medical_review_tata_laksana_terkini_pankreatitis_akut.pdf
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
1/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
PENDAHULUAN
Pankreatitis akut didefinisikan sebagai peradangan akut, non-bakterial pada organ pankreas. Pan-
kreatitis terjadi oleh karena enzim autodigesti, dimana enzim pankreas yang teraktivasi mencer-
na pankreas, sehingga menyebabkan edema, kerusakan vaskular, perdarahan dan nekrosis organ
pankreas. Terjadinya pankreatitis akut diawali karena adanya jejas di sel asini pankreas akibat ; ()
obstruksi duktus pankreatikus (terutama oleh migrasi batu empedu), () stimulasi hormon kole-
sistokinin (CCK) sehingga akan mengaktivasi enzim peankreas (misalnya karena pengaruh hiper-
trigliseridemia dan alkohol), () iskemia (misalnya pada pankreatitis akut pasca prosedur endoscopic
retrograde cholangiopancreatography (ERCP) atau aterosklerosis., Sekitar penyebabpankreatitis akut dapat diidentifikasi, dengan penyebab utama adalah obstruksi batu di duktus kole-
dokus () dan alkohol (). Penyebab lainnya adalahpancreas divisium(), komplikasi pasca
tindakan ERCP (,), hipertrigliseridemia (), obat obatan (- ) dan hiperkalsemia.,,
Menurut Klasifikasi Atlanta (), diagnosis pankreatitis akut tegak apabila memenuhi dari kri-
ABSTRAK
Pankreatitis akut didefinisikan sebagai peradangan
akut, non-bakterial pada organ pankreas, yang ter-
jadi akibat autodigesti enzim pankreas. Pada
pasien, penyebabnya mudah diidentifikasi, dengan
penyebab utama adalah batu empedu dan alkohol.
Diagnosis pankreatitis akut bisa ditegakkan apabilamemenuhi dari kriteria, yakni () nyeri perut bagi-
an atas, () peningkatan amilase atau lipase > x nilai
batas atas normal, () hasil pemeriksaan imaging (USG/
CT scan atau MRI). Perjalanan pankreatitis akut dibagi
menjadi , yaitu fase awal yang terjadi dalam minggu
pertama dan fase lambat yang terjadi dalam beberapa
minggu hingga bulan. Penyebab kematian pada fase
awal adalah gagal organ dan pada fase lambat adalah
pankrezatitis nekrosis terinfeksi. Komplikasi pancreati-
tis akut dapat berupa komplikasi gagal organ dan sis-
temik serta komplikasi lokal. Menilai tingkat keparahan
pancreatitis pada jam pertama sangat penting
untuk tujuan prognosis, manajemen klinis awal dan di-
mana pasien harus dirawat (bangsal atau ICU). Manaje-
men pankreatitis akut berupa resusitasi cairan, nutrisi
enteral, analgesik, oksigenasi, antibiotik bila ada indi-
kasi dan intervensi invasif minimal atau bedah terbuka
bila ada komplikasi pancreatitis nekrosis terinfeksi atau
pseudokista yang simptomatik.
Kata Kunci : Pankreatitis akut, menilai tingkat
keparahan, komplikasi lokal dan gagal organ
Tata Laksana Terkini Pankreatitis Akut
JB Suharjo B CahyonoPPDS Gastroenterohepatologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Medical review
ABSTRACT
Acute pancreatitis is acute inflammation, non-bacterial
in pancreas organ, caused by enzyme autodigestion of
the gland. In of patients the cause is easily
identified, the most cause are gallstone and alcohol.
The diagnosis of acute pancreatitis is established by
the presence of of the following criteria () abdominalpain, () serum amylase and or lipase greater than three
times upper limit of normal, and / or () characteristics
finding from abdominal imaging. There are two phases
of acute pancreatitis process; early (lasts for the first
week) and late (lasts from weeks to months). Cause of
death in early phase is organ failure and in late phase
is infected pancreatic necrosis. There are three compli-
cations of acute pancreatitis; organ and systemic com-
plications and local complications. Assess severity of
acute pancreatitis at hours is very crucial for know-
ing prognosis, initial management and where patients
should be cared (ward or ICU). Management of acute
pancreatitis are fluid resuscitation, oxygen supplemen-
tal, analgetic, antibiotic when indicated, and minimally
invasive approaches or open surgical for infected pan-
creatic necrosis or symptomatic pseudocyst.
Key words : Acute pancreatitis, assess severity, local
and organ failure complications
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
2/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
medical review
teria () nyeri perut bagian atas, () peningkatan
amilase atau lipase lebih dari tiga kali nilai batas
normal, () hasil pemeriksaan imaging (USG/
CT scan atau MRI). Pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit
untuk mendeteksi batu empedu dan pelebaran
duktus koledokus sebagai penyebab pank-
reatitis akut. Tidak semua pasien dengan pan-
kreatitis harus menjalani pemeriksaan CT scan
abdomen. Indikasi pemeriksaan CT scan den-
gan contrastenhanced computed tomography
(CECT) adalah () untuk memastikan diagnosis
pankreatitis akut apabila hasil pemeriksaan ami-
laselipase atau USG masih diragukan, () untuk
menentukan tingkat keparahan pankreatitis
akut dan mendeteksi adanya komplikasi lokal
pankreatitis, () sebagai pemandu tindakan in-
vasif minimal pada saat melakukan drainase
cairan atau debris nekrotik.
Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk
memahami aspek diagnostik, komplikasi, pe-
nilaian tingkat keparahan, terapi suportif dan in-
tervensi invasif minimal atau pembedahan pada
pankreas yang mengalami komplikasi.
FASE PANKREATITIS AKUT
Berat ringannya pankreatitis akut tergantung
dari respon inflamasi sistemik yang diperantarai
oleh keseimbangan antara sitokinpro inflamma-
torydan anti-inflammatory, dan ada tidaknya in-
feksi baik lokal maupun sistemik. Pada keadaan
dimana sitokin pro inflammatorylebih dominan
daripada sitokin anti-inflammatory [IL-, IL-receptor antagonist (IL-ra) dan soluble TNF
receptors (sTNFR)] keadaan yang terjadi adalah
pankreatitis akut berat. Pada umumnya perjala-
nan klinis pankreatitis akut dapat dibagi men-
jadi dua, yaitu fase awal dan fase lanjut.
Fase awal
Fase awal terjadi pada minggu pertama. Pada
fase ini terjadi sindrom respon inflamasi siste-
mik (SIRS), sebagai akibat respons tubuh terha-
dap lesi pankreas lokal. Apabila SIRS menetap
maka ada risiko yang sangat besar terjadi gagal
organ. Faktor yang menentukan berat ringan-
nya pankreatitis akut selama fase awal adalah
adanya dan berapa lama terjadi gagal organ.
Gagal organ yang terjadi < jam (transient or-
gan failure) memberikan prognosis yang lebih
baik dibandingkan apabila gagal organ bersi-
fat persisten (> jam). Komplikasi pankreati-
tis lokal jarang terjadi pada fase ini, seandainya
terjadi komplikasi lokal, komplikasi ini tidak
menentukan beratnya pankreatitis. Pada fase
awal penyebab kematian adalah karena respons
inflamasi (SIRS) yang memicu terjadinya gagal
organ multipel.,
Fase lambat
Fase lambat berlangsung beberapa minggu
sampai bulan. Fase lambat ditandai dengan
adanya SIRS yang persisten atau oleh karena
komplikasi lokal dari pankreatitis akut. Fase
lambat hanya terjadi pada pankreatitis sedang
sampai berat. Kematian pada fase lambat um-
umnya akibat sepsis, disebabkan oleh karena
pankreatitis nekrosis akut yang mengalami in-
feksi.
KOMPLIKASI PANKREATITIS AKUT
Klasifikasi Atlanta membagi komplikasi
pankreatitis akut menjadi komplikasi gagal or-
gan dan sistemik serta komplikasi lokal.
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
3/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
medical review
Komplikasi Gagal Organ dan Sistemik
Menurut Klasifikasi Atlanta sistem organ
yang harus dinilai sehubungan dengan gagal
organ adalah respirasi, jantung dan ginjal. Zhu,
et al melaporkan frekuensi terjadinya gagal
organ pada pasien dengan pankreatitis akut
berat yaitu gagal organ multipel (), gagal
respirasi (), gagal ginjal (,), gagal jan-
tung (,), gagal hati (,) dan perdarahan
saluran cerna (,), dengan angka mortalitas
akibat gagal organ multipel sebesar . Gagal
organ diartikan sebagai nilai skor untuk satu
dari tiga sistem organ menggunakan sistem
skor dari Marshall (tabel ). Komplikasi sistemik
dinilai berdasarkan adanya eksaserbasi dari pen-
yakit penyerta yang sudah ada, seperti: penyakit
jantung koroner atau penyakit paru obstruktif
kronis, yang dipicu oleh pankreatitis akut.
Komplikasi Lokal
Berdasarkan klasifikasi Atlanta , secara mor-
fologi pankreatitis akut dibedakan menjadi dua,
yaitu pankreatitis edematosa interstisial dan
pankreatitis nekrosis.
Pankreatitis edematosa Interstisial. Bentuk dari
komplikasi lokal pankreatitis edematosa intersti-
sial adalah timbunan akut cairan peripankreatik
(acute collection of peripancreatic fluid) dan pesu-
dokista pankreas (pancreatic pseudocyst). Pada
pasien yang menderita pankreatitis akut, organ
pankreas mengalami pembesaran difus oleh
karena proses edema inflamasi. Pada pemerik-
saan CECT parenkim pankreas memperlihatkan
gambaran penyangatan homogen, terkadang
ditemukan cairan di bagian tepi atau yang dike-
nal sebagai acute peripancreatic fluid collection.
Sementara itu, gejala klinis pankreatitits edema-
tosa interstisial biasanya akan berkurang dalam
minggu pertama. Namun apabila akumulasi
cairan tersebut tidak diserap, cairan akan dila-
pisi oleh dinding inflamasi yang dikenal sebagai
pseudokista pankreas. Pseudokista terjadi seki-
tar dari pankreatitis akut dan bertanggung
jawab terhadap sekitar lesi kistik pankreas.
Jumlah pseudokista bisa tunggal atau multipel,
dan berada di dalam atau di luar pankreas den-
gan ukuran bervariasi., Pankreatitis nekrosis.
Pankreatitis nekrosis merupakan komplikasi
lokal yang terjadi pada sekitar pasien
dengan pankreatitis akut. Pankreatitis nekrosis
ditandai dengan adanya jaringan nekrotik di
parenkim dan atau di peripankreatik. Diagnosis
pankreatitis nekrosis ditegakkan melalui penci-
traan dan didefinisikan sebagai adanya >
kurang atau tidak adanya penyangatan (non-en-
hancement) pada pemeriksaan menggunakan
CECT. Jaringan yang mengalami nekrosis dapat
berasal dari parenkim pankreas atau jaringan
peripankreas dan secara morfologis berupa de-
bris atau cairan yang terlokalisir, dikenal sebagai
acute necrotic collection. Pankreatitis nekrosis
dapat bersifat steril (steril necrosis) atau terinfek-
si (infected necrosis). Pankreatitis nekrosis steril
terbentuk sekitar - hari dari onset sakit.
Setelah kurang lebih minggu acute necrotic
collectionmengecil (namun jarang sekali meng-
hilang) dan dilapisi oleh dinding inflamasi yang
tebal dan kokoh yang berisi debris dan cairan,
dikenal sebagai walled-off necrosis.Pada kondisi
tertentu pankreatitis nekrosis yang semula ber-
sifat steril dapat terkontaminasi mikroorgan-
isme yang berubah menjadi pankreatitis nekro-
sis terinfeksi, yang mempunyai risiko mortalitas
mencapai . Diagnosis pankreatitis
nekrosis terinfeksi ditegakkan melalui aspirasi
jarum halus dipandu dengan CT scan. Selain
itu, adanya infeksi dapat diduga apabila pada
pemeriksaan CECT didapatkan gambaran gas di
parenkim pankreas atau peripankreas., ,
KLASIFIKASI PANKREATITIS AKUT
Berdasarkan Klasifikasi Atlanta , tingkat
keparahan pankreatitis akut dibagi menjadi
tiga, yaitu pankreatitis akut ringan, sedang dan
berat (tabel ).
Pankreatitis akut ringan
Pankreatitis akut ringan ditandai dengan tidak
adanya gagal organ dan komplikasi lokal atau
sistemik. Sekitar perjalanan klinis pankre-
atitis akut bersifat ringan dan akan membaik
secara spontan dalam - hari.Pasien dengan
klinis demikian tidak memerlukan pemeriksaan
CECT dan angka mortalitas relatif rendah, se-
hingga dapat dipulangkan pada fase awal per-
jalanan pankreatitis akut.
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
4/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
Pankreatitis akut sedang
Pasien pankreatitis akut sedang sampai beratditandai dengan adanya gagal organ, komplikasi
lokal atau sistemik yang bersifat sementara (<
jam). Umumnya pankreatitis tipe ini akan mem-
baik tanpa intervensi atau paling tidak memer-
lukan perwatan yang lebih lama, dengan angka
mortalitas jauh lebih rendah dibandingkan pan-
kreatitis akut berat.
Pankreatitis akut berat.
Pankreatitis akut berat terjadi pada
kasus, yang ditandai dengan adanya gagal organ
yang bersifat persisten. Apabila tidak dijumpai
tanda gagal organ, adanya komplikasi pankreatitis
nekrosis dapat dikatagorikan sebagai pankreatitis
berat. Pasien dengan gagal organ persisten yang
timbul dalam beberapa hari dari onsetsakit risiko
mortalitasnya mencapai .,
MENILAI TINGKAT KEPARAHAN PANKREATITIS
AKUT
Menilai tingkat keparahan pankreatitis akut pent-
ing dilakukan untuk menentukan prognosis, mana-
jemen klinis awal dan menentukan dimana pasien
harus dirawat. Ada beberapa parameter yang ser-
ing digunakan untuk menilai derajat pankreatitis,
yaitu : kriteria gagal organ (misalnya skor Marshall),
adanya komplikasi pankreatitis akut lokal (pank-
reatitis nekrosis akut), kriteria Ranson (sensitivitas
, spesifisitas ), APACHE II lebih besar dari
(acute physiology and chronic health evaluation,
dengan sensitivitas dan spesivisitas ), Bed-side Index of Severity in Acute Pancreatitis (BISAP),
Balthazars computed tomography (CT) severity
index(sensitifitas , spesifisitas ) atau C-re-
active protein(> mg/dl) yang diperiksa jam
setelah onset gejala mempunya sensitifitas ,
spesifisitas .,, Pada tahun , Balthazar dankawan kawan mengenalkan sistem angka didasar-
kan pada pemeriksaan CT scan untuk menilai
derajat pankreatitis akut dan menentukan kore-
lasi indeks derajat CT dengan risiko morbiditas dan
mortalitas. Secara CECT luasnya nekrosis dapat di-
katagorikan : tidak ada nekrosis, nekrosis lebih dari
(mortalitas tidak ada), nekrosis - dan
nekrosis lebih dari (mortalitas -).Se-
baiknya untuk mendeteksi adanya nekrosis CECT
dilakukan pada hari ke- sampai ke-, karena nek-
rosis jarang terjadi sebelum itu.
MANAJEMEN PANKREATITIS AKUT BERAT
Pada bagan dapat dilihat alur tatalaksana pan-
kreatitis akut pada jam pertama. Pada hari
pertama ini hal penting harus dilakukan adalah
menentukan tingkat keparahan pankreatitis,
memberikan terapi suportif dan evaluasi respons
terapi. Pasien dengan skor APACHE > , komorbid
berat dan gagal organ perlu dirawat di ruang per-awatan intensif. Komplikasi lokal harus dicurigai
apabila nyeri perut tidak membaik, serum enzim
pankreas meningkat, munculnya disfungsi organ,
adanya demam. Komplikasi lokal dapat diketahui
melalui pemeriksaan CECT, sebab itu sangat pent-
ing untuk mendeskripsikan gambaran CECT ber-
dasarkan lokasi (peripankreatik), kandungan mate-
rial (cairan, padat atau gas), dan ketebalan dinding
(tipis atau tebal). Pemeriksaan CT untuk menilai
adanya komplikasi pankreatitis akut dilakukan
setelah jam dari onset sakit dan dapat diu-lang kembali apabila keadaan pasien semakin
memburuk atau tidak memberikan respons de-
ngan terapi yang sudah diberikan.
TechnologyMEDICAL REVIEW
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
5/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
Terapi suportif
Terapi suportif meliputi resusitasi cairan, kore-
ksi gangguan elektrolit dan koagulasi, pemberian
oksigen, dan ventilasi non-invasif atau invasif. Re-
susitasi cairan harus segera dimulai secara dini ka-
rena sekuestrasi atau pengurangan cairan sudah
dapat terjadi dalam jam pertama. Pada
jam pertama resusitasi memberikan dampak klinis
yang menentukan dalam manajemen pankreatitis
akut. Diperlukan hidrasi cairan secara agresif se-banyak cc/jam dengan larutan isotonis
(lebih terpilih ringer laktat), hati-hati apabila ada
komorbid penyakit jantung atau ginjal. Kebutu-
han cairan tubuh harus dinilai dengan interval
jam selama jam dengan sasaran menurun-
nya angka BUN dan produksi urin adalah > , ml/
kg/jam (> cc/ jam).,
Antibiotika profilaksis
Penyebab infeksi terbanyak adalah: Escherichia coli
(), Enterococcus (), Klebsiella(), Staphy-
lococcus epidermidis (), Staphylococcus aureus
(), Pseudomonas () dan Candida (). In-
feksi lebih banyak bersifat monomikrobial ()dibandingkan polimikrobial (). Pemeriksaan
aspirasi jarum halus yang dipandu dengan USG/
CT scan sebaiknya dilakukan untuk membeda-
kan nekrosis pankreas akut steril atau terinfeksi
TechnologyMEDICAL REVIEW
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
6/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
dan melakukan kultur serta sensitivitas sebagai
pedoman pemberian antibiotika yang tepat. As-
pirasi jarum halus relatif aman dan memberikan
hasil yang akurat, dengan tingkat sensitivitas dan
spesivisitas untuk menegakkan nekrosis pankreas
terinfeksi sebesar masing masing dan .Antibiotik yang banyak diteliti dan mempunyai
penetrasi ke organ pankreas yaitu karbapanem,
kuinolon, metronidazol dan sefalosporin dosis
tinggi. Berdasarkan data penelitian, antibiotika
yang paling efektif adalah imipenem yang diberi-
kan dengan dosis , gr/ jam secara intravena).
Menurut American College of Gastroenterology
() dijelaskan bahwa peran antibiotik pada
pankreatitis akut yaitu () penggunaan rutin an-tibiotik dengan tujuan profilaksis pada pasien
pankreatitis akut berat tidak direkomendasikan,
() antibiotik diberikan pada infeksi ekstra-pan-
kreas seperti kolangitis, infeksi akibat pemasan-
gan kateter, bakteriemia, infeksi saluran kencing
dan pneumonia, () penggunaan antibiotik pada
pasien pankreatitis nekrosis steril untuk mencegah
terjadinya pankreatitis nekrosis terinfeksi tidak di-
rekomendasikan () Adanya nekrosis terinfeksi
harus dipertimbangkan pada pasien dengan
pankreatitis atau nekrosis ekstra-pankreas yang
tidak membaik setelah perawatan selama
hari. Pada pasien ini diperlukan tindakan aspirasi
jarum halus sebagai dasar panduan pemberian
antibiotik atau antibiotik empiris segera diberikan
seandainya tidak dilakukan aspirasi jarum halus.
Terapi nutrisi
Berdasarkan penelitian, pemberian nutrisi par-
enteral dapat mengakibatkan: () Atrofi jarin-
gan limfoid usus (GALT) yang merupakan sum-ber utama imunitas mukosa, () terganggunya
fungsi limfosit Sel T dan sel B, menurunnya ak-
tivitas kemotaksis lekosit dan fungsi fagositosis
sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri
(bacterial overgrowth), () meningkatnya permea-
bilitas dinding usus yang dapat mempermudah
terjadinya translokasi bakteri, endotoksin, dan
antigen masuk ke dalam sirkulasi. Oleh sebab
itu, pasien lebih baik diberikan nutrisi enteral dari-
pada melalui parenteral. Nutrisi enteral dapat di-
berikan melalui naso-jejenum (NJT) atau melalui
nasogastric tube (NGT). Secara tradisional diper-
caya bahwa pemberian nutrisi enteral melalui
NGT akan berisiko menyebabkan pneumonitis as-
pirasi dan meningkatkan sekresi enzim pankreas,
yang tidak terjadi pada NJT. Studi meta-analisis
membuktikan bahwa pemberian nutrisi enteral
melalui NGT aman dan dapat ditoleransi pasien
sebanding dengan NJT. Nutrisi parenteral dapat
diberikan pada pankreatitis akut sebagai alternatif
apabila jalur enteral tidak memungkinkan diberi-kan. ACG () merekomendasikan agar pada
pankreatitis akut ringan, nutrisi secara oral segera
diberikan apabila pasien sudah tidak mengalami
nyeri perut, mual dan muntah. Makanan dimulai
dalam bentuk cair atau padat lunak, bertahap dan
rendah lemak. Pada pankreatitis akut berat diberi-
kan nutrisi enteral untuk mencegah komplikasi in-
feksi. Nutrisi parenteral harus dihindari kecuali nu-
trisi enteral tidak memungkinkan untuk diberikan.
Nutrisi enteral sebaiknya ditunda apabila pasiendalam keadaan masih syok, perdarahan gastroin-
testinal masif, obstruksi intestinal, fistula jejunum
atau enteroparalisis berat.
INTERVENSI PADA PANKREATITIS AKUT
Pada saat ini terapi pankreatitis akut berat telah
bergeser dari tindakan pembedahan awal ke per-
awatan intensif agresif. Seiring dengan berkem-
bangnya radiologi dan endoskopi intervensi,
tindakan bedah dapat diminimalisasi. Intervensi
untuk mengatasi komplikasi lokal pankreatitis
akut berat adalah: () ERCP dan sfingterotomi un-
tuk menghilangkan sumbatan dan evakuasi batu
di duktus koledokus, () kolesistektomi laparosko-
pi ditujukan untuk mengangkat batu empedu, ()
drainase cairan menggunakan kateter perkutan
baik dengan panduan USG maupun CT scan atau
transluminal endoskopik, () nekrosektomi melalui
transluminal endoskopik, nekrosektomi transab-
domen laparoskopi, atau debridemen retroperi-toneal yang dipandu dengan video (video-assisted
retroperitoneal debridement), () laparotomi ter-
buka direkomendasikan untuk mengevakuasi
timbunan cairan yang sudah dibungkus dengan
kapsul yang tebal (walledoff). Tindakan bedah
terbuka menjadi pilihan utama apabila rumah
sakit tidak mempunyai fasilitas, peralatan dan
keterbatasan sumber daya manusia yang memi-
liki kompetensi metode invasif minimal. Indikasi
intervensi pankreatitis akut adalah () pankreatitis
nekrosis terinfeksi, () pankreatitis nekrosis steril
dengan penyulit (misalnya adanya obstruksi duk-
tus koledokus, gastric outlet obstruction), () gagal
organ multipel yang tidak membaik dengan terapi
yang diberikan selama di ICCU, () pseudokista
TechnologyMEDICAL REVIEW
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
7/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS
pankreas simptomatik, () pankreatitis biliar akut
dengan kolangitis, () pankreatitis akut dengan
batu empedu.,, ,
MANAJEMEN TRAKTUS BILIAR
Berdasarkan studi kohort dan satu uji klinis yang
melibatkan pasien pankreatitis biliar yang
tidak atau yang menjalani tindakan kolesistek-
tomi, pasien () yang tidak menjalani kole-
sistektomi mengalami rekurensi dalam waktu
hari sejak keluar rumah sakit dibandingkan yang
menjalani kolesistektomi tidak mengalami reku-
rensi sama sekali (p < ,). International Asso-
ciation of Pancreatology () dan ACG ()
merekomendasikan agar segera dilakukan tin-dakan kolesistektomi pada pasien dengan pank-
reatitis biliar ringan sebelum pasien keluar dari
rumah sakit. ERCP direkomendasikan pada pank-
reatitits biliar akut ringan yang disertai kolangitis
dan dilakukan segera (< jam). Kolestektomi se-
baiknya ditunda khususnya pada pasien pankrea-
titis akut berat atau pada keadaan dimana cairan
dan jaringan nekrotik belum terkapsulasi. Pada
pasien pankreatitis biliar yang sudah menjalani
tindakan sfingterotomi dan layak menjalani pem-
bedahan, kolesistektomi disarankan, mengingat
ERCP dan sfingterotomi mencegah rekurensi dari
pankreatitis biliar. Tindakan kolesistektomi pada
pasien peripankreatitis sebaiknya ditunda sampai
terbentuk cairan yang terkapsulasi atau minggu
setelah onset sakit ERCP direkomendasikan pada
pankreatitis biliar akut yang terbukti disertai batu
di duktus koledokus.
INDIKASI INTERVENSI PANKREATITIS NEKROSIS
Tindakan debridement (necrosectomy) merupa-
kan baku emas pada pankreatitis nekrosis akut
terinfeksi dan nekrosis peripankreatik. Menu-
rut IAP () indikasi intervensi baik itu melalui
prosedur radiologi, endoskopis atau pembedahan
pada pankreatitis nekrosis adalah () kecurigaan
atau sudah terbukti adanya pankreatitis nekrosis
yang terinfeksi dengan pemburukan keadaan
klinis, khususnya dilakukan setelah jaringan ne-
krosis sudah terkapsulasi dengan dinding yang
tebal (walled-off necrosis), () pankreatitis nekro-
sis steril dengan gagal organ yang terus berlang-
sung beberapa minggu setelah onset pankreati-
tis akut, khususnya dilakukan setelah jaringan
nekrosis sudah dikapsulasi dengan dinding yang
tebal (walled-off necrosis). Pankreatitis nekrotika
akut steril tidak perlu tindakan bedah, cukup kon-
servatif kecuali terjadi pankreatitis akut fulminan.
Indikasi intervensi pankreatitis nekrosis steril ada-
lah () Obstruksi biliar, intestinal atau gastric out-
let karena tekanan jaringan nekrotik dan cairanyang terkapsulasi (walledoff necrosis), () pasien
dengan walledoff necrosis tanpa tanda infeksi
namun masih mengalami gejala persisten (mis-
alnya nyeri perut), () sindrom kebocoran duktus
pankreatikus (disconnected duct) dengan gejala
persisten (misalnya nyeri atau obstruksi) dengan
nekrosis tanpa adanya infeksi (kira kira > minggu
setelah onsetpankreatitis akut).
Waktu intervensi pankreatitis nekrotik menentu-kan responss klinis. Pendapat bahwa intervensi
harus dilakukan sedini mungkin pada kasus pank-
reatitis nekrotik terinfeksi mulai ditinggalkan. Dari
studi retrospektif disimpulkan bahwa pasien
dengan pankreatitis nekrotikan terinfeksi yang
diobati secara operatif, penundaan pembedahan
menurunkan kematian. Meskipun pasien
dengan pankreatitis nekrosis yang tidak stabil me-
merlukan tindakan debridement segera, konsen-
sus terkini merekomendasikan agar pasien yang
stabil harus diberikan antibiotik terlebih dahulu
sebelum intervensi untuk menekan reaksi infla-
masi. Apabila keadaan pasien masih belum mem-
baik dan nekrosis infeksi belum mereda, nekrosek-
tomi invasif minimal melalui radiologi, endoskopis
atau laparoskopi perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan.
Van Santvoort dkk () melakukan peneli-
tian mengenai metode nekrosektomi terbuka
dibandingkan pendekatan bertingkat atau step-up approach (intervensi drainase perkutan dan
bila perlu ditindaklanjuti dengan nekrosektomi
retroperitoneal invasif minimal) pada pasien
dengan pankreatitis nekrosis terinfeksi. Mereka
menyimpulkan bahwa prosedur invasif minimal
pada pankreatitis nekrosis terinfeksi menurunkan
komplikasi utama (gagal organ, perforasi organ
viseral atau perdarahan) dan kematian dibanding-
kan pembedahan terbuka. Menurut IAP (),
untuk pasien yang terbukti atau dicurigai mende-
rita pankreatitis nekrosis infeksi, tindakan inter-
vensi (drainase kateter perkutan, nekrosektomi/
drainase transluminal endoskopis, invasif minimal
atau nekrosektomi terbuka) sedapat mungkin di-
TechnologyMEDICAL REVIEW
-
7/26/2019 MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pankreatitis_Akut.pdf
8/8Vol. 27, No.2, Agustus 2014MEDICINUS
tunda paling tidak minggu sejak
onset sakit sampai jaringan nekro-
tik dan cairan sudah terkapsulasi
menjadi walledoff necrosis.
Pada umumnya pankreatitis ede-
matosa interstisial dengan timbu-
nan cairan akan diresorpsi dalam
waktu hari, hanya , kasus
kemudian menjadi pseudokista.
Pseudokista asimptomatik tidak
memerlukan intervensi, tetapi
dalam perjalanannya pseudokista
dapat berubah karakter menjadisimptomatik. Apabila pseudo-
kista menimbulkan gejala pilihan
terapi adalah dekompresi melalui
drainase perkutan atauendoscopic
cyst gastrostomy dengan panduan
ultrasound endoskopi. Tindakan
bedah terbuka menjadi pilihan
apabila pseudokista bersifat kom-
pleks, multipel, atau adanya kom-
plikasi seperti fistula, ruptur dan
perdarahan.
1. Bhatia M, Wong FL, Cao Y, et al. Pathophysiology of acute pancreatitis.
Pancreatology 2005; 5 : 132-144
2. Wu XN. Current concept of pathogenesis of severe acute pancreatitis.
World J Gastroenterol 2000; 6 (1): 3236
3. Tiscornia OM, Hamamura S, Lehmann ES, et al. Biliary acute pancreati-
tis : a review. World J Gastroenterol, 2000 ; 6 (2): 157-1684. Wang GJ., Chun FG., Dong W., Si QD. Acute pancreatitis : etiology and
common pathogenesis. World J Gastroenterol 2009; 15; 1427 1430
5. Jean LF., Michael LS., Catherine MP. Acute pancreatitis. Lancet 2008 :
371 ; 143 152
6. Mitchell SC. Acute pancreatitis : etiology, clinical presentation, diagno-
sis, and therapy. Med Clin N Am 2008; 92; 889923.
7. Peter AB., Thomas LB., Christos D., et al. Classification of acute pancrea-
titis 2012 : revision of the Atlanta Classification and definitions by
international consensus. Gut 2013 ; 62: 102111
8. Nishat B., Shilpa P., Shirish P., Tim F., Niall P. Acute pancreatitis : the role
of imaging in diagnosis and management. Clin Rad 2011;66 ; 164-175
9. Zhu AJ, Shi JS, Sun XJ. Organ failure associated with severe acute pan-
creatitis. World J Gastroenterol 2003; 9 (11): 2570-2573.
10. Xuong Lu., Elie Aoun. Complications of acute pancreatitis. Practical
Gastroenterol 2012; 1121
11. Bechien Wu, Peter AB. Clinical management of patients with acute
pancreatitis. Gastroenterology 2013; 144; 1272128112. Scott T., Baillie J., John DW., Santhi SV. American College of Gastroen-
terology Guideline : management of acute pancreas. Am J Gastroen-
terol 2013; doi: 10.1038/ajg.2013.218
13. Bechien W., Darwin LC. Acute pancreatitis part I: approach to early
management. Clin Gastroenterol Hepatol 2010;8: 410- 416
14. Mofidi R., Patil PV., Suttie SA., Parks RW. Risk assessment in acute pan-
creatitis. British J Surgery 2009; 96: 137-150
daftar pustaka15. Working Group IAP/APA Acute Pancreatitis Guideline. IAP/APA evi-
dence-based guidelines for the management of acute pancreatitis. Pan-
creatology 2013: e1-e15
16. Vege SS., Baron TH. Management of pankreatitis necrosis in severe acute
pancreatitis. Clin Gastroenterol Hepatol 2005; 3: 192-196
17. Gumaste V. Prophylactic antibiotic therapy in the management of acutpancreatitis. J Clin Gastroenterol 2000; 31 (1):6-10.
18. Chen QP. Enteral nutrition and acute pancreatitis. . World J Gastroenterol
2001; 7 (2): 185-192.
19. Yu-Sui Chang, Hua-qun F., Yuanimei X., Ji-chun L. Nasogastric or naso-
jejunal feeding in predicted severe acute pancreatitis : a meta-analysis.
Critical Care 2013; 17; R 118
20. Sandra VB., Olaf JB., Marc GB., et al. Treatment of necrotizing pancreatitis.
Clin Gastroenterol Hepatol 2012; 10; 1190-1201
21. UK Working Party on Acute Pancreatitis. UK guidelines for the manage-
ment of acute pancreatitis. Gut 2005; 54 (Suppl III): iii 1-iii 9.
22. Angst E., Storni F., Gloor B. Modern surgical concepts in the treatment
of severe acute pancreatitis an individual approach to the patients. Pan-
creat Disord Ther 2013; 3; 3
23. Larson SD., Nealson WH., Evers BM. Management of gallstone pancreati-
tis. Adv Surg 2006; 40; 265-84
24. Werner J, Feuerbach S, Uhl W, Buchler MW. Management of acute pan-
creatitis : from surgery to intervensional intensive care. Gut 2005; 54 :426-36
25. Van Santvoort HC., Marc GB., Olaf JB., et al A step up approach or open
necrosectomy for necrotizing pancreatitis. N Engl JMed 2010; 362; 1491-
502.
26. John B. Pancreatic pseudocysts (part II). Gastrointestinal Endoscopy
2004