majalah frasa

40
Frasa EDISI 5 TAHUN PERTAMA | MAJALAH DIGITAL | SELASA, 30 OKTOBER 2012 EKSISTENSI BUKU DI ERA DIGITAL Cerpen Desi Sommalia Gustina | Puisi Oscar Amran dan Matroni el-Moezany | Cerpen Teenlit Muhammad Dede Firman | Puisi Teenlit Rizki Indah Ferina, Luthfi Bachtiar, Magfiroh Az Zahra dan Sri Nurhayati | Fiksimini Riza Multazam Luthfy | Puisimini Puspita Ann dan Nadia Almira Sagitta Art Cover: Internet

Upload: majalah-frasa

Post on 22-Mar-2016

258 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Edisi 5 Tahun Pertama

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Frasa

FrasaE d i s i 5 Ta h u n p E r Ta m a | m a j a l a h d i g i Ta l | s E l a s a , 30 o k To b E r 2012

EksistEnsi Buku

di Era digiTalCerpen desi sommalia gustina | puisi oscar amran dan matroni el-moezany | Cerpen Teenlit muhammad

dede Firman | puisi Teenlit rizki indah Ferina, luthfi bachtiar, magfiroh az Zahra dan sri nurhayati | Fiksimini riza multazam luthfy | puisimini puspita ann dan nadia almira sagitta

art Cover: internet

Page 2: Majalah Frasa

FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Penanggungjawab : 4 BratvasPemimpin Umum : Makmur HMPemimpin Redaksi : M Asqalani eNeSTeWakil Pemipin Redaksi : Delvi AdriTim Redaksi : Jhody M Adrowi Makmur HM M Asqalani eNeSTe Delvi Adri Yohana May Moon Nst Nia Nurul Syahara Putu Gede Pradipta Design Tata Letak : Makmur HM Sekretaris Redaksi : Jhody M Adrowi

m a j a l a h d i g i T a lFrasa Assalamualaikum

dan salam hangat Frasa untuk kita semua...

Lebih dari satu dekade lalu teknologi Short Message Ser-vice (SMS) muncul, lalu dis-usul dengan surat elektronik (email), messenger, e-book, e-newspaper, e-tabloid, e-magazine, dan e-brochure. Belum lagi blog, microblog-ging, dan social networking, memudahkan orang untuk mencari informasi, tak perlu sulit-sulit mencari dan mem-baca buku. Rasanya penggu-naan buku atau sesuatu yang tercetak akan semakin jarang dilakukan.

Hal tersebut tentu men-jadi kekhawatiran tersendiri bagi perusahaan-perusahaan percetakan, terutama buku. Namun, ternyata kekhawati-ran itu tidak hanya di rasakan oleh stakeholder atau peng-usaha saja melainkan juga para penulis karena penulis biasanya sangat mengharap-kan karyanya terbit dalam bentuk buku dan tersedia di

toko-toko buku.Hal-hal seperti diatas itulah

yang memaksa redaksi untuk mengangkat tema Eksistensi Buku di Era Digital ini.

Selain tema utama diatas, redaksi juga mencoba berb-agi pengetahuan mengenai 5 Sastrawan Dunia yang Mera-sakan Dinginnya Sel Penjara yang termaktub dalam rubrik Sastra Dunia.

Kemudian pada rubrik Sastra Indonesia, redaksi mengangkat artikel tentang kegalauan kiblat sastra yang dianut di Indonesia.

Pada rubrik Sastra Reli-gi dan rubrik Sastradukasi, redaksi masih melanjutkan artikel pada edisi 4.

Selain itu tentunya karya-karya ciamik berupa cerpen, puisi, cerpen teenlit, puisi teenlit, fiksimini dan pui-simini masih tetap tersuguh sedemikian fresh-nya untuk pembaca nikmati dimanapun anda berapa.

Terakhir, redaksi ucapkan:Selamat membaca!

redaksi

Redaksi menerima tulisan yang bersifat orisinil dan belum pernah diterbitkan

di media manapun. Tulisan berupa karya sastra yang terbit akan dibuku-

kan setiap edisi akhir tahun.email: [email protected]

TariF iklan Full Colour pEr Edisi1/4 halaman: Rp150,000 1/2 Halaman: Rp300,000 1 Halaman: Rp500,000 Iklan Sosial: Mulai Rp30,000 - Rp100,000

alamaT rEdaksi / konTak Email: [email protected] Phone: 0852 6536 9405 Blog: http://majalahfrasa.blogspot.com/

hal

2 salam

Redaksi Majalah Frasa saat pertamakali bertemu dan membi-carakan pendirian Msd Frasa.

Page 3: Majalah Frasa

Frasa Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

hal

3daFTar isi

halaman 6utama: Eksistensi buku di Era digital

halaman 105 sastrawan dunia yang merasakan dinginnya sel penjara

halaman 12Yang manakah sastra kita sebenarnya? (antara kontekstual dan universal)

halaman 14sastra religi: sastra islam, sastra sufi (bagian 2)

halaman 18komunitas: Catatan kecil tentang perjalanan komunitas penyair institute

halaman 20Cerpen desi sommalia gustina: janji senja

halaman 24puisi oscar amran dan matroni el-moezany

halaman 26sastradukasi: nilai budaya asing dalam sastra anak Terjemahan (bagian 2)

halaman 28lentera budaya: kerjajinan getah nyatu

halaman 29lentera budaya: permainan Tradisional bekel

halaman 30Cerpen Teenlit muhammad dede Firman: kehangatan mentari dan kasih ayah

halaman 32puisi Teenlit rizki indah Ferina, luthfi bachtiar,

magfiroh az Zahra dan sri nurhayati

halaman 34Fiksimini riza multazam luthfy: mayat gentong

halaman 35puisimini puspita ann dan nadia almira sagitta

halaman 36inspiring: hadiah untuk mo Yan (peraih nobel sastra 2012)

Page 4: Majalah Frasa

hal

4 nEXT issuE

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Sastra memiliki peran pent-ing untuk mendorong efektivitas pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pendekatan menyeluruh. Pendidikan karak-ter dapat menjembatani dimensi moral pendidikan dengan ranah sosial dan sipil kehidupan siswa.

Lalu, Benarkah sastra mempu-nyai kaitan erat dengan perkem-bangan karakter individu atau masyarakat?

pEndidikan karakTEr lEwaT sasTra

intisari-online.com

Page 5: Majalah Frasa

hal

5CornEr

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Pesan Melalui:http://minangkabauonline.com/buku

karya Muhammad asqalani eNesTe

harga Rp40.000,-

telah terbit!Tangisan kanal anakanak Nakal

(125 Puisi Pendek)

spEsiFikasi buku

Sajak-sajak Muhammad Asqalani eNeSTe mengingatkan pada Presiden Penyair (Sutarji). Di balik diksi yang terkesan nyeleneh dan aneh tersimpan makna yang begitu dalam. Ia juga sangat lihai memasukkan kata-kata asing seh-ingga semakin kokoh diksi dan maknanya.

Judul: Tangisan Kanal Anakanak Nakal (125 Puisi Pendek)(Hardcover)ISBN 978-602-17023-6-9Hal. xiv+133Ukuran: 5.6 x 7,7 inchBISAC: Antologi Puisi

Page 6: Majalah Frasa

hal

6 uTama

EksisTEnsi buku di Era digiTaloleh: Elisabetyas

“Sebelum sebagian besar penduduk dunia ini menjadi kutu buku, kita telah sampai pada satu masa ketika dunia melesat ke alam audio-visual,

virtual, dan multimedia.” (“Pada Mulanya Sebuah Buku”, dalam Bukuku Kakiku)

Begitulah kekhawatiran yang diungkapkan Melani Budianta, seorang pengamat budaya dan sastra. Kekhawatiran lainnya adalah dengan adanya zaman digital dan virtual, zaman buku pun perla-han akan punah. Mungkin tidak ada lagi tumpukan buku di perpustakaan suatu hari nanti, tergantikan oleh tumpukan CD berisi konten buku-buku.

Dunia telah melalui masa beretorika atau berbi-cara. Lalu kita pernah masuk ke era percetakan. Tak lama dunia menghadapi era penyiaran yang disaji-kan oleh televisi. Sekarang kita berada di era digi-tal. Dunia berubah begitu cepat, terutama peruba-han teknologi. Itu berpengaruh kepada bagaimana orang berpikir dan bertindak.

Tanpa disadari, setiap hari manusia tak bisa lepas dari terpaan pengaruh digital. Lebih dari satu dekade lalu teknologi Short Message Service (SMS) muncul, lalu disusul dengan surat elektronik (email),

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 7: Majalah Frasa

hal

7uTama

messenger, e-book, e-newspaper, e-tabloid, e-mag-azine, dan e-brochure. Belum lagi blog, microblog-ging, dan social networking, memudahkan orang untuk mencari informasi, tak perlu sulit-sulit men-cari dan membaca buku. Rasanya penggunaan buku atau sesuatu yang tercetak akan semakin jarang dilakukan.

Satu pertanyaan dasar yang kemudian muncul di era digital ini, bagaimanakah nasib industri perc-etakan atau penerbitan? Apakah mereka akan mati perlahan-lahan?

Di negara maju yang budaya bacanya tinggi, Amerika Serikat contohnya, setiap tahun setidaknya diterbitkan 75.000 judul buku. Di negara berkembang seperti India—yang menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal penghasil buku—, jumlahnya men-capai 60.000 judul buku terbit setiap tahun.

Bagaimana dengan Indonesia? Memprihatinkan. Meski sama dengan India sebagai negara berkem-bang, jumlah buku yang diterbitkan di Indonesia per tahun jauh lebih sedikit, yakni 7.000 judul.

Lin Che Wei, seorang analis keuangan, menga-takan, “Buku-buku yang laku dan populer cend-erung hanya buku fiksi dan novel. Minat orang ter-hadap buku-buku ber-sifat teknis seperti buku manajemen, finance, dan nonfiksi sangat ter-batas.” (“Peranan Buku dalam Hidup Saya” dalam Bukuku Kakiku)

Kita dapat mem-bayangkan jika era digital sudah mengakar di Indonesia—ditam-bah lagi buku nonfiksi kurang populer—, maka bukan tak mungkin akan semakin sedikit judul buku yang diterbitkan di Indonesia. Masyarakat akan beramai-ramai mem-beli e-book melalui internet.E-book di Era digital

Kemunculan e-book store pertama di Indonesia dipelopori oleh Papataka.com yang menggunakan Digital Rights Management (DRM), seperti dilansir Kompas.com Februari 2011 silam. Modelnya mirip dengan Amazon.com yang menjual e-book lewat internet. Bedanya hanya Amazon memiliki eRead-ers sendiri yaitu Amazon Kindle, sedangkan Papata-ka.com masih menggunakan eReaders dari produk luar negeri.

Tak bisa dipungkiri, kehadiran e-book disukai

oleh masyarakat karena kepraktisannya. Diramal-kan bahwa adanya e-book akan lebih efisien kar-ena tak perlu lagi ada ongkos cetak dan distributsi. Belum lagi harga yang ditawarkan pasti lebih murah ketimbang buku yang tercetak. Harga sebuah judul e-book bisa 20 persen lebih murah daripada ben-tuk cetaknya.

Pemerintah Indonesiapun ikut berkontribusi dalam mempromosikan e-book. Untuk buku-buku pelajaran, pemerintah menyediakan setidaknya 37 judul e-book yang sudah dibeli hak ciptanya dan bisa diunduh siapa saja.

Beberapa penerbit buku juga telah mengantisi-pasi terjadinya penurunan minat masyarakat untuk membeli dan membaca buku. Bisnis percetakan dan media cetak kini pun turut menyediakan for-mat digital untuk buku dan koran, seperti e-book dan koran digital. Gramedia, salah satu penerbit terbesar di Indonesia, pun melengkapi produk-produknya dengan format digital. Setidaknya Gra-media Online menyediakan 60.000 buku.

CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo, sep-erti dikutip Kompas.com, mengatakan industri per-bukuan di Indonesia kurang tumbuh baik selama

puluhan tahun. Perso-alan minat baca, daya beli masyarakat yang rendah, dan distribusi yang tidak merata, hing-ga soal pajak perbukuan juga tidak mendapatkan solusi.

Dalam berita berjudul “Laju Industri Perbukuan Semakin Berat” terse-but, Agung Adiprasetyo menuturkan, di belahan bumi lain pun industri perbukuan mengalami penurunan. Di era digi-

tal, perkembangan e-book diperkirakan lebih besar dari cetak. Tantangan industri perbukuan makin sulit, bisa jadi semakin banyak usaha toko buku dan penerbit yang bangkrut. (http://tekno.kompas.com/read/2010/07/04/17221540/Bisnis.eBook.Store.di.Indonesia..Peluang.Besar.Tantangan.Banyak.

Namun, khusus di Indonesia, penerbit buku tak perlu takut akan ancaman dari dunia digital ini. Hal itu justru menantang penerbit untuk lebih berinovasi dalam menerbitkan buku-buku bagus yang berkualitas. Pasalnya, reading habit dalam masyarakat Indonesia belum merata. Bagi orang-orang yang hidup di perkotaan dan sudah berke-

kemunculan e-book store pertama di indonesia dipelopori oleh papataka.

com yang menggunakan digital rights management (drm), seperti dilansir

kompas.com Februari 2011 silam. modelnya mirip dengan amazon.com yang

menjual e-book lewat internet. bedanya hanya amazon memiliki ereaders sendiri

yaitu amazon kindle, sedangkan papataka.com masih menggunakan ereaders dari

produk luar negeri.

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 8: Majalah Frasa

hal

8

nalan dengan internet, buku mungkin menjadi pili-han kedua. Akan tetapi, masyarakat di pelosok yang belum ”akrab” dengan buku, perlu diperkenalkan dengan kebiasaan reading habit dan tentunya buku masih akan sangat dihargai. Peluang itulah yang bisa diambil oleh penerbit buku di Indonesia untuk membangkitkan kembali usaha percetakan buku.buku di Era digital

Dengan adanya era digital, hampir semua orang berpendapat bahwa banyak kelebihan yang dirasa-kan. Orang semakin mudah mencari informasi mela-lui internet. Biaya yang dikeluarkan untuk mendap-atkan informasi pun relatif lebih sedikit. Belum lagi efisiensi waktu yang ditawarkan era digital dalam menghimpun informasi.

Namun di balik semua kecanggihan dan kelebi-han yang ditawarkan era digital, masih tersimpan kelebihan mendasar yang ditawarkan oleh buku dan hasil cetak lainnya.

Tidak semua informasi berbentuk digital yang disediakan internet terjamin keakuratannya. Siapa saja bisa mem-posting ide dan pikirannya melalui internet. Tantangan yang harus ditaklukkan genera-si muda saat ini adalah mereka harus memiliki criti-cal thinking skill untuk memilih dan memilah mana informasi yang benar dan mana yang salah.

Sebuah buku menawarkan informasi yang runut. Pola berpikir penulis buku akan terlihat dalam penyajian bab dan tutur katanya, sehingga mem-bantu pembaca lebih paham akan isi buku. Dalam sebuah buku, ditemukan lebih sedikit kesalahan berpikir dan ketidakakuratan informasi dibanding-kan sumber dari internet.

Aktualisasi menyentuh lembar demi lembar sebuah buku membuat pembaca lebih menghayati dalam membaca, dibandingkan menaik-turunkan kursor dalam membaca e-book di komputer atau laptop. Orang bisa membubuhkan catatan dan menggaris-bawahi pokok penting dalam buku—yang mana tidak bisa dilakukan saat membaca e-book.

Kita membaca karena banyak alasan: hiburan, pelajaran, dan referensi. Ada banyak cara juga untuk menerbitkan buku. Hal utama yang diberikan revolusi digital kepada kita adalah alternatif pilihan yang banyak dan berkembang. Revolusi ini telah membuka masa depan yang sebenarnya tak terba-tas. Media cetak yang ada saat ini—buku, majalah, surat kabar—tidak juga bisa dikatakan kuno. Mereka sekarang didukung, bukan digantikan, oleh media baru, dan media-media baru itu akan memungkink-an kita untuk menerbitkan dalam cara-cara yang baru.***

uTama

Tidak semua informasi berbentuk digital yang disediakan internet terjamin keaku-ratannya. siapa saja bisa mem-posting ide

dan pikirannya melalui internet. Tantangan yang harus ditaklukkan generasi muda saat ini adalah mereka harus memiliki

critical thinking skill untuk memilih dan memilah mana informasi yang benar dan

mana yang salah.

Frasa Edisi 4 Tahun I [Jumat, 28 September 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 9: Majalah Frasa

hal

9uTama

Frasa Edisi 4 Tahun I [Jumat, 28 September 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Pesan Melalui:http://minangkabauonline.com/buku

karya Makmur HM

harga Rp38.000,-

telah terbit!aku Puisi,

Puisi-puisi dari Robekan kertas

spEsiFikasi buku

Aku Puisi adalah sekumpulan memori luka duka serta suka cita dalam kehidupan yang digores-kan Makmur HM pada sobekan-sobekan kertas, sesuatu yang menjadi puisi, yang seharusnya ia lukapan.

Judul: Aku Puisi, Puisi-puisi dari Robekan Kertas(Hardcover)ISBN 978-602-17023-5-2Hal. viii+83Ukuran: 5.6 x 7,7 inchBISAC: Antologi Puisi

Page 10: Majalah Frasa

sasTra dunia

Penjara bukan tempat yang tepat untuk mem-batasi dan memagari pemikiran yang merde-ka, jujur, tulus, dan berani. Di berbagai negara,

musuh nomor satu para rezim adalah aktivis, sas-trawan, dan jurnalis, terlebih di awal-awal abad 20. Berikut adalah sastrawan yang pernah dipenjara rezim pemerintah yang tidak menyukai kejujuran dan keberanian mereka:

1. Cervantes

Cervantes (1547 – 1616) adalah seorang novelis dan penyair yang berkebangsaan Spanyol. Karyanya yang terkenal adalah Don Quixote, yang disebut-sebut sebagai novel modern perta-ma, dan juga dianggap cikal bakal sastra barat

klasik. Pada tahun 1570, namanya masuk ke dalam daftar wajib militer, dan menjadi bagian dari resi-men infanteri Spanyol selama lima tahun lamanya.

Pada tahun 1585, ia menerbitkan novel pasto-ralisasi, La Galatea. Karena ia mengalami kesulitan finansial, ia kemudian bekerja sebagai pengumpul logistik bagi armada Spanyol, lalu kemudian menja-di penagih pajak. Namun pada tahun 1597, sebuah penyimpangan terjadi dalam rekening simpanan-nya selama tiga tahun terakhir, dan itulah yang mengantarkannya masuk Penjara Crown di Kota Sevilla. Pada tahun 1605, ia tinggal di Kota Val-ladolid, beberapa saat setelah meraih kesuksesan dari novel Don Quixote bagian pertama. Ia terus

berkarya dan meninggal dunia di Kota Madrid.

2. VoltaireVoltaire (1694-

1778), atau dikenal juga sebagai Francois-Marie Arouet. Den-gan nama Voltaire, ia dikenal sebagai penu-lis yang memberikan banyak pencerahan. Dalam bidang filosofi ia dikenal sebagai orang yang cerdas, khusus-

nya dalam kebebasan dan hak-hak sipil, termasuk di dalamnya mengenai kebebasan beragama. Dia dikenal juga sebagai seorang penulis yang sangat rajin dan menghasilkan banyak karya hampir di setiap bentuk jenis karya sastra, lebih dari 20.000 surat dan lebih dari 2.000 buku dan pamflet. Ia ada-lah salah seorang yang vokal dalam menyuarakan kepentingan rakyat, dan juga mendukung adanya reformasi sosial. Seringkali ia melakukan sebuah perlawanan dengan pendapat yang dikemasnya dalam sebuah satir, saat itu yang menjadi bahan kritikannya adalah Institusi Gereja dan pemerintah Prancis. Bahkan beberapa kali ia keluar masuk pen-jara dan diasingkan.

Pada tahun 1717, di awal usianya yang ke 20 tahun, ia terlibat dengan sebuah konspirasi Cel-lamare bersama Giulio Alberoni, guna menentang seorang bangsawan Philippe II (Duke Of Orlé-ans), seorang perwakilan Raja Louis XV di Prancis. Ia menuliskan sebuah satire mengenai pemerin-tahan otonom yang dipimpin oleh Phililppe II, dan

5 sastrawan dunia yang merasakan dinginnya sel penjara

hal

10

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

oleh: galih pakuan

Page 11: Majalah Frasa

sasTra duniamengakibatkan dia masuk ke penjara terbesar dan terkenal di Paris, Bastille, selama 8 bulan.

3. st. Thomas moreSaint Thomas More,

adalah seorang pen-gacara, pengarang dan negarawan yang berkebangsaan Ing-gris. Selama hidupnya, ia banyak memeroleh penghargaan sebagai pemimpin gerakan humanis, dan men-jabat berbagai posisi

yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Ia juga yang memberikan kata “Utopia” untuk sebuah pandangan ideal mengenai bangsa yang hidup di sebuah pulau imajiner dengan sistem politik yang dijelaskan pada bukunya tersebut (1516). Namun sebagai seorang jenius dan disukai kalangan rakyat, ia dibenci pemerintahannya sendiri. Pada 6 Juli 1535, ia tewas akibat dihukum gantung atas perintah raja, karena menolak menandatangani surat persetujuan atas Henry VIII untuk menjadi pemimpin tertinggi gereja di Inggris.

Sebelum ia dipenggal, penjara terkenal, Tower of London, menjadi persinggahannya terakhir, tempat ia menulis sebagai bentuk pengabdiaannya terhadap gereja. Empat ratus tahun setelah kematiannya, Paus John Paul II pada tahun 1980 menganugerahi Thomas More gelar “Saint” (Santo) sesuai dengan kecakapan-nya di bidang politik dan tata Negara.

4. paul VerlaineVerlaine (1844-

1896) adalah seorang penyair berkebang-saan Prancis yang sering dihubung-hubungkan dengan gerakan simbolis. Ia pun dianggap seba-gai sebuah perwakilan dari syair/puisi Prancis. Pada September 1871,

ia menerima surat per-tamanya dari penyair Arthur Rimbaud. Setahun kemudian, ia sudah tidak lagi tertarik melanjutkan kehidupan rumah tangganya bersama Mathilde, dan meninggalkan anaknya, hanya untuk mene-mani pengembaraan Rimbaud—kekasih barunya.

Perjalan asmara Rimbaud dan Verlain membawa mereka ke Kota London, pada tahun 1872. Namun

sebuah peristiwa terjadi pada tahun 1873, dalam keadaan mabuk, terbakar api cemburu, ia mengarah-kan pistol dan menembakannya ke tubuh Arthur Rim-baud. Namun beruntung bagi Rimbaud yang hanya terluka pada pergelangan tangannya saja. Akibat ulahnya itu, Verlaine ditangkap dan dimasukan keda-lam penjara di Kot Mons. Di dalam penjara itulah ia kemudian mendalami kembali agama Kristen katolik yang dulu diabaikannya. Setelah bebas dari penjara, ia bepergian ke Kota London, tinggal di sana bebera-pa tahun dan menjadi seorang pengajar. Ia kembali ke Paris pada 1877, mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah, di Kota Rethel. Ia kembali menulis puisi, seba-gai efek dari pertemuannya dengan Lucien Létinois—murid yang menginspirasinya. Namun hidupnya bera-da dalam kehancuran ketika ia menemukan anaknya tewas akibat penyakit tifus pada 1883. Ia diketahui menjadi seorang pecandu obat-obatan terlarang, alkohol dan hidup dalam kemiskinan.

5. aleksandr solzhenitsynSolzhenitsyn (1918 – 2008) adalah seorang nov-

elis, dramawan, sejarawan yang berkebangsaan Rusia. Melalui sebuah tulisan, ia membuat mata dunia tertuju dan mengawasi sistem kamp tahanan di Gulag, Uni Sovyet. Aki-bat ulahnya ia diasing-kan dari Uni Sovyet pada 1974. Ia dianugerahi penghargaan nobel di bidang sastra pada 1970. Selama Perang Dunia

II, ia mengabdi sebagai seorang bagian dari tentara kebanggaan Uni Sovyet, Red Army. Di garis depan ia terlibat langsung dalam berbagai pertempuran besar. Pada Februari 1945, ketika bertugas di Prussia Timur, dia ditangkap akibat membuat sebuah tulisan berbau sindiran dan hinaan, dalam sebuah surat yang ia tuju-kan kepada seorang teman, N.D Utkevich. Dalam surat itu ia membahas mengenai perang yang dikomandoi oleh Josef Stalin, yang dia sebut “The Whiskered One,” “Khozyain” (The Master) dan “Balabos”, (Odessa, bahasa yidishnya untuk Tuan”).

Dia dituduh sebagai pengusung propaganda anti Sovyet, dengan menulis “Article 58” yang menuli 10 kode kejahatan Uni Sovyet dan penemuan sebuah organisasi musuh. Solzhenitsyn ditangkap dan dipenjarakan di Lub-yanka Moscow, di tempat itulah ia mengalami siksaan dan diinterogasi. Awal masa hukumannya, ia banyak ber-pindah-pindah tempat tahanan. Selama beberapa tahun ia hidup di pengasingan, selanjutnya ia mendapatkan penangguhan hukuman dan kembali ke Russia. (**)

hal

11

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 12: Majalah Frasa

Yang manakah sastra kita sebenarnya? (antara kontekstual dan universal)

oleh: sutejo

Satu hal yang patut kita amati adalah masalah penentuan manakah sastra, dan manakah yang bukan (belum) sastra. Agaknya keputusan masih terletak erat di tangan para kritisi sastra. Efek dari keadaan ini tam-pak sekali dalam dunia pengajaran sastra di sekolah, yang banyak memanfaatkan vokal para kritisi seba-gai senjata andal dan pamungkasnya. Bahkan, tidak jarang dalam mengajarkan sastra mereka mengena-kan ‘’seragam apresiasi’’, kemudian dikenakan beramai-ramai oleh siswa sebagai penikmat sastra. Dan jarang sekali, memilih karya sastra yang bertebaran dan yang telah terpublikasikan di media massa.

Inilah kenyataan sekarang. Terkecuali bila penga-rangnya sudah mempunyai tahta –sebagai sastrawan yang mapan- bukan sastrawan pemula yang masih banyak mencoba-coba mencari bentuk dan jati diri. Maka dari keadaan ini, tidaklah mengheranka bila pada ‘’pertemuan Sastrawan Muda Jawa Timur’’ tem-po hari, ada semacam kesepakatan masalah perlunya

respon para kritisi terhadap karya mereka, minimal diperhatikan dan diperhitungkan kehadirannya. Atau, katakanlah, ada semacam kesepakatan dibutuhkan-nya ‘’keterterimaan’’ atas kehadirannya, bukan antisi-pasi ataupun ‘’keteracuh-tak-acuhan’’.

Barangkali, inilah suatu keironisan panjang yang akan menjadi keriskanan, bila sang kritisi tidak juga mau dan sudi mengerlingkan mata pada sastrawan muda yang mencoba merangkak untuk menemukan sosok sastranya yang ideal, karena mereka ibarat tum-buhan adalah calon-calon benih yang akan tumbuh. ‘’Bagaimana agar mereka tidak mati?’’ tentunya dibu-tuhkan siraman dan perhatian terhadapnya agar tidak musnah.

Sastra UniversalSastra inilah, agaknya yang diidealkan oleh kriti-

si sastra, yakni ‘’sebuah karya sastra yang berada di awang-awang’’, karena sastra ini dianggap mempunyai nilai rasa universal, yang tidak dibatasi oleh ruang dan

Setiap saat kita selalu dihadapkan pada pertanyaan klasik, namun bila kita bicarakan akan semakin asyik. Yakni, tentang manakah sastra kita? Sehingga jawabannya akan sangat perspektif sekali, tanpa ada suatu kepastian. Termasuk para ‘’dewa-dewa sastra’’ sekarang tak mampu memberikan jalan tengah. Mereka berpendapat sendiri dengan penuh kesubjektivitasan. Di satu sisi, di dengungkan tentang sastra adiluhung yang mempunyai nilai sastra tinggi, dengan begitu orientasi diarahkan pada lapisan masyarakat tertentu, yakni para kritisi sastra. Sementara, di sisi lain didengungkan tentang sastra yang kontekstual, yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat (sosial, budaya, pendidikan, teritorial daerah, dan seterusnya).

hal

12 sasTra indonEsia

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 13: Majalah Frasa

waktu, yang berlaku kapan saja dan di mana saja. Dan sastra macam ini hanyalah milik orang-orang tertentu. Ambillah contoh, karya sastra yang mendapat Hadiah Nobel, yang penciptaannya cenderung diorientasikan untuk konsumsi bagi konsumen tertentu, yakni para kritisi sastra. Dengan begitu, akan terasa adanya kes-enjangan panjang dengan penikmat yang lain.

Pada keadaan ini, muncullah problema bahwa sas-tra kita akan menjadi tidak akrab lagi dengan publik sendiri (masyarakat), tepatnya hanya untuk kalan-gan tertentu. Sehingga akan terasa menyakitkan bila ketidaktahuan penikmat yang lain, dianggap sebagai suatu keterbelakangan, kebodohan, dan kepicikan apresiatornya. Bukankah sebenarnya sastra kita mem-punyai corak tersendiri dengan yang lain?

Dan barangkali, sastra yang macam inilah yang diidealkan dalam tulisan sastrawan Band-ung ‘’Obsesi Resepsi Sastrawan Muda Jawa Timur’’, dengan menampilkan beberapa tuntutan dalam menentukan kebermaknaan suatu karya, diantaran-ya (i) sudahkah karya sastra yang dimaksudkan memenuhi harapan si apresiator (Jauss dan Man-delokov) sehingga dengan begitu akan diperoleh adanya perluasan jarak estetis dan penemuan nor-ma baru, (ii) apakah faktor ketidaktentuan (inerden) dan bidang kosong (Iser) dapat dihadirkan oleh sang kreator dan konstruktif, sehingga karya mem-punyai pesona untuk diapresiasi.

Dalam keadaan ini, agaknya yang patut dicatat adalah apresiator kita yang beragam, sehingga akan muncul kemungkinan bahwa karya itu bermakna bagi yang satu belum tentu bagi yang lain, indah bagi apresiator yang satu belum tentu indah bagi apre-siator lain. Padahal, keindahan dan kebermaknaan itu bukankah ada pada karya itu sendiri, penikmat sastra (apresiator), dan keindahan yang ada di luar antara keduanya. Barangkali yang terpenting adalah bagaimana karya itu bisa berinteraksi secara elastis dan fleksibel dengan penikmatnya.

Sastra KontekstualSastra ini secara ekstrem dapatlah dikatakan seba-

gai pertentangan dari sastra universal. Sastra yang dibatasi oleh konteks tertentu, mempunyai nilai yang berbeda dari kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, tempat yang satu berbeda dengan tempat yang lain, begitu seterusnya. Mungkin karya sastra yang bertebaran hijau di lahan massa dapat digo-longkan dalam sastra ini, di mana sastra yang demiki-an mempunyai hubungan yang lebih akrab dan menyatu dengan penikmatnya. Bukan saja bentuk-bentuk yang demikian dapat dikatakan sastra, sep-erti halnya Yudhistira yang mengatakan bahwa karya sastra adalah sesuatu yang bisa berkomunikasi den-gan lingkungan. Dicontohkan salah satu bentuknya

sastra dangdut. Bagi Romo Mangun, lebih berbicara masalah keagunan yang menggantikan konsep kein-dahan secara formal dalam dunia sastra –keindahan adalah formal dalam dunia sastra – keindahan adalah kecerlangan kebenaran (puchrum splendor est veri-tas), sehingga sastra yang berkualitas baginya adalah sastra yang mempunyai nilai (dimensi) religius.

Bila kita apresiasi beberapa karya sastra yang sudah mapan, banyaklah yang dapat kita golongkan ke dalam karya sastra ini. Di antaranya (1) Pengakuan Pariyem (1981) karya Linus Suryadi AG, (2) Ronggeng Dukuh Paruk (1982), (3) Lintang Kemukus Dini Hari (1985), (4) Jantera Bianglala (1986), yang ketiganya karya Ahmad Tohari, (5) Burung-burung Manyar (1981) karya Romo Mangun, dan masih banyak lagi.

Pada Pengakuan Pariyem tercermin adanya kepas-rahan seorang pembantu yang digauli oleh bendoro-nya, dia terima dengan kepasrahan lego lilo pasrah sumarah menggambarkan adanya ‘’dunia kecil’’ dan ‘’dunia besar’’. Pada ketiga karya Ahmad Tohari tercer-min warna lokal kedaerahannya, yang menggambar-kan warna lokal Jawa (tepatnya Jawa Tengah). Sedan-gkan Burung-burung Manyar Romo Mangun, lebih menonjolkan suatu nilai yang patut dipersembahkan kepada bangsanya, yang mencerminkan keadaan masyarakat (tepatnya masyarakat Indonesia).

Kalau kita mau jujur, sebenarnya banyak sastra Jawa yang mempunyai nilai tinggi. Seperti halnya Wayang, yang banyak mengandung nilai filosofis dan mistis tersendiri, bahkan mistis itu begitu tertanam dalam masyarakat Jawa (tepatnya yang masih meme-gang adat Jawa). Keyakinan akan ‘’candrane pewayan-gan’’ terhadap seseorang yang lahir pada hari terten-tu, misalnya seorang anak yang lahir pada hari Wage, dianggap mempunyai tabiat dan perwatakan yang mirip Bima (=Bayuputro, Werkudoro). Sehingga anak itu, dianggap mempunyai ciri berpendirian teguh, kuat keyakinan, pantang mundur, mempunyai sikap yang sederhana (prasojo), dan seterusnya.

Lalu Sastra Kita?Barangkali kita tidak terlalu repot dan bersusah-

susah dengan teori Barat kemudian kita paksakan pada sastra kita untuk sekadar menentukan baik atau buruknya. Karena, kita mempunyai ciri karakteris-tik yang khas pada sastra kita yang berbeda dengan yang lain. Tapi, bukan menutup kemungkinan bahwa sejumlah teori Barat yang dianggap agung bisa dit-erapkan pada sastra kita, namun jangan disalahkan sastranya. Itu semua adalah sastra kita, milik kita. Mengapa harus memakai ukuran orang lain? Agaknya bukanlah suatu keharusan.

*) Sutejo, atau S.Tedjo Kusumo, (dulu) penulis tingg-gal di Malang.

hal

13sasTra indonEsia

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 14: Majalah Frasa

hal

14 sasTra rEligi

sastra islam, sastra sufi (2)oleh: poetraboemi

Ketiga, jalan kearifan. Seorang pencari set-elah mata hatinya terbuka dan dapat meli-hat jelas realita ciptaannya, maka otoma-tis kearifan akan menyertai kehidupannya. Jalan makrifat dapat dilalui dengan cara tata cara ibadah yang khusuk, dan latihan-latihan penempaan diri dalam. Tentu setelah mela-lui jalan cinta. Tapi jika diperhatikan dengan seksama hubungan antara makrifat dan cara memperolehnya, masih nampak ada kesu-litan di sini untuk mengerti. Bentuk ibadah sekhusuk apa yang harus dilakukan untuk dapat mencapai kemakrifatan ini.Realita iba-dah adalah ritual fisik sedangkan kemakrifa-tan yang dicapai adalah ruhaniah. Bagaima-na ini terhubung?

Melihat pola hubungan ini saya hanya dap-at sampai pada kesimpulan bahwa makrifat memang dapat dicapai dengan ritual-ritual fisik ibadah yang disertai cinta seperti yang ada pada tahapan sebelum tingkatan ini, yaitu cinta. Kesungguhan hati untuk mencari dilan-dasi cinta pada yang dicarinya pada akhirnya membuka pintu kearifan ini.

Keempat, jalan kebebasan. Jalan ini adalah tahapan para pencari sudah mampu menghilan-gkan nafsu untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah atau dengan ikhtiar biasa. Dalam ting-katan ini kesibukan seorang pencari akan fokus pada hal-hal yang utama dan hakiki. Dia melihat

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

bersambung dari edisi 4

Page 15: Majalah Frasa

hal

15sasTra rEligisegala seakan biasa, tanpa ada yang menakjub-kan.

Kelima, jalan Keesaan. Jalan yang menam-pakkan semua pecah tercerai berai dan men-jadi satu kembali. Semua Esa dalam kesempur-naan Tuhan yang Esa. Semua nampak banyak, namun satu saja.

Keenam, jalan hayat atau ketakjuban. Dalam jalan ini sang pen-cari akan mengalami ketakjuban luar biasa karena semua menjadi serba terbalik. Siang jadi malam, malam jadi siang. Semuanya serba berubah. Dari hal ini saya menda-patkan sedikit gambaran tentang adanya perubah-an-perubahan ini. peruba-han-perubahan ini menu-rut saya merupakan tanda bahwa pengalaman-pen-galaman fisis pada kita tidak mampu untuk bers-inergi dengan ke-tetap-an yang akan diraih oleh seorang pencari pada jalan berikutnya. Siang menjadi malam dan malam menjadi siang menjadi semacam per-ingatan pada para pencari bahwa alam fisis itu tidak mampu mengadaptasikan dirinya pada kesempurnaan. Ketika sampai pada level ini pengalaman-pengalaman fisis tadi laksana lukisan yang disiram minyak, luntur dan tidak jelas lagi bentuknya.

Ketujuh, jalan faqir. Ketika sampai pada lev-el ini, sang pencari akan menemukan dirinya secara utuh. Tanpa embel-embel apapun pada dirinya. Yang ditemukannya hanyalah dirinya dan hakikat dirinya. Setelah tahap inipun sang pencari akan menemukan simurgh yang tak lain adalah hakikat dirinya sendiri.

Melalui Musyawarah Burung ini, ‘Attar mengajarkan pada kita bagaimana menjadi seorang pencari sejati. Dan dia pernah mem-buktikannya.

Jalaluddin Rumi Sang Penabur Benih Cinta dari Konya

Rumi memiliki Nama Asli Jalal al-Din Muhammad. Ia lahir dikota Balkh pada tang-gal 30 September 1207 M. Ketika masih rem-aja ia harus mengikuti orang tuanya pindah ke daerah Nisyapur dan kemudian ke Bagdad untuk menghindari serangan bangsa Moghul

di Balkh. Rumi begitu dikenal karena sajak-sajak cintanya yang mengajarkan perdamain. Hal ini dapat dilihat dalam salah satu sajaknya “Nisbinya Keburukan”;

Di dunia ini tiada keburukan yang mutlak: keburukan itu nisbiSadarilah kenyataan ini. Di dunia waktu sesuatu pastilah menjadi pijakan bagi seseorang dan belenggu bagi yang lain-

nya.Bagi seseorang meru-pakan pijakan, bagi yang lainnya merupakan beleng-gu; bagi seseorang merupa-kan racun, bagi yang lain-nya merupakan manis dan berfanfaat laksana gulaBisa merupakan sumber kehidu-pan bagi ular, namun maut bagi manusia; lautan meru-pakan sumber kehidupan bagi binatang laut, namun bagi makhluk daratan mer-upakan luka yang memati-kan.

Semua yang diben-ci menjadi yang dicintai

manakala ia membawamu kepada Sang Keka-sih-mu

Sajak ini menjelaskan bahwa apa yang kita lihat pada dasarnya akan selalu berubah dan memiliki keistimewaannya masing-masing. Tidak perlu kita menyombongkan diri han-ya karena ketampanan atau kekayaan atau kelebihan fisik lainnya. Hanya dengan melihat kelebihan dengan mata hatilah kita dapat tahu kemutlakan apa adanya. Tanpa mata hati kita selalu tertipu dengan segala bentuk fisik yang menipu.

Jejak Sastra Sufi Indonesia ada dalam karya-karya Hamzah Fansuri

Seperti yang dikatakan Dr. Abdul Hadi W.M, biografi tentang Hamzah Fansuri memang tetap kabur. Belum ada bukti-bukti yang mem-beri penjelasan tentang asal-usul sastrawan sufi ini. Namun yang jelas Hamzah Fansuri adalah tokoh penting yang memberi warna pada khasanah kesustraan melayu. Selain seorang sastrawan, Hamzah Fansuri juga ada-lah seorang sufi yang berpengaruh di zaman-nya. Lazimnya seorang sastrawan yang dipen-garuhi oleh spiritual sufi, karya-karya Hamzah Fansuri-pun kental dengan unsur-unsur kesu-fian. Yang pembahasannya tidak akan jauh dari pembahasan Tuhan, cinta, dan asketisisme.

rumi memiliki nama asli jalal al-din muhammad. ia lahir dikota balkh pada tanggal 30 september

1207 m. ketika masih remaja ia harus mengikuti orang tuanya

pindah ke daerah nisyapur dan kemudian ke bagdad untuk

menghindari serangan bangsa moghul di balkh. rumi begitu

dikenal karena sajak-sajak cintanya yang mengajarkan

perdamain. hal ini dapat dilihat dalam salah satu sajaknya

“nisbinya keburukan”;

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 16: Majalah Frasa

hal

16 sasTra rEligiTema-tema yang menandai bahwa Hamzah Fansuri memang mewarisi tradisi sastra sufi, baik yang bercorak Arab maupun Parsi. Selain itu beberapa sajak Hamzah Fansuri, kerap mer-ujuk pada tokoh-tokoh sastra sufi, misalnya Fariduddin ‘Attar, Jalaludin Rumi, dan Ahmad Ghazali. Hamzah Fansuri banyak sekali meng-hasilkan sajak-sajak sufi yang pada umumnya tidak memiliki judul tersendiri. Bahkan naman-yapun kerap kali tidak dicantumkan dalam karya-karyanya itu. Hal inilah yang memuncul-kan kesulitan untuk membedakan karya-karya sastra miliki Hamzah Fansuri dengan sastrawan lainnya. Di antara karya-karya yang dinisbatkan kepadanya yang karena beberapa hal, karya sastra berupa sajak-sajak itu diragukan adalah asli karyanya. Sajak-sajak itu adalah Sya’ir dagang, ikat-ikatan bahr al-Nisa, dan Syai’r Perahu yang mem-buat namanya dapat dike-nang sampai sekarang. Di dalam bagian sajak-sajak ini terlihat ketidakotentikan karya Hamzah Fansuri.

Hamzah Fansuri memiliki karya-karya yang agak ber-beda dengan karya sastra sufi pendahulunya. Karya Hamzah Fansuri memiliki keunikan pada rima yang digunakannya. Rima yang dipakai dalam setiap sajak yang dibuatnya selalu A-A-A-A, satu hal yang unik memang. Kita dapat meli-hatnya dengan memperhatikan syair Hamzah Fansuri sebagai berikut:

Dengarkan di sini, hai anak datuEnkaulah khalifah dari ratuWahid-kan emas dan mutuSupaya dapat

pandangmu satu Ruh al-quds terlalu payahAkhir mendapat di dalam rumahJangan engkau cari jauh payahMahbub-mu dengan sertamu di rumah .Hunuskan pedang, bakarlah sarungItsbatkan Allah nafikan patungLaut tawhid

yogya kau harungDi sanalah engkau tempat beraung Meski dalam hal isi syair Hamzah Fansuri

tidak begitu jauh berbeda dengan syair-syair Rumi misal, namun dalam hal penataan rima dan baris karya Hamzah Fansuri nampak lebih rapi terlihat, meskipun kita juga harus melihat konteks bahasa yang dipakai juga.

Untuk membedakan karya-karya sastra ciptaan Hamzah Fansuri dengan karya-karya

lainnya, Dr. Abdul Hadi W.M telah memberikan 7 kriteria yang dapat dijadikan pegangan.

Pertama, semua sajak Hamzah Fansuri menggunakan pola empat baris denga rima AAAA

Kedua, dari makna batinnya sajak-sajak Hamzah Fansuri menggunakan ungkapan perasaan fana, cinta ilahi, kemabukan mistik, dan pengalaman perjalanan keruhanian.

Ketiga, terdapat kutipan ayat-ayat muhtasy-abihat al-Qur’an di dalam puisi-puisi dengan fungsi religius dan estetis.

Keempat, terdapat beberapa penanda kes-ufian seperti anak dagang, anak jamu, anak datu, anak ratu, orang uryani, faqir, thalib, dan sebagainya.

Kelima, terdapat ungka-pan-ungkapan paradoks di dalam sajak-sajaknya.

Keenam, adanya sejum-lah baris syair Hamzah Fan-suri yang memiliki kesa-maan dengan baris-baris syair para penyair sufi Parsi

Ketujuh, terdapat kata yang diambil dari bahasa Arab dan Jawa.

Kriteria-kriteria inilah yang kiranya dapat mem-

bantu dalam melihat dan memahami karya-karya Hamzah Fansuri.

PenutupManusia cenderung melihat semuanya

secara hitam putih. Mereka terkadang tidak tahu bahwa apa yang mereka katakan benar mungkin salah, dan apa yang mereka klaim salah mungkin saja benar. Sastra sufi memberi-tahu kita untuk mengetahui segala sesuatu secara hakiki. Selain itu, dari sastra sufi kita juga diajarkan untuk hidup dalam damai, sal-ing mengasihin, dan menghormati. Dan dalam konteks keindonesiaan, seorang tokoh berna-ma Hamzah Fansuri telah memulai tradisi damai tersebut. Kitapun jadi harus belajar dan belajar lagi untuk memahami diri kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Setelah era Dr. Abdul Hadi W.M. dkk, jarang sekali para sastrawan Indone-sia yang mau bergelut dalam dunia Sastra Sufi. Mungkin bahasannya memerlukan pengala-man batin yang begitu dalam, sehingga anak-anak muda masa kini yang lebih cinta hidup praktis lebih suka meninggalkan cara-cara hidup merepotkan ala para sastrawan sufi ini. Hidupkan sastra sufi Indonesia!***

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

hamzah Fansuri memiliki karya-karya yang agak berbeda dengan karya sastra sufi pendahulunya. karya hamzah Fansuri memiliki

keunikan pada rima yang diguna-kannya. rima yang dipakai dalam

setiap sajak yang dibuatnya selalu a-a-a-a, satu hal yang unik

memang.

Page 17: Majalah Frasa

hal

17sasTra rEligi

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

dari harga semula Rp66.000,- (belum termasuk ongkir)

Caranya: ketik kaTa2_alamat Lengkap_Nama Lengkapkirim ke 0852 6536 9405

hanya Rp60.000,-

Dapatkan Harga Spesial!Untuk Pembelian

karya Makmur HMdWiLOGi PUisiMiNi: kaTa-kaTa

sePasaNG

Page 18: Majalah Frasa

komuniTas

bErawal dari minat untuk sama-sama berproses dalam menciptakan sebuah karya, kami mem-bentuk sebuah wadah yang bernama “Komunitas

Banyu Biru”. Dengan cita-cita yang sama, yakni meng-inginkan wadah tersebut sebagai Kawah Candradimuka yang nantinya akan melahirkan penulis yang mampu menghasilkan karya-karya yang kratif dan imajinatif.

Di dalam perkembangannya, kami menggunakan beberapa konsep dalam mengapresiasikan sebuah karya sastra. Salah satunya adalah forum pengadilan sastra yang dilaksanakan sebagai kegiatan rutin setiap hari minggu. Pengadilan sastra dianggap sebagai forum yang dapat lebih cepat mengembangkan minat dalam mem-pelajari ilmu sastra. Kami berdiskusi, saling mengkritisi dan memberi masukan. Sampai pada akhirnya meren-canakan untuk menerbitkan karya-karya anggota komu-nitas. Tapi tidak semua anggota memiliki selera yang sama. Ada yang menulis cerpen, ada juga yang menulis puisi. Pada akhirnya kami pun terjebak dalam perdeba-tan yang saat itu memang tidak bisa diselesaikan. Kami

sama-sama mempertahankan selera masing-masing. Artinya, yang menulis puisi menginginkan agar komu-nitas menerbitkan antologi pertamanya berupa kumpu-lan puisi, begitu juga sebaliknya. Akhirnya kami sepakat, untuk meninggalkan “Banyu Biru”. Rumah pertama kami.

Lantas, saya, Musyaffa Muhammad dan Achmadi ST memilih pada jalur puisi. Dan kami pun sepakat untuk mer-intis kembali wadah dengan nama “Komunitas Penyair Institute”. Tiga orang anggota bertahan hingga menerbitkan antologi puisi per-tama kami yang ber-tajuk Sepasang Mata Tanpa Kedip pada bulan Maret 2011. Tak lama kemu-dian, tepatnya set-elah acara lounching

hal

18

Komunitas Penyair InstitutePenulis: irfan M. Nugroho

FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Catatan kecil Tentang Perjalanan

Musyaffa Muhammad ketika memba-cakan puisinya pada saat acara Malam Puisi Banyumas.

Page 19: Majalah Frasa

komuniTas hal

19

antologi tersebut, banyak yang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota. Diawali oleh Indra KS, lantas disusul oleh yang lain seperti Eri Setiawan, Hani Kurniasih, Otih Kumala, Hendrik Evriadi, Hariyanto Arsa, Fajar Zulfikar, dan Ayu Purnama.

Dengan bertambahnya anggota, Komunitas Penyair Institute semakin sering mengadakn kegiatan-kegiatan yang bersifat sastra. Mengingat, ruang kegiatan sastra di Banyumas, tempat kami hidup pun sangat terbatas. Keg-iatan-kegiatan tersebut di antaranya Malam Puisi Banyu-mas, Peluncuran dan diskusi buku, dll.

Malam Puisi Banyumas sendiri direncanakan akan diadakan secara rutin tiap akhir bulan. Hal ini bertu-juan tidak hanya sebagai kegiatan yang sebatas mengisi waktu luang, tetapi juga sebagai ruang komunikasi dan silaturahim para penulis khususnya yang hidup maupun berproses di wilayah Banyumas yang meliputi, Purwok-erto, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara.pelebaran sayap

Komunitas Penyair Institute yang lahir sebagai komu-nitas sastra kampus, tidak mau kegiatan kami terbatas di wilayah kampus saja. Maka kami pun menawarkan kepada sekolah-sekolah di wilayah Banyumas untuk ber-gabung menjadi anak cabang komunitas, yang nantinya sesuai kesepakatan, di tiap sekolah yang bersedia men-jadi cabang komunitas, akan diadakan diklat kepenu-lisan. Namun, karena kami merasa apa yang kami miliki belum layak untuk diberikan kepada orang lain, kami pun mencari pembimbing yang memang telah memiliki standarisasi kemampuan untuk memberikan dasar-dasar

menulis kepada siswa-siswa di sekolah. Tujuannya, agar ada regenerasi penulis yang lahir dari wilayah Banyumas.antara proyek penerbitan buku puisi dan pengadaan bazar buku

Untuk menerbitkan karya kami secara indie, mungkin masalah yang kami hadapi sama dengan komunitas sas-tra yang lain. Yaitu dalam hal anggaran dana. Setiap ang-gota yang notabene belum memiliki pendapatan sendiri, mengumpulkan dana dengan cara melakukan iuran set-iap minggu. Itu pun di rasa kurang cukup untuk memba-yar percetakan. Kalaupun bisa, mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama.

Maka Komunitas Penyair Intitute sering menyeleng-garakan bazar buku untuk mencari tambahan dana. Dari hasil itu lah kami dapat menutup kebutuhan untuk membiayai proyek buku kumpulan puisi karya anggota. Seperti yang beberapa waktu lalu kami selenggarakan Sembari menunggu proses cetak antologi puisi kedua bertajuk Ziarah selesai.

Semoga apa yang menjadi ikhtiar kami terus bertahan dan berkembang. Walaupun pada akhirnya kami mung-kin akan berpisah dan mencari jalan masing-masing. Seperti kutipan puisi yang pernah saya tulis :

“…Kita telah berkumpul di dalam satu rumah. Pada suatu saat nanti, kita pun akan berpisah untuk saling mencari diri.”

Semoga Istiqomah!Purwokerto, Oktober 2012

Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]Frasa Frasa

Malam Puisi Banyumas

diskusi Buku Puisi diksi Para Pendendam karya Badruddin emce (Nominator khatulistiwa award)

Page 20: Majalah Frasa

hal

20 CErpEn: dEsi sommalia gusTina

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

janji senja

Page 21: Majalah Frasa

hal

21

“Ayahmu adalah lelaki pemberani,” kata Ibu pada suatu malam.

Aku mendengarkan kisah tentang keberanian Ayah dengan takjub.

Saat masih kanak-kanak, dalam benakku Ayah hadir sebagai sosok kesatria, jagoan, seperti di film-film yang sering kutonton yang rata-rata berkisah tentang sosok pahl-awan. Aku selalu berharap Ayah datang setiap aku berulang tahun sambil memba-wa kue tart sembari mengecup keningku. Namun, sampai aku beranjak dewasa Ayah tak pernah datang. Kemudian harapan itu perlahan-lahan hilang.

Saat aku melepaskan seragam merah putihku aku meminta pada Ibu agar tak lagi bercerita tentang Ayah ketika aku akan tidur.

“Kenapa?” tanya Ibu.“Karena Ayah tak pernah datang,” kataku

sambil memandang langit-langit kamar.“Ayahmu berjanji akan datang saat sen-

ja.”“Sudah tak berbilang jumlah senja yang

kita lalui, namun Ayah tak kunjung datang.”“Ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang

menepati janjinya.”“Kenapa ayah menjanjikan datang saat

senja? Kenapa tidak pagi atau siang?” aku terus mencecar Ibu.

“Karena senja bukan akhir, ia permulaan sebuah hari.”

Aku tak mengerti maksud perkataan Ibu. ***

Pada senja yang sepoi aku kembali mendapati Ibu duduk di teras rumah den-gan sejuta harap yang terpancar dari sorot matanya. Aku memandang Ibu dari jauh. Kuurungkan niat duduk di sampingnya. Namun, saat akan masuk ke dalam rumah Ibu memanggilku.

“Duduklah di sini,” Ibu melambaikan tan-gan padaku.

Aku berbalik. Mendekati Ibu. Kutarik kursi di samping Ibu.

CErpEn

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

janji senja

senja. merupakan sebuah nama yang tak pernah aku tahu wajahnya. ia adalah lelaki yang selalu diceritakan ibu. kata ibu lelaki itu adalah ayahku. berpuluh-puluh macam cerita tentang kebaikan ayah ke luar dari mulut ibu. Cerita yang selalu menjadi pengantar tidurku.

Page 22: Majalah Frasa

hal

22 CErpEn

Hening sesaat. Sesekali telingaku menangkap hembusan nafas Ibu.

“Tidak rindukah kau pada Ayah?” tanya Ibu tiba-tiba.

“Rindu. Tapi dulu. Sekarang tidak lagi.”Ibu memandang tajam padaku, “Kena-

pa?”Tak ada jawaban lidah. Aku membuang

pandang dari tatapan ibu. “Karena aku tak lagi menganggap Senja sebagai Ayahku, bagiku dia hanya lelaki yang hanya meni-tipkan sperma pada Ibu,” sahutku, tapi han-ya kuucapkan dalam hati.

“Kau tak yakin Ayahmu akan datang?” Ibu mengejarku.

“Maaf Ibu, aku bahkan tak yakin Ayah masih ingat pada kita,” kataku takut-takut. Ada yang menggeliat di ulu hatiku. Entah apa namanya.

Mata Ibu melotot. “Kau tak akan bicara begitu saat kau dapati Ayahmu datang kala senja,” suara Ibu parau.

Aku menatap bola mata Ibu. Pandangan kami bertemu, sorot mata perempuan itu sekarang basah.

“Aku tak bermaksud menyakiti perasaan Ibu,” kataku.

Ibu tak menolehku. “Tinggalkan Ibu sendiri,” pintanya sembari mengusap mata basahnya.

Dengan langkah berat kutinggalkan beranda. Masuk ke dalam rumah.

***

Berbilang tahun sudah lewat. Aku sudah tak lagi tinggal bersama Ibu. Aku menetap

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 23: Majalah Frasa

hal

23CErpEn

di kota lain bekerja pada sebuah perusa-haan. Ibu menolak ketika kuajak tinggal bersamaku.

“Ibu ingin menunggu Ayahmu di rumah ini setiap senja,” tolak Ibu ketika untuk kes-ekin kalinya aku membujuk Ibu tinggal serumah denganku.

“Dimanapun itu kita akan menikmati senja yang sama,” sahutku.

Ibu menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyum. Tapi mulutnya tak menge-luarkan suara.

“Ibu bisa menikmati senja bersamaku,” bujukku tanpa putus asa.

“Ibu hanya ingin menunggu Ayahmu di sini. Di rumah ini,” keras hati Ibu.

Akhirnya aku berangkat sendiri setelah tak berhasil membujuk Ibu. Sekali enam bulan aku pulang kampung menjen-guk Ibu. Ibu masih seperti dulu. Menanti kehadiran Ayah saat senja. Kasihan Ibu. Penantian yang tak tahu ujungnya. Ibu perempuan setia. Masih menunggu Ayah meski tak ada kabar. Aku pernah men-ganjurkan agar Ibu mencari pengganti Ayah. Ibu marah besar kala itu. Ibu lang-sung berdiri di depanku, dan dengan suara yang keras menembus gendang telingaku Ibu membentak.

“Pakai otak!” katanya dengan suara men-inggi.

Aku memandang Ibu tidak percaya.Ibu melangkah, melewatiku, masuk ke

kamar dan mengunci pintu dari dalam. Sehari semalam Ibu tidak keluar kamar. Aku menunggu Ibu keluar dengan peras-aan takut-takut.

Dalam menunggu itu aku melihat Ibu berdiri di depan pintu dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Kudekati Ibu.

“Ibu, maafkan aku,” kataku sembari memeluk tubuhnya.

Aku merasakan perlahan-lahan tangan Ibu melingkar di badanku. Ibu mengerat-kan dekapannya. Kemudian tangan kanan-nya mengangkat wajahku.

“Ayah terlalu bersih. Ibu tidak mung-kin menggantikannya dengan orang lain,”

ucapnya.Mendengar perkataan Ibu kristal bening

mengalir di pipiku.“Jangan lagi berpikir untuk mencari

orang lain sebagai pengganti Ayah untuk Ibu. Karena Ibu yakin Ayahmu akan datang pada suatu senja,” pintanya.

Aku mengangguk. Sejak itu aku tak per-nah lagi menyinggung tentang kehadiran lelaki lain untuk Ibu.

***Setelah berbilang bulan tak pulang, hari

ini aku pulang menjenguk Ibu, sekaligus berniat meminta restu.

“Ibu, sekarang aku tak remaja lagi,” aku membuka pembicaraan.

“Lalu?” potong Ibu.“Aku ingin menikah,” aku sengaja meng-

gantungkan kalimat berharap Ibu menang-gapi.

“Sudah ada calon?” tanya Ibu datar.“Ya. Kami sudah lama saling kenal,” kat-

aku hati-hati.Ibu tak menyahut.“Mohon restu dari Ibu,” lanjutku.Diam yang dominan.Aku memainkan ujung jilbabku.“Tapi kau juga harus minta restu pada

Senja, Ayahmu,” Ibu berkata tiba-tiba.Aku melongo dengan ekspresi tak

paham.“Tinggallah beberapa waktu di sini.

Ayahmu pasti datang,” yakin Ibu.Aku mengikuti saran Ibu. Namun, ber-

minggu-minggu senja itu lewat. Dan Ayah tak pernah datang menenuhi janjinya.

Masa cutiku sudah usai. Aku kembali ke kota tanpa mengantongi restu Ibu tentang pernikahanku. Saat akan meninggalkan rumah aku melihat Ibu masih menunggu Senja.***

Desi Gommalia Gustina, lahir di Sungai Guntung, Indragiri Hilir, Riau, 18 Desember 1987. Saat ini sedang menempuh pendidi-kan di Program Pascasarjana Jurusan Ilmu

Hukum Universitas Andalas, Padang.

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 24: Majalah Frasa

hal

24 puisi

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

puisi-puisi oscar amrano, siapa sudi

mengais dalam kerat kubanganmenceraput ilalang matisungkah rengkah jejak melintanglanyah tinggalkan duka hati di pematang sisa kecambah hampadalam lenguh meringis keluleladang berangus rawa nestapabuah setahun tandas membeku humpus tinggal kenang nyanyian humamerindu kicauan unggas hangat mentarimembesut tangis anak bencanatetes embun rindu dedaunan hijau pagi bandang membah menerjang anak negeribencana datang tiada permisinyanyian pilu menyapa diri

o, siapa sudi dalami duka ini?

(bogor, 27/07/12)

pEsan singkaT di pinTu pagi

pesan singkat di pintu pagiseperti membaca angin berhembuslelangit jauh dari mendungdi hulu pun tak tampak gabak jurus kunyuk melempar buah *dalam mabuk menghujam tuahsepercik bara di tanah basahbermain api kenapa gelisah? aku bukanlah gunung menjulang tinggihidup terhampar di sepetak sawahberdiam di sebatang padiberteman musim dan terik gerah membaca pesan singkat di pintu pagikudiamkan rasa di secangkir kopi

lempar senyum melepas dahagasiulkan syair cakrawala cinta *kutipan dari cersil Bastian Tito~ Wiro Sableng.

bogor, 08/09/12

kiTa hanYa dEbu bumi ini sebesar telurterlihat dari bulan tidurbila tanah tumpah persadahanya secuil nama pada peta duniasebesar apakah ibukota negara ini?dan kita sebentuk apa di semesta? (nyaris, bagai debu yang menempeldi daunNya)

(kotadebu, januari 1983)

oscar amranPria kelahiran 27 Oktober 1962 ini, berasal dari

kota Debu Indarung Padang Sumatera Barat , sejak tahun 1980 telah aktif menulis puisi. Beberapa puis-

inya di publikasikan di media- media lokal, dikenal dengan nama pena ‘Oscar Ardi’. Pada tahun 1990

hingga akhir 1992, bekerja di Surat Kabar Harian Singgalang di kota Padang, pernah menjadi Wakil

Pemimpin Perusahaan di Tabloid Koran Masuk Seko-lah saat itu.

Beberapa tulisannya, seperti artikel-artikel sosial dan puisi kembali di publikasikan. Telah menerbitkan buku Antologi Puisi dengan judul “Potret” pada

tahun 1991.Pendiri Tabloid Sketsa Bekasi (2010), pernah diminta

sebagai Penyuting buku pada Penerbitan buku dengan judul 15 Tahun Kota Bekasi menuju masyarakat mandiri

ini (Mei 2012) Bulan Juni 2012 lalu, diminta partisipasi karya-karyanya pada penerbitan Online Antologi Puisi 2 Bahasa di amazon.com, untuk edisi buku ke-1"poetry

poetry from 120 indonesian poets: " Diverse” dan edisi buku ke-2."poetry poetry from 228 indonesian poets:

Flows into the Sink into the Gutter" (Editor Sdr. Yunizar Nassyam) Sekarang berkegiatan di swasta. Tinggal di

Bogor. Email: [email protected]

Page 25: Majalah Frasa

hal

25puisi

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

puisi-puisi matroni el-moezanyhikaYaT lEmbaran mErapi Lembaran hari sebentar lagi akan sempurna, pohon-pohon di tanam, hijau indah tanpa laksana, hanya langit mengepungnya, pada cela kali ber-batu ngilu, rerantingnya tertangkap hujan beku, pohon alpokat menghijau menagih rindu, di rerant-ingnya tertulis ribuan anak daun, dari akar gerimis bertaburan Sebelum tarian daun jatuh, membumi, mengubur-kan waktu, lembaran daun itu sebentar lagi sem-purna, tertutup hijau daun dan kelopak bunga, Daun-daun itu mengikuti irama angin, jatuh, ter-bang, ke cakrawala, menjadi awan hujan, Bangunan mimpi menjadi hijau, terasa penuh den-gan masa dinamika

Jogja, 2011 TEras rumah di terus rumah itu, sendiri di senja, ia ayun-ayunk-an pikiran, berbincang dan setiap ayunan tubuh kenangan serasa bermain ia memandang ke masa dulu, melihat matahari, jatuh ke senja di tepi rumahnya, meluncur ke alun-alun Pengok bisu ia selalu, sinar senja menukar manja,rasanya pernah kujejaki suara mudadalam usiamu yang pasrahpasti matamulah yang memandang ke jeram lalu,ia terlihat angin menghelai rambut putihnyayang terselip di leher renta di rumah itu, dia terlihat sendiri, entah sendiri?Berdua dengan jiwa, bertiga dengan senja, ber-empat dengan waktu, berlima dengan telivisi, ber-sendiri dengan usia Suatu senja aku lewat, tapi tak ada waktu di sana,, ia adalah cinta alam yang berwujud “ia” melawan usia Selepas senja ia pulang ke ranjang dan membiar-

kan rumah kosong, siapa tahu senja berulang kem-bali memasuki lubang genteng seperti doa yang tak sempat ia pinta

Jogja, 2011

wakTu Sebentar lagi waktu akan tiba di matamuSeperti matahari yang hinggap di pagi Dua waktu lagi akan sampai di senjamuSemoga semakin lembab jeritmu Siapakah engkau yang berlinang di waktukuAku setetes linang yang berasal dari tangismu Tiga waktu lagi aku tiba di rumahmuSuguhi aku, makani aku, minumi aku, dalam doa-mu Empat waktu lagi aku tiba di janjimuPeganglah, kuatlah, kapan dimana atau kapan pun Enam waktu lagi aku tiba di hidupmuNafasi aku, sirami aku, dalam airmatamu Tujuh waktu lagi aku tiba di puncakmuMenangisi, di lemahi, di hina aku, di cibiri akuKarena aku tak ada apa-apanya daripada waktuku

Jogja, 2011

maTroni El-moEZanY, nama pena dari Matroni, lahir di Banjar Barat,

Gapura, Sumenep, Madura, Jatim. Alumni al-Kar-imiyyah dan Al-in’an, Aktif menulis di banyak media

baik lokal maupun nasional, Kompas Jogja, Kompas.com, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Suara Karya, Swara Merdeka, Minggu Pagi, Merapi, Solo Pos, Hari-anjoglosemar, Surabaya Post, Surya, Radar Madura,

Lampung Post, Batam Pos, Koran Cyber, dll. Buku antologi bersamanya adalah “Puisi Menolak Lupa”

(2010) “Madzhab Kutub” (2010) Antologi Puisi Festi-val Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 Dewan Kesenian Jatim. Suluk Mataram 50 Penyair Membaca Jogja (2011), Menyirat Cinta Haqiqi (temu sastrawan Nusantara Melayu Raya (NUMERA), 2012), dan Rinai

Rindu untuk Kasihmu Muhammad (2012) kini tinggal di Yogyakarta.

Page 26: Majalah Frasa

hal

26 sasTradukasi

Hal lain dari Jack yang ingin ia tiru adalah menjadi pengantar koran. Sebagai seorang remaja belasan tahun, Jack memang bekerja paruh waktu di sela-sela waktu luangnya agar dapat menabung untuk kebutuhannya sendiri. Jika dibandingkan dengan konteks di Indone-sia, anak-anak yang menjadi pengantar koran umumnya adalah anak-anak putus sekolah atau anak-anak dari keluarga tidak mampu yang memang harus membantu mencari tambahan penghasilan untuk meringankan beban orang tua. Hal ini mungkin yang ban-yak kita pahami dan juga dipahami oleh anak-anak kita. Akan tetapi, lain halnya dengan di Amerika. Pekerjaan pengantar koran ataupun pekerjaan-pekerjaan paruh waktu lainnya yang banyak dilakukan oleh anak-anak Amerika sejak usia belasan tahun tidak ditujukan untuk mencari tambahan penghasilan bagi keluarga, tetapi lebih ditekankan untuk memberi tang-gung jawab dan melatih kemandirian pada anak-anak sejak dini. Hal inilah yang mungkin nyaris tidak pernah kita temui pada keluarga kelas menengah di Indonesia sehingga anak-anak yang membaca cerita ini akan memiliki persepsi yang berbeda tentang kemandirian dan dapat belajar dari cerita yang mereka baca.

Tradisi Valentine dan Halloween Hal lain yang sering kita temui dalam cerita anak ada-lah tradisi budaya asing yang tidak dikenal sebelumnya dalam budaya masyarakat kita. Tradisi tersebut mulai dikenal luas dan bahkan diikuti oleh sebagian masyarakat setelah turut dipopulerkan oleh berbagai media, termasuk melalui karya sastra anak terjemahan. Contoh tradisi budaya asing tersebut antara lain ada-lah Valentine dan Halloween. Tradisi Valentine

nilai budaYa asing dalam sasTra anak TErjEmahan (2)

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

oleh: Try octavianus sinaga

bersambung dari edisi 4

Page 27: Majalah Frasa

hal

27sasTradukasiyang merupakan perayaan hari kasih sayang misalnya bisa kita temui dalam seri komik SpongeBob dan Valentine yang telah diterje-mahkan dalam Bahasa Indonesia. Dalam cerita ini, Valentine digambarkan sebagai satu hari dimana semua orang merayakan kasih sayang dengan mengungkapkan rasa cinta mereka kepada orang yang mereka sayangi. Sebagai sahabat, SpongeBob dan Patrick juga ingin mengungkapkan perasaan sayang tersebut dengan saling memberi hadiah.

Sementara, tradisi Hal-loween dapat kita temui dalam buku cerita Franklin dan Pesta Helowin yang menceritakan pengalaman Franklin merayakan pesta Halloween bersama teman-temannya. Mereka men-genakan kostum yang aneh dan seram sebagaimana kebiasaan masyarakat Amerika dalam merayakan Halloween. Mereka kemudian berkeliling ling-kungan tempat tinggal mereka dan mengetuk pintu setiap rumah untuk meminta permen atau makanan kecil sembari berkata, “Diker-jain atau kasih makanan”. Kata-kata tersebut merupakan terjemahan dari ungkapan yang memang menjadi ciri khas dalam perayaan Halloween, yakni trick or treat.

Sebagian anak Indonesia yang membaca cerita-cerita tersebut mungkin tidak begitu mengenal kedua tradisi yang sangat populer di Amerika, khususnya perayaan Halloween yang memang khas Amerika. Bahkan para orang tua pun belum tentu paham tentang tradisi tersebut. Cara mengungkapkan kasih sayang dengan bertukar hadiah di hari Valen-tine dengan orang-orang yang dikasihi atau merayakan Halloween dengan berkostum seram memang tidak harus dipahami dengan meniru kebiasaan tersebut. Hal ini bisa disikapi sebagai sebuah perbedaan yang dapat mem-perkaya pengetahuan anak.

Ciuman Sang Pangeran Dongeng-dongeng yang banyak dipopulerkan Disney dari mulai dalam bentuk buku cerita hingga film layar lebar seperti Cinderella, Snow White and the Seven Dwarfs dan Sleeping Beauty juga telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan sangat digemari oleh anak-anak. Meskipun sudah mendunia, dongeng-dongeng tersebut

tetap saja membawa nilai-nilai budaya asalnya. Ketiga dongeng itu, misalnya, diakhiri dengan ciuman cinta sejati dari pangeran impian yang mengubah hidup Cinderella dari seorang Upik Abu menjadi seorang putri (dalam Cinderel-la); membangunkan Putri Salju dari mati suri (dalam Putri Salju dan Tujuh Orang Kerdil); dan membangunkan Putri Tidur dari tidur panjang-nya (dalam Putri Tidur).

Dari kacamata budaya timur berciuman bukan-lah hal yang biasa dilaku-kan, apalagi di Indonesia. Mencium lawan jenis bagi sebagian orang Indone-sia hanya bisa dilakukan pada tempat dan orang tertentu. Bagi orang tua yang tidak menginginkan anaknya meniru adegan ciuman ini, tidaklah mudah menjelaskan adegan terse-but. Biasanya ketika terda-pat adegan tersebut dalam

program televisi, salah satu cara yang ditem-puh adalah dengan menyuruh anak tersebut menutup mata agar tidak melihat adegan yang dilarang itu. Namun bagaimana jika hal ini kita temui dalam buku bacaan anak. Di sini-lah diperlukan sensitivitas dalam penerjema-han karya sastra asing, khususnya yang dituju-kan bagi pembaca anak. 2. kekerasan

Masalah kekerasan dalam komik anak sudah banyak dibahas. Komik seperti Naruto dan Dragon Ball berisi tentang pertarungan para jagoan yang tiada habisnya. Kekerasan ini bisa dikatakan bukan monopoli nilai asing. Maksud-nya, kekerasan juga ada di dalam masyarakat kita. Namun demikian, apabila kita lebih dalam melihat kasus sastra maka ada sejumlah catatan yang bisa kita simak antara lain: sastra anak klasik seperti dongeng dan cerita rakyat misalnya Putri Salju, Cinderella, dan Pinokio, pada umumnya tidak terlalu menonjolkan kek-erasan; sementara bacaan anak terbitan era 2000an, terutama dari Jepang, sangat dominan mengusung nilai-nilai kekerasan. Hal ini perlu diwaspadai karena anak-anak adalah peniru ulung sehingga tidak jarang mereka meniru-kan adegan atau perilaku tokoh rekaan dalam cerita yang dibacanya. Dengan demikian, nilai-nilai kekerasan pun perlahan dapat tertanam pada diri anak.***

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Tradisi Valentine dan halloween hal lain yang sering kita temui

dalam cerita anak adalah tradisi budaya asing yang tidak dikenal

sebelumnya dalam budaya masyarakat kita. Tradisi tersebut

mulai dikenal luas dan bahkan diikuti oleh sebagian masyarakat setelah turut dipopulerkan oleh

berbagai media, termasuk melalui karya sastra anak terjemahan.

Page 28: Majalah Frasa

hal

28 lEnTEra budaYa

keRajiNaN

Getah NyatukErajinan yang memiliki nilai seni hasil

karya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah adalah kerajinan getah nyatu.

Dari bahan getah nyatu tersebut dibuat berba-gai macam benda seni berupa miniatur perahu tradisonal (banama) suku Dayak di Kalimantan Tengah. Jenis perahui ini adalah bernama bana-ma tingang.banama nyahu, dan sebagainya. Kar-ena perahu-perahu tradisonal dipakai oleh para dewa (leluhur) yang hidup di alam Atas (Lewu Sangiang) maka mereka hanya digunakan pada upacara sakral.

Kerajian dari Getah Nyatu lainnya adalah pan-tar ihilng sanggaran dahiang.Pantar ihing sangg-aran dahiang adalah tonggak dari kayu besi yang didirikan di depan rumah sebagai tempat para leluhur (sahur Parah) si empunya rumah singgah atau tinggal. (www.budaya-indonesia.org)

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 29: Majalah Frasa

hal

29lEnTEra budaYa

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

pErmainan Tradisional

bEkElbEkEl banyak dimainkan oleh

anak perempuan. Permainan ini dapat dilakukan sendiri mau-

pun berramai-ramai. Bekel terdiri dari sebuah bola yang terbuat dari karet, dan beberapa biji bekel yang terbuat dari logam (kuningan). Intinya adalah mengambil biji bekel secepat mungkin sebelum bola memantul 2 kali. Pada awalnya biji bekel diambil satu per satu. Kemudian diambil dua dua, dan seter-usnya hingga pada akhirnya seluruh biji bekel harus diambil dalam sekali geng-gaman ketika bola bekel dilempar ke lantai dan memantul kembali. Setelah itu biji bekel harus di susun tegak satu per satu, dua dua dan seterusnya. Set-elah itu biji bekel di susun miring ke kiri dan selanjutnya miring ke kanan.

Page 30: Majalah Frasa

hal

30 TEEnliT CErpEn

FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Kehangatan Mentari dan Kasih Ayah

Page 31: Majalah Frasa

hal

31TEEnliT CErpEn

Perlahan mataku mulai terbuka sembari menatapi apa yang ada di sekelilingku, sebuah ruangan kecil bercat biru muda dengan beba-gai foto yang tertampang indah di dinding. Itu foto indahku bersama ayah yang sering ber-main bersama.

Kini sudah waktunya untuk kembali men-jalani kehidupan seperti biasanya. Kupaksakan tubuhku untuk bangun dan berdiri. Kemudian langkah kaki turut menyertai untuk mengan-tarku keluar dari kamar ini menuju ruangan berair, kamar mandi.

Setelah bercuci muka dan bersembahyang, kulirik sebentar ibuku yang berada di ruan-gan keluarga sambil menikmati acara berita yang di tayangkan di televisi. Matanya terli-hat layu dengan binarnya air mata. Kenapa beliau terlihat bersedih? Adakah suatu hal yang membuatnya seperti itu? Tanyaku pada hati kecilku.

Kucoba untuk menghangatkan kesedihan ibu yang terpancar itu dengan sebuah per-tanyaan, “Ayah di mana? Aku mau menga-jaknya lari pagi. Sekarang kan hari minggu dan ayah sedang tidak bekerja. Jadi menga-pa tidak?”

“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Randi?” ibu berbalik tanya dan membuatku bingung.

Memangnya kenapa kalau aku mempertan-yakan keadaan seorang kepala keluarga rumah ini dan mengajaknya berlari pagi. Malah itu hal yang bagus untuk menyehatkan tubuh ayah yang sudah beranjak kepala empat.

“Kamu ini bermimpi apa semalam, nak? Kamu sendiri sudah melihat ayahmu itu di ruang mayat, bukan? Apa sudah lupa karena semalam kamu pingsan?” suara ibu terdengar goyang seperti jalan yang tidak rata karena air matanya yang mulai menetes. Ibu menangis.

Deg!Apa yang telah ibu ucapkan tadi membuat

jantungku seperti berhenti berdetak. Seluruh

anggota tubuh terasa lemas dan tidak bisa dig-erakkan. Semakin lama terasa semakin berat untuk menyangga beban tubuhku ini.

Tapi memori otakku memaksakan diri untuk mengingat semua kejadian yang diceritakan angin malam padaku. Bahwa ayah mengalami kecelakaan saat pulang dari kantornya!

Hingga, bruk…!Tubuhku terjatuh seperti saat malam itu.***Pukul 12.00 siang. Aku kembali terbangun

sejak beberapa menit yang lalu.Mentari terasa semakin ganas dalam upaya

pemberian kehangatannya. Padahal aku mera-sa orang-orang sudah terbangun dari dunia mimpinya masing-masing, tapi ia masih saja menyinarkan cahaya tubuhnya yang semakin lama semakin panas.

Tubuhku terlentang di atas tempat tidur ter-sayang yang bersinggah di kamar kecil ini. Aku akan selalu merindukan hangatnya kasihmu, ayah. Rinduku padamu ini membuat napasku sesak. Kini dalam hari-hariku hanya akan di temani dengan hangatnya kasih ibu dan men-tari itu. Tidak akan ada kehangatan dari ayah lagi.

Mungkin aku akan bertindak iri pada teman-teman yang masih mempunyai keluarga yang lengkap. Mungkin juga aku akan marah dan menggalau jika ada satu orang pun yang akan menanyakan tentang ayahku.

Kuusap-usap wajah ayah tanpa membiar-kan satu kotoran pun menempel padanya. Aku hanya bisa menatapi tubuhmu dalam bentuk dua dimensi ini, dalam foto yang aku miliki. Aku hanya bisa mendoakanmu dari sini sambil menitikkan air mata.

Dan aku hanya terus membayangkan hal-hal yang akan datang di kemudian hari yang tidak akan pernah kulalui bersamamu lagi, ayah…*

Bernama lengkap Muhammad Dede Firman. Saat ini masih menjadi seorang siswa di SMPN

2 Citeureup. Pria berkelahiran Bogor, 24 Mei yang menyukai cerita fantasi ini sudah berhasil melolosi beberapa perlombaan menulis. Karya fantasinya bisa dilihat di buku kumcer “Negeri

Dongeng”. Penulis dapat dihubungi di email [email protected] juga di facebook Dedefir-

man Muhammad.

Mentari pagi mulai mengeluarkan kemam-puannya untuk membangunkan semua orang dengan kehangatan yang ia miliki.

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Kehangatan Mentari dan Kasih Ayah

oleh: muhammad dede Firman

Page 32: Majalah Frasa

hal

32 TEEnliT puisi

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

darah kEabadian

Getar hati tuk selalu merindukan ketenangan. Dengan terpaan air hujan dan hangatnya sang mentari menambah kesan syahdu dalam naungan suciNya. Dalam balutan ukhwah, tali persaudaraan ini. Seong-gok daging yang dapat mempersatukan jiwa-jiwa kerinduan. Betapa kesyukuran yang tiada terucap. Yang dipersatukan dalam eratnya persahabatan. Air mata kebahagiaan akan terus mengalir bersama aliran darah dan denyut nadi. Dan menunggu terciptanya oase- oase kehidupan. Yang mengubah ketiadaan menjadi keberadaan. Mengubah kehampaan menjadi keceriaan. Terlahir dari seorang Muhammad Asqalani eNeSTe. Bertabur benih kelembutan dalam hatinya. Dalam nyatanya permadani yang terben-tang luas. Dan sang lazuardi menjadi lentera penghangat mekar bunga kehidupan.

Walau terpaut jarak yang menjadi tembok penghalang. Tapi, dalam jiwa ini telah terikat darah kesucian yang memaknai bahwa keindahan persahabatan karena hati ‘kan abadi. Abadi tanpa terikat waktu. Kan terlahir pula indahnya kebersamaan. Dalam kidung- kidung tersuci sebagai mantra kalam Illahi. Curahan rahmat dan kasihNya. ‘kan selalu menjadi pelita dalam gelapnya langit hati. Terskenario dalam lingkaran yang menolak kehancuran. Dan menuju tempat terindah dalam naungan dan sentuhan cintaNya

2011

Rizki Indah Ferina (Rizuki Indah Cutee). Adalah darai Imut kelahiran 19 Februari 18 Tahun Silam.Maha-siswi Psikologi Semester 3 Universitas Negeri Semarang(UNNES). Reika Rama Al-Kautsar adalah Adik semata

wayang yang memberikan nafas baru bagi hidupnya di Perantauan Ilmu

roh ini dalam jiwaOleh Luthfi, Bachtiar

Selungkup merah aku didalam.Sendirian.Hanya langit yang diam.Tanpa awan.

Celah aku cari curi. Terowongan aku gali.Tanpa basabasi.Hanya pucat pasi.

Pelupuk mata merekah.Pupil mata melebar.Peluh tidak terhindar.Seperti jantung berhenti berdebar.

Aku buka kancing baju.Aku raba dadaku.“Masihkah roh ini dalam jiwa?.” Brebes, 4 Agustus 2012

Luthfi, Bachtiar- merupakan nama pemberian dari kedua orang tuanya. Lahir dalam suasana senja yang merona pada tanggal 01 Agustus 1992 di dusun kecil

bernama Petunjungan. Meski masih jarang torehan prestasi yang diperolehnya, terutama dalam hal tulis

menulis, tetapi setidaknya sudah melakukan usaha maksimal dalam menyelesaikan suatu hal. Selain

bergiat di Komunitas Penulis dan Jurnalis Kampus, juga bergabung di Community Pena Terbang dunia

maya

andai saja aku...Oleh Magfiroh Az Zahra

Aku teronggok dalam tumpukan sampah tak begunaAku membusuk dalam tong-tong menjijikkan iniAku terperangkapGelap!Aku coba bertannya pada bau busukku,tentang jalan keluarTapi hanya sunyi

Page 33: Majalah Frasa

hal

33TEEnliT puisi

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Aku coba bertannya pada sampah- sampah lainnamun hanya cacian kudengar

Aku kembali terdsudut dalam keindahan menjijik-kan iniAku seperti pasrah namun sungguh aku tak rela

Aku mendengar namun seperti tuliMelihat namun seperti buta

Ahhh andai saja dulu aku tak hidupandai saja dulu aku tak diutus Tuhan untuk menjadi manusiaandai saja dulu aku tak menjadi akuandai saja dulu

Kinibilakah Tuhan akan mendengarkanku?bilakah Tuhan akan menjemputku?bilakah Tuhan akan menemuiku?bilakah Tuhan

Aku rindu aroma wangi ituAku rindu udara segar ituAku rindu Tuhan, aku rindu...

Ahhh lagi-lagi itu khayalsemua sudah terlambathingga sampai waktu itu tibaaku akan tetap berbau busukaku akan tetap bersama sampah-sampah inisebab aku telah mati

Maghfiroh Azzahra, Lahir di INDRA GIRIHILIR, pada 10 oktober 1992. Mahasiswi Semeter 5 Agroteknologi

Pertanian, Universitas Riau.

rinai mEnTariOleh: Sri Nurhayati

Di bawah lembayung senja, kembali Kau merinai. Angin nakal menerbangkan bulir - bulir mutiara

dari paras layumu.Menjatuhkannya pada dedaunan, bergerak - gerak seolah takut terjatuh dan luruh. Sebagian lagi mendarat di gundukan pasir merah, meninggalkan titik memekat pekat.

Di rindang pohon rerindumu, Kudengar lirik lagu-mu. Sendu yang menyatu dengan semilir angin, mencipta harmoni yang mengiris perih. Begitu lirih Kau menguak pedih. Sedang Aku hanya tergugu, menghujani panggung kehidupan yang Kau maink-an.

Ah,mengapa Kau masih saja menutup mata pada keadaan. Bermuka malaikat, di tengah tengah manusia dur-ja. Hanya karena Kau tak mampu berbuah, lantas semerta - merta mereka menjadikanmu dayang di istanamu sendiri. Tempat bermuara caci dan maki.

"Lihatlah Mentari, sinarmu menyenja di usiamu yang masih sejengkal jarak. Tidakkah Kau ingin beranjak dari kisahmu?"" Besok Aku Akan ke PT. Aku ingin ke Negri Formo-sa, biarlah Ku buang pedihku di sana Ciey"

Dan Mentari telah lenyap dari peraduan, menggelar layar hitam dengan Kerlip manik man-iknya. Menyimpan rapi wajah - wajah kita, mengubur lembaran lalu. Kelak, kita akan berjumpa lagi di sini, mengurai kembali jejak - jejak yang telah kita lalui.

Taiwan, 2 oktober 2012

Sri Nurhayati, kelahiran Sumedang 23 tahun silam. Sekarang sedang menjadi BMI di Taiwan dan belajar

menulis bersama kawan kawan di Flp Taiwan.

Page 34: Majalah Frasa

hal

34 Fiksimini riZa mulTaZam luThFY

pipis terpaksa ditahan demi menyegerakan penguburan. Kata tetua kampung, arwah korban pembunuhan itu bakal gentayan-

gan, kalau ditanam sehabis magrib. Pelan-pelan empat orang menggotong jenazah dengan wajah bersungut-sungut. Berjalan membawa beban berat sejauh hampir satu kilometer mem-buat mereka kelelahan. Nafas kembang kempis. Dari pori-pori tubuh menetes keringat sebesar biji jagung. Sesampai di tikungan, salah seorang

dari mereka berceletuk, “sial, kenapa sih hari ini mayatnya gemuk kayak gentong, bikin capai saja.” Belum rampung lelaki bernama Buntung tadi menggerutu, si mayat menyahut, “sini, saya gantikan. Kamu yang naik di atas keranda.”

Yogyakarta, 30 Oktober 2012

Riza Multazam Luthfy, menulis cerpen, puisi, cer-nak, esai, dan resensi di berbagai media Nasional.

Mayat GentonG

FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 35: Majalah Frasa

hal

35puisimini

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]Frasa

puisimini puspita ann

baYu ardhi

--adikku--Kau telan mentahmentah remah Sahaya di sebalik bebatuDan kupu itu pun hinggap di perdunya pengharapan: senyummu masih tetap satu(Jogja, 2012)

Puspita Ann, tinggal di Solo dan bekerja di salah satu Rumah Sakit Umum di sana. Menulis dan Noenatologi adalah dua hal

yang terlanjur dia cintai, dan sampai saat ini masih terus belajar untuk mendalami

keduanya.

puisimini nadia almira sagitta

damai

Desauan angin Desiran ilalang Dan aku masih dalam dekapanmu…

bEndEra puTih

Gelak itu tak ada lagiBerganti durja menghiasi istana ini

rj

Bagai Romeo-JulietMati sengsara, bahagia di surgaBersama selamanya…

Nadia Almira Sagitta lahir pada 10 Desember 1994. Seorang remaja yang ingin

mendalami sastra Indonesia dan pecinta segala jenis buku, terkhususnya cerita

cinta/romansa.

Page 36: Majalah Frasa

hal

36 inspiring

hadiah untuk mo Yan

Peraih Nobel Sastra 2012FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 37: Majalah Frasa

hal

37inspiring

pEnulis Mo Yan menjadi warga negara Cina per-tama yang memenangkan hadiah Nobel untuk sas-tra, keputusan yang memicu sukacita tetapi juga

beberapa kritik di tanah airnya. Media pemerintah mer-ayakan kemenangan Mo dan website Nobel segera diisi dengan komentar dari pengguna-pengguna asal Cina mengekspresikan kebanggaan atas kemenangan Mo.

Nama asli penulis berusia 57-tahun ini adalah Guan Moye tapi dia memilih nama pena, yang diterjemahkan sebagai ‘’tidak berbicara,’’ untuk mengingatkan dia ten-tang bahaya apabila terlalu banyak bicara.

‘’Karyanya selalu unik salah satunya karya novel ber-judul Sorghum Merah atau Red Sorghum, selama 30 tahun terakhir seperti miliknya, secara pasti dan konsis-ten berada pada puncak kreativitas dan itu tidak mudah.

Yan Lianke, seorang novelis yang sangat dihormati mengatakan, bahwa penghargaan ini adalah sebuah pengakuan akan kebesaran sastra Cina dan ini adalah perasaan yang meluas di Cina. ‘’Ini akan menjadi doron-gan kepercayaan diri yang besar,’’ katanya.

Mo Yan (Guan Moye) lahir pada tahun 1955 dan dibe-sarkan di Gaomi Provinsi Shandong di timur laut Cina. Orangtuanya adalah petani. Selama dua belas tahun saat Revolusi Kebudayaan ia meninggalkan sekolah untuk bekerja, awalnya di bidang pertanian, kemudian di pabrik. Pada tahun 1976 ia bergabung dengan Ten-tara Pembebasan Rakyat dan selama waktu itu ia mulai belajar sastra dan menulis. Cerita pendek pertamanya diterbitkan dalam sebuah jurnal sastra tahun 1981. Ter-obosan-terobosannya muncul beberapa tahun kemu-dian dengan novel Touming de hong Luobo (1986, diterbitkan dalam bahasa Prancis sebagai Le radis de cristal, 1993).

Dalam tulisannya Mo Yan mengacu pada pen-galaman masa mudanya dan pada aturan- aturan di provinsi kelahirannya. Hal ini terlihat dalam novelnya Hong Gaoliang jiazu (1987, dalam Red Sorghum Eng-lish 1993). Buku ini terdiri dari lima cerita yang diung-kap menjadi jalinan cerita dalam pada dekade gejolak di abad ke-20, dengan penggambaran budaya kek-erasan banditisme, pendudukan Jepang dan kondisi yang keras yang dialami oleh buruh tani miskin. Sor-ghum Merah berhasil difilmkan pada tahun 1987, dis-utradarai oleh Zhang Yimou. Novel Tiantang suantai zhi ge (1988, dalam bahasa Inggris The Ballads Garlic 1995) dan gelar Jiuguo satir (1992, dalam bahasa Ing-gris Republik Wine 2000) telah dinilai subversif karena kritik tajam dari masyarakat Cina kontemporer.

‘’Fengru feitun’’ (1996, dalam Payudara Besar dan Pinggul Lebar 2004) adalah sebuah lukisan dind-

Mo Yan (Guan Moye) lahir pada tahun 1955 dan dibesarkan di Gaomi Provinsi Shandong di timur laut Cina. Orangtuanya

adalah petani. Selama dua belas tahun saat Revolusi Kebudayaan ia meninggalkan sekolah untuk

bekerja, awalnya di bidang pertanian, kemudian di pabrik. Pada tahun 1976 ia bergabung dengan Tentara Pembebasan

Rakyat dan selama waktu itu ia mulai belajar sastra dan menulis.

Cerita pendek pertamanya diterbitkan dalam sebuah jurnal

sastra tahun 1981. Terobosan-terobosannya muncul beberapa tahun kemudian dengan novel Touming de hong Luobo (1986,

diterbitkan dalam bahasa Prancis sebagai Le radis de

cristal, 1993).

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]Frasa

Page 38: Majalah Frasa

hal

38 inspiring

ing historis yang luas menggambarkan abad ke-20 Cina melalui mikrokosmos dari satu keluarga. Novel Shengsi Pilao (2006, dalam Aku Berada di Luar Kehidu-pan dan Kematian yang Mengenakkan, 2008) menggunakan humor hitam untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari dan transmogrifications kekerasan, sedangkan Tanxiangxing (2004, yang akan diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai Death Sandalwood 2013) adalah kisah kekejaman manusia di Kekaisaran runtuh. Novel terbaru Mo Yan Wa (2009, dalam bahasa Prancis, Grenouilles 2011) menjelaskan konsekuensi tentang Cina dengan kebijakan satu anak.

Melalui campuran fantasi dan

kenyataan, perspektif sejarah dan sosial, Mo Yan telah menciptakan mengingat-kan dunia dalam kompleksitas dari orang lain seperti pada tulisan-tulisan Wil-liam Faulkner dan Gabriel Garcma Mar-quez, pada saat yang sama mencari titik keberangkatan dalam literatur Cina kuno dan di tradisi lisan. Selain novel-novelnya, Mo Yan telah menerbitkan banyak cerita pendek dan esai tentang berbagai topik, meskipun kritik sosial sangat terlihat dan ditujukan kepada tanah airnya, namun ia tetap dianggap sebagai salah satu penu-lis kontemporer terkemuka.

Penghargaan ini membuat Mo gembira. Sebab, ia menjadi warga Cina pertama yang memenangkan Nobel Sastra. Sastrawan Gao Xingjian pernah mendapat Nobel Sas-tra pada 2000, tetapi ia merupakan warga negara Prancis keturunan Cina.

‘’Mo adalah orang ke-109 yang meneri-ma penghargaan bergengsi ini,’’ kata Maje-lis Nobel, Kamis 11 Oktober 2012. Nobel tahun lalu dimenangkan penyair Swedia Tomas Transtroemer.

Yayasan Nobel menyatakan penghar-gaan hanya diberikan kepada kandidat yang masih hidup. Kemenangan ini mem-buat Mo berhak membawa pulang duit sebesar 1,2 juta dolar AS atau setara Rp11,5 miliar.

Penghargaan Nobel Sastra diumumkan di Stockholm 11 Oktober 2012 lalu, den-gan spekulasi nominator antara lain, Alice Munro dari Kanada, Haruki Murakami dari Jepang dan penulis Amerika Philip Roth yang menjadi nominator teratas. Cerpenis Munro sangat termahsyur di kalangan sas-tra Swedia, sama halnya dengan novelis Jepang Haruki Murakami. Para ahli menga-takan seorang wanita atau penulis Ameri-ka Utara akan menjadi pilihan yang logis. Amerika Serikat belum diberikan hadiah sejak tahun 1993, ketika Toni Morrison menang.

Sementara itu, sejak 1901 hanya ada 12 perempuan dari 108 pemenang yang telah diakui oleh panitia Nobel. Para pakar menilai melalui surat kabar bahwa nama-

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 39: Majalah Frasa

hal

39inspiring

nama seperti Alice Munro, Philip Roth dan Assia Djebar dari Aljazair juga disebut-sebut bakal menggondol hadiah nobel ini, sementara itu Murakami dipandang seba-gai kandidat yang memiliki peluang terbe-sar. Meski demikian, beredar pula nama Ismail Kadare dari Albania, Nuruddin Farah dari Somalia dan Salman Rushdie dari Ing-gris. Penyair Kanada Anne Carson dan nov-elis feminis Nawal el Saadawi dari Mesir juga masuk dalam daftar.

‘’Benua Afrika menerima Hadiah Nobel Sastra paling sedikit,’’ kata seorang kriti-kus, Gunnar Bolin, yang mengatakan ingin melihat penulis Nigeria Chinua Achebe dihargai. Nama-nama lain yang dinomi-nasikannya yaitu dari penulis Kenya Ngugi wa Thiong’o dan penulis Afrika Selatan Kar-el Schoeman.

Nominator lainnya yaitu penyair Suri-ah Adonis, novelis Amerika Joyce Carol Oates dan Don DeLillo, serta penulis Isra-el Amos Oz dan Cees Nooteboom dari

Belanda.Sayangnya, hingga kini daftar calon tidak

pernah terungkap dan musyawarah juri sungguh-sungguh bisa dirahasiakan sela-ma setengah abad. Koran Swedia Dagens Nyheter pun menggambarkan kesulitan memprediksi pemenang. Nobel Sastra ada-lah penghargaan yang diumumkan setelah kedokteran, fisika dan kimia. Sementara itu, hadiah Nobel Perdamaian akan diu-mumkan di hari-hari berikutnya dan diikuti Nobel Ekonomi.

Masing-masing pemenang akan men-erima hadiah mereka pada upacara resmi di Stockholm dan Oslo pada 10 Desember 2012 mendatang sesuai hari ulang tahun kematian Alfred Nobel.

Dantje S Moeis, perupa senior yang juga rajin menulis karya sastra berupa pui-

si, cerpen dan esai. Ia juga salah seorang pengasuh Majalah Sagang dan bermas-

tautin di Pekanbaru.

Frasa Edisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

Page 40: Majalah Frasa

hal

40 X-CoVEr

FrasaEdisi 5 Tahun I [Selasa, 30 Oktober 2012]

baCa dan download majalah Frasa dihttp://www.majalahfrasa.blogspot.com/

kirim karYa anda [email protected]