leucosolenia

Upload: suci-agustiani

Post on 17-Jul-2015

485 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Leucosolenia From Wikipedia, the free encyclopedia Jump to: navigation, search Leucosolenia Scientific classification Kingdom: Animalia Phylum: Porifera Class: Calcarea Subclass: Calcaronea Order: Leucosolenida Family: Leucosoleniidae Leucosolenia Genus: Bowerbank, 1861 Species include: Leucosolenia blanca Leucosolenia botryoides Leucosolenia canariensis Leucosolenia complicata Leucosolenia convalaria Leucosolenia coriacea Leucosolenia eleanor Leucosolenia

kagoshimensis Leucosolenia lucasi Leucosolenia nautilia Leucosolenia sagittaria Leucosolenia thamnoides Leucosolenia variabilis Leucosolenia is a genus of calcareous sponges belonging to the family Leucosoleniidae. Species of this genus usually appear as groups of curved vases, up to 2 cm long, each ending in an osculum. The overall shape is sometimes likened to a tiny bunch of bananas. They are most often observed in tide pools, clustered around the base of seaweeds or on rocks, and occur in a variety of colours, usually rather pale. Its canal system is of asconoic type. [edit] References

Taxonomicon North East Atlantic Taxa This poriferan- (or sponge-) related article is a stub. You can help Wikipedia by expanding it.

View page ratings Rate this page What's this? Trustworthy Objective Complete Well-written I am highly knowledgeable about this topic (optional) Categories:

Poriferan stubs Poriferans Log in / create account Article Talk Read Edit View history

Main page Contents Featured content

Current events Random article Donate to Wikipedia

Interaction

Help About Wikipedia Community portal Recent changes Contact WikipediaCreative Commons Attribution-ShareAlike LicenseTerms of useWikimedia Foundation, Inc.Contact usPrivacy policyAbout WikipediaDisclaimersMobile view

Definisi 'dermawan' Indonesian to Indonesian noun 1. pemurah hati; orang yg suka berderma (beramal, bersedekah): dia terkenal sbg seorang -- di kampung ini; kedermawanan n kebaikan hati thd sesama manusia; kemurahan hati Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat haluua . Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yg mengerjakan salat. Yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya. Dan orang-orang yg dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang yg meminta dan orang yg tidak mempunyai apa-apa . . Manusia cenderung bersikap haluua. Apakah itu? Ia ditafsirkan dgn dua ayat berikutnya sebuah perangai buruk suka berkeluh kesah lagi kikir. Ketika ia tertimpa kesulitan hatinya terasa sempit goncang dan mudah berputus asa. Ketika

beroleh nimat dan kebaikan ia bersikap kikir. Yaitu kikir dari hak Allah dan kikir dari hak sesama. Tentu tidak semua manusia berperilaku demikian. Seorang muslim semestinya tidak haluua mengapa? Karena seorang muslim itu ajeg menjaga salatnya. Kecuali orang-orang yg mengerjakan salat yg mereka itu tetap mengerjakan salatnya . Dengan salat hati menjadi tenteram. Juga dgn salat perbuatan keji dan mungkar dapat ditahan. Maka seorang mukmin yg salatnya ajeg dan benar ia tidak gampang berkeluh kesah. Karena kesulitan atau kemudahan baginya mengandung hikmah. Sebagian sahabat bahkan memandang kesulitan sebagai nimat seperti perkataan Abu Dzar al-Ghifari Miskin lbh aku sukai daripada kaya dan sakit lbh aku sukai daripada sehat. Seorang muslim semestinya tidak haluua mengapa? Karena seorang mukmin menyadari pada hartanya ada hak bagi orang yg meminta dan orang yg tidak mempunyai apa-apa . Dan orang-orang yg dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang yg meminta dan orang yg tidak mempunyai apa-apa. As-sail adl orang yg

meminta. Terhadap orang semacam ini terdapat hak bagi dia seperti dalam sabda Rasulullah saw. Bagi orang yg memintaminta terdapat hak meskipun ia datang mengendarai kuda. . Adapun al-mahrum seperti didefinisikan Ibnu Abbas adl orang yg bernasib buruk. Ia tidak memiliki bagian dalam baitul mal tidak memiliki pendapatan dan tidak memiliki pekerjaan yg dapat menopang. Rasulullah pernah bersabda Orang miskin bukanlah orang yg keliling dan engkau memberinya sesuap atau dua suap makanan dan sebutir atau dua butir kurma akan tetapi orang miskin adl orang yg tidak memiliki kekayaan yg mencukupinya sedangkan orang lain tidak mengetahuinya sehingga bersedekah kepadanya. . Jadi seorang muslim semestinya dermawan tidak kikir dan tidak bakhil. Karena seorang muslim senantiasa merenungkan ayat-ayat Allah seperti dalam ayat berikut. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yg telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata Ya Rabku mengapa Engkau tidak

menangguhkan ku sampai waktu yg dekat yg menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yg saleh. . Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabatnya Manakah yg lbh kalian cintai harta ahli waris atau harta sendiri? Mereka menjawab Wahai Rasulullah tentu tidak seorang pun di antara kita kecuali lbh mencintai hartanya sendiri. Rasulullah meneruskan Sesungguhnya harta seseorang ialah apa yg telah ia gunakan dan harta ahli waris adl apa yg belum ia gunakan. . Abu Bakar al-Jazairi menceritakan sebuah kisah yg mengagumkan di dalam Minhajul Muslim Dikisahkan bahwa Ibunda Aisyah r.a. mendapat kiriman uang sebanyak 180.000 dirham dari Muawiyah bin Abi Sufyan. Oleh beliau uang itu disimpan di mangkuk dan dibagikan kepada manusia hingga tak tersisa. Pada sore harinya Aisyah berkata kepada budak wanitanya Antarkan makanan berbuka untukku. Budak wanita tersebut menghidangkan roti dan minyak kepada Aisyah. Beliau berkata kepada budak Mengapa engkau tidak mengambil uang satu

dirham dari uang yg aku bagikan tadi buat membeli daging utk buka puasa kita? Budak tersebut menjawab Jika engkau mengingatkanku sejak tadi aku pasti melakukan. Dalam kekiniian betapa banyak kita temukan dua tipe masusia di atas. Tipe orang muskin meminta-minta krn kondisi memaksa juga tipe orang yg tidak memiliki kekayaan penghasilan pekerjaan namun ia enggan utk meminta. Terhadap tipe pertama akan lbh mudah bagi kita utk mengetahuinya namun terhadap tipe kedua diperlukan sedikit perhatian utk mengetahuinya. Di sinilah perlunya sikap peka terhadap lingkungan. Budaya modernisme sering berdampak pada menjadikan orang berperilaku egois tidak mengenal tetangga tidak mengenal lingkungan. Setiap hari ia makan enak namun ia tidak mengetahui bahwa orang-orang di sekitarnya tengah kelaparan. Terlebih almahrum tidak mesti mereka kelompok marginal yg tidak mampu bekerja. Kadang mereka kelompok profesional yg tidak tertopang situasi dan sarana yg mendukung utk bekerja seperti tidak adanya lapangan

pekerjaan atau tertimpa bencana perang. Dalam konteks ini perlu aktualisasi kedermawanan bagi muslim yg kuat tentu tidak sekadar berpikir memberi ikan melainkan harus juga berpikir bagaimana memberi kail. Wallahu alam bish-shawab. . Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia sumber file al_islam.chm

orifera memiliki dua lapisan jaringan, yaitu: a. Lapisan luar, tersusun atas sel sel yang berbentuk pipih, berfungsi sebagai epidermis. Sel ini dinamakan pinakosit. b. Lapisan dalam, tersusun atas sel sel berbentuk corong dan memiliki flagel. Sel ini dinamakan koanosit. 1. Klasifikasi Porifera Porifera terdiri atas 4 Kelas, yaitu : a. Calcarea Sel koanosit besar, kerangka tubuh dari

CaCO3 , hidup dilaut dangkal. Contoh : Scypha b. Hexactinellida Tubuh enam cabang atau kurang, rangka dari silikat. Contoh : Pheronema c. Demospongiae Hidup diair tawar, perairan yang terkena cahaya matahari, kerangka tubuh dari silikat, spongin, atau campuran keduanya. Contoh : Spongia d. Selenospongiae Memiliki spikula yang tersusun atas silikat. 2. Manfaat Porifera Porifera menguntungkan manusia karena sponnya dapat digunakan untuk alat gosok tubuh. Tubuh Porifera yang mati dapat digunakan sebagai hiasan

Membangun Sifat Dermawan

30 Juni 2010 pukul 20:55 Disimpan dalam . LIHAT SELURUH ARTIKEL, 03. Jalan Untuk Memperbanyak Amal & Ibadah, 10. Keutamaan Sedekah, 2. Membina Keluarga Muslim

Kedermawanan bukanlah semata sikap yang tumbuh dengan sendirinya pada diri seorang anak. Namun juga butuh pembiasaan sedari kecil. Ketika anak mulai memasuki usia balita, biasanya ia mulai mengerti tentang apa itu milik. Dia mulai memahami, ada barangbarang miliknya, ada barang milik orang lain.

Namun kesadaran tentang milik ini terkadang atau malah seringnya disertai berkembangnya sifat pelit. Ada rasa keberatan bila dia harus memberikan sebagian miliknya kepada orang lain atau barang miliknya sekadar dipegang, dipinjam atau digunakan oleh orang lain. Yang seperti ini kadangkala menjadi biang pertengkaran si anak dengan saudara atau teman sepermainannya.

Keadaan seperti ini tentu tak dapat dibiarkan, karena sifat buruk ini bisa jadi akan terus berkembang dan melekat pada pribadi anak. Tentu kita tak ingin anak kita menjadi anak yang bakhil, karena sifat ini jelas-jelas dicela oleh Allah Subhanahu wa Taala. Dalam Kitab-Nya, Allah Subhanahu wa Taala berfirman: Adapun orang yang memberikan hartanya dan bertakwa, serta membenarkan keyakinan yang benar berikut balasannya, maka akan Kami mudahkan baginya keadaan yang mudah. Adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya tidak butuh kepada Allah, serta mendustakan keyakinan yang benar berikut balasannya, maka akan Kami mudahkan baginya keadaan yang sukar. (Al-Lail: 5-10)

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Taala berfirman: Orang-orang yang bakhil dan menyuruh orang lain untuk berbuat bakhil, serta menyembunyikan karunia yang telah Allah berikan kepada mereka, dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir adzab yang menghinakan. (An Nisa`: 37) Begitu pula Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga menggambarkan bagaimana beratnya seorang yang bakhil memberikan hartanya. Al-Imam Bukhari rahimahullahu meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Perumpamaan orang yang bakhil dan orang yang suka berinfak seperti dua orang yang memakai jubah besi yang dia masukkan dari dada hingga kerongkongannya. Adapun orang yang suka berinfak, setiap kali dia berinfak jubahnya bertambah longgar dari kulitnya, sampai akhirnya menutupi jari-jemarinya dan menghapus jejak langkahnya (karena panjangnya, pen.). Adapun orang yang bakhil, setiap kali dia akan berinfak, maka menyempitlah baju besi itu, dia ingin melonggarkannya, tapi jubah itu tetap tidak bertambah longgar. (HR. AlBukhari no. 1443)

Oleh karena itu, orangtua harus melatih anak-anak untuk menghilangkan sifat bakhil ini, disertai penanaman sifat dermawan. Anak-anak harus diajarkan, bahwa segala sesuatu yang dia miliki adalah rizki dari Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala-lah yang memberikannya dan Allah Subhanahu wa Taala yang memerintahkan kita untuk bersedekah dan berbuat baik. Allah Subhanahu wa Taala akan memberikan balasan yang lebih banyak bila kita mematuhi perintah-Nya untuk bersedekah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah apa yang telah Kami rezekikan kepada kalian sebelum datang suatu hari yang pada saat itu tidak ada jual beli, tidak ada hubungan kasih sayang dan tidak ada pula syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orangorang yang dzalim. (Al-Baqarah: 254) Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman: Dan apa pun yang kalian infakkan, maka Allah akan menggantinya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rizki. (Saba`: 39) Allah Subhanahu wa Taala berfirman pula:

Maka bertakwalah kalian kepada Allah sekuat kemampuan kalian, dengar dan taatlah kalian kepada-Nya, serta infakkanlah harta yang baik bagi diri kalian, dan barangsiapa dilindungi dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (AtTaghabun: 16) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga pernah memberikan hasungan kepada kita untuk senantiasa melapangkan diri untuk memberi. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Tidak ada suatu hari yang dimasuki oleh seorang hamba, kecuali pada hari itu ada dua malaikat yang turun. Salah seorang dari mereka berdoa, Ya Allah, berikan ganti pada orang yang menginfakkan hartanya. Yang lainnya berdoa, Ya Allah, berikan kemusnahan harta pada orang yang tidak mau memberi. (HR. Al-Bukhari no. 1442) Benarlah berita yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini. Sehingga sudah semestinya kita hasung anak-anak untuk memiliki sifat dermawan, dengan mengingatkan mereka akan doa malaikat bagi orangorang yang berinfak.

Selain itu, bisa pula kita ceritakan, bagaimana kedermawanan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang kita diperintah untuk mengikuti beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Tak pernah beliau menolak apabila diminta. Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu mengatakan: Tak pernah sekalipun Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam diminta sesuatu kemudian beliau mengatakan tidak. (HR. Muslim no. 2311)

Kedermawanan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini sangat mengesankan siapa pun. Bahkan seseorang yang baru masuk Islam menjadi lunak hatinya dengan pemberian beliau ini, sehingga membuat dia mencintai Islam dan menjadi baik keislamannya. Diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu anhu:

Ada seseorang meminta kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kambing sebanyak antara dua bukit. Beliau pun memenuhi permintaannya. Maka orang itu mendatangi kaumnya sambil berkata, Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian! Sesungguhnya Muhammad itu suka memberi dengan pemberian yang dia sendiri tidak khawatir akan fakir! Anas mengatakan, Tadinya orang itu masuk Islam karena menginginkan dunia, sampai akhirnya setelah masuk Islam, Islam lebih dia cintai daripada dunia seisinya. (HR. Muslim no. 2312)

Sifat dermawan pada diri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tampak lebih menonjol saat tiba bulan Ramadhan. Karena itu, kita ajarkan pula anak-anak untuk banyak berbuat kebaikan dan banyak memberi saat bulan Ramadhan tiba. Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan:

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan, ketika Jibril menemui beliau. Jibril biasa menemui beliau setiap malam sepanjang bulan Ramadhan, lalu mengajari beliau AlQuran. Maka ketika itulah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam lebih dermawan untuk memberikan kebaikan daripada angin yang bertiup kencang. (HR. Al-Bukhari no. 3220 dan Muslim no. 2308)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu mengatakan, hadits ini memiliki beberapa faedah, di antaranya penjelasan tentang besarnya kedermawanan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, serta disenanginya memperbanyak kedermawanan ini pada bulan Ramadhan. (Syarh Shahih Muslim, 15/68)

Biasanya, mengajarkan kebaikan pada anak bisa pula didukung dengan menyampaikan berbagai kisah yang benar. Mudah mereka mengingatnya dan membekas dalam hati. Demikian pula dalam hal mengajari mereka agar dermawan. Kisah-kisah tentang kedermawanan para sahabat radhiyallahu anhumaperlu kita tuturkan pada mereka, seperti Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu yang paling banyak menyerahkan harta dan persahabatannya untuk mendukung Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Juga seperti Utsman bin Affan radhiyallahu anhu yang membeli sumur Ruumah milik seorang Yahudi dengan hartanya agar bisa diambil airnya oleh kaum muslimin. Demikian pula para sahabat lain yang menginfakkan harta

mereka di jalan Allah Subhanahu wa Taala. Dari kalangan wanita, ada Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha yang sangat gemar bersedekah sampaisampai lupa menyisakan sedikit pun hartanya untuk berbuka puasa. Juga Ummul Mukminin Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu anha yang dijuluki Ummul Masakin, ibunda kaum miskin, karena senantiasa mengulurkan bantuan kepada orang-orang miskin. Begitu pula Ummul Mukminin Zainab bintu Jahsy yang paling banyak bersedekah di antara para istri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Asma` bintu Abi Bakr radhiyallahu anha yang gemar membuat sesuatu kemudian hasilnya dia sedekahkan, dan masih banyak lagi.

Melalui biografi yang membeberkan kisah hidup para sahabat ini, mereka akan mengenal sosok mulia para sahabat radhiyallahu anhum. Di samping itu, mereka akan mendapatkan teladan dari kisah yang mereka baca. Diharapkan, mereka akan bisa meniru kedermawanan para sahabat radhiyallahu anhum. Yang tak kalah pentingnya adalah teladan kita sebagai orangtua. Seorang anak yang melihat orangtuanya senantiasa memberikan kebaikan pada orang-orang yang ada di sekelilingnya, akan lebih mudah dibiasakan untuk bersifat dermawan. Diiringi pula doa kebaikan kita untuk mereka, agar Allah Subhanahu wa Taala jauhkan mereka dari sifat-sifat yang yang tercela dan menghiasi mereka dengan sifat-sifat yang mulia.

Wallahu taala alamu bish-shawab. Oleh: Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Bintu Imran Sumber : http://anakmuslim.wordpress.com/2008/06/16/ kedermawanan/

Pallas, 1766) Species Overview Haliclona (Haliclona) oculata (Pallas, 1766) is an elegantly branching, soft sponge with a rose-brown or yellow-brown colour. The height may be up to 30 cm. The branches are somewhat flattened. The surface is velvety. Oscules are small and arranged in rows along the branches. It occurs in shallow subtidal, occasionally intertidal habitats, often associated with

rather silted water. It is a northern species occurring all over the North Atlantic (including North America), reaching its southern limits along the Atlantic coasts of Portugal. Taxonomic Description Colour: Light brown, dark-yellow, often with a greenish tinge, sometimes reddish. Shape, size, surface and consistency: Basically the sponge consist of solid branches growing from a short stalk which is attached to the substratum with a pedicel (Spongia oculata). There is a considerable variation in the number and the degree of fusing of the branches. The branches may remain isolated along their entire length (Haliclona oculata Zeeland), or fuse to such a degree that the sponge becomes flabelliform (Chalina oculata). Commonly the diameter of the branches decreases towards the blind ends, but there is also variation in this feature. There is a strong

tendency of the branches to be laterally compressed. The oscules are always small, 1-3 mm, and mainly arranged on the narrower sides of the compressed branches. They are not or only slightly elevated. When the sponge is flabelliform, the oscules are mainly situated on the margins of the blade; it happens quite frequently that the oscules are then situated at the summit of small mammiform elevations, making the margins of the blades undulating. The sponge may reach a considerable size, commonly it is between ca. 10 cm and 30 cm in height. Surface very smooth and velvety to the touch, slightly hispid. Consistency rather soft but elastic, not fragile; towards the base the sponge becomes firmer; the stalk is very firm and incompressible. Kaandorp (1991, 1994) modelled growth forms of this species using fractal geometry methods. Spicules: Short, fat cigar-shaped oxeas with short and sharp points; stylote and

strongylote modifications are very common: ca. 80-145 x 4.5-12 m. Skeleton: (Haliclona oculata skeldraw) Ectosomal skeleton mostly absent, but occasionally some dermal spicules are arranged into a vague tangential isodictyal network. Choanosomal skeleton very regular, with uni-to paucispicular primary and unispicular secondary lines. Spongin commonly abundant, clearly visible; towards the base it forms the main part of the skeleton. Reproduction: Larvae (parenchymella) are produced in summer and fall (July till November), they are elongate (260-470 m), white, and have a bare posterior pole (Wapstra and Van Soest, 1987). Gemmules of ca. 500-1000 m in diameter, dark orange, are normally present in dense clusters at the base of the stalk. The gemmules are probably not functional, because the sponges survive during the winter; however, it happens sometimes that a new sponge is growing out of these

gemmules (this was observed in a number of unregistered specimens in the BMNH collection, collected by F. Rowe at Portsmouth, Great Britain). Ecology: In the infralittoral, to ca. 100 m, on rocky and sandy bottom, attached to stones, Mytilus etc. It can tolerate low salinity and turbid water with suspended silt. Distribution: Atlantic coast of Canada and North America, from the Gulf of St. Lawrence to North Carolina, west coast Portugal, France, the Netherlands, British Isles, Shetland, Faroe, Denmark, west coast Sweden, north coast Norway, Spitsbergen, Bear Island, White Sea, Kara Sea. Probably occurring in the entire arctic and subarctic area (Koltun, 1959, and others). Etymology: oculata (Latin) = with eyes, referring to the rows of oscules. Type specimen information: Holotype probably lost. In BMNH two dried specimens (BMNH 1841:1:13:46 and 1873.7.24.4 as Chalina).

Remarks Haliclona (Haliclona) oculata is well characterized morphologically by its compressed, solid branches and the linear arrangement of the small oscules on the narrower sides of the branches. The skeletal architecture is rather variable, due to the high variation in the amount of spongin, but still characteristic; the form of the oxeas is highly consistent. The species differs from the other sympatric, stalked chalinid Haliclona (Haliclona) urceolus by its solid branches, the abundant spongin and smaller spicules. The high number of synonyms of H. oculata is not surprising because of its variable growth form and common occurrence in the study area. The number of species descriptions is an example of the tendency of earlier taxonomists to describe every growth form as a separate species. Kaandorp (1992, 1994) demonstrated that

the various growth forms are the product of constant small pressures from environmental factors. The conspecifity of Halichondria cervicornis, Spongia dichotoma, Isodictya pygmaea, Diplodemia vesicula, Chalina grantii, Isodictya varians (pars), and Chalina flemingii with H. oculata is for the greater part established on basis of study of the original specimens. Johnston's (1842) material of H. cervicornis agrees completely with Johnston's figure and leaves no doubt about their identity. Pallas' (1766) description of Spongia cervicornis, however, does not conform to H. (H.) oculata. Most probably it is an axinellid. Most conspicuous differences between S. cervicornis and H. (H.) oculata are the apparently strongly hispid surface in S. cervicornis, the rounded branches which are only slightly compressed at the base, and the greyish colour. The specimen of Spongia dichotoma in the Copenhagen collection may very well be

Linnaeus' original specimen (from Newport, Rhode Island). The label is probably in Linnaeus' handwriting, but it is partly unreadable. The sponge (dried) is completely wrinkled into a roundish bush of numerous branches; the degree of fusing of these branches is rather small. The skeleton consists mainly of spongin fibres which are 30-40 m thick and which contain single spicules at regular distances. The oxeas are typically cigar-shaped and measure 110x7.5 m. The holotype of Diplodemia vesicula consists only of gemmulae on the inside of a shell, with a few spongin fibres holding them together. The gemmulae are 800-1000 m, densely filled with oxeas of ca. 110x4.8 m. The spongin fibres are 25-45 m thick, enclosing a few oxeas of ca. 95-125 x 4 m. The conspecifity of Diplodemia vesicula with H. (H.) oculata is evident and was already mentioned by Topsent (1894a: 16). All the specimens of Isodictya varians, except for the holotype, conform to H.

oculata; they are all very delicatcly branched. BMNH 1910.1.1.349 is most similar to the figured sponge of Bowerbank, 1874, pl. LXXXVIII fig. 1, although it is somewhat larger and even more branched than the figured sponge. The oxeas are short and very fat: 95 x 10 m; the amount of spongin is moderate. The specimen designated as the holotype by Bowerbank (Bowerbank, 1874: 124) conforms to Haliclona (Reniera) cinerea. This specimen belongs to Johnston's collection of Halichondria cinerea, but it has, together with the three other specimens of this collection, been re-identified by Bowerbank. The complex history of these specimens and its bearing on later confusions concerning H. (R.) cinerea are explained to full extent in de Weerdt and Stone, 1987. The holotype of Chalina flemingii (designated as the type by Bowerbank, 1874: 173) conforms also to H. cinerea. The only other specimen of C. flemingii (BMNH

1877.5.21.2079) is H. (H.) oculata. It is branched and stalked, and has irregularly scattered, very small oscules. The skeleton is strongly fibrous and consists of spongin fibres of 8-16 m, partly containing oxeas of reduced size, partly containing oxea of the usual form and size (120 x 7 m). This specimen is described by Bowerbank (1874: 357). In his description Bowerbank mentioned the similarity to Chalina oculata but because of the irregularly dispersed oscules, which have a lateral linear arrangement in C. oculata he assigned the specimen to C. flemingii. The identity of Veluspa polymorpha var. gracilis, var. digitata and var. arctica is established on the basis of descriptions and figures. They are, therefore, only tentatively considered synonymous with H. (H.) oculata. V. polymorpha var. gracilis Miklucho-Maclay (1870: 5) is described as thin branches which fuse into bundles; oscules in rows, sometimes on papillae; the skeleton a regular network of spicula (oxeas

and strongyles) which are at the nodes connected by spongin. No size of the spicules is given. The description and figures of the sponges and the skeleton evidently point to H. oculata. The same holds true for V. var. digitata and var. arctica. Miklucho-Maclay distinguished these forms from the foregoing one by their larger size and higher development of spongin. The three species are described from the Pacific coast of Russia (Sea of Okhotsk); V. polymorpha var. digitata also from Bear Island. The identity of Pachychalina caulifera (type material not found in ZMA) is also tentatively established on Vosmaer's description and figures and on the ZMK specimens identified by Lundbeck. Vosmaer described the species, from the Barents Sea, as having an elongated, compressed, semi-ramose body, with oscules on one side. His figures of the skeleton and spicula (Vosmaer, 1882b, pl. III figs. 64-66) conform to H. (H.) oculata.

The fourth ZMK specimen identified by Lundbeck as P. caulifera (from Vestmansund, Greenland) is very similar in habit to the other specimens, but it conforms to Pachychalina (= Isodictya) excelsa Schmidt (1870). This species is extremely similar in habit to sturdy forms of H. (H.) oculata, but differs from it by the thick, coarse spicule tracts and by the possession of chelae. It is probably conspecific with Isodictya palmata. Source: De Weerdt, 1986 Haliclona oculata Keterangan Haliclona (Haliclona) oculata yang baik ditandai oleh morfologi kompresi nya, cabang solid dan susunan linier dari oscules kecil di sisi sempit cabang. Arsitektur rangka adalah bukan variabel, karena variasi yang tinggi dalam jumlah spongin, tapi masih karakteristik; bentuk oxeas sangat konsisten. Spesies berbeda dari sympatric lain, mengintai

chalinid Haliclona (Haliclona) urceolus oleh cabang-cabang yang solid, yang spongin melimpah dan spikula yang lebih kecil. Tingginya jumlah sinonim H. oculata tidak mengherankan karena bentuk pertumbuhan variabel dan umum terjadi di daerah penelitian. Jumlah deskripsi spesies adalah contoh dari kecenderungan taksonomis sebelumnya untuk menggambarkan setiap bentuk pertumbuhan sebagai suatu spesies terpisah. Kaandorp (1992, 1994) menunjukkan bahwa bentuk-bentuk pertumbuhan berbagai adalah produk dari tekanan konstan kecil dari faktor lingkungan. Para conspecifity dari cervicornis Halichondria, Spongia dichotoma, Isodictya pygmaea, Diplodemia vesicula, Chalina grantii, Isodictya varians (pars), dan Chalina flemingii dengan H. oculata adalah untuk sebagian besar didirikan atas dasar penelitian spesimen asli. (1842) bahan Johnston H. cervicornis setuju sepenuhnya dengan angka Johnston dan tidak meninggalkan keraguan tentang identitas mereka. Pallas '(1766) deskripsi Spongia cervicornis, bagaimanapun,

tidak sesuai dengan H. (H.) oculata. Kemungkinan besar itu adalah sebuah axinellid. Perbedaan paling mencolok antara S. cervicornis dan H. (H.) oculata adalah permukaan tampaknya sangat hispid di S. cervicornis, cabang-cabang bulat yang hanya sedikit dikompresi di dasar, dan warna keabuabuan. Spesimen dari Spongia dichotoma dalam koleksi Kopenhagen mungkin sangat baik menjadi spesimen asli Linneaus (dari Newport, Rhode Island). Label tersebut mungkin dalam tulisan tangan Linnaeus ', tetapi sebagian tidak terbaca. Spons (kering) benar-benar berkerut ke dalam semak bulat cabang banyak, tingkat sekering dari cabang tersebut agak kecil. Kerangka sebagian besar terdiri dari serat spongin yang m 30-40 tebal dan yang mengandung spikula tunggal pada jarak yang teratur. Para oxeas biasanya berbentuk cerutu dan mengukur 110x7.5 m. Para holotipe dari vesicula Diplodemia hanya terdiri dari gemmulae pada bagian dalam shell, dengan serat spongin beberapa menahan mereka bersama-sama. Gemmulae ini adalah

800-1000 m, padat diisi dengan oxeas ca. 110x4.8 m. Serat spongin adalah 25-45 m tebal, melampirkan oxeas beberapa ca. 95-125 x 4 m. Para conspecifity dari Diplodemia vesicula dengan H. (H.) oculata jelas sudah disebut oleh Topsent (1894a: 16). Semua spesimen Isodictya ragam, kecuali holotipe tersebut, sesuai dengan H. oculata, mereka semua sangat delicatcly bercabang. BMNH 1910.1.1.349 yang paling mirip dengan spons pikir dari Bowerbank,, 1874 pl. LXXXVIII ara. 1, meskipun agak lebih besar dan bahkan lebih bercabang daripada spons pikir. Para oxeas pendek dan sangat gemuk: 95 x 10 m; jumlah spongin adalah moderat. Spesimen ditetapkan sebagai holotipe dengan Bowerbank (Bowerbank, 1874: 124) sesuai dengan Haliclona (Reniera) cinerea. Spesimen ini milik koleksi Johnston dari cinerea Halichondria, tetapi memiliki, bersama dengan tiga spesimen lain dari koleksi ini, telah kembali diidentifikasi oleh Bowerbank. Sejarah kompleks spesimen ini dan kaitannya pada kebingungan kemudian tentang H. (R.) cinerea dijelaskan secara maksimal dalam de

Weerdt dan Batu, 1987. Para holotipe dari Chalina flemingii (ditunjuk sebagai tipe dengan Bowerbank, 1874: 173) sesuai juga untuk H. cinerea. Spesimen satunya C. flemingii (BMNH 1877.5.21.2079) adalah H. (H.) oculata. Hal ini bercabang dan berjalan, dan telah tersebar tidak teratur, oscules sangat kecil. Kerangka ini sangat berserat dan terdiri dari spongin serat 8-16 m, sebagian mengandung oxeas dari ukuran dikurangi, sebagian mengandung oxea dari bentuk biasa dan ukuran (120 x 7 m). Spesimen ini dijelaskan oleh Bowerbank (1874: 357). Dalam Bowerbank deskripsinya menyebutkan kesamaan untuk Chalina oculata tetapi karena oscules tidak teratur tersebar, yang memiliki susunan linier lateral dalam C. oculata ia ditugaskan spesimen ke C. flemingii. Identitas Veluspa polymorpha var. gracilis, var. digitata dan var. arctica didirikan atas dasar deskripsi dan angka. Mereka adalah, karena itu, hanya sementara dianggap identik dengan H. (H.) oculata. V. polymorpha var. gracilis Miklucho-Maclay (1870: 5)

digambarkan sebagai cabang tipis yang sekering ke dalam bundel; oscules dalam baris, kadang-kadang pada papila; kerangka jaringan reguler spicula (oxeas dan strongyles) yang berada di node dihubungkan dengan spongin. Tidak ada ukuran spikula diberikan. Deskripsi dan tokoh dari spons dan kerangka jelas menunjukkan H. oculata. Hal yang sama berlaku untuk V. var. digitata dan var. arctica. Miklucho-Maclay dibedakan bentuk-bentuk dari yang sebelumnya dengan ukuran lebih besar dan pengembangan yang lebih tinggi dari spongin. Tiga spesies dijelaskan dari pantai Pasifik Rusia (Laut Okhotsk); V. polymorpha var. digitata juga dari Beruang Island. Identitas Pachychalina caulifera (jenis bahan tidak ditemukan dalam ZMA) juga tentatif didirikan pada deskripsi Vosmaer dan angkaangka dan pada spesimen ZMK diidentifikasi oleh Lundbeck. Vosmaer menggambarkan spesies, dari Laut Barents, sebagai memiliki, memanjang pipih, semi bercabang tubuh, dengan oscules di satu sisi. Tokoh-Nya dari kerangka dan spicula (Vosmaer, 1882b, pl. III

buah ara. 64-66) disusun H. (H.) oculata. Spesimen ZMK keempat diidentifikasi oleh Lundbeck sebagai P. caulifera (dari Vestmansund, Greenland) sangat mirip dalam kebiasaan untuk spesimen lain, tapi itu sesuai dengan Pachychalina (= Isodictya) excelsa Schmidt (1870). Spesies ini sangat mirip dalam kebiasaan untuk bentuk kokoh H. (H.) oculata, tetapi berbeda dengan, traktat spicule tebal kasar dan oleh kepemilikan chelae. Hal ini mungkin sejenis dengan Isodictya palmata. Sumber: De Weerdt, 1986 HalicloKingdom Animalia Phylum Porifera Class Demospongiae Order Haplosclerida Suborder Haplosclerina Family Chalinidae Genus Haliclona Subgenus Haliclona Species Haliclona oculata na oculata

Spongilla Kingdom : Animalia Phylum : Porifera Class : Demospongiae Order : Haplusclenida Family : Spongillidae Genus : Spongilla Species : Spongilla lacustris

Memahami ayat al-Quran tentang prilaku dermawan Standar kompetensi - Memahami ayat al-Quran tentang prilaku dermawan Kompetensi Dasar - Menjelaskan tentang ayat al-Quran tentang prilaku dermawan - Menunjukkan sikap dan prilaku dermawan Ringkasan Materi A. QS. Al-Isra: 26 27 1. Terjemahan 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan

itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. 2. Penjelasan Orang yang beriman mempunyai kewajiban kepada kerabatnya, yaitu memberikan hak mereka. Kerabat adalah keluarga, yaitu yang mempunyai hubungan darah dengan kita, baik hubungan darah dekat maupun jauh. Mereka mempunyai hak kepada keluarganya, salah satunya yaitu bantuan materi. Bila salah satu dari mereka ada yang kekurangan harus dibantu. Mereka harus didahulukan daripada yang lain. Setelah itu barulah perhatian ditujukan kepada yang lain, terutama orang miskin. Orang miskin adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan primernya. Kebutuhan primer adalah kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Ibnu sabil adalah orang yang terlantar dalam perjalanan. Mereka juga perlu dibantu supaya

dapat kembali ke tempat asalnya dan dapat memenuhi kebutuhan hidup seperti biasanya. Bila tidak dibantu mereka dapat menimbulkan masalah sosial, seperti pencurian, gelandangan, pengangguran dan sebagainya. Anak-anak terlantar atau orang-orang gelandangan termasuk ibnu sabil. Mubadzir maksudnya adalah sebagai berikut: a. Mengeluarkan pengeluaran lebih dari yang diperlukan. Misalnya membeli makanan lebih dari kebutuhan, yang mengakibatkan makanan menjadi busuk dan terbuang. b. Mengeluarkan pengeluaran untuk sesuatu yang tidak diperlukan. Misalnya membeli pulpen dua buah padahal yang diperlukan hanya satu. c. Mengeluarkan pengeluaran untuk sesuatu yang tidak dibenarkan agama, misalkan judi. Akan tetapi membelanjakan kekayaan untuk tujuan yang dibenarkan agama, berapapun

besarnya maka hal itu tidak termasuk mubazir. Kehidupan manusia di dunia hanyalah sementara, kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan di akhirat. Untuk dapat hidup bahagia di akhirat yang diperlukan bukanlah kekayaan melainkan pahala. Orang yang membelanjakan kekayaannya di jalan Allah, berarti telah menabung untuk pahala di akhirat kelak. Orang yang berbuat mubadzir digolongkan Allah sebagai teman-teman syetan. Artinya, perbuatan mubadzir adalah kebiasaan syetan. Orang yang berbuat mubadzir berarti telah ikut melakukan perbuatan yang telah dilakukan syetan. Syetan ingkar kepada Allah karena ia sombong dan mengikuti hawa nafsunya. Orang yang berbuat mubadzir adalah teman syetan. Perbuatannya dilakukan karena

sombong dan hawa nafsunya, bukan karena ikhlas. Syetan akan dihukum oleh Allah nanti di akhirat karena kesombongan, nafsu dan perbuatan mubadzirnya. Orang yang berbuat mubadzir juga akan bersama-sama syetan menerima siksaan dari Allah di neraka. Membantu yang paling diutamakan adalah membantu kerabat dan keluarga, sebagaimana rasululloh SAW bersabda: : ( ) Artinya: Rasululloh SAW bersabda, Sedekah kepada orang miskin adalah sedekah, dan kepada kerabat ada dua (manfaatnya) sebagai sedekah dan menyambung (kasih sayang) (HR. Tirmidzi) karena mereka lebih utama bagi (perhatian)mu, kebajikanmu, dan pemberianmu. Jelaslah bersedekah kepada orang miskin itu

penting, tetapi kepada keluarga lebih penting lagi. Fungsi sedekah kepada fakir miskin adalah sedekah, tetapi sedekah kepada kerabat berfungsi dua, sebagai sedekah dan dapat mengokohkan silaturahim. Keluarga juga tidak hanya membutuhkanperhatian materi, mereka juga membutuhkan perhatian yang bersifat immateri seperti kasih sayang, nasihat, arahan dan sebagainya. B. QS. Al-Isra: 29 30 1. Terjemahan 29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852] Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. 30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hambahamba-Nya.

[852] Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah. 2. Penjelasan Ayat 29 surah al-Isra di atas menjelaskan tentang bagaimana cara yang tepat dalam menggunakan atau mengelola harta yang dimiliki. Ayat tersebut diawali dengan larangan memebelenggukan tangan ke leher. Maksud ungkapan Membelenggukan tangan ke leher adalah pelit atau kikir. Jadi jelas ayat tersebut diawali dengan larangan untuk berbuat pelit atau kikir. Perlu disadari bahwa harta yang kita miliki adalah nikmat dari Allah. Sebagai nikmat, harta tersebut harus kita syukuri dengan cara menafkahkan sebahagiaannya untuk kepentingan agama dan sosial, seperti memberikan sumbangan pembangunan masjid, sarana pendidikan, santunan fakir miskin dan sebagainya. Selain itu harta juga

merupakan amanat, oleh karena itu kita harus mengurusinya dengan benar, antara lain dengan tidak berlaku boros. Di dalam ayat 29 surah al-Isra, Allah juga melarang membentangkan tangan dengan selebar-lebarnya. Maksud ungkapan Membentangkan tangan selebar-lebarnya adalah boros. Jadi pada ayat tersebut Allah, melarang kita untuk berbuat kikir sekaligus melarang untuk berbuat boros. Sebab kedua sifat tersebut merupakan sifat tercela yang bisa mendatangkan keburukan. a. Akibat orang yang boros Akibat orang yang boros, ia akan duduk menjadi tercela dan diliputi penyesalan. Orang yang boros akan terduduk dan tidak berguna lagi dan tidak bisa melakukan apaapa sebab hartanya telah habis. Sehingga dia menjadi tercela dan tidak dihargai oleh orang lain dan akhirnya ia pun menyesal karena

telah terlanjur menghambur-hamburkan hartanya. Ia baru menyadari jikalau keperluannya masih banyak sedang dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pada saat itulah dia akan merasakan penyesalan yang luar biasa. b. Akibat orang yang kikir Di dalam surah Ali-Imran ayat 180, Allah SWT menerangkan akibat yang akan ditanggung oleh orang yang kikir, yaitu harta yang ia bakhirkan akan dikalungkan kelak di akhirat, Allah berfirman: Artinya: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang

ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali-Imran: 180) Allah menegaskan bahwa kekayaan yang sengaja ditimbun oleh orang-orang kikir serta tidak mereka keluarkan zakat dan sedekahnya, maka kekayaannya itu akan dikalungkan ke leher-leher mereka di hari akhirat. Mereka akan memanggul kekayaan itu sehingga mereka akan tertatih-tatih dan tidak mampu bergerak dengan cepat untuk menghadap Allah di padang mahsyar, padahal setiap orang pada waktu itu ingin segera menghadap-Nya untuk memperoleh karuniaNya yang berupa syurga. Di dalam sebuah riwayat bahkan digambarkan bahwa kekayaan itu akan berubah menjadi ular yang selalu memagut mereka sepanjang perjalanan ke padang mahsyar. Dengan tertatih-tatih berarti mereka juga

dipermalukan sebagai orang yang tidak mau membayar zakat dan tidak mau sedekah sewaktu hidup di dunia. Bahkan kekayaannya di neraka akan mencekik mereka sehingga menambah siksaan bagi mereka. Perlu kita ketahui pula, bahwa di dalam ayat 29 surah al-Isra Allah melarang kikir dan boros, berarti ayat ini menghendaki sikap tengah-tengah. Sikap tersebut adalah sikap dermawan. Jadi sikap dermawan adalah sikap di antara kikir dan boros. Allah SWT melapangkan dan menyempitkan rezeki sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Semuanya berfungsi sebagai ujian. Sanggupkah yang kaya untuk tidak berbuat kikir dan tiddak berbuat boros menggunakan kekayaan yang dimilikinya? Sanggupkah yang disempitkan rezekinya (orang miskin) bersabar, kemudian mau berusaha keras dan tidak berputus asa? Apa yang diberikan oleh

Allah SWT, itulah yang terbaik bagi mahlukNya. Karena Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Teliti terhadap kondisi segala mahluk-Nya. Namun perlu pula diingat bahwa ada kemiskinan diberikan Allah SWT sebagai hukuman kepada manusia. Hal itu antara lain dikarenakan mereka tidak mau mengingat Allah dalam hidup mereka. Firman Allah SWT dalam surah Taha ayat 124 menggambarkan hal itu: Artinya: Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS. Taha: 124) Grantia Scientific classification Kingdom: Animalia Phylum: Porifera Class: Calcarea Subclass: Calcaronea Order: Leucosolenida

Family: Grantiidae Genus: Grantia Fleming, 1828 Species include: Grantia arctica Grantia asconoides Grantia capillosa Grantia comoxensis Grantia compressa Grantia intermedia Grantia singularis