metode pengamatan propagasi gelombang radio pada …
TRANSCRIPT
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
43
METODE PENGAMATAN PROPAGASI GELOMBANG RADIO PADA
LAPISAN IONOSFER MENGGUNAKAN PERANGKAT WinRADIO
(THE OBSERVATION METHOD OF A RADIO WAVE PROPAGATION
IN THE IONOSPHERE USING WinRADIO)
Varuliantor Dear
Pusat Sains Antariksa
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jln. DR. Djundjunan 133 Bandung 40173
e-mail :[email protected]
ABSTRACT
This papers discuss about the observations method of a radio wave propagation in the ionosphere
using WinRADIO. As a Software Defined Radio,WinRADIO could be used for observing the propagation
of a radio wave in the ionosphere by using 3 sequence steps. The steps are : (i) Determine the signal
source based on the skywave propagation analysis; (ii) Setup the WinRADIO function which related to
the parameters of signal source, and (iii) Determine the acquisition data process.From the
implementation result by using Bandung (6.54S ; 107.36E) as a location for observation, it was found
that the Radio Television Malaysia (RTM) Sarawak FM in Kajang (3.12N ; 101.6E) could be used as a
source of radio signal. RTM Sarawak FM operate 24 hours a day and use a 9.835 MHz as a
transmission frequency with amplitude modulation. To observed the signal transmission, the
WinRADIO were set up according to the transmitter parameters which are the working frequency and
the modulation types. WinRADIO also activated with the Field Strength Logger functions for the data
acquisition process that result the values of a power received (Pr) signal strength as a function of time.
The values of Pr shows that the propagation of a radio wave in the ionosphere could be observed. The
observation have a potential result to be used for analysing the radio wave propagation either in the
normal or abnormal ionosphere conditions.
Keywords: Observation Method of radio propagation, Ionosphere channels, WinRADIO
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang metode pengamatan propagasi gelombang radio melalui lapisan
ionosfer dengan menggunakan perangkat WinRADIO. WinRADIO yang merupakan perangkat Software
Define Radio dimanfaatkan untuk kegiatan pengamatan propagasi gelombang radio melalui lapisan
ionosfer dengan menerapkan 3 tahap. Tahapan dari metode tersebut adalah; (i) penentuan sumber
sinyal berdasarkan analisis propagasi angkasa, (ii) pengaturan perangkat WinRADIO yang
disesuaikan dengan paramater sumber sinyal, dan (iii) penyiapan proses akuisisi data. Berdasarkan
hasil penerapan metode yang dilakukan dengan lokasi pengamatan di wilayah Bandung (6,54 LS ;
107, 36 BT), diperoleh bahwa siaran Radio Televisi Malaysia (RTM) Sarawak FM yang berlokasi di
Kajang Malaysia (3,12 LU ; 101,6 BT) dapat digunakan sebagai sumber sinyal yang diamati. Siaran
radio tersebut menggunakan jenis modulasi amplitudo (AM) dan beroperasi 24 jam dalam satu hari
dengan frekuensi kerja 9,835 MHz. Perangkat WinRADIO diatur sesuai dengan parameter stasiun
radio sumber sinyal yang meliputi frekuensi kerja dan mode demodulasi. Untuk proses akuisisi data,
fungsi opsional field strength loger WinRADIO diaktifkan yang menghasilkan data berupa besaran
kuat sinyal yang diterima oleh antena penerima (Power received : Pr) sebagai fungsi waktu. Hasil nilai
Pr yang diperoleh menunjukkan bahwa pengamatan yang dilakukan merupakan pengamatan
propagasi gelombang radio yang melalui kanal ionosfer. Hasil pengamatan yang diperoleh memiliki
potensi untuk digunakan dalam proses analisis lebih lanjut pada saat kondisi ionosfer normal
maupun saat terganggu.
Kata Kunci: Metode pengamatan propagasi radio, Kanal Ionosfer, WinRADIO
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
44
1 PENDAHULUAN
Salah satu metode awal
pengamatan kondisi lapisan ionosfer
adalah dengan menggunakan perangkat
ionosonda (Davis, 1990). Ionosonda
merupakan salah satu jenis radar yang
digunakan untuk menganalisis lapisan
ionosfer berdasarkan hasil pantulan
gelombang radio yang dipancarkan.
Penerapan metode pengamatan dengan
menggunakan transmisi gelombang radio
dilakukan karena salah satu pemanfaatan
lapisan ionosfer yang cukup erat adalah
aplikasi propagasi gelombang radio seperti
radio siaran dan komunikasi radio dua
arah.
Metode pengamatan lapisan
ionosfer dengan melakukan analisis
hasil perambatan gelombang radio
hingga saat ini masih terus digunakan.
Penggunaan ionosonda oblique (Jin-Ho et
al., 2014; Bibi, 1998) dan juga program
Equatorial Propagation (Thomas et al.,
1961) merupakan salah satu kegiatan
pengamatan ionosfer berbasis pengamatan
propagasi gelombang radio yang telah
dikembangkan. Tujuan dari penelitian
dengan menggunakan kedua perangkat
tesebut adalah untuk mengetahui lebih
rinci karakteristik lapisan ionosfer.
Di Indonesia, pengamatan
propagasi gelombang radio yang melalui
kanal ionosfer juga masih menjadi
kegiatan penelitian yang perlu dilakukan.
Hal ini terkait dengan peran radio
komunikasi pada pita High Frequency
(HF; 3-30 MHz) yang masih dimanfaatkan
oleh bangsa Indonesia untuk beberapa
aplikasi tertentu (Genthong, 2008).
Beberapa metode pengamatan secara
aplikatif telah dikembangkan, seperti
penggunaan jaringan radio Automatic
Link Establishment (ALE) (Dear, 2010).
Percobaan transmisi radio HF sirkuit
Merauke–Surabaya (Adhitya et al., 2014;
Awaliyah et al., 2014) dan juga peng-
gunaan perangkat pengukur kuat sinyal
berbasis WinRADIO (Tarigan, 2012).
Tiap pengamatan memiliki tujuan
penelitian yang berbeda. Untuk
pengamatan menggunakan jaringan
ALE, tujuannya adalah untuk mengetahui
ketersediaan kanal (available channel)
yang ditunjukkan melalui keberhasilan
propagasi tiap frekuensi yang diuji coba.
Untuk percobaan eksperimen transmisi
radio Surabaya-Merauke yang dilakukan
oleh tim dari Institut Teknologi Sepuluh
November Surabaya (ITS), tujuannya
adalah untuk melihat respon impulse
kanal ionosfer sehingga dapat digunakan
untuk perancangan komunikasi dijital.
Sedangkan untuk pengamatan kuat
sinyal berbasis WinRADIO oleh Tarigan
(2012), tujuannya adalah untuk melihat
fluktuasi sinyal yang diterima akibat
pengaruh dari perubahan kondisi cuaca
antariksa.
Penelitian dengan menggunakan
perangkat WinRADIO yang dilakukan
oleh Tarigan (2012) merupakan
pengamatan kuat sinyal yang diterima
antena pada sebuah frekuensi 5,965 MHz.
Metode yang dirancang dalam pengamatan
tersebut belum dapat memberikan
kejelasan secara rinci tentang sumber
pemancar gelombang radio yang di
amati. Informasi parameter stasiun
pemancar seperti lokasi stasiun, besaran
daya pancar, dan waktu operasional
siaran radio yang perlu diketahui, juga
tidak dapat dijelaskan secara rinci dalam
metode ini. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan keraguan tentang sinyal
yang diperoleh, karena sinyal radio yang
diterima oleh antena penerima dapat
berasal dari berbagai sumber. Terlebih
lagi sinyal pada spektrum High Frequency
(HF; 3-30 MHz) dapat merambat melalui
moda perambatan gelombang di per-
mukaan bumi (ground wave), perambatan
langsung (line of sight), maupun
perambatan melalui lapisan ionosfer
(skywave) (McNamara, 1991a). Oleh
karena itu, penggunaan perangkat
WinRADIO untuk pengamatan propagasi
gelombang radio melalui kanal ionosfer
masih memiliki potensi untuk dikembang-
kan.
Perancangan sistem pengamatan
yang tepat dapat mengoptimalisasi
penggunaan perangkat WinRADIO sebagai
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
45
sebuah instrumen yang dapat menunjuk-
kan kondisi propagasi gelombang radio
yang terjadi di lapisan ionosfer. Pada
makalah ini, dijelaskan metode
pemanfaatan perangkat WinRADIO yang
digunakan untuk pengamatan propagasi
gelombang radio pada lapisan ionosfer.
Dengan melakukan analisis penentuan
sumber sinyal yang diamati serta
menyiapkan konfigurasi perangkat
WinRADIO sesuai dengan stasiun
sumber sinyal. Metode yang disajikan
pada makalah ini berbeda dengan yang
telah dilakukan oleh Tarigan (2012).
Tujuan dari makalah ini adalah
menjelaskan metode pengamatan
propagasi gelombang radio pada lapisan
ionosfer dengan menggunakan perangkat
WinRADIO. Tahapan utama dari metode
ini adalah dengan melakukan kajian
awal dari sumber sinyal berdasarkan
lokasi penerima yang disertai dengan
penjelasan konsep pengamatan yang
diperlukan. Analisis sumber sinyal dan
konsep pengamatan tersebut dapat
memberikan kepastian bahwa hasil
pengamatan yang diperoleh dapat
digunakan untuk kegiatan penelitian
propagasi gelombang radio yang melalui
kanal ionosfer. Makalah ini juga
membahas potensi implementasi yang
dapat dilakukan berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh.
2 DATA DAN METODE
2.1 Propagasi Gelombang Radio Melalui
Kanal Ionosfer dan Perangkat
WinRADIO serta Datanya
Sebuah sinyal yang ditransmisikan
oleh pemancar radio dapat merambat
melalui lebih dari satu moda propagasi.
Namun, untuk sampai kepada perangkat
penerima, gelombang radio akan memiliki
satu moda propagasi yang dominan. Hal
ini bergantung pada spesifikasi perangkat
keras yang digunakan, lokasi pemancar
dan penerima, serta parameter gelombang
radio yang digunakan seperti besaran
panjang gelombang radio (λ) atau
frekuensi kerja (fc). Untuk perambatan
gelombang radio melalui kanal ionosfer,
karakterisitik yang menentukan adalah:
(i) spektrum frekuensi, (ii) jarak antara
stasiun pemancar dan penerima, serta
(iii) topografi wilayah antara pemancar
dan penerima. Nilai frekuensi yang
digunakan terkait dengan kemampuan
besaran frekuensi gelombang radio yang
dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer.
Sedangkan topografi dan jarak antara
pemancar dan penerima terkait dengan
batasan dari kemampuan gelombang
radio yang dapat merambat secara
langsung (lineof sight) maupun melalui
permukaan bumi (ground wave).
Untuk perhitungan besarnya
kekuatan sinyal pada perangkat penerima
dapat dihitung dengan menggunakan
perhitungan rugi-rugi lintasan atau Path
Loss. Perhitungan Path Loss perambatan
gelombang radio yang melalui lapisan
ionosfer dinyatakan dengan persamaan
(2-1).
(2-1)
Nilai Pr merupakan besaran daya sinyal
yang diterima oleh antena penerima. Pt
adalah besaran daya pancar. Gt(β)
merupakan gain antena pemancar
dengan sudut elevasi β, dan Gr(β)
merupakan gain antena penerima
dengan sudut elevasi (β). Sedangkan
untuk komponen redaman ditentukan
oleh terjadinya redaman sepanjang
lintasan (Lb) atau free space loss, redaman
oleh kemunculan lapisan E-Sporadis
(Lq), redaman akibat proses kopling
polarisasi gelombang (Lp), dan redaman
oleh absorpsi (La). Komponen dari
redaman tersebut tidak bernilai tetap
karena memiliki variasi temporal maupun
spasial. Oleh karena itu, pengamatan
propagasi gelombang radio melalui kanal
ionosfer memiliki nilai yang unik karena
akan memiliki perbedaan pada tiap
lokasi dan waktu.
Selain ditentukan oleh besarnya
daya transmisi sebuah perangkat
pemancar, keberhasilan perambatan
gelombang radio melalui kanal ionosfer
juga ditentukan oleh besaran nilai
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
46
frekuensi minimum (fmin) dan frekuensi
kritis (fo) dari lapisan ionosfer yang akan
dilalui. Kedua parameter ionosfer tersebut
sangat menentukan proses pembiasan
gelombang radio yang melalui ionosfer.
Apabila nilai frekuensi transmisi
gelombang radio berada diantara rentang
nilai fmin dan fo, maka gelombang radio
yang melalui lapisan ionosfer akan
mengarah kembali ke bumi seperti
layaknya proses pemantulan. Secara
rinci parameter nilai fmin ditentukan
oleh absorpsi energi gelombang radio yang
terjadi di lapisan ionosfer. Sedangkan
nilai fo dipengaruhi oleh densitas elektron
pada lapisan ionosfer. Persamaan
matematis yang menunjukkan hubungan
antara besaran frekuensi dari pemancar
dengan nilai parameter lapisan ionosfer
dinyatakan dalam persamaan (2-2)
(McNamara, 1991b) dan ilustrasi pada
Gambar 2-1.
(2-2)
dengan fc merupakan frekuensi kerja
dari perangkat pemancar, fo adalah
parameter frekuensi di lapisan ionosfer
yang terkait kerapatan elektron, dan I
adalah sudut datang gelombang radio
menuju lapisan ionosfer. Sudut I diperoleh
dari geometri sirkuit komunikasi, yakni
jarak stasiun pemancar dengan penerima,
serta ketinggian lapisan ionosfer (h’).
Untuk aplikasi propagasi
gelombang radio dengan pemancar dan
penerima yang berbeda lokasi, persamaan
(2-2) dapat diturunkan menjadi nilai
batas bawah frekuensi yang dapat
digunakan (Lowest Usable Frequency;
LUF) dan nilai batas atas frekuensi yang
dapat digunakan (Maximum Usable
Frequency; MUF). Nilai LUF dapat dihitung
dengan menggunakan parameter fmin
lapisan ionosfer sebagai pengganti
parameter nilai fo. Sedangkan nilai MUF
dapat dihitung dengan menggunakan
parameter fo yang merupakan batas atas
nilai frekuensi yang dapat dipantulkan
oleh lapisan ionosfer secara vertikal.
Apabila frekuensi kerja yang digunakan
antara pemancar berada diluar rentang
nilai LUF dan MUF, maka ionosfer tidak
dapat meneruskan penjalaran gelombang
radio tersebut hingga keperangkat
penerima. Oleh karena itu, analisis suatu
sumber sinyal yang meliputi lokasi dan
nilai frekuensi kerja perlu dilakukan
terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa perambatan gelombang radio
yang terjadi merupakan perambatan
melalui lapisan ionosfer.
I
ionosfer
sudut datang
E
sudut elevasi
h’ (ketinggian ionosfer)
jarak
Tx Rx
fo
fc
Gambar 2-1: Ilustrasi perambatan gelombang radio melalui ionosfer
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
47
Perangkat WinRADIO merupakan
perangkat radio penerima berbasis
Software Define Radio yang dioperasikan
dengan menggunakan perangkat komputer
(WinRADIO, 2015). Fleksibilitas perangkat
WinRADIO terdapat pada sistem proses
demodulasi yang disediakan secara
terintegrasi. Pengguna dapat memilih
jenis moda demodulasi yang digunakan
sesuai dengan modulasi pemancar yang
hendak di tala. Saat ini berbagai tipe
WinRADIO telah tersedia dan dibedakan
berdasarkan spektrum frekuensi yang
dapat digunakan. Untuk kepentingan
pengamatan pada spektrum HF (High
Frequency ; 3-30 MHz), tipe WinRADIO
yang digunakan adalah tipe G313e.
Wujud fisik beserta tampilan antarmuka
perangkat WinRADIO pada layar
komputer disajikan pada Gambar 2-2.
Hasil pengamatan menggunakan
perangkat WinRADIO tercatat dalam skala
kuantitatif. Pengukuran penerimaan
sinyal yang ditala oleh perangkat
WinRADIO juga dapat dilakukan dengan
resolusi waktu pengambilan data dalam
orde detik. Proses pengolahan sinyal
berbasis softtware memberikan
kemudahan proses pemantauan sinyal
pada WinRADIO diberbagai input atau
output dari tiap blok proses pengolahan
sinyal secara dijital. Namun, fitur
perekaman pengukuran secara kuantitatif
yang telah disediakan secara default
oleh perangkat WinRADIO hanya berada
pada bagian Radio Frequency (RF) input,
yaitu besaran sinyal yang diterima oleh
antena penerima. Untuk proses pem-
belajaran dan analisis (study), WinRADIO
menyediakan fungsi pemantauan sinyal
yang dimulai dari blok inputIF
(Intermedite Frequency) hingga Audio
Frequency (AF) output. Pada Gambar 2-3
disajikan blok diagram WinRADIO yang
digunakan untuk proses pembelajaran
dan analisis dengan moda penerima
gelombang radio AM.
(a)
(b)
Gambar 2-2: (a) Bentuk fisik dan, (b) tampilan antarmuka perangkat WinRADIO G313e
Gambar 2-3: Blok diagram fitur Study perangkat WinRADIO dengan moda demodulasi AM
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
48
Secara umum, pengukuran suatu
besaran sinyal yang diterima oleh sebuah
perangkat penerima dapat dilakukan
pada bagian keluaran antena penerima.
Jika suatu sinyal berhasil merambat
dari pemancar menuju penerima,
gelombang radio yang tertangkap pada
antena penerima dapat diukur besaran-
nya sebagai salah satu cara untuk
menganalisis perambatan gelombang
radio dari pemancar menuju penerima.
Kemampuan perekaman data dari sinyal
yang diterima oleh antena penerima
yang dimiliki oleh perangkat WinRADIO
dapat digunakan untuk proses analisis
propagasi tersebut. Oleh karena itu,
pengukuran sinyal yang berhasil
ditangkap oleh WinRADIO akan dapat
digunakan sebagai bahan analisis
pengamatan propagasi gelombang radio
yang terjadi.
2.2 METODOLOGI
Untuk melakukan pengamatan
propagasi gelombang radio melalui kanal
ionosfer menggunakan perangkat
WinRADIO, langkah-langkah yang
dilakukan adalah: (i) Menentukan
sumber sinyal yang hendak diamati
berdasarkan syarat propagasi angkasa.
(ii) Menyiapkan instrumen pengamatan
sesuai dengan frekuensi siaran dan tipe
modulasi sumber sinyal yang hendak
diamati, dan (iii) Proses akusisi data.
Ketiga tahap tersebut disajikan dalam
diagram alur pada Gambar 2-4.
Penentuan sumber sinyal radio
yang hendak diamati dapat diawali
dengan mencari informasi sumber siaran
radio yang bekerja pada rentang
frekuensi 3-30 MHz. Penentuan sumber
sinyal dibatasi oleh jarak antara sumber
stasiun pemancar dan stasiun penerima
yang harus berada diantara rentang 30
km hingga 3000 km. Batas jarak
minimum sebesar 30 km didasari oleh
jarak maksimum perambatan gelombang
radio untuk moda propagasi ground
wave dengan jenis konduktifitas tanah
terbaik, yakni basah dan memiliki
kontur rata (Gerini, 2006). Sedangkan
batas jarak maksimum sebesar 3000 km
mengacu pada besaran sudut elevasi
minimum antena pemancar terhadap
kelengkungan bumi untuk satu kali
pantulan (Jiyo, 2009). Dengan batasan
tersebut, maka keberhasilan penerimaan
sinyal yang bersumber dari stasiun
pemancar tersebut, dapat dipastikan
sebagai sinyal yang merambat melalui
lapisan ionosfer.
Gambar 2-4: Diagram alur tahapan Metode
pengamatan
Informasi daftar stasiun radio
siaran gelombang pendek (Short wave
radio broadcast) di seluruh dunia dapat
diperoleh dari situs www.mwlist.org.
Daftar stasiun radio tersebut memuat
informasi lokasi stasiun radio siaran,
Daftar Stasiun
Radio Siaran SW
Penentuan Stasiun yang
berpotensi sebagai sumber
sinyal berdasarkan lokasi,
frekuensi, dan waktu operasi
Pengaturan Perangkat
WinRADIO berdasarkan
parameter frekuensi dan
modulasi stasiun pemancar
Pengaturan Proses
Akuisisi Data pada
WinRADIO
Analisis Propagasi Angkasa
berdasarkan lokasi Pemancar-
Penerima, dan nilai LUF-MUF
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
49
sehingga dapat dilakukan proses
pemilihan stasiun radio yang berpotensi
untuk digunakan sebagai sumber sinyal
berdasarkan jarak terhadap lokasi
stasiun pengamatan yang direncanakan.
Selanjutnya informasi secara rinci
mengenai parameter stasiun yang
memiliki potensi untuk dipilih sebagai
sumber sinyal tersebut dapat diketahui
melalui alamat situs website stasiun
radio tersebut atau melalui sumber lain
yang terkait. Parameter yang perlu
diketahui antara lain adalah waktu
siaran, frekuensi kerja, dan parameter
perangkat pemancar yang digunakan
seperti daya pancar dan jenis antena.
Setelah ditentukan sumber sinyal radio
yang hendak diamati, maka pengamatan
dengan menggunakan radio penerima
konvensional pada lokasi pengamatan
yang direncanakan dapat dilakukan
untuk memastikan bahwa siaran radio
tersebut beroperasi dan dapat diterima.
Tahap kedua setelah penentuan
sumber sinyal yang akan ditala adalah
penyiapan perangkat WinRADIO yang
disesuaikan dengan parameter stasiun
pemancar. Penyesuaian yang dilakukan
meliputi nilai frekuensi dan mode
demodulasi. Selain kedua parameter
tersebut, penentuan tipe antena yang
digunakan pada perangkat penerima
juga perlu dilakukan. Pengaturan antena
penerima tersebut diperuntukkan
sebagai parameter masukan dari sistem
perangkat WinRADIO dalam proses
pengukuran Pr yang dilakukan. Proses
ini juga merupakan bagian dari kalibrasi
pengukuran pada instrumen WinRADIO.
Sedangkan untuk penyesuaian tipe
demodulasi, proses tersebut diperlukan
agar dapat menerjemahkan kembali
sinyal informasi termodulasi yang
ditransmisikan oleh stasiun pamancar.
Tahapan ketiga berupa proses
akusisi data dilakukan dengan memasang
beberapa fitur opsional dari perangkat
WinRADIO, sehingga dapat melakukan
perekaman data secara otomatis dan
periodik. Fitur yang diaktifkan adalah
fitur Field Strength Logger dan Timer
yang berfungsi untuk melakukan
perekaman data dalam format ASCII dan
membuat arsip data berdasarkan waktu
yang ditentukan. Pencuplikan data
dengan menggunakan Field Strength
Loger memiliki resolusi dalam orde detik.
Sedangkan fitur Timer dapat diatur
sesuai dengan variasi dari lapisan
ionosfer yang diperlukan untuk analisis.
Pada tahap ini pemilihan waktu
pembuatan arsip data dilakukan secara
harian mengikuti variasi tercepat kondisi
lapisan ionosfer, yakni variasi harian.
Tiap pengamatan yang dilakukan akan
menghasilkan data harian yang dimulai
dari pukul 00:00 LT hingga 23:59 LT.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil proses penen-
tuan lokasi sumber sinyal, diperoleh
informasi bahwa stasiun radio siaran
Amplitudo Modulation (AM) yang berlokasi
di daerah Kajang, Malaysia (3,12 ⁰LU;
101,6 ⁰BT) dapat digunakan sebagai
sumber sinyal yang diamati. Siaran
radio AM stasiun tersebut bernama
Radio Televisi Malaysia (RTM) Sarawak
FM 9835 KHz. Siaran radio RTM
beroperasi 24 jam dalam satu hari dan
menggunakan frekuensi 9,835 MHz.
Daya pancar yang digunakan sebesar
100 kWatt. Jarak antara lokasi stasiun
pemancar dengan stasiun penerima
yang berlokasi di Bandung memiliki
jarak mencapai 1300 km. Kondisi tersebut
memenuhi syarat sebagai stasiun radio
siaran pada rentang frekuensi HF yang
dapat diamati di wilayah Bandung untuk
pengamatan propagasi gelombang radio
melalui kanal ionosfer. Gambar peta
lokasi pemancar dan penerima beserta
peralatan pada stasiun penerima
disajikan pada Gambar 3-1. Sedangkan
pada Tabel 3-1 disajikan parameter-
parameter stasiun pemancar yang
digunakan sebagai sumber sinyal yang
dapat diamati di Bandung.
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
50
(a)
(b)
(c)
Gambar 3-1: (a)Peta Lokasi Pemancar di Kajang (3,12 ⁰LU ; 101,6 ⁰BT) - Penerima di Bandung (6.54
⁰LS ; 107,36 ⁰BT), (b) antena stasiun penerima, dan (c) perangkat WinRADIO beserta
komputer untuk proses akuisisi data
Tabel 3-1: PARAMETER STASIUN PEMANCAR SIARAN RADIO TELEVISI MALAYSIA (RTM) SARAWAK
FM YANG DIRANGKUM DARI SUMBER WWW.SHORTWAVESCHEDULE.COM; WWW.SWCOUNTRY.BE; DAN WWW.RTM.GOV.MY)
Parameter Nilai
Jarak pemancar terhadap
Bandung
1300 km
Frekuensi Kerja 9,835 MHz
Waktu Siaran 24 Jam
Modulasi Amplitudo Modulation
(AM)
Daya Pancar 100 kWatt
Antena Quadrant antenna
HQ1/0.5
Hasil implementasi tahap
penyiapan perangkat WinRADIO dan
proses akuisi data berdasarkan sumber
sinyal yang diperoleh pada langkah
pertama disajikan pada Gambar 3-2.
Gambar 3-2 menyajikan blok diagram
sumber sinyal dan pengamatan yang
dilakukan. Perangkat antena yang
digunakan pada stasiun penerima
merupakan antena HF Broadband
Folded Dipole yang memiliki gain antena
20 dB pada frekuensi 10 MHz. Perangkat
WinRADIO tersebut diatur untuk moda
demodulasi AM yang disesuaikan dengan
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
51
jenis modulasi sumber sinyal. Proses
demodulasi diperlukan untuk mendapat-
kan informasi yang dikirimkan oleh
stasiun pemancar sehingga dapat
digunakan untuk verifikasi informasi
siaran yang diterima.
Proses akuisisi data yang
dilakukan adalah pencatatan hasil
pengukuran besaran daya sinyal yang
diterima (Pr) pada keluaran antena.
Pengukuran dilakukan dengan mangaktif-
kan fitur Field Strength Logger yang
dikendalikan oleh fungsi Timer. Proses
pengamatan yang dilakukan juga telah
menyiapkan fungsi perekaman sinyal
output audio yang ditempatkan pada
akhir blok diagram. Fungsi tersebut
dinyatakan dalam blok AF Recorder yang
dapat diaktifkan setiap saat secara
manual. Pengaktifan fungsi perekaman
suara perlu mempertimbangkan batasan
ketersediaan memori komputer yang
digunakan karena membutuhkan memori
yang cukup besar.
Data pengamatan yang diperoleh
disajikan pada Gambar 3-3. Terdapat
dua arsip data yang dihasilkan, yakni
arsip data harian sesuai dengan
pengaturan waktu pada Timer dan arsip
data keseluruhan hasil keluaran dari
Field Strength Logger. Kedua data tersebut
merupakan data dalam format ASCII
yang menginformasikan secara rinci
hasil pengamatan yang diperoleh. Salah
satu data dapat dipilih untuk digunakan
karena memiliki informasi yang serupa
yang dapat dikonversi satu sama lain.
Pada data Gambar 3-3a, informasi
pengukuran Pr yang disajikan adalah nilai
indeks level sinyal yang dibangkitkan
oleh WinRADIO tanpa besaran satuan.
Sedangkan pada data Gambar 3-3b,
informasi pengukuran Pr yang disajikan
adalah nilai pengukuran dengan satuan
dBm. Pada kegiatan ini,data yang
digunakan merupakan data dengan format
yang disajikan pada Gambar 3-3b.
Gambar 3-2: Blok diagram pengamatan
(a)
(b)
Gambar 3-3: Dua buah arsip data yang dihasilkan yakni : (a) data harian, dan (b) data keseluruhan
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
52
Informasi data yang disajikan
pada Gambar 3-3b, terdiri dari enam
kolom yang dipisahkan dengan simbol
koma (,). Kolom pertama hingga ketiga
merupakan tanggal, waktu, dan nilai
frekuensi yang diamati. Kolom ke empat
dan kelima merupakan informasi dari
mode pengaturan WinRADIO dan istilah
komunikasi jarak jauh berupa kode “DX”.
Sedangkan kolom keenam merupakan
hasil pengukuran nilai Pr dengan satuan
dBm. Data Pr tersebut merupakan data
yang dapat digunakan untuk mengamati
propagasi perambatan gelombang radio
melalui kanal ionosfer yang berhasil
diterima di stasiun penerima. Contoh
hasil plot data satu hari pengukuran Pr
menggunakan Field Strength Logger
disajikan pada Gambar 3-4.
Pada Gambar 3-4 terlihat bahwa
nilai Pr berfluktuasi untuk setiap
jamnya. Fluktuasi nilai Pr menunjukkan
bahwa sinyal yang diterima mengalami
perubahan pada saat merambat dari
pemancar menuju penerima. Dikarenakan
parameter sistem pemancar dan
penerima bernilai tetap, maka
perubahan tersebut dapat dinyatakan
sebagai perubahan yang terjadi pada
kondisi media perambatan gelombang
radio. Salah satu data pembanding yang
dapat digunakan sebagai validasi dari
nilai Pr yang diterima adalah dengan
menggunakan data nilai MUF yang
diperoleh dari nilai fo pada titik tengah
sirkuit komunikasi Bandung-Kajang.
Data tersebut dapat diperoleh dari peta
foF2 yang disediakan oleh Ionospheric
Prediction Services (IPS), Australia (IPS,
2016). Apabila nilai MUF jauh lebih kecil
dari frekuensi kerja yang digunakan,
maka gelombang radio yang dipancarkan
akan tidak dapat dipantulkan oleh lapisan
ionosfer. Sehingga perangkat penerima
tidak menerima sinyal transmisi dari
pemancar. Nilai Pr yang tercatat pada
perangkat penerima akan berupa nilai
noise floor yang umumnya berada di
level yang rendah. Pada Gambar 3-5
disajikan perbandingan antara pola nilai
MUF, nilai Pr dan nilai frekuensi kerja
(fc) pada saat yang sama.
Gambar 3-4: Plot hasil pengamatan yang dilakukan dalam satu hari, yakni pada 18 Januari 2016
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
53
0
5
10
15
20
25
30
35
MU
F (M
Hz)
fc
Pr
MUF
Gambar 3-5: Perbandingan pola nilai Pr, MUF, dan frekuensi kerja fc
Pada Gambar 3-5 terlihat bahwa
nilai Pr dipengaruhi oleh besaran nilaifc
dan MUF. Saat nilai fc mendekati atau
berada diatas nilai MUF, nilai Pr
mengalami penurunan. Analisis
penurunan nilai Pr tersebut dapat
difokuskan pada rentang waktu antara
pukul 03:00 hingga 07:00 WIB.
Penurunan nilai Pr pada rentang waktu
tersebut disebabkan oleh kegagalan
penerimaan sinyal pada perangkat
penerima, akibat nilai MUF yang mulai
berada diambang batas bawah nilai fc
yang digunakan. Nilai Pr yang rendah
disebabkan oleh ketidak berhasilan
antena penerima menangkap sinyal yang
dipancarkan. Namun, pada rentang
waktu yang berbeda, terlihat nilai Pr
berfluktuasi dan memiliki nilai yang
relatif lebih tinggi dari nilai Pr pada
rentang waktu pukul 03:00 hingga 07:00
WIB. Hal ini sesuai dengan pola pada
nilai MUF yang menyatakan bahwa
sinyal dari pemancar dapat dipantulkan
oleh lapisan ionosfer. Pada Gambar 3-5
terdapat juga dua peristiwa penurunan
nilai Pr, yakni pada rentang pukul 09:00
WIB dan 14:00 WIB, yang diduga
disebabkan oleh gangguan yang terjadi
pada perangkat. Dugaan ini berdasarkan
terjadinya perubahan nilai Pr secara
drastis dan seketika pada rentang waktu
sebelum dan sesudahnya. Perubahan
yang bersifat normal akan terjadi secara
gradual terutama pada tahap proses
pemulihan (recovery).
Berdasarkan perbandingan pola
nilai Pr dan MUF yang diperoleh, analisis
data nilai Pr dapat dilakukan kembali
sesuai dengan parameter kondisi ionosfer
lainnya yang berpotensi mempengaruhi
nilai Pr. Kondisi seperti terjadinya
peristiwa Spread-F, peningkatan absorpsi
pada lapisan D, dan kemunculan
lapisan E-sporadis dapat digunakan
untuk analisis perambatan gelombang
radio yang terjadi di lapisan ionosfer,
kendatipun nilai MUF berada di atas
nilai frekuensi kerja yang digunakan.
Hasil analisis kesesuaian pola yang
diperoleh dari Gambar 3-5 menunjukkan
bahwa metode pengamatan propagasi
gelombang radio melalui kanal ionosfer
dengan menggunakan perangkat
WinRADIO telah dapat dilakukan dan
perlu dilengkapi dengan data kondisi
ionosfer.
4 POTENSI IMPLEMENTASI
Implementasi metode pengamatan
propagasi gelombang radio melalui kanal
ionosfer dengan menggunakan perangkat
WinRADIO dapat digunakan untuk
penelitian yang menunjukkan propagasi
gelombang radio melalui kanal ionosfer,
baik saat lapisan ionosfer berada pada
kondisi normal maupun saat terjadi
anomali. Pengamatan saat lapisan
ionosfer berada pada kondisi normal
dapat menghasilkan variasi nilai Pr yang
terkait dengan redaman pada lapisan
ionosfer yang bevariasi (Appleton et al.,
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
54
1954). Dengan melakukan pengamatan
jangka panjang, hasil pengamatan yang
diperoleh dapat memberikan informasi
variasi harian dari propagasi gelombang
radio melalui lapisan ionosfer. Sedangkan
pengamatan saat lapisan ionosfer berada
pada kondisi terganggu, hasil yang
diperoleh dapat digunakan untuk
menganalisis dampak dari anomali
lapisan ionosfer terhadap propagasi
gelombang radio. Analisis dari hasil
pengamatan tersebut akan sangat
bermanfaat dalam kegiatan layanan
prediksi cuaca antariksa yang memang
ditujukan kepada pengguna. Contoh hasil
pengamatan yang telah dilakukan selama
12 hari disajikan pada Gambar 4-1.
Berdasarkan hasil yang disajikan
pada Gambar 4-1 terlihat bahwa nilai Pr
untuk tiap hari memiliki nilai yang tidak
sama. Nilai Pr tersebut memiliki potensi
untuk dapat dianalisis dengan mengacu
pada mekanisme fisis perambatan
gelombang radio yang melalui lapisan
ionosfer. Nilai Pr yang diperoleh dapat
digunakan untuk analisis kondisi
lapisan ionosfer berdasarkan data
pengamatan ionosfer yang diperoleh,
seperti nilai foF2. Selain itu, potensi
proses pengolahan data seperti filtering
yang mengacu pada variasi nilai noise
atmosfer yang bervariasi terhadap waktu
dan tempat (ITU, 2015) bisa menjadi
salah satu metode yang dapat dilakukan.
Potensi implementasi lainnya seperti
penerapan pengamatan propagasi
gelombang radio melalui kanal ionosfer
dengan menala pada sumber yang sama
dan berada dilokasi yang berbeda akan
sangat memungkinkan untuk dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan dengan syarat
bahwa tahapan metode pengamatan
yang telah dijelaskan dapat terpenuhi.
Dengan pengamatan yang dilakukan di
lokasi berbeda, penelitian propagasi
gelombang radio yang melalui kanal
ionosfer akan lebih kaya, seiring dengan
kondisi ionosfer yang memiliki variasi
spasial dan temporal (McNamara, 1991a).
Gambar 4-1: Plot data hasil pengamatan selama 12 hari, yakni pada 30 November 2015 hingga 11
Desember 2016
Metode Pengamatan Propagasi Gelombang Radio .....(Varuliantor Dear)
55
5 KESIMPULAN
Metode pengamatan propagasi
gelombang radio dengan menggunakan
perangkat WinRADIO dapat dilakukan
dengan tiga tahap. Data nilai Pr yang
diperoleh perlu dilengkapi dengan data
ionosfer berupa nilai MUF, sehingga
dapat digunakan untuk verifikasi nilai Pr
untuk proses analisis penelitian.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Asnawi selaku Kepala
Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi
Periode Tahun 2014-2015, Bapak
Buldan Muslim dan Bapak Jiyo selaku
Peneliti Madya yang membimbing dan
mengarahkan penulis untuk melakukan
penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Adhitya, A. D., Hendrantoro G., dan Mukti P.
H., 2014. Sub-Sistem Penerima pada
Sistem Pengukuran Kanal HF pada
Lintasan Merauke-Surabaya, JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014)
ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print).
A116-A121.
Appleton, E., F.,R., S dan Piggott, W.R, 1954.
Ionospheric absorption measurements
during a sunspot cycle, Journal of
Atmospheric and Terrestrial Physics,
Volume 5, Issues 1–6, 1954, 141–172.
Awaliyah N., Mukti H. P., dan Hendrantoro G.,
2014. Karakterisasi Kanal Radio Sistem
Komunikasi High Frequency (HF) pada
Lintasan Surabaya - Merauke, JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)
ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print). 1-6.
Bibi K., 1998. Evolution of ionosonde, Annali Di
Geofisica, Vol. 41, N. 5-6, November-
December 1998.
Dear, V., Qodriah R., L., dan Maulidha, A., S.,
2014b. Model Pengolahan Data Propagasi
Komunikasi Radio Hf Hasil Pengamatan
Jaringan Stasiun Automatic Link
Establishment (ALE) LAPAN, Prosiding
EECCiS 2014, C7-1–C7-5. ISBN 978-
602-8692-30-4.
Genthong, A., W., 2008. Menanti Kemerdekaan
Berkomunikasi, Kompas Tekno, Senin,
25 Agustus 2008 | 21:58 WIB. http://
tekno.kompas.com/akses Januari 2016.
Gerini Y., 2006. DRM-Shortwave Propagation and
Communications Systems, Educational
Materials for Communication Equipment
modelling, TUT), of Radio and
Communication Engineering Institute
(RSTI), Estonia. http://lr.ttu.ee/irm/
sideseadmete_mudeldamine/. Akses
Januari 2016.
IPS, 2016. Ionospheric foF2 Map, http://www.
sws.bom.gov.au/HF_Systems/1/4 Akses
Januari 2016.
ITU, 2015. Recommendation P.372: Radio Noise,
http://www.itu.int/rec/R-REC-.372/en.
Jin-Ho J., Moon-Hee Y., Yong-Min L., and
Cheol-Oh J., 2014. Estimation of
Vertical Ionosphere freom The Oblique
Sounding Measurement Using HF Radar
System, SPACOMM 2014: The Sixth
International Conference on Advances
in Satellite and Space Communications.
IARIA, 2014. ISBN: 978-1-61208-317-9.
Jiyo, 2009. Penentuan Frekuensi Maksimum
Komunikasi Radio dan Sudut Elevasi
Antena, Majalah Sains dan Teknologi
Dirgantara, 4, 25-30.
McNamara, L.,F., 1991a. The Ionosphere:
Communications, Surveillance, and
Direction Finding, Chapter 4, HF Radio
Proapagation, Krieger Publishing
Company. hal. 93-103.
McNamara, L.,F., 1991b. The Ionosphere:
Communications, Surveillance, and
Direction Finding, Chapter 7.
Communications Problems under Normal
Conditions, Krieger Publishing
Company. hal. 93-103.
Tarigan, M., 2012. Variasi Kuat Sinyal HF
Akibat Pengaruh Ionosfer, Prosiding
SNaPP: Sains dan Teknologi, ISSN
2089-3582.
Thomas J.A., and McInnes, B.A., 1964.
Observation and Analysis of
Transequatorial Propagation, Radio
Science Journal of Research
NBS/USNC-URSI Vol. 68D, No. 11,
November 1964.
WinRADIO, 2015. WR-G313e, http:// www.
WinRADIO. com/home/g313e.htm. Akses
Desember 2015.
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 11 No. 1 Juni 2016 :43-56
56