mendayung di antara karang

32
« MENDAYUNG DI ANTARA KARANG: FLEKSIBILITAS ORGANISASI DAN STRATEGI DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM BISNIS TIPE-TIPE STRATEGI January 12, 2009 by mustamu “Rivals can easily copy your improvements in quality and efficiency. But they shouldn’t be able to copy your strategic positioning what distiguishes your company from all the rest.” Michael A. Porter, 1996. PENGANTAR Strategi perusahaan atau organisasi merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik untuk dicermati. Begitu banyak pendekatan yang dilakukan, mulai dari sangat kuantitatif sampai pada belajar dari pengalaman sukses seseorang atau suatu perusahaan (best practices). Setidaknya, terdapat dua aliran besar yang dijadikan landasan pembahasan strategi perusahaan, yaitu kajian tentang strategi- strategi utama (grand strategies) dan strategi-strategi generik (generic strategies). Strategi utama merupakan seperangkat alternatif strategi perusahaan yang secara umum dijadikan ‘patokan’ dalam menentukan strategi yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Sedangkan strategi generik ada dua, yaitu: Porter’s generic strategies dan Glueck’s generic strategies, nama penulis yang mengintrodusir masing-masing. Tulisan ini pada dasarnya akan memiliki tiga pokok bahasan, yaitu: (1) Strategi Generik Porter, (2) Strategi Generik Glueck, (3) Strategi Utama, dan (4) Efektivitas Industri vs Posisi Kompetitif. STRATEGI GENERIK PORTER Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut juga Porter’s Five Forces) suatu perusahaan, Michael A. Porter mengintrodusir 3 jenis strategi generik, yaitu:

Upload: surya-dhinata

Post on 24-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mendayung Di Antara Karang

« MENDAYUNG DI ANTARA KARANG: FLEKSIBILITAS ORGANISASI DAN STRATEGI DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM   BISNIS

TIPE-TIPE STRATEGI

January 12, 2009 by mustamu

“Rivals can easily copy your improvements in quality and efficiency.

But they shouldn’t be able to copy your strategic positioning –

what distiguishes your company from all the rest.”

Michael A. Porter, 1996.PENGANTAR

Strategi perusahaan atau organisasi merupakan suatu wilayah kajian yang selalu menarik

untuk dicermati. Begitu banyak pendekatan yang dilakukan, mulai dari sangat kuantitatif sampai

pada belajar dari pengalaman sukses seseorang atau suatu perusahaan (best practices).

Setidaknya, terdapat dua aliran besar yang dijadikan landasan pembahasan strategi perusahaan,

yaitu kajian tentang strategi-strategi utama (grand strategies) dan strategi-strategi generik

(generic strategies). Strategi utama merupakan seperangkat alternatif strategi perusahaan yang

secara umum dijadikan ‘patokan’ dalam menentukan strategi yang akan diambil oleh suatu

perusahaan. Sedangkan strategi generik ada dua, yaitu: Porter’s generic strategies dan Glueck’s

generic strategies, nama penulis yang mengintrodusir masing-masing.

Tulisan ini pada dasarnya akan memiliki tiga pokok bahasan, yaitu: (1) Strategi Generik Porter,

(2) Strategi Generik Glueck, (3) Strategi Utama, dan (4) Efektivitas Industri vs Posisi

Kompetitif.

STRATEGI GENERIK PORTER

Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut

juga Porter’s Five Forces) suatu perusahaan, Michael A. Porter mengintrodusir 3 jenis strategi

generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan

Produk (Differentiation), dan Focus. (Lihat Gambar 1).

Page 2: Mendayung Di Antara Karang

Porter Generic Strategies

1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership)

Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk

standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang

maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh

pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan.

Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang

termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak (terlalu) peduli

terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat

sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan.

Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu

bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin

pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang

tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan

biaya. Sumber dari keefektifan biaya (cost effectiveness) ini bervariasi. Termasuk di dalamnya

adalah pemanfaatan skala ekonomi (economies of scale), investasi dalam teknologi yang

terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam internal organisasi, dampak kurva pembelajaran

dan pengalaman (learning and experience curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang baik

terhadap bahan baku atau saluran distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama pelaksanaan strategi

integrasi ke hulu (backward integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping

(horizontal integration) adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya

Page 3: Mendayung Di Antara Karang

rendah ini. Biasanya strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi. (Lihat David,

1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).

Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu

memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini

hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya

perusahaan, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses (process engineering),

pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan

dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki: kemampuan mengendalikan biaya dengan

ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis

hasil). (Umar, 1999).

2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation)

Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup

menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang

atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik minat sebesar-

besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar,

tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara

nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai

kemudahan pemeliharaan, featurestambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya

yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa

ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam

pengambilan keputusannya (price insensitive).

Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak

memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk standar yang

beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika kompetitor/pesaing dapat

melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan strategi ini secara tepat adalah pada

produk barang yang bersifat tahan lama (durable) dan sulit ditiru oleh pesaing.

Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan

produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen. Jika hal ini terjadi,

maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan sangat mudah

merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis ini, kekuatan departemen Penelitian dan

Pengembangan sangatlah berperan.

Pada umumnya strategi biaya rendah dan pembedaan produk diterapkan perusahaan

dalam rangka mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnya

Page 4: Mendayung Di Antara Karang

pada semua pasar. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997;

Porter, 1980 dan 1985).

Secara umum, terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan

memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini, yaitu: bidang sumber daya (resources) dan bidang

organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan

kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan bakat,

perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi, dan

ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk

melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang

berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang obyektif. (Umar,

1999)

3. Strategi Fokus (focus)

Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen

pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang

jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak

dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama pada perusahaan skala menengah dan

besar –, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi

biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh

pemasok “niche market” (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai

ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk — barang dan jasa — khusus.

Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market size),

terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam

rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut).

Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu

yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi

ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis

tertentu, atau produk — barang atau jasa — tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

konsumen secara baik,excellent delivery. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997;

Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).

STRATEGI GENERIK GLUECK

Glueck meyakini bahwa strategi perusahaan pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam

empat strategi generik, yaitu: strategi stabilitas (stability), ekspansi (expansion),

penciutan (retrenchment), dan kombinasi (combination) dari ketiganya. (Umar, 1999).

Page 5: Mendayung Di Antara Karang

1. Strategi Stabilitas (stability)

Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-

fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka

meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini relatif rendah resiko dan biasanya dilakukan

untuk produk yang tengah berada pada posisi matang/dewasa (maturity).

2. Strategi Ekspansi (expansion)

Strategi ekspansi menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan fungsi

dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang ingin

diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil.

3. Strategi Penciutan (retrenchment)

Strategi penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas pasar maupun fungsi-

fungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan (cash-flow) negatif. Biasanya strategi

ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada tahap menurun (decline).

4. Strategi Kombinasi (combination)

Oleh karena berbagai perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam (dan bahkan

terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan suatu

perusahaan seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka perusahaan

tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara bersama.

STRATEGI UTAMA

Secara garis besar, terdapat 4 kelompok strategi utama dengan 14 tipe turunannya.

Keempatbelas tipe strategi tersebut adalah sebagai berikut (Lihat David, 1998; Porter 1980 dan

1985):

1. Integration Strategies

Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward, dan horizontal seringkali disebut sebagai strategi-

strategi vertical integration. Namun, tidak jarang yang memaksudkan integrasi vertikal sebagai

hanya integrasi forward dan backward saja.

a. Forward Integration

Integrasi ke hilir melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan (saham perusahaan)

lebih besar atau meningkatkan kontrol terhadap para distributor dan peritel. Salah satu

bentuk/cara efektif untuk melakukan strategi ini adalah waralaba (franchising). Begitu banyak

perusahaan berminat di bidang ini sebagai upaya untuk mendistribusikan produknya (barang

maupun jasa). Salah satu alasan terbesar hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa

Page 6: Mendayung Di Antara Karang

model ini sebetulnya merupakan upaya untuk membagi biaya dan peluang kepada banyak

pihak. Perhatikan gejala bermunculannya factory outlet yang merupakan salah satu bentuk

strategi ini. Contoh lain adalah perusahaan farmasi Kimia Farma dengan Apotik Kimia

Farma-nya dan perusahaan sepatu BATA dengan toko BATA-nya. Perhatikan pula Coca Cola

dengan perusahaan pembotolan di berbagai negara serta keputusan untuk membeli

perusahaan fastfood.

b. Backward Integration

Integrasi ke hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau

meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan karena baik produsen

maupun peritel selalu membeli bahan baku dari perusahaan pemasok. Strategi ini menjadi

menarik terutama ketika perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata tidak dapat

diandalkan (unreliable), terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

Langkah ini dapat disebut sebagai upaya “mengamankan” jalur pasokan perusahaan terhadap

kebutuhan dalam rangka proses produksinya. Contoh yang menarik adalah Harian Jawa Pos

yang mendirikan pabrik kertas untuk menjamin ketersediaan pasokan kebutuhan bahan

bakunya. Perhatikan pula Gudang garam yang memiliki pabrik kertas rokok di Afrika.

Namun demikian, perlu pula dicermati munculnya kecenderungan bahwa berbagai industri

besar mulai melakukan aktivitas de-integrasi (deintegration), yaitu melepas berbagai aktivitas

yang “seharusnya” menjadi bagian dari aktivitas perusahaan pemasok. Tidak tertutup

kemungkinan, sampai pada level tertentu, ternyata perusahaan menemukan bahwa integrasi ke

hulu bukan lagi solusi tepat untuk unggul dalam persaingan, karena menjadi semakin

membebani keuangan perusahaan. Oleh karenanya, kecenderungan perusahaan untuk

melakukan outsourcingkemudian menjadi berkembang pesat. Perhatikan kebijakan

Sampoerna ketika melakukan outsourcing produksi rokok kretek tangan kepada berbagai

koperasi di Jawa Tengah.

c. Horizontal Integration

Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam bentuk membeli

atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing. Salah satu kecenderungan paling

signifikan dalam kompetisi perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya untuk melakukan

integrasi ke samping sebagai suatu strategi pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan

pengambilalihan perusahaan yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala

ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer sumber daya dan

kompetensi perusahaan. Dalam artikelnya, Kenneth Davidson (Davidson, 1987) mengungkap

Page 7: Mendayung Di Antara Karang

bahwa merjer di antara perusahaan yang tidak bergerak di bidang yang sama merupakan suatu

kesalahan. Tetapi merjer yang terjadi pada perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct

competitors) memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar menjadi lebih

efektif, efisien, dan kompetitif. Contoh pelaksanaan strategi integrasi horisontal adalah ketika

toko obat Guardian membeli Shop-in atau Indofood membeli SuperMie, dan ketika beberapa

bank membentuk Bank Mandiri.

2. Intensive Strategies

Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan berbagai upaya

yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada.

Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:

a. Market Penetration

Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau

layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini melalui upaya-upaya pemasaran

yang lebih besar. Strategi ini umum diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi

dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar adalah meningkatan jumlah tenaga

penjualan, peningkatan pembelanjaan iklan, penawaran barang-barang promosi secara

ekstensif (besar-besaran), atau peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan

promosi yang intensif dari A-Mild Sampoerna dan berbagai perusahaan rokok lainnya

merupakan contoh yang menarik. Demikian juga dengan upaya McDonald untuk memberikan

berbagai cinderamata menarik maupun beberapa pabrik farmasi yang meningkatkan

jumlah detailer obat-nya.

b. Market Development

Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk atau layanan

yang ada saat ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi dan iklim

perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk strategi ini. Hal ini dibutuhkan

karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada suatu pasar tertentu menyebabkan

pengalihan perhatian kepada pasar yang baru merupakan solusi agar perusahaan tidak

tersingkir dari arena bisnisnya.

Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah tertentu masuknya pemain

baru yang besar akan menimbulkan pergesaranequilibrium persaingan bisnis yang ada. Oleh

karenanya, tidak jarang para pemain besar akan mengalami tantangan dari para pemain lokal

sehingga terpaksa harus melakukan berbagai konsesi yang dapat diterima. Berbagai

perusahaan ritel yang bergerak pada skala grosir dan hypermarket, sering mengalami

Page 8: Mendayung Di Antara Karang

tantangan tersebut. Makro, Alfa, Holland Bakery, Matahari dan berbagai perusahaan lainnya,

membuka gerai baru di berbagai lokasi merupakan contoh penerapan strategi ini.

c. Product Development

Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan penjualan melalui perbaikan atau

modifikasi produk atau layanan yang ada saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk

tercermin pada biaya penelitan dan pengembangan (Research and Development) yang besar.

Beberapa industri yang sangat didominasi oleh aktivitas R&D adalah otomotif, komputer, dan

farmasi. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap keterlambatan untuk meluncurkan

sesuatu yang baru akan berarti perusahaan tersebut berpeluang kehilangan posisi

kompetitifnya. Dan oleh karenanya, aktivitas R&D menjadi tidak pernah berhenti untuk

menghasilkan suatu perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement). Rinso dengan

berbagai variannya serta Pepsodent dengan berbagai variannya merupakan contoh dari strategi

ini. Juga munculnya berbagai features baru pada produk Handphone, komputer, dan

perusahaan jasa seperti Telkom dengan Telkom Memo-nya merupakan contoh yang menarik.

3. Diversification Strategies

Dari waktu ke waktu semakin sedikit perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha, justru

karena kompleksitas persoalan yang dimunculkan oleh strategi ini. Suatu kelompok usaha yang

bergerak pada sektor yang beragam tentunya sangatlah sulit dikelola. Pada dekade 1960-an dan

1970-an, strategi diversifikasi menjadi populer karena setiap perusahaan berusaha semaksimal

mungkin agar tidak tergantung hanya pada satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran

tersebut mulai surut sejak dekade 1980-an. Pada prinsipnya kecenderungan baru tersebut

dimotori oleh keinginan untuk menjadi lebih baik dan tidak bergerak terlalu jauh dari basis

kompetensi utama (core competence) setiap perusahaan.

Namun demikian, hal tersebut bukan berarti strategi diversifikasi sudah benar-benar hilang.

Masih cukup banyak pula perusahaan yang berhasil dengan strategi ini, terutama bagi

perusahaan yang bergerak di wilayah bisnis yang mengalami kecenderungan menurun (decline),

seperti ketika Philip Morris, sebuah produsen rokok membeli Kraft General Food, sebuah

perusahaan makanan dalam kelompok Nestle. Hal ini dilakukan karena konsumsi rokok semakin

menurun akibat peningkatan kesadaaran konsumen atas kesehatan dan bahaya rokok.

a. Concentric Diversification

Diversifikasi terkonsentrasi merupakan suatu strategi yang menghasilkan produk atau layanan

baru tetapi berhubungan/terkait dengan yang telah ada. Contoh dari strategi ini adalah Harian

Kompas yang memunculkan berbagai suratkabar, tabloid, dan majalah baru.

Page 9: Mendayung Di Antara Karang

b. Horizontal Diversification

Jika suatu perusahaan menerapkan strategi yang menambah produk atau layanan baru yang

tidak berhubungan/terkait dengan yang telah ada, tetapi ditujukan kepada pasar/ konsumen

yang telah ada disebut sebagai diversifikasi horizontal. Perhatikan Garuda Indonesia Airways

yang memiliki beberapa jaringan hotel di Indonesia.

c. Conglomerate Diversification

Ketika suatu perusahaan menambah suatu produk atau layanan baru yang tidak terkait/

berhubungan dengan yang sekarang ada, maka strategi tersebut disebut sebagai diversifikasi

konglomerat. Pada beberapa kasus terjadi bahwa strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan melalui aktivitas memecah perusahaan yang telah dibeli atau

menjual kembali salah satu atau lebih devisinya. Ketika Lippobank memutuskan untuk

bergerak di sektor properti atau ketika Bimantara memasuki sektor televisi merupakan dua

contoh strategi konglomerasi. Demikian pula Maspion dengan Maspion Bank-nya.

1.       STRATEGI DIVERSIFIKASI (DIVERSIFICATION STRATEGY) Ada  3  bentuk  strategi  diversifikasi  yakni  :  strategi  diversifikasi  konsentris,  horizontal,  dan konglomerat. 

a.  Strategi Diversifikasi Konsentris (Concentric Diversification Strategy)Dijalankan dengan menambah produk baru yang masih terkait dengan produk yang ada saat ini baik keterkaitan dalam kesamaan teknologi, pemanfaatan fasilitas bersama, ataupun jaringan  pemasaran  yang  sama.  Pedoman  keberhasilan  strategi  diversifikasi  konsentris adalah :

-          Bersaing dalam industri yang tidak atau rendah pertumbuhannya-          Adanya produk baru yang terkait dengan produk yang ada saat ini dapat menaikkan

penjualan produk yang ada-          Produk baru ditawarkan pada harga yang kompetitif-          Produk yang ada saat ini berada pada tahap penurunan dalam daur hidup produk Memiliki

tim manajemen yang kuat.

Contoh diversifikasi konsentris (Concentric Diversification Strategy) :-          Perusahaan  mobil  seperti  Suzuki  dan  Honda  juga memproduksi sepeda motor.-          Kelompok  usaha  Kompas  Gramedia  masuk  ke  bisnis penerbitan  (Elexmedia 

Komputindo),  toko  buku (Gramedia) dan penyiaran (Radio Sonora dan TV7).-           

b.  Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy)Strategi  diversifikasi  horizontal  adalah  strategi  menambah  atau  menciptakan  produk baru yang tidak terkait dengan produk saat ini kepada pelanggan saat ini. Dasarnya adalah, bahwa perusahaan sudah sangat familiar dengan pelanggannya saat ini dan pelanggan saat ini  sangat  loyal  dengan  merk/brand  perusahaan.  Pedoman  yang  akan  menjamin keberhasilan strategi diversifikasi horizontal adalah :

-          Tambahan produk baru akan meningkatkan revenue secara signifikan.

Page 10: Mendayung Di Antara Karang

-          Tingkat kompetisi yang tajam dalam industri yang tidak tumbuh, margin dan return rendah.-          Saluran distribusi yang ada saat ini dapat dimanfaatkan.

Contoh diversifikasi horizontal (Horizontal Diversification Strategy) :-          PT.  Garuda  Indonesia  Airways  memiliki  jaringan  hotel  di Indonesia yaitu PT.

Aerowisata.-          Kelompok  Usaha  Kompas  membuka  bisnis  jasa konsultansi perjalanan (travel biro)

yang khusus ditujukan bagi  pelanggan  Koran  dan  Majalah  Kelompok  Kompas – Gramedia.

c.  Strategi Diversifikasi Konglomerasi (Conglomerate Diversification Strategy)Penambahan produk baru dan dipasarkan pada pasar baru yang tak terkait dengan yang ada  saat  ini.  Ide  dasar  strategi  ini  terutama  pertimbangan  profit.  Untuk  menjamin  strategi diversifikasi konglomerasi efektif, ada beberapa pedoman yang perlu diikuti, yakni:

-          Terjadi penurunan penjualan dan profit.-          Kemampuan manajerial dan modal untuk berkompetisi dalam industri baru-          Tercipta  sinergi  financial  antara  perusahaan  yang  diakuisisi  dengan  yang

mengakuisisi pasar bagi produk saat ini sudah jenuh.-          Ada  peluang  untuk  membeli  atau  memperoleh  bisnis  baru  yang  tak  terkait yang

memiliki peluang investasi yang menarik.-          Jika ada tindakan antitrust atas bisnis yang terkonsentrasi pada bisnis tunggal.

Contoh diversifikasi konglomerasi (Conglomerate Diversification Strategy) :-          PT.  Bank  Lippo,  Tbk  sebagai  cikal  bakal  Group  Lippo memutuskan  untuk  bergerak 

di  sektor  properti  seperti Lippo Karawaci, Lippo Cikarang, dan Lippo Development.-          PT.  Maspion  Indonesia  memiliki  PT.  Bank  Maspion Indonesia,  Maspion  Securities, 

dan  Maspion  Money Changer. at 10:23 PM 

4. Defensive Strategies

Pada prinsipnya, strategi defensif ditujukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari

semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit (terkadang

tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi defensif seringpula dikenal sebagai survival

strategy, yang cenderung terjadi dalam suasana krisis ekonomi.

a. Joint Venture

Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer. Strategi ini muncul

ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu kerjasama atau konsorsium dalam rangka

memanfaatkan peluang yang ada secara bersama-sama. Strategi ini masuk dalam kategori

strategi defensif karena perusahaan yang melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/

mengambil resiko sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud melakukan kerjasama

tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan tujuan menjalankan kerjasama yang

Page 11: Mendayung Di Antara Karang

dimaksud. JV bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi,

kesepakatan linsensi, kesepakatan produksi, juga upaya untuk mengajukan penawaran

bersama agar dapat memenangkan suatu tender.

JV dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena kemampuannya untuk

meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk melakukan operasi secara global, serta

untuk menurunkan resiko. Bahkan kesepakatan kerjasama antar perusahaan yang sedang

bersaing secara langsung juga terjadi. Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan

jembatan untuk mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik itu

teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi.

Strategi ini begitu populer di kelompok industri yang bersifat padat modal (intensive capital)

dan penuh resiko, seperti industri farmasi dan komputer. Berbagai kisah di balik strategi

Microsoft memasuki pasar Cina merupakan contoh penerapan strategi JV. Di bidang media

adalah hadirnya Harian Surya di Surabaya sebagai hasil JV antara Kompas dan Pos Kota.

b. Retrenchment

Strategi penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali melalui reduksi biaya

dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan penjualan dan laba perusahaan. Strategi

ini terkadang dikenal sebagai strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan dari strategi

ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan (distinctive competences) yang

dimiliki perusahaan. Pada masa strategi ini dijalankan, operasi perusahaan berjalan dengan

sumber daya (terutama dana) yang terbatas dan akan berada pada kondisi penuh tekanan dari

berbagai pihak seperti pemilik saham, pegawai, dan media.

Strategi penciutan dapat berbentuk penjualan aset untuk memperoleh dana tunai,

pemangkasan lini produk (product line), menutup bisnis yang kurang menguntungkan atau

yang tidak termasuk core competence perusahaan, otomasi proses, pengurangan jumlah

pegawai, dan penerapan sistem kontrol pengeluaran biaya. Pengurangan kapasitas produksi

berbagai perusahaan selama krisis moneter di Indonesia dapat diangkat sebagai contoh.

Demikian pula dengan kebijakan PHK maupun pemulangan tenaga kerja asing demi menjaga

keberlangsungan bisnis selama krisis.

Yang perlu diperhatikan adalah keputusan untuk membangkrutkan diri bisa juga hadir sebagai

salah satu bentuk penerapan strategi penciutan ini. Oleh karenanya perlu dicermati hubungan

antar perusahaan dalam satu kelompok usaha dan kesehatan keuangan keseluruhan kelompok

usaha tersebut dalam kaitan dengan strategi pembangkrutan diri ini.

c. Divestiture

Page 12: Mendayung Di Antara Karang

Menjual sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan disebut sebagai strategi

divestasi. Seringkali strategi divestasi dilakukan dalam rangka memperoleh dana segar bagi

kepentingan investasi atau akuisisi strategik lebih lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif.

Divestasi bisa pula merupakan bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk

membersihkan/menyingkirkan berbagai bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan

terlalu banyak modal, atau bagian yang tidak sepenuhnya sesuai dengan aktivitas perusahaan.

Strategi divestasi menjadi populer ketika perusahaan berupaya untuk kembali dalam core

competence-nya serta mengurangi komleksitas diversifikasinya agar lebih terkelola dengan

baik. Keputusan PT HM Sampoerna untuk melepas berbagai bisnisnya seperti perbankan,

properti, dan transportasi (dalam rangka kembali ke inti usahanya, rokok) sebelum krisis

melanda Indonesia merupakan suatu contoh strategi ini.

d. Liquidation

Strategi likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan penjualan seluruh asetnya

secara bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai. Likuidasi biasanya dipahami sebagai

pengakuan atas kekalahan dan cenderung — secara emosional — sulit dijalani. Namun

demikian, bisa dimengerti bahwa lebih baik menghentikan operasi daripada mengalami

kerugian yang lebih besar. Likuidasi berbagai bank di Indonesia merupakan contoh.

e. Combination

Strategi kombinasi adalah perpaduan antara dua atau lebih strategi yang dijalankan secara

simultan. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa strategi kombinasi harus dioperasikan

secara sangat hati-hati karena jika terlalu dalam dalam membawa resiko yang lebih besar. Tidak

ada perusahaan yang dapat menerapkan semua strategi secara bersamaan meskipun semuanya

ditujukan utnuk memberikan keuntungan pada perusahaan. Oleh karenanya, di tengah sulitnya

penentuan yang diambil, skala prioritas yang baik dan tepat perlu dibangun. Hal ini dibutuhkan

karena sumber daya yang dimiliki perusahaan tentunya memiliki keterbatasan tertentu. Prioritas

sangat dibutuhkan, karena dalam penerapan strategi kombinasi akan berarti pula terjadinya

penyebaran sumber daya dan kemampuan yang mungkin akan terbaca oleh kompetitor sehingga

mereka dapat mengambil langkah-langkah yang justru membahayakan posisi perusahaan.

Dalam suatu perusahaan yang sangat terdiversifikasi, strategi kombinasi seringkali diterapkan

ketika divisi-divisi yang ada menerapkan strategi berbeda. Demikian juga perusahaan yang

sedang berusaha untuk mempertahankan operasinya (struggle for survival) biasanya

menerapkan strategi kombinasi dari beberapa strategi defensif secara simultan.

Page 13: Mendayung Di Antara Karang

Merger dan Leveraged Buyouts (LBO)

Akuisisi dan merjer merupakan dua cara yang secara umum digunakan untuk menjalankan

strategi. Suatu akuisisi terjadi ketika sebuah perusahaan besar membeli suatu perusahaan yang

(biasanya) lebih kecil. Suatu merjer adalah tindakan ketika dua buah atau lebih perusahaan yang

relatif berukuran sama menyatukan diri dan membentuk perusahaan baru. Ketika akuisisi atau

merjer tidak diharapkan kedua belah pihak, maka tindakan tersebut disebut sebagai

pengambilalihan (takeover) atau pengambilalihan paksa (hostile takeover).

Berbagai tindakan merjer, akuisisi, dan pengambilalihan sering pula dijalankan sebagai

strategi untuk menjadi yang paling besar dan tangguh. Langkah ini banyak dilakukan di berbagai

industri seperti perbankan, asuransi, pertahanan, kesehatan, farmasi, makanan, penerbangan,

penerbitan, komputer, ritel, keuangan, bioteknologi, dan sebagainya. Beberapa alasan tentang

perlunya merjer adalah: untuk memperbaiki kapasitas utilisasi; untuk memaksimalkan

pemanfaatan kekuatan penjualan; mengurangi staf manajerial; memperoleh skala ekonomi

(economies of scale); untuk memperkecil pengaruhtrend musiman dalam penjualan; untuk

memperoleh akses baru kepada pemasok, distributor, kastemer, produk, dan kreditor; untuk

memperoleh teknologi baru; dan untuk strategi pembayaran pajak.

Sementara itu, LBO adalah suatu keadaan di mana para seluruh saham perusahaan dibeli oleh

pihak manajemen perusahaan atau oleh investor lain dengan memanfaatkan dana pinjaman.

Selain untuk menghindari pengambilalihan paksa, tindakan ini dilakukan karena berbagai

keputusan manajemen unit usaha tertentu tidak sesuai dengan keseluruhan strategi korporasi atau

unit tersebut hendak dijual untuk memperoleh dana tunai, atau unit bisnis tersebut sedang

memperoleh tawaran harga yang atraktif. Sebuah LBO mengubah perusahaan menjadi pribadi

(private, tidak publik). Pada saat ini aktivitas LBO menjadi bisnis yang menarik karena

perusahaan yang telah dibeli tersebut (biasanya setelah disehatkan) dapat dijual kembali bagian

per bagian untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, bahkan terkadang dengan harga

premium. Bank yang bergerak di sektor ini biasa disebut sebagaimerchant banking.

Namun demikian, perlu dicermati bahwa perusahaan yang dibeli investor secara LBO harus

lebih hati-hati. Kehati-hatian tersebut erat kaitannya dengan peluang menjual kembali

perusahaan tersebut dengan harga premium atau menjadikan perusahaan tersebut sebagai “sapi

perahan” untuk membayar kembali utang yang digunakan untuk LBO atau untuk membiayai

kebutuhan dana segar di bidang lainnya.

EFEKTIVITAS INDUSTRI vs POSISI KOMPETITIF

Page 14: Mendayung Di Antara Karang

Begitu banyak aktivitas dilakukan untuk membuat, memproduksi, menjual, dan menyampaikan

(delivery) sebuah produk atau layanan merupakan unit dasar dari keunggulan kompetitif.

Efektivitas operasional (operational effectiveness) berarti menjalankan berbagai aktivitas

tersebut dengan lebih baik – yaitu lebih cepat atau dengan input atau kerusakan yang lebih redah

– daripada perusahaan pesaing.

Perusahaan dapat meraih beragam keunggulan dari efektivitas operasional, sebagaimaan

ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang pada dekade 1970–an dan 1980-an melalui cara-

cara TQM dan perbaikan terus-menerus. Tetapi, dari sudut pandang kompetitif, persoalan yang

dihadapi oleh efektivitas operasional adalah kebiasaan-kebiasan baik sangatlah mudah disamai

dan bahkan diungguli. Sebagaimana setiap kompetitor dalam industri tersebut mengadopsinya,

tapal batas produktivitas (productivity frontier) – yaitu nilai maksimum yang bisa disampaikan

oleh perusahaan pada suatu biaya tertentu, dengan teknologi, ketrampilan, dan teknik manajemen

terbaik yang tersedia – bergeser ke luar menurunkan biaya dan meningkatkan nilai pada saat

yang sama. Kompetisi seperti itu menghasilkan perbaikan yang absolut dalam efektivitas

operasional, tetapi relatif tidak memberikan peningkatan kepada siapa pun. Dan semakin

banyak benchmark yang dilakukan perusahaan, maka semakin banyak titik temu kompetitif

(competitive convergence) yang terjadi. Artinya, semakin sulit membedakan antara satu

perusahaan dengan yang lainnya.

Pemposisian strategik (strategic positioning) berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan dengan cara mempertahankan apa yang khas dari perusahaan tersebut.

Artinya, menjalankan aktivitas yang berbeda dibanding para pesaing atau menjalankan aktivitas

yang sama melalui cara-cara yang berbeda. Posisi strategik dapat berbasis pada kebutuhan

kastemer, aksesibilitas kastemer, atau keragaman produk atau layanan perusahaan. Michael A.

Porter (Porter, 1996) mengidentifikasi adanya tiga prinsip dasar yang melandasi strategic

positioning, yaitu:

1. Strategi merupakan sebuah karya dari suatu posisi yang unik dan berharga serta

melibatkan seperangkat aktivitas yang berbeda.

Pada prinsipnya, posisi strategik muncul dari tiga sumber daya yang membedakan, yaitu:

a. Melayani sedikit kebutuhan dari banyak kastemer.

b. Melayani banyak kebutuhan dari sedikit kastemer.

c. Melayani banyak kebutuhan dari banyak kastemer dalam suatu pasar yang sempit.

Page 15: Mendayung Di Antara Karang

2. Strategi mensyaratkan terjadinya pertukaran (trade-off) dalam berkompetisi, yaitu untuk

memilih apa yang tidak akan dilakukan.

Beberapa bentuk kegiatan kompetitif tidak dapat dipadukan dengan lainnya

(incompatible), sehingga keberhasilan di suatu wilayah hanya dapat dicapai jika terjadi

pengorbanan/pengeluaran di wilayah yang lain. Trade-offs adalah sangat penting bagi

strategi, karena menciptakan kebutuhan untuk memilih (memutuskan) dan secara sengaja

membatasi apa yang dapat ditawarkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, sabun

Neutrogena diposisikan sebagai produk kesehatan dari pada sebagai sabun cuci tangan.

Perusahaan mengatakan “tidak” pada penjualan berbasis zat pewangi, melepas volume

(penjualan) besar, dan mengorbankan efisiensi produksi. Sebaliknya, keputusan Maytag

untuk memperluas lini produknya dan membeli merek lain menunjukkan contoh

kegagalan untuk melakukan pertukaran (trade-offs). Akibatnya keberhasilan di bidang

pemasukan hanyalah hasil dari pengorbananreturn on sales.

3. Strategi melibatkan penciptaan kesesuaian (fit) di tengah berbagai aktivitas perusahaan.

Fit merupakan sesuatu yang berkaitan dengan cara aktivitas-aktivitas perusahaan

berinteraksi dan saling memperkuat satu dengan lainnya. Misalnya, Vanguard Group

mengkaitkan seluruh aktivitasnya dengan strategi biaya rendah; perusahaan ini

mendistribusikan dana langsung kepada para konsumen dan

meminimalkan turnover portfolio. Fit mendorong keduanya, baik keunggulan kompetitif

maupun keberlanjutan. Artinya, ketika berbagai aktivitas secara mutualisme saling

memperkokoh satu dengan lainnya, para pesaing tidak secara mudah bisa menirunya. Jika

pun meniru maka harus ditiru secara keseluruhan sistem. Ketika Continental Lite

mencoba untuk memadukan aktivitasnya dengan beberapa (tetapi tidak seluruh sistem

yang saling mengunci) aktivitas Southwest Airlines, hasil yang diperoleh adalah

kehancuran.

Berdasarkan ketiga prinsip dasar di atas, dapat dijelaskan bahwa para pegawai

membutuhkan panduan tentang bagaimana memperdalam (menggali lebih dalam) posisi strategik

dari pada memperluas atau mengkompromikannya. Tentang bagaimana memperluas keunikan

perusahaan sambil memperkuat kesesuaian (fit) di tengah berbagai aktivitasnya. Pekerjaan untuk

menentukan kelompok sasaran (target group) serta kebutuhan yang mana yang akan dilayani

mensyaratkan adanya disiplin, kemampuan untuk menetapkan batasan, dan komunikasi secara

terbuka/transparan. Manajemen Umum lebih dari sekadar pelayanan (stewardship) fungsi-fungsi

individual; dan inti sebenarnya adalah mendefinisikan serta mengkomunikasikan keunikan posisi

Page 16: Mendayung Di Antara Karang

perusahaan, membuat trade-offs, dan menempa fit dalam berbagai aktivitasnya. Jelas sekali

bahwa strategi dan kepemimpinan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Surabaya, 11 Maret 2001

r.h.m

1. Bagaimana proses untuk mendapatkan suatu peluang dan ancaman, sehingga 

sampai didapatkan faktor-faktor kunci sukses (KFS) di bidang peluang dan ancaman?

Jelaskan dan jika perlu disertai contoh?

2. Bagaimana proses untuk mendapatkan suatu kekuatan dan kelemahan,

sehingga  sampai didapatkan faktor-faktor kunci sukses (KFS) di bidang kekuatan dan

kelemahan? Jelaskan dan jika perlu disertai contoh?

Setelah kita mengetahui langkah – langkah penyusunan matriks IFE & EFE, adabeberapa pertanyaan yang sering ditanyakan yaitu , bagaimana caranya menentukan jumlah bobot dengan mudah dan terukur agar menghasilkan bobot yang sesuai dengan ketentuan pada matriks IFE & EFE. Untuk menjawab pertanyaan tersebut berikut ini langkah-langkah sederhana menyusun matriks EFE & IFE yang mudah dan terukur dengan jelas.Dalam pembobotan baik untuk analisa internal maupun analisa eskternal, jumlah pembobotan di dalam matriks harus sama dengan 1. Oleh karena itu proses pembobotan dilakukan melalui langkah – langkah berikut :

1. Berikan bobot terlebih dahulu ( bobot awal ) dengan skala yang terukur , adapun skala bobot tersebut yaitu ; bobot 1 ( tidak penting ) , bobot 2 ( kurang penting ) ,bobot 3 ( penting ), bobot 4 ( sangat penting ).

1. Bobot yang ditulis ke dalam matriks disebut bobot relatif, yang merupakan hasildari hasil pembagian antara bobot ( awal ) dengan jumlah bobot ( awal ) keseluruhan pada langkah 1 diatas.

Bobot ditentukan berdasarkan industri ( industry based ), sedangkan rating ditentukan didasarkan

kepada perusahaan ( company based ). Pada Matriks IFE Faktor kekuatan dapat diartikan sebagai

atribut internal yang membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan, sedangkan kekuatan utama

merupakan kompetensi unik yang dimiliki oleh perusahaan yang tidak dapat dengan mudah

disamakan atau ditiru oleh pesaing. Sebaliknya faktor kelemahan merupakan atribut internal

Page 17: Mendayung Di Antara Karang

yang berbahaya bagi perusahaan dalam mencapai tujuan, sedangkan kelemahan utama

merupakan atribut yang menjadi focus perbaikan terbesar perusahaan agar tidak mengalami

banyak kerugian.

Audit (penilaian) internal membutuhkan pengumpulan dan pemaduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan riset. Sama seperti audit eksternal, proses ini juga memerlukan daftar terbatas dari faktor-faktor utama yang diprioritaskan.

Proses audit internal memberikan kesempatan luas bagi partisipan untuk memahamibagaimana pekerjaan, departemen dan divisimereka dapat berfungsi dengan tepat dalam organisasi secara keseluruhan.

Manajemen Strategis membutuhkan koordinasi yang efektif antara manajer pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan riset. Kegagalan dalam memahami hubungan antar area fungsional bisnis dapat menghambat manajemen strategis.

Pandangan Berbasis Sumber Daya

Pendekatan pandangan berbasis biaya (resource-based view -RBV) terhadap keunggulan kompetitif meyakini bahwa

sumberdaya internal lebih penting bagi perusahaan daripada faktor eksternal karena sumberdayalah yang

sesungguhnya membantu perusahaan menangkap peluang dan menetralkan ancaman.

Penganut RBV percaya bahwa kinerja organisasional sangat ditentukan oleh beragam sumber daya internal yang

dapat dikategorikan menjadi: 

Sumberdaya fisik (pabrik, perlengkapan, teknologi, bahan mentag, mesin) 

Sumberdaya manusia (karyawan, pelatihan, pengalaman, pengetahuan, skill) 

Sumberdaya organisasional (struktur peusahaan, perencanaan, paten, merk dagang) 

Menyatukan Strategi dan Budaya

Budaya organisasi adalah pola perilaku yang dikembangkan dalam sebuah organisasi untuk mengatasi persoalan

internal dan eksternal yang kemudin diajarkan sebagai cara yang benar untuk memandang, berpikir dan merasa. 

Budaya organisasi dapat mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis. Budaya perusahaan harus dapat

membangkitkan antusiasme individu untuk menerapkan strategi. Dalam konteks persaingan di pasar dunia dituntut

perlunya pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah, budaya dan religiusitas negara lain.

Kekuatan-kekuatan Internal Utama

Seperti halnya penilaian eksternal, ada beberapa area operasi internal yang harus dicermati kekuatan dan

kelemahannya. Area-area tersebut adalah:

1. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas pokok yaitu:

Page 18: Mendayung Di Antara Karang

Perencanaan, mencakup semua aktivitas manajerial yang terkait persiapan masa depan khususnya

peramalan, penetapan tujuan, penggunaan strategi, dll. 

Pengorganisasian, mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan

otoritas, misalnya: deskripsi kerja, spesifikasi kerja, kesatuan komando dan analisis kerja. Fungsi

pengorganisasian adalah : (1) spesialisasi; (2) departementalisasi; (3) pendelegasian otoritas 

Pemotivasian, yaitu upaya pembentukan perilaku manusia, contohnya: kepemimpinan, komunikasi,

modifikasi perilaku, semangat kerja, dll. Pemotivasian dapat juga diartikan sebagai proses memengaruhi

orang untuk meraih tujuan tertentu. 

Penempatan staf, mencakup administrasi gaji, rekrutmen, pelatihan, pengevaluasian, pendisiplinan dan

pengembangan karir. 

Pengendalian, untuk memastikan hasil-hasil aktual sejalan dengan rencana. Areanya adalah: pengendalian

kualitas, pengendalian keuangan, pengendalian pengeluaran, dll.

2. Pemasaran

Fungsi pemasaran terdiri dari:

Analisis konsumen, yaitu pengamatan kebutuhan/keinginan konsumen melalui survey, analisis informasi,

evaluasi strategi, market positioning dan profiling. 

Penjualan produk/jasa, meliputi aktivitas promosi, publisitas, customer relation 

Perencanaan produk/jasa antara lain melalui test marketing 

Penetapan harga, melibatkan: konsumen, pemasok, distributor, kompetitor dan pemerintah 

Distribusi, mencakup: warehousing, retail location, persediaan dan transportasi 

Riset pemasaran, yaitu pengumpulan, pencatatan dan analisa sistematis terhadap persoalan pemasaran

barang/jasa untuk mengungkap kekuatan/kelemahan penting 

Analisis peluang, meliputi penilaian atas biaya, manfaat dan risiko terkait keputusan pemasaran. Langkah

dalam analisis biaya-manfaat adalah: (1) menghitung total biaya terkait keputusan; (2) memperkirakan total

manfaat; (3) membandingkan total biaya vs total manfaat. 

3. Keuangan/Akuntansi

Fungsi keuangan/akuntansi terdiri dari 3 keputusan yaitu:

Keputusan investasi atau penganggaran modal, mencakup alokasi dan realokasi modal/sumber daya untuk

berbagai proyek, produk, aset dan divisi organisasi. 

Keputusan pembiayaan, untuk menentukan struktur modal terbaik perusahaan. 

Keputusan dividen, yaitu menentukan jumlah laba ditahan vs yang dibayarkan kepada pemegang saham. 

Jenis-jenis Rasio Keuangan Dasar adalah:

Rasio likuiditas, mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban jangka pendek 

Rasio pengungkit, mengukur sejauh mana perusahaan didanai oleh utang 

Rasio aktivitas, mengukur efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan 

Rasio profitabilitas, mengukur efektifitas manajemen dalam pengembalian investasi (laba kotor, laba

operasi, laba bersih, dll) 

Page 19: Mendayung Di Antara Karang

Rasio pertumbuhan, mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya di

tengah pertumbuhan industri. 

4. Produksi/Operasi

Fungsi produksi/operasi mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa, diantaranya :

Proses, mencakup pilihan teknologi, rancangan sistem produksi, pengendalian, dll 

Kapasitas, yaitu penentuan tingkat output optimal 

Persediaan, menyangkut bahan mentah, barang jadi dan proses pengolahan 

Angkatan kerja, yaitu terkait pengelolaan tenaga kerja, standar kerja, dll 

Kualitas, yaitu terkait QC, pengendalian biaya, pengujian, penjaminan kualitas.

5. Research and Development

Kegiatan R&D diarahkan untuk pengembangan produk-produk baru sebelum pesaing melakukannya, peningkatan

kualitas produk dan perbaikan proses produksi sehingga dapat menekan biaya dan menaikkan efisiensi.

6. Sistem Informasi Manajemen

Sistem ini mengumpulkan semua data terkait kekuatan internal dan kekuatan eksternal utama yang kemudian

diintegrasikan untuk mendukung keputusan manajerial.

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika divisi-divisi yang berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan.

Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut:

1. Strategi Integrasi

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing.

2. Strategi Intensif

Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif

karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.

3. Strategi Diversifikasi

Page 20: Mendayung Di Antara Karang

Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.

4. Strategi Defensif

Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan. Namun, barangkali lebih baik berhenti beroperasi daripada terus menderita kerugian dalam jumlah besar.

5. Strategi Umum Michael Porter

Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.

Saya melihat kelompok strategi integrasi (3, depan, belakang, horizontal) merupakan dasar dari seluruh strategi di Bab 5. Strategi-strategi lain berkembang dari pengertian ketiga strategi tsb, yakni bagaimana menguasai rantai produksi, rantai pemasaran, dan menghandle pesaing.

Page 21: Mendayung Di Antara Karang

Ketiga strategi integrasi tsb tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Perusahaan sebaiknya tidak memilih di antara ketiganya, melainkan harus melakukannya secara simultan, mengintegrasikan semuanya. Sehingga nanti tidak ada lagi cerita produk yang berkualitas tapi kalah dalam pemasaran, yang pada akhirnya akan merugikan konsumen juga karena gagal mendapatkan opsi yang lebih baik. Demikian, terimakasih.

Salam magis (manajemen srategis)!

Balas

Renni Ekaputri16 Maret 2013 10.24

Compiled by : 3rd Team

-Errie Kusriadie (ME)

-Harun Al-Rasyid (ME)

-Rinaldy Resinanda (MT)

-Renni Ekaputri (MT)

Dear Friends,

Kami ingin sedikit menambahkan beberapa contoh perusahaan yang mempunyai strategi yang telah disebut diatas:

INTEGRATION STRATEGIES

----------------------

a. Forward Integration

Page 22: Mendayung Di Antara Karang

Contoh : Astra menguasai distribusi sampai hilir, mempunyai outlet Shop & Drive, memberikan pelayanan service, dan menjual suku cadang.

b. Backward Integration

Contoh : PT. Gudang Garam International dengan pabrik kertas rokok (Afrika), pabrik kertas rkok (Kediri).

c. Horizontal Integration

Contoh : PT. Coca Cola Bottling Indonesia melakukan akuisisi Ades.

INTENSIVE STRATEGIES

--------------------

a. Market Penetration

Contoh : KFC, Mc donald yang memberikan cinderamata dalam meningkatakan penjualan dan menarik konsumen.

b. Market Development

Contoh : METRO, MATAHARI, yang membuka oulet di berbagai lokasi.

c. Product Development

Contoh : Sunsilk, Rinso yg mengelurkan berbagai varian produk.

DIVERSIFICATION STRATEGIES

--------------------------

Page 23: Mendayung Di Antara Karang

a. Concentric Diversification

Contoh : SINDO, KOMPAS, menerbitkan surat kabar, tabloid, majalah.

b. Horizontal Diversification

Contoh : Pertamina, Garuda Indonesia, dengan beberapa jaringn hotel di Indonesia.

c. Conglomerate Diversification

Contoh : Maspion yg bergerak di elektronik (home appliance) , kini mendirikan Bank.

DEFENSIVE STRATEGIES

--------------------

a. Joint Venture

Contoh : Harian Surabaya di Surabaya, hasil Joint Venture antara Kompas-Pos Kota.

b. Retrenchment

Contoh : PTDI (dulu IPTN) PT. Dirgantara Indonesia mengurangi jumlah karyawannya, akibat krisis moneter, serta masalah politik, dan persaingan kemunculan pesawat di Amerika yang setipe.

c. Divestiture

Contoh : PT. HM Sampoerna mengembangkan bisnisnya di perbankan, property, transportasi dalam rangka kembali ke inti usahanya (rokok).

d. Liquidation

Contoh : Likuidasinya bank-bank di Indonesia, dengan alasan menghindari kerugian besar.

Page 24: Mendayung Di Antara Karang

Strategi lainnya dalam praktek nyata yang juga bisa kita lihat di Indonesia adalah:

- Overall low cost : Produk Motor Cina, India.

- Broad differentiation in quality : Singapore Airlines, BMW.

- Broad differentiation in delivery : Federal Express, X-Press Print.

- Broad differentiation in flexibility : Bank Rakyat Indonesia.

- Broad differentiation in innovation : Microsoft.

- Focused differentiation in quality : Bisnis Indonesia, Body Shop.

- Focused differentiation in innovation : Hard Rock Café, MTV.

- Best cost : Restoran Sari Ratu, Indovision.

- Best Combination of quality dan flexibility : Accenture.

Wassalamu`alaykum wr.wb