melalui sprint training dan hollow sprint
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
JURNAL SKRIPSI
PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE
MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT
PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL
KELAS X SMK BHINA KARYA KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
AMIRUDIN FATHONI
K5610008
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Desember 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE
MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT
PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL
KELAS X SMK BHINA KARYA KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
AMIRUDIN FATHONI
K5610008
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret
Email : [email protected]
ABSTRAK
Amirudin Fathoni. PENINGKATAN KECEPATAN LARI ANTAR BASE
MELALUI SPRINT TRAINING DAN HOLLOW SPRINT PADA SISWA
PUTRA EKSTRAKURIKULER SOFTBALL KELAS X SMK BHINA
KARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
November 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh
latihan lari sprint training dan hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base
pada siswa putra ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015; (2) Manakah yang lebih baik antara latihan lari sprint
training dan hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra
ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Subyek
penelitian ini adalah siswa putra ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina
Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 siswa.
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kecepatan lari antar base.
Tes dan pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes base
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
running. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
perbedaan (uji – t) dengan melalui uji persyaratan terlebih dahulu seperti uji
reliabilitas, uji normalitas, dan uji homogenitas. Setelah melakukan penelitian,
diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Ada pengaruh latihan lari sprint training dan
hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra ekstrakurikuler
softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015,
dengan peningkatan sprint training= 2,07s dan peningkatan hollow sprint= 0,53s;
(2) Latihan lari sprint training lebih baik dari pada hollow sprint terhadap
kecepatan lari antar base pada siswa putra ekstrakurikuler softball kelas X SMK
Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan peningkatan sprint
training= 14,3% > peningkatan hollow sprint= 3,67%. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh latihan lari sprint
training dan hollow sprint terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra
ekstrakurikuler softball kelas X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015; (2) Latihan lari sprint training lebih baik dari pada hollow sprint
terhadap kecepatan lari antar base pada siswa putra ekstrakurikuler softball kelas
X SMK Bhina Karya Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: Kecepatan Lari antar base, Sprint Training, Hollow Sprint.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDAHULUAN
Softball adalah suatu aktivitas
fisik sekaligus olahraga permainan
beregu yang dimainkan oleh
sembilan orang. Permainan ini
pertama kali ditemukan oleh George
Hancock pada tahun 1887 di kota
Chicago, Amerika Serikat. Olahraga
softball bermain dengan 7
inning, yaitu masing-masing regu
mendapat giliran menjadi pemain
bertahan dan menyerang masing-
masing 7 kali. Pergantian permainan
ini apabila regu bertahan (deffense)
berhasil mematikan pemain dari regu
penyerang (offense) sebanyak 3
orang. Cara memainkannya ialah
seorang pemukul melakukan pukulan
terhadap bola yang dilemparkan oleh
pitcher (pelempar bola). Bola
dipukul dengan menggunakan alat
pukul (bat). Pelempar bola bertugas
dari tengah lapangan, dimana
anggota regunya empat pemain
bertugas juga di tiga home base, tiga
pemain di luar lapangan dan satu di
home plate. Seorang pemukul, harus
berhasil mengelilingi semua base
sebelum bola mengenai base
yang ditujunya. Pemukul dapat
menolak lemparan bola yang dirasa
tidak sesuai. Akan tetapi, lemparan
yang ketiga harus dipukul.
Permainan softball yang
digemari dikalangan remaja maupun
umum serta adanya tuntutan prestasi
yang setinggi-tingginya dan
banyaknya kejuaraan di tingkat
daerah maupun nasional bahkan
sekarang-sekarang ini sudah sering
diadakan kejuaraan softball antar
klub se-Asean untuk seleksi yang
digunakan dalam kejuaraan Sea
Games pada tahun 2013 kemarin di
Myanmar, yang bermula dari adanya
turnamen atau kejuaraan antar klub
lalu dipilih atau disaring pemain-
pemain yang terbaik dari masing-
masing klub tersebut untuk mewakili
Indonesia dalam kejuaraan softball
se-Asean. Maka diperlukan adanya
pembinaan yang sebaik-baiknya
yang dilakukan sejak usia dini,
pembinaan tersebut di mulai dari
sekolah-sekolah yang masuk dalam
kurikulum sebagai salah satu cabang
olahraga pilihan ekstrakurikuler.
Pembinaan yang dilakukan di
sekolah sejak usia dini ini sangat
mendukung karena usia sekolah atau
usia dini merupakan usia dalam masa
perkembangan jasmani dan rohani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang membutuhkan rangsangan
berupa gerak, sehingga saat yang
tepat untuk mendapat pembinaan.
Tahap-tahap awal dalam melakukan
pembinaan lebih ditekankan pada
penguasaan teknik dasar, karena
dalam permainan softball sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan
mutu dari permainan dan untuk dapat
memenangkan permainan dalam
suatu pertandingan atau turnamen.
Sehubungan dengan hal tersebut,
setiap cabang olahraga khususnya
softball harus mengoptimalkan
semua usaha pembinaan sehingga
dalam proses pembelajarannya
maupun latihannya diperoleh
efisiensi dan efektifitas dalam
mencapai dan meningkatkan prestasi.
Melihat perkembangan
softball sedemikian cepatnya dan
adanya kompetisi antara negara
setiap tahunnya. Timbul perhatian
kita terhadap cabang olahraga ini
secara serius. Mulanya softball hanya
berkembang di Jakarta, Bandung,
Palembang, Semarang dan Surabaya.
Tetapi kini telah menjadi salah satu
cabang olahraga yang sangat
digemari masyarakat, terutama para
pelajar dan mahasiswa. Untuk
menyalurkan kegiatan-kegiatan
Softball di Indonesia, diperlukan
suatu badan organisasi yang
mengaturnya, maka dibentuklah
Organisasi Induk dengan nama
PERBASASI (Perserikatan Baseball
dan Softball Amatir Seluruh
Indonesia).
Olahraga permainan softball
merupakan salah satu cabang
olahraga yang masuk kedalam
kurikulum pendidikan jasmani, tetapi
dikarenakan permainan ini
membutuhkan penguasaan tehnik
dan waktu permainan yang cukup
lama, maka permainan ini di
masukkan kedalam kegiatan
ekstrakurikuler. Dengan adanya
ekstrakurikuler softball yang terdapat
disekolah-sekolah tertentu, maka
guru olahraga harus dapat menguasai
materi, teknik dasar dan peraturan
permainan tersebut, sehingga tidak
mengalami kesulitan dalam
menjalankan kegiatan ekstrakurikuler
ini.
SMK Bhina Karya
Karanganyar merupakan sekolah
dengan salah satu keunggulan
terdapat pada olahraga softball,
dengan adanya sarana dan prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang cukup memadahi, olahraga
permainan softball ini bertempat
latihan di alun-alun Utara
Karanganyar setiap hari Selasa dan
Kamis pada sore hari. Sejak tahun
2003, SMK Bhina Karya
Karanganyar sudah mencari siswa
yang berbakat dalam olahraga ini
dikarenakan banyak sekali event-
event kejuaraan antar SMA/SMK se-
Jawa Tengah bahkan sampai tingkat
Nasional.
Dalam kegiatan
ekstrakurikuler kelas X terdapat 2
tim softball putra yang berjumlah 32
siswa, maka guru/ pelatih harus
memberikan program latihan yang
meningkat karena program latihan
yang meningkat sangat berpengaruh
pada pencapaian prestasi seorang
atlet. Pencapaian prestasi dalam
berbagai kejuaraan di tingkat daerah
maupun nasional juga masih rendah,
setiap tahunnya saat mengikuti
kejuaraan nasional mewakili Jawa
Tengah, SMK Bhina Karya
Karanganyar menduduki peringkat 3
pada tahun 2004, dan tahun
berikutnya berturut-turut menjadi
peringkat 4 dari tahun 2005-2008.
Dilihat dari prestasi yang
telah dicapai, grafik prestasinya
selalu menurun ini apakah akibat dari
cara melatih yang tidak sesuai
program latihan atau minat siswa
mengikuti kegiatan ektrakurikuler
tersebut. Dari beberapa pertandingan
ada beberapa faktor penyebab kurang
berhasilnya proses latihan permaian
softball yaitu terbatasnya sumber-
sumber yang digunakan, kurang
seriusnya dalam latihan (faktor
internal atlet) dan faktor dari
program latihan itu sendiri (faktor
pelatih). Kenyataan yang terjadi saat
ini, pelatih dihadapkan dengan
keterbatasan waktu serta belum
memadainya alat-alat latihan yang
tidak standar dan sesuai dengan
jumlah pemain yang akan dilatih,
sementara banyaknya materi yang
akan dilatih kepada siswa.
Kondisi fisik merupakan
kebutuhan dasar setiap cabang
olahraga. Kondisi fisik yang baik
sangat diperlukan untuk menunjang
prestasi atlet dalam cabang olahraga
tersebut. Jika kondisi fisik seorang
atlet bagus maka akan ada
peningkatan kemampuan dan
peningkatan kondisi fisik tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam olahraga softball banyak
unsur kondisi fisik yang diperlukan
untuk menunjang prestasi atlet dalam
olahraga softball. Jika dianalisa dari
gerakan lari antar base (base
running) pada olahraga softball
memerlukan gerakan mulai dari kaki,
tungkai, pinggul, dan lengan sebagai
keseimbangan. Unsur kondisi fisik
tersebut sangat memungkinkan untuk
mendukung tingkat keterampilan
seorang atlet untuk berlari ke base
dalam permainan softball.
Keterampilan ini sangat
penting bagi siswa karena tidak
menutup kemungkinan seorang
runner/ pelari dapat berlari dan
menembus pertahanan pemain
bertahan (deffense) dan dapat
menghasilkan poin untuk setiap
pemain penyerang (offense). Teknik-
teknik dasar penguasaan dalam
permainan Softball itu antara lain
berupa melambungkan bola,
melempar bola (throwing),
menangkap bola (catching),
memukul bola (batting), pelari base
(base running) dan meluncur
(sliding).
Diantara teknik-teknik dasar
diatas tersebut yang tidak kalah
pentingnya adalah pelari base (base
running), karena kecepatan lari antar
base pada siswa putra SMK Bhina
Karya Karanganyar sebagian besar
belum maksimal untuk mencapai
prestasi. Hal itu terlihat pada saat
pelaksanaan latihan, dalam latihan
game antar tim, maupun pada saat
separing dengan klub lain.
Kecepatan berlari ke base I
dan ke base selanjutnya sebagaian
besar belum mencapai target prestasi.
Hasilnya, banyak terjadi “tik” atau
bola lebih cepat sampai ke base dari
pada pelarinya (runner). Dalam
latihan lari antar base juga terlihat,
bahwa kecepatan dalam berlari masih
banyak mengurangi kecepatannya
sebelum menyentuh base, yaitu di
base I. Dan banyak terlihat gerakan
yang kurang benar saat melakukan
teknik lari antar base, pada saat
berlari dari home base ke base II atau
selanjutnya, sering kali tidak
menggunakan lengan sebagai
keseimbangan saat berlari menuju
base berikutnya. Jika dianalisa dari
gerakan lari antar base (base
running) pada olahraga softball
memerlukan gerakan mulai dari kaki,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tungkai, pinggul, dan lengan sebagai
keseimbangan.
Dalam gerakan lari antar base
adapun beberapa perbedaan cara
berlari, yaitu pada saat berlari dari
home base ke base I setelah
pemukul/ batter dapat memukul
bola, dia akan berusaha berlari
menuju base I dengan hanya
menginjak base walaupun runner
melebihi base I, berbeda dengan
berlari dari base I ke base II dan III
yaitu runner berlari semaksimal
mungkin dan harus dapat berhenti
menyentuh base sebelum di “tik”
oleh pemain bertahan (deffense).
Secara teknis gerakan berlari
antar base adalah gerakan yang
spontan dan maksimal. lari antar
base merupakan teknik dasar dalam
permainan bola softball yang
sebenarnya mudah tetapi apabila
tidak dengan teknik yang benar maka
akan mengurangi hasil kecepatan
berlari. Upaya meningkatkan
kecepatan berlari harus dilakukan
latihan dengan menerapkan metode
latihan yang baik dan tepat.
Karenanya perlu dirancang sebuah
metode latihan yang sesuai supaya
pemain mudah mempelajarinya,
mengelola pemain dan mengemas
metode latihan dengan bahan ajar
secara menarik yang dapat
merangsang minat belajar siswa agar
tidak merasa jenuh.
Kecepatan berlari merupakan
salah teknik dasar dalam permainan
bola softball namun sering
disepelekan fungsinya dan teknik
dasaranya sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan yang diharapan.
Upaya meningkatkan kemampuan
dalam kecepatan lari antar base harus
dilakukan latihan dengan
menerapkan metode latihan yang
baik dan tepat. Karenanya perlu
dirancang sebuah metode latihan
yang sesuai karakter siswa supaya
pemain mudah mempelajarinya dan
tanpa meninggalkan tentang teknik
dasar dalam berlari. Agar metode
latihan yang akan diterapkan dapat
dirancang dengan baik, terlebih
dahulu ditelusuri faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan lari antar
base. Selain dari unsur utama atau
komponen fisik yang harus
diperhatikan dalam melatih harus
memperhatikan prinsip-prinsip
latihan agar latihan dapat dilakukan
dengan benar dan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Para siswa putra khususnya
kelas X SMK Bhina Karya
Karanganyar tahun pelajaran
2014/2015 yang mengikuti
ektrakurikuler softball tingkat
kecepatan berlarinya belum
mencapai target prestasi, karena
sering terjadi “tik” atau hasil bola
yang di pukul lebih cepat sampai ke
base dari pada pelarinya dan
memungkinkan latihan yang
diberikan kurang variatif sehingga
hasil yang didapatkan siswa kurang
maksimal.
Dalam penerapan latihan
yang digunakan pada siswa putra
kelas X SMK Bhina Karya
Karanganyar tahun pelajaran
2014/2015, dengan metode latihan
yang diterapkan, sehingga mampu
meningkatkan hasil latihan pemain
dalam kecepatan lari antar base. Pada
penelitian ini akan dicobakan dua
macam metode latihan yang
diterapkan dalam proses latihan
kecepatan, yaitu menggunakan
latihan sprint training dan latihan
hollow sprint.
Latihan sprint training
merupakan latihan yang dilakukan
dengan intensitas atau kecepatan
penuh yang diselingi waktu istirahat
pada setiap sesi latihannya dan
diselesaikan dalam waktu yang
singkat serta dikerjakan berulang-
ulang secara maksimal pada
permukaan yang rata dan berpegas
seperti rumput, matras atau tanah.
Latihan hollow sprint
merupakan latihan berlari yang
dalam satu rangkaiannya terdapat lari
cepat, jogging/berjalan dan
selanjutnya lari cepat sampai jarak
yang ditentukan. Dalam
pelaksanaanya berbeda dengan lari
sprint karena latihan dengan metode
hollow sprint waktu yang digunakan
lebih lama dari pada sprint training.
Kedua bentuk latihan tersebut
sama-sama memiliki pengaruh yang
baik dalam meningkatkan kecepatan
berlari, sehingga akan berpengaruh
pada kecepatan lari antar base. Disisi
lain, kecepatan lari antar base tidak
hanya dipengaruhi oleh bentuk
latihan yang diterapkan. Faktor
individu (atlet) sangat menentukan
terhadap penguasaan keterampilan
yang dipelajari.
Cara mengetahui bentuk
latihan mana yang lebih baik
pengaruhnya antara latihan sprint
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
training dan hollow sprint terhadap
kecepatan lari antar base, maka perlu
dikaji dan diteliti lebih mendalam
baik secara teori maupun praktik
melalui penelitian eksperimen.
Berdasarkan observasi yang
dilakukan dan diamati, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
pada siswa putra kelas X SMK Bhina
Karya Karanganyar dengan judul:
Peningkatan Kecepatan Lari Antar
Base Melalui Sprint Training dan
Hollow Sprint Pada Siswa Putra
Ekstrakurikuler Softball Kelas X
SMK Bhina Karya Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/ 2015.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode
eksperimen, dasar penggunaan
metode ini adalah kegiatan
percobaan yang diawali dengan
memberikan perlakuan kepada
subjek yang diakhiri dengan suatu tes
guna mengetahui pengaruh perlakuan
yang diberikan. Sugiyanto (1995:21)
menyatakan, “Tujuan penelitian
eksperimental adalah untuk meneliti
ada tidaknya hubungan sebab akibat
tersebut dengan cara memberikan
perlakuan (treatment) terhadap
kelompok eksperimen yang hasilnya
dibandingkan dengan hasil kelompok
kontrol yang tidak diberikan
perlakuan atau diberi perlakuan yang
berbeda”. Sedangkan rancangan yang
digunakan yaitu “Pretest-Posttest
Design”.
Pembagian kelompok
eksperimen didasarkan pada
kecepatan bese running pada tes
awal. Setelah hasil tes awal
dirangking, kemudian subjek yang
memiliki kemampuan setara
dipasang-pasangkan ke dalam
kelompok 1 (K1) dan kelompok 2
(K2). Dengan demikian kedua
kelompok tersebut sebelum diberi
perlakuan merupakan kelompok
yang sama. Apabila pada akhirnya
terdapat perbedaan, maka hal ini
disebabkan oleh pengaruh perlakuan
yang diberikan. Pembagian
kelompok dalam penelitian ini
dengan cara ordinal pairing.
Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa putra ekstrakurikuler
softball kelas X SMK Bhina Karya
Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015 yang berjumlah 32 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sampel dalam penelitian ini
adalah semua populasi berjumlah 32
siswa putra kelas X SMK Bhina
Karya Karanganyar yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler softball.
Dari 32 orang yang dijadikan sampel
penelitian, selanjutnya dibagi
menjadi dua kelompok dengan cara
ordinal pairing. Kelompok 1
sebanyak 16 orang mendapat
perlakuan latihan sprint training.
Kelompok 2 sebanyak 16 orang
mendapat perlakuan latihan hollow
sprint. Sampel dalam penelitian ini
adalah semua siswa putra
ekstrakulikuler softball kelas X SMK
Bhina Karya Karanganyar Tahun
Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah
32 orang siswa.
Teknik pengumpulan data
menggunakan petunjuk tes base
running Parno (1992:133). Tes ini
dilakukan dengan memberi
kesempatan dua kali berlari full base,
waktu yang terbaik dalam dua kali
percobaan akan dicatat.
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data hasil analisis
tes awal dan tes akhir kecepatan lari
antar base yang dilakukan dengan
latihan sprint training pada
kelompok I (K1) dan dengan hollow
sprint pada kelompok II (K2)
disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil
Analisis Sebelum
Mendapat Perlakuan
Kelom
pok Tes N
Mea
n
Peningk
atan
K1
Awal
16
14,4
4
2,07
Akhir 12,3
8
K2
Awal 14,3
7
0,53
Akhir 13,8
4
Gambaran nilai rata-rata tes
awal dan akhir pada kelompok 1 dan
2 dapat dibuat histogram
perbandingannya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.7 : Histogram Data Tes
Awal dan Akhir Kelompok 1 dan 2
Kelompok perlakuan
dengan sprint training dan kelompok
perlakuan dengan hollow sprint
memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap kecepatan lari antar base.
Pada kelompok sprint training,
memiliki peningkatan 2,07s atau
14,30%, sedangkan pada kelompok
hollow sprint memiliki peningkatan
0,53s atau 3,67%.
B. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum dianalisis, data
perlu diuji terlebih dahulu mengenai
persyaratan analisisnya. Pengujian
persyaratan analisis yang dilakukan
yaitu dengan uji reliabilitas, uji
normalitas, dan uji homogenitas.
1. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat
keajegan hasil tes kecepatan lari
antar base, dilakukan uji reliabilitas.
Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes
akhir kecepatan lari antar base yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Tes
Awal dan Tes Akhir
Tes Reliabilitas Kategori
Awal 0,928 Very good
Akhir 0,859 Acceptable
Dalam mengkategorikan
koefisien hasil uji reliabilitas,
menggunakan tabel koefisien Strand
& Wilson 1993 dari Mulyono B
(2010: 49) sebagai berikut:
Tabel 3. Standar untuk
Menginterpretasi Koefisien
Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas
.95-.99 Excellent
.90-.94 Very good
.80-.89 Acceptable
.70-.79 Poor
.60-.69 Questionable
2. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis
data, perlu diuji distribusi
11
12
13
14
15
Awal Akhir Awal Akhir
Kelompok
1
Kelompok
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kenormalannya. Uji normalitas data
pada penelitian ini digunakan metode
Lilliefors. Hasil uji normalitas data
yang dilakukan pada tiap kelompok
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
Kelom
pok Tes
Lhit
ung
Lta
bel
Kesimp
ulan
1
Aw
al
0.18
83
0,2
13
Normal
Ak
hir
0.12
31 Normal
2
Aw
al
0.12
52 Normal
Ak
hir
0.10
98 Normal
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan
untuk mengetahui kesamaan varians
dari kedua kelompok. Jika kedua
kelompok tersebut memiliki
kesamaan varians pada tes awal,
maka apabila nantinya kedua
kelompok memiliki perbedaan
setelah diberikan perlakuan, maka
perbedaan tersebut disebabkan oleh
pemberian perlakuan yang berbeda.
Hasil uji homogenitas data antara
kelompok 1 (K1) dan kelompok 2
(K2) sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas
Tes Fhitung Ftabel Kesimpulan
Awal 1.415 2.40 Homogen
C. Hasil Analisis Data
1. Tes Awal Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Sebelum diberi perlakuan
yang berbeda, kelompok yang
dibentuk dalam penelitian ini diuji
perbedaannya terlebih dahulu. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pada kedua kelompok
tersebut, selama diberi perlakuan
berangkat dari keadaan yang sama
atau tidak. Berikut adalah tabelnya:
Tabel 6. Hasil Uji Beda Kelompok 1
dan 2 Sebelum Diberi Perlakuan
Kelo
mpo
k Tes
M
ea
n
thit
ung
tta
bel
Kesi
mpul
an
1
Seb
elu
m
(Aw
al)
14,
44
0,
81
2.
13
1
Tidak
Berbe
da
2
14,
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dapat dilihat bahwa pada
hasil tes awal, tidak terjadi perbedaan
yang signifikan antara kelompok 1
dan kelompok 2, hal tersebut
dikarenakan nilai uji beda antara tes
awal kelompok 1 dan tes awal
kelompok 2 sebesar 0,81, sedangkan
nilai tabel 2,131. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada
kelompok 1 dan kelompok 2,
berangkat dari keadaan yang
seimbang sebelum diberi perlakuan
yang berbeda.
2. Tes Akhir Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Setelah berangkat dari
keadaan yang seimbang sebelum
diberi perlakuan yang berbeda,
kemudian diberikan perlakuan yang
berbeda, kedua kelompok diberikan
tes akhir untuk mengetahui
perbedannya, kemudian hasil tes
akhir kedua kelompok disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Beda Kelompok 1
dan 2 Setelah Diberi Perlakuan
Kelo
mpo
k Tes
M
ea
n
thit
ung
tta
bel
Kesi
mpul
an
1 Ses
12
,35,
2.
13Berbe
uda
h
(Ak
hir)
8 92 1 da
2
13,
84
Dapat dilihat pada hasil
penghitungan tes akhir, terjadi
perbedaan yang signifikan antara
kelompok 1 dan kelompok 2, hal
tersebut dikarenakan nilai uji beda
antara tes akhir kelompok 1 dan tes
akhir kelompok 2 sebesar 5,92,
sedangkan nilai tabel 2,131.
3. Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 1
Pada masing-masing
kelompok dihitung nilai
perbedaannya antara hasil tes awal
dan tes akhir, hal ini bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan pemberian
perlakuan pada masing-masing
kelompok. Hasil penghitungan pada
kelompok 1 disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Beda Tes Awal
dan Tes Akhir Kelompok 1
Kelo
mpo
k
Te
s
M
ea
n
thit
ung
tta
bel
Kesim
pulan
1 A
wa
14,
44
11,
39
2,
13
Berbe
da
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l 1
Ak
hir
12,
38
Dapat dilihat bahwa pada
kelompok 1 antara mean tes awal dan
mean tes akhir, nilai perbedaannya
11,39 padahal t tabel 2,131, dengan
demikian antara mean tes awal dan
mean tes akhir pada kelompok 1
terdapat berbedaan yang signifikan.
Dengan demikian pemberian
perlakuan pada kelompok 1 berhasil.
4. Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 2
Pada masing-masing
kelompok dihitung nilai
perbedaannya antara hasil tes awal
dan tes akhir, hal ini bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan pemberian
perlakuan pada masing-masing
kelompok. Hasil penghitungan pada
kelompok 2 disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Beda Tes Awal
dan Tes Akhir Kelompok 2
Kelo
mpo
k
Te
s
M
ea
n
thit
ung
tta
bel
Kesim
pulan
1 A
wa
14,
37
5,0
8
2,
13
Berbe
da
l 1
Ak
hir
13,
84
Pada kelompok 2 antara
mean tes awal dan mean tes akhir,
nilai perbedaannya 5,08, padahal t
tabel 2,131, dengan demikian antara
mean tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2 terdapat perbedaan yang
signifikan. Adapun besaran nilai uji
beda yang lebih besar terjadi pada
kelompok 1. Dengan demikian
pemberian perlakuan pada kelompok
2 berhasil.
5. Perbandingan Persentase
Peningkatan
Mengetahui besaran
persentase peningkatan pada
kelompok 1 dan kelompok 2,
dilakukan penghitungan peningkatan
pada masing-masing kelompok.
Berikut adalah tabelnya:
Tabel 10. Hasil Penghitungan
Persentase Peningkatan
Kelo
mpok
Me
an
Aw
al
Me
an
Ak
hir
Pening
katan
Perse
ntase
1
14,
44
12,
38 2,07 14,3%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
14,
37
13,
84 0,53 3,67%
Dilihat dari hasil
penghitungan, kelompok 1 memiliki
persentase peningkatan yang lebih
besar dibandingkan dengan
kelompok 2.
D. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis I
Dari data yang diperoleh
sebelum diberikan perlakuan, setelah
dianalisis diperoleh nilai t antara tes
awal pada kelompok I dan tes awal
kelompok II = 0,81, sedangkan ttabel =
2,131. Berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Dengan
demikian kelompok I dan kelompok
II sebelum diberi perlakuan dalam
keadaan seimbang. Antara kelompok
I dan kelompok II berangkat dari titik
tolak yang sama, yang berarti apabila
setelah diberi perlakuan terdapat
perbedaan, hal itu terjadi karena
adanya perbedaan perlakuan yang
diberikan.
Nilai t antara tes awal dan
tes akhir pada kelompok I = 11,39.
Sedangkan t tabel = 2,131. Berarti
hipotesis nol ditolak, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil tes awal dan tes akhir
pada kelompok I. Nilai t antara tes
awal dan tes akhir pada kelompok II
= 5,08. Sedangkan t tabel = 2,131.
Berarti hipotesis nol ditolak, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil tes awal dan tes akhir
pada kelompok II.
Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan “Ada pengaruh
latihan lari sprint training dan hollow
sprint terhadap kecepatan lari antar
base pada siswa putra ekstrakurikuler
softball kelas X SMK Bhina Karya
Karanganyar Tahun Pelajaran
2014/2015” dapat diterima.
2. Hipotesis II
Kelompok I yang diberikan
perlakuan sprint training memiliki
nilai persentase peningkatan sebesar
14,3%. Sedangkan pada kelompok II
yang diberikan perlakuan hollow
sprint memiliki nilai persentase
peningkatan sebesar 3,67%. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan
“Latihan lari sprint training lebih
baik dari pada hollow sprint terhadap
kecepatan lari antar base pada siswa
putra ekstrakurikuler softball kelas X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SMK Bhina Karya Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat
diterima.
Hal ini dikarenakan latihan
sprint training pemain dituntut dapat
melaksanakan metode tersebut dalam
waktu dan jarak yang ditentukan.
Peningkatan latihan akan dilakukan
dengan beban bertahap sesuai
program latihan yang ada. Untuk
menguasai suatu teknik tersebut
maka pemain diberi tugas latihan
yang berulang-ulang dalam satu
bagian , sehingga pengulangan
gerakan lebih banyak dilakukan
karena penguasaan teknik gerakan
lari sangat mempengaruhi hasil yang
akan dicapai
Kelebihan dari latihan sprint
training adalah metode yang
digunakan dalam keterampilan
berlari dengan intensitas atau
kecepatan penuh yang diselingi
waktu istirahat pada setiap sesi
latihannya. Kelemahan dari latihan
resiko cidera tinggi bagi atlet pemula
terutama pada otot kaki, kurang
efektif untuk mengembangkan
panjang langkah pada lari cepat.
Akan tetapi latihan dengan
menggunakan metode ini
mempunyai kelebihan yaitu
frekuensi latihan kecepatan lebih
efektif, karena jarak yang ditempuh
harus dengan intensitas maksimal,
terdapat pemulihan sempurna karena
pemulihan diperlukan setelah
melakukan kerja dengan intensitas
maksimal beban latihan,efektif untuk
mengembangkan kecepatan reaksi
pada pelari cepat, efektif untuk
mengembangkan kecepatan
maksimum dan kekuatan otot kaki
serta koordinasi lari cepat.
Metode hollow sprint yaitu
pemain lari sprint (kecepatan
maksimal) 30 meter, jogging 30
meter, sprint 30 meter, kemudian
berjalan 30 meter. Jadi
pelaksanaannya dalam satu ulangan
(repetisi) yaitu, cepat-lambat-cepat-
lambat. Diantara ulangan yang
dilakukan diselingi dengan periode
istirahat. Adapun kelemahan dalam
menggunakan metode ini yaitu
kurang efektif untuk
mengembangkan langkah (stredle
length) pada lari cepat, resiko cidera
yang terjadi tinggi, terutama pada
otot kaki, karena kecepatan lari
ditambah secara tidak bertahap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Disamping itu terdapat pula
keuntungan yang dapat dicapai yaitu
efektif untuk mengembangkan
frekuensi langkah pada lari cepat,
dapat memberikan pengaruh pada
peningkatan kecepatan reaksi, efektif
untuk mengembangkan kekuatan otot
dan kecepatan.
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN
SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan
lari sprint training dan hollow
sprint terhadap kecepatan lari
antar base pada siswa putra
ekstrakurikuler softball kelas X
SMK Bhina Karya Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015,
dengan peningkatan sprint
training= 2,07s dan peningkatan
hollow sprint= 0,53s.
2. Latihan lari sprint training lebih
baik dari pada hollow sprint
terhadap kecepatan lari antar
base pada siswa putra
ekstrakurikuler softball kelas X
SMK Bhina Karya Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015,
dengan peningkatan sprint
training= 14,3% > peningkatan
hollow sprint= 3,67%.
B. Implikasi
Dari penelitian ini dapat
diketahui bahwa pada kelompok
sprint training maupun pada
kelompok hollow sprint keduanya
dapat meningkatkan kecepatan lari
antar base. Namun besarnya
peningkatan dari masing-masing
metode latihan tersebut berbeda, hal
ini dipengaruhi oleh karakteristik
latihan yang diberikan. Karakteristik
latihan yang berbeda menimbulkan
efek pada tubuh yang berbeda,
sehingga terjadilah perbedaan hasil.
Setiap jenis metode memiliki tipe
kerja yang berbeda, perbedaan tipe
kerja berpengaruh terhadap hasil
latihan.
Implikasi yang diberikan
bahwa kecepatan lari antar base
dapat meningkat melalui metode
latihan yang diberikan, baik pada
kelompok sprint training maupun
pada kelompok hollow sprint. Dalam
latihan kecepatan lari antar base,
atlet atau pelatih harus memilih suatu
bentuk metode latihan yang sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode latihan mana yang paling
baik pengaruhnya terhadap
peningkatan kecepatan lari antar
base, dilihat dari adaptasi tubuh saat
menerima latihan, atau
menyesuaikan dengan kondisi atlet.
Dalam penelitian ini, ternyata latihan
sprint training lebih bagus untuk
meningkatkan kecepatan lari antar
base.
C. Saran
Berhubungan dengan
simpulan yang telah diambil dan
implikasi yang ditimbulkan, maka
kepada para pelatih dan khususnya
peneliti selanjutnya, disarankan hal-
hal sebagai berikut:
1. Dalam memilih jenis latihan,
khususnya untuk meningkatkan
kecepatan lari antar base,
hendaknya memilih jenis latihan
yang terbaik untuk meningkatkan
kecepatan lari antar base.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan
kecepatan lari antar base, pelatih
dapat menggunakan sprint
training maupun hollow sprint
karena keduanya terbukti dapat
meningkatkan kecepatan lari antar
base walaupun latihan dengan
sprint training lebih baik
pengaruhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Bompa. (1994). Theory and
Methodology of Training,The
Key of Atletic Performanc,
3th Edition. Kandall/Hunt:
Publishing Company.
Bompa. (1999). periodizationTheory
and Methodology of Training.
Kendall/Hunt:
HumanKinetics.
Boosey, D. (1980). The Jump,
Conditioning and Technical
Training. Beatrice Pubhlising
PTY. LTD:Beatrice Avenue.
FKIP UNS. (2012). Pedoman
Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS
Press.
Fox, Marie L., Richard W, Bower
and Merie L.Foss. (1988).
The Physiological Basic Of
Physical Education and
Athletics, 4th Edition.
Philadelphia: Saunders
College Pubhlising.
Fox, E.L. Bowers, R.W. & Foss,
M.L. (1992). The
Physiological Basis For
Exercise and Sport. Dubuque:
WCB Brown Benchmark
Publisher.
Hadi, Sutrisno. (1995). Metodologi
Research. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Press.
Harsono. (1988). Coaching Dan
Aspek- Aspek Psikologis
Dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Jonath. U, Haag E & Krempel R.
1987. Atletik 1, Alih Bahasa
Suparno, Jakarta : PT. Rosda
Jaya Putra.
Mathews & Fox. (1988). The
Physiological Basis of
Physical Education and
Athletics. Philadelphia: W.B.
SaundersCompany.
Mulyono B. (1996). Pembinaan dan
Peningkatan Kondisi Fisik.
Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Mulyono B. (2010). Tes dan
Pengukuran dalam
Pendidikan
Jasmani/Olahraga.
Surakarta: JPOK FKIP UNS.
Nossek, Josef. (1982). General Teori
Of Training, ( Terjemahan M.
Furqon H. 1995) Surakarta:
Sebelas Maret University
Press
Parno. (1992). Olaraga Pilihan
Softball. Jakarta: Dependent
Pendidikan dan Kebudayaan
Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan Tenanga
Kependidikan.
Potter, Diane L. (2003). Softball Step
to Success. Springfield,
Massachusetts : Human
Kinetics.
Purnama Sapta Kunta. (2010).
Kepelatihan Bulutangkis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Modern. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Rex Hazeldine. (1985). Fitness for
Sport. Marlborough: The
Crawford Press.
Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi
Fisik dalam Olahraga.
Semarang: FPOK IKIP
Semarang.
Sudjana. (2002). Metode Statistika.
Bandung: Tarsito.
Sudjarwo. (1995). Ilmu Kepelatihan
I. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Sugiyanto. (1995). Metodologi
Penelitian. Surakarta.
Suharno. (1985). Ilmu Coaching
Umum. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta.
Suharno. (1993). Ilmu Coaching
Umum. Yogyakarta: IKIP
Yogyakarta Press.
Suharsimi Arikunto. (1998).
Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Watts, Lew. (1964). The Fine Art Of
Baseball. Englewood Cliffs,
New Jersey Prentice-Hall,
INC.
Yusuf dan Aip Syarifuddin. (1996).
Ilmu Kepelatihan Dasar.
Jakarta:
Dekdikbud.Dirjendikti.