model reklamasi
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Model Reklamasi
1/96
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG
KAWASAN REKLAMASI PANTAI
MODUL TERAPANPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
-
8/19/2019 Model Reklamasi
2/96
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
JL.PATIMURA NO.20 KEB.BARU, JAKARTA SELATAN
PEDOMAN PENATAAN RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAIPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.40/PRT/M/2007
-
8/19/2019 Model Reklamasi
3/96
MODUL TER P NMODUL TERAPAN
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG
KAWASAN REKLAMASI PANTAI
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
-
8/19/2019 Model Reklamasi
4/96
Sumber gambar cover: www.usa.kaskus.us
-
8/19/2019 Model Reklamasi
5/96
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG i
Kata Pengantar
Berkat limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, serta puji syukur kehadirat Allah SWT, te
tersusun Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pan
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penata
Ruang bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkepentingan dalam penyusun
rencana tata ruang sebagai arahan pelaksanaan pembangunan agar tercipta keterpadu
dan keserasian pembangunan oleh seluruh pemangku kepentingan.
Dalam kaitan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan pembinaan di daerah, Ditj
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun beberapa pedoman bida
penataan ruang dalam rangka operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 20
tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Renca
Tata Ruang Wilayah Nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah Pedoman Perencana
Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerja
Umum Nomor 40/PRT/M/2007.
Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ini disus
dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan penjelasan sistema
substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedom
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.
Mudah-mudahan Modul Terapan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklam
Pantai ini dapat mempercepat terwujudnya penataan ruang yang aman, nyaman, produk
dan berkelanjutan di persada Nusantara.
Jakarta, Desember 2008
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
-
8/19/2019 Model Reklamasi
6/96
-
8/19/2019 Model Reklamasi
7/96
Daftar Isi
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................Pengenalan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ..................
Kedudukan Legal Aspek dalam Peraturan Penataan Ruang ............................................
Kedudukan Pedoman di Antara Pedoman Penataan Ruang Lainnya ..............................
Kedudukan Pedoman Dalam Proses Penataan Ruang ....................................................
Ruang Lingkup ................................................................................................................
Sistematika Buku ............................................................................................................
BAB 2 WACANA ACUAN ..............................................................................................
Acuan Normatif dan Pengaturan Teknis .........................................................................
Referensi Tambahan dan Pengaturan Teknis ..................................................................Pendekatan .....................................................................................................................
Pengkayaan Materi .........................................................................................................
Pengenalan Kawasan Reklamasi Pantai ...................................................................
Aspek yang Perlu Dipertimbangkan dalam Reklamasi Pantai ..................................
Rekayasa Teknis di Kawasan Reklamasi Pantai ........................................................
Studi Kasus ......................................................................................................................
Studi Kasus 1 : Kawasan Reklamasi Pantai Manado ................................................
Studi Kasus 2 : Kawasan Reklamasi Pantai Losari Makassar.....................................
Studi Kasus 3 : Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta ........................................
BAB 3 LANGKAH PELAKSANAAN .................................................................................
Langkah 1 : Deliniasi Kawasan Reklamasi Pantai Berdasarkan RTRW .............................
Langkah 2 : Menetapkan Fungsi Penggunaan Ruang di Kawasan Reklamasi Pantai .......
Langkah 3 : Menetapkan Struktur dan Pola Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ..............
Menentukan Struktur Ruang .......................................................................
Menentukan Pola Ruang .............................................................................
Langkah 4 : Menetapkan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Lahan di Kawasan
Reklamasi Pantai ..........................................................................................
BAB 4 PENUTUP ..........................................................................................................
Penutup .......................................................................................................................
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG iii
-
8/19/2019 Model Reklamasi
8/96
Daftar Tabel
Tabel 1 Kriteria Struktur Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ........................................... 66
Tabel 2 Kriteria Pola Ruang Kawasan Reklamasi Pantai .................................................. 72
Tabel 3 Kriteria Amplop Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ............................................ 77
iv MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
9/96
MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG KAWASAN
REKLAMASI PANTAI disusun untuk memberikan penjelasan sistematis substansiPedoman dan cara penggunaan buku Pedoman dalam Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai.
Substansi dari buku Pedoman yang dianggap sudah jelas tidak akan dijabarkan
kembali dalam buku modul ini. Oleh karenanya penggunaan buku modul ini tidak
dapat terpisah dari buku PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG
KAWASAN REKLAMASI PANTAI
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG v
-
8/19/2019 Model Reklamasi
10/96
-
8/19/2019 Model Reklamasi
11/96
PENDAHULUAN
1
-
8/19/2019 Model Reklamasi
12/96
-
8/19/2019 Model Reklamasi
13/96
Pendahuluan
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi Pemerintah Daerah
dalam perencanaan tata ruang pada kawasan yang sudah ditetapkan sebagai
kawasan reklamasi. Tujuannya adalah untuk melengkapi ketentuan dan
acuan operasional dalam proses penyusunan rencana umum dan rencana
rinci Kota/Kabupaten yang memiliki kawasan reklamasi pantai.
Apa Maksud & Tujuan disusunnya Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai ?
• Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam
penyelenggaraan penataan ruang di daerah, khususnya instansi yang
mempunyai tugas, pokok, dan fungsi menyusun rencana tata ruang dan instansi-
instansi sektoral yang terkait dengan pelaksanaan penataan ruang kawasan
reklamasi pantai• Stakeholder lain :
kegiatan pemanfaatan ruang termasuk investasi, antara lain wakil masyarakat,
pihak akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses
penyusunan rencana tata ruang kawasan reklamasi pantai.
sebagai acuan dalam menentukan lokasi dan besaran
Siapa yang Bisa Menggunakan Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai ?
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai adalah
pedoman yang berisikan acuan/kriteria-kriteria teknis yang membantu
dalam merencanakan tata ruang di kawasan reklamasi pantai
Apa yang dimaksud dengan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai ?
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 3
PENGENALAN PEDOMAN PERENCANAAN
TATA RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
14/96
Ketika kabupaten/kota akan menyusun RDTR kawasan reklamasi pantai
berdasarkan RTRW yang telah ada.
Kapan harus menggunakan Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai ?
Mengapa harus menggunakan Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai ?
Agar dapat menciptakan keterpaduan dalam penataan ruang kawasan
reklamasi pantai dan meminimalisir dampak lingkungan
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang :
Kawasan Reklamasi Pantai(dengan ketentuan arahanperuntukan fungsi)
RDTR Kawasan Reklamasi Pantai
Rencana TataRuang Wilayah
Kabupaten/Kota
Rencana Struktur RuangRencana Pola Ruang
Intensitas Penggunaan Ruang
4 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
15/96
KEDUDUKAN LEGAL ASPEK
PERATURAN PENATAAN RUANG
DALAM
PP Bidang Penataan
Ruang lainnya
PP No. 69 Tahun 1996 tentang PelaksanaanHak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat dalamPenataan Ruang
PP No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN)
Keppres No. 32 Tahun 1990
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Permen PUNo.40/KPTS/M/2007
TentangPedoman Perencanaan TataRuang Kawasan Reklamasi
Pantai
Pedoman-Pedoman Bidang
Penataan Ruang lainnya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah
Acuan Pemerintah Daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenai:
-Tipologi Zona Kawasan Reklamasi Pantai;
- Perencanaan Tata Ruang (Struktur dan Pola Ruang) Kawasan Reklamasi Pantai
- Intensitas Pemanfaatan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.
Kepmen Kimpraswil No.
327/KPTS/M/2002 tentang
Penetapan Enam Pedoman
Bidang Penataan Ruang
PP Penatagunaan Tanah
PP Penatagunaan Air
PP Penatagunaan Hutan
PP Pengelolaan DAS
Terpadu
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 5
-
8/19/2019 Model Reklamasi
16/96
Pedoman Teknik Analisis Aspek
Fisik & Lingkungan, Ekonomi,
Serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Pedoman Kriteria TeknisKawasan Budidaya
Pedoman Perencanaan
Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai
Pedoman PenataanRuang Kawasan
lainnya
KEDUDUKAN PEDOMAN DIANTARA
PEDOMAN PENATAAN RUANG LAINNYA
6 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
17/96
KEDUDUKAN PEDOMAN
DALAM PROSES PENATAAN RUANG
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 7
Identifikasi Penetapan Kawasan Reklamasi
Pantai dalam RTRW Kabupaten/Kota
Pengumpulan & Analisis Data
Aspek Fisik
Lingkungan
Aspek Sosial
Budaya
1.
Prasarana: jaringan jalan,
drainase, air bersih, sanitasi,dan pemadam kebakaran .
2.
Utilitas: jaringan listrik,
telepon, dan gas.
3.
Sarana: sesuai fungsi polaruang.
4.
Aksesibilitas: ke pusatpelayanan/aktivitas .
5.
Transportasi: dilengkapi
prasarana transportasi darat,perairan, atau udara.
6.
Sistem perparkiran.
7.
View dan
amenitas.
Arahan Pola Ruang:
Kawasan Lindung:
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
1.
Sempadan Pantai
Kawasan Budidaya:
1.
Kawasan permukiman;
2.
Kawasan perdagangan
dan jasa;
3.
Kawasan industri;
4.
Kawasan pariwisata;
5.
Kawasan pendidikan;
6.
Kawasan pelabuhan laut/
penyeberangan;
7.
Kawasan bandar udara;
8.
Kawasan mixed-use
(campuran) ;
9.
Kawasan ruang terbuka
hijau.
Aspek
Ekonomi
Arahan Struktur Ruang:
PedomanPerencanaan Tata
Ruang KawasanReklamasi Pantai
Pedoman Teknik
Analisis Aspek
Fisik dan
Lingkungan,
Ekonomi, sertaSosial Budaya
dalam
Penyusunan
Rencana Tata
Ruang
-
8/19/2019 Model Reklamasi
18/96
RUANG LINGKUP
WilayahKota/Kabupaten
yang membutuhkanperluasan lahan
Mencari KawasanPengembangan
Ketentuan Umum:Persyaratan
TipologiKajian Aspek Terkait
Sub Bab 4.1
MenetapkanKawasan ReklamasiPantai dalam RTRW
PELAKSANAANPERENCANAAN TATA
RUANG KAWASANREKLAMASI PANTAI
Kriteria Struktur Ruang Sub Bab 4.2 Struktur Ruang
Pola Ruang
IntensitasPemanfaatan Ruang
Kriteria Pola Ruang
Kriteria Amplop Ruang
Sub Bab 4.2
Sub Bab 4.2
Ya, terpenuhi
RUANG LINGKUP
SUBSTANSI PEDOMAN
Tidak/Belum Terpenuhi
Kaji ulang rencanareklamasi pantai
8 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
19/96
Isi Materi Maksud & Tujuan
Bagian 1 Pendahuluan mengenalkan lingkup perencanaan tata
ruang yang dimaksud dalam buku
pedoman
Bagian 2 Wacana Acuan
Perangkat kebijakan dan aturan teknis
Materi pengayaan
Studi kasus
Menjadikan referensi bagi penataan
ruang kawasan reklamasi pantai
Bagian 3 Langkah Pelaksanaan Penggunaan
Pedoman:
Langkah 1 deliniasi kawasan reklamasi
pantai berdasarkan RTRWKabupaten/kota
Langkah 2 menetapkan fungsi
penggunaan ruang di kawasan
reklamasi pantai
Langkah 3 menetapkan struktur &
pola ruang di kawasan reklamasi
pantai
Langkah 4 menetapkan ketentuan
intensitas pemanfaatan lahan di
kawasan reklamasi pantai
Memudahkan dalam implementasi buku
Pedoman Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi Pantai
Bagian 4 Penutup
SISTEMATIKA BUKU
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 9
-
8/19/2019 Model Reklamasi
20/96
Diagram ini merupakan model sederhana
dari diagram yang menggambarkan hal-hal
yang harus dilakukan untuk mencapai
output pada setiap langkah pelaksanaaan.
Bagian kotak berwarna dari model
sederhana ini menjadi panduan untuk
mengetahui sampai di tahap mana kita
berada dalam melaksanakan langkah
tersebut.
Bila anda menemukan
informasi/notasi sebagai
berikut...
...maka itu berarti Anda
harus mengacu/mencari
informasi tersebut di
dalam Buku Pedoman
Perencanaan Tata Ruang
Kawasan Reklamasi
Pantai
Sebelum anda mulai menyusun Dokumen Rencana Tata Ruang, perlu
dipahami terlebih dahulu tentang aspek-aspek terkait perencanaan penataan
ruang kawasan reklamasi pantai.
WACANA ACUAN yang memuat pemahaman aspek-aspek tersebut dapat
dibaca pada Bagian 2 buku modul ini!
CARA MENGGUNAKAN BUKU MODUL TERAPAN
10 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
21/96
WACANA ACUAN
2
-
8/19/2019 Model Reklamasi
22/96
-
8/19/2019 Model Reklamasi
23/96
Wacana Acuan
ACUAN NORMATIF DAN PENGATURAN TEKNIS
Acuan Normatif Mengapa Digunakan ?
Dasar
Pertim-
bangan
Dasar
Pelak-
sanaan
1.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang
Payung utama sebagai acuan
penyusunan berbagai dokumen
penataan ruang
2.
Undang-undang No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Sebagai acuan dalam pengelolaan
lingkungan fisik kawasan reklamasi
pantai
3. Undang-undang No.27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil
Sebagai bahan pertimbangan dalam
pemanfaatan dan perijinan
pengelolaan kawasan reklamasi
pantai
4. Peraturan Pemerintah RI No.26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
Sebagai arahan dalam penetapan
dan pengelolaan kawasan lindung &
kawasan budi daya.
5. Peraturan Pemerintah RI No.27
Tahun 1999 tentang Analisis
mengenai Dampak Lingkungan
Sebagai acuan dalam menyusun
dokumen Amdal bagi pemanfaatan
tertentu di kawasan reklamasi
pantai
6. Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Serta Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang
Sebagai acuan dalam menyusun
hak dan kewajiban serta peran serta
masyarakat dalam penggunaan
ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan rawanbencana.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Sebagai acuan dalam penyusunan
tata ruang wilayah
8. Peraturan Pemerintah RI No.26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
Sebagai arahan dalam penetapan
dan pengelolaan kawasan lindung &
kawasan budi daya.
9. Peraturan Pemerintah RI No.38
Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Sebagai acuan dan pertimbangan
dalam pengelolaan program sesuai
dengan kewenangannya
10. Kepres 32 Tahun 1990 tentang
pengelolaan kawasan lindung.
Sebagai arahan dalam
pengklasifikasian kawasan lindung
serta bentuk penggunaan ruang di
kawasan lindung dan kawasan
budi daya.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 13
-
8/19/2019 Model Reklamasi
24/96
REFERENSI TAMBAHAN DAN PENGATURAN TEKNIS
Referensi Tambahan Mengapa digunakan ? Dasar
Pertim-
bangan
Dasar
Pelak-
sanaan
1. Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Permen PU No. 41/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi
Daya
Untuk membantu dalam menganalisis
data fisik lingkungan, ekonomi dan
sosial budaya.
2. Untuk membantu perencana dalam
menentukan pola penggunaan ruang di
kawasan budi daya.
3. Pedoman Pelibatan Masyarakat dalam
Pemanfaatan Ruang, Ditjen Penataan
Ruang Nasional, Departemen Pekerjaan
Umum, 2001.
Untuk membantu perencana
menyusun program pelibatan
masyarakat dalam pemanfaatan ruang
4. Keputusan Menteri KIMPRASWIL
Nomor 327 Tahun 2002 tentang
Penetapan Enam Pedoman Bidang
Penataan Ruang
Untuk membantu dalam proses
penyusunan rencana tata ruang
wilayah provinsi, kabupaten/kota
Bahan Materi yang Perlu Ada Mengapa diperlukan ?
1.
RTRW Kabupaten/Kota Sebagai dasar penetapan kawasanreklamasi pantai
2. Buku Pedoman Kriteria Teknis Budi DayaSebagai arahan dalam pemanfaatan
kawasan budi daya
3. Hasil kajian kawasan reklamasi pantai yang meliputi aspek fisik
lingkungan (Mis: Amdal, Daya dukung lahan, dsb.), sosial
budaya masyarakat setempat (mis: kawasan tersebut
termasuk cagar budaya maka harus memperhatikan nuansa
lingkungan ini), dan ekonomi
Sebagai dasar teknik/rekayasa
pemanfaatan ruang di kawasan reklamasi
pantai
4.
Perijinan pengelolaan kawasan reklamasi pantai dari instansiterkait
Sebagai dasar pemanfaatan danpengelolaan kawasan reklamasi pantai
14 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
25/96
PENDEKATAN
Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan pada
aspek-aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan terhadap
keseimbangan ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang
dilakukan secara harmonis, yaitu:
a. Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada kawasan reklamasi pantai.
b. Menjaga kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan
fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayahnya.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 15
-
8/19/2019 Model Reklamasi
26/96
Pengertian REKLAMASI
Reklamasi adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif
tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan.
Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang
lebar, ataupun di danau.
Reklamasi dilaksanakan mengikuti prosedur sejak tahap perencanaan (pra), pelaksanaan
dan pembangunan (proses) serta pemanfaatannya (pasca) baik di atas dan atau di bawah lahan
hasil reklamasi.
Tidak semua pekerjaan pengurugan di suatu kawasan dapat disebut reklamasi. Dalam
definisi di atas terdapat syarat bahwa kawasan yang diperbaiki tersebut adalah berair. Maka
untuk pekerjaan penimbunan tanah di kawasan tak berair, disebut saja dengan pekerjaan
pengurugan atau penimbunan tanah.
Sebaliknya reklamasi tidak selalu berupa pengurugan. Prosesnya adalah pengeringan
kawasan berair. Proses tersebut dapat diperoleh dengan dua cara, pertama dengan pengurugan
dan kedua dengan penyedotan (pembuangan) air keluar dari kawasan tersebut. Cara
pengurugan adalah cara yang paling populer dan paling mudah dilakukan, termasuk kegiatan
reklamasi yang ada di Indonesia. Sedangkan cara penyedotan air adalah cara yang paling rumit
dan memerlukan pengelolaan serta pemeliharaan (maintenance) yang teliti dan terus menerus.
Contoh negara yang melakukan reklamasi dengan cara kedua ini adalah Belanda.
Tujuan REKLAMASI
Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi
lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan
pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.
Reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi dilakukan oleh
negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkatdemikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan
(keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak
memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Alternatif lain dari kebutuhan lahan
Pengenalan Kawasan Reklamasi Pantai
PENGKAYAAN MATERI
16 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
27/96
selain dengan reklamasi adalah pemekaran ke arah vertikal dengan membangun gedun
gedung pencakar langit dan rumah-rumah susun.
Keuntungan dan Kerugian REKLAMASI
Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu negara/kota dalam rang
penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah panta
pengembangan wisata bahari, dll.
Kerugian kegiatan Reklamasi lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang didapa
Perlu diingat bahwa reklamasi merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhad
keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis. Perubahan
akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimenta
pantai. Hal tersebut berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi ganggua
lingkungan di daerah lain (seperti pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau untuk mater
timbunan).
Untuk mereduksi dampak semacam itu, diperlukan kajian mendalam terhadap proy
reklamasi dengan melibatkan banyak pihak dan interdisiplin ilmu serta didukung dengan upa
teknologi. Kajian cermat dan komprehensif diharapkan menghasilkan area reklamasi denga
dampak yang seminimal mungkin terhadap lingkungan di sekitarnya.
Sementara itu karena lahan reklamasi berada di daerah perairan, maka prediksi dan simula
perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa pelaksanaan proyek dan pasca reklamasi ser
sistem drainasenya juga harus diperhitungkan. Karena perubahan hidrodinamika dan burukn
sistem drainase ini yang biasanya berdampak negatif langsung terhadap lingkungan da
masyarakat sekitar.
Yang perlu dipikirkan lagi adalah sumber material urugan. Material urugan biasanya dipi
yang bergradasi baik, artinya secara teknis mampu mendukung beban bangunan di atasnyKarena itulah, biasanya dipilih sumber material yang sesuai dan ini akan berhubungan deng
tempat galian (quarry). Sumber galian yang biasanya dipilih adalah dengan melakuka
pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau tak berpenghuni. Hal ini tentunya akan menggangg
lingkungan di sekitar quarry . Cara lain yang relatif lebih aman dapat dilakukan dengan ca
mengambil material dengan melakukan pengerukan (dredging) dasar laut di tengah laut dalam
Pilihlah kawasan laut dalam yang memiliki material dasar yang memenuhi syarat gradasi da
kekuatan bahan sesuai dengan yang diperlukan oleh kawasan reklamasi.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 17
-
8/19/2019 Model Reklamasi
28/96
Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat dilakukan dengan
memperhatikan ketentuan berikut:
a) Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi
daratan;
b) Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan
membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan
yang ada;
Lokasi yang akan direklamasi harus :
a. Telah sesuai dengan ketentuan rencana kota yang dituangkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten (tergantung posisi strategis dari
kawasan reklamasi) dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Reklamasi, dan
dituangkan ke dalam Peta Lokasi laut yang akan direklamasi.
b. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur dan atau Walikota/Bupati (tergantungposisi strategis dari kawasan reklamasi) yang berdasarkan pada tatanan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi dan atau Kota/Kabupaten serta Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Reklamasi
c. Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau
kajian/kelayakan properti (studi investasi);
d. Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung
atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;
e. Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah
dengan daerah/negara lain.
f. Memenuhi ketentuan pemanfaatan sebagai kawasan dengan ijin bersyarat.Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang
besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain :
• Penyusunan dokumen AMDAL
• Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
• Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN)
• Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau
aturan disinsentif lainnya.
g. Dituangkan di dalam Peta Situasi rencana lokasi dan Rencana Teknis Pelaksanaan
Reklamasi dan mendapat persetujuan dari instansi terkait. Perencanaan teknispelaksanaan reklamasi harus meliputi :
• Sistem angkutan transportasi material dan sistem penimbunan sementara
material urugan yang berkaitan dengan sistem angkutan/transportasi material.
Ketentuan Pembangunan di Kawasan Reklamasi Pantai
18 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
29/96
• Sistem pengurugan dari laut dan atau dari darat.
• Teknis pembuatan turap penahan tanah dan pemecah gelombang.
• Teknis dan cara perbaikan/perkuatan/peningkatan daya dukung tanah yang akan
menahan beban turap penahan tanah, pemecah gelombang dan konstruksi lain di
atasnya.
• Teknis pengeringan bahan urugan, teknis pemadatan bahan urugan dan teknis
pembebanan sementara urugan dengan memasang beban sementara.
• Teknis pemantauan penurunan (settlement) lapisan urugan tanah akibat
pemadatan tanah dan beban diatasnya.
• Perencanaan dan penentuan elevasi tanah hasil reklamasi.
• Teknis pengamanan limbah B3
• Teknis pencegahan dan penangkalan abrasi pantai
• Teknis pencegahan dan antisipasi banjir lokasi tanah hasil reklamasi dan di hulunya
• Teknis pencegahan pencemaran selama konstruksi
• Teknis pengamanan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
• Teknis pengamanan alur pelayaran dan keselamatan kerja.
• Teknis pembuangan bahan sisa reklamasi
Kegiatan Reklamasi Pantai meliputi kegiatan Persiapan (Pra) Reklamasi, pelaksanaan
(Proses) Reklamasi dan Pasca Reklamasi
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Persiapan (Pra) Reklamasi meliputi
persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Perencanaan Lokasi yang akan direklamasi,
Persyaratan Perhitungan Hydrodinamika, Persyaratan Bangunan Penahan
Gelombang, Metode Pelaksanaan Reklamasi, Standar Bahan/Material Pengisi Urugan,
Spesifikasi Teknis Reklamasib. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pelaksanaan (Proses) Reklamasi
meliputi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam: Perbaikan Tanah Dasar,
Pelaksanaan Teknis Pengamanan, Bahan Pelindung/Tameng/Armor, Persyaratan
Bangunan Laut, Persyaratan Penimbunan Sementara, Persyaratan Pembebanan
Sementara, Persyaratan Geotextile, Persyaratan Vertikal Drain, Persyaratan
Pengurugan dan pemadatan
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pasca Reklamasi meliputi persyaratan
teknis yang ditetapkan dalam: Persyaratan Ketinggian Peil, Persyaratan Penurunan
Bangunan/Settlement , Persyaratan Pekerjaan Beton, Persyaratan Pekerjaan Kontruksi
BajaPelaksanaan reklamasi juga harus mengacu pada standar nasional dan internasional serta
diawasi dan dikendalikan secara teknis oleh Badan Pelaksana yang dibentuk oleh
Pemerintah Provinsi dan atau Pemerintah Kota/Kabupaten tergantung posisi strategis dari
kawasan reklamasi tersebut.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 19
-
8/19/2019 Model Reklamasi
30/96
Sistem Pembangunan Kawasan Reklamasi Pantai
Pencetus gagasan, pengoperasian dan perawatan Kawasan Reklamasi Pantai bisa
melibatkan peran dari berbagai pihak. Partisipasi yang terorganisasi melalui suatu kelembagaan
yang membentuk stakeholders: Privat, Publik dan Masyarakat.
Sistem Pembangunan Kawasan Reklamasi Pantai meliputi :
A. New Development (Pembangunan Baru)
Pembangunan Kawasan Reklamasi ada 2 cara:
1. New Site (Pembangunan di lokasi baru)
Masyarakat yang menempatinya adalah masyarakat baru. Contoh : Pantai Jakarta
2. Infill Development (Pembangunan secara kontekstual di lahan yang sudah direklamasi)
Masyarakat yang menempatinya adalah gabungan masyarakat baru dan masyarakat
lama yang sudah dahulu mendiami lahan tersebut.
B. Pengembangan/Development
1. Pengembangkan kawasan reklamasi melalui sistem operasi dan pemeliharaan ada 3
jenis, yaitu:
• Enclave/Tertutup
Untuk pengembangan kawasan reklamasi dengan sistem operasi dan pemeliharaan
tertutup, pengunjung/penghuni dibatasi, baik dari segi jumlah, waktu dan biaya.
Contoh: Pantai Ancol, Pelindo, Pantai Menado.
• Terbuka
Untuk pengembangan kawasan reklamasi dengan sistem operasi dan pemeliharaan
terbuka, pengunjung/penghuni tidak dibatasi, baik dari segi jumlah, waktu dan biaya.
Contoh: Pantai Makasar• Perpaduan Enclave dan Terbuka
Untuk pengembangan kawasan reklamasi dengan penggabungan sistem operasi dan
pemeliharaan Enclave dan ’Terbuka’, sebagian pengunjung/penghuni tidak dibatasi,
baik dari segi jumlah, waktu dan biaya, namun sisanya (pengunjung) dibatasi dalam hal
jumlah, waktu dan biaya.
Contoh: Pantai Marina Semarang (untuk fasilitas obyek wisatanya dikenakan biaya
masuk, namun fasilitas obyek wisata tersebut dapat dinikmati pengunjung/ penghuni
di luar kawasan tersebut (umum). Untuk kawasan real estate, pengunjung dibatasi dari
segi jumlah, waktu dan biaya).
2. Inisiatif Pembangunan Kawasan Reklamasi• Inisiatif yang berasal dari Pemerintah
Inisiatif yang berasal dari Pemerintah ada 2, yaitu:
o Pemerintah sebagai Fasilitator
Dalam hal ini, pemerintah menyediakan Master Plan dan membuat peraturan-
20 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
31/96
peraturan/regulasi tentang kawasan reklamasi yang akan digunakan sebag
guidelines perencanaan pembangunan kawasan reklamasi pantai bagi investo
investor yang akan membangun kawasan reklamasi Pantai.
o Pemerintah sebagai Investor dan Pengembang
Disini, pemerintah mempunyai wewenang terhadap Pantai (Otoritas Panta
sekaligus berperan sebagai pengembang. Contoh: Pantura di Jakarta
• Private Initiative
Inisiatif yang berasal dari swasta berupa pembangunan dengan :
o sistem operasi dan pemeliharaan tertutup
o sistem operasi dan pemeliharaan terbuka
• Community Initiative
Inisiatif yang berasal dari Masyarakat :
o sistem operasi, dimana masyarakat berperan untuk:
- Mentaati peraturan tata ruang
- Menyediakan/melengkapi/mengembangkan Prasarana, Sarana dan Utilitas
o sistem pemeliharaan, dimana masyarakat berperan untuk:
- Merawat Prasarana, Sarana dan Utilitas
- Mengaplikasikan rencana-rencana tentang tata ruang
• Stakeholders yang melibatkan peran:
- Masyarakat
- Pemerintah
- Swasta
Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai
Kawasan reklamasi pantai secara umum dapat dimasukkan dalam kategori:
• Secara visual merupakan kawasan pesisir yang meliputi sejumlah areal daratan dan are
lautan/air tertentu.
• Secara administratif dengan adanya reklamasi maka garis pantai yang baru akan dijadik
batas jurisdiksi areal laut/air, yaitu sejumlah 4 mil ke arah laut.
1. TIPOLOGI KAWASAN PESISIR
Tipologi kawasan pesisir secara umum dapat dibedakan ke dalam 4 (empat) jenis yaitu :
a. Kawasan pesisir pantai tertutup
b. Kawasan pesisir pantai agak tertutup (teluk besar)c. Kawasan pesisir pantai memanjang
d. Kawasan pesisir pantai tebing
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 21
-
8/19/2019 Model Reklamasi
32/96
Dari sisi material pembentuknya dikenal pada beberapa jenis pantai, yaitu :
a. Pantai bukit pasir (dune)
b. Pantai tombolo dan lidah pasir(fleche)
c. Pantai delta akibat tumpukan sedimen pada mulut sungai
d. Pantai laguna (estuaria) yang merupakan kolam air payau
2. TIPOLOGI KAWASAN REKLAMASI
a. Berdasarkan Fungsi
Tipologi kawasan reklamasi pantai secara signifikan dikelompokkan atas :
• Kawasan Perumahan dan Permukiman
• Kawasan Perdagangan dan Jasa
• Kawasan Industri
• Kawasan Pariwisata
• Kawasan Ruang Terbuka (Publik, RTH Lindung, RTH Binaan, Ruang Terbuka Tata
Air/Biru)
• Kawasan Pelabuhan Laut / Penyeberangan
• Kawasan Pelabuhan Udara
• Kawasan Mixed-Use
• Kawasan Pendidikan
b. Berdasarkan Luasan
Kawasan Studi Reklamasi berdasarkan luasan dan lingkupnya dapat dibedakan dalam
kategori sebagai berikut :
1. Reklamasi Besar. Kawasan reklamasi dengan luasan > 500 Ha dan mempunyai lingkup
pemanfaatan ruang yang sangat banyak dan bervariasi. Contoh : Kawasan reklamasi
Jakarta
2. Reklamasi Sedang. Merupakan kawasan reklamasi dengan luasan 100 sampai dengan500 ha dan lingkup pemanfaatan ruang tidak terlalu banyak ( ± 3 – 6 jenis). Contoh :
Kawasan Reklamasi Menado
3. Reklamasi Kecil. Merupakan kawasan reklamasi dengan luasan kecil (dibawah 100ha)
dan hanya memiliki beberapa variasi pemanfaatan ruangnya (hanya 1-3 jenis ruang
saja). Contoh : Kawasan Reklamasi Makasar
c. Berdasarkan Bentuk Fisik
1. Menyambung dengan Daratan
Model reklamasi ini seperti model reklamasi pada umumnya, dimana kawasan daratan
lama berhubungan langsung dengan daratan baru. Penerapan model ini pada kawasan
yang tidak memiliki kawasan ( penanganan ) khusus atau kawasan lindung seperti :- kawasan permukiman nelayan,
- kawasan hutan mangrove
- kawasan hutan pantai
- kawasan perikanan tangkap
- kawasan terumbu karang, padang lamun, biota laut yang dilindungi
22 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
33/96
- kawasan larangan ( rawan bencana )
- kawasan taman laut, dsb
2. Terpisah dengan Daratan
Model reklamasi ini diterapkan pada kawasan-kawasan yang memiliki kawasan khus
seperti yang telah disebutkan di atas. Model ini memisahkan (meng-“enclave”
daratan lama yang berupa kawasan lindung/ kawasan khusus dengan kawasan darata
baru dengan tujuan:
- Menjaga keseimbangan tata air yang ada
- Menjaga kelestarian kawasan lindung (mangrove, pantai, hutan pantai, dll)
- Mencegah terjadinya dampak/ konflik sosial
- Menjaga dan menjauhkan kerusakan kawasan potensial (biota laut, perikana
minyak )
- Menghindari kawasan rawan bencana
- Dsb.
3. Gabungan 2 Bentuk Fisik (Terpisah dan Menyambung dengan Daratan)
Suatu kawasan reklamasi dimungkinkan menggunakan gabungan 2 (dua) mod
reklamasi sekaligus apabila wilayah kawasan perencanaan reklamasi terdapat poten
dan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas. Kawasan reklamasi pad
kawasan yang potensial/lindung menggunakan teknik terpisah dengan daratan da
pada bagian yang tidak memiliki potensi khusus menggunakan teknik menyambun
dengan daratan yang lama.
Sumber materi dan gambar:
1. Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005
2. Laporan Kegiatan Bantuan Teknis Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Pengembangan Kota
Batam, 2006
3. Kutipan tulisan Mohammad Faiqun Ni'am tentang Reklamasi dari
http://f4iqun.wordpress.com/2007/07
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 23
-
8/19/2019 Model Reklamasi
34/96
Model Reklamasi Menyambung Daratan
Contoh Model Tipologi Kawasan Reklamasi Berdasarkan Bentuk Fisik
(Sumber gambar: Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai)
24 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
35/96
Master Plan Kawasan Reklamasi Pantai Batam yang Menggunakan Gabungan 2 Model Reklamasi
Reklamasi Terpisah dari Daratan
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 25
-
8/19/2019 Model Reklamasi
36/96
Sumber: Buku Pedoman Perencanaan Tata Ruang Reklamasi Pantai
Ketentuan UmumKeterangan
Aspek Pertimbangan
1. Sosial, Budaya dan
Ekonomi
a) Reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya danekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi. Perubahan
terjadi harus menyesuaikan:
1. Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan;
2. Selanjutnya, perubahan di atas berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis
lapangan kerja baru dan bentuk keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan.
b) Aspek sosial, budaya, wisata dan ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya,pariwisata, dan ekonomi kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.
2. Pergerakan
Aksesibilitas dan
Transportasi
Perencanaan pergerakan, aksesibilitas dan transportasi kawasan reklamasi pantai harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Pola pergerakan kendaraan di ruas-ruas jalan harus terintegrasi terhadap kerangkautama/coastal road yang melintasi pantai/perairan agar publik dapat menikmati panorama
dan kenyamanan pantai;
b) Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus menyediakan kanal-kanal dan atau ruangperairan lain untuk aksesibilitas dan integrasi antara pusat kawasan dan sub-sub wilayah
kota;
c) Harus mudah diakses dan terintegrasi dengan sistem kota dari prasarana dan sarana diperairan, darat dan udara;
d) Pola pergerakan dan transportasi darat dan perairan harus memiliki variasi integrasi danvariasi transportasi berdasarkan konsep “ride and park system” di beberapa tematik
kawasan;
e) Perencanaan manajemen sistem transportasi dan kelengkapan sarana penunjangtransportasi.
3. Kemudahan Publik
dan Ruang Publik
a) Tata letak bangunan yang figuratif dan garis ketinggian bangunan yang berhirarki untukmenjaga kemudahan publik dalam menikmati panorama ruang pantai;
b) Keberadaan ruang publik yang dapat diakses, dimanfaatkan dan dinikmati secara mudah
dan bebas oleh publik tanpa batasan ruang, waktu dan biaya;c) Potensi elemen-elemen pantai untuk direpresentasikan kembali melalui kreativitas proses
penggalian, perancangan dan pengemasan potensi alam/laut/pantai/perairan yang
signifikan agar tercipta kemudahan dan kenyamanan publik;
d) Potensi alam/pantai yang perlu dikembangkan sekaligus dikonservasi, misalnya pasir,hutan, flora dan fauna air, bakau, tebing/bibir pantai, kontur, peneduh, langit, dan
pemandangan/panorama;
e) Perwujudan kenyamanan pada elemen pantai dalam bentuk antara lain:1) keheningan suasana;
2) keindahan panorama pantai;
3) kealamiahan desa;
4) kejernihan riak dan gelombang air pantai;
5) kehijauan bukit & lembah;6) kerimbunan hutan pantai;
7) kebersihan pasir;
8) kebiruan langit;
9) keteduhan di sekitar pantai.
Aspek yang Perlu dipertimbangkan dalam Reklamasi Pantai
26 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
37/96
Rekayasa Teknis di Kawasan Reklamasi Pantai
Variabel-variabel yang dipengaruhi dalam tata ruang kawasan reklamasi pantai da
substansi teknik pantai adalah:
a. Bentuk Garis PantaiBentuk garis pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang, sifat-sifat sedime
seperti rapat massa dan tahanan terhadap abrasi, ukuran dan bentuk sedimen/partike
kondisi gelombang dan arus, serta bathimetri pantai. Garis pantai yang berhadapa
langsung dengan laut lepas mempunyai karakteristik lebih rentan terhadap seranga
gelombang, dibanding dengan garis pantai yang terlindung sebagian oleh faktor ala
seperti adanya kumpulan pulau. Contoh : Pantai Cilacap ke arah barat di Provinsi Jaw
Tengah terlindung terhadap serangan gelombang, dengan adanya Pulau Nusakambanga
Garis pantai pada kurun waktu tertentu juga akan mengalami perubahan, ada garis pant
yang bertambah maju ke arah laut (pantai akresi), sebaliknya ada garis pantai yang terero
atau mundur ke arah darat . Contoh tentang hal ini adalah pantai di Kabupaten Rembang,
Kota dan Kabupaten Pekalongan.
Dari penjelasan di atas dapat dihubungkan bahwa untuk pantai yang terlindung secara alam
lebih mudah penanganannya dalam kaitan dengan Penataan Ruang Kawasan Reklama
Pantai, karena struktur yang akan digunakan relatif ringan dan kawasan reklamasi rela
aman. Adapun tipologi kawasan pesisir pantai secara umum dapat dibedakan ke dalam
(empat) jenis yaitu :
• Kawasan pesisir pantai tertutup adalah suatu kawasan pantai yang dilindungi oleh ala
sehingga pantai tersebut aman terhadap serangan gelombang. Contoh: pantai
Pelabuhan Bengkulu pulau Sumatera Provinsi Bengkulu.
• Kawasan pesisir pantai agak tertutup (teluk besar) adalah kawasan pantai yang sebagi
besar terlindungi oleh serangan gelombang, tetapi masih dimungkinkan seranga
gelombang pada waktu tertentu dapat terjadi di pantai tersebut. Contoh : Pantai Tel
Banten Provinsi Banten, Pantai Teluk Jakarta DKI Jakarta, Pantai Teluk Pelabuhan Ra
Provinsi Jawa Barat, Pantai Teluk Penyu Provinsi Jawa Tengah.
• Kawasan pesisir pantai memanjang adalah kawasan pantai yang relatif lurus memanja
tanpa ada perubahan berarti seperti semenanjung dan teluk. Contohnya : Pantai Sa
dan Slamaran Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah.
• Kawasan pesisir pantai tebing adalah pantai yang kemiringan pantainya besar at
curam. Contoh: pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta.• Kawasan pesisir pantai landai adalah pantai yang kemiringan pantainya landai. Conto
Pantai Utara Provinsi Jawa Tengah.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 27
-
8/19/2019 Model Reklamasi
38/96
b. Kemiringan Pantai
Kemiringan pantai sangat dipengaruhi oleh material dasar pantai, yang dapat berupa
lumpur, pasir atau kerikil. Kemiringan dasar pantai tergantung pada bentuk dan ukuran
material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai
1:5000. Kemiringan pantai pasir lebih besar yang berkisar antara 1:20 dan 1:50. Kemiringan
pantai berkerikil bisa mencapai 1:4. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai
dimana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspensi bermuara di daerah tersebut
dan gelombang relatif kecil. Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur sebagian besar
merupakan pantai berlumpur. Sebagian besar pantai yang menghadap ke Samudra
Indonesia, seperti Pantai Selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Pantai Barat Sumatra, adalah
pantai berpasir.
Dari sisi material pembentuknya dikenal ada beberapa jenis pantai, yaitu :
• Pantai bukit pasir(dune)
Pada umumnya pantai berpasir mempunyai bentuk serupa. Pada lokasi gelombang
pecah terdapat longshore bar, yaitu gundukan pasir di dasar yang memanjang
sepanjang pantai.Pada saat air pasang bagian atas dari foreshore akan terbentuk dan
menjadi kering selama air surut. Angin yang berhembus ke arah darat dapat
mengangkut pasir yang kering tersebut ke arah darat di backshore atau lebih jauh lagi di
pesisir dan membentuk bukit pasir yang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai
terhadap serangan gelombang.
Di sepanjang pantai selatan Jawa Tengah terbentuk bukit pasir dengan lebar mencapai 2
km dan tinggi 8 m. Pembentukan sand dunes tersebut disebabkan oleh angkutan pasir
yang sangat besar di sepanjang pantai.Pasir dalam jumlah yang sangat besar tersebut
merupakan akumulasi dari pasir Gunung Merapi yang terangkut oleh Sungai Opak dan
Progo ke Samudera Indonesia.
• Pantai tombolo dan lidah pasir(fleche)Pantai jenis ini hampir sama dengan pantai bukit pasir, hanya ada sedikit perbedaan
pada konsentrasi penumpukan pasirnya. Di pantai ini pasir terkonsentrasi di belakang
bangunan seperti offshore breakwater . Sedang lidah pasir muncul sebagai akibat
adanya transpor sedimen pasir dari sungai. Seperti halnya sungai-sungai yang berhulu di
Gunung Merapi Provinsi DI Yogyakarta.
• Pantai delta akibat tumpukan sedimen pada mulut sungai
Pada pantai ini terjadi di daerah pantai di mana banyak muara sungai yang membawa
sedimen suspensi dalam jumlah besar. Selain itu kondisi gelombang di pantai tersebut
relatif tenang sehingga tidak mampu membawa sedimen tersebut ke perairan dalam di
laut lepas. Sedimen suspensi tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yangluas sehingga membentuk pantai yang luas, datar, dan dangkal. Kemiringan dasar pantai
sangat kecil. Contoh : Pantai Samarinda Provinsi Kalimantan Timur.
• Pantai laguna (estuaria) yang merupakan kolam air payau
28 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
39/96
c. Jenis Tanah Dasar
Dalam kaitan Penyusunan Program Rencana Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, bent
garis pantai tidak berdampak secara langsung terhadap penataan ruang kawasan reklama
Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan yang dibawa ol
sungai, dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Sifat-sifat sedimen melipu
ukuran partikel dan distribusi butir sedimen, rapat masa, bentuk, kecepatan endap, tahana
terhadap erosi. Pada tulisan di bawah ini hanya disinggung tentang ukuran partikel sedime
Ukuran partikel sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempun
lumpur, pasir, kerikil, koral, dan batu. Berdasarkan klasifikasi menurut Wenthworth, pas
mempunyai diameter antara 0,063 dan 2,0 mm yang selanjutnya dibedakan menjadi lim
kelas. Material sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter di bawah 0,063 m
yang merupakan sedimen kohesif.
Distribusi ukuran butir biasanya dianalisis dengan saringan dan dipresentasikan dala
bentuk kurva persentase berat kumulatif . Pada umumnya distribusi ukuran butiran pas
mendekati log normal, sehingga sering digunakan pula skala satuan phi. Ukuran bu
median D50 adalah paling banyak digunakan untuk ukuran butiran pasir. Untuk menguk
derajad penyebaran ukuran butir terhadap nilai rerata sering digunakan koefisien S
Apabila So bernilai lebih besar 1,0 dan lebih kecil 1,5 berarti ukuran butir seraga
sedangkan untuk So lebih besar 1,5 dan lebih kecil 2,0 penyebaran ukuran butir sedang, ji
So lebih besar 2,0 gradasi ukuran pasir sangat bervariasi.
Coastal Area
Offshore
Dune
Backshore
Foreshore - inshore
HWL
LWL
Pembagian wilayah pantai
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 29
-
8/19/2019 Model Reklamasi
40/96
Pada umumnya profil pantai berpasir mempunyai bentuk landai, mempunyai bagian-bagian
yang disebut inshore, foreshore dan backshore. Dari sisi permukaan air dapat dibagi dalam
breaker zone, surf zone dan swash zone. Jarak antara zona backshore dan foreshore, mempunyai
batas antara kedua zona yang disebut puncak berm, yaitu titik dari run up maksimum pada
kondisi gelombang normal (biasa). Run up adalah naiknya gelombang, pada permukaan miring.
Run up gelombang mencapai batas antara pesisir dan pantai hanya selama terjadi gelombang
badai. Surfzone terbentang dari titik di mana gelombang pertama kali pecah sampai titik run up
di sekitar lokasi gelombang pecah. Di lokasi gelombang pecah terdapat longshore bar , yaitu
gundukan pasir di dasar yang memanjang sepanjang pantai.
2. JALAN DAN TRANSPORTASI
A. Darat (sistem jaringan Jalan)
Jalan sebagai suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkannya bagi
lalu lintas (UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan). Dengan hal ini, pemerintah mengatur klasifikasi
fungsional jalan di Indonesia yang tercantum dalam PP No. 15 Tahun 2005 dan PP No. 34 Tahun
2006.
Klasifikasi jalan dapat dibagi dalam kelas-kelas berdasarkan fungsi jalan serta volume dan
sifat lalu lintas (Ditjen Bina Marga). Berdasarkan fungsinya jalan dibedakan menjadi 3 golongan
berikut :
1. Jalan Utama, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota penting
dan melayani arus lalu lintas yang cepat dan berat.
2. Jalan Sekunder, yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antar kota-kota
penting, kota-kota yang lebih kecil dan daerah sekitarnya.
3. Jalan Penghubung, yaitu jalan untuk keperluan aktivitas daerah dan juga dipakai sebagai
penghubung dari golongan jalan yang sama atau berlainan.
Klasifikasi menurut kelas jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat, MST (ton)
Arteri
I
II
IIIA
> 10
10
8
Kolektor III A
III B 8
Tabel Klasifikasi Jalan Menurut Kelasnya
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (TCPGJAK) 1997
30 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
41/96
Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
Datar D < 3
Perbukitan B 3 – 25
Pegunungan G > 25
Tabel Klasifikasi Menurut Medan Jalan
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (TCPGJAK) 1997
Klasifikasi atau penggolongan jalan diupayakan seefektif mungkin dengan tujuan mendapatk
kemudahan dalam perencanaan, pengembangan dan pengaturan transportasi darat
Indonesia.
B. Laut (dermaga / pelabuhan)
Terbatasnya prasarana transportasi darat. Selain transportasi udara dalam melayani wilay
antar propinsi, transportasi sungai merupakan alternatif yang lain, karena transportasi sung
relatif murah dan mempunyai daya jelajah yang lumayan meskipun sistem transportasi sung
ini tidak bisa cepat. Transportasi sungai masih merupakan aspek penting dalam pergeraka
penduduk pada panti, khususnya dalam menghubungkan wilayah kota dengan wilaya
hinterland -nya.
Jenis angkutan sungai yang umum dipergunakan adalah jenis kapal motor, speed boa
pontoon, kapal tarik, ferry dan kelotok.
C. Udara (bandara)
Pelayanan moda transportasi udara adalah yang paling efektif untuk melayani perhubunga
antar wilayah. mengingat prasarana dan sarana transportasi saat ini kurang menunjan
Transportasi udara yang didukung oleh kedudukan Bandara mempunyai jangkauan pelayana
tidak saja dalam lingkup propinsi itu sendiri, tetapi juga mencapai wilayah nasional bahk
internasional.
Bandara mempunyai kemapuan operasional tinggi yang didukung dengan panjang landasa
pacu (runway) sepanjang lebih dari 1.800 meter yang dapat didarati pesawat berbadan besar.
3. DRAINASE DAN PENANGANAN BANJIR
Untuk penanganan drainase dan pengendali banjir di kawasan reklamasi pantai dan daera
hulunya ditinjau dari aspek lokasi lahan reklamasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :- Lokasi reklamasi terletak di alam garis pantai, seperti di daerah tambak atau rawa-raw
seperti terlihat pada Gambar Reklamasi di Dalam Garis Pantai.
- Lokasi reklamasi pantai di luar garis pantai (menjorok ke laut) seperti terlihat pada Gamb
Reklamasi di Luar Garis Pantai.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 31
-
8/19/2019 Model Reklamasi
42/96
Reklamasi di dalam garis pantai
lautgaris pantai
reklamasi
darat
Garis pantai adalah pertemuan antara laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang
tertinggi, seperti terlihat pada Gambar berikut ini.
Reklamasi di luar garis pantai
laut
garis pantai reklamasi
darat
HWL = Highest water level (muka air laut pasang tertinggi)MSL = Mean sea level (muka air laut rata-rata)
LWL = Lowest water level (muka air laut surut terendah)
darat garis pantai
Garis pantai
laut
HWL
MSL
LWL
32 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
43/96
Sistem drainase dan pengendali banjir yang akan digunakan tergantung pada
letak lahan reklamasi dan kondisi geologinya
Untuk penanganan drainase di kawasan reklamasi pantai ditinjau dari aspek kondisi lapisa
tanah dapat dikelompokkan sebagai berikut :
- Kondisi lapisan tanah cukup bagus, sehingga tidak mengalami land subsidence (penuruna
tanah)
- Kondisi lapisan tanah jelek, sehingga mengalami land subsidence (penurunan tanah)
Reklamasi di Dalam Garis Pantai yang Tidak Mengalami Land Subsidence
Untuk mengatasi banjir yang terjadi di bagian hulu kawasan reklamasi pantai antara lain :
- Membuat garis sempadan sungai
- Menormalisasi sungai- Membuat saluran kolektor.
Garis sempadan sungai di dalamnya meliputi lebar saluaran rencana (lebar bagian ata
lebar jalan rencana, trotoar dan saluran drainase lingkungan, seperti terlihat pada Gambar
bawah ini.
lebar sempadan sungai
Gambar Garis sempadan sungai
Untuk mengatasi genangan yang terjadi di kawasan reklamasi pantai antara lain :
- Urugan tanah reklamasi pantai harus cukup aman terhadap air laut pasang, tinggi loncat
gelombang pada bangunan pantai (sea wall/revetment) dan ditambah dengan tinggi jagaan
- Urugan tanah reklamasi pantai harus cukup aman terhadap muka air banjir di sungai daditambah dengan tinggi jagaan
- Pembuatan jaringan saluran drainase di kawasan reklamasi dengan arah aliran (kemiring
dasar saluran) menuju ke pembuangan akhir (laut, sungai dan saluran kolektor) yang pali
dekat.
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 33
-
8/19/2019 Model Reklamasi
44/96
garis pantai
reklamasi
saluran kolektor daratsaluran drainase
garis sempadan sungai
B = lebar sungai rencana
reklamasi
laut
B
Sungai
Konsep Sistem Drainase dan Pengendali Banjir
Reklamasi di Dalam Garis Pantai yang Mengalami Land Subsidence
Untuk mengatasi genangan yang terjadi di kawasan reklamasi pantai yaitu dengan
menggunakan sistem polder.Sistem polder (non gravitasi) adalah suatu sistem dimana kawasan tersebut diisolasi
terhadap pengaruh muka air banjir/muka air laut pasang yang ada di luar kawasan reklamasi dan
juga elevasi muka air banjir yang terjadi akibat hujan lokal yang turun di dalam kawasan tersebut
dapat dikendalikan.
Komponen drainase sistem polder terdiri dari :
- Tanggul berfungsi untuk mengisolasi kawasan tersebut terhadap limpasan/bocoran dari luar
sistem, seperti banjir dan air laut pasang
- Pintu air berfungsi untuk menahan air banjir/air laut pasang dari luar sistem agar tidak masuk
ke kolam retensi/saluran dan untuk menyalurkan debit banjir keluar sistem pada saat terjadi
kerusakan pompa dan muka air di luar sistem lebih rendah dari muka air di dalam sistem
- Pompa air berfungsi untuk menyalurkan debit banjir ke luar sistem pada saat terjadi hujan
- Kolam retensi berfungsi untuk menampung debit banjir pada saat terjadi hujan
- Jaringan saluran drainase berfungsi untuk menyalurkan debit banjir dari seluruh sistem ke
kolam retensi/stasiun pompa.
Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pantai
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
34 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
45/96
Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pant
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Saluran kolektor darat Garis sempadan sungai
Saluran drainase
reklamasireklamasi
tanggul
Garis pant
Laut
B Kolam, pompa & pintu air
B= Lebar sungai rencana
Konsep Sistem Drainase Dan Pengendali Banjir
Sungai
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 35
-
8/19/2019 Model Reklamasi
46/96
Garis pantai
Laut>B
Konsep Sistem Drainase dan Pengendali Banjir
Reklamasi di Luar Garis Pantai Yang Tidak Mengalami Land Subsidence
Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pantai
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
reklamasi reklamasi
saluran kolektor daratsaluran drainase
garis sempadan sungaiB = lebar sungai rencanaSungai
arah angin / gelombang dominan
Contoh reklamasi pantai yang salah
Reklamasi di luar garis pantai juga harus memperhatikan dampak terhadap muara sungai
yang ada di sekitar daerah reklamasi pantai. Gambar di bawah ini menunjukkan contoh
reklamasi pantai yang tidak benar, yang menimbulkan penyumbatan muara sungai.
reklamasi
sungai
sedimentasi
36 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
47/96
Contoh reklamasi pantai yang benar
reklamasi
sungai
Reklamasi di Luar Garis Pantai Yang Mengalami Land Subsidence
Upaya penanganan banjir yang terjadi di bagian hulu dan di dalam kawasan reklamasi pant
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Konsep Sistem Drainase dan Pengendali Banjir
reklamasi
laut
tanggul > B
B
garis pantai
saluran kolektor darat
reklamasi
kolam, pompa & pintu air
garis sempadan sungai
B = lebar sungai rencana
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 37
-
8/19/2019 Model Reklamasi
48/96
Peruntukan ruang kawasan- Permukiman
- Perdagangan dan Jasa
- Industri
- Pariwisata
- Public Space
- Mixed use
- dll
Input terhadap kawasan1. Penggunaan Energi
2. Penggunaan sumber daya
alam
3. Pembukaan ruang baru
4. Operasional kawasan
5. Penataan kawasan
Berkurangnya sumber daya alam (resources depletion)
Berkurangnya cadangan energi (energy depletion)
Cemaran (Padat, Cair dan gas)
Perubahan ekosistem - Lahan konservasi
- Ruang Terbuka Hijau
Badan lingkungan penerima
Perubahan kualitas lingkungan
Kesetimbangan sistem kawasan
-Sistem lingkungan (biotik dan
abiotik)
- Sistem sosial
- Sistem ruang kawasan
PENGELOLAAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL MANAGEMENT)
Variabel yang dipengaruhi oleh kawasan reklamasi dapat digambarkan dalam diagram berikut:
38 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
49/96
Input terhadap kawasan reklamasi adalah:
1. Penggunaan Energi
Energi sangat dibutuhkan oleh keseluruhan sistem yang ada di dalam kawasan untuk beker
secara normal. Energi yang jamak digunakan adalah (1) energi listrik yang bisa bersumb
dari konversi bentuk energi yang lain seperti minyak bumi, batu bara, air, angin, nuklir at
sinar matahari (2) energi minyak bumi baik untuk kegiatan transportasi, domestik at
industri (3) energi lain seperti nuklir, air, gas bumi dll.
2. Penggunaan sumber daya alam
Penggunaan sumber daya alam yang paling banyak digunakan dalam aktivitas sebua
kawasan adalah air. Air dapat diperoleh dari mata air, sungai dan/atau air permukaan la
desalinasi air laut, dan air bawah tanah.
3. Pembukaan ruang baru
Pembukaan ruang baru merupakan kegiatan dalam kawasan reklamasi yang bertujuan unt
memberikan ruang (space) bagi aktivitas yang ada di atasnya. Pembukaan ruang ini dap
merubah sistem ruang yang sudah ada, misalnya pembukaan hutan, perubahan huta
bakau, perubahan ekosistem pantai, muara dan habitat lain yang berada di sekitar kawas
reklamasi.
4. Operasional kawasan
5. Penataan kawasan
Penataan kawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menjaga sistem yang ada
dalamnya agar dapat bekerja secara seimbang. Kegiatan ini meliputi pemeliharaan saran
dan prasarana, pengelolaan dan konservasi lingkungan.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI
Penataan ruang dalam kawasan reklamasi harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunayang berkelanjutan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
• Analisa
- Karakteristik lingkungan
- Jenis aktivitas
• Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tata Ruang Kawasan Reklama
Pantai.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tata ruang kawasan pantai adalah:
1. Ruang terbuka hijau
2. Penggunaan Air bersih
3. Penggunaan Energi• Identifikasi potensi masalah
Faktor-faktor tersebut di atas merupakan infrastruktur yang harus dipenuhi dalam penataa
ruang pada kawasan reklamasi. Pada operasional kawasan jenis aktivitas, penggunaan a
dan penggunaan energi akan menimbulkan dampak berupa cemaran atau polutan yan
dilepas menuju badan lingkungan penerima. Bentuk cemaran tersebut adalah:
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 39
-
8/19/2019 Model Reklamasi
50/96
a. limbah cair akibat kegiatan domestik (permukiman) dan non domestik (industri,
perdagangan, jasa).
b. limbah padat (sampah) akibat kegiatan domestik (permukiman) dan non domestik
(industri, perdagangan, jasa).
c. limbah gas (sampah) akibat kegiatan domestik (permukiman), transportasi, dan non
domestik (industri, perdagangan, jasa).
Identifikasi Variabel-Variabel yang Dipengaruhi dalam Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
1. Ruang terbuka dan tata hijau
2. Sarana pengolah limbah berupa IPAL atau IPLT
• Jauh dari permukiman penduduk
• Pada daerah non produktif
• Pada ketinggian permukaan tanah yang rendah sehingga dimungkinkan penyaluran
secara gravitasi,
• Tidak terpengaruh pasang surut
3. Sarana pengelolaan limbah padat
• Jauh dari permukiman penduduk;
• Memiliki aksesibilitas yang baik;
• Tidak terpengaruh pasang surut
4. Sarana penyediaan air bersih (IPAB)
• Diletakkan pada wilayah yang berdekatan dengan air permukaan (sungai)
• Diupayakan pada lokasi terjauh dari muara sungai
Sumber materi dan gambar:
Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005
40 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
51/96
STUDI KASUS 1 :
KAWASAN REKLAMASI PANTAI MANADO
Gambar: Letak Kota Manado
6
5
3
2
1
4
Pelabuhan Menado
Lokal
Pantai
Menado
Jl. Sam
Ratulangi(boulevard
lama)
Jl. Boulevard
Piere Tendean
(boulevard baru)
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 41
-
8/19/2019 Model Reklamasi
52/96
Konsep dari rencana penggunaan ruang Kota Manado adalah ”mixed use/campuran”.
Selanjutnya rencana pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi yang
terdistribusi dalam 3 kecamatan berdasarkan RTRW 2000-2010 adalah :
• Kecamatan Wenang direncanakan sebagai kawasan perdagangan/usaha/jasa, kawasan
perkantoran/pemerintahan, kawasan jasa, kawasan pelabuhan laut dan wisata, kawasan
permukiman dan instalasi militer
• Kecamatan Sario direncanakan sebagai kawasan permukiman, kawasan jasa (reklamasi),
kawasan perkantoran/pemerintahan, kawasan perdagangan/usaha/jasa dan kawasan
instalasi militer
• Kecamatan Malalayang direncanakan sebagai kawasan wisata pantai. Sedangkan kondisi
pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi Pantai Manado juga dirancang
sebagai kawasan ”mixed use/campuran” yang didominasi perdagangan dan jasa.
Bentang Reklamasi 200-
500 M dari batas darat
eksisting dari
6
5
3
2
1
4
Pelabuhan Menado Lokal
Pantai Menado
Jl. Boulevard
(boulevard baru)
Jl. Sam Ratulangi
(boulevard lama)
Kondisi Eksisting Pengembangan Kawasan Terbangun di Sepanjang Kawasan Reklamasi
Pantai Manado
Beberapa lahan pengembang (No. 1-6) telah
memanfaatkan lahannnya sebagai kawasan mixed-use
Jadi pengembangan kawasan
terbangun di kawasan reklamasi
dinilai sudah mengacu atau relevan
terhadap RTRW Kota Manado 2000-
2010. Lihat Peta Rencana
Penegembangan Kawasan
Terbangun Kota Manado Th 2000-
2010.
42 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
53/96
Public Easement dan View /Amenitas
• Lay out figurasi bangunan dan sky line ketinggian bangunan perlu diatur secara figuratif da
berhirarki agar public easement tetap terjaga
• Ruang publik yang perlu disediakan oleh pengembang sebesar 16% masih perlu leb
dikembangkan lagi dari segi pemanfaatan dan pengendaliannya. Ruang publik/ pub
domain adalah ruang milik publik/masyarakat untuk menikmati potensi view dan amenit
pantai secara bebas baik dari segi ruang, biaya maupun waktu.
Bentang Reklamasi 200 -500 M dari batas darat
eksisting dari
6
5
3
2
1
4
Pelabuhan Menado Lokal
Jl. Sam Ratulangi
(boulevard lama)
Jl. Sam
Ratulangi
Manado, 1996
Jl. Sam
Ratulangi
Th. 1996, kawasan perdagangan di sepanjang
pantai/Jl. Sam Ratulangi terletak di sisi ruas jalanutama wilayah daratan sehingga public easement ,
view dan amenitas publik tetap terjaga dari kerangka
utama kawasan tersebut.
2005, public easement , view dan amenitas dari kerangk
utama kawasan/Jl. Boulevard-Jl.Piere Tendean terhalanoleh lahan pengembang sepanjang pantai
Sumber materi dan gambar:
Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005
Jl. Boulevard
(boulevard baru)
Pantai Menado
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 43
-
8/19/2019 Model Reklamasi
54/96
STUDI KASUS 2 :
KAWASAN REKLAMASI PANTAI LOSARI MAKASAR
Gambar :
Letak Kota
Makasar
44 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
55/96
Kawasan Reklamasi Pantai dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makasar
A. Struktur Kawasan
Rencana struktur kawasan Kota Makasar berpola linier bercabang-cabang dengan beberap
nodes di ujung kerangka dan persimpangan. Rangkaian struktur kawasan ini terangk
membentuk network kota untuk melayani land use yang variatif.
Struktur utama
kawasan di kawasan
reklamasi pantai
Pertemuan struktur
kawasan membentuk
pusat nodes aktivitas
kawasan
Gambar : RTRW kota Makasar 2010 - 2016
Korelasi struktur ruang dalam tata ruang kawasan dengan kawasan reklamasi pantai :
• Rencana struktur kawasan merupakan kerangka utama kawasan yang menghubungka
beberapa jaringan jalan di lingkungannya hingga membentuk suatu tenunan jaringanetwork kawasan yang kuat & fleksibel.
• Kerangka utama kawasan Jl. Pantai Losari mengintegrasikan Kota Makasar dan Kota Baru
• Dalam usulan rencana sumbu-sumbu tata ruang kawasan sudah memanfaatkan eleme
pantai/perairan sebagai unsur garis baik secara visual maupun konseptual
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 45
-
8/19/2019 Model Reklamasi
56/96
• Pola struktur kawasan sudah mengikuti atau merespon pola pantai
• Struktur kawasan yang menjadi kerangka utama kota dirancang di daerah paling tepi dari
batas bibir pantai dengan daratan, sehingga pemerintah tidak kehilangan kesempatan
mengolah/memanfaatkan lahan reklamasi secara maksimal di wilayah GSP sebagai coastal
road sekaligus ruang publik kota.
B. Kepadatan/intensitas bangunan: KDB, KLB, KDH, GSB, GSL, GSS
Kawasan di sekitar ruang publik kawasan reklamasi Pantai Losari merupakan kawasanmixed-
use, dimana terdapat berbagai variasi fungsi penggunaan lahan yaitu diantaranya sebagaikawasan perdagangan/usaha/jasa, kawasan perkantoran, kawasan jasa, kawasan pelabuhan
laut dan wisata dan kawasan wisata pantai, sehingga intensitas bangunan di kawasanmixed use
tinggi, ditandai dengan:
• KDB ada yang mencapai 100%
• GSB ada yang bernilai 0
• KLB lebih dari 3
• GSL cukup besar dan secara cermat & efisien oleh pemerintah dimanfaatkan untuk
pembangunan yang bersifat kepentingan publik yaitucoastal road dan ruang publik
• KDH masih kurang memadai
Dengan demikian tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi
variabel ”pola struktur kota” kawasan reklamasi pantai hingga
membedakannya secara signifikan dengan pengaturan pola struktur kota di
darat
Kondisi intensitas bangunan di kawasan reklamasi pantai Losari
46 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
57/96
Tata ruang kawasan reklamasi pantai kurang begitu mempengaruhi variabel
”kepadatan/intensitas bangunan” di kawasan reklamasi karena pada
dasarnya kegiatan pembangunannya dapat diatasi dengan rekayasa
teknis/engineering. Namun demikian tetap ada beberapa hal yang secara
signifikan masih perlu lebih diperhatikan.
Sumber materi dan gambar:
Materi Teknis Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, 2005
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 47
-
8/19/2019 Model Reklamasi
58/96
STUDI KASUS 3 :
KAWASAN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA
Rencana Pengembangan Kawasan Terbangun Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta
Peta Rencana Pengembangan Kawasan Terbangun/Peta Rencana Peruntukan
Reklamasi Pantura Jakarta
Residential Park New Port
Public Building Green Area Existing Port
Port Support
48 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
Western Area Central Area Eastern Area
A,BLow Density Residential
and housing support G
Recreational Area &
Limited Port K,L,M,N Port
CLow Density Residential
and housing support H
Central Business
District, High Density
Residential and
Housing Support
O,PWarehouses,
Industries
D,E,F
Medium Density
Residential and housing
support
I,J
Recreational Area,
Offices, Medium
Density Residential
-
8/19/2019 Model Reklamasi
59/96
Rencana pengembangan kawasan terbangun di kawasan reklamasi yang terdistribusi
dalam 3 sub-kawasan adalah:
• Sub-Kawasan Barat terdiri dari kecamatan Penjaringan dan Pademangan direncanakan
sebagai kawasan permukiman.
• Sub-Kawasan Tengah terdiri dari kecamatan Tanjung Priok direncanakan sebagai
kawasan permukiman, kawasan jasa (reklamasi), kawasan perkantoran/pemerintahan,
kawasan perdagangan/usaha/jasa, CBD dan kawasan rekreasi.
• Sub-Kawasan Timur terdiri dari kecamatan koja dan Cilincing direncanakan sebagai
kawasan industri.
Penggunaan Ruang Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta :
• Kawasan Pusat Bisnis I CBD (Central Business District); terutama dikembangkan untuk
perdagangan eceran, tempat hiburan, hotel, dan pemukiman berkepadatan tinggi.
Pengembangan kawasan pusat bisnis baru direncanakan berdasarkan pertumbuhan
kebutuhan akan ruang usaha.
• Kawasan Usaha Sekunder; kawasan usaha sekunder dengan kepadatan rendah
diperkirakan akan lebih mendorong perkembangan usaha, fasilitas pemerintahan, dan
fasilitas budaya. Kawasan ini juga berfungsi bagi pembangunan kawasan atau gedung
yang bernilai sejarah.
• Kawasan usaha tersier; untuk penggunaan komersial, rekreasi, serta hotel.
• Kawasan bersejarah; proses restorasi dan preservasi bangunan bersejarah
dikembangkan untuk menciptakan obyek yang menarik wisatawan, usaha kecil, dan lain
lain.
• Fasilitas Budaya.
• Pemukiman berkepadatan tinggi; kawasan ini akan dikembangkan berdekatan dengan
CBD dan dilengkapi dengan fasilitas perbelanjaan, ruang terbuka, hotel, apartemen,fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan.
• Pemukiman berkepadatan sedang; kawasan ini akan dilengkapi fasilitas perbelanjaan
serta ruang terbuka
• Pemukiman berkepadatan rendah; di dalam kawasan ini akan dibangun berbagai jenis
fasilitas sosial, fasilitas komersial dan jasa dan ruang terbuka.
• Pelabuhan, pergudangan dan industri
• Kawasan hijau lindung; kawasan ini berfungsi sebagai pelindung pantai dan habitat flora
dan fauna khas pantai
Jadi pelaksanaan di lapangan untuk pemanfaatan kawasan terbangun di
kawasan reklamasi dinilai sudah mengacu pada peruntukan ruang dalam
Master Plan Pantura Jakarta .
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 49
-
8/19/2019 Model Reklamasi
60/96
50 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
61/96
A. Tipologi Kawasan Reklamasi Pantai
Tipologi kawasan reklamasi Pantai Utara Jakarta terbentuk atas komposisi konfigurasi rua
terbuka dan bangunan. Konfigurasi ini seolah mengikuti pola jaringan kawasan. Konfigura
masa dan ruang kawasan dirancang menghadap pantai, selain itu dirancang memiliki ruan
ruang terbuka daratan (square, hutan kota, taman, dll) maupun perairan yang bermuara
pantai (creeks, sungai, lagoon, dll). Jadi tipologinya tidak terbentuk oleh ruang daratan saja.
Tipologi pantai ini secara figuratif membentuk suatu komposisiurban design yang membuj
di sepanjang pantai dan berorientasi ke pantai, dengan karakteristik :
• Tipologi kawasan reklamasi pantai secara visual merupakan kawasan pesisir yang melip
sejumlah areal daratan, areal lautan dan areal air tertentu (aliran sungai dari daratan).
• Termasuk dalam tipologi kawasan pesisir pantai memanjang• Dari sisi material pembentuknya termasuk tipologi jenis pantai yang terbentuk timbun
tanah.
Dengan demikian Tata ruang kawasan reklamasi Pantai Utara Jakarta dinilai dapat
mempengaruhi variabel ”tipologi” kawasan reklamasi pantai hingga membedakannya
secara signifikan dengan tipologi kawasan di darat, hal ini ditandai dengan :
• Konfigurasi tipologi dan posisi ruang terbuka dan bangunan secara khusus
diupayakan berorientasi penuh menghadap ke ruang terbuka pantai/perairan
tersebut
• Pola ruang terbuka, bangunan dan lingkungan sudah merespon, menghargai
dan figuratif terhadap ruang terbuka pantai/perairan
• Elemen pantai/perairan sudah dimanfaatkan untuk menciptakan
tipologi ruang terbuka di tepi pantai
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 51
-
8/19/2019 Model Reklamasi
62/96
Peta dan gambar di lapangan halaman berikut menunjukkkan bahwa hampir seluruh bentuk
pembangunan (bangunan, ruang terbuka dan lingkungan) secara figuratif telah berupaya
menghargai dan merespon pantai guna mempertegas tipologi kawasan reklamasi pantai.
B. Fungsi dan Hirarki Kota
Beberapa kriteria di bawah ini menyimpulkan bahwa Pantura Jakarta merupakan kawasan yang
berfungsi dan berhirarki utama dalam kota Jakarta :
• Fungsi kawasan reklamasi ini, diharapkan mampu menjadi sub pusat kota baru/
mengembangkan jantung kota yang baru di Jakarta
• Mengembangkan lahan baru untuk nodes/anchor kota Jakarta, seperti pusat kegiatan bisnis,
industri, pemukiman dan rekreasi
• Kawasan reklamasi pantai ini didominasi oleh kawasanmixed land use
• Membuka kesempatan terhadap pembangunan berskala besar
• Hirarki sub pusat kota baru ini dibentuk oleh jaringan jalan utama/coastal road dimana
hirarki berikutnya terdistribusi di kelas jalan lokal yang terintegrasi dengan coastal road
tersebut.
• Coastal Road/ koridor utama kawasan pantai utara Jakarta diklasifikasikan sebagai jalan berhirarki
utama
• Kawasan reklamasi pantai utara Jakarta ditetapkan sebagai kawasan berhirarki utama atau
nodes/anchor di Kota Jakarta
Pengaturan hirarki kawasan di kawasan reklamasi ini sama dengan pengaturanfungsi dan hirarki kawasan di darat. Dengan demikian tata ruang kawasan
reklamasi Pantai utara Jakarta dinilai tidak mempengaruhi variabel ”fungsi dan
hirarki kota” kawasan reklamasi pantai karena tidak membedakannya secara
signifikan dengan fungsi dan hirarki kawasan di darat.
52 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
63/96
C. Struktur Kawasan
Korelasi struktur ruang dalam tata ruang kawasan dengan kawasan reklamasi pantai :
• Kerangka utama kawasan terintegrasi ke lingkungan dan kerangka kota
• Dalam usulan rencana sumbu-sumbu tata ruang kawasan sudah memanfaatkan eleme
pantai/perairan sebagai unsur garis baik secara visual maupun konseptual
• Pola struktur kawasan sudah mengikuti atau merespon pola pantai
• Struktur kawasan yang menjadi kerangka utama kota dirancang di daerah paling tepi da
batas bibir pantai dengan daratan, sehingga pemerintah tidak kehilangan kesempata
mengolah/memanfaatkan lahan reklamasi secara maksimal di wilayah GSP sebagaicoast
road sekaligus ruang publik kota.
• Rencana struktur kawasan merupakan kerangka utama kawasan yang menghubungka
beberapa jaringan jalan di lingkungannya hingga membentuk suatu jaringan kawasan ya
kuat dan fleksibel.
• Rencana struktur kawasan Jakarta Utara berpola network yang bercabang-cabang denga
beberapa nodes di ujung kerangka dan persimpangan. Rangkaian struktur kawasan i
terangkai membentuk network kota untuk melayani land use yang variatif.
Dengan demikian tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi
variabel ”pola struktur kota” kawasan reklamasi pantai hingga membedakannya
secara signifikan dengan pengaturan pola struktur kota di darat
STRUKTUR KAWASAN STRUKTUR LINGKUNGAN Pertemuan struktur kawasan dapatmembentuk pusat aktivitas kawasan
MODUL TERAPANKAWASAN REKLAMASI PANTAI
PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANG 53
-
8/19/2019 Model Reklamasi
64/96
D. Aksesibilitas, Transportasi dan Parkir
Aksesibilitas menuju kawasan reklamasi pantai ditempuh dari wilayah daratan dan lautan
• Akses dari laut, yaitu dari dermaga kecil di sepanjang pantai Utara Jakarta baik untuk publik
maupun private/eksklusif
• Akses dari darat ditempuh melalui jalan-jalan yang kondisi fisiknya cukup memadai. Namun
beberapa ruas jalan kadang-kadang terendam banjir.
Transportasi kota menuju kawasan reklamasi perlu dikembangkan
• Transportasi kota dari arah pusat kota menuju kawasan reklamasi melalui jalan-jalan utama
dan jalan-jalan lingkungan di sekitar kawasan reklamasi pantai Utara Jakarta.
• Transportasi air di sini merupakan jalur atraksi wisata air
Parkir. Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta mempunyai kegiatan utama: komersial
(perdagangan), sebagian sudah menyediakan ruang parkir. Penyediaan ruang parkir di kawasan
reklamasi ini terbagi menjadi :
• Sistem Parkir dengan pola on street pada jalan kolektor, Jalan lokal dan jalan lingkungan
dengan pola miring 45 derajat atau parkir sejajar jalan 1 lapis.
• Sistem parkir menggunakan sistem kantong parkir & parkir di halaman untuk private
domain.
• Parking structure terutama untuk kawasan perdagangan.
Dengan demikian tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mempengaruhi
variabel ”aksesibilitas, transportasi dan parkir” di kawasan reklamasi hingga
membedakannya secara signifikan dengan aksesibilitas, transportasi dan parkir
di darat
AKSES DARI ARAH LAUT JAWA
AKSES DARI
ARAH BOGOR
AKSES DARI ARAH
JAKARTA PUSAT
AKSES DARI ARAH
JAKARTA BARAT
54 MODUL TERAPAN PEDOMAN PERENCANAAN TATA RUANGKAWASAN REKLAMASI PANTAI
-
8/19/2019 Model Reklamasi
65/96
E. Kepadatan/Intensitas Bangunan : KDB, KLB, KDH, GSB, GSL & GSS
Sebagai kawasan mixed land use dan anchor Kota Jakarta maka intensitas bangunan
kawasan reklamasi Pantura Jakarta memiliki intensitas/kepadatan bangunan yang ting
ditandai dengan:
• KDB ada yang mencapai 40 - 80%
• GSB ada yang bernilai 0
• KLB lebih dari 2
• GSL cukup besar dan secara cermat & efisien oleh pemerintah maupun pengemban
dimanfaatkan untuk pembangunan yang bersifat kepentingan publik yaitu coastal road da
ruang-ruang publik kawasan/kota
• KDH dan B sangat terencana
Tata ruang kawasan reklamasi pantai kurang begitu mempengaruhi variabel
”kepadatan/intensitas bangunan” di kawasan reklamasi karena pada dasarnyakegiatan pembangunannya dapat diatasi dengan rekayasa teknis/engineering.
Namun demikian tetap ada beberapa hal yang se