membangun karakter bangsa dengan nilai-nilai … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir...

20
11 MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI KEUTAMAAN DALAM BHAGAVAD GITA SUATU KAJIAN PUSTAKA ATAS KARYA NGAKAN PUTU PUTRA Oleh Diana Dewi Andayani Tenaga Pendidik Mata Pelajaran PPKn pada SMPN 12 Denpasar Abstract Lately, characters become very serious conversation. Various Portals of Government Agencies which are associated with education makes the characters as the project theme of national seminars. In a variety of social media will very often be found articles related to the characters. This is because the Indonesian Government is anxious to see the reality of nation’s community mental which is experiencing a crisis and moral degradation. Cases of corruption and human tragedy that were done by those who are supposedly literate even become a spectacle on various TV stations. It encourages the government of Indonesia sought to reformulate the National Education Goals as outlined in UUSPN No. 20 of 2003 Article 3. That article states that education aims to develop students’ potential to become a human of faith and piety to God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, skilled, creative, independent, and become democratic and accountable citizens to the community and nationality. All are then formulated into 18 (eighteen) grains of the noble values of the nation then called the values of the character as a means to build the nation’s character. Although the Indonesian government has formulated 18 characters to build the nation’s character, but various groups, community leaders and academics are still eager to participate to complement the Government’s thoughts. This article shall discuss a book by national Hindu leaders, namely Ngakan Putu Putra, a comprehensive work explored in the literature that explores the Bhagavadgita which discusses 27 (twenty-seven) character value that gives hope for the realization of the nation’s character. Keywords: Improve, Quality, Character, Bhagavad Gita Virtues I. PENDAHULUAN Sejak beberapa tahun lalu, semangat dan nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh para pendiri Negara Republik Indonesia tampak mulai memudar. Bersamaan dengan itu muncul juga kelompok sparatis bahkan kelompok teroris turut memperkeruh semangat integritas bangsa. Berbagai kerusuhan muncul di berbagai wilayah RI yang telah merusak dan menodai semangat persatuan dan kesatuan, hal mana disebabkan oleh berbagai konflik kepentingan. Selain berbagai konflik yang terjadi di masya- rakat, dedikasi atau semangat pengabdian dari para abdi negara juga mengalami kemerosotan Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad Gita Suatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Upload: others

Post on 28-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

11

MEMBANGUN KARAKTER BANGSADENGAN NILAI-NILAI KEUT AMAAN

DALAM BHAGA VAD GITA SUATU KAJIAN PUSTAKAATAS KARYA NGAKAN PUTU PUTRA

OlehDiana Dewi Andayani

Tenaga Pendidik Mata Pelajaran PPKn pada SMPN 12 Denpasar

Abstract

Lately, characters become very serious conversation. Various Portals ofGovernment Agencies which are associated with education makes thecharacters as the project theme of national seminars. In a variety of socialmedia will very often be found articles related to the characters. This is becausethe Indonesian Government is anxious to see the reality of nation’s communitymental which is experiencing a crisis and moral degradation.Cases of corruption and human tragedy that were done by those who aresupposedly literate even become a spectacle on various TV stations. Itencourages the government of Indonesia sought to reformulate the NationalEducation Goals as outlined in UUSPN No. 20 of 2003 Article 3. That articlestates that education aims to develop students’ potential to become a humanof faith and piety to God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, skilled,creative, independent, and become democratic and accountable citizens to thecommunity and nationality. All are then formulated into 18 (eighteen) grainsof the noble values of the nation then called the values of the character as ameans to build the nation’s character.

Although the Indonesian government has formulated 18 characters to buildthe nation’s character, but various groups, community leaders and academicsare still eager to participate to complement the Government’s thoughts. Thisarticle shall discuss a book by national Hindu leaders, namely Ngakan PutuPutra, a comprehensive work explored in the literature that explores theBhagavadgita which discusses 27 (twenty-seven) character value that giveshope for the realization of the nation’s character.

Keywords: Improve, Quality, Character, Bhagavad Gita Vir tues

I. PENDAHULUANSejak beberapa tahun lalu, semangat dan

nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh parapendiri Negara Republik Indonesia tampakmulai memudar. Bersamaan dengan itu munculjuga kelompok sparatis bahkan kelompokteroris turut memperkeruh semangat integritas

bangsa. Berbagai kerusuhan muncul di berbagaiwilayah RI yang telah merusak dan menodaisemangat persatuan dan kesatuan, hal manadisebabkan oleh berbagai konflik kepentingan.Selain berbagai konflik yang terjadi di masya-rakat, dedikasi atau semangat pengabdian daripara abdi negara juga mengalami kemerosotan

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 2: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

12 JURNAL PENJAMINAN MUTU

yang sangat tajam. Hal ini ditunjukkan olehberbagai kasus korupsi yang dilakukan olehpara pejabatan negara. Berbagai upaya telahdilakukan oleh Pemerintah untuk menanggulangiberbagai konflik masyarakat untukmengembalikan semangat integritas bangsa.Tetapi, tetap saja berbagai konflik, korupsi danberbagai tindakan yang bertentangan dengannorma-norma hukum tetap terjadi di mana-mana. Disinyalir aspek penyelenggaraanpendidikan turut menjadi penyebab terjadinyadegradasi bangsa. Artinya, aspekpenyelenggaraan pendidikan yang lebihberorientasi pada kecerdasan intelektual danhanya sedikit sekali berorientasi pada moral,agama dan kecerdasan spiritual. Akhirnya haltersebut menyebabkan kecerdasannyadisalahgunakan untuk tujuan korupsi danmanipulasi. Dipercaya atau tidak, diakui atautidak, menyaksikan semakin maraknya tindakkejahatan korupsi dan berbagai tindak-tndakkejahatan kemanusiaan dilakukan olehterpelajar, maka sudah pastilah sistem dan nilai-nilai pendidikan yang selama ini digunakan perluditinjau kembali atau direvisi.

Oleh karena itu Pemerintah RI berupayamerumuskan kembali Tujuan PendidikanNasional (TPN) sebagaimana dituangkan dalamUUSPN No 20 Tahun 2003 Pasal 3. Pasal itumenyatakan bahwa pendidikan bertujuanmengembangkan potensi didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarganegara demokratis sertabertanggungjawab terhadap kemasyarakatan,dan kebangsaan. Semua itu dirumuskan menjadi18 (delapan belas) butir nilai-nilai luhur sebagaimodal membangun kembali karakter bangsa.Kedelapan belas nilai itu, yaitu: (1) religius, (2)jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras,(6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasaingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar

membaca, (16) peduli lingkungan, (17) pedulisosial, dan (18) tanggung jawab (wwwperpustakaan kemdiknas.go.id). Itulahdelapan belas nilai-nilai mulia karakter yangdigali dari nilai-nilai spiritualitas Nusantara.Diharapkan nilai-nilai tersebut mampumembangun kembali karakter bangsa Indonesiayang belakangan ini mengalami kerapuhan.Walaupun Pemerintah RI telah menetapkandelapan belas nilai karakter yang harusdigunakan sebagai modal pembangunankarakter bangsa, namun setiap komponenbangsa juga senantiasa tetap berkeinginan untukberpartisifasi menawarkan konsep-konseppembangunan karakter yang digalinya dari nilai-nilai ajaran agama dan spiritual yang dianutnya.Ada beberapa pakar intelektual dan tokohagama telah menawarkan berbagai konsep dannilai karakter, di antara sekian banyaknyatawaran konsep yang diberikan oleh parapakar, maka dalam tulisan ini ini dipilih bukudengan judul Membangun Karakter DenganKeutamaan Bhagawas Gita karya tokohHindu tingkat nasional, yaitu Ngakan Putu Putra.

Jika Pemerintah RI menetapkan 18 nilaikarakter, maka Ngakan Putu Putramenyodorkan 27 (dua puluh tujuh) nilaikeutamaan yang digali dalam ajaranBhagavadgita. Ke dua puluh tujuh nilaikeutamaan Bhagawad Gita tersebut adalah:(1) Kejujuran; (2) Kebenaran; (3) Keberanian;(4) Kepahlawanan; (5) Tahan Uji, (6)Ketabahan; (7) Ketetapan Hati atau KekuatanKehendak; (8) Hidup Sederhana; (9) HidupPenuh Semangat; (10) Pengendalian Diri; (11)Kebijaksanaan Yang Mantap; (11) TidakMencari-cari Kesalahan Orang Lain; (12)Rendah hati, Bersahaja; (13) Tanpa-kekerasan;(14) Tidak Membenci; (15) Tidak Marah; (16)Tidak Serakah; (17) Kedermawanan /Kemurah-hatian; (18) Berterima Kasih; (19)Bersih, Murni, Suci; (20) Tarak, PantanganSeksual; (21) Menundukkan Nafsu; (22)Kesabaran; (23) Pengampunan; (24) WelasAsih; (25) Pertemanan; (26) Kelemah-

Page 3: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

13

lembutan; (27) Damai/Tenang. Melaluipelaksanaan dua puluh tujuh nilai keutamaanBhagavadgita secara sungguh-sungguh dalamproses pembangunan karakter bangsa, makaada harapan besar bahwa bangsa Indonesiadikemudian hari akan menjadi bangsa yangterbesar dan terdepan dalam peradabanmanusia.

II. PEMBAHASANIndonesia sebagai bangsa yang besar tidak

perlu meratap menangisi kenyataan bahwa adademikian banyak para terpelajar atau paraintelektual dengan gelar kesarjanaan yangberderet, namun bersamaan dengan itu pulamereka melakukan tindakan-tindakankejahatan yang bertentangan dengan norma-norma agama dan norma-norma hukum.Adanya tudingan bahwa tindakan kejahatanyang dilakukan oleh para terpelajar atau paraintelektual disebabkan karena kurikulum dansistem pendidikan yang terlalu banyakmenekankan kecerdasan intelek dan sangatsedikit memberi ruang terbentuknya moral yangbaik, maka mau tidak mau kritik dan tudinganterhadap kurikulum tersebut segera direspondan dilakukan perbaikan kurikulum. Sebagaisalah satu Prof. Zuhdan K. Prasetyo seorangGuru Besar Pendidikan IPA, JurusanPendidikan Fisika pada Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas NegeriYogyakarta dalam makalahnya berjudulGenerasi Emas 2045 sebagai FondasiMewujudkan Siklus Peradaban BangsaMelalui Implementasi Kurikulum 2013 diSekolah Dasar yang disajikan dalam SeminarNasional Kurikulum 2013 di UniversitasTanjungpura Pontianak, hari Rabu, 16 April2014 menguraikan bahwa: “Perubahankirikulum sebagai bentuk pengembanganKTSP menjadi Kurikulum 2013 hingga kinimenarik untuk didiskusikan. Apapun alasan isuperubahan itu wajar jika selalu diikuti denganpro vs kontra. Di luar itu, masalahimplementasinya pun luar biasa menarik untuk

dicermati bahkan perlu pengawalan yang serius.Pengawalan yang serius terhadap implementasikurikulum 2013 terutama dilakukan untukmenjamin terwujudnya Generasi Emas 2045.Generasi Emas yang disiapkan saat ini melaluiimplementasi Kurikulum 2013 diprogram untukdapat mewujudkan pendidikan dasar yangbermutu. Melalui pendidikan dasar yangbermutu diyakini, bahwa Generasi Emas padatahun 2045 mampu menunjukkan sikluskejayaan Bangsa ini akan terulang kembali, yaitusebagai bangsa yang unggul peradabannya.Dengan kata lain Bangsa Indonesia diharapkanmenjadi bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain karena kemajuan peradabannyayaitu berbudi luhur. Pendidikan, khususnyapendidikan di sekolah dasar diyakini berperandalam membangun adab, budi pekerti luhurbangsa ini. Program dan metode dalampendidikan atau kurikulum dan pembelajarandi sekolah dasar yang bagaimana dapatmembangun peradaban Bangsa ini adalahdiskusi yang hangat dilakukan dalam seminarnasional ini. Sebagai insan pendidikan, berharapmelalui seminar nasional ini dapat memberikansumbangan sekecil apapun sebagai wujudkeikutsertaan dalam membangun peradabanbangsa, demi kejayaan anak, cucu penerusBangsa Indonesia 31 tahun yang akan datang(2014: ii).

Demikianlah pemaparan Prof. Zuhdan K.Prasetyo seorang tokoh akademik dalam katapengantar makalahnya. Sebagai bentukpartisifasi aktif yang dilakukan oleh umatHindu, maka lahir juga pemikiran tokoh Hindunasional, yaitu Ngakan Putu Putra yangmenyodorkan dua puluh butir nilai-nilai mutiara“keutamaan” yang digali melalui penelitiannyaterhadap pustaka suci Bhagavad Gita. Ke duapuluh nilai keutamaan Bhagavad Gita tersebutadalah sbb:

1. Kejujuran ( Arjavam):Nilai kejujuran (arjava) adalah modal

utama dan pertama dalam pembangunan dan

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 4: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

14 JURNAL PENJAMINAN MUTU

peningkatan kualitas karakter. Nilai kejujuranini dapat ditemukan dalam Bhagawad Gita18.42 yang berbunyi Samo damastapahsaucam ksantirarjavam eva ca; jnanamvijnanam astikyam brahmakarmasvabhavajam, yang artinya ‘pengendalianpikiran dan indera, kesederhanaan, kemurnian,ketabahan, dan juga kejujuran, pengetahuan,realisasi, percaya terhadap kehidupan sesudahkematian ini adalah jalan-jalan dari parabrahmana yang lahir dari hakikat merekasendiri’. Kata arjava juga diditemukan dalamsloka 13.7 dan 16.1. Ngakan Putu Putramenyatakan bahwa kejujuran adalah unsurpertama yang membentuk karakter bersamadengan beberapa keutamaan lain, sepertikecerdasan (jnana) dan keberanian (abhaya).Sebab kejujuran saja tidak mampu membentukkarakter yang kuat. Sebaliknya kecerdasan dankeberanian tanpa kejujuran akan merusakkarakter.

Lebih lanjut Ngakan Putu Putra jugamenyatakan bahwa kejujuran biasanyadikaitkan dengan kebenaran dan kebaikan.Seorang yang berkata jujur artinya diamengatakan hal sebenarnya. Dan keduanya ituharus dikaitkan dengan kebaikan. Apa gunanyabicara jujur dan benar tetapi tidak membawakebaikan? Pada umumnya berkata jujur danbenar pasti membawa kebaikan. Di atasketidakjujuran akan tumbuh ketidakpercayaan,di atas ketidak-percayaan akan tumbuhkecurigaan dan kebencian. Di dalammasyarakat seperti itu, tidak akan adapertemanan apalagi cinta dalam keluarga.

Lebih lanjut Ngakan Putu Putra jugamenyatakan bahwa kejujuran adalah dasar darisuatu masyarakat yang baik, maju, sejahtera,beradab dan dihormati. Dalam masyarakatyang jujur perdagangan mereka akan maju.Kepada para pelaku perdagangan yangdilakukan oleh orang-orang jujur, makamasyarakat akan percaya terhadap kualitasatau harga yang ditawarkan. Orang-orang jujurwalaupun melakukan kecurangan atau korupsi,

maka tingkat korupsi mereka juga sangatrendah. Negara yang masyarakatnya jujurmisalnya adalah Jepang, Singapura danbeberapa negara lain, tingkat korupsinya sangatkecil.

2. Kebenaran (Satyam):Nilai kebenaran (satya) sebagai unsur

kedua sebagai pembentuk karakter dapatditemukan dalam Bhagavad Gita 16.2 dan jugaBhagavad Gita 16.3 yang berbunyi: ahiAsâsatyam akrodhah tyâga% úântirapaiœunam dayâ bhûtecv aloluptvaAmârdavaA hrîr acâpalam. Artinya, ‘Non-kekerasan, kebenaran, tidak kemarahan,renunsiasi, ketenangan/kedamaian, tidakmemfitnah, welas asih kepada semua makhluk,tidak tamak, kelembutan, kerendahan hati,tidak berubah-ubah’ adalah sifat-sifat darimereka yang lahir dari kesucian’. Kata satyamjuga ditemukan dalam Bhagawad Gita 10.4.Ngakan Putu Putra menguraikan bahwakebenaran bersifat obyektif artinya, pernyataanitu sesuai dengan obyeknya. Misalnyamengatakan hal yang benar karena langitmemang cerah dan bulan bersinar penuh. Inimungkin dapat dikatakan kebenaran obyektifkondisional. Karena langit kadang-kadanggelap dan bulan bersinar setengah atau bahkantidak tampak di langit. Ada kebenaran obyektifmutlak, misalnya, api itu panas, air cair, batupadat, atau bumi mengelilingi matahari.

Ngakan Putu Putra juga menyatakanbahwa ada kebenaran ilmiah, umumnya berupateori yang merupakan hasil dari pengamatanempiris dan/atau kesimpulan akal, tetapi inimasih bersifat sementara, artinya sepanjangbelum ditemukan kebenaran baru yangmembuktikan kesalahan dari teori sebelumnya(falsifikasi). Lalu ada kebenaran agama yangberdasarkan keyakinan. Ini dibagi menjadi duakatageri, yaitu keyakinan rasional dan keyakinantidak rasional (dogmatis). Yang pertamamisalnya keyakinan akan hukum karma. Inibisa dilihat secara empiris. Keyakinan dogmatis

Page 5: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

15

mengatakan itu adalah takdir yang telahditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir ke duniaini. Orang atheis mengatakan itu hanyakebetulan saja. Atau keyakinan bahwa hanyakarena beriman akan suatu agama, suatu kitabsuci, tidak perduli apapun perbuatannya,dikatakan orang tersebut akan selamat ataumasuk sorga. Ini tidak sesuai dengan kenyataandan hati nurani manusia yang sehat.

Oleh karena itu, Ngakan Putu Putra jugamenyatakan bahwa kejujuran belum tentukebenaran. Orang yang mengatakan secarajujur bahwa ia suka selingkuh, suka melakukankekerasan atau suka membunuh (seperti yangdikatakan oleh Abubakar Sekhau, pemimpinBoko Haram di Nigeria); ia berkata jujur tentangsesuatu yang tidak benar. Satyam merupakankonsep penting dan kebajikan utama dalamagama Hindu. Dalam pustaka suci Rg Wedayang diperkirakan berasal dari milenium ke 5SM, memberikan pembahasan awal tentangsatya atau kebenaran. Hal ini dapat dilihat,misalnya, dalam baris kelima dan keenam, didalam Rg Weda. Satya secara harfiah berartikebenaran, realitas, hakikat kenyataan. Kataini juga mengacu pada keutamaan dalam agamaHindu, mengacu pada kejujuran dalam pikiran,ucapan dan tindakan seseorang. Dalam Yoga,satya adalah salah satu dari lima Yama, berbudiluhur menahan diri dari kebohongan dan distorsirealitas dalam perkataan dan tindakan. Dalambahasa Sansekerta satya juga berarti sebagai“kebenaran mutlak”. Satya adalah tema sentraldalam Weda.

3. Keberanian (Abhayam):Kata keberanian atau tidak takut (abhaya)

adalah unsur ketiga pembentuk karakter dapatditemukan dalam Bhagavad Gita 16.1, 16.3juga dalam Bhagavad Gita 10.4. DalamBhagavad Gita 16.1 dinyatakan: Abhayamsattva samsuddhih jnana yoga vyavasti-thtih; danam damasca yajnasca svadya-yastapa arjavam”. Artinya, Keberanian,

kemurnian hati, ketekunan dalam ilmupengetahuan, dan yoga, pemberian derma,pengendalian indera, yajna atau pengorbanan,mempelajari pustaka suci, berhemat, kejujuranatau kelurusan hati’. ‘Ini adalah sifat-sifat darimereka yang lahir dari kesucian’ (16.3). Nilaikeberanian (abhaya) juga terdapat dalam sloka10.4. Ngakan Putu Putra menyatakan bahwasetelah kejujuran dan kebenaran,keberanian adalah unsur ketiga yangmembentuk karakter. Orang yang jujur, bilatidak ada keberanian, bisa jadi tidak akanberkata benar, atau berbuat benar bila ia adadi dalam situasi yang tidak menguntungkan, bagikepentingan atau jiwanya. Oleh karena itu,kejujuran memerlukan bantuan keberanian.Tanpa keberanian orang jujur juga tidak bisamaju, karena takut memikul risiko. Sebaliknyakeberanian dan kepintaran memerlukankejujuran.

Ngakan Putu Putra menyatakan hanyakeberanian saja yang dapat menghasilkan sifatalamiah dari seseorang. Ketakutan menghalangisemua sifat baik pada manusia. Jadi, abhayamadalah keutamaan pertama yang harusdikembangkan oleh setiap orang yangmerupakan bagian dari kategori daivi sampat.Hanya orang berani yang mampu melakukanhal-hal besar, bukan orang pengecut. Orangyang berani saja bisa bersikap tulus.Keberanian tidak hanya diperlukan di medanperang tetapi di dalam berbagai bidangkehidupan. Mau mendirikan usaha perlukeberanian; keberanian untuk melawanketakutan akan gagal. Bahkan mau mencaripasangan hidup pada waktu muda, juga perlukeberanian; keberanian untuk melawanketakutan ditolak.

4. Kepahlawanan (Sauryam):Nilai kepahlawanan sebagai unsur

keempat pembentuk karakter dapat ditemukandalam Bhagavad Gita 18.43 seperti terlihatdalam sloka berikut: œauryamì tejo dhròtirdâksòyamì yuddhe câ apy apalâyanam;

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 6: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

16 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dânam îúvara-bhâvaú ca ksòâtramì karmasvabhâvajam. Artinya ‘Kepahlawanan,kekuatan, tekad, kecerdikan, keberanian dalampertempuran, kemurahan hati dan kepemim-pinan adalah kualitas alami dari pekerjaanuntuk para Ksatriya’. Ngakan Putu Putramenyatakan bahwa seorang pahlawan adalahorang yang rela mengabdikan hidupnya untukkebenaran suci dan kebenaran batin sertaberbagi visinya dengan seluruh dunia. Hal iniadalah definisi seorang laki-laki sejati: seorangmakhluk yang mendalam dan spiritual,menjalani hidupnya dengan kebenaran suci.Semua jenis pahlawan secara intrinsik dibentukdari bahan yang sama; yang diberikan jiwa yangbesar, terbuka untuk Makna Suci dari Hidup,maka pria seperti ini yang pantas untukberbicara tentang kepahlawanan, menyanyikankepahlawanan, berjuang dan bekerja untukkepahlawanan.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwapahlawan adalah orang yang membentangmelintasi zaman, ia berbicara kepada generasidi luar dirinya sendiri. Pahlawan adalah wujudkedewasaan, juga perwujudan dari laki-lakiutama. Pahlawan adalah orang besar, yangkepadanya setiap orang melihat dan merasakagum. Pemujaan terhadap Pahlawan adalahalamiah, karena kita menyadari bahwa orang-orang ini mewujudkan kebesaran yangdiperjuangkan oleh semua orang lainnya. Unsurpertama dari kepahlawanan adalah keberaniandalam segala bidang - tetapi kepahlawanan sajatidak cukup, karena keberanian seringdisalahgunakan untuk berbuat kerusakan bagimasyarakat. Para begal, rampok dan pembunuhbayaran adalah orang-orang yang mempunyaikeberanian, tetapi tidak ada yang menyebutmereka pahlawan. Orang yang pengecutpun,bisa menjadi pahlawan, bila keadaanmemaksanya, seperti kata Swami Vivekananda.Unsur penting dari kepahlawanan, selainkeberanian, adalah kerelaan berkorban: waktu,tenaga, pikiran, harta benda bahkan nyawa

untuk orang-orang lain atau untuk kepentinganyang lebih besar dari diri kita sendiri.

5. Tahan Uji, Ketabahan (Titiksa):Nilai tahan uji atau ketabahan (titiksa)

sebagai unsur kelima pembentuk karakterdapat ditemukan dalam Bhagavad Gita 2.14sebagaimana dinyatakan: matrasparsastukaunteya sitoshna-sukha-duhkha-dah;agamapayino ‘nityah tams titiksha svabharata. Artinya: O putra Kunti, penampakannon-permanen dari kebahagiaan danpenderitaan, dan hilangnya mereka padawaktunya, seperti penampakan dan hilangnyamusim dingin dan musim panas. Mereka munculdari persepsi indera, O keturunan Bharata, danseorang harus belajar untuk menanggungnyatanpa terganggu’. Ngakan Putu Putramenyatakan bahwa kata “tahan uji”sebagaimana disebutkan dalam sloka di atasadalah “kemampuan untuk menanggungkenyataan tanpa ada perasaan tergangguterhadap kebahagiaan atau penderitaan yangdatang secara silih berganti” seperti datangnyamusim dingin dan musim panas yang salingmenggantikan.

Tahan uji juga berarti ketahanan untukmenghadapi godaan. Dan godaan itu banyaksekali ragamnya, misalnya yang berkaitandengan kama, harta dan takhta. Sudah menjadipendapat umum bahwa orang yang mampumenahan diri terhadap godaan akan berhasildalam hidupnya dibandingkan dengan orangyang tidak. Sering tersiar dan terdengar beritadi media massa tentang pejabat Negara yangditangkap dan kemudian dipenjarakan karenakorupsi. Mereka adalah contoh orang-orangyang tidak tahan uji menghadapi godaan uang,kekuasaan, dan wanita.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwatitiksha sebagai daya tahan (tahan uji) tanpakecemasan atau ratapan dan tanpa bantuaneksternal, Sankara mengartikan titiksha sebagaisarana untuk penyelidikan atau pencarian

Page 7: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

17

Brahman, karena pikiran yang tunduk padakecemasan dan ratapan tidak layak untukmelakukan pencarian Brahman semacam ini.Swami Vivekananda menjelaskan bahwakesabaran dari semua penderitaan, tanpamemikirkan menolak atau mengusirnya keluar,bahkan tanpa perasaan sakit dalam pikiran,atau penyesalan apapun adalah titiksha.

6. Ketetapan Hati atau KekuatanKehendak (Sankalpa):Nilai ‘ketetapan hati’ atau ‘kekuatan

kehendak’ sebagai unsur keenam pembentukkarakter dapat ditemukan dalam BhagavadGita 6.2, sebagaimana dinyatakan:yam sannya samiti prahuh yogam tam viddhi pandava; na hya sannyasta-sankalpo yogi bhavati kascana. Artinya:‘Apa yang disebut penolakan (sannyasa) harusdiketahui hal itu sama dengan yoga, ataumenghubungkan diri dengan Yang Agung, Oputra Pandu, karena seorang tidak pernah bisamenjadi seorang yogi kecuali dia membuangkeinginan untuk kepuasan indera’. NgakanPutu Putra menyatakan bahwa sankalpamemiliki dua arti: “negative” dan “positif”. Dalamsloka 6.2 di atas sankalpa adalah akar darikeinginan yang harus dibuang bila orang inginmenjadi seorang yogi. Bila sankalpa tidakdibuang maka seseorang tidak akan dapatmenjadi seorang yogi. Sankalpa artinyakeinginan yang keluar, “saya harus punya ini,saya harus punya itu”. Karena faktor sankalpaitu seseorang menjadi sangat terikat padasesuatu, itulah sebabnya harus dibuang jika inginmendapatkan rasa kebebasan seperti apa yangdirasakan oleh yogi. Sankalpa membawakepada keinginan-keinginan, kemudiankeingian-keinginan melahirkan berbagai jenisaktivitas, termasuk kehidupan delusif (khayalan)yang sangat sering dialami oleh berbagai lapisanmasyarakat. Jadi bila seseorang dipenuhi olehsankalpa ini, maka seseorang tidak dapatmengendalikannya, orang akan menjadi budak

sankalpa atau keinginan. Ini pengertian sankalpadalam makna negatif.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwasankalpa dalam pengertian positif dapat dapatdiartikan sebagai konsepsi, gagasan ataupengertian yang terbentuk dalam hati ataupikiran, sumpah khidmat atau tekad untukmelakukan, niat yang pasti, kemauan ataukehendak yang kuat (resolution,determination). Dalam istilah praktis, katasankalpa secara positif berarti satu tekad yangbulat untuk melakukan atau mencapai; secarapsikologis maupun filosofis, itu adalah langkahpraktis pertama di mana sensitivitas dan potensipikiran ditingkatkan; ini dikenal sebagaikapasitas untuk memanfaatkan kemauan danalat untuk fokus dan menyelaraskan segalasesuatu yang kompleks dalam tubuh danpikiran. Jadi sankalpa itu ada dua jenisnya.Keinginan yang liar tak terkendali, umumnyapada obyek-obyek indera, adalah buruk,karena bisa membawa keterikatan bahkancelaka. Tetapi keinginan untuk tujuan-tujuanbermakna, khususnya yang bersifat dharmasemuanya baik. Keinginan untuk moksa(mumuksutva) bahkan sangat diajurkan.

7. Hidup Sederhana (Tapasya):Nilai hidup sederhana (tapasya) sebagai

unsur ketujuh pembentuk karakter dapatditemukan dalam Bhagavad Gita 17.5-6sebagaimana dinyatakan: aúâstra-vihitamìghoramì tapyante ye tapo janâhò;dambhâhañkâra samìyuktâhòkâma-râga-balânvitâhò. karsòayantahò úarîra-sthamìbhûta-grâmam acetasahò mâmì caivântahòúarîra-sthamì tân viddhy âsura-niœcayân.Artinya: Bagi mereka yang menjalani pertapaanberat dan penebusan dosa tidak dianjurkandalam kitab suci, melakukannya karenakesombongan dan egoisme, yang didorong olehnafsu dan keterikatan, yang bodoh dan yangmenyiksa unsur materi tubuh serta SangParamatma yang tinggal di dalam, ketahuilah

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 8: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

18 JURNAL PENJAMINAN MUTU

itu sebagai bersifat keraksasaan’. Kata tapah,tapas atau tapasya disebut empat belas kalidalam Bhagawad Gita yaitu:7.9; 10.5; 16.1;17.5,7, 14-19, 28; dan 18.5, 42.

Ngakan Putu Putra menjelaskan bahwakata apas berarti meditasi mendalam, upayauntuk mencapai realisasi diri, kadang-kadangmelibatkan kesendirian. Kata ini berasal dariakar kata tap yang berarti ‘panas’ darikebakaran, cuaca, api yang membakar,bersinar, penebusan dosa, rasa sakit,penderitaan, matiraga. Dalam Weda, gabungankata yang berkaitan dengan tapas banyakdigunakan untuk menjelaskan beberapa konsepspiritual yang berkembang melalui panas atauenergi batin, seperti meditasi, proses untukmencapai pengamatan dan wawasan khusus,ekstasi spiritual seorang yogi. Kata tâpasaberarti seorang praktisi pertapaan, seorangpertapa’. Dalam konteks tertentu, istilah ini jugadigunakan dengan arti penebusan dosa,penderitaan, hidup sangat sederhana denganaktivitas religius.

Lebih lanjut Ngakan Putu Putramenyatakan bahwa dalam tradisi yoga tapasadalah api yang membakar di dalam yangdiperlukan oleh sanyasin untuk mencapai tujuanpencerahan yang sangat sulit. Tapas adalahupaya sungguh-sungguh untuk mendorongpengendalian diri, menyatukan pikiran danfokus, kesederhanaan, kebijaksanaan,integritas. Hal ini digunakan untukmengembangkan dan mendisiplinkan tubuh,pikiran dan karakter; pengendalian pikiran;kepuasan semua keinginan. Melalui disiplintubuh diharapkan ucapan menjadi benar,mengatakan hanya kebenaran, pikiran yangbenar, tidak melakukan kekerasan. Bertindakbenar, mencintai semua ciptaan, melaksanakanpengabdian kepada Tuhan, mengembangkankemampuan untuk tetap tenang dan seimbangdalam setiap situasi, tindakan tanpa motif egoisatau memikirkan hadiah atau balasan, dengankeyakinan yang tak tergoyahkan kepada Tuhan.Itulah tapas, dengan melaksanakan secara

sungguh-sungguh nilai tapas ini, maka tidakakan membuat seseorang jatuh dalam kejahatanapapun.

8. Hidup Penuh Semangat (Tejah):Nilai karakter yang ‘hidup penuh

semangat’ sebagai unsur kedelapan pembentukkarakter dapat ditemukan dalam BhagavadGita 18.43 sebagaimana dinyatakan:œauryamì tejo dhròtir dâksòyamì yuddhecâpy apalâyanam; dânam îúvara-bhâvaú caksòâtramì karma svabhâva-jam. Artinya:‘Kecakapan, semangat, penuh ketabahanatau bertekad, menggunakan akal, memilikikeberanian dalam pertempuran, kemurahan hatidan kepemimpinan adalah kualitas alami daripekerjaan untuk para ksatriya’. Ngakan PutuPutra menyatakan bahwa Bhagawad Gitamengajarkan agar manusia hidup dengan penuhsemangat, penuh vitalitas, dan energik. Tejoatau tejah berarti: Kekuatan aktif; energi fisikatau mental yang sehat atau kekuasaan; vitalitas;kegiatan energik; energi; intensitas: kekuatanpertumbuhan yang sehat dalam hal hidup atauorganisme, seperti tanaman; kekuatan aktif atauefektif.

Secara singkat tejo dapat diartikan sebagaihidup yang penuh vitalitas (the strenuous lifeatau energetic life). Orang yang hidup penuhsemangat tanpa mempedulikan untung atau rugi,ia akan memiliki semangat juang seperti paraksatriya yang tidak takut menghadapi medanperang. Seorang dengan mental ksatriya tidakakan takut menghadapi kekalahan dalam segalausahanya dengan tetap berupaya meraihkesuksesan. Orang dengan mental ksatriyatidak akan melakukan kecurangan ataukejahatan.

9. Pengendalian Diri (Dama):Nilai karakter dalam bentuk ‘pengendalian

diri’ sebagai unsur kesembilan pembentukkarakter dapat dijumpai dalam Bhagavad Gita16.1;16.3 dan 18.42 sebagaimana dinyatakan:abhayaA sattva sanœhuddhir jñâna yoga

Page 9: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

19

vyavasthiti% dânaA damaúh cha yajñaúhcha svâdhyâyas tapa ârjavam. Secarakeseluruhan dapat diartikan sbb: ‘Keberanian,kemurnian hati, ketekunan dalam ilmupengetahuan, dan yoga, pemberian derma,pengendalian indera, yajna ataupengorbanan, mempelajari susastra suci,berhemat, kejujuran atau kelurusan hati’.Semua itu adalah sifat-sifat dari mereka yanglahir dari kesucian’.

Ngakan Putu Putra menguraikan bahwapengendalian diri tidak harus menunggu sampaiseseorang memiliki pengetahuan tentang dirinya,karena hal itu akan menjadi sangat terlambat.Oleh karena itu pengendalian diri harus mulaisejak anak-anak, dengan cara penerapandisiplin yang dikenakan dari luar. Sebagai contohseorang anak harus dibiasakan bangun pagidengan sendirinya. Bila terlambat bangun, iadiberi sanski, misalnya tidak diberi uang jajan.Tidak mementingkan diri sendiri, belajarbersimpati pada teman atau saudara yangkesulitan. Seorang anak juga tidak bolehdimanja, tidak semua keinginannya dipenuhi,anak harus belajar untuk menerimakekecewaan, tanpa itu ia tidak akan memilikipengendalian diri. Dari kecil anak itu harusdiajarkan fakta kehidupan bahwa tidak semuakeinginannya nanti setelah dia dewasa akandapat terpenuhi.

10. Kebijaksanaan yang Mantap (Samahsamya):Nilai karakter yang mengandung nilai

‘kebijaksanaan yang mantap’ sebagai unsurkesepuluh pembentuk karakter dapatditemukan dalam berbagai sloka BhagavadGita dengan jumlah yang cukup banyaksebagaimana dinyatakan Bhagavad Gita 2.8sebagai berikut: sukha-duhòkhe same kròtvâlâbhâlâbhau jayâjayau; tato yuddhâya yujyasva naivamì pâpamavâpsyasi. Artinya:Setelah membuat penderitaan dan kesenangan,keuntungan dan kerugian, kemenangan ataukekalahan, sama, maka libatkan dirimu sendiri

dalam pertempuran atau perjuanagan. Dengandemikian kamu tidak akan menderitakemalangan’. Ngakan Putu Putra menyatakanbahwa kata samah samya disebut sebanyak22 kali dalam Bhagawad Gita, yaitu pada:2.15;38, 48; 4.22; 5.3, 7, 18-21; 6.7, 9; 13,29, 30, 32; 9.28; 12.13, 14, 18 – 19; 13.27-28; 18.54).

Sloka-sloka di atas menanamkan nilaikepada manusia agar setiap manusiamengembangkan konsep kesamaan, yaitusama-sama berasal dari Tuhan dan sama-samadiresapi oleh Tuhan. Hal ini sejalan dengankonsep ketuhanan menurut Upanisad, yaitukonsep ketuhanan pantheisme (monisme), yaituTuhan ada di dalam dan di luar ciptaan (imanendan transenden). Singkatnya panteismemengajarkan tentang konsep Tuhan yang adadi dalam ciptaan, menyatukan setiap ciptaan,menjadikan semua makhluk satu keluarga.Konsep ketuhanan seperti ini menjauhkanmanusia dari tindakan kejahatan kepadamahluk lain, karena disadari sebagai satukesatuan.

11. Tidak Mencari-cari Kesalahan OrangLain (Apaisunam):Nilai karakter yang bermakna ‘tidak

mencari-cari kesalahan orang lain’ (apaisuna)sebagai unsur ke sebelas pembentuk karakterdapat ditemukan dalam Bhagavad Gita 16.2,3sebagaimana dinyatakan: ahimìsâ satyamakrodhas tyâgahò úântir apaiúunam; dayâbhûtesòv aloluptvamìaloluptvamìmârdavamì hrîr acâpalam. Artinya: ‘Antikekerasan; mencintai kebenaran; bebas darikemarahan; mampu melakukan penolakanterhadap yang buruk; memiliki ketenangan;keengganan untuk saling menuduh atau tidakmencari-cari kesalahan orang lain; welasasih untuk semua makhluk hidup; bebas dariketamakan; kelembutan; kesopanan; tekad ataudeterminasi’. Semua itu adalah sifat-sifat darimereka yang lahir dari kesucian’(16.3)

Salah satu contoh sikap mencari-cari

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 10: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

20 JURNAL PENJAMINAN MUTU

kesalahan, sebagaimana ucapan Hamzah Hazyaitu wakil Presiden RI dikutip oleh NgakanPutu Putra, bahwa ia menyatakan: “Saya sudahkatakan berkali-kali bahwa di Indonesia itutidak ada teroris.” Karena pada waktu ituHamzah Haz mengatakan hal itu sebagai wakilPresiden RI karena itu ucapannya menjadipenting. Sebelumnya, telah terjadi pengebomanterhadap beberapa gereja di malam Natal padatahun 2000. Hendropriyono, ketua BINmensinyalir bahwa Poso telah dijadikan tempatlatihan teroris. Namun ketika bom meledak diLegian, Kuta, tanggal 12 Oktober 2002, yangmenewaskan 202 orang, dan melukai lebih dari300 orang, Hamzah buru-buru meralatpernyataannya. Ia pun harus mengakui adanyaterorisme di Indonesia. “Ini adalah tindakanteroris,” tuduh Hamzah. Namun Hamzah masihbisa ngeles. “Cuma sampai saat ini belum adayang terkait dengan Islam radikal seperti AbuBakar Ba’asyir, Ja’far Umar Thalib, HabibRizieq,” kilah Hamzah.

Ngakan Putu Putra kembali mengutipkata-kata Hamzah Haz yang dianggapnya selaluberuapaya mencari kambing hitam untukdisalahkan. Bagaimana dengan adanya tuduhanbahwa bom Bali adalah hasil rekayasa AmerikaSerikat? “Pasti ada rekayasa, tapi tidak tahudari mana,” jawab Hamzah. (detikcom, 15/10/2002). Ngakan Putu Putra juga mengutippernyataan Emha Ainun Nadjib, penyair danbudayawan kondang, lebih tegas dengantuduhan rekayasa ini. Ia menunjuk hidungAmerika dan Israel. Najib, dari halaman sebuahpura di Kuta, dengan dramatis mengatakan,bom itu dilakukan agen-agen Yahudi dan AS.“Mula-mula terdengar ledakan kecil, kemudianterdengar ledakan dahsyat. Wuuuus!!! Ituhanya mungkin dilakukan oleh negara yangmemiliki teknologi canggih”, begitu kira-kira diaberkata, seperti orang yang sedang berdekla-masi, dengan penuh gaya, di tengah tragediyang hebat. Bom kecil itu mungkin buatandomestik, tetapi bom besar pasti dari luar

negeri. Jadi ada kerja sama antara pelaku bomkecil (Amrozi dkk) dengan pelaku bom besar,CIA (agen rahasia AS) dan Mosad (agenrahasia Israel)?

Akhirnya, tulis Ngakan Putu Putra salahseorang pelaku bom itu, Ali Imron (Ale), marahkarena keahliannya, tidak diakui oleh sesamaanak bangsa; lalu membuat pengakuan denganbangga bahwa bom itu hasil karyanya bersamasaudara-saudaranya, Amrozi, Mukhlas yangberprofesi sebagai guru pesantren di desa kecildi Tenggulun, Jawa Timur dan Iman Samudera,juga guru agama dari Banten. Setelah Ali Imronmembuat pengakuan yang mengejutkan itu,Nadjib tetap tidak percaya, ia bergemingdengan teori konspirasinya.

12. Rendah hati, Bersahaja (Aminatvam/Adambitvam):Nilai karakter yang bermakna ‘rendah hati’

atau ‘bersahaja’ (aminatwam atauadambitwam sebagai unsur ke dua belasdapat ditemukan dalam Bhagavad Gita 13.7dan 13.11 sebagaimana dinyatakan: Ama-nitvam adambhitvam ahimsa ksantirar-javam; acaryo pasanam saucam shairyamatmavinigrahah. Artinya: Kerendahan hati,bersahaja, non-kekerasan, kesabaran,kejujuran, pelayanan kepada guru, kemurnianatau kesucian, kemantapan, pengendalian diri’.Semua ini dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan’(13.11). Nilai ini oleh Ngakan Putu Putradinyatakan telah menjadi slogan hidup orangBali, yaitu slogan “Ede ngaden awak bise,depang anake ngadanin.

Efek negative dari kesalah pengertianterhadap slogan ini telah membuat kita orangBali tidak bisa maju. Bait geguritan ini membuatkita rendah diri,” kata seorang teman yangmenjadi aktivis dan pengacara. Jadi mestinyabagaimana agar kita maju? “Kita harus merasadan mengaku bisa. Kalau tidak berasal darisendiri mengatakan diri kita bisa, siapa lagi?”Ini adalah salah mengartikan slogan mulia itu.

Page 11: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

21

Seharusnya rendah hati adalah nilai yangmenghantarkan seseorang percaya diri sesuaidengan kapasitasnya.

13. Tanpa-kekerasan (Ahimsa):Nilai karakter yang ‘tanpa kekerasan’

(ahimsa) sebagai unsur ke tiga belas dapatditemukan dalam sloka Bhagavadgita 10.5,dan 13.7 serta 16.2. Dalam sloka BhagavadGita 10.5 dinyatakan: Ahimsa samata tustihtapo danam yaso’yasah; bhavanti bhavabhutanam matta eva prthagvidhah. Artinya:‘Non-kekerasan, memiliki sikap yang samaterhadap suka dan duka, puas atas apa yangdimiliki, sederhana (austerity), murah hati,nama baik (juga) nama buruk, sebab semuajenis kualitas yang berbeda muncul dari Akusaja’.

Ngakan Putu Putra menulis bahwa apayang disebut ahimsa ini telah dicontohkan olehGandhi bahkan telah didokumenkan dalambentuk film. Adegan paling menggetarkan darifilm “GANDHI” yang disutradarai oleh SirRichard Attenborough (1982) adalah ketikasekitar 2.500 demonstran damai dipimpin olehpenyair Sarojini Naidu, bergerak maju secaraberbaris untuk menduduki Dharasana SaltWorks, tempat pembuatan garam milik penjajahInggris. Mereka bergerak dalam tiga baris, majumelangkah mantap, dipukuli oleh polisi Inggrisyang terdiri dari orang-orang India, jatuhtersungkur ke tanah, diambil oleh relawan lain,untuk dirawat. Lalu yang di belakangnya majulagi, dipentung oleh polisi, jatuh pingsan bahkanada yang meninggal. Tetapi barisan ini terus majutanpa gentar dan tidak melawan, sampai semuamereka tergeletak di tanah. Adegan inimenggambarkan secara visual dengan jelas apayang dimaksud oleh filosofi perjuangan tanpakekerasan (satyagraha). Siap menerimakekerasan tanpa melakukan kekerasan.

Lebih lanjut Ngakan Putu Putramenyatakan bahwa keutamaan ahimsa telahmenjadi terkenal di seluruh dunia, berkatGandhi. Gandhi mempergunakan filosofi

menjadi metode untuk memperjuangkankemerdekaan India dari penjajahan Inggris. Inisuatu yang sangat unik. Biasanya kemerdekaansuatu bangsa diperoleh melalui pejuanganbersenjata, seperti yang dilakukan oleh bangsaIndonesia dan Vietnam, atau diberikan sebagaihadiah seperti yang diperoleh oleh bangsaMalaysia dan Singapura. Tetapi kemerdekaanIndia diperoleh melalui pejuangan nonkekerasan yang dipelopori oleh MahatmaGandhi untuk kurun waktu yang panjang,dimulai sejak dia kembali dari Afrika Selatanpada tahun 1915 sampai tahun 1947, ketikaInggris pergi dari India. Gandhi adalah orangpertama dalam sejarah manusia yangmemperpanjang prinsip antikekerasan dariindividu ke wilayah sosial dan politik.”Sementara para sarjana berbicara tentang idetanpa nama atau gerakan, Gandhi adalah orangyang datang dengan itu dan menggabungkanide-ide terkait yang berbeda di bawah satukonsep: Satyagraha.

Selanjutnya Ngakan Putu Putra mengakhiriulasan ahimsa-nya dengan menyatakan bahwakebenaran dan antikekerasan adalah setuagunung-gunung. Agar ahimsa menjadi kuat danefektif, harus dimulai dengan pikiran, tanpa ituia akan menjadi non-kekerasan dari orang yanglemah dan juga pengecut. Seorang pengecutadalah orang yang tidak memiliki keberanianketika menghadapi situasi berbahaya dan tidakmenyenangkan dan mencoba untukmenghindarinya. Seorang tidak bisamempraktikkan ahimsa dan pada saat yangsama menjadi seorang pengecut. Antikekerasanyang sejati dipisahkan dari rasa takut. Gandhimerasa kepemilikan senjata adalah pengecutatau kurangnya keberanian.

14. Tidak Membenci (Advesta, Adroho)Nilai karakter yang bermakna ‘tidak

membenci’ sebagai unsur ke empat belas dapatdiketemukan dalam sloka Bhagavad Gita12.13-14 yang berbunyi: Advesta sarvabhutanam maitrah karuna eva ca; nirmamo

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 12: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

22 JURNAL PENJAMINAN MUTU

nirahankarah sama duhka sukhah ksami.santusòtòahò satatamì yogî yatâtmâdròdòha-niœcayahò mayy arpita-mano-buddhir yo mad-bhaktahò sa me priyahòArtinya: ‘Dia yang tidak membenci makhlukapapun, berteman dan welas asih terhadapsemua, yang bebas dari perasaan “aku danmilikku”, sama pikirannya dalam suka danduka, sabar, toleran, selalu puas, menguasaidiri, dan terlibat dalam pelayanan bhakti dengantekad, pikiran dan kecerdasan dipusatkanpada-Ku, maka pemuja-Ku yang seperti itusangat dekat untuk-Ku. Sloka di atas denganjelas menyatakan bahwa Sri Krishna avatarsebagai perwujudan Tuhan yang menjelmamenjadi manusia menekankan untuk tidakmembenci apa dan siapa saja (sarvabhutanam = segala mahluk).

Sumber konflik terjadi karena kebencian,kebencian muncul karena menganggap oranglain salah dan terkutuk; dan hanya diri sendiriyang paling benar. Lebih parah lagi jikamenganggap bahwa yang salah itu harusdibinasakan. Di dunia dan di Indonesia, sejaklama secara diam-diam tanpa disadarisesungguhnya telah terbentuk tradisi yangkurang baik, yaitu tradisi menghina kepercayaanorang lain secara legal melalui IlmuPerbandingan Agama. Selain buku-buku teksuntuk perkuliahan, seperti “Empat KuliyahAgama Islam” oleh professor Rasjidi, gurubesar Studi Islam di Fakultas HukumUniversitas Indonesia, dan buku-bukupelajaran yang sengaja memperkenalkan danmengkontraskan dikotomi antagonistik, sepertiterminologi “Agama Langit” vs “Agama Bumi”,hal ini adalah ujaran kebencian yang memakaikaos ilmiah. Selain itu ada juga contoh lainnyaterjadi ujar kebencian yang sangat kasar,seperti diucapkan oleh seorang ustaz yangmengaku keturunan Brahmana dan sarjanaagama Hindu, yang ternyata palsu. Tetapi, diaitu aman-aman saja. Sikap beragama semacamini tidak patut dicontoh oleh generasi bangsa

yang dicalonkan akan menjadi Generasi Emastahun 2045.

Ngakan Putu Putra menyakan bahwaujaran kebencian juga pernah menghebohkandunia pendidikan pada Bulan Maret 2015.Sebab, ternyata kebencian justru diajarkansecara resmi pada murid-murid SMP/SMAsebagaimana termuat dalam buku pendidikanAgama Islam, untuk kelas XI SMA, sebagaibahan ajar Kurikulum 2013. Dalam bukutersebut dinyatakan bahwa orang yang tidakberagama Islam dapat dibunuh. MenteriPendidikan dan Kebudayaan menyatakankaget dan Menteri Agama dalam wawancaradengan sebuah stasiun TV Jakarta berkatadengan tegas akan mengusut dan mengambillangkah hukum terhadap penulis buku tersebut.Tetapi sampai sekarang, tidak terdengar lagitindaklanjut dari ancaman kedua menteritersebut. Mungkin mereka mengalami dilemma,sebab buku tersebut bukan karanganpenulisnya. Ia mengambil sumber rujukan dariajaran Wahabi yang dicetuskan tokohpembaharu Islam asal Arab Saudi, yaituMuhammad bin Abdul Wahab (1703-1787).Ajaran Wahabi ini memang membenarkan danmengajarkan bahwa selain Islam boleh dibunuh.Ajaran Wahabi ini menjadi faham resmi dariKerajaan Arab Saudi. Salah satu pendapatMuhammad bin Abdul Wahab yang dikutipdalam halaman buku tersebut adalah: “Yangboleh dan harus disembah hanyalah Allah SWT,dan orang yang menyembah selain Allah SWTtelah menjadi musyrik dan boleh dibunuh”(Tempo.co, 20-21 Maret 2015).

Ajaran Wahabi di atas benar-benar sangatberbeda dengan ajaran Sri Krishna, jikaWahabi mengajarkan membunuh selain Islam,maka Sri Krishna menyatakan janganmembenci atau tidak boleh membenci apa dansiapa saja. Untung saja buku tersebut cepatterdeteksi oleh Pemerintah Indonesia. Jikaseandainya buku tersebut sudah diajarkanbertahun-tahun, maka berapa besar kebencian

Page 13: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

23

generasi terpelajar Islam kepada umat yangnon-Islam. Inilah fakta dunia pendidikanIndonesia yang harus diwaspadai.

15. Tidak Marah ( Akrodah):Nilai karakter yang bermakna ‘tidak

marah’ (akrodah) sebagai unsur ke lima belasdapat ditemukan dalam sloka Bhagavad Gita16.21 sebagaimana dinyatakan: trividhamìnarakasyedamì dvâramì nâúanamâtmanahò; kâmahò krodhah tathâ lobhahtasmât etat trayamì tyajet. Artinya: ‘Ada tigamacam pintu gerbang penghancuran sang diri,yaitu: nafsu, kemarahan dan keserakahan; olehkarena itu, seseorang harus meninggalkanketiganya ini’. Ngakan Putu Putra menyatakanbahwa selain sloka di atas itu, akrodah jugadisebut dalam sloka Bhagavad Gita 16.2.Alasan mengapa kemarahan harus ditinggalkanatau dihindari? Karena kemarahanmenyebabkan kebingungan, dari kebingungankemudian ingatan terganggu. Karenaterganggunya ingatan maka hilanglah segalalogika dan kebijaksanaan. Karena hilangnyakebijaksanaan, maka seseorang akan tersesat(Bhagavad Gita 2.63).

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwaketika seseorang berbicara dengan penuhkebencian dan kemarahan, maka hal itu akanmengarah kepada ketidakbahagiaan dan rasasakit serta penderitaan. Itulah sebabnya,pustakan Yajurveda 3,4 menyatakan bahwaseorang harus selalu berbicara lembut.

16. Tidak Serakah (Alouptvam):Nilai karakter yang bermakna ‘tidak

serakah’ (alouptvam) sebagai unsur ke enambelas dapat ditemukan dalam sloka BhagavadGita 16.2 ahiAsâ satyam akrodhas tyâga%úântir apaiœunam dayâ bhûtecv alouptvaAmârdavaA hrîr acâpalam. Artinya: ‘Non-kekerasan, kebenaran, ketiadaan kemarahan,renunsiasi, ketenangan, tidak memfitnah(mengumpat), welas asih kepada makhluk,tidak tamak, kelembutan, kerendahan hati,

tidak berubah-ubah’. Sloka Bhagavad Gita16.3 juga menyatakan bahwa ketidak-tamakanatau tidak serakah adalah sifat dari orang yanglahir dari kesucian’.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwadalam ajaran Hindu, kama, krodha dan lobha,dikatakan sebagai tiga pintu gerbang neraka.Serakah adalah sifat dan sikap yang selaluhendak memiliki lebih dari yang dimiliki; samaartinya dengan lobha; tamak; rakus yang artinyameskipun sudah kaya, ia masih juga hendakmengangkangi harta saudaranya; (KBBIonline). Dalam definisi ini serakah adalahkehendak atau tindakan untuk memiliki lebihbanyak dengan merugikan orang lain. Mengapaserakah dianggap buruk? Karena serakahbiasanya berpusat pada keinginan untukmementingkan diri sendiri dan dalam memenuhikeinginan itu orang tidak perduli keperluan oranglain, sekalipun itu merugikan orang banyak.Serakah juga bisa merugikan diri sendiri.Orang yang makan dan minum tanpa kendalibisa membawa penyakit bagi dirinya. Orangyang menduduki berbagai jabatan juga dianggapserakah, karena dengan itu dia tidak memberikesempatan orang lain untuk merealisasikanpotensi dirinya. Oleh karena itu serakahdipandang buruk.

Ngakan Putu Putra lebih lanjut menyatakanbahwa keserakahan sangat dikutuk oleh semuatradisi agama besar, karena keserakahanmencegah kita dari gambaran yang lebih besar,karena menghalangi kita berkomunikasi dengandiri kita sendiri dan dengan Tuhan.Ketamakanlah yang membuat manusiamelakukan dosa, ketamakan yangmenyebabkan kemurkaan; ketamakan yangmengalir nafsu, ketamakan juga yangmenyebabkan hilangnya penilaian yang benar,munculnya penipuan, kebanggaan,kesombongan, dan kedengkian, balas dendam,hilangnya rasa malu, hilangnya kebajikan,kecemasan, dan penghujatan, kikir, keinginanuntuk setiap jenis tindakan yang tidak tepat,kebanggaan karena kelahiran, kebanggaan

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 14: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

24 JURNAL PENJAMINAN MUTU

karena terpelajar, kebanggaan karenakecantikan, kebanggaan kekayaankekayaan,tanpa welas asih untuk semua makhluk,kedengkian terhadap semua ... (ibid).

Di dalam agama Hindu, artha ataukekayaan menjadi salah satu tujuan hidup.Tidak ada pembatasan berapa besar kekayaanitu boleh dicari. Yang ditentukan adalah bahwaartha itu harus dicari dan dipergunakan di jalandharma. Kekayaan bukanlah tujuan padadirinya sendiri, ia adalah untuk tujuankesejahteraan manusia (abhyudaya). Dan inibukanlah tujuan tertinggi. Tujuan tertinggi adalahmoksa, persatuan jiwa dengan Tuhan. Untuktujuan ini kekayaan harus dilepaskan. Mencarikekayaan adalah kewajiban pada tahap kitahidup sebagai perumah tangga (grihasta), dansetelah itu, ketika memasuki tahap hidupwanasrama, tahap hidup melepaskan kehidupanduniawi, kekayaan itu harus dilepaskan.

17. Kedermawanan/Kemurah-hatian(Danam)Nilai karakter yang bermakna

‘kedermawanan’ atau ‘kemurah-hatian’(danam) sebagai unsur ke tujuh belas dapatditemukan dalam Bhagavad Gita 16.1 yangberbunyi: abhayaA sattva sanœhuddhirjñâna yoga vyavasthiti% dânaA damaúhcha yajñaúh cha svâdhyâyas tapa ârjavam’Artinya: ‘Keberanian, kemurnian hati,ketekunan dalam ilmu pengetahuan, dan yoga,kedermawanan, pengendalian indera, yajnaatau pengorbanan, mempelajari pustaka suci,hidup sederhana, kejujuran atau kelurusan hati’.Semua sifat-sifat tersebut muncul pada merekayang lahir dari kesucian (Bhagavad Gita 16.3).Selain itu perihal kedermawanan juga terdapatdalam sloka 10.5; 17.7; 20-22; 18.5, 43).

Ngakan Putu Putra menyatakankedermawanan tidak harus menjadi hak khususorang kaya. Sesungguhnya orang-orang yanghidup sederhana, telah melakukan sifatkedermawanan ini, khususnya untuk lingkungandekatnya, seperti keluarganya misalnya. Sebab

danam juga berarti kemampuan untuk membagikekayaan yang kita miliki kepada orang lain.Umat Hindu yang telah mencerna ajaran inimenjadi orang yang paling murah hati di dunia.Banyak orang Barat yang berbicara tentangkemurah-hatian orang India. Hal ini karenamereka telah diajarkan tentang dana ini.Konsep tentang danam ini adalah ide yangindah, yang berarti ‘saya mempunyai sesuatu’;‘anda memerlukan sesuatu’; maka ini sayaberikan kepada anda’. Seluruhnya dilakukansecara alamiah. Itulah aspek dari konsep danamenjadi bagian dari daivi sampat ‘sifatkedewataan’

18. Berterima Kasih (K[tajñatâ).Nilai karakter yang mengandung makna

‘berterima kasih’ sebagai unsur ke delapanbelas secara tidak langsung berhubungandengan sloka Bhagavad Gita 3.13, yang bunyisbb: yajnasishtasinah santo, mucyante sarva-kilbishaih, bhunjate te tv agham papa ye pacanty atma-karanat’Artinya: ‘Orang-orang yang makan sisa-sisapersembahan dibebaskan dari segala dosa;sedangkan mereka yang memasak makanan(hanya) untuk kepentingan mereka sendiri,maka sesungguhnya mereka memakan dosa’.Sloka ini sesungguhnya mengajarkan orangagar memiliki rasa syukur atau terima kasih(k[tajñatâ). Sebab makanan yang dimakan itusesungguhnya adalah anugerah Tuhan, karenaTuhanlah yang menciptakan makanan.

Ngakan Putu Putra menyatakanmengucapkan terima kasih tidak perlu biayaatau upaya apapun. Yang diperlukan adalahketulusan hati atau sikap lascarya. Tanpa ituucapan terima kasih akan tergelincir jadisekedar mekanis dan basa-basi. Berterimakasih (gratitude) adalah keutamaan yangpenting, karena itu ia dibahas oleh para filsufdan juga diperintahkan oleh agama. SatguruSivaya Subramuniya Swami, pendiri AshramHindu di Hawaii dan pendiri majalah HinduismToday, dalam tulisannya: Two Powers:

Page 15: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

25

menyatakan bahwa ada dua kekuatan, yaitu:Terima Kasih dan Penghargaan, rasa terimakasih adalah kualitas jiwa. Hal ini tidaktergantung pada berapa banyak yang kita miliki.Lawannya adalah tidak tahu berterimakasih, ini adalah kualitas ego eksternal. Ketikakita tinggal di dalam kesadaran jiwa, kitaberterima kasih untuk apa pun yang kita miliki,tidak peduli seberapa kecil atau seberapabanyak. Ketika dalam kesadaran ego, kitatidak pernah berterima kasih atau puas, tidakpeduli berapa banyak yang kita miliki.

Ngakan Putu Putra juga menambahkanbahwa berterima kasih dan menyampaikanpenghargaan adalah kata kunci untuk kehidupanyang lebih baik. Mereka adalah mantra yangdiucapkan untuk melarutkan kebencian, sakithati dan kesedihan, obat yang menyembuhkankeadaan pikiran subjektif, memulihkan rasahormat diri, kepercayaan dan keamanan.Satguru Sivaya Subramaniya mengatakan, rasaterima kasih adalah sadhana, atau praktikspiritual. Rasa terima kasih adalah perasaandalam hati yang tidak dapat ditekan lama ketikadiatasi dengan kenangan yang melimpah darisemua kebaikan yang telah datang ke dalamhidup kita. Karena itulah membiasakanmengucapkan terima kasih dan penghargaanadalah unsur yang dapat membangun karakteryang mulia.

19. Bersih, Murni, Suci (Saucam):Nilai karakter yang bermakna ‘bersih,

murni, dan suci (saucam) sebagai unsur kesembilan belas dapat ditemukan dalamBhagavad Gita 16.3 sebagaimana dinyatakan:teja% kcamâ dh[ti% úaucam adroho nâti-mânitâ bhavanti sampadaA daivîmabhijâtasya bhârata. Artinya: Semangat,vitalitas, pengampunan, ketabahan,kebersihan, bebas dari rasa iri dan semangatuntuk menghormati-sifat-sifat transendental, Oputra Bharata, milik manusia yang dikaruniaidengan sifat kedewataan. Kata saucam juga

terdapat dalam lima sloka Bhagawad Gitalainnya yaitu: 13,7; 16.3, 7; 17.14; 18.42)

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwakata saucam meliputi konsep yang luas,menyangkut kebersihan tubuh, lingkungan,pikiran, perkataan dan perbuatan; bahkan alat-alat yang digunakan untuk memasak danmakan. Saucam atau sauca (kemurnian,kesucian) dicatat oleh Rsi Patanjali dalam YogaSutra (200 SM) sebagai satu dari lima disiplindi bawah Niyama, yang kedua dari delapanlangkah yoga. Saucam terdiri dari dua jenis:bhaya atau eksternal; antara atau internal.Yang pertama dicapai dengan membersihkanbadan dan yang kedua dengan menaklukkanenam musuh di dalam diri seperti nafsu dankeserakahan. Sauca dianggap sebagai salahsatu dari elemen penting dalam menjalani hidupDharma. Pustaka Suci Hindu berkali-kalimenekankan pentingnya sauca. Dalam DaksaSmriti dinyatakan bahwa seseorang harusselalu mencoba mempertahankan sauca dalampekerjaan apa pun. Ia yang tanpa kepatuhanakan kemurnian, semua tindakan dan kerjamenjadi sia-sia. Sauca secara harfiah berartikebersihan juga kemurnian. Kebersihanmengacu kepada yang eksternal, sedangkankemurnian kepada yang internal (sakala danniskala).

Ngakan Putu Putra menambahklan bahwahanya dengan mempraktikkan ajaran dharmaseperti satya, asteya, tapas dll. seseorangmampu mengatasi nafsu dan gairah internallainnya dan mencapai chitta-shuddhi(pemurnian pikiran) yang diperlukan untukmencapai realisasi-Diri. Dan Realisasi-diri iniadalah tujuan akhir dari praktik sauca. Karenaitu sauca merupakan landasan untuk membentukkarakter yang mulia.

20. Tarak, Pantangan Seksual (Brahma-charya):

Nilai karakter yang memiliki makna ‘tarak,pantang seksual’ (brahmacharya) sebagai

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 16: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

26 JURNAL PENJAMINAN MUTU

unsur ke dua puluh dapat ditemukan dalamsloka Bhagavad Gita 17.14 dan juga slokalainnya, sebagaimana dinyatakan: Deva dvijaguru prâjña pûjanamì úaucam ârjavambrahmacaryam ahimìsâ ca úârîramì tapaucyate. Artinya: ‘Pemujaan Tuhan, merekayang lahir dua kali, guru spiritual dan orangbijaksana, kebersihan, kesederhanaan,bertarak (pantang seksual) dan antikekerasandisebut tapa badan. Selain itu brahmacharyajuga disebut dalam sloka Bhagavad Gita 8.11.Ngakan Putu Putra menyatakan bahwabrahmacaryam, ‘tarak’ (pantang seksual),adalah penahanan diri dalam kehidupan fisik.Brahmachari sendiri artinya adalah masabelajar (tentang Tuhan). Tahap pertama dariasrama (empat tahapan hidup). Pada periodeini bertarak atau berpantang melakukanhubungan seksual diwajibkan, karena energiseksual akan disublimasi menjadi ojah (ojas),yang arti literalnya adalah: vitalitas, cahaya,kilau, energi, energi spiritual; cairan seksualyang dikonversi menjadi ojas dalam praktikyoga berkelanjutan. Menurut Weda, seorangyang melakukan pantangan seksual akanmemiliki ketajaman pikiran, kekuatan spiritual,kesehatan dan akan memperoleh ilmu yangmembuat manusia bahagia. Itulah sebabnyasehingga bertarak atau melakukan kehidupanbrahmachari itu dianggap sebagai dasar daripembentukan karakter

21. Menundukkan Nafsu (Vairagya):Nilai karakter yang mengandung makna

‘menundukkan hawa nafsu’ (vairagya) sebagaiunsur ke dua puluh satu dapat dijumpai dalamsloka Bhagavad Gita 6.35 sebagaimanadinyatakan: asamsayam maha-baho manodurnigraham calam; abhyasena tu kaunteyavairagyena ca grhyate Artinya: Tidakdiragukan lagi, O yang bersenjata perkasa,pikiran itu gelisah dan sangat sulit untukdikendalikan, tapi melalui praktik dan renunsiasi,O Putra Kunti, itu dapat dicapai. Selain ituvairagya juga terdapat dalam sloka Bhagavad

Gita 13,8, 18,52 dan tyaga disebut dalamsloka Bhagavad Gita 18.1.

Vairagya sesungguhnya lebih mengacukepada keadaan internal pikiran daripada gayahidup eksternal dan dapat dipraktikkan samabaiknya oleh seorang yang terlibat dalamkehidupan keluarga (rumah tangga) dan karirsama baiknya dengan mereka yang melepaskankeduniawian. Ngakan Putu Putra menyatakanbahwa vairagya bukan berarti penindasan ataumengembangkan penolakan atau kejijikan padaobyek material. Dengan penerapan viveka(diskriminasi atau kebijaksanaan spiritual) untukpengalaman hidup. Melalui vairagya calonspiritual secara bertahap mengembangkan dayatarik yang kuat pada sumber spiritual dalampemenuhan dan kebahagiaan dan semuaketerikatan terbatas jatuh secara alami.Keseimbangan dipertahankan antara keadaanspiritual batin dan kehidupan eksternal atauduniawi seseorang melalui praktik melihatsemua entitas yang terbatas sebagai ekspresiterbatas dari Kesadaran Kosmis atauBrahman yang tunggal. Karena itulah vairagyaini dipandang penting sebagai unsur pembentukkarakter.

22. Kesabaran (Ksantih):Nilai karakter yang bermakna ‘kesabaran

(ksantih) sebagai unsur ke dua puluh duadapat ditemukan dalam sloka Bhagavad Gita13.7 sebagaimana dinyatakan: amânitvam adambhitvam ahimìsâ ksòântirârjavam; âcâryopâsanamì œaucamìsthairyam âtma-vinigrahahò. Artinya‘Kerendahan hati; tidak sombong;antikekerasan; kesabaran; kejujuran;pelayanan kepada guru spiritual; kebersihan;kemantapan; pengendalian diri’. Semua itudinyatakan sebagai pengetahuan (13.11). Selainitu juga ssantih juga disebut dalam sloka2.41dan 18.42.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwa:makna kesabaran itu dekat sekali denganmakna pengampunan. Interpretasi dan praktek

Page 17: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

27

pengampunan Gandhi benar-benar selarasdengan tradisi Hindu dan Jain. Sesungguhnya,perspektif spiritualnya dapat dipahami denganbaik melalui tiga prisma, yaitu: (1)Pengampunan sebagai suatu kebajikan,bersama keutamaan lain seperti dana atauamal. (2) Pengampunan sebagai komponenkekuatan spiritual, dan (3) Pengampunansebagai sarana untuk regenerasi masyarakat.Daftar ‘sifat kedewataan’ dari Bhagawad Gita(16.3) berfungsi sebagai pengingat yang baiktentang keutamaan atau kebajikan untuk orangyang bercita-cita spiritual, dan beberapa daripernyataan Gandhi tentang pengampunandikutip dari Bhagavad Gita dan pustakaMahabharata.

Ngakan Putu Putra juga menguraikanbahwa kesabaran adalah keadaan daya tahandalam situasi sulit, yang bisa berarti tekun ataugigih dalam menghadapi keterlambatan atauprovokasi tanpa bertindak secara negatif,jengkel atau marah; atau menunjukkankesabaran ketika berada di bawah tekanan,terutama ketika menghadapi kesulitan jangkapanjang. Kesabaran adalah tingkat ketahananyang bisa dilakukan dalam menghadapitindakan atau keadaan negatif. Kesabaran jugadigunakan untuk merujuk pada sifat karakteryang teguh. Kesabaran dianggap sebagaikebajikan utama dalam Hindu Dharma(Encyclopaedia Britannica, 2009). Dalamliteratur kuno Hindu, konsep kesabaran disebutjuga dengan kata pariksaha dan beberapa katalainnya seperti sahicGutâ (toleransi), titiksha,sah atau sahanshilta (menderita dengankesabaran) dan beberapa kata lain.

Kesabaran, dalam filsafat Hindu, adalahketahanan (daya tahan) ceria menghadapikondisi yang sulit dan konsekuensi dari tindakanatau perbuatan (karma). Kesabaran jugakemampuan untuk menunggu, bertahanterhadap hal-hal yang berlawanan (dvandva,rwa bhineda) - seperti rasa sakit dan senang,dingin dan panas, kesedihan dan sukacita –dengan tenang, tanpa kecemasan, dan tanpa

keinginan untuk membalas dendam. Dalamhubungan interpersonal, keutamaan kesabaranberarti bahwa jika seseorang menyerang ataumenghina kita tanpa sebab, kita harusmenanggungnya tanpa merasa permusuhan,kemarahan, kebencian atau kecemasan.Karena itu kesabaran menjadi pondasi karakter.

23. Pengampunan (Ksama):Nilai karakter yang mengandung makna

‘pengampunan’ (ksama) sebagai unsur ke duapuluh tiga dapat ditemukan dalam slokaBhagavad Gita 16.3 yang berbunyi: teja%kcamâ dh[ti% úaucam adroho nâti-mânitâbhavanti sampadaA daivîm abhijâtasyabhârata. Artinya: ‘Kekuatan, pengampunan,ketabahan, kebersihan, kebebasan dari rasa iridan semangat untuk menghormati-sifat-sifattransendental, O putra Bharata, milik manusiayang dikaruniai dengan sifat kedewataan’.Selain itu, kata ksama juga disebut dalam sloka10.4.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwapengampunan atau pemaafan adalah prosesyang disengaja dan sukarela di mana korbanmengalami perubahan perasaan dan sikaptentang suatu pelanggaran, melepaskan emosinegatif seperti dendam, dengan peningkatankemampuan untuk mengharapkan pelaku akanbaik-baik saja. Mengampuni dianggap sebagaisalah satu kebajikan utama dalam HinduDharma. Manusia pengampun, mendapatkanwilayah yang banyak dipuja yang ada di duniaBrahma atau di alam moksha. Pengampunanadalah kekuatan yang perkasa; pengampunanadalah pengorbanan; pengampunan adalahpikiran yang tenang. Itulah sebabnya,pengampunan merupakan tonggakpembangunan karakter.

24. Welas Asih (Karuna):Nilai karakter yang mengandung makna

welas asih (karuna) sebagai unsur ke duapuluh empat dapat ditemukan dalam slokaBhagavad Gita 12.13-14 sebagaimana

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 18: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

28 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dinyatakan: advesòtòâ sarva-bhûtânâmìm a i t r a h ò k a r u n ò a e v a c a ;nirmamo nirahañkârahò sama duhòkhas u k h a h ò k s ò a m î .s a n t u s ò t ò a h ò s a t a t a m ì y o g îyatâtmâ dròdòha-niœcayahò mayy arpitamanobuddhir yo mad-bhaktahò sa me priyahò. Artinya: ‘Dia yang tidak membencisemua makhluk, dan berteman baik dan penuhwelas asih terhadap semua, yang bebas dariperasaan “Aku dan milikku”, berpikir samadalam sakit dan senang, sabar. Selalu puas,mantap dalam meditasi, mengendalikan diri,dan memiliki keyakinan kuat, dengan pikirandan kecerdasan tetap pada-Ku, orang yangdemikian berbhakti pada-Ku, maka ia yang Kusayangi.

Ngakan Putu Putra menjelaskan bahwasifat welas asih merupakan komponen kunciyang dalam konteks sosial sebagai altruisme(mementingkan kepentingan orang lain). Dalamhal etika, ekspresinya selama berabad-abaddisebut sebagai Aturan Emas (Golden Rule)yang sering diwujudkan oleh prinsip kasihsayang, sebagaimana ungkapan “lakukankepada orang lain apa yang akan andaharapkan orang lain akan lakukan untuk anda”.Hal ini jelas merupakan perwujudan dari ajaranTat tvam asi.

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwaMahatma Gandhi juga membandingkan welasasih Yesus dengan Sang Buddha. MenurutGandhi welas asih sang Buddha jauh lebih luasdaripada welas asih Yesus. Karena welas asihYesus hanya terbatas pada manusia yangberiman kepadanya. Sedangkan welas asihSang Buddha meliputi semua makhluk, takperduli mereka percaya atau tidak padaDirinya. Ajaran welas asih dalam BhagawadGita dan juga dalam Weda, ditujukan kepadasemua makhluk (sarva bhuta), tidak hanyakepada manusia saja, apalagi manusia denganindentitas agama tertentu saja.

25. Pertemanan (Maitri ):Nilai karakter yang bermakna ‘pertemanan

(maitri) sebagai unsur ke dua puluh limapembentuk karakter dapat ditemukan dalamBhagavad Gita 12.13 sebagaimanadinyatakan: advesòtòâ sarva-bhûtânâmìm a i t r a h ò k a r u n ò a e v a c a ;nirmamo nirahañkârahò sama-duhòkha-sukhahò ksòamî. Artinya: ‘Dia yang tidakmembenci apa dan siapa saja serta bertemanbaik dengan segala makhluk, penuh kasihsayang terhadap semua mahluk, bebas dariperasaan “Aku dan milikku”, berpikir samadalam susah dan senang, sabar’. Semua hal ituyang dimiliki oleh orang seperti itu, adalah orangyang sangat Ku-sayangi (Bhagavad Gita12.14)

Ngakan Putu Putra menyatakan bahwakesetiaan kepada ‘seseorang yang nyata-nyatanya telah mengkhianati amanah yangpernah diberikan publik padanya’ mengandungpotensi bahaya. Bila seandainya politisi Bali inimenjadi pejabat tinggi yang memiliki kekuasaanbesar, mungkin dia akan membebaskan gurunyayang telah mengkhianati amanah publik darisemua kesalahan, karena dalam pandangannyaAnas telah diperlakukan tidak adil, dizolimi.Atau kalau ada teman baiknya yang melakukankorupsi dia akan membelanya.

Tentu saja kita harus tetap setiap kepadateman, sekalipun teman itu kemudianberdasarkan keputusan pengadilan dinyatakansebagai kriminal. Tetapi fungsi seorang temandalam situasi ini adalah memberi penghiburan,dan kalau mungkin mendorongnya mulaimelakukan introspeksi untuk menyadarikekeliruannya. Bukan memberi pem-belaanyang terkesan membabi buta, atau membuat-buat teori konspirasi. Ini hanya akanmembesar-besarkan ego temannya danmembuat dia semakin jauh dari kebenaran dansulit menyesali kesalahannya. Pertemanan tidakhanya menjadi dasar hubungan baik antara

Page 19: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

29

anggota masyarakat, tetapi juga menjadi dasarbagi perkawinan yang langgeng. Itulahsebabnya pertemanan menjadi salah satupondasi pembangunan karakter.

26. Kelemah-lembutan (Mardawam):Nilai karakter yang bermakna

‘kelemahlembutan’ (mardawam) sebagai unsurke dua puluh enam pembentuk karakter dapatditemukan dalam sloka Bhagavad Gita 16.2sebagaimana dinyatakan: ahiAsâ satyamakrodhah tyâga% úântir apaiœunam dayâbhûtecv aloluptvaA mârdavaA hrîracâpalam’. Artinya: ‘Tanpa kekerasan,kebenaran, ketiadaan-kemarahan, renunsiasi,ketenangan, tidak memfitnah, welas asihkepada seluruh makhluk, tidak tamak, memilikikelembutan, memiliki kerendahan hati, tidakkonsisten atau berubah-ubah’. Semuanya ituadalah sifat-sifat dari mereka yang lahir darikesucian (Bhagavad Gita 16.3)

Ngakan Putu Putra mengatakan bahwakelemah-lembutan dianggap sebagai salah satuunsur keutamaan yang membentuk karakter,karena karakter seorang kokoh harus sepertibatu karang, yang akan mampu tetap berdiritegak menghadapi kehidupan yang penuhpersaingan keras. Kelemah-lembutan terlalufeminine, tetapi tidak boleh lupa bahwa manusiamemulai hidup di dunia ini dengan kelemah-lembutan. Manusia lahir dalam keadaan lemahdan tulang-tulangnya masih lembut. Kelemah-lembutan para orang tua, terutama ibu yangmelindungi anak-anaknya, memberi susu,makan, memandikan, mengobati, menggendongmenemani tidur. Kelemah-lembutan itulah yangmemelihara setiap oaring sampai bisa berjalansendiri.

Ngakan Putu Putra menambahkan bahwamelaluyi kelemah-lembutan inilah lahir kualitas-kualitas welas asih, kesabaran, pengampunan,tanpa kekerasan, pertemanan, penghormatanterhadap kehidupan. Tanpa kualitas-kualitas ini,yang sekarang disebut sebagai keutamaan ataukebajikan, manusia bisa menjadi binatang buas

atau teroris yang sangat kejam. Itulah sebabnyakelemah-lembutan menjadi unsur pembentukkarakter.

27. Damai atauTenang (Shanti)Nilai karakter yang bermakna ‘damai’ atau

‘tenang’ sebagai unsur ke dua puluh tujuhpembentuk karakter dalam karya Ngakan PutuPutra dapat ditemukan dalam Bhagavad Gita16.2 sebagaimana dinyatakan: ahiAsâ satyamakrodhah tyâga% úântir apaiœunam dayâbhûtecv aloluptvaA mârdavaA hrîracâpalam’. Artinya ‘tanpa kekerasan,kebenaran, ketiadaan kemarahan, renunsiasi,kedamaian, tidak memfitnah (mengumpat),welas asih kepada makhluk, tidak tamak,kelembutan, kerendahan hati, konsisten atautidak berubah-ubah’. Semua itu adalah sifat-sifat dari mereka yang lahir dari kesucian’(Bhagavad Gita 16.3). Ngakan Putu Putramenulis “Jika kemanusiaan ingin bergerak maju,maka manusia harus berupaya menghidupi,memikirkan, bertindak dan terinspirasi oleh visikemanusiaan yang berkembang menuju duniayang damai dan harmonis.” Demikian dikatakanoleh Dr Martin Luther King, Jr., tokohperjuangan hak-hak sipil warga kulit hitam diAS yang menggunakanm metodeperjuangannya mengikuti metode ahimsa dansatyaraghanya Gandhi.

Selanjutnya Ngakan Putu Putramenyatakan bahwa kedamaian batin (atauketenangan pikiran) adalah suatu keadaan yangmengacu pada suatu keadaan mental danspiritual damai, dengan pengetahuan yang cukupdan pemahaman untuk menjaga diri yang kuatdalam menghadapi perselisihan atau stres.Menjadi “damai” dianggap oleh banyak oranguntuk menjadi homeostasis (suatu kondisikeseimbangan internal yang ideal, di manasemua sistem tubuh bekerja dan berinteraksidalam cara yang tepat untuk memenuhi semuakebutuhan dari tubuh) sehat dan kebalikan daristres atau cemas. Ketenangan pikiran umumnyadikaitkan dengan kebahagiaan.

Membangun Karakter Bangsa Dengan Nilai-nilai Keutamaan Dalam Bhagavad GitaSuatu Kajian Pustaka Atas Karya Ngakan Putu Putra | Diana Dewi Andayani

Page 20: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DENGAN NILAI-NILAI … · 2020. 4. 26. · mengatakan itu adalah takdir yang telah ditetapkan secara sepihak dan sewenang-wenang oleh Tuhan sebelum ia lahir

30 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Demikianlah dua puluh tujuh unsur-unsurkeutamaan yang digali oleh Ngakan Putu Putradalam Bhagavad Gita sebagai unsur-unsuryang menjamin terbentuknya karakter mulia.Dari berbagai literatur sejenis yang dikumpulkantampaknya karya Ngakan Putu Putra inimerupakan karya terbesar. Karena alasan itumaka studi pustakan ini dilakukan.

III. SIMPULANMelalui analisis terhadap beberapa

literature sebagaimana tercatum dalam daftarbacaan (daftar pustaka), dengan memban-dingkan cakupan dan pemaparan dari semuapusataka tersebut, dapat ditarik kesimpulanbahwa dua puluh tujuh nilai keutamaanBhagawad Gita yaitu (1) Kejujuran; (2)Kebenaran; (3) Keberanian; (4)Kepahlawanan; (5) Tahan Uji, (6) Ketabahan;(7) Ketetapan Hati; (8) Hidup Sederhana; (9)Hidup Penuh Semangat; (10) Pengendalian Diri;(11) Kebijaksanaan Yang Mantap; (11) TidakMencari-cari Kesalahan Orang Lain; (12)Rendah hati, Bersahaja; (13) Tanpa-kekerasan;(14) Tidak Membenci; (15) Tidak Marah; (16)Tidak Serakah; (17) Kedermawanan; (18)Berterima Kasih; (19) Kemurnian ataukesucian; (20) Pantang Seksual; (21)Menundukkan Nafsu; (22) Kesabaran; (23)Pengampunan; (24) Welas Asih; (25)Pertemanan; (26) Kelemah-lembutan; (27)Kedamaian, hasil temuan Ngakan Putu Putradalam penelitiannya terhadap Bhagavad Gitadapat memberi jaminan kepada bangsaIndonesia terbentuknya karakter sesuai harapanPemerintah Indonesia untuk menjadi bangsadengan peradaban paling unggul di muka bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Baba, Bhagavan Sri Sathya, 1988. Discourseson the Bhagavad Gita, Andhra Pradesh:Sri Sathya Sai Books and Publication Trust

Darmayasa, 2014. Bhagavad Gîtâ (NyanyianTuhan), Denpasar: Yayasan DharmaSthapana

Donder, I Ketut, 2004. Sisya Sista: PedomanMenjadi Siswa Mulia, Surabaya:Paramita

Donder, I Ketut, 2008. Acharya Sista: Gurudan Dosen yang Bijaksana, Surabaya:Paramita

Krishna, Ananda, 2015. Bhagavad Gîtâ BagiOrang Modern, Jakarta: Gramedia

Maswinara, I Wayan, 1997. SrimadBhagavad Gîtâ, Surabaya: Paramita

Prabhupada, A.C. Bhaktivedanta Swami,1968, The Science of Self-Realization,Mumbai: The Bhaktivedanta Book Trust

Prabhupada, Swami. 1986. Bhagawad GîtâMenurut Aslinya (Bhagavadgita As It Is),Jakarta : Yayasan Bhaktivedanta

Prabhupada, Swami. 1998. Bhagavad GîtâAs It Is, Mumbai: The BhaktivedantaBook Trust

Putra, Ngakan Putu, 2016. MembangunKarakter Dengan KeutamaanBhagavad Gita, Jakarta: Media Hindu

Hoery dan Farih, 2013. MemandirikanGenerasi Emas Indonesia, Info Muria/Edisi XIV/ Mei-Juli 2013: KudusUniversitas Muria Kudus

Prasetyo, Zuhdan K. 2014. Generasi Emas2045 sebagai Fondasi MewujudkanSiklus Peradaban Bangsa MelaluiImplementasi Kurikulum 2013 diSekolah Dasar, Yogyakarta: UniversitasNegeri Yogyakarta [email protected]