan bahwa nitrogen dan fosfor merupakan dua parameter yang
sangat berpengaruh dalam kehidupan biota laut.
Senyawa-senyawa phosfat dan nitrogen seperti amoniak, nitrat dan nitrit yang terdapat
di tambak. Senyawa tersebut bersifat metabolitoksik dan sangat berbahaya bagi perikanan
tambak. Keberadaan phosfat secara belebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen
dapat menstimulir ledakkan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom) (Hendrawati dkk,
2009). Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air, yang
selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang
menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup mengandung phosfat,
algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena yang demikian
dikenal dengan istilah konsumsi lebih (luxury consumption) (Effendi, 2003 dalam
Hendrawati dkk, 2009).
Keberadaan fosfor diperairan alami biasanya relative kecil, dengan kadar yang lebih
sedikit dari pada kadar nitrogen. Fosfor tidak bersifat toksik bagi manusia, hewan, dan ikan.
Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat
menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom). Algae yang berlimpah ini
dapat membentuk lapisan pada permukaan air, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi
oksigen dan cahaya mathari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada
saat perairan cukup mengandung fosfor, algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi
kebutuhannya. Fenomena yang demikian dikenal istilah konsumsi berlebih (luxury
consumption). Kelebihan fosfor yang diserap akan dimanfaatkan pada saat perairan
mengalami defisiensi fosfor, sehingga algae masih dapat hidup untuk beberapa waktuselama
periode kekeurangan pasokan fosfor (Effendi 2003).
Fosfor berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP
(Adenosine Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). Ortofosfat yang merupakan
produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk fosfor yang paling sederhana di
perairan. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat
terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfat. Setelah masuk kedalam
tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi
organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri [Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan
mengendap didasar perairan. Pada saat terjadi kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini
mengalami reduksi menjadi ion besi valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan
fosfat keperairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat diperairan (Effendi 2003).
III. MATERI METODE
3.1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1. Alat dan Bahan Praktikum beserta Kegunaannya
Nama Gambar KegunaanSpektrofotometer UV-Vis
Mengukur absorbansi larutan
Kuvet Wadah larutan yang akan diketahui absorbansinya
Labu ukur 100 ml Tempat mengencerkan larutan
Pipet gondok (1 ml, 5 ml, 10 ml)
Mengambil zat cair tepat pada volume 1 ml,, 5 ml dan 10 ml
Beaker glass 50 ml Wadah larutan pewarna setelah dihomogenisasi
Botol Reagen Tempat reagen atau tempat larutan standar (pada praktikum ini sebagai tempat pewarna)
Botol Sebagai wadah terakhir larutan sebelum dimasukkan ke chuvet
Tabung Reaksi Fungsi pada praktikum ini sama dengan fungsi botol, dikarenakan jumlah botol yang tidak memadai
Filter Holder Menyaring sampel pada
Vacum pump Mempercepat aliran air saat di-filter
Kertas saring 0,45 µm Menyaring sampel yang ukuran partikelnya terlarutnya lebih dari ... mikron
Pipet Ukur Mengambil larutan reagen tepat pada volume 1 ml.
Tisu Membersihkan sisa-sisa air pada botol. Sebagai alas untuk kuvet sebelum dimasukkan ke spektrofotometer
Aquabides Sebagai pelarut dalam pengenceran
Sampel Air Laut Substansi akan akan dicari kandungan fosfat inorganik terlarutnya
Mix Reagen (larutan ammonium heptamolibdat, larutan asam sulfat, larutan asam askorbit, larutan potassium antimonil tartat)
Sebagai indikator, menjadikan larutan sampel berwarna, sehingga bisa dicari absorbansi melalui spektrofotometer
Larutan standar fosfat Untuk membuat kurva kalibrasi.
3.2 Metode
Pada praktikum ini dilakukan pengenceran larutan standar fosfat, serta direaksikan
dengan mix reagen untuk diukur absorbansinya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Membuat (Menyiapkan/prepare) Larutan yang akan diukur absobansi
1. Larutan Blank
Masukkan 100 ml aquades kedalam labu ukur 100 ml.
Masukkan 50 ml aquades yang ada pada labu ukur 100 ml ke dalam gelas bekker 50
ml.
Dengan menggunakan pipet gondok 10 ml, ambil aquades yang ada pada gelas
bekker tersebut hingga tepat pada batas tera pipet gondok, kemudian masukkan ke
dalam botol.
Masukkan aquades (larutan blank) yang ada dibotol kedalam kuvet hingga batas tera
pada cuvet.
2. Pembuatan Larutan Standar Fosfat (Pengenceran)
Ambil 3 ml lautan standar fosfat menggunakan pipet gondok 1 ml sebanyak 3 kali
kemudian dimasukkan ke labu takar.
Masukkan air AC ke labu takar hingga batas tera yang ada pada labu dengan teliti,
tidak boleh melebihi batas tera.
Tutup labu ukur pakai penutup kemudian larutan dikocok hingga homogen.
Masukkan larutan standar fosfat yang telah diencerkan tersebut ke dalam gelas
bekker.
Dengan menggunakan pipet gondok 10 ml, ambilah larutan tersebut (yang ada pada
gelas bekker) hingga batas tera pipet gondok lalu pindahkan ke botol ataupun tabung
reaksi.
Tambahkan mix reagen sebanyak 1 ml ke botol dan tabung reaksi yang berisi larutan
standar hasil pengenceran.
Diamkan selama 15 menit.
Dari botol dan tabung reaksi, larutan hasil pengenceran dituangkan ke kuvet tepat
pada batas tera di kuvet.
Lakukan hal yang sama untuk pengenceran larutan dari 9 ml, 15 ml, dan 30 ml.
3. Pembuatan Larutan Sampel
Ambil 10 ml larutan sampel menggunakan pipet gondok, kemudian masukkan ke
tabung reaksi ataupun tabung (tergantung yang tersedia apa).
Masukkan 1 ml mix reagen dengan menggunakan pipet ukur kedalam tabung yang
berisi sampel.
Diamkan 15 menit (sampai warna larutan tidak berubah lagi).
Masukkan larutan sampel yang telah dicampur mix reagen ke kuvet hingga batas
teranya.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Setelah semua larutan yang akan dicari absorbansinya (larutan blank, larutan standar
fosfat pengenceran dari 3 ml, 9 ml, 15 ml, 30 ml menjadi 100 ml, serta larutan
sampel) telah siap (telah berada dalam kuvet), masing-masing larutan dimasukkan
pada tempat nya di spektrofotometer.
2. Atur panjang gelombang yang digunakan (dalam hal ini dipakai 885 nm), kemudian
atur cell yang akan digunakan.
3. Tekan tombol measure untuk mengukur absorbansi setiap larutan
4. Pada layar spektrofotometer muncul absorbansinya, catat nilai absorbansi pada tabel
yang ada di modul.
5. Dengan menggunakan bantuan microsoft excel ataupun perhitungan manual
sederhana menggunakan regresi, bisa didapatkan nilai persamaan regresi (y = ax + b)
serta nilai koefisien determinasi (R2).
6. Berdasarkan absorbansi sampel dan persamaan regresi, tentukan konsentrasi fosfat
pada larutn sampel (x = y−b
a).
3.3 Diagram Alir
1. Membuat Larutan Blank
2. Pengenceran Larutan standar fosfat 3 ml menjadi 100 ml
Ambil 3 ml larutan standar fosfat menggunakan pipet
Masukkan ke labu takar 100 ml seraya dihomogenisasi
Tuangkan 50 ml ke dalam gelas beker
Ambil 10 ml dengan pipet gondok
Masukkan ke botol
Mulai
Masukkan 100 ml akuades ke labu ukur
Tuangkan 50 ml ke gelas beker
Ambil 10 ml dengan pipet gondok
Masukkan ke botol
Pindahkan isi botol ke kuvet
Mulai
Selesai
Tambahkan 1 ml mix reagen
3. Pengenceran larutan standar fosfat 9 ml menjadi 100 ml
Selesai
Ambil 9 ml larutan standar fosfat dengan pipet gondok
Masukkan ke labu takar 100
Tuangkan 50 ml ke dalam gelas beker
Ambil 10 ml dengan pipet gondok
Masukkan ke botol
Pindahkan ke kuvet
Mulai
Selesai
Homogenisasi lalu diamkan selam 15 menit
Pindahkan ke kuvet
Tambahkan aquades hingga batas tera labu takar
Tambahkan 1 ml mix reagen lalu diamkan 15 menit
4. Pengenceran larutan standar fosfat 15 ml menjadi 100 ml
5. Pengenceran pewarna 30 ml menjadi 100 ml.
Mulai
Ambil 15 ml larutan standar fosfat dengan pipet gondok
Masukkan ke labu takar 100
Tuangkan 50 ml ke dalam gelas beker
Ambil 10 ml dengan pipet gondok
Masukkan ke botol
Pindahkan ke kuvet
Selesai
Tambahkan aquades hingga batas tera labu takar
Tambahkan 1 ml mix reagen lalu diamkan 15 menit
Mulai
Ambil 15 ml larutan standar fosfat dengan pipet gondok
Masukkan ke labu takar 100
Tambahkan aquades hingga batas tera labu takar
6. Preparasi larutan sampel
Tuangkan 50 ml ke dalam gelas beker
Ambil 10 ml dengan pipet gondok
Masukkan ke botol
Pindahkan ke kuvet
Selesai
Tambahkan 1 ml mix reagen lalu diamkan 15 menit
Ambil 10 ml dengan pipet gondok
Masukkan ke botol
Selesai
Tambahkan 1 ml mix reagen
Homogenisasi lalu diamkan selam 15 menit
Pindahkan ke kuvet
Mulai
7. Pembuatan kurva kalibrasi
Larutan blank
Larutan standar 1
Larutan standar 2
Larutan standar 3
Larutan standar 4
Mulai
Dimasukkan ke spektrofotometer
Didapatkan absorbansi
Pengolahan data di ms. excel
Didapatkan kurva, R2, persamaan garis
Selesai
Larutan Sampel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Data Hasil Percobaan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan absorbansi pada spektrofotometer
No Larutan yang
diamati
Panjang
Gelombang (nm)
Nilai absorbansi Konsentrasi
(µmol)
1 Larutan blank 885 0 0
2 Larutan standar 1 885 0,006 0,9
3 Larutan standar 2 885 0,029 2,7
4 Larutan standar 3 885 0,075 4,5
5 Larutan standar 4 885 0,139 9
6 Larutan Sampel 885 0,058 3,937
R2= 0,986
Y=0,016X- 0,005
4.1.2. Kurva Kalibrasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
0.020.040.060.08
0.10.120.140.16
f(x) = 0.0161323425336164 x − 0.00537261146496815R² = 0.986271339060129
kurva kalibrasi
konsentrasi (µmol)
Abso
rban
si
gambar 4.1. Kurva Kalibrasi
4.1.3 Perhitungan
a. Perhitungan nilai konsentrasi (x) fosfat pada sampel
Diketahui persamaan regresi: Y= 0,016X - 0,005, dan diketahui bahwa nilai Y
(absorbansi sampel) = 0,058. Sehingga didapatkan konsentrasi (X) sebagai berikut:
0,058 = 0,016X - 0,005
0,016X = 0,058 + 0,005
0,016X = 0,063
X = 0,0630,016
X = 3,937 µmol
X = 3,937 x 10-6 mol
Konsentrasi fosfat dalam µmol, sedangkan standar
baku fosfat dalam mg/l sehingga perlu dikonversi.
Mol=grmr
3,937 x 10-6 mol = gr95
gr = 95 x 3,937x10-6
gr = 3,74 x 10-6 = 0,374 mg
jadi konsentrasi fosfat = 0,374 mg/l
b. Pengenceran
1. Larutan Standar fosfat 1
Diketahui: N1 = 30 µmol
V1 = 3 ml
V2 = 100 ml
Ditanya : N2 = .......?
Jawab : N1.V1 = N2.V2
30 µmol x 3 ml = N2 x 100 ml
N2 = 30 µmol x 3 ml
100 ml
N2 = 0,9 µmol
2. Larutan Standar Fosfat 2
Diketahui: N1 = 30 µmol
V1 = 9 ml
V2 = 100 ml
Ditanya : N2 = .......?
Jawab : N1.V1 = N2.V2
100 µmol x 3 ml = N2 x 100 ml
N2 = 30 µmol x 9 ml
100 ml
3. Larutan Standar Fosfat 3
Diketahui: N1 = 30 µmol
V1 = 15 ml
V2 = 100 ml
Ditanya : N2 = .......?
Jawab : N1.V1 = N2.V2
100 µmol x 5 ml = N2 x 100 ml
N2 = 30 µmol x 15 ml
100 ml
N2 = 4,5 µmol
4. Larutan Standar Fosfat 4
Diketahui: N1 = 30 µmol
V1 = 30 ml
V2 = 100 ml
Ditanya : N2 = .......?
Jawab : N1.V1 = N2.V2
30 µmol x 30 ml = N2 x 100 ml
N2 = 30 µmol x 30 ml
100 ml
N2 = 2,7 µmol N2 = 9 µmol
c. Perhitungan manual persamaan garis dan nilai R2
Berikut adalah cara untuk menentukan persamaan regresi (y= ax+b) secara manual:
Tabel 4.2. Perhitungan regresi secara manual
No X Y X.Y Y2 Y (Y-Y )2 Ychi(*) (Ych i−Y )2
1 0 0 0 0 0,0498 0,00248 -0,005 0,0030032 0,9 0,006 0,0054 0,000036 0,0498 0,001918 0,0094 0,0016323 2,7 0,029 0,0783 0,000841 0,0498 0,000433 0,0382 0,0001354 4,5 0,075 0,3375 0,005625 0,0498 0,000635 0,067 0,0002965 9 0,139 1,251 0,019321 0,0498 0,007957 0,139 0,007957∑ 17,1 0,249 1,6722 0,025823 0,013423 0,013022*Ychi¿b+(a x X )
a=Σ ( X .Y )− ( Σ X ) . ( Σ Y )
n
Σ ( X2 )− ( Σ X2 )n
a=1,6722−17,1 x 0,249
5
109,35−(17,12 )
5
a=1,6722−0,85158109,35−58,482
a=0,8206250,868
a=0,016
b=Σ Yn
−bΣ Xn
b=0,2495
−0,016 x (17,15
)
b=0,0498−0,05472
b=−0,00492
b ≈−0,005
Maka didapatkan persamaan y=ax+b adalah: Y=0,016X – 0,005. Nilai ini apabila kita
lakukan pembulatan. Hasilnya sama dengan yang ada di excel. Apabila tidak dibulatkan,
maka persamaan regresinya adalah Y=0,016X – 0,00492.
Sementara untuk perhitungan nilai R2, diperoleh melalui cara berikut:
R2=
Σ (Ychi−Y )2
n
Σ (Yi−Y )2
n
R2=
0,0130225
0,0134235
R2=0,0026040,002685
R2=0,97
4.2. Pembahasan
Pada praktikum menentukan kadar fosfat inorganik terlarut dibutuhkan 4 larutan
standar fosfat (dengan konsentrasi berbeda) yang telah diketahui konsentrasinya dengan jelas
diukur absorbansinya untuk membuat kurva kalibrasi, sehingga didapatkan persamaan
regresi. Dari persamaan regresi bisa ditentukan kandungan fosfat pada sampel air laut. Pada
praktikum ini didapatkan nilai absorbansi untuk larutan blank, larutan standar fosfat dengan
konsentrasi 0,9 µmol, 2,7 µmol, 4,5 µmol, 9 µmol secara berturut-turut adalah 0.000, 0.006,
0.029, 0.075 dam 0.139. Sedangkan nilai absorbansi untuk larutan sampel (sampel pada
praktikum ini adalah air laut di perairan Ancol, Jakarta) adalah 0,058. Nilai absorbansi 0,058
masih berada pada dynamic range dari spektrofotometer tersebut. Nilai 0,058 pada kurva
regresi merupakan sumbu Y, nilai 0,058 ini disubtitusikan ke persamaan garis yang didapat
sebagai Y, sehingga bisa didapatkan nilai konsentrasi fosfat (nilai X pada persamaan garis)
dari larutan sampel tersebut.
Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan konsentrasi fosfat pada sampel air laut
tersebut adalah 3,94 µmol. Berdasarkan peraturan pemerintah bidang lingkungan hidup, batas
baku mutu fosfat 0,015 mg/l. Konsentrasi fosfat yang didapatkan pada praktikum ini
memiliki satuan µmol, sehingga harus dikonversi menjadi mg/l. Berdasarkan perhitungan
tersebut, didapatkan bahwa konsentrasi fosfat dalam mg/l adalah 0,374 mg/l. Berdasarkan
baku mutu dari kementrian lingkungan hidup bahwa batas maksimimal untuk fosfat di
perairan laut seharusnya adalah 0,015 mg/l. Merunut dari nilai tersebut, maka nilai
konsentrasi fosfat di perairan Ancol tersebut tergolong sangat tinggi, melebihi ambang batas.
Atau dengan kata lain, perairan Ancol telah mengalami pencemaran. Tingginya kadar fosfat
yang didapatkan disebabkan karena perairan ancol dekat dengan muara kali yang merupajab
cabang sungai Ciliwung (Megasari, 2006) sedangkan sumber fosfat di pesisir adalah sungai.
Selain itu, kawasan Ancol merupakan kawasan industri dan pariwisata sehingga banyak
limbah dari kegiatan industri dan limbah domestik tersebut yang mengandung fosfat masuk
ke perairan Ancol menyebabkan pengkayaan fosfat. Hal ini didukung oleh penelitian
Megasari pada tahun 2005 sampai 2006 yang mendapati konsentrasi fosfat pada semua
stasiun penelitiannya melebihi ambang batas yang ditetapkan kementrian lingkungan hidup.
Bahkan di salah satu stasiun penelitiannya tersebut konsentrasi fosfat mencapai 0,275 mg/l
(melebihi ambang batas juga). Pengkayaan fosfat bisa menyebabkan blooming alga.
Konsentrasi fosfat pada praktikum ini bisa saja tidak sesuai dengan kondisi dilapangan
dikarenakan sampel air laut pada praktikum ini ditempatkan pada tabung air mineral yang
bening, sehingga apabila terkena cahaya, fitoplankton yang ada di sampel tersebut bisa
memanfaatkan fosfat untuk fotosintesis sehingga kadar fosfatnya berkurang dari yang
seharusnya.
Pengukuran fosfat di air sangat penting dibandingkan dengan pengukuran total fosfat.
Pengukuran fosfat di perairan nilainya akan lebih valid, karena di air 72% dari anorganik
fosfat terlarut adalah ortofosfat (ortofosfat adalah fosfat inorganik yang disebut sebagai
fosfat). Jika melakukan pengukuran total fosfat, maka nilai yang terukur tidak
merepresentasikan nilai dari ortofosfat. Sedangkan fosfat yang paling penting adalah
ortofosfat.
Berdasarkan plotting antara konsentrasi dan nilai absorbansi dari larutan yang
diujikan menggunakan spektrofotometer, didapatkan bahwa grafik nya berbentuk hampir
linear. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa konsentrasi sebanding dengan nilai
absorbansi. Hal ini terkait dengan banyaknya panjang gelombang yang diserap, berkaitan
dengan kepekatan dari warna larutan. Semakin pekat warna larutan, maka semakin banyak
gelombang pada panjang gelombang tersebut diabsorpsi, sehingga nilai absorbansinya akan
meningkat. Begitu juga sebaliknya. Persamaan garis yang didapatkan dari hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi yaitu Y=0,016X - 0,005. Persamaan garis yang didapat adalah
suatu pendekatan, karena apabila merujuk pada titik perpotongan antara konsentrasi dan
abasorbansi, grafiknya tidaklah murni berupa garis lurus, tetapi hampir seperti garis lurus.
Pada praktikum ini didapatkan nilai Nilai R2 didapatkan 0,986. Nilai ini tergolong
akurat, karena nilai yang paling benar seharusnya 1. Hanya berselisih 0,014 atau
kesalahannya 1,4%. Apabila nilai R2 sangat jauh dari 1, maka ada yang salah dalam
praktikum tersebut, misalnya kekurang telitian dalam melihat batas tera, sehingga kepekatan
larutan berbeda dengan seharusnya, atau chuvet pada sisi jernihnya (sisi yang disinari pada
spektrofotometer) tersentuh oleh tangan sehingga membekas, akan mempengaruhi banyaknya
cahaya yang diabsorpsi. Selain itu instrumen (spektrofotometer) juga tidak tertutup
kemungkinan akan tidak akurat, misalnya karena tidak stabilnya voltase listrik saat praktikum
dan sebagainya. R2 merupakan koefisien determinasi yang menyatakan hubungan naik turun
variabel Y disebabkan oleh variabel X. Apabila nilai nya 1 berarti hubungan linear kuat
antara variabel X dan variabel Y. Karakteristik koefisien determinasi dinyatakan dalam (100-
R2) merupakan variabel Y yang dipengaruhi variabel X, sisanya adalah yang menyatakan
variabel Y diakibatkan oleh faktor lain selain variabel X. Dalam praktikum ini (100-0,986)%
berarti 99,014% merupakan variabel Y yang dipengaruhi oleh variabel X sedangkan 0,986%
adalah variabel Y yang dipengaruhi faktor lain (dalam hal ini sepertinya kesalahan
pengukuran).
Pada perbandingan persamaan regresi antara menggunakan perangkat lunak microsoft
excel dan cara regresi manual, tidak didapatkan adanya perbedaan. Permasalahannya
hanyalah masalah pembulatan angka dibelakang koma. Pada excel, nilai yang didapat
langsung dibulatkan (contohnya pada nilai b= -0,005) sedangkan dengan cara manual,
didapatkan nilai b nya -0,00492. Jika nilai ini dibulatkan, maka akan mendapat nilai -0,005,
persis seperti yang ada di excel. Sementara untuk nilai R2 terdapat perbedaan antara
perhitungan manual dengan nilai R2 dengan yang ada di excel. Namun perbedaan ini tidak
signifikan hanyalah 0,01. Pada excel didapatkan R2=0,986 sedangkan memakai cara manual
didapatkam 0,97. Ketidakserupaan ini bisa diakibatkan saat melakukan operasi bilangan,
terdapat kesalahan (kesalahan menekan angka atau rumus di kalkulator, contohnya).
Disamping menggunakan perangkat lunak komputer yang bisa menentukan persamaan garis
dan nilai R2, alangkah baiknya mengetahui prinsip dan bisa menentukan persamaan garis dan
nilai R2 secara manual.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil, pengolahan data (perhitungan) serta analisa yang dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk analisa fosfat dengan spektrofotometer, digunakan larutan standar fosfat dengan
berbagai konsentrasi yang telah ditentukan dicampurkan dengan mix reagen yang akan
memberikan warna biru pada larutan tersebut sehingga bisa ditentukan nilai
absorbansinya dan didapatkan kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi fosfat pada
larutan sampel.
2. Kandungan fosfat inorganik terlarut pada sampel air laut di perairan Ancol adalah 3,94
µmol atau 0,38 mg/l. Ambang batas dari kementrian lingkungan hidup untuk fosfat
adalah 0,015 mg/l. Dengan kata lain, perairan Ancol telah tercemar, diduga karena
limbah industri dan rumah tangga serta pasokan dari kali yang mengandung senyawa
fosfat.
3. Persamaan garis kurva kalibrasi pada praktikum ini adalah Y=0,016X – 0,005dan nilai
R2 adalah 0,986 nilai ini tergolong teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Alianto dkk. 2009. Measurement of Dissolved Inorganic Nutrient in Euphotic Zone the Banten Bay. Indo.J.Chem. Vol 9 (2): 217 – 225.
Anonim. 2005. http://seandy-laut-biru.blogspot.com/2010/10/fosfat.html diakses pada 22 Oktober 2013 pukul 20.25 WIB
Edward; Tarigan. 2003. Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kadar Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara, Sains. Vol. 7 (2): 82-89.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius
Hendrawati dkk. 2009. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau Akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Program Studi Kumia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Badan Riset Kelautan Perikanan.
Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Marabessy, M. Djen; Edward. 2001. Kesuburan Perairan Timor Ditinjau dari Kandungan Zat Hara Fosfat, Nitrat, Fitoplankton, dan Klorofil-a. Makalah di presentasikan pada Seminar Laut Nasional Laut III ISOI. Jakarta.
Megasari, Rima. 2006. Studi Tingkat Pencemaran dan Karakteristik Kualitas Air di Perairan Marina Ancol, Jakarta Utara. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Muchtar, Muswerry. 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Natuna. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4 (2): 304-317.
Muslim dkk. 2013. Panduan Praktikum Kimia Analitik dan Analisa Laboratorium Air Laut. Laboratorium Pesisir dan Oseanografi Tropis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
Risamasu, Fonny J.L; Payitno, Hanif B. 2001. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan, Vol. 16 (3): 135-142
Saragih, Rumondang T.P. 2009. Penentuan Kadar Fosfat pada Air Umpan Recovery Boiler dengan Metode Spektrofotometetri UV-Vis di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN