membangun usaha pedesaan melalui program …

16
Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 54 MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (Suatu Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah) Surachman Suwardi*) Abstract : The objectives of this study were to analyze the influence partially and simultaneously of capacity bulding activities by Field Extension Workers (FEW/PP), Field Liason Officers (FLO/PMT), and partisipation of Farmers Group Assosiation (Gapoktan) on adoption level on group capacity building program. The study object was a Farmer’s Group Assosiation guided through Rural Agribussines Development Program (RADP/PUAP) in West Java and Central Java Provinces using observation and interview methods. The respondents were 235 farmers chosen by the clusters sampling and disproportionate random sampling. The study was carried out during 2 months beginning from October to November 2010. The data were collected descriptively and verificatively analyzed using the Structural Equation Model (SEM). The results of this study indicated that the first is capacity bulding learning by Agricultural Extension Workers , Field Liason Officers, and member’s partisipation of Farmer’s Group Assosiation influenced significantly partially and simultaneously on adoption level of Farmer’s Group Assosiation on capacity building program ; the second is need a reorientation Capacity Building Design. Keywords : capacity building program, adoption level, RADP/PUAP PENDAHULUAN A. Rozany Nurmanaf (2003) mengklasifikasikan program pengentasan kemiskinan menjadi tiga, pertama Program Pendukung Desa Tertinggal (P2DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) dan Dana Bantuan Operasional Kecamatan. Kedua Program Pembangunan Sektoral, yaitu antara lain Program Penyediaan Prasarana Dasar Pemukiman (Kawasan Kumuh, Perkotaan dan Pemukiman Nelayan), Program Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan Kecil (P4K), Bantuan Kredit Usaha Tani, Bantuan Sarana Produksi dan Bantuan Modal Usaha. Ketiga, Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang terdiri dari Program Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDM-DKE), Operasi Pasar Khusus (OPK) Beras, Bantuan Beasiswa Sekolah, Program Padat Karya dan Program Prakarsa khusus bagi Penganggur Perempuan. Program-program tersebut belum efektif dapat menurunkan angka kemiskinan karena kurang memotivasi *) Staf Balai Besar Penelitian Pertanian Lembang

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 54

MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAMPENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN

(Suatu Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah)

Surachman Suwardi*)

Abstract : The objectives of this study were to analyze the influence partially andsimultaneously of capacity bulding activities by Field Extension Workers (FEW/PP), FieldLiason Officers (FLO/PMT), and partisipation of Farmers Group Assosiation (Gapoktan) onadoption level on group capacity building program.

The study object was a Farmer’s Group Assosiation guided through RuralAgribussines Development Program (RADP/PUAP) in West Java and Central Java Provincesusing observation and interview methods. The respondents were 235 farmers chosen by theclusters sampling and disproportionate random sampling. The study was carried out during2 months beginning from October to November 2010. The data were collected descriptivelyand verificatively analyzed using the Structural Equation Model (SEM).

The results of this study indicated that the first is capacity bulding learning byAgricultural Extension Workers , Field Liason Officers, and member’s partisipation of Farmer’sGroup Assosiation influenced significantly partially and simultaneously on adoption level ofFarmer’s Group Assosiation on capacity building program ; the second is need a reorientationCapacity Building Design.

Keywords : capacity building program, adoption level, RADP/PUAP

PENDAHULUANA. Rozany Nurmanaf (2003)

mengklasifikasikan program pengentasankemiskinan menjadi tiga, pertamaProgram Pendukung Desa Tertinggal(P2DT), Program PengembanganKecamatan (PPK), ProgramPenanggulangan Kemiskinan Perkotaan(P2KP), Program Makanan TambahanAnak Sekolah (PMT-AS) dan DanaBantuan Operasional Kecamatan.Kedua Program Pembangunan Sektoral,yaitu antara lain Program PenyediaanPrasarana Dasar Pemukiman (Kawasan

Kumuh, Perkotaan dan PemukimanNelayan), Program PeningkatanPendapatan Petani/Nelayan Kecil(P4K), Bantuan Kredit Usaha Tani,Bantuan Sarana Produksi dan BantuanModal Usaha. Ketiga, Program JaringPengaman Sosial (JPS) yang terdiri dariProgram Pemberdayaan Daerah dalamMengatasi Dampak Krisis Ekonomi(PDM-DKE), Operasi Pasar Khusus(OPK) Beras, Bantuan BeasiswaSekolah, Program Padat Karya danProgram Prakarsa khusus bagiPenganggur Perempuan.

Program-program tersebut belumefektif dapat menurunkan angkakemiskinan karena kurang memotivasi

*) Staf Balai Besar Penelitian PertanianLembang

Page 2: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201155

partisipasi masyarakat sertadilaksanakan secara parsial (sektoral).Selama kurun waktu 1976 sampai dengan1996 angka kemiskinan menurun dari40,1% menjadi 13%. Namun pada tahun1998 prosentase angka kemiskinankembali meningkat seiring denganterjadinya krisis ekonomi. Pasca krisisekonomi, angka kemiskinan mencapai18,95% (tahun 2000) dan pada tahun 2002turun lagi menjadi 17,60% dan pada tahun2003, 2004, 2005 serta 2006 relatifkonstan, yaitu 17,40%, 16,06%, 15,97%dan 17,75% (R. Julian Nataatmaja, 1999; Pusat Studi Pembangunan IPB, 2002 ;dan BPS, 2006). Sebagian besar rakyatmiskin tersebut tinggal di pedesaan.Mereka sebagian besar berstatus petani(Hamonangan Ritonga, 2006).

Pemerintah perlu melakukanpeninjauan kembali program-programyang ada. Menurut Kosim Sirodjuddin(2003), Abdul Hakam Naja (2006),Isbandi Ruhminto Adi (2005) danBambang Robani (2006) perbaikanprogram pemberdayaan / pembelajaranmasyarakat harus lebih menekankanaspek pemberdayaan, dilaksanakansecara multi disiplin, menciptakan kondisipembelajaran yang lebih kondusif dalamkonteks pemberdayaan masyarakatserta memberikan pengalaman langsungpada masyarakat agar mampu berpikirdalam memecahkan masalahnya.

Sehubungan dengan hal tersebutpada tahun 2008 pemerintah membangunhome base pengentasan kemiskinanyaitu Program Nasional PemberdayaanMasyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).Sejalan dengan program tersebutKementrian Pertanian telah menggagasProgram Pengembangan UsahaAgribisnis Pedesaan (PUAP). Program

ini dilaksanakan di desa-desa yangmemiliki akses rendah terhadap fasilitaspembangunan.

Kehadiran program ini telahmelibatkan berbagai istansi yang terkaitdengan pemberdayaan petani, salahsatunya adalalah Balai Besar PelatihanPertanian (BBPP) Lembang. Tugas-tugas yang diembannya adalahmelaksanakan pelatihan tentangcapacity building. Sejak tahun 2009Balai ini telah melaksanakan pelatihanbagi Gabungan Kelompok Tani(Gapoktan), Penyuluh Pendamping (PP),Penyelia Mitra Tani (PMT), sertaTraining of Trainer (TOT) bagi petugasditingkat kabupaten di propinsi JawaBarat dan Jawa Tengah.Penelitian pada pada alumni pelatihansangat penting karena pertama, apabilaprogram ini berhasil ditumbuhkembang-kan, maka akan memberikan kontribusidalam menurunkan angka kemiskinankarena sasaran PUAP adalah petanimiskin; kedua, program ini merupakanpenyempurnaan program-programsebelumnya yang memiliki metodologipemberdayaan sosial ekonomi petani;ketiga, metodologi yang diterapkan olehPUAP berupa penguatan kapasitas danterbukti berhasil dalam memberdayakanmasyarakat miskin pada tahun-tahunsebelumnya. Melalui metoda yangsejenis, India telah berhasil dalam dalammemberdayakan masyarakat miskin.Keempat, PUAP berlanjut, tidakberbentuk “proyek” sehingga memung-kinkan terbentuknya suatu sistempendidikan masyarakat dalam mencarinafkah. Hal ini sesuai dengan pendapatMangatos Tampubolon (2001) bahwauntuk mencapai keberhasilan dalammengentaskan kemiskinan 1) perlunya

Page 3: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 56

keberlanjutan 2) ada rencana tindak lanjutdan 3) fokus pemberdayaan adalahpendidikan untuk mencari nafkahsehingga memiliki potensi untukmenolong diri sendiri.

Hasil-hasil penelitian yang dilakukanoleh V Puhazhendhi ; KJS Satyasai(2001); MS Kalkur (2001) dan R Das,RN Barman serta P.K Baruah (2001)menyimpulkan bahwa pemberdayaanterhadap masyarakat miskin denganpembelajaran penguatan kapasitaskelompok akan (1) mampu membangunkegiatan kelompok dalam meningkatkankesejahteraan anggotanya, (2) berhasilmenumbuhkembangkan modal sosialanggota kelompok seperti sifat hemat,tekun dalam berusaha, kebiasaanmenabung, menumbuhkan simpanpinjam, rasa percaya diri dan (3) programmampu menumbuhkembangkankesetaraan jender.

Pembelajaran program PUAP,menciptakan wirausahawan-wirausaha-wan. Sifat-sifat wirausahawan yangdimiliki anggota kelompok mendorongberkembangnya usaha-usaha anggota.Sifat kewirausahaan tersebut menurutAdjid (1995) adalah sikap dan mentalproduktif, berani mengambil resiko,kreatif untuk selalu mengembangkandinamika usaha, inovatif untukmengembangkan agribisnis secara efisiendan jiwa kepemimpinan untuk melakukanpembenahan. Sedangkan menurutHawkin dan Van Den Ban (1998) sifat-sifat kewirausahaan adalah kepribadianyang menunjang keberhasilan usahaseperti orientasi ekonomi, mempunyaispirit usaha, semangat kerja yang tinggidan pola konsumsi yang produktif ;kemampuan mengelola uang ;kemampuan yang berhubungan dengan

orang lain ; kemampuan mengatur dankemampuan memasarkan.

Sifat-sifat kewirausahaan padapetani yang dibina Program PUAPadalah sifat pengambil resiko, kerjakeras, keyakinan diri dan inovatif. Sifatkewirausahaan ini telah berhasilmendukung berkembangnya usaha-usaha kelompok. Perserikatan Bangsa-Bangsa ataupun lembaga-lembagainternasional lainnya umumnyamenggunakan istilah capacity building(penguatan kapasitas) untuk berbagaikegiatan. UNDP (1991) mendefinisikanpenguatan kapasitas sebagai upaya untukmemperkuat kebijakan / kerangkahukum, pengembangan kelompok,partisipasi masyarakat (khusus kaumwanita), pengembangan sumber dayamanusia serta penguatan kepemimpinan.Proses yang terkait dengan penguatanini memerlukan waktu yang panjang sertaberkesinambungan.

Program pengentasan kemiskinan diIndia menggunakan istilah ini untukmenumbuhkembangkan kelompok-kelompok swadaya atau afiliasi melaluipembelajaran-pembelajaran kelompok.Program penguatan kapasitas kelompoksecara konseptual merupakan prosespembelajaran kelompok secarapartisipatif yang bertujuan membantupara petani membentuk kelembagaan-nya sebagai wadah belajar dankerjasama untuk memperbaiki taraf hidupdan kesejahteraannya. Melalui pembela-jaran kelompok yang baik akan terbentukkelompok yang aktif, sehat, partisipatifdan bermanfaat bagi anggotanya dalammencapai tujuannya. Sedangkan prosespembelajaran kelompok difasilitasi olehPenyuluh Pertanian dan petugas dariinstansi terkait lainnya dengan

Page 4: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201157

menggunakan modul-modul pembela-jaran.

Program PUAP di Propinsi JawaBarat dan Jawa Tengah , selain menga-lami keberhasilan, juga mengalamikegagalan khususnya dalam menumbuh-kembangkan Gapoktan. Hasil pengama-tan yang dilakukan oleh Tim EvaluasiTingkat Propinsi Jawa Barat dan JawaTengah yang dikoordinasikan oleh BalaiPengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Jawa Barat dan Jawa Tengah (2010)diperoleh gambaran bahwa dinamikaGapoktan masih belum sesuai harapan.Fakta menunjukkan tujuan pembentukanserta pemeliharaan Gapoktan sebagailembaga untuk memperbaiki nasibanggotanya masih perlu bimbingan yangintensif. Kondisi tersebut dipengaruhioleh tingkat fasilitasi pembelajaran olehPenyuluh Pendamping, Penyelia MitraTani, serta peran/keterlibatan anggotaGapoktan dalam melakukan pembela-jaran penguatan kapasitas Gapoktan.

Upaya-upaya pemecahan masalahyang berupa penelitian tentang difusiinovasi program penguatan kapasitaskelompok yang dihadapi Gapoktanmerupakan hal yang strategis, karenapemecahan masalahnya dapat dipertim-bangkan untuk penyempurnaan programPUAP. Selain hal tersebut secara khususapabila masalah ini dapat dipecahkanakan memperjelas aplikasi teori difusiinovasi khususnya inovasi sosial yangterkait dengan pemberdayaan petani..

Berdasarkan latar belakangtersebut, maka dapat diidentifikasimasalah penelitian, yaitu tingkat adopsipetani dalam program penguatankepasitas kelompok dalam mendina-miskan Gapoktan. Banyak faktor yangmempengaruhinya dan dapat dikelom-

pokkan, pertama fasilitasi/penerapanmateri penguatan kapasitas kelompokoleh PP ; kedua fasilitasi/penerapanmateri penguatan kapasitas kelompokoleh PMT ; dan ketiga peran anggota/kolega Gapoktan dalam melaksanakanpembelajaran penguatan kapasitas.

Dari uraian dapat dirumuskanrumusan masalah penelitian, yaitubagaimana pengaruh secara parsial dansimultan antara fasilitasi/penerapanmateri penguatan kapasitas oleh PP,PMT, dan peran anggota/kolegaGapoktan dalam melaksanakan pengua-tan kapasitas kelompok terhadap adopsi/penerapan materi penguatan kapasitas diGapoktan.

Maksud penelitian merujuk pada apayang akan dikerjakan sedangkan tujuanpenelitian merujuk pada apa yang akandicapai oleh maksud penelitian itu. Baikmaksud maupun tujuan penelitianmerujuk pada perumusan masalah.Maksud penelitian adalah menganalisisdan menjelaskan pengaruh secara parsialdan simultan antara fasilitasi/penerapanmateri penguatan kapasitas oleh PP,PMT, dan peran kolega Gapoktan dalammelaksanakan penguatan kapasitaskelompok terhadap adopsi/penerapanmateri penguatan kapasitas di Gapoktan.

Tujuan penelitian untuk mengetahuipengaruh secara parsial dan simultanantara fasilitasi/penerapan materipenguatan kapasitas oleh PP, PMT, danperan anggota/kolega Gapoktan dalammelaksanakan penguatan kapasitaskelompok terhadap adopsi/penerapanmateri penguatan kapasitas di Gapoktan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapatbermanfaat bagi pengembangan ilmupengetahuan tentang difusi inovasi sertadapat mempunyai kegunaan praktis yang

Page 5: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 58

dapat digunakan dalam memecahkanpersoalan yang berkaitan denganpemberdayaan petani denganpendekatan Penguatan KapasitasKelompok..

METODE PENELITIANObjek penelitian adalah Gapoktan

yang dibina melalui Program PUAP diPropinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah ,dengan menggunakan metode observasidan wawancara. Responden penelitianberjumlah 235 petani dipilih melaluicluster sampling dan disproportionaterandom sampling. Penelitian dilakukanselama 2 bulan, yaitu Oktober sampaidengan November 2010. Sedangkan

analisis yang digunakan adalah deskriptifdan verivikatif dengan menggunakanSEM (Structural Equation Modeling).

PEMBAHASAN1. Penerapan Materi Penguatan

Kapasitas di Gapoktan, Fasilitasi/Penerapan Materi PenguatanKapasitas oleh PP, PMT, perananggota/kolega Gapoktan, peranatasan langsung PP, dan Fasilitasioleh alumni TOTTingkat penerapan/fasilitasi/peran

terhadap materi penguatan kapasitaskelompok oleh masing-masing pembinadigambarkan dalam Tabel 1

Tabel 1. Karakteristik Penerapan Materi

No Penerapan/Fasilitasi/Peran Kategori (Rata-Rata)

1. Gapoktan Cukup (33,41 %)

2. PP Cukup (44,28 %)

3. PMT Baik (48,47 %)

4. Kolega Gapoktan Cukup (47,10 %)

5 Atasan PP Fasilitasi (87,78 %)

6. Alumni TOT Cukup (61,74 %)

Adopsi petani terhadap programpenguatan kapasitas kelompokmempunyai tahapan 1) tahap stimulasi,dimana petani menyadari pentingnyapembelajaran penguatan kapasitaskelompok untuk mendinamiskankelompok; tahap 2) tahap menaruh minat,yaitu dimana pembelajaran penguatankapasitas kelompok disesuaikan dengankondisi kelompok; tahap 3) tahaplegitimasi, yaitu inovasi penguatankapasitas kelompok diterima untukditerapkan oleh seluruh petani yangtergabung dalam kelompok; tahap 4)

tahap percobaan, yaitu tahappengambilan keputusan petani untukmencoba menggunakan penguatankapasitas kelompok dalam kelompok dantahap 5) tahap penerapan pengutankapasitas kelompok.

Untuk mengetahui perbedaanadopsi antar cluster sample dalampenelitian, telah dilakukan uji perbedaanrata-rata antara tiga cluster sampledengan uji ANOVA denganmenggunakan program SPSS. Hasil ujibeda sebagaimana disajikan pada Tabel2.

Page 6: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201159

F hitung = 3,792 lebih besar dari F tabel(3,03) , yang berarti terdapatperbedaan yang nyata tingkat adopsipenguatan kapasitas kelompok padacluster sample. Hal tersebut disebabkansetiap anggota kelompok dari clustersample kelompok yang berbedamempunyai tingkat kategori yangberbeda pada variabel tersebut di atas.Fakta ini menunjukkan bahwa pertamasetiap petani memiliki tingkat sosialekonomi yang berbeda satu denganlainnya, kedua adanya perbedaan sosial

budaya antara cluster sample, dan ketigaadanya variasi pembelajaran antarcluster sample. Adanya perbedaanpembelajaran antar cluster samplemenunjukkan adanya variasi kebijakandaerah dalam mendukung programPUAP.

Hasil analisis deskriptif terhadaptingkat penerapan/fasilitasi/peranterhadap materi penguatan kapasitaskelompok oleh masing-masing pembinadigambarkan dalam Tabel 2

Tabel 1. Uji Perbedaan Rata-rata antara Tiga Cluster SampleTabel 1. Uji Perbedaan Rata-rata antara Tiga Cluster SampleSum ofSquares df Mean Square F Sig.BetweenGroups 1.829 2 .915 3.793 .024Within Groups 59.321 246 .241Total 61.151 248

Tabel 2. Karakteristik Penerapan Materi

No Penerapan/Fasilitasi/Peran Kategori (Rata-Rata)

1. Gapoktan Cukup (33,41 %)

2. PP Cukup (44,28 %)

3. PMT Baik (48,47 %)

4. Kolega Gapoktan Cukup (47,10 %)

5 Atasan PP Fasilitasi (87,78 %)

6. Alumni TOT Cukup (61,74 %)

Fakta menunjukkan bahwa tingkatpenerapan program penguatan kapasitaskelompok masih dalam kategori cukup.Kondisi ini menunjukkan bahwapenerapan materi pempelajaran programpenguatan kapasitas kelompok beradapada tahap legitimasi. Pembelajarandilaksanakan melalui bimbingan secara

intensif oleh Penyuluh PendampingKondisi tersebut disebabkan sifat ataukarakteristik inovasi, yaitu materi-materipembelajaran pada program penguatankapasitas kelompok belum sepenuhnyaadaptif, karakteristik sosial ekonomipetani belum optimal, faktor pendukungbelum optimal, serta kebijakan

Page 7: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 60

pemerintah tentang pembelajaranprogram PUAP masih belum optimal

Kinerja ini mengakibatkan tingkatdinamika kelompok pada Gapoktanbelum sesuai harapan. Upaya-upayapeningkatan pembelajaran kelompokperlu dilaksanakan dengan melibatkanseluruh anggota. Selain itu perlureorientasi prinsip-prinsip pember-dayaan. Pemberdayaan terhadap petanidilaksanakan dengan meningkatkankeberfungsian sosial mereka.

Mensejahterakan petani berartimeningkatkan keberfungsian sosialpetani yang meliputi empat faktor, yaitupemenuhan kebutuhan dasar, personal,emosional, dan konsep diri (Du Bois danMilley, 1992). Hasil pengamatanmenunjukkan modul-modul pembelajaranbelum mengakomadasi konsep keber-fungsian sosial.

Peran Penyuluh Pertanian dalammelakukan fasilitasi pembelajaran masihperlu bimbingan. Pembelajaran masyara-kat adalah proses perubahan mental,agar masyarakat mampu menerapkaninovasi dalam mengembangkan potensidirinya. Sebaiknya konsep ExperiencingLearning Cycle dalam mestimulasipembelajaran dapat dilaksanakan secaralengkap. Selain itu intensitas kehadiranPenyuluh Pendamping dalam melaksa-nakan pembelajaran masih perluditingkatkan.

Penyelia Mitra Tani telah berperansesuai fungsinya, namun sebatasmelakukan penguatan kapasitas permo-dalan Bantuan Langsung Masyarakat(BLM) yang selama ini diberikanpemerintah. Untuk masa yang akandatang PMT harus mampu memfasilitasisumber-sumber permodalan, yang

bersumber internal maupun eksternalGapoktan.

Belum optimalnya peran kolegaGapoktan, menunjukkan bahwa pengu-rus belum mampu membangun partisipasiseluruh anggota. Apabila kondisi ini tidaksegera diperbaiki akan mengakibatkankondisi Gapoktan yang tidak sehat.Pengambilan keputusan serta pembe-lajaran berkelompok hanya dilakukanoleh sebagian kecil anggota.

Kebijakan pemerintah daerah dalammendukung program PUAP cukup baik.Hal ini ditunjukkan adanya fasilitasi dariatasan langsung PP. Fasilitasi pemerintahdaerah sebaiknya dapat lebih ditingkat-kan dengan melibatkan seluruhstakeholders serta memfasilitasiprogram PUAP ke dalam sistempembangunan daerah. Selama ini PUAPbagian yang terpisah dari sistempembangunan di daerah. Apabila hal initetap terjadi, program PUAP akandipandang sebagai “proyek” yangbersifat hit and run.

Peran alumni TOT dalammenerapkan materi penguatan kapasitaskelompok kepada petugas lainnya masihperlu ditingkatkan. Upaya-apayamelakukan Bimbingan Lanjutan (Binjut)bagi alumni TOT perlu segeradipertimbangkan

Mencermati karakteristik penerapanmateri penguatan kapasitas kelompok,ada sejumlah action plan yang perludipertimbangkan, pertama reorientasikonsep pemberdayaan denganmensintesakan konsep keberfungsiansosial, kedua reorientasi peran dan tugasunsur pengelola PUAP, serta ketigasinergisme program sejenis.

Page 8: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201161

2. Pengaruh Parsial Fasilitasi/Penerapan Materi oleh PPTingkat penerapan penguatan

kapasitas kelompok oleh petani anggotaGapoktan secara nyata dipengaruhi olehfasilitasi/penerapan materi oleh PPsebesar 18,14 % , yang meliputi dimensia) pra penumbuhan, yaitu tentangpemahaman terhadap peran petugasserta proses penumbuhan Gabungan ; b)penguatan kapasitas kelompok, yaitufasilitasi pembelajaran di Gapoktan ; danc) pra LKM, yaitu fasilitasi pembelajaranSimpan Pinjam.

Fakta menunjukkan bahwa dimensipra penumbuhan dan pra LKM(Lembaga Keuangan Mikro) kurangmemberikan pengaruh terhadap adopsimateri di Gapoktan. Kondisi inidisebabkan, pola pembinaan yangdilakukan oleh Penyuluh Pembina belumutuh berdasarkan tahapan penguatankapasitas kelompok, serta kurangoptimalnya pembelajaran simpan pinjam.

Proses penumbuhan Gapoktandilaksanakan tidak dibawah kendalimanajemen PUAP. Akibatnya motivasipenumbuhan tidak mencerminkan tujuanberkelompok. Selain itu materi SimpanPinjam kurang sederhana, sehingga sulitdimengerti anggota Gapoktan.

Secara keseluruhan pembelajaranoleh PP merupakan hasil akumulasiproses pembelajaran cukupmempengaruhi respon Gapoktanterhadap pengutan kapasitas kelompok.

3. Pengaruh Parsial Fasilitasi/Penerapan Materi oleh PMTTingkat penerapan penguatan

kapasitas kelompok oleh petani anggotaGapoktan secara nyata dipengaruhi olehfasilitasi/penerapan materi oleh PMT

sebesar 16,20 % , yang meliputi dimensia) pra penumbuhan, yaitu tentangpemahaman terhadap peran petugasserta proses penumbuhan Gabungan ; b)penguatan kapasitas kelompok, yaitufasilitasi pembelajaran di Gapoktan ; danc) pra LKM, yaitu fasilitasi pembelajaranSimpan Pinjam.

Fakta menunjukkan bahwa dimensipenguatan kapasitas kelompokmemberikan kontribusi yang tinggiterhadap adopsi materi di Gapoktan.Kondisi ini disebabkan, penguatankapasitas permodalan yang selama inidilaksanakan diperankan oleh PMTdengan baik. Namun PMT belummenunjukkan perannya dalammenstimulasi kegiatan Simpan Pinjam.Untuk masa yang akan datang perlureorientasi tugas PMT sehingga dapatmelakukan penguatan kapsitas kelompoksecara utuh bersama-sama PP.

Secara keseluruhan pembelajaranoleh PMT merupakan hasil akumulasiproses pembelajaran yang dapatmempengaruhi respon Gapoktanterhadap pengutan kapasitas kelompok.

4. Pengaruh Parsial Peran KolegaGapoktanTingkat penerapan penguatan

kapasitas kelompok oleh petani anggotaGapoktan secara nyata dipengaruhi olehperan kolega Gapoktan sebesar 14,85 %.

Fakta menunjukkan bahwaketerlibatan anggota Gapoktan dalammelaksanakan pembelajaran penguatankapasitas kelompok memberikanpengaruh terhadap adopsi materi diGapoktan. Kondisi ini disebabkan,penguatan kapasitas tidak dapatdilaksanakan dengan baik tanpaketerlibatan seluruh anggota.

Page 9: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 62

-

Penguatan kapasitas kelompokadalah proses pembelajaran partisipatifyang bertujuan untuk mencapai tujuankelompok dalam mensejahterakananggotanya. Dengan kemampuan penye-suaian diri anggota dalam sistem sosial,yaitu Gapoktan dapat memperlancarpembelajaran.

Kemampuan penyesuaian dirianggota terhadap lingkungan kelompokmerupakan stimulus yang berpengaruhterhadap pelaksanaan program pengua-tan kapasitas kelompok, semakainmampu menyesuaikan diri akansemakin efektif pembelajaran dikelompok. Untuk lebih mengoptimal-kan lagi pembelajaran kelompok dimasa yang akan datang, t ingkatpenyesuaian diri tersebut perlu lebihditingkatkan lagi.

5. Pengaruh Simultan antara Fasilitasi/Penerapan Materi oleh PP, PMTdan Peran Kolega Gapoktan.Tingkat penerapan penguatan

kapasitas kelompok oleh Gapoktansecara nyata dipengaruhi oleh secarabersama-sama antara fasilitasi/penerapan materi oleh PP, PMT danperan kolega Gapoktan sebesar 49 %.

Kondisi tersebut mencerminkanbahwa variabel-variabel tersebut secarabersama-sama efektif mempengaruhiadopsi responden dalam programpenguatan kapasitas kelompok dan perludipertimbangkan sebagai stimulus dalammerespon keputusan adopsi. Faktamenunjukkan bahwa variabel-variabeltersebut telah membentuk perilaku, yaitukeputusan adopsi yang terdiri dari aspekkognitif, afeksi dan psikomotorik dengankategori cukup.

Tingkat pengaruh simultan darivariabel-variabel tersebut terhadap

tingkat adopsi responden pada programpenguatan kapasitas kelompok padaGapoktan tidak mencapai 100 %,. Halini menunjukkan ada variabel lain di luarpenelitian yang mempengaruhi adopsiresponden pada program penguatankapasitas kelompok.

6. Pola Pengembangan ProgramPUAP.Sejalan dengan prinsip pengem-

bangan usaha produktif pada Gapoktan,yaitu usaha-usaha yang cepat menghasil-kan (quick yielding), maka jenis usahayang tepat adalah adalah agroindustrikecil (off farm).

Menurut Bungaran Saragih (2001),yang dimaksud agroindustri adalahindustri yang mempunyai kaitan denganpertanian. Kaitan itu dapat berbentuksumber input atau output yang diguna-kan di bidang pertanian. Selanjutnyakegiatan agroindustri meliputi 1) industripengolahan hasil pertanian dalam bentukproduksi setengah jadi dan produksiakhir; 2) industri penanganan hasilpertanian dalam bentuk segar; 3) industripengadaan sarana produksi pertanian dan4) industri pengadaan alat-alat pertanian.

Sektor ini merupakan salah satu subsistem penting dalam agribisnis, memilikipotensi untuk mendorong pertumbuhanyang tinggi karena pangsa pasar dan nilaitambah yang relatif besar dalam produksinasional. Selain hal tersebut, sektor inidapat mempercepat transformasistruktur perekonomian dari pertanian keindustri dan dapat menjadi wahana bagiusaha mengatasi kemiskinan karena dayajangkau dan spektrum kegiatannya luasserta dapat diselaraskan denganpelestarian lingkungan.

Sektor ini sangat cocok dikem-bangkan di pedesaan, khususnya dalam

Page 10: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201163

mengentaskan kemiskinan serta leadingsector di pedesaaan karena a) sektorini memiliki pangsa pasar yang besar; b)memiliki pertumbuhan dan nilai tambahyang relatif tinggi; c) memiliki keterkaitanke depan dan ke belakang (forward andbackward linkage) yang cukup besarsehingga mampu menarik pertumbuhanbanyak sektor lain dan d) keragaankegiatan sektor ini tidak memiliki unsur-unsur yang dapat menjadi kendala jikatelah berkembang.

Melalui penguatan kapasitaskelompok pada program PUAP, petanidiberdayakan dalam menumbuhkem-bangkan agroindustri sehinggadiharapkan akan menciptakan iklimusaha yang kondusif dalam membangunsistem partisipatif dalam memperbaikinasibnya. Upaya tersebut dapat

ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitufarming reorganization, small-scaleindustrial modernization dan servicerationalization.

Ditinjau dari tujuan program PUAPserta mempertimbangkan dimensi yangtidak memberikan kontribusi yangsignifikan pada variabel bebas, makamodul pembelajaran perlu dikembangkandari pendekatan pengembangan ekonomisemata dengan mempertimbangkanindikator-indikator keberfungsian sosial.

Dengan mempertimbangkan varia-bel berpengaruh serta dimensi-dimensiyang perlu mendapat perlakuan khusus,maka alur pola penguatan kapasitaskelompok secara sistemik danberkelanjutan sebagaimana disajikanpada Gambar 1.

-

Service Rationalization

PenumbuhanGapoktan secarapartisipatif

Pere

ncan

aan

Part

isip

atif

ReorientasiPemberdayaanBerbasiskeberfungsiansosial

Penguatankapasitas

Gapoktan Pembelajaran yang

adaptif melaluiExperienceLearning Cycle

Pengembangan

Gapoktan

FarmReorganization

Small-scaleIndustrialModernization

Eval

uasi

Seluruh Stakeholders

Gambar 1. Alur Pola Penguatan Kapasitas Kelompok secara Sistemik danBerkelanjutan

Alur tersebut menggambarkanpembinaan secara sistemik denganmemperhatikan pengembangan skalausaha, yang meliputi perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi. Setiap tahapan

tersebut dilaksanakan secara integrasi,yang difasilitasi oleh Pemerintah.Selama ini Program PUAP dilaksanakantanpa integrasi program yang baik denganprogram-program lainnya serta kurang

Page 11: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 64

memperhatikan pengembangankelembagaan petani.

Fase pertama adalah perencanaansecara partisipatif yang melibatkanseluruh stakeholders termasuk client.Proses perencanaan ini dapat difasilitasimelalui Musrenbang (MusyawarahPerencanaan Pembangunan) secaraberjenjang. Pada fase kedua dilakukanpenumbuhan secara partisipatif denganmelibatkan seluruh stakeholders yangmemiliki program sejenis dengan kegiatanyang komplementer dengan ProgramPUAP.

Fase ketiga adalah penguatankapasitas kelompok yang adaptif denganmenggunakan model ELC(Experiencing Learning Cycle) danfase keempat adalah farmreorganization melalui penumbuhan praLKM. Pada fase ini juga dapatdikembangkan skala usaha yang lebihbesar tetapi cepat menghasilkan (quickyielding) yaitu agroindustri.

Pola yang adaptif, sistemik danberkelanjutan memiliki makna bahwapemberdayaan terhadap petani melaluisistem dan terus-menerus. PudjiMulyono (2007) mengemukakan bahwalearning society harus dilakukan secarasistematis yang terdiri dari langkah-langkah pengenalan, perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkaninti kebijakan pembangunan sosialtersebut menurut Aep Rusmana (2002)untuk menciptakan pelayanan sosialdalam civil society. Pola yang sesuai

pada pembelajaran masyarakat ini adalahdengan mengelaborasi model difusiinovasi ke dalam sistem pembelajaranExperiencing Learning Cycle (ELC),baik untuk pembelajaran skala kelompok(mezzo) maupun sistem pemberdayaandi tingkat makro.

Pola yang adaptif sesuai dengankebijakan yang sedang ditempuh olehPemerintah yaitu terbentuknyaparadigma baru sistem pemerintahan,yaitu good governance dan mengikisparadigma lama, yaitu goodgovernment. Terdapat dua formulasiprinsip-prinsip good governancemenurut Edy Topo Ashari dan DesiFernanda (2001), pertama formulasiUNDP bahwa penyelenggaraanpemerintahan yang baik berprinsip padapartisipasi, aturan hukum, transparansi,daya tanggap, berorientasi konsensus,berkeadilan, efektifitas dan efisiensi,akuntabilitas, bervisi strategis dan salingketerkaitan. Kedua formulasiMustopadidjaja yang mengemukakanbahwa penyelenggaraan pemerintahyang baik memiliki prinsip-prinsipdemokrasi dan pemberdayaan,pelayanan, transparansi dan akuntabilitas,partisipasi, kemitraan, desentralisasi sertakonsistensi kebijakan dan kepastianhukum.

Berikut Gambar 2 dan 3 elaborasimodel difusi inovasi ke dalam sistempembelajaran kelompok dan sistempembelajaran masyarakat pada skalamakro.

Page 12: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201165

Tahap pengambilan keputusan adopsi

Evaluasi tujuan danrencana tindak lanjut

Kesimpulan

Mempertukarkanpengalaman

Mengungkapkanpengalaman

Mengalami

Goalclarification

Climate setting

Menciptakansuasanabelajar

Memerankanpetani sebagaisumberpembelajar

Menyepakatitujuanpembelajaran

Evaluasi tujuan danrencana tindak lanjut

Kesimpulan

Mempertukarkanpengalaman

Mengungkapkanpengalaman

Mengalami

Goalclarification

Climate setting

Membuatkebijakan

Melaksanakan

Pelaksanaan Partisipatif

Gambar 2. Elaborasi Model Difusi Inovasi pada Pembelajaran Kelompok sebagaiSintesa Hasil Kajian Empirik dan Pembahasan

Gambar 3. Elaborasi Model Difusi Inovasi pada Pembelajaran Masyarakat sebagaiSintesa Hasil Kajian Empirik dan Pembahasan

Page 13: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 66

Implikasi kedua dengan memberikanperlakuan berdasarkan besarnyakontribusi pengaruh variabel bebasterbesar terhadap tingkat adopsipenguatan kapasitas kelompok diGapoktan . Hasil pengamatanmenunjukkan bahwa pengaruh terbesaradalah pelaksanaan penguatan kapasitaskelompok. Upaya-upaya tersebut dapatditempuh melalui 1) pelaksanaan KursusPenguatan Kapasitas Kelompok yangpesertanya berasal dari perwakilankelompok. Melalui kursus ini diperolehperwakilan dari kelompok yangmemahami materi-materi penguatankapasitas kelompok, dengan demikianakan mempercepat pengambilankeputusan dalam penerapan materi-materi tersebut ; 2) pelaksanaanpelatihan Teknik Pendampingan yangpesertanya Penyuluh Pertanian danPetugas lainnya sebagai mitra. Melaluipelatihan ini diharapkan diperoleh petugaspendamping yang mampu menggunakanalat / sarana / cara yang tepat dalampembelajaran kelompok, dengandemikian akan lebih efektif dalampenyampaian materi pembelajaran ; 3)mengikutsertakan dukungan tokoh-tokohmasyarakat dalam Program PUAPmelalui keikutsertaannya dalampembinaan.

Aplikasi ELC pada pembelajaranmikro dan mezzo, diawali menciptakansuasana belajar dan menyepakati tujuanpembelajaran. Hal ini dimaksudkan agarmasalah yang dihadapi pembelajar dapatdiungkap lebih awal. Dilanjutkan denganpembelajaran berdasarkan pengalamanyang dimiliki pembelajar dan fasilitator.Kegiatan ini diawali dengan proses

mengalami melalui praktek, simulasi, roleplay, magang dan studi banding.Dilanjutkan dengan mengungkapan hasilproses mengalami yang disintesakandengan pengalaman atau kemampuanfasilitator. Pembelajaran diakhiri dengankesimpulan dan penyusunan action plan(rencana tindak lanjut hasilpembelajaran). Optimalisasi adopsiinovasi dapat ditempuh melaluipengulangan-penguulangan prosespembelajaran ini.

Pada tingkat makro terkait denganproses pembelajaran dalam kegiatanprogram di tingkat kabupaten, diawalidengan penyusunan kebijakan yangterkait dengan tujuan pembangunan yangdilaksanakan secara partisipatif yangmelibatkan seluruh stakeholders. Halini dimaksudkan agar masalah yangdihadapi masyarakat dapat diungkap lebihawal, sehingga kebijakan yang dibuattepat. Dilanjutkan dengan pelaksanaanprogram secara terintegrasi (lintassektor) dengan melibatkan instansi-instansi sebagai determinan dalammengentaskan kemiskinan. Dilanjutkandengan mengungkapan hasil prosesmengalami yang disintesakan denganpengalaman atau kemampuan berbagainarasumber yang terdiri dari berbagaidisiplin ilmu yang terkait. Kegiatandiakhiri dengan kesimpulan danpenyusunan action plan (rencana tindaklanjut hasil pelaksanaan program)berdasarkan hasil studi dampak atauaction research. Optimalisasipelaksanaan program dapat ditempuhmelalui pengulangan-penguulanganproses pembelajaran ini dalam sikluswaktu tertentu.

Page 14: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201167

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanHasil analisis dan pembahasannya

diperoleh beberapa kesimpulana) Secara parsial dan simultan antara

fasilitasi/penerapan materipenguatan kapasitas kelompok olehPenyuluh Pendamping, PenyeliaMitra Tani, dan peran kolegaGapoktan berpengaruh secara nyataterhadap adopsi petani anggotaGapoktan pada program penguatankapasitas kelompok.

b) Konstribusi masing-masingpengaruh fasilitasi/penerapan materipenguatan kapasitas kelompok olehPenyuluh Pendamping terhadapadopsi program penguatan kapasitaskelompok sebesar 18,14 %.Pengaruh fasilitasi/penerapan materipenguatan kapasitas kelompok olehPenyelia Mitra Tani terhadap adopsiprogram penguatan kapasitaskelompok sebesar 16,20 % .Pengaruh peran kolega Gapoktanterhadap adopsi program penguatankapasitas kelompok sebesar 14,85%. Tumbuh.Sedangkan pengaruh antara

fasilitasi/penerapan materi penguatankapasitas kelompok oleh PenyuluhPendamping, Penyelia Mitra Tani, danperan kolega Gapoktan berpengaruhsecara nyata terhadap adopsi petanianggota Gapoktan pada programpenguatan kapasitas kelompok sebesar49 %.

Sarana) Model kausalitas yang ditemukan

berdasarkan kajian empirik antarafaktor-faktor yang mempengaruhipenerapan materi penguatan

kapasitas pada Gapoktan yang terdiridari fasilitasi/penerapan materi olehPenyuluh Pendamping, PenyeliaMitra Tani, serta peran anggota/kolega Gapoktan dapat dijadikanmodel awal untuk penelitianlanjutan.

b) Dalam jangka panjang optimalisasipembelajaran di Gapoktanmempertimbangkan dimensiterendah, yaitu pra penumbuhandan pra Lembaga Keuangan Mikropada variabel fasilitasi/penerapanmateri penguatan kapasitaskelompok oleh PenyuluhPendamping dan Penyelia MitraTani, maka model pembelajarandisempurnakan denganmengelaborasi prinsipkeberfungsiansosial , serta andragogi ke dalamsiklus pembelajaran ELC(Experiental Learning Cycle),yaitu pada materi PenumbuhanGapoktan dan Simpan Pinjam.

c) Dalam jangka pendek optimalisasipembelajaran di Gapoktanmempertimbangkan dimensitertinggi , yaitu penguatan kapasitaskelompok memiliki pada variabelvariabel fasilitasi/penerapan materipenguatan kapasitas kelompok olehPenyuluh Pendamping dan PenyeliaMitra Tani, maka pembelajaranpenguatan perlu disempurnakandengan mengelaborasi prinsipkeberfungsian sosial, sertameningkatkan kerjasamapembinaan dengan dinas instansiterkait.

d) Penyusunan pola program PUAPdengan mempertimbangkan tujuanprogram PUAP, serta temuanempiris, dengan mengelaborasi hasilanalisis deskriftif dan verivikatif.

Page 15: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 2011 68

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rusminto. 2005.Kemiskian Multidimensi. JurnalPenelitian Makara Seri SosialHumaniora. Volume 9. Nomor 1.Juni 2005. Universitas Indonesia.Jakarta.

Adjid, DA. 1995. PerananKelembagaan Agribisnis dalamPertumbuhan dan PemerataanEkonomi Pembangunan diPedesaan. Dinamika danPerspektif Penyuluhan Pertaniandan Pembangunan PertanianJangka Panjang Tahap Kedua.Prosiding Lokakarya ; Bogor 4 – 5Juli 1995. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Ashari, Edy Topo dan Desi Fernanda.2001. MembangunKepemerintahan yang Baik.Bahan Ajar Diklatpim III. LembagaAdministrasi Negara RepublikIndonesia.

Balai Penerapan Teknologi PertanianJawa Barat. 2010. PerkembanganPUAP di Propinsi Jawa Barat.BPTP Jawa Barat.

Balai Penerapan Teknologi PertanianJawa Tengah. 2010.Perkembangan PUAP di PropinsiJawa Tengah. BPTP JawaTengah.

Biro Pusat Statistik (BPS). 2006.Tingkat Kemiskinan di IndonesiaTahun 2005 - 2006. Berita ResmiStatistik No. 47 / IX / 1 Sep 2006BPS. bps.go.id. access 25/2/2006.0800.

Du Bois, Brenda and Milley, KarlaKrogsrud. 1992. Social Work :An Empowering Profession.Boston. Allyn and Bacon.

Hawkin, HS., and AW. Van Den Ban.1998. Agricultural Extension.Longman Scientific and Technical.New York. Co-published in TheUnited States with John Willey Inc.

Kalkur, MS. 2001. Empowerment ofWoman through NGO

s : A Case

Study of MYRADA Self-HelpGroups at Chnichal : Project,Gulborga District, Karnaka Stall,India. Indian Journal of AgriculturalEconomics. July – September 2001;56, 3; Pro Quest AgriculturalJournals page 465 Working andImpact at Rural Self-Help Groups.

Muljono Pudji. 2007. Learning Society,Penyuluhan dan PembangunanBangsa. Jurnal Penyuluhan. Maret2007 Volume 3 Nomor 1. ProgramStudi Ilmu PenyuluhanPembangunan, SekolahPascasarjana, Institut PertanianBogor

Naja, Abdul Hakam. 2006. PendidikanBerkualitas dan PembangunanSDM : Solusi Utama MasalahPengangguran dan Kemiskinandi Indonesia. Jurnal Bisnis danEkonomi Politik. Volume 7. Nomor1. November 2006. Institut forDevelopment of Economics andFinance (INDEF). Jakarta.

Nataatmaja, R. Julian. 1999. PerananCamat dalam PenanggulanganKelompok Masyarakat Miskin(KMM) di KecamatanTanjungsari Kabupaten DaerahTingkat II Sumedang. Tesis.Bandung : Program Pascasarnaja,Universitas Padjadjaran.

Nurmanaf, A. Rozany. 2003.Partisipasi Masyarakat Petaniterhadap ProgramPenanggulangan Kemiskinan .

Page 16: MEMBANGUN USAHA PEDESAAN MELALUI PROGRAM …

Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XVI Nomor 27/Februari 201169

Jurnal Analisis KebijakanPertanian. Volume 1. Nomor 2.Juni 2003. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial EkonomiPertanian. Bogor.

Puhazhendhi V, KJS Satyasai. 2001.Economic and SocialEmpowerment at Rural PoorThrough Self-Help Group .Indian Journal of AgriculturalEconomics. July - September 2001;56, 3; Pro Quest AgricultureJournals page 450.

Pusat Studi Pembangunan, LembagaPenelitian IPB. 2002. StudiKemandirian KPK. Bogor : PusatStudi Pembangunan, LembagaPenelitian IPB.

R. Das, R.N Barman and P.K. Baruah.2001. Performance at Self HelpGroups in Sonitpur District atAssam India. Indian Journal ofAgricultural Economic. July -September 2001; 56, 3; Pro QuestAgricultural Journal page 466.

Rusmana, Aep. 2002. ModelPembangunan Sosial dalamMasyarakat Madani . JurnalIlmiah Pekerja Sosial “PekSos”.Volume 1. Nomor 2. November2002. Sekolah TinggiKesejahteraan Sosial. Bandung.

Ritonga, Hamonangan. 2006.Perkembangan IndikatorKemiskinan danKetenagakerjaan Tahun 2004dan Prakiraan Tahun 2005 –2006. Jurnal Bisnis dan EkonomiPolitik. Volume 7. Nomor 1. Januari2006. Institut for Development ofEconomics and Finance (INDEF).Jakarta

Robani, Bambang. 2006. ImplikasiPengembangan Pendidikan LuarSekolah. Jurnal Pendidikan LuarSekolah. Volume 3. Nomor 1.November 2006. Jurusan PendidikanLuar Sekolah. Fakultas IlmuPendidikan. Universitas Pendidikan.Bandung.

Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis.Kumpulan Baru PembangunanEkonomi Berbasis Pertanian. PT.Surveyor Indonesia. Jakarta

Sirodjuddin, Kosim. 2003. MembangunMasyarakat Madani melaluiPendidikan Luar Sekolah. Volume1. Nomor 3. Juni 2003. JurusanPendidikan Luar Sekolah. FakultasIlmu Pendidikan. UniversitasPendidikan. Bandung.

Tampubolon, Joyakin ; Mangatos. 2001.Mengentaskan Kemiskinanmelalui Pendidikan MencariNafkah. Mimbar Sosek. JurusanSosial - Ekonomi Pertanian. Volume14. Nomor 2. Agustus 2001. JurusanIlmu-Ilmu Sosial - Ekonomi. FakultasPertanian. Institut Pertanian Bogor.

UNDP. 1991. Capacity Building. http://en.wikipedia.org/wiki/capacitybuilding. accessed 30/3/08. 02 pm