model reklamasi

Upload: deasiarisandi

Post on 07-Aug-2018

254 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    1/96

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG

    KAWASAN REKLAMASI PANTAI

    MODUL TERAPANPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    2/96

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

    JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN

    PEDOMAN PENATAAN RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAIPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    3/96

    MODUL TER P NMODUL TERAPAN

    DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG

    KAWASAN REKLAMASI PANTAI

    DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    4/96

    Sumber gambar cover: www.usa.kaskus.us

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    5/96

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG i

    Kata Pengantar

    Berkat limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, serta puji syukur kehadirat Allah SWT, te

    tersusun Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pan

    Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penata

    Ruang bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkepentingan dalam penyusun

    rencana tata ruang sebagai arahan pelaksanaan pembangunan agar tercipta keterpadu

    dan keserasian pembangunan oleh seluruh pemangku kepentingan.

    Dalam kaitan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan pembinaan di daerah, Ditj

    Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun beberapa pedoman bida

    penataan ruang dalam rangka operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 20

    tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Renca

    Tata Ruang Wilayah Nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah Pedoman Perencana

    Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerja

    Umum Nomor 40/PRT/M/2007.

    Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ini disus

    dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan penjelasan sistema

    substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedom

    Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.

    Mudah-mudahan Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklam

    Pantai ini dapat mempercepat terwujudnya penataan ruang yang aman, nyaman, produk

    dan berkelanjutan di persada Nusantara.

      Jakarta, Desember 2008

    DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    6/96

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    7/96

    Daftar Isi

    Kata Pengantar ...............................................................................................................

    Daftar Isi .......................................................................................................................

    BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................Pengenalan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ..................

    Kedudukan Legal Aspek dalam Peraturan Penataan Ruang ............................................

    Kedudukan Pedoman di Antara Pedoman Penataan Ruang Lainnya ..............................

    Kedudukan Pedoman Dalam Proses Penataan Ruang ....................................................

    Ruang Lingkup ................................................................................................................

    Sistematika Buku ............................................................................................................

    BAB 2 WACANA ACUAN ..............................................................................................

    Acuan Normatif dan Pengaturan Teknis .........................................................................

    Referensi Tambahan dan Pengaturan Teknis ..................................................................Pendekatan .....................................................................................................................

    Pengkayaan Materi .........................................................................................................

    Pengenalan Kawasan Reklamasi Pantai ...................................................................

    Aspek yang Perlu Dipertimbangkan dalam Reklamasi Pantai ..................................

    Rekayasa Teknis di Kawasan Reklamasi Pantai ........................................................

    Studi Kasus ......................................................................................................................

    Studi Kasus 1 : Kawasan Reklamasi Pantai Manado ................................................

    Studi Kasus 2 : Kawasan Reklamasi Pantai Losari Makassar.....................................

    Studi Kasus 3 : Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta ........................................

    BAB 3 LANGKAH PELAKSANAAN .................................................................................

    Langkah 1 : Deliniasi Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan RTRW .............................

    Langkah 2 : Menetapkan Fungsi Penggunaan Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai .......

    Langkah 3 : Menetapkan Struktur dan Pola Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ..............

    Menentukan Struktur Ruang .......................................................................

    Menentukan Pola Ruang .............................................................................

    Langkah 4 : Menetapkan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Lahan di Kawasan

    Reklamasi Pantai ..........................................................................................

    BAB 4 PENUTUP ..........................................................................................................

    Penutup .......................................................................................................................

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG iii

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    8/96

      Daftar Tabel

    Tabel 1 Kriteria Struktur Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ........................................... 66

    Tabel 2 Kriteria Pola Ruang Kawasan Reklamasi Pantai .................................................. 72

    Tabel 3 Kriteria Amplop Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ............................................ 77

    iv MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    9/96

    MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN

    REKLAMASI PANTAI disusun untuk memberikan penjelasan sistematis substansiPedoman dan cara penggunaan buku Pedoman dalam Perencanaan Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi Pantai.

    Substansi dari buku Pedoman yang dianggap sudah jelas tidak akan dijabarkan

    kembali dalam buku modul ini. Oleh karenanya penggunaan buku modul ini tidak

    dapat terpisah dari buku PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG

    KAWASAN REKLAMASI PANTAI

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG v

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    10/96

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    11/96

    PENDAHULUAN

     1

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    12/96

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    13/96

    Pendahuluan

    Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah

    dalam perencanaan tata ruang pada kawasan yang sudah ditetapkan sebagai

    kawasan reklamasi. Tujuannya adalah untuk melengkapi ketentuan dan

    acuan operasional dalam proses penyusunan rencana umum dan rencana

    rinci Kota/Kabupaten yang memiliki kawasan reklamasi pantai.

    Apa Maksud & Tujuan disusunnya Pedoman Perencanaan Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi Pantai ?

    • Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam

    penyelenggaraan penataan ruang di daerah, khususnya instansi yang

    mempunyai tugas, pokok, dan fungsi menyusun rencana tata ruang dan instansi-

    instansi sektoral yang terkait dengan pelaksanaan penataan ruang kawasan

    reklamasi pantai• Stakeholder lain :

    kegiatan pemanfaatan ruang termasuk investasi, antara lain wakil masyarakat,

    pihak akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses

    penyusunan rencana tata ruang kawasan reklamasi pantai.

    sebagai acuan dalam menentukan lokasi dan besaran

    Siapa yang Bisa Menggunakan Pedoman Perencanaan Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi Pantai ?

    Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai adalah

    pedoman yang berisikan acuan/kriteria-kriteria teknis yang membantu

    dalam merencanakan tata ruang di kawasan reklamasi pantai

    Apa yang dimaksud dengan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan

    Reklamasi Pantai ?

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 3

    PENGENALAN PEDOMAN PERENCANAAN

    TATA RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    14/96

    Ketika kabupaten/kota akan menyusun RDTR kawasan reklamasi pantai

    berdasarkan RTRW yang telah ada.

    Kapan harus menggunakan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan

    Reklamasi Pantai ?

    Mengapa harus menggunakan Pedoman Perencanaan Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi Pantai ?

    Agar dapat menciptakan keterpaduan dalam penataan ruang kawasan

    reklamasi pantai dan meminimalisir dampak lingkungan

    Rencana Struktur Ruang

    Rencana Pola Ruang :

     

    Kawasan Reklamasi Pantai(dengan ketentuan arahanperuntukan fungsi)

     

    RDTR Kawasan Reklamasi Pantai

     

    Rencana TataRuang Wilayah

    Kabupaten/Kota 

    Rencana Struktur RuangRencana Pola Ruang

    Intensitas Penggunaan Ruang

     

    4 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    15/96

    KEDUDUKAN LEGAL ASPEK

    PERATURAN PENATAAN RUANG

    DALAM 

    PP Bidang Penataan

    Ruang lainnya

    PP No. 69 Tahun 1996 tentang PelaksanaanHak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata

    Cara Peran Serta Masyarakat dalamPenataan Ruang

     

    PP No. 26 Tahun 2008 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

    (RTRWN) 

    Keppres No. 32 Tahun 1990

    tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

    Permen PUNo.40/KPTS/M/2007

    TentangPedoman Perencanaan TataRuang Kawasan Reklamasi

    Pantai

    Pedoman-Pedoman Bidang

    Penataan Ruang lainnya

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

    Tentang Pemerintahan Daerah

    Acuan Pemerintah Daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenai:

    -Tipologi Zona Kawasan Reklamasi Pantai;

    - Perencanaan Tata Ruang (Struktur dan Pola Ruang) Kawasan Reklamasi Pantai

    - Intensitas Pemanfaatan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.

    Kepmen Kimpraswil No.

    327/KPTS/M/2002 tentang

    Penetapan Enam Pedoman

    Bidang Penataan Ruang

    PP Penatagunaan Tanah

    PP Penatagunaan Air

    PP Penatagunaan Hutan

    PP Pengelolaan DAS

    Terpadu

    Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

    Tentang Penanggulangan Bencana

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

    Tentang Penataan Ruang

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 5

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    16/96

     

    Pedoman Teknik Analisis Aspek

    Fisik & Lingkungan, Ekonomi,

    Serta Sosial Budaya Dalam

    Penyusunan Rencana Tata Ruang

     Pedoman Kriteria TeknisKawasan Budidaya

     

    Pedoman Perencanaan

    Tata Ruang Kawasan

    Reklamasi Pantai

     

    Pedoman PenataanRuang Kawasan

    lainnya

     

    KEDUDUKAN PEDOMAN DIANTARA

    PEDOMAN PENATAAN RUANG LAINNYA

    6 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    17/96

     KEDUDUKAN PEDOMAN

    DALAM PROSES PENATAAN RUANG

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 7

     

    Identifikasi Penetapan Kawasan Reklamasi

    Pantai dalam RTRW Kabupaten/Kota

     

    Pengumpulan & Analisis Data

    Aspek Fisik

    Lingkungan

     

    Aspek Sosial

    Budaya

     

    1.

     

    Prasarana: jaringan jalan,

    drainase, air bersih, sanitasi,dan pemadam kebakaran .

    2.

     

    Utilitas: jaringan listrik,

    telepon, dan gas.

     

    3.

     

    Sarana: sesuai fungsi polaruang.

     

    4.

     

    Aksesibilitas: ke pusatpelayanan/aktivitas .

    5.

     

    Transportasi: dilengkapi

    prasarana transportasi darat,perairan, atau udara.

    6.

     

    Sistem perparkiran.

    7.

     

    View  dan

     

    amenitas.

    Arahan Pola Ruang:

     

    Kawasan Lindung:

    Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai

     

    1.

     

    Sempadan Pantai

     

    Kawasan Budidaya:

     

    1.

     

    Kawasan permukiman;

     

    2.

     

    Kawasan perdagangan

    dan jasa;

     

    3.

     

    Kawasan industri;

     

    4.

     

    Kawasan pariwisata;

     

    5.

     

    Kawasan pendidikan;

     

    6.

     

    Kawasan pelabuhan laut/

    penyeberangan;

     

    7.

     

    Kawasan bandar udara;

     

    8.

     

    Kawasan mixed-use

     

    (campuran) ;

     

    9.

     

    Kawasan ruang terbuka

    hijau.

     

    Aspek

    Ekonomi

     

    Arahan Struktur Ruang:

     

    PedomanPerencanaan Tata

    Ruang KawasanReklamasi Pantai

    Pedoman Teknik

    Analisis Aspek

    Fisik dan

    Lingkungan,

    Ekonomi, sertaSosial Budaya

    dalam

    Penyusunan

    Rencana Tata

    Ruang

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    18/96

    RUANG LINGKUP

    WilayahKota/Kabupaten

    yang membutuhkanperluasan lahan

    Mencari KawasanPengembangan

    Ketentuan Umum:Persyaratan

    TipologiKajian Aspek Terkait

    Sub Bab 4.1 

    MenetapkanKawasan ReklamasiPantai dalam RTRW

    PELAKSANAANPERENCANAAN TATA

    RUANG KAWASANREKLAMASI PANTAI

    Kriteria Struktur Ruang  Sub Bab 4.2 Struktur Ruang

    Pola Ruang

    IntensitasPemanfaatan Ruang

    Kriteria Pola Ruang 

    Kriteria Amplop Ruang 

    Sub Bab 4.2 

    Sub Bab 4.2 

    Ya, terpenuhi

    RUANG LINGKUP

    SUBSTANSI PEDOMAN

     

    Tidak/Belum Terpenuhi

    Kaji ulang rencanareklamasi pantai

    8 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    19/96

      Isi Materi Maksud & Tujuan

    Bagian 1 Pendahuluan mengenalkan lingkup perencanaan tata

    ruang yang dimaksud dalam buku

    pedoman

    Bagian 2 Wacana Acuan

    Perangkat kebijakan dan aturan teknis

    Materi pengayaan

    Studi kasus

    Menjadikan referensi bagi penataan

    ruang kawasan reklamasi pantai

    Bagian 3 Langkah Pelaksanaan Penggunaan

    Pedoman:

    Langkah 1 deliniasi kawasan reklamasi

    pantai berdasarkan RTRWKabupaten/kota

    Langkah 2 menetapkan fungsi

    penggunaan ruang di kawasan

    reklamasi pantai

    Langkah 3 menetapkan struktur &

    pola ruang di kawasan reklamasi

    pantai

    Langkah 4 menetapkan ketentuan

    intensitas pemanfaatan lahan di

    kawasan reklamasi pantai

    Memudahkan dalam implementasi buku

    Pedoman Perencanaan Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi Pantai

    Bagian 4 Penutup

    SISTEMATIKA BUKU 

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 9

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    20/96

    Diagram ini merupakan model sederhana

    dari diagram yang menggambarkan hal-hal

    yang harus dilakukan untuk mencapai

    output pada setiap langkah pelaksanaaan.

    Bagian kotak berwarna dari model

    sederhana ini menjadi panduan untuk

    mengetahui sampai di tahap mana kita

    berada dalam melaksanakan langkah

    tersebut.

     

    Bila anda menemukan

    informasi/notasi sebagai

    berikut...

    ...maka itu berarti Anda

    harus mengacu/mencari

    informasi tersebut di

    dalam Buku Pedoman

    Perencanaan Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi

    Pantai 

    Sebelum anda mulai menyusun Dokumen Rencana Tata Ruang, perlu

    dipahami terlebih dahulu tentang aspek-aspek terkait perencanaan penataan

    ruang kawasan reklamasi pantai.

    WACANA ACUAN yang memuat pemahaman aspek-aspek tersebut dapat

    dibaca pada Bagian 2 buku modul ini!

    CARA MENGGUNAKAN BUKU MODUL TERAPAN

    10 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    21/96

    WACANA ACUAN

     2

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    22/96

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    23/96

    Wacana Acuan

    ACUAN NORMATIF DAN PENGATURAN TEKNIS

    Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?

    Dasar

    Pertim-

    bangan

    Dasar

    Pelak-

    sanaan

    1.

     

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun

    2007 tentang Penataan Ruang

    Payung utama sebagai acuan

    penyusunan berbagai dokumen

    penataan ruang

    2.

     

    Undang-undang No.23 Tahun 1997

    tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup

     

    Sebagai acuan dalam pengelolaan

    lingkungan fisik kawasan reklamasi

    pantai

    3. Undang-undang No.27 Tahun 2007

    tentang Pengelolaan Pesisir dan

    Pulau-pulau Kecil

    Sebagai bahan pertimbangan dalam

    pemanfaatan dan perijinan

    pengelolaan kawasan reklamasi

    pantai

    4. Peraturan Pemerintah RI No.26

    Tahun 2008 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional.

    Sebagai arahan dalam penetapan

    dan pengelolaan kawasan lindung &

    kawasan budi daya.

    5. Peraturan Pemerintah RI No.27

    Tahun 1999 tentang Analisis

    mengenai Dampak Lingkungan

    Sebagai acuan dalam menyusun

    dokumen Amdal bagi pemanfaatan

    tertentu di kawasan reklamasi

    pantai

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 69

    Tahun 1996 tentang

    Pelaksanaan Hak dan Kewajiban

    Serta Bentuk dan Tata Cara Peran

    Masyarakat dalam Penataan Ruang

    Sebagai acuan dalam menyusun

    hak dan kewajiban serta peran serta

    masyarakat dalam penggunaan

    ruang dan pengendalian

    pemanfaatan ruang kawasan rawanbencana.

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 47

    Tahun 1997 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional

    Sebagai acuan dalam penyusunan

    tata ruang wilayah

    8. Peraturan Pemerintah RI No.26

    Tahun 2008 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional.

    Sebagai arahan dalam penetapan

    dan pengelolaan kawasan lindung &

    kawasan budi daya.

    9. Peraturan Pemerintah RI No.38

    Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara

    Pemerintah, Pemerintah Daerah

    Provinsi, dan Pemerintah Daerah

    Kabupaten/Kota.

    Sebagai acuan dan pertimbangan

    dalam pengelolaan program sesuai

    dengan kewenangannya

    10. Kepres 32 Tahun 1990 tentang

    pengelolaan kawasan lindung.

    Sebagai arahan dalam

    pengklasifikasian kawasan lindung

    serta bentuk penggunaan ruang di

    kawasan lindung dan kawasan

    budi daya.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 13

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    24/96

    REFERENSI TAMBAHAN DAN PENGATURAN TEKNIS

    Referensi Tambahan Mengapa digunakan ? Dasar

    Pertim-

    bangan

    Dasar

    Pelak-

    sanaan

    1.  Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan

    Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya

    dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

    Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang

    Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi

    Daya

    Untuk membantu dalam menganalisis

    data fisik lingkungan, ekonomi dan

    sosial budaya.

    2.   Untuk membantu perencana dalam

    menentukan pola penggunaan ruang di

    kawasan budi daya.

     

    3.  Pedoman Pelibatan Masyarakat dalam

    Pemanfaatan Ruang, Ditjen Penataan

    Ruang Nasional, Departemen Pekerjaan

    Umum, 2001.

     

    Untuk membantu perencana

    menyusun program pelibatan

    masyarakat dalam pemanfaatan ruang

    4.   Keputusan Menteri KIMPRASWIL

    Nomor 327 Tahun 2002 tentang

    Penetapan Enam Pedoman Bidang

    Penataan Ruang

    Untuk membantu dalam proses

    penyusunan rencana tata ruang

    wilayah provinsi, kabupaten/kota

    Bahan Materi yang Perlu Ada Mengapa diperlukan ?

    1. 

    RTRW Kabupaten/Kota Sebagai dasar penetapan kawasanreklamasi pantai

    2.  Buku Pedoman Kriteria Teknis Budi DayaSebagai arahan dalam pemanfaatan

    kawasan budi daya

    3.  Hasil kajian kawasan reklamasi pantai yang meliputi aspek fisik

    lingkungan (Mis: Amdal, Daya dukung lahan, dsb.), sosial

    budaya masyarakat setempat (mis: kawasan tersebut

    termasuk cagar budaya maka harus memperhatikan nuansa

    lingkungan ini), dan ekonomi

    Sebagai dasar teknik/rekayasa

    pemanfaatan ruang di kawasan reklamasi

    pantai

    4. 

    Perijinan pengelolaan kawasan reklamasi pantai dari instansiterkait

    Sebagai dasar pemanfaatan danpengelolaan kawasan reklamasi pantai

    14 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    25/96

    PENDEKATAN

    Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan pada

    aspek-aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan terhadap

    keseimbangan ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang

    dilakukan secara harmonis, yaitu:

    a. Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada kawasan reklamasi pantai.

    b. Menjaga kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan

    fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayahnya.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 15

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    26/96

    Pengertian REKLAMASI

    Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif

    tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.

    Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang

    lebar, ataupun di danau.

    Reklamasi dilaksanakan mengikuti prosedur sejak tahap perencanaan (pra), pelaksanaan

    dan pembangunan (proses) serta pemanfaatannya (pasca) baik di atas dan atau di bawah lahan

    hasil reklamasi.

    Tidak semua pekerjaan pengurugan di suatu kawasan dapat disebut reklamasi. Dalam

    definisi di atas terdapat syarat bahwa kawasan yang diperbaiki tersebut adalah berair. Maka

    untuk pekerjaan penimbunan tanah di kawasan tak berair, disebut saja dengan pekerjaan

    pengurugan atau penimbunan tanah.

    Sebaliknya reklamasi tidak selalu berupa pengurugan. Prosesnya adalah pengeringan

    kawasan berair. Proses tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, pertama dengan pengurugan

    dan kedua dengan penyedotan (pembuangan) air keluar dari kawasan tersebut. Cara

    pengurugan adalah cara yang paling populer dan paling mudah dilakukan, termasuk kegiatan

    reklamasi yang ada di Indonesia. Sedangkan cara penyedotan air adalah cara yang paling rumit

    dan memerlukan pengelolaan serta pemeliharaan (maintenance) yang teliti dan terus menerus.

    Contoh negara yang melakukan reklamasi dengan cara kedua ini adalah Belanda.

    Tujuan REKLAMASI

    Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi

    lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan

    pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.

    Reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi dilakukan oleh

    negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkatdemikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan

    (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak

    memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Alternatif lain dari kebutuhan lahan

    Pengenalan Kawasan Reklamasi Pantai

    PENGKAYAAN MATERI

    16 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    27/96

     

    selain dengan reklamasi adalah pemekaran ke arah vertikal dengan membangun gedun

    gedung pencakar langit dan rumah-rumah susun.

    Keuntungan dan Kerugian REKLAMASI

    Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota dalam rang

    penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah panta

    pengembangan wisata bahari, dll.

    Kerugian kegiatan Reklamasi lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang didapa

    Perlu diingat bahwa reklamasi merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhad

    keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis. Perubahan

    akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimenta

    pantai. Hal tersebut berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi ganggua

    lingkungan di daerah lain (seperti pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau untuk mater

    timbunan).

    Untuk mereduksi dampak semacam itu, diperlukan kajian mendalam terhadap proy

    reklamasi dengan melibatkan banyak pihak dan interdisiplin ilmu serta didukung dengan upa

    teknologi. Kajian cermat dan komprehensif diharapkan menghasilkan area reklamasi denga

    dampak yang seminimal mungkin terhadap lingkungan di sekitarnya.

    Sementara itu karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, maka prediksi dan simula

    perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa pelaksanaan proyek dan pasca reklamasi ser

    sistem drainasenya juga harus diperhitungkan. Karena perubahan hidrodinamika dan burukn

    sistem drainase ini yang biasanya berdampak negatif langsung terhadap lingkungan da

    masyarakat sekitar.

    Yang perlu dipikirkan lagi adalah sumber material urugan. Material urugan biasanya dipi

    yang bergradasi baik, artinya secara teknis mampu mendukung beban bangunan di atasnyKarena itulah, biasanya dipilih sumber material yang sesuai dan ini akan berhubungan deng

    tempat galian (quarry). Sumber galian yang biasanya dipilih adalah dengan melakuka

    pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau tak berpenghuni. Hal ini tentunya akan menggangg

    lingkungan di sekitar quarry . Cara lain yang relatif lebih aman dapat dilakukan dengan ca

    mengambil material dengan melakukan pengerukan (dredging) dasar laut di tengah laut dalam

    Pilihlah kawasan laut dalam yang memiliki material dasar yang memenuhi syarat gradasi da

    kekuatan bahan sesuai dengan yang diperlukan oleh kawasan reklamasi.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 17

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    28/96

    Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan

    memperhatikan ketentuan berikut:

    a) Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi

    daratan;

    b) Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan

    membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan

    yang ada;

    Lokasi yang akan direklamasi harus :

    a. Telah sesuai dengan ketentuan rencana kota yang dituangkan dalam Rencana Tata

    Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten (tergantung posisi strategis dari

    kawasan reklamasi) dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi, dan

    dituangkan ke dalam Peta Lokasi laut yang akan direklamasi.

    b. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur dan atau Walikota/Bupati (tergantungposisi strategis dari kawasan reklamasi) yang berdasarkan pada tatanan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten serta Rencana Detail Tata Ruang

    Kawasan Reklamasi

    c. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau

    kajian/kelayakan properti (studi investasi);

    d. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung

    atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;

    e. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah

    dengan daerah/negara lain.

    f. Memenuhi ketentuan pemanfaatan sebagai kawasan dengan ijin bersyarat.Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang

    besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain :

    • Penyusunan dokumen AMDAL

    • Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan

    Lingkungan (UPL)

    • Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN)

    • Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau

    aturan disinsentif lainnya.

    g. Dituangkan di dalam Peta Situasi rencana lokasi dan Rencana Teknis Pelaksanaan

    Reklamasi dan mendapat persetujuan dari instansi terkait. Perencanaan teknispelaksanaan reklamasi harus meliputi :

    • Sistem angkutan transportasi material dan sistem penimbunan sementara

    material urugan yang berkaitan dengan sistem angkutan/transportasi material.

    Ketentuan Pembangunan di Kawasan Reklamasi Pantai

    18 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    29/96

    • Sistem pengurugan dari laut dan atau dari darat.

    • Teknis pembuatan turap penahan tanah dan pemecah gelombang.

    • Teknis dan cara perbaikan/perkuatan/peningkatan daya dukung tanah yang akan

    menahan beban turap penahan tanah, pemecah gelombang dan konstruksi lain di

    atasnya.

    • Teknis pengeringan bahan urugan, teknis pemadatan bahan urugan dan teknis

    pembebanan sementara urugan dengan memasang beban sementara.

    • Teknis pemantauan penurunan (settlement)  lapisan urugan tanah akibat

    pemadatan tanah dan beban diatasnya.

    • Perencanaan dan penentuan elevasi tanah hasil reklamasi.

    • Teknis pengamanan limbah B3

    • Teknis pencegahan dan penangkalan abrasi pantai

    • Teknis pencegahan dan antisipasi banjir lokasi tanah hasil reklamasi dan di hulunya

    • Teknis pencegahan pencemaran selama konstruksi

    • Teknis pengamanan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

    • Teknis pengamanan alur pelayaran dan keselamatan kerja.

    • Teknis pembuangan bahan sisa reklamasi

    Kegiatan Reklamasi Pantai meliputi kegiatan Persiapan (Pra) Reklamasi, pelaksanaan

    (Proses) Reklamasi dan Pasca Reklamasi

    a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Persiapan (Pra) Reklamasi meliputi

    persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Perencanaan Lokasi yang akan direklamasi,

    Persyaratan Perhitungan Hydrodinamika, Persyaratan Bangunan Penahan

    Gelombang, Metode Pelaksanaan Reklamasi, Standar Bahan/Material Pengisi Urugan,

    Spesifikasi Teknis Reklamasib. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pelaksanaan (Proses) Reklamasi

    meliputi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Perbaikan Tanah Dasar,

    Pelaksanaan Teknis Pengamanan, Bahan Pelindung/Tameng/Armor, Persyaratan

    Bangunan Laut, Persyaratan Penimbunan Sementara, Persyaratan Pembebanan

    Sementara, Persyaratan Geotextile, Persyaratan Vertikal Drain, Persyaratan

    Pengurugan dan pemadatan

    c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pasca Reklamasi meliputi persyaratan

    teknis yang ditetapkan dalam: Persyaratan Ketinggian Peil, Persyaratan Penurunan

    Bangunan/Settlement , Persyaratan Pekerjaan Beton, Persyaratan Pekerjaan Kontruksi

    BajaPelaksanaan reklamasi juga harus mengacu pada standar nasional dan internasional serta

    diawasi dan dikendalikan secara teknis oleh Badan Pelaksana yang dibentuk oleh

    Pemerintah Provinsi dan atau Pemerintah Kota/Kabupaten tergantung posisi strategis dari

    kawasan reklamasi tersebut.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 19

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    30/96

    Sistem Pembangunan Kawasan Reklamasi Pantai

    Pencetus gagasan, pengoperasian dan perawatan Kawasan Reklamasi Pantai bisa

    melibatkan peran dari berbagai pihak. Partisipasi yang terorganisasi melalui suatu kelembagaan

    yang membentuk stakeholders: Privat, Publik dan Masyarakat.

    Sistem Pembangunan Kawasan Reklamasi Pantai meliputi :

    A. New Development  (Pembangunan Baru)

    Pembangunan Kawasan Reklamasi ada 2 cara:

    1. New Site (Pembangunan di lokasi baru)

    Masyarakat yang menempatinya adalah masyarakat baru. Contoh : Pantai Jakarta

    2. Infill Development  (Pembangunan secara kontekstual di lahan yang sudah direklamasi)

    Masyarakat yang menempatinya adalah gabungan masyarakat baru dan masyarakat

    lama yang sudah dahulu mendiami lahan tersebut.

    B. Pengembangan/Development

    1. Pengembangkan kawasan reklamasi melalui sistem operasi dan pemeliharaan ada 3

     jenis, yaitu:

    • Enclave/Tertutup

    Untuk pengembangan kawasan reklamasi dengan sistem operasi dan pemeliharaan

    tertutup, pengunjung/penghuni dibatasi, baik dari segi jumlah, waktu dan biaya.

    Contoh: Pantai Ancol, Pelindo, Pantai Menado.

    • Terbuka

    Untuk pengembangan kawasan reklamasi dengan sistem operasi dan pemeliharaan

    terbuka, pengunjung/penghuni tidak dibatasi, baik dari segi jumlah, waktu dan biaya.

    Contoh: Pantai Makasar• Perpaduan Enclave dan Terbuka

    Untuk pengembangan kawasan reklamasi dengan penggabungan sistem operasi dan

    pemeliharaan Enclave dan ’Terbuka’, sebagian pengunjung/penghuni tidak dibatasi,

    baik dari segi jumlah, waktu dan biaya, namun sisanya (pengunjung) dibatasi dalam hal

     jumlah, waktu dan biaya.

    Contoh: Pantai Marina Semarang (untuk fasilitas obyek wisatanya dikenakan biaya

    masuk, namun fasilitas obyek wisata tersebut dapat dinikmati pengunjung/ penghuni

    di luar kawasan tersebut (umum). Untuk kawasan real estate, pengunjung dibatasi dari

    segi jumlah, waktu dan biaya).

    2. Inisiatif Pembangunan Kawasan Reklamasi• Inisiatif yang berasal dari Pemerintah

    Inisiatif yang berasal dari Pemerintah ada 2, yaitu:

    o Pemerintah sebagai Fasilitator

    Dalam hal ini, pemerintah menyediakan Master Plan dan membuat peraturan-

    20 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    31/96

    peraturan/regulasi tentang kawasan reklamasi yang akan digunakan sebag

    guidelines perencanaan pembangunan kawasan reklamasi pantai bagi investo

    investor yang akan membangun kawasan reklamasi Pantai.

    o Pemerintah sebagai Investor dan Pengembang

    Disini, pemerintah mempunyai wewenang terhadap Pantai (Otoritas Panta

    sekaligus berperan sebagai pengembang. Contoh: Pantura di Jakarta

    • Private Initiative

    Inisiatif yang berasal dari swasta berupa pembangunan dengan :

    o sistem operasi dan pemeliharaan tertutup

    o sistem operasi dan pemeliharaan terbuka

    • Community Initiative

    Inisiatif yang berasal dari Masyarakat :

    o sistem operasi, dimana masyarakat berperan untuk:

    - Mentaati peraturan tata ruang

    - Menyediakan/melengkapi/mengembangkan Prasarana, Sarana dan Utilitas

    o sistem pemeliharaan, dimana masyarakat berperan untuk:

    - Merawat Prasarana, Sarana dan Utilitas

    - Mengaplikasikan rencana-rencana tentang tata ruang

    • Stakeholders yang melibatkan peran:

    - Masyarakat

    - Pemerintah

    - Swasta

    Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai

    Kawasan reklamasi pantai secara umum dapat dimasukkan dalam kategori:

    • Secara visual merupakan kawasan pesisir yang meliputi sejumlah areal daratan dan are

    lautan/air tertentu.

    • Secara administratif dengan adanya reklamasi maka garis pantai yang baru akan dijadik

    batas jurisdiksi areal laut/air, yaitu sejumlah 4 mil ke arah laut.

    1. TIPOLOGI KAWASAN PESISIR

    Tipologi kawasan pesisir secara umum dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) jenis yaitu :

    a. Kawasan pesisir pantai tertutup

    b. Kawasan pesisir pantai agak tertutup (teluk besar)c. Kawasan pesisir pantai memanjang

    d. Kawasan pesisir pantai tebing

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 21

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    32/96

    Dari sisi material pembentuknya dikenal pada beberapa jenis pantai, yaitu :

    a. Pantai bukit pasir (dune)

    b. Pantai tombolo dan lidah pasir(fleche)

    c. Pantai delta akibat tumpukan sedimen pada mulut sungai

    d. Pantai laguna (estuaria) yang merupakan kolam air payau

    2. TIPOLOGI KAWASAN REKLAMASI

    a. Berdasarkan Fungsi

    Tipologi kawasan reklamasi pantai secara signifikan dikelompokkan atas :

    • Kawasan Perumahan dan Permukiman

    • Kawasan Perdagangan dan Jasa

    • Kawasan Industri

    • Kawasan Pariwisata

    • Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang Terbuka Tata

    Air/Biru)

    • Kawasan Pelabuhan Laut / Penyeberangan

    • Kawasan Pelabuhan Udara

    • Kawasan Mixed-Use

    • Kawasan Pendidikan

    b. Berdasarkan Luasan

    Kawasan Studi Reklamasi berdasarkan luasan dan lingkupnya dapat dibedakan dalam

    kategori sebagai berikut :

    1. Reklamasi Besar. Kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan mempunyai lingkup

    pemanfaatan ruang yang sangat banyak dan bervariasi. Contoh : Kawasan reklamasi

    Jakarta

    2. Reklamasi Sedang. Merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100 sampai dengan500 ha dan lingkup pemanfaatan ruang tidak terlalu banyak ( ± 3 – 6 jenis). Contoh :

    Kawasan Reklamasi Menado

    3. Reklamasi Kecil. Merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil (dibawah 100ha)

    dan hanya memiliki beberapa variasi pemanfaatan ruangnya (hanya 1-3 jenis ruang

    saja). Contoh : Kawasan Reklamasi Makasar

    c. Berdasarkan Bentuk Fisik

    1. Menyambung dengan Daratan

    Model reklamasi ini seperti model reklamasi pada umumnya, dimana kawasan daratan

    lama berhubungan langsung dengan daratan baru. Penerapan model ini pada kawasan

    yang tidak memiliki kawasan ( penanganan ) khusus atau kawasan lindung seperti :- kawasan permukiman nelayan,

    - kawasan hutan mangrove

    - kawasan hutan pantai

    - kawasan perikanan tangkap

    - kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi

    22 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    33/96

    - kawasan larangan ( rawan bencana )

    - kawasan taman laut, dsb

    2. Terpisah dengan Daratan

    Model reklamasi ini diterapkan pada kawasan-kawasan yang memiliki kawasan khus

    seperti yang telah disebutkan di atas. Model ini memisahkan (meng-“enclave”

    daratan lama yang berupa kawasan lindung/ kawasan khusus dengan kawasan darata

    baru dengan tujuan:

    - Menjaga keseimbangan tata air yang ada

    - Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai, dll)

    - Mencegah terjadinya dampak/ konflik sosial

    - Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikana

    minyak )

    - Menghindari kawasan rawan bencana

    - Dsb.

    3. Gabungan 2 Bentuk Fisik (Terpisah dan Menyambung dengan Daratan)

    Suatu kawasan reklamasi dimungkinkan menggunakan gabungan 2 (dua) mod

    reklamasi sekaligus apabila wilayah kawasan perencanaan reklamasi terdapat poten

    dan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas. Kawasan reklamasi pad

    kawasan yang potensial/lindung menggunakan teknik terpisah dengan daratan da

    pada bagian yang tidak memiliki potensi khusus menggunakan teknik menyambun

    dengan daratan yang lama.

    Sumber materi dan gambar:

    1. Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005

    2. Laporan Kegiatan Bantuan Teknis Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Pengembangan Kota

    Batam, 2006

    3. Kutipan tulisan Mohammad Faiqun Ni'am tentang Reklamasi dari

    http://f4iqun.wordpress.com/2007/07 

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 23

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    34/96

    Model Reklamasi Menyambung Daratan

    Contoh Model Tipologi Kawasan Reklamasi Berdasarkan Bentuk Fisik

    (Sumber gambar: Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai)

    24 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    35/96

    Master Plan Kawasan Reklamasi Pantai Batam yang Menggunakan Gabungan 2 Model Reklamasi 

    Reklamasi Terpisah dari Daratan

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 25

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    36/96

    Sumber: Buku Pedoman Perencanaan Tata Ruang Reklamasi Pantai 

    Ketentuan UmumKeterangan

    Aspek Pertimbangan

    1. Sosial, Budaya dan

    Ekonomi

    a) Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya danekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi. Perubahan

    terjadi harus menyesuaikan:

    1. Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan;

    2. Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis

    lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.

    b) Aspek sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya,pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

    2. Pergerakan

    Aksesibilitas dan

    Transportasi

    Perencanaan pergerakan, aksesibilitas dan transportasi kawasan reklamasi pantai harus

    memenuhi ketentuan sebagai berikut:

    a) Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap kerangkautama/coastal road  yang melintasi pantai/perairan agar publik dapat menikmati panorama

    dan kenyamanan pantai;

    b) Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus menyediakan kanal-kanal dan atau ruangperairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan dan sub-sub wilayah

    kota;

    c) Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana dan sarana diperairan, darat dan udara;

    d) Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus memiliki variasi integrasi danvariasi transportasi berdasarkan konsep “ride and park system” di beberapa tematik

    kawasan;

    e) Perencanaan manajemen sistem transportasi dan kelengkapan sarana penunjangtransportasi.

    3. Kemudahan Publik

    dan Ruang Publik

    a) Tata letak bangunan yang figuratif dan garis ketinggian bangunan yang berhirarki untukmenjaga kemudahan publik dalam menikmati panorama ruang pantai;

    b) Keberadaan ruang publik yang dapat diakses, dimanfaatkan dan dinikmati secara mudah

    dan bebas oleh publik tanpa batasan ruang, waktu dan biaya;c) Potensi elemen-elemen pantai untuk direpresentasikan kembali melalui kreativitas proses

    penggalian, perancangan dan pengemasan potensi alam/laut/pantai/perairan yang

    signifikan agar tercipta kemudahan dan kenyamanan publik;

    d) Potensi alam/pantai yang perlu dikembangkan sekaligus dikonservasi, misalnya pasir,hutan, flora dan fauna air, bakau, tebing/bibir pantai, kontur, peneduh, langit, dan

    pemandangan/panorama;

    e) Perwujudan kenyamanan pada elemen pantai dalam bentuk antara lain:1) keheningan suasana;

    2) keindahan panorama pantai;

    3) kealamiahan desa;

    4) kejernihan riak dan gelombang air pantai;

    5) kehijauan bukit & lembah;6) kerimbunan hutan pantai;

    7) kebersihan pasir;

    8) kebiruan langit;

    9) keteduhan di sekitar pantai.

    Aspek yang Perlu dipertimbangkan dalam Reklamasi Pantai

    26 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    37/96

    Rekayasa Teknis di Kawasan Reklamasi Pantai

    Variabel-variabel yang dipengaruhi dalam tata ruang kawasan reklamasi pantai da

    substansi teknik pantai adalah:

    a. Bentuk Garis PantaiBentuk garis pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedime

    seperti rapat massa dan tahanan terhadap abrasi, ukuran dan bentuk sedimen/partike

    kondisi gelombang dan arus, serta bathimetri pantai. Garis pantai yang berhadapa

    langsung dengan laut lepas mempunyai karakteristik lebih rentan terhadap seranga

    gelombang, dibanding dengan garis pantai yang terlindung sebagian oleh faktor ala

    seperti adanya kumpulan pulau. Contoh : Pantai Cilacap ke arah barat di Provinsi Jaw

    Tengah terlindung terhadap serangan gelombang, dengan adanya Pulau Nusakambanga

    Garis pantai pada kurun waktu tertentu juga akan mengalami perubahan, ada garis pant

    yang bertambah maju ke arah laut (pantai akresi), sebaliknya ada garis pantai yang terero

    atau mundur ke arah darat . Contoh tentang hal ini adalah pantai di Kabupaten Rembang,

    Kota dan Kabupaten Pekalongan.

    Dari penjelasan di atas dapat dihubungkan bahwa untuk pantai yang terlindung secara alam

    lebih mudah penanganannya dalam kaitan dengan Penataan Ruang Kawasan Reklama

    Pantai, karena struktur yang akan digunakan relatif ringan dan kawasan reklamasi rela

    aman. Adapun tipologi kawasan pesisir pantai secara umum dapat dibedakan ke dalam

    (empat) jenis yaitu :

    • Kawasan pesisir pantai tertutup adalah suatu kawasan pantai yang dilindungi oleh ala

    sehingga pantai tersebut aman terhadap serangan gelombang. Contoh: pantai

    Pelabuhan Bengkulu pulau Sumatera Provinsi Bengkulu.

    • Kawasan pesisir pantai agak tertutup (teluk besar) adalah kawasan pantai yang sebagi

    besar terlindungi oleh serangan gelombang, tetapi masih dimungkinkan seranga

    gelombang pada waktu tertentu dapat terjadi di pantai tersebut. Contoh : Pantai Tel

    Banten Provinsi Banten, Pantai Teluk Jakarta DKI Jakarta, Pantai Teluk Pelabuhan Ra

    Provinsi Jawa Barat, Pantai Teluk Penyu Provinsi Jawa Tengah.

    • Kawasan pesisir pantai memanjang adalah kawasan pantai yang relatif lurus memanja

    tanpa ada perubahan berarti seperti semenanjung dan teluk. Contohnya : Pantai Sa

    dan Slamaran Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah.

    • Kawasan pesisir pantai tebing adalah pantai yang kemiringan pantainya besar at

    curam. Contoh: pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta.• Kawasan pesisir pantai landai adalah pantai yang kemiringan pantainya landai. Conto

    Pantai Utara Provinsi Jawa Tengah.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 27

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    38/96

    b. Kemiringan Pantai

    Kemiringan pantai sangat dipengaruhi oleh material dasar pantai, yang dapat berupa

    lumpur, pasir atau kerikil. Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran

    material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai

    1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih besar yang berkisar antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan

    pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai

    dimana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut

    dan gelombang relatif kecil. Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur sebagian besar

    merupakan pantai berlumpur. Sebagian besar pantai yang menghadap ke Samudra

    Indonesia, seperti Pantai Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Pantai Barat Sumatra, adalah

    pantai berpasir.

    Dari sisi material pembentuknya dikenal ada beberapa jenis pantai, yaitu :

    • Pantai bukit pasir(dune)

    Pada umumnya pantai berpasir mempunyai bentuk serupa. Pada lokasi gelombang

    pecah terdapat longshore  bar, yaitu gundukan pasir di dasar yang memanjang

    sepanjang pantai.Pada saat air pasang bagian atas dari foreshore akan terbentuk dan

    menjadi kering selama air surut. Angin yang berhembus ke arah darat dapat

    mengangkut pasir yang kering tersebut ke arah darat di backshore atau lebih jauh lagi di

    pesisir dan membentuk bukit pasir yang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai

    terhadap serangan gelombang.

    Di sepanjang pantai selatan Jawa Tengah terbentuk bukit pasir dengan lebar mencapai 2

    km dan tinggi 8 m. Pembentukan sand dunes tersebut disebabkan oleh angkutan pasir

    yang sangat besar di sepanjang pantai.Pasir dalam jumlah yang sangat besar tersebut

    merupakan akumulasi dari pasir Gunung Merapi yang terangkut oleh Sungai Opak dan

    Progo ke Samudera Indonesia.

    • Pantai tombolo dan lidah pasir(fleche)Pantai jenis ini hampir sama dengan pantai bukit pasir, hanya ada sedikit perbedaan

    pada konsentrasi penumpukan pasirnya. Di pantai ini pasir terkonsentrasi di belakang

    bangunan seperti offshore breakwater . Sedang lidah pasir muncul sebagai akibat

    adanya transpor sedimen pasir dari sungai. Seperti halnya sungai-sungai yang berhulu di

    Gunung Merapi Provinsi DI Yogyakarta.

    • Pantai delta akibat tumpukan sedimen pada mulut sungai

    Pada pantai ini terjadi di daerah pantai di mana banyak muara sungai yang membawa

    sedimen suspensi dalam jumlah besar. Selain itu kondisi gelombang di pantai tersebut

    relatif tenang sehingga tidak mampu membawa sedimen tersebut ke perairan dalam di

    laut lepas. Sedimen suspensi tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yangluas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal. Kemiringan dasar pantai

    sangat kecil. Contoh : Pantai Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.

    • Pantai laguna (estuaria) yang merupakan kolam air payau

    28 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    39/96

    c. Jenis Tanah Dasar

    Dalam kaitan Penyusunan Program Rencana Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, bent

    garis pantai tidak berdampak secara langsung terhadap penataan ruang kawasan reklama

    Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa ol

    sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Sifat-sifat sedimen melipu

    ukuran partikel dan distribusi butir sedimen, rapat masa, bentuk, kecepatan endap, tahana

    terhadap erosi. Pada tulisan di bawah ini hanya disinggung tentang ukuran partikel sedime

    Ukuran partikel sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempun

    lumpur, pasir, kerikil, koral, dan batu. Berdasarkan klasifikasi menurut Wenthworth, pas

    mempunyai diameter antara 0,063 dan 2,0 mm yang selanjutnya dibedakan menjadi lim

    kelas. Material sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter di bawah 0,063 m

    yang merupakan sedimen kohesif.

    Distribusi ukuran butir biasanya dianalisis dengan saringan dan dipresentasikan dala

    bentuk kurva persentase berat kumulatif . Pada umumnya distribusi ukuran butiran pas

    mendekati log normal, sehingga sering digunakan pula skala satuan phi. Ukuran bu

    median D50 adalah paling banyak digunakan untuk ukuran butiran pasir. Untuk menguk

    derajad penyebaran ukuran butir terhadap nilai rerata sering digunakan koefisien S

    Apabila So bernilai lebih besar 1,0 dan lebih kecil 1,5 berarti ukuran butir seraga

    sedangkan untuk So lebih besar 1,5 dan lebih kecil 2,0 penyebaran ukuran butir sedang, ji

    So lebih besar 2,0 gradasi ukuran pasir sangat bervariasi.

      Coastal Area 

    Offshore

    Dune 

    Backshore 

    Foreshore - inshore

    HWL

    LWL

    Pembagian wilayah pantai 

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 29

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    40/96

    Pada umumnya profil pantai berpasir mempunyai bentuk landai, mempunyai bagian-bagian

    yang disebut inshore, foreshore dan backshore. Dari sisi permukaan air dapat dibagi dalam

    breaker zone, surf zone dan swash zone. Jarak antara zona backshore dan foreshore, mempunyai

    batas antara kedua zona yang disebut puncak berm, yaitu titik dari run up maksimum pada

    kondisi gelombang normal (biasa). Run up adalah naiknya gelombang, pada permukaan miring.

    Run up gelombang mencapai batas antara pesisir dan pantai hanya selama terjadi gelombang

    badai. Surfzone terbentang dari titik di mana gelombang pertama kali pecah sampai titik run up

    di sekitar lokasi gelombang pecah. Di lokasi gelombang pecah terdapat longshore bar , yaitu

    gundukan pasir di dasar yang memanjang sepanjang pantai.

    2. JALAN DAN TRANSPORTASI

    A. Darat (sistem jaringan Jalan)

    Jalan sebagai suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala

    bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkannya bagi

    lalu lintas (UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Dengan hal ini, pemerintah mengatur klasifikasi

    fungsional jalan di Indonesia yang tercantum dalam PP No. 15 Tahun 2005 dan PP No. 34 Tahun

    2006.

    Klasifikasi jalan dapat dibagi dalam kelas-kelas berdasarkan fungsi jalan serta volume dan

    sifat lalu lintas (Ditjen Bina Marga). Berdasarkan fungsinya jalan dibedakan menjadi 3 golongan

    berikut :

    1. Jalan Utama, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota penting

    dan melayani arus lalu lintas yang cepat dan berat.

    2. Jalan Sekunder, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antar kota-kota

    penting, kota-kota yang lebih kecil dan daerah sekitarnya.

    3. Jalan Penghubung, yaitu jalan untuk keperluan aktivitas daerah dan juga dipakai sebagai

    penghubung dari golongan jalan yang sama atau berlainan.

    Klasifikasi menurut kelas jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat, MST (ton) 

    Arteri

    I

    II

    IIIA

    > 10

    10

    8

    Kolektor III A

    III B 8

    Tabel Klasifikasi Jalan Menurut Kelasnya

    Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (TCPGJAK) 1997 

    30 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    41/96

    Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

    Datar D < 3

    Perbukitan B 3 – 25

    Pegunungan G > 25

    Tabel Klasifikasi Menurut Medan Jalan

    Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (TCPGJAK) 1997 

    Klasifikasi atau penggolongan jalan diupayakan seefektif mungkin dengan tujuan mendapatk

    kemudahan dalam perencanaan, pengembangan dan pengaturan transportasi darat

    Indonesia.

    B. Laut (dermaga / pelabuhan)

    Terbatasnya prasarana transportasi darat. Selain transportasi udara dalam melayani wilay

    antar propinsi, transportasi sungai merupakan alternatif yang lain, karena transportasi sung

    relatif murah dan mempunyai daya jelajah yang lumayan meskipun sistem transportasi sung

    ini tidak bisa cepat. Transportasi sungai masih merupakan aspek penting dalam pergeraka

    penduduk pada panti, khususnya dalam menghubungkan wilayah kota dengan wilaya

    hinterland -nya.

    Jenis angkutan sungai yang umum dipergunakan adalah jenis kapal motor, speed boa

    pontoon, kapal tarik, ferry dan kelotok.

    C. Udara (bandara)

    Pelayanan moda transportasi udara adalah yang paling efektif untuk melayani perhubunga

    antar wilayah. mengingat prasarana dan sarana transportasi saat ini kurang menunjan

    Transportasi udara yang didukung oleh kedudukan Bandara mempunyai jangkauan pelayana

    tidak saja dalam lingkup propinsi itu sendiri, tetapi juga mencapai wilayah nasional bahk

    internasional.

    Bandara mempunyai kemapuan operasional tinggi yang didukung dengan panjang landasa

    pacu (runway) sepanjang lebih dari 1.800 meter yang dapat didarati pesawat berbadan besar.

    3. DRAINASE DAN PENANGANAN BANJIR

    Untuk penanganan drainase dan pengendali banjir di kawasan reklamasi pantai dan daera

    hulunya ditinjau dari aspek lokasi lahan reklamasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :- Lokasi reklamasi terletak di alam garis pantai, seperti di daerah tambak atau rawa-raw

    seperti terlihat pada Gambar Reklamasi di Dalam Garis Pantai.

    - Lokasi reklamasi pantai di luar garis pantai (menjorok ke laut) seperti terlihat pada Gamb

    Reklamasi di Luar Garis Pantai.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 31

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    42/96

    Reklamasi di dalam garis pantai 

    lautgaris pantai

    reklamasi

    darat

     

    Garis pantai adalah pertemuan antara laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang

    tertinggi, seperti terlihat pada Gambar berikut ini.

    Reklamasi di luar garis pantai 

    laut

    garis pantai reklamasi

    darat

    HWL = Highest water level (muka air laut pasang tertinggi)MSL = Mean sea level (muka air laut rata-rata)

    LWL = Lowest water level (muka air laut surut terendah)

    darat garis pantai

    Garis pantai 

    laut

    HWL

    MSL

    LWL

     

    32 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    43/96

    Sistem drainase dan pengendali banjir yang akan digunakan tergantung pada

    letak lahan reklamasi dan kondisi geologinya

     

    Untuk penanganan drainase di kawasan reklamasi pantai ditinjau dari aspek kondisi lapisa

    tanah dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    - Kondisi lapisan tanah cukup bagus, sehingga tidak mengalami land subsidence (penuruna

    tanah)

    - Kondisi lapisan tanah jelek, sehingga mengalami land subsidence (penurunan tanah)

    Reklamasi di Dalam Garis Pantai yang Tidak Mengalami Land Subsidence

    Untuk mengatasi banjir yang terjadi di bagian hulu kawasan reklamasi pantai antara lain :

    - Membuat garis sempadan sungai

    - Menormalisasi sungai- Membuat saluran kolektor.

    Garis sempadan sungai di dalamnya meliputi lebar saluaran rencana (lebar bagian ata

    lebar jalan rencana, trotoar dan saluran drainase lingkungan, seperti terlihat pada Gambar

    bawah ini.

     

    lebar sempadan sungai

    Gambar Garis sempadan sungai 

    Untuk mengatasi genangan yang terjadi di kawasan reklamasi pantai antara lain :

    - Urugan tanah reklamasi pantai harus cukup aman terhadap air laut pasang, tinggi loncat

    gelombang pada bangunan pantai (sea wall/revetment) dan ditambah dengan tinggi jagaan

    - Urugan tanah reklamasi pantai harus cukup aman terhadap muka air banjir di sungai daditambah dengan tinggi jagaan

    - Pembuatan jaringan saluran drainase di kawasan reklamasi dengan arah aliran (kemiring

    dasar saluran) menuju ke pembuangan akhir (laut, sungai dan saluran kolektor) yang pali

    dekat.

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 33

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    44/96

    garis pantai

    reklamasi

    saluran kolektor daratsaluran drainase

    garis sempadan sungai

    B = lebar sungai rencana

    reklamasi

    laut

    B

    Sungai

    Konsep Sistem Drainase dan Pengendali Banjir 

     

    Reklamasi di Dalam Garis Pantai yang Mengalami Land Subsidence

    Untuk mengatasi genangan yang terjadi di kawasan reklamasi pantai yaitu dengan

    menggunakan sistem polder.Sistem polder (non gravitasi) adalah suatu sistem dimana kawasan tersebut diisolasi

    terhadap pengaruh muka air banjir/muka air laut pasang yang ada di luar kawasan reklamasi dan

     juga elevasi muka air banjir yang terjadi akibat hujan lokal yang turun di dalam kawasan tersebut

    dapat dikendalikan.

    Komponen drainase sistem polder terdiri dari :

    - Tanggul berfungsi untuk mengisolasi kawasan tersebut terhadap limpasan/bocoran dari luar

    sistem, seperti banjir dan air laut pasang

    - Pintu air berfungsi untuk menahan air banjir/air laut pasang dari luar sistem agar tidak masuk

    ke kolam retensi/saluran dan untuk menyalurkan debit banjir keluar sistem pada saat terjadi

    kerusakan pompa dan muka air di luar sistem lebih rendah dari muka air di dalam sistem

    - Pompa air berfungsi untuk menyalurkan debit banjir ke luar sistem pada saat terjadi hujan

    - Kolam retensi berfungsi untuk menampung debit banjir pada saat terjadi hujan

    - Jaringan saluran drainase berfungsi untuk menyalurkan debit banjir dari seluruh sistem ke

    kolam retensi/stasiun pompa.

    Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pantai

    dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

    34 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    45/96

    Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pant

    dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

     

    Saluran kolektor darat Garis sempadan sungai

    Saluran drainase

    reklamasireklamasi

    tanggul

    Garis pant

     

    Laut

    B Kolam, pompa & pintu air

    B= Lebar sungai rencana

    Konsep Sistem Drainase Dan Pengendali Banjir 

    Sungai

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 35

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    46/96

    Garis pantai

    Laut>B

    Konsep Sistem Drainase dan Pengendali Banjir 

    Reklamasi di Luar Garis Pantai Yang Tidak Mengalami Land Subsidence

    Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pantai

    dapat dilihat pada gambar berikut ini.

    reklamasi reklamasi

    saluran kolektor daratsaluran drainase

    garis sempadan sungaiB = lebar sungai rencanaSungai

    arah angin / gelombang dominan

    Contoh reklamasi pantai yang salah

    Reklamasi di luar garis pantai juga harus memperhatikan dampak terhadap muara sungai

    yang ada di sekitar daerah reklamasi pantai. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh

    reklamasi pantai yang tidak benar, yang menimbulkan penyumbatan muara sungai.

    reklamasi

    sungai

    sedimentasi

    36 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    47/96

    Contoh reklamasi pantai yang benar 

    reklamasi

    sungai

    Reklamasi di Luar Garis Pantai Yang Mengalami Land Subsidence

    Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pant

    dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

     

    Konsep Sistem Drainase dan Pengendali Banjir 

    reklamasi

    laut

    tanggul > B

    B

    garis pantai

    saluran kolektor darat

    reklamasi

    kolam, pompa & pintu air

    garis sempadan sungai

    B = lebar sungai rencana

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 37

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    48/96

    Peruntukan ruang kawasan- Permukiman

    - Perdagangan dan Jasa

    - Industri

    - Pariwisata

    - Public Space

    - Mixed use

    - dll

    Input terhadap kawasan1. Penggunaan Energi

    2. Penggunaan sumber daya

    alam

    3. Pembukaan ruang baru

    4. Operasional kawasan

    5. Penataan kawasan

    Berkurangnya sumber daya alam (resources depletion)

    Berkurangnya cadangan energi (energy depletion)

    Cemaran (Padat, Cair dan gas)

    Perubahan ekosistem   - Lahan konservasi

    - Ruang Terbuka Hijau

    Badan lingkungan penerima

    Perubahan kualitas lingkungan

    Kesetimbangan sistem kawasan

    -Sistem lingkungan (biotik dan

    abiotik)

    - Sistem sosial

    - Sistem ruang kawasan

    PENGELOLAAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL MANAGEMENT)

    Variabel yang dipengaruhi oleh kawasan reklamasi dapat digambarkan dalam diagram berikut:

    38 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    49/96

    Input terhadap kawasan reklamasi adalah:

    1. Penggunaan Energi

    Energi sangat dibutuhkan oleh keseluruhan sistem yang ada di dalam kawasan untuk beker

    secara normal. Energi yang jamak digunakan adalah (1) energi listrik yang bisa bersumb

    dari konversi bentuk energi yang lain seperti minyak bumi, batu bara, air, angin, nuklir at

    sinar matahari (2) energi minyak bumi baik untuk kegiatan transportasi, domestik at

    industri (3) energi lain seperti nuklir, air, gas bumi dll.

    2. Penggunaan sumber daya alam

    Penggunaan sumber daya alam yang paling banyak digunakan dalam aktivitas sebua

    kawasan adalah air. Air dapat diperoleh dari mata air, sungai dan/atau air permukaan la

    desalinasi air laut, dan air bawah tanah.

    3. Pembukaan ruang baru

    Pembukaan ruang baru merupakan kegiatan dalam kawasan reklamasi yang bertujuan unt

    memberikan ruang (space) bagi aktivitas yang ada di atasnya. Pembukaan ruang ini dap

    merubah sistem ruang yang sudah ada, misalnya pembukaan hutan, perubahan huta

    bakau, perubahan ekosistem pantai, muara dan habitat lain yang berada di sekitar kawas

    reklamasi.

    4. Operasional kawasan

    5. Penataan kawasan

    Penataan kawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjaga sistem yang ada

    dalamnya agar dapat bekerja secara seimbang. Kegiatan ini meliputi pemeliharaan saran

    dan prasarana, pengelolaan dan konservasi lingkungan.

    PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI

    Penataan ruang dalam kawasan reklamasi harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunayang berkelanjutan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

    • Analisa

    - Karakteristik lingkungan

    - Jenis aktivitas

    • Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tata Ruang Kawasan Reklama

    Pantai.

    Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tata ruang kawasan pantai adalah:

    1. Ruang terbuka hijau

    2. Penggunaan Air bersih

    3. Penggunaan Energi• Identifikasi potensi masalah

    Faktor-faktor tersebut di atas merupakan infrastruktur yang harus dipenuhi dalam penataa

    ruang pada kawasan reklamasi. Pada operasional kawasan jenis aktivitas, penggunaan a

    dan penggunaan energi akan menimbulkan dampak berupa cemaran atau polutan yan

    dilepas menuju badan lingkungan penerima. Bentuk cemaran tersebut adalah:

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 39

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    50/96

    a. limbah cair akibat kegiatan domestik (permukiman) dan non domestik (industri,

    perdagangan, jasa).

    b. limbah padat (sampah) akibat kegiatan domestik (permukiman) dan non domestik

    (industri, perdagangan, jasa).

    c. limbah gas (sampah) akibat kegiatan domestik (permukiman), transportasi, dan non

    domestik (industri, perdagangan, jasa).

    Identifikasi Variabel-Variabel yang Dipengaruhi dalam Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai

    1. Ruang terbuka dan tata hijau

    2. Sarana pengolah limbah berupa IPAL atau IPLT

    • Jauh dari permukiman penduduk

    • Pada daerah non produktif 

    • Pada ketinggian permukaan tanah yang rendah sehingga dimungkinkan penyaluran

    secara gravitasi,

    • Tidak terpengaruh pasang surut

    3. Sarana pengelolaan limbah padat

    • Jauh dari permukiman penduduk;

    • Memiliki aksesibilitas yang baik;

    • Tidak terpengaruh pasang surut

    4. Sarana penyediaan air bersih (IPAB)

    • Diletakkan pada wilayah yang berdekatan dengan air permukaan (sungai)

    • Diupayakan pada lokasi terjauh dari muara sungai

    Sumber materi dan gambar:

    Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005

    40 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    51/96

    STUDI KASUS 1 :

    KAWASAN REKLAMASI PANTAI MANADO

     

    Gambar: Letak Kota Manado

    6

    5

    3

    2

    1

    4

    Pelabuhan Menado

    Lokal

    Pantai

    Menado

    Jl. Sam

    Ratulangi(boulevard

    lama)

    Jl. Boulevard

    Piere Tendean

    (boulevard baru)

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 41

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    52/96

    Konsep dari rencana penggunaan ruang Kota Manado adalah ”mixed use/campuran”.

    Selanjutnya rencana pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi yang

    terdistribusi dalam 3 kecamatan berdasarkan RTRW 2000-2010 adalah :

    • Kecamatan Wenang direncanakan sebagai kawasan perdagangan/usaha/jasa, kawasan

    perkantoran/pemerintahan, kawasan jasa, kawasan pelabuhan laut dan wisata, kawasan

    permukiman dan instalasi militer

    • Kecamatan Sario direncanakan sebagai kawasan permukiman, kawasan jasa (reklamasi),

    kawasan perkantoran/pemerintahan, kawasan perdagangan/usaha/jasa dan kawasan

    instalasi militer

    • Kecamatan Malalayang direncanakan sebagai kawasan wisata pantai. Sedangkan kondisi

    pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi Pantai Manado juga dirancang

    sebagai kawasan ”mixed use/campuran” yang didominasi perdagangan dan jasa.

    Bentang Reklamasi 200-

    500 M dari batas darat

    eksisting dari

    6

    1

    4

    Pelabuhan Menado Lokal 

    Pantai Menado 

    Jl. Boulevard  

    (boulevard baru) 

    Jl. Sam Ratulangi

    (boulevard lama) 

    Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Terbangun di Sepanjang Kawasan Reklamasi

    Pantai Manado

    Beberapa lahan pengembang (No. 1-6) telah

    memanfaatkan lahannnya sebagai kawasan mixed-use

    Jadi pengembangan kawasan

    terbangun di kawasan reklamasi

    dinilai sudah mengacu atau relevan

    terhadap RTRW Kota Manado 2000-

    2010. Lihat Peta Rencana

    Penegembangan Kawasan

    Terbangun Kota Manado Th 2000-

    2010.

    42 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    53/96

    Public Easement  dan View /Amenitas

    • Lay out figurasi bangunan dan sky line ketinggian bangunan perlu diatur secara figuratif da

    berhirarki agar public easement  tetap terjaga

    • Ruang publik yang perlu disediakan oleh pengembang sebesar 16% masih perlu leb

    dikembangkan lagi dari segi pemanfaatan dan pengendaliannya. Ruang publik/ pub

    domain adalah ruang milik publik/masyarakat untuk menikmati potensi view   dan amenit

    pantai secara bebas baik dari segi ruang, biaya maupun waktu.

    Bentang Reklamasi 200 -500 M dari batas darat

    eksisting dari 

    6

    5

    3

    2

    1

    4

    Pelabuhan Menado Lokal 

     Jl. Sam Ratulangi

    (boulevard lama)

    Jl. Sam

    Ratulangi

    Manado, 1996

     Jl. Sam

    Ratulangi 

    Th. 1996, kawasan perdagangan di sepanjang

     pantai/Jl. Sam Ratulangi terletak di sisi ruas jalanutama wilayah daratan sehingga public easement ,

    view dan amenitas publik tetap terjaga dari kerangka

    utama kawasan tersebut.

    2005, public easement , view dan amenitas dari kerangk

    utama kawasan/Jl. Boulevard-Jl.Piere Tendean terhalanoleh lahan pengembang sepanjang pantai 

    Sumber materi dan gambar:

    Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005

     Jl. Boulevard 

    (boulevard baru)

    Pantai Menado

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 43

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    54/96

    STUDI KASUS 2 :

    KAWASAN REKLAMASI PANTAI LOSARI MAKASAR

    Gambar :

    Letak Kota

    Makasar 

    44 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    55/96

    Kawasan Reklamasi Pantai dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makasar

    A. Struktur Kawasan

    Rencana struktur kawasan Kota Makasar berpola linier bercabang-cabang dengan beberap

    nodes  di ujung kerangka dan persimpangan. Rangkaian struktur kawasan ini terangk

    membentuk network  kota untuk melayani land use yang variatif.

    Struktur utama

    kawasan di kawasan

    reklamasi pantai 

    Pertemuan struktur

    kawasan membentuk

     pusat nodes aktivitas

    kawasan

    Gambar : RTRW kota Makasar 2010 - 2016

    Korelasi struktur ruang dalam tata ruang kawasan dengan kawasan reklamasi pantai :

    • Rencana struktur kawasan merupakan kerangka utama kawasan yang menghubungka

    beberapa jaringan jalan di lingkungannya hingga membentuk suatu tenunan jaringanetwork  kawasan yang kuat & fleksibel.

    • Kerangka utama kawasan Jl. Pantai Losari mengintegrasikan Kota Makasar dan Kota Baru

    • Dalam usulan rencana sumbu-sumbu tata ruang kawasan sudah memanfaatkan eleme

    pantai/perairan sebagai unsur garis baik secara visual maupun konseptual

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 45

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    56/96

    • Pola struktur kawasan sudah mengikuti atau merespon pola pantai

    • Struktur kawasan yang menjadi kerangka utama kota dirancang di daerah paling tepi dari

    batas bibir pantai dengan daratan, sehingga pemerintah tidak kehilangan kesempatan

    mengolah/memanfaatkan lahan reklamasi secara maksimal di wilayah GSP sebagai coastal

    road  sekaligus ruang publik kota.

    B. Kepadatan/intensitas bangunan: KDB, KLB, KDH, GSB, GSL, GSS

    Kawasan di sekitar ruang publik kawasan reklamasi Pantai Losari merupakan kawasanmixed-

    use, dimana terdapat berbagai variasi fungsi penggunaan lahan yaitu diantaranya sebagaikawasan perdagangan/usaha/jasa, kawasan perkantoran, kawasan jasa, kawasan pelabuhan

    laut dan wisata dan kawasan wisata pantai, sehingga intensitas bangunan di kawasanmixed use 

    tinggi, ditandai dengan:

    • KDB ada yang mencapai 100%

    • GSB ada yang bernilai 0

    • KLB lebih dari 3

    • GSL cukup besar dan secara cermat & efisien oleh pemerintah dimanfaatkan untuk

    pembangunan yang bersifat kepentingan publik yaitucoastal road  dan ruang publik

    • KDH masih kurang memadai

    Dengan demikian tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi

    variabel ”pola struktur kota” kawasan reklamasi pantai hingga

    membedakannya secara signifikan dengan pengaturan pola struktur kota di

    darat

     

    Kondisi intensitas bangunan di kawasan reklamasi pantai Losari 

    46 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    57/96

    Tata ruang kawasan reklamasi pantai kurang begitu mempengaruhi variabel

    ”kepadatan/intensitas bangunan” di kawasan reklamasi karena pada

    dasarnya kegiatan pembangunannya dapat diatasi dengan rekayasa

    teknis/engineering. Namun demikian tetap ada beberapa hal yang secara

    signifikan masih perlu lebih diperhatikan.

     

    Sumber materi dan gambar:

    Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 47

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    58/96

    STUDI KASUS 3 :

    KAWASAN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA

    Rencana Pengembangan Kawasan Terbangun Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta

    Peta Rencana Pengembangan Kawasan Terbangun/Peta Rencana Peruntukan

    Reklamasi Pantura Jakarta

    Residential Park New Port  

    Public Building Green Area Existing Port  

    Port Support 

    48 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    Western Area Central Area Eastern Area

    A,BLow Density Residential

    and housing support G

    Recreational Area &

    Limited Port K,L,M,N Port 

    CLow Density Residential

    and housing support H

    Central Business

    District, High Density

    Residential and

    Housing Support 

    O,PWarehouses,

    Industries

    D,E,F

    Medium Density

    Residential and housing

    support 

    I,J

    Recreational Area,

    Offices, Medium

    Density Residential 

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    59/96

    Rencana pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi yang terdistribusi

    dalam 3 sub-kawasan adalah:

    • Sub-Kawasan Barat terdiri dari kecamatan Penjaringan dan Pademangan direncanakan

    sebagai kawasan permukiman.

    • Sub-Kawasan Tengah terdiri dari kecamatan Tanjung Priok direncanakan sebagai

    kawasan permukiman, kawasan jasa (reklamasi), kawasan perkantoran/pemerintahan,

    kawasan perdagangan/usaha/jasa, CBD dan kawasan rekreasi.

    • Sub-Kawasan Timur terdiri dari kecamatan koja dan Cilincing direncanakan sebagai

    kawasan industri.

    Penggunaan Ruang Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta :

    • Kawasan Pusat Bisnis I CBD (Central Business District); terutama dikembangkan untuk

    perdagangan eceran, tempat hiburan, hotel, dan pemukiman berkepadatan tinggi.

    Pengembangan kawasan pusat bisnis baru direncanakan berdasarkan pertumbuhan

    kebutuhan akan ruang usaha.

    • Kawasan Usaha Sekunder; kawasan usaha sekunder dengan kepadatan rendah

    diperkirakan akan lebih mendorong perkembangan usaha, fasilitas pemerintahan, dan

    fasilitas budaya. Kawasan ini juga berfungsi bagi pembangunan kawasan atau gedung

    yang bernilai sejarah.

    • Kawasan usaha tersier; untuk penggunaan komersial, rekreasi, serta hotel.

    • Kawasan bersejarah; proses restorasi dan preservasi bangunan bersejarah

    dikembangkan untuk menciptakan obyek yang menarik wisatawan, usaha kecil, dan lain

    lain.

    • Fasilitas Budaya.

    • Pemukiman berkepadatan tinggi; kawasan ini akan dikembangkan berdekatan dengan

    CBD dan dilengkapi dengan fasilitas perbelanjaan, ruang terbuka, hotel, apartemen,fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan.

    • Pemukiman berkepadatan sedang; kawasan ini akan dilengkapi fasilitas perbelanjaan

    serta ruang terbuka

    • Pemukiman berkepadatan rendah; di dalam kawasan ini akan dibangun berbagai jenis

    fasilitas sosial, fasilitas komersial dan jasa dan ruang terbuka.

    • Pelabuhan, pergudangan dan industri

    • Kawasan hijau lindung; kawasan ini berfungsi sebagai pelindung pantai dan habitat flora

    dan fauna khas pantai

    Jadi pelaksanaan di lapangan untuk pemanfaatan kawasan terbangun di

    kawasan reklamasi dinilai sudah mengacu pada peruntukan ruang dalam

    Master Plan Pantura Jakarta .

     

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 49

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    60/96

    50 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    61/96

    A. Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai

    Tipologi kawasan reklamasi Pantai Utara Jakarta terbentuk atas komposisi konfigurasi rua

    terbuka dan bangunan. Konfigurasi ini seolah mengikuti pola jaringan kawasan. Konfigura

    masa dan ruang kawasan dirancang menghadap pantai, selain itu dirancang memiliki ruan

    ruang terbuka daratan (square, hutan kota, taman, dll) maupun perairan yang bermuara

    pantai (creeks, sungai, lagoon, dll). Jadi tipologinya tidak terbentuk oleh ruang daratan saja.

    Tipologi pantai ini secara figuratif membentuk suatu komposisiurban design yang membuj

    di sepanjang pantai dan berorientasi ke pantai, dengan karakteristik :

    • Tipologi kawasan reklamasi pantai secara visual merupakan kawasan pesisir yang melip

    sejumlah areal daratan, areal lautan dan areal air tertentu (aliran sungai dari daratan).

    • Termasuk dalam tipologi kawasan pesisir pantai memanjang• Dari sisi material pembentuknya termasuk tipologi jenis pantai yang terbentuk timbun

    tanah.

    Dengan demikian Tata ruang kawasan reklamasi Pantai Utara Jakarta dinilai dapat

    mempengaruhi variabel ”tipologi” kawasan reklamasi pantai hingga membedakannya

    secara signifikan dengan tipologi kawasan di darat, hal ini ditandai dengan :

    • Konfigurasi tipologi dan posisi ruang terbuka dan bangunan secara khusus

    diupayakan berorientasi penuh menghadap ke ruang terbuka pantai/perairan

    tersebut

    • Pola ruang terbuka, bangunan dan lingkungan sudah merespon, menghargai

    dan figuratif terhadap ruang terbuka pantai/perairan

    • Elemen pantai/perairan sudah dimanfaatkan untuk menciptakan

    tipologi ruang terbuka di tepi pantai

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 51

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    62/96

    Peta dan gambar di lapangan halaman berikut menunjukkkan bahwa hampir seluruh bentuk

    pembangunan (bangunan, ruang terbuka dan lingkungan) secara figuratif telah berupaya

    menghargai dan merespon pantai guna mempertegas tipologi kawasan reklamasi pantai.

    B. Fungsi dan Hirarki Kota

    Beberapa kriteria di bawah ini menyimpulkan bahwa Pantura Jakarta merupakan kawasan yang

    berfungsi dan berhirarki utama dalam kota Jakarta :

    • Fungsi kawasan reklamasi ini, diharapkan mampu menjadi sub pusat kota baru/

    mengembangkan jantung kota yang baru di Jakarta

    • Mengembangkan lahan baru untuk nodes/anchor  kota Jakarta, seperti pusat kegiatan bisnis,

    industri, pemukiman dan rekreasi

    • Kawasan reklamasi pantai ini didominasi oleh kawasanmixed land use 

    • Membuka kesempatan terhadap pembangunan berskala besar

    • Hirarki sub pusat kota baru ini dibentuk oleh jaringan jalan utama/coastal road   dimana

    hirarki berikutnya terdistribusi di kelas jalan lokal yang terintegrasi dengan coastal road  

    tersebut.

    • Coastal Road/ koridor utama kawasan pantai utara Jakarta diklasifikasikan sebagai jalan berhirarki

    utama

    • Kawasan reklamasi pantai utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan berhirarki utama atau 

    nodes/anchor  di Kota Jakarta

    Pengaturan hirarki kawasan di kawasan reklamasi ini sama dengan pengaturanfungsi dan hirarki kawasan di darat. Dengan demikian tata ruang kawasan

    reklamasi Pantai utara Jakarta dinilai tidak mempengaruhi variabel ”fungsi dan

    hirarki kota” kawasan reklamasi pantai karena tidak membedakannya secara

    signifikan dengan fungsi dan hirarki kawasan di darat.

     

    52 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    63/96

    C. Struktur Kawasan

    Korelasi struktur ruang dalam tata ruang kawasan dengan kawasan reklamasi pantai :

    • Kerangka utama kawasan terintegrasi ke lingkungan dan kerangka kota

    • Dalam usulan rencana sumbu-sumbu tata ruang kawasan sudah memanfaatkan eleme

    pantai/perairan sebagai unsur garis baik secara visual maupun konseptual

    • Pola struktur kawasan sudah mengikuti atau merespon pola pantai

    • Struktur kawasan yang menjadi kerangka utama kota dirancang di daerah paling tepi da

    batas bibir pantai dengan daratan, sehingga pemerintah tidak kehilangan kesempata

    mengolah/memanfaatkan lahan reklamasi secara maksimal di wilayah GSP sebagaicoast

    road sekaligus ruang publik kota.

    • Rencana struktur kawasan merupakan kerangka utama kawasan yang menghubungka

    beberapa jaringan jalan di lingkungannya hingga membentuk suatu jaringan kawasan ya

    kuat dan fleksibel.

    • Rencana struktur kawasan Jakarta Utara berpola network yang bercabang-cabang denga

    beberapa nodes  di ujung kerangka dan persimpangan. Rangkaian struktur kawasan i

    terangkai membentuk network kota untuk melayani land use yang variatif.

    Dengan demikian tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi

    variabel ”pola struktur kota” kawasan reklamasi pantai hingga membedakannya

    secara signifikan dengan pengaturan pola struktur kota di darat

     

    STRUKTUR KAWASAN STRUKTUR LINGKUNGAN Pertemuan struktur kawasan dapatmembentuk pusat aktivitas kawasan

    MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI

    PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 53

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    64/96

    D. Aksesibilitas, Transportasi dan Parkir

    Aksesibilitas menuju kawasan reklamasi pantai ditempuh dari wilayah daratan dan lautan

    • Akses dari laut, yaitu dari dermaga kecil di sepanjang pantai Utara Jakarta baik untuk publik

    maupun private/eksklusif 

    • Akses dari darat ditempuh melalui jalan-jalan yang kondisi fisiknya cukup memadai. Namun

    beberapa ruas jalan kadang-kadang terendam banjir.

    Transportasi kota menuju kawasan reklamasi perlu dikembangkan

    • Transportasi kota dari arah pusat kota menuju kawasan reklamasi melalui jalan-jalan utama

    dan jalan-jalan lingkungan di sekitar kawasan reklamasi pantai Utara Jakarta.

    • Transportasi air di sini merupakan jalur atraksi wisata air

    Parkir. Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta mempunyai kegiatan utama: komersial

    (perdagangan), sebagian sudah menyediakan ruang parkir. Penyediaan ruang parkir di kawasan

    reklamasi ini terbagi menjadi :

    • Sistem Parkir dengan pola on street  pada jalan kolektor, Jalan lokal dan jalan lingkungan

    dengan pola miring 45 derajat atau parkir sejajar jalan 1 lapis.

    • Sistem parkir menggunakan sistem kantong parkir & parkir di halaman untuk  private

    domain.

    • Parking structure terutama untuk kawasan perdagangan.

    Dengan demikian tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi

    variabel ”aksesibilitas, transportasi dan parkir” di kawasan reklamasi hingga

    membedakannya secara signifikan dengan aksesibilitas, transportasi dan parkir

    di darat

     

     AKSES DARI ARAH LAUT JAWA

     AKSES DARI

     ARAH BOGOR

     AKSES DARI ARAH

     JAKARTA PUSAT 

     AKSES DARI ARAH

     JAKARTA BARAT 

    54 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI

  • 8/19/2019 Model Reklamasi

    65/96

    E. Kepadatan/Intensitas Bangunan : KDB, KLB, KDH, GSB, GSL & GSS

    Sebagai kawasan mixed land use  dan anchor   Kota Jakarta maka intensitas bangunan

    kawasan reklamasi Pantura Jakarta memiliki intensitas/kepadatan bangunan yang ting

    ditandai dengan:

    • KDB ada yang mencapai 40 - 80%

    • GSB ada yang bernilai 0

    • KLB lebih dari 2

    • GSL cukup besar dan secara cermat & efisien oleh pemerintah maupun pengemban

    dimanfaatkan untuk pembangunan yang bersifat kepentingan publik yaitu coastal road da

    ruang-ruang publik kawasan/kota

    • KDH dan B sangat terencana

    Tata ruang kawasan reklamasi pantai kurang begitu mempengaruhi variabel

    ”kepadatan/intensitas bangunan” di kawasan reklamasi karena pada dasarnyakegiatan pembangunannya dapat diatasi dengan rekayasa teknis/engineering.

    Namun demikian tetap ada beberapa hal yang se