n stemy

Upload: whydia-wedha-sutedja

Post on 08-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 N STEMY

    1/22

    REFERAT

    CARDIOVASCULAR

    Non STEMI

    (Non ST Elevation Myocardial Infarction)

    Penyusun :

    Dian Wahyunita (09.06.0007)

    Riyono Pinasthi (09.06.0008)

    Putu Weda Widiaeni Sari (09.06.0050)

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

    MATARAM

    2010

  • 8/7/2019 N STEMY

    2/22

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmat-Nya,penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul Non STEMI (Non ST Elevation

    Myocardial Infarction). Referat ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan

    dalam proses perkuliahan pada modul sistem cardiovascular.

    Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dr. Maya Pramudita selaku pembimbing

    referat dan semua pihak yang telah membantu, hingga tersusun referat ini

    Penyusun menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna dan masih banyak

    kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan demimenyempurnakan referat ini.

    Semoga referat ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan

    bagi kita semua.

    Mataram, 29 September 2010

    Penyusun

  • 8/7/2019 N STEMY

    3/22

    Daftar Isi

    1. Kata Pengantar............................................................................................. i

    2. Daftar Isi....................................................................................................... ii

    3. Bab I Pendahuluan....................................................................................... 1

    4. Bab II Pembahasan...................................................................................... 2

    Non STEMI (Non ST Elevation Myocardial Infarction).............. 2

    Definisi............................................................................................... 2

    Insiden................................................................................................ 3

    Etiologi............................................................................................... 4Patofisiologi....................................................................................... 4

    Signs and Symptoms.......................................................................... 7

    Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 8

    Diagnosis............................................................................................ 8

    Manajemen......................................................................................... 9

    Komplikasi......................................................................................... 11

    Preventif............................................................................................. 12

    5. Bab III Kesimpulan...................................................................................... 36

    6. Daftar Pustaka.............................................................................................. 40

    BAB I

  • 8/7/2019 N STEMY

    4/22

    PENDAHULUAN

    Dalam suatu kejadian iskemia lokal pada miokardium yang terjadi lebih dari 30-45

    menit akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat irreversible yaitu nekrosis ataukematian otot. Sehingga miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti

    berkontraksi secara permanen. Infark miokardium dapat terjadi karena penurunan suplai

    oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh

    pembuluh darah yang diperberat oleh obstruksi koroner.

    Otot jantung memerlukan kira-kira 1,3 mL oksigen per 100 gram jaringan otot per menit

    untuk bertahan hidup. Akan tetapi segera setelah sumbatan koroner akut, aliran darah di

    pembuluh darah koroner di luar sumbatan menjadi terhenti, kecuali sejumlah kecil aliran

    kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot yang sama sekali tidak mendapat

    aliran atau alirannya sangat sedikit sekali sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot

    jantung, dikatakan mengalami infark. Seluruh proses ini dinamakan infark miokardium.

    Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark transmural mengenai seluruh

    tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan infark subendokardial terbatas pada separuh

    bagian dalam miokardium. Infark digambarkan sesuai dengan letaknya pada dinding

    ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri.

    daerah lain yang biasanya mengalami infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan

    septum. Infark luas yang melibatkan bagian besar ventrikel dinyatakan sesuai dengan lokasi

    infark yaitu ; anteroseptal, anterolateral, inferolateral. Infark dinding posterior ventrikel

    kanan juga ditemukan pada sekitar seperempat kasus infark dinding inferior kiri. Pada

    keadaan ini harus dipikirkan adanya infark biventricular.

    Jelaslah bahwa letak infark berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalam sirkulasi

    koroner. Misalnya, infark dinding anterio yang disebabkan oleh lesi pada ramus desendens

    anterior arteria koronaria sinistra. Untuk menanggulangi komplikasi yang berkaitan dengan

    infark miokardium, maka penting sekali untuk mengetahui letak infark dan anatomi koroner.

    Misalnya infark dinding inferior biasanya disebabkan oleh lesi pada arteri koronaria kanan,

    dan disertai berbagai derajat blok jantung. Hal ini memang dapat digambarkan sebelumnya

  • 8/7/2019 N STEMY

    5/22

    karena nodus AV mendapat suplai makanan dari pembuluh darah yang juga menyuplai

    dinding inferior ventrikel kiri.

    Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama belangsungnya

    poses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan mengalami

    sianotik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul

    edema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung

    dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi proses degradasi

    jaringan dan pembuangan serabut nekrotik. Selama fase ini, dinding nekrotik relative tipis.

    Sekitar minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan ikat fibrosa

    menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progesif. Pada minggu

    keenam, jaringan parut sudah tebentuk dengan jelas.

    Infark miokardium jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan

    kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang mengalami iskemia disekitanya akan

    mengalami gangguan daya kontraksi. Secaa fungsional infark miokardium akan

    menyebabkan perubahan perubahan seperti pada iskemia :

    1. Daya kontraksi menurun

    2. Gerakan dinding abnormal

    3. Perubahan daya kembang dinding ventrikel

    4. Pengurangan volume sekuncup

    5. Pengurangan fraksi ejeksi

    6. Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolic ventrikel dan,

    7. Peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri

    Sesudah infark miokardium akan terlihat spektrum disfungsi ventrikel kiri yang luas. Derajat

    gangguan fungsional ini bergantung pada berbagai faktor :

    1. Ukuran infark, infark yang melebihi 40% miokardium berkaitan dengan tingginya

    insiden syok kardiogenik.

    2. Lokasi infark, infark dinding anterior lebih besar kemungkinanya mengurangi fungsi

    mekanik dibandingkan dengan kerusakan dinding inferior.

    3. Fungsi miokardium yang tak terlibat, infark yang lama akan membahayakan fungsi

    miokardium sisanya.

  • 8/7/2019 N STEMY

    6/22

    4. Sikulasi kolateral, sirkulasi kolateral baik melalui anastomosis arteri yang sudah ada

    atau melalui saluran yang baru terbentuk, dapat berkembang sebagai respon terhadap

    iskeima kronik dan hipoperfusi regional guna memprebaiki aliran darah yang menuju

    ke miokadium yang terancam.

    5. Mekanisme kompensasi dari kadiovaskular, mekanisme refleks kompensasi bekerja

    untuk mepertahankan curah jantung dan perfusi perifer.

    Meningkatnya frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi oleh refleks simpatis dapat

    memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola generalisata akan meningkatkan

    resistensi perifer total sehingga meningkatnya tekanan arteri rata-rata. Penyempitan vena

    akan mengurangi kapasitas vena sehingga meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan

    pengisian ventrikel. Peningkatan pengisian ventrikel akan meningkatkan kekuatan kontraksi

    dan volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel akan diperlukan tekanan pengisian

    diastolic yang lebih tinggi agar volume sekuncup dapat dipertahankan peningkatan tekanan

    pengisian diastolic dan volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium dengan

    demikian meningkatkan kekuatan kontraksi menurut hukum starling. Tekanan pengisian

    sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut melalui retensi natrium dan air di ginjal. Akibatnya,

    infark miokardium biasanya disertai pembesaran sementara ventrikel kiri akibat dilatasi

    kompensasi oleh jantung. Bila perlu, dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai

    usaha untuk meningkatkan kekuatan kontraksi dan pengosongan ventrikel.

    Secara ringkas terjadi serangkaian respon reflek yang dapat mencegah memburuknya curah

    jantung dan tekanan perfusi:

    1. Peningkatan ferkuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi

    2. vasokontriksi umum

    3. Retensi natrium dan air

    4. Dilatasi ventrikel

    5. Hipertrofi ventrikel.

    Tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan miokardium

    dengan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium.

    Kondisi hemodinamik sesudah infark miokardium dipertahankan pada tingkat normal.

    meningkatnya frekuensi denyut jantung biasanya tak berlangsung terus menerus kecuali jika

    terjadi depresi miokardium hebat. Tekanan darah merupakan fungsi interaksi antar depresi

  • 8/7/2019 N STEMY

    7/22

    miokardium dan refleks otonom. Respon otonom tehadap infark miokardium tak selalu

    meupakan poses bantuan simpatis terhadap sirkulasi yang terganggu. Nyeri atau

    perangsangan ganglion parasimpatis miokardium (terutama pada dinding inferior)

    menganggu respon hemodinamika. rangsangan parasimpatis (sebagian di MI inferior) akan

    mengurangi frekuensi jantung dan tekanan darah, sebaliknya mempengaruhi curah jantung

    dan perfusi perifer. Jenis respon ini disebut dengan respon vasovagal.

    Infark miokardium biasanya berkaitan dengan trias diagnostic yang khas :

    1. Keadaan fisik pasien

    2. Perubahan EKG dan,

    3. Peningkatan biomarker kimiawi

    Perubahan tertentu pada hasil EKG yang menunjukkan infark miokardium akut

    dikelompokkan menjadi infark miokardium akut dengan elevasi segmen ST dan infark

    miokardium akut tanpa elevasi segmen ST

    Referat ini akan khusus membahas infark miokardium akut tanpa elevasi segmen ST. Oleh

    karena adanya kenaikan angka kunjungan RS pada beberapa tahun terakhir untuk pasien Non

    STEMI sehingga menuntut kita untuk lebih banyak mengetahui tentang penyakit itu sendiri,

    cara mendiagnosa, penanganannya, prognosa, komplikasi, dan pencegahan yang dapat kita

    lakukan untuk kasus tersebut.

  • 8/7/2019 N STEMY

    8/22

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Non STEMI (Non ST Elevation Myocardial Infarction)

    A. Definisi

    Infark miokardium akut tanpa elevasi ST merupakan suatu kondisi kematian ( nekrosis ) jaringan

    miokard (otot jantung) akibat daripenurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan

    oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang diperberat

    oleh obstruksi koroner.

    B. InsidenInfark miokardium akut tanpa elevasi ST merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki dan

    perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark miokard setiap

    tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini.

    Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi salah satu gejala yang

    paling sering didapatkan pada pasien yang datang ke IGD, diperkirakan 5,3 juta kunjungan /

    tahun. Kira-kira 1/3 darinya disebabkan oleh UA/NSTEMI, dan merupakan penyebab tersering

    kunjungan ke rumah sakit pada penyakit jantung. Angka kunjungan pasien UA/NSTEMI semakin

    meningkat, sementara angka infark miokard dengan elevasi ST menurun.

    C. Etiologi

    Infark miokardium akut tanpa elevasi ST terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai

    dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel

    jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut

    diantaranya:

    1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.

    Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:

    a. Faktor pembuluh darah

    Berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel

    jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah

    diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis.

    Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat

    penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal

    antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau

    nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.b. Faktor Sirkulasi

  • 8/7/2019 N STEMY

    9/22

    Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh

    tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor

    pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan

    gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun

    isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis, maupun

    trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardiac out put (COP). Penurunan COPyang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan beberapa bagian tubuh tidak

    tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.

    c. Faktor darah

    Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya

    angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan

    pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang

    menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia,

    dan polisitemia

    2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh

    Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi diantaranya

    dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang

    tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya

    makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan

    suplai oksigen tidak bertambah.

    Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan

    memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-

    lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang

    harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari pemompaan yang

    tidak efektive.

    D. Faktor Resiko

    Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena

    Infark miokardium akut tanpa elevasi ST, yaitu factor resiko yang bisa

    dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa dimodifikasi.

    a. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi

    Merupakan factor resiko yang bisa dikendalikan sehingga dengan intervensitertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini

    diantaranya:

    Merokok

    Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan

    aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan

    tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen

    jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang

    rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali disbanding

    yang tidak merokok.

    Konsumsi alcohol

  • 8/7/2019 N STEMY

    10/22

    Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga

    moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi

    adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi

    semuanya masih controversial

    Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis

    alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena

    aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.

    Hipertensi sistemik.

    Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak

    langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan

    memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after

    load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.

    Obesitas

    Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah,

    peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkataktivitas yang rendah.

    Kurang olahraga

    Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit

    jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.

    Penyakit Diabetes

    Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2-

    4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa.

    Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas,

    hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesiplatelet dan peningkatan trombogenesis).

    b. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi

    Merupakan factor resiko yang tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu

    diantaranya:

    Usia

    Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun

    (umumnnya setelah menopause)

    Jenis Kelamin

    Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali lebih

    besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen endogn

    yang bersifat protective pada perempuan.

    Hal ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare

    dengan laki pada wanita setelah masa menopause

    Riwayat Keluarga

    Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun

    merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK.

  • 8/7/2019 N STEMY

    11/22

    Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan

    ini.

    Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset

    penderita PJK pada keluarga dekat

    RAS

    Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih

    tinggi dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah

    terdapat pada RAS apro-karibia

    Geografi

    Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan

    bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air,

    merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.

    Tipe kepribadian

    Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gilahormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.

    Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.

    Kelas social

    Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki

    terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter,

    pengacara dll).

    Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk

    mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja

    professional/non-manual.

    E. Patofisiologi

    Infark miokardium akut tanpa elevasi ST terjadi ketika iskemia yang terjadi

    berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan

    kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan

    berhenti berkontraksi selamanya.

    Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner

    (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah terbentukdalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronaria (arteri yangmensuplay darah dan oksigen padajantung)

    Plaque dapat rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada

    permukaanplaque. Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa menghambataliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner.

    Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai

    bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya oksigen akan

    merusak otot jantung. Jika sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, ototjantung yang rusak itu akan mulai mati.

  • 8/7/2019 N STEMY

    12/22

    Selain disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark

    juga bisa terjadi pada orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan

    bahwa spasme arteri koroner berperan dalam beberapa kasus ini.

    Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi

    obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin

    yang ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah yang mengalami

    aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga bisa

    menimbulkan infark jika terlambat dalam penangananya.

    Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang

    mensuplai darah ke jantung. Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri

    koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi dua

    yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria DesendenAnterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung.

    Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian

    besar apeks, dan ventrikel kiri anterior.

    Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner kiri kearah dinding

    lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi atrium kiri,

    seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum intraventrikel posterior.

    Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri pulmonalkearah dinding lateral kanan sampai ke posterior jantung. Bagian jantung yang

    disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV,

    septum interventrikel posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan

    diafragmatik ventrikel kiri.

    Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior kemungkinan

    disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan infark

    inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan.

    Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka infark bisadibedakan menjadi infark transmural dan subendokardial. Kerusakan pada

    seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya

    mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial.

    Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang

    nekrosis akan kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang mengalami

    iskemi (disekeliling daerah infark). Secara fungsional infark miokardium

    menyebabkan perubahan-perubahan sebagai berikut:

    Daya kontraksi menurun

  • 8/7/2019 N STEMY

    13/22

    Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark akan menonjol

    keluar saat yang lain melakukan kontraksi)

    Perubahan daya kembang dinding ventrikel

    Penurunan volume sekuncup.

    Penurunan fraksi ejeksi

    Gangguan fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa factor

    dibawah ini:

    Ukuran infark, jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok

    kardiogenik

    Lokasi Infark, dinding anterior mengurangi fungsi mekanik jantung

    lebih besar dibandingkan jika terjadi pada bagian inferior.

    Sirkulasi kolateral, berkembang sebagai respon terhadap iskemi

    kronik dan hiperferfusi regional untuk memperbaiki aliran darah yang

    menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi kolateral,

    maka gangguan yang terjadi minimal.

    Mekanisme kompensasi, bertujuan untuk mempertahankan curah

    jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai terasa ketika

    mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.

    F. Signs and Symptoms

    SIGN :

    a. Tampilan Umum

    Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis

    berlebihan. Pasien juga tapak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa

    timbul setelah 12-24 jam pasca infark

    b. Denyut Nadi dan Tekanan Darah

    Sinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan

    melambat dengan pemberian analgesic yang adekuat.

    Denyut jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau

    blok jantung sebagai komplikasi dari infark.

    Peningkatan TD moderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin

    Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari

    aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok

    kardiogenik.

    c. Pemeriksaan jantung

  • 8/7/2019 N STEMY

    14/22

    Terdangar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard

    jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6

    minggu) sebagai gambatan darisindrom Dressler.

    d. Pemeriksaan paru

    Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapatgambaran edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu

    merupakan komplikasi infark luas, biasanya anterior.

    SYMPTOM :

    a. Nyeri Dada

    Mayoritas pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan

    dengan nyeri pada angina adalah nyer pada AMI lebih panjang yaitu minimal

    30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina

    biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.

    Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat

    dingin atau perasaan takut.

    Mskipun AMI memiliki cirri nyeri yang khas yaitu menjalar ke lengan kiri,

    bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang

    terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau penderita

    DM berkaitan dengan neuropathy.

    b. Sesak Nafas

    Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir

    diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan

    hipervenntilasi.

    Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya

    disfungsi ventrikel kiri yang bermakna

    c. Gejala Gastrointestinal

    Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya

    lebih sering pada infark inferior akibat stimulasi diafragma

    d. Gejala Lain

    Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, dan gejala

    akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas)

    G. Pemeriksaan Penunjang

    Penegakan diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan

    pribadi dan keluarga, serta hasil test diagnostic.

    a. EKG (Electrocardiogram)

  • 8/7/2019 N STEMY

    15/22

    Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan

    menmghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran

    listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan

    iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.

    Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk

    repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis

    terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik,

    gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif

    secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan

    gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST

    disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari

    berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard,

    gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.

    b. Test Darah

    Selama serangan iskemia, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga

    protein-protein tertentu keluar masuk aliran darah.

    Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB terdeteksi

    setelah 6-8 jam, mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali menjadi normal

    setelah 24 jam berikutnya.

    LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu

    setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat

    dideteksi sampai dengan 2 minggu.

    Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaanklinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.

    Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH

    selain ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.

    Troponin T & Imerupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera

    otot jantung, terutama Troponin T (TnT)

    Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap

    tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.

    Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama;

    peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.

    c. Coronary Angiography

    Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada

    jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk

    menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.

    Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua

    jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian

    dari angiografi koroner

    http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/ca/ca_whatis.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/ca/ca_whatis.html
  • 8/7/2019 N STEMY

    16/22

    Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter

    pada aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari

    aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung

    Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat

    dilakukan untuk memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang

    akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri untuk menjaga

    arteri tetap terbuka.

    H. Diagnosis

    Infark miokardium biasanya berkaitan dengan trias diagnostic yang khas :

    1. Keadaan fisik pasien

    2. Perubahan EKG dan,

    3. Peningkatan biomarker kimiawi

    Angina pektoris tak stabil [ unstable angina = UA] dan Infark miokardiumakut tanpa elevasi ST [ Non STEMI ] diketahui merupakan suatu

    kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran klinis

    sehingga pada pinsipnya diagnosis Non STEMI dapat ditegakkan jika pasien

    dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard

    berupa peningkatan biomarker jantung.

    I. Manajemen

    Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan

    perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung

    (memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasilebih lanjut.

    Pasien Non STEMI harus istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG

    untuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen yang harus

    dipetimbangkan pada setiap pasien Non STEMI yaitu :

    1. Terapi anti iskemia

    2. Terapi anti platelet/ anti koagulan

    3. Terapi invasive [ kateterisasi dini/ revaskularisasi]

    4. Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sesudah perawatan RS

    Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan Non

    STEMI

    Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan

    oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja

    jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.

    pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan

    dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan.

    http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Angioplasty/Angioplasty_WhatIs.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Angioplasty/Angioplasty_WhatIs.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/stents/stents_whatis.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Angioplasty/Angioplasty_WhatIs.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/stents/stents_whatis.html
  • 8/7/2019 N STEMY

    17/22

    Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung

    sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut.

    Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada sel-

    selnya untuk memulihkan diri.

    Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan

    nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak

    diperbolehkan mendapatkan asupan nutrisi lewat mulut karena akan

    meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa

    membebani jantung.

    Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya

    mendapatkan aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah.

    Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti

    dengan clopidogrel. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung

    dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner.

    Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina,

    pada infark biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.

    Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat

    mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada

    pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka

    digunakan petidin

    Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan Non STEMI

    diantaranya:

    1. Trombolitik

    Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah

    pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan

    miokard lebih lanjut.

    Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang

    menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah

    1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 ampasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75

    tahun Contohnya adalah streptokinase

    2. Beta Blocker

    Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan

    untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga

    mencegah serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa

    digunakan untuk memperbaiki aritmia.

    Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, danacebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol)

  • 8/7/2019 N STEMY

    18/22

    3. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors

    Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera

    pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat

    kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil

    4. Obat-obatan antikoagulan

    Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan

    bekuan darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.

    5. Obat-obatan Antiplatelet

    Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet

    untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.

    Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan

    jantung., maka dpat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain

    a. Angioplasti

    Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri

    koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter

    dengan balon pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah

    menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan

    untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian

    dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang

    tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent

    biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan

    ulang pada arteri.

    b. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)

    Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari

    bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan

    pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan

    jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.

    Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti,

    terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:

    Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-

    obatan maupun mengikuti program rehabilitasi.

    Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan

    untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara

    lain: menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan

    meningatkan aktivitas fisik.\

  • 8/7/2019 N STEMY

    19/22

    J. Komplikasi

    - GAGAL JANTUNG KONGESTIF

    Infark miokardium menggangu fungsi miokardium karena menyebabkan menurunya

    kekuatan kontraksi, menimbulkan abnormalitas gerakan dinding, dan mengubah daya

    kembang rongga jantung. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk

    mengosongkan diri, maka besar volume sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel

    meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan jantung sebelah kiri. Kenaikan

    tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam

    kapiler paru melebihi tekanan onkotik vascular maka terjadi proses transudasi kedalam ruang

    interstisial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi terjadi edema paru akibat perembesan

    jaringan aleveoli.

    Penurunan volume sekuncup akan menimbulkan respon simpatik kompensatorik. Kecepatan

    denyut jantung dan kekuatan kontraksi meningkat untuk mempertahankan curah jantung.

    Terjadi vasokonstriksi perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi aliran darah

    dari organ-organ yang tidak vital seperti kulit demi mempertahankan perfusi organ-organ

    vital. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran balik vena ke jantung kanan sehingga akan

    meningkatkan kekuatan kontraksi sesuai dengan hukum starling. Pengurangan aliran darah ke

    ginjal dan laju filtrasi glomerulus akan mengakibatkan pengaktifan sistem renin-angiotensin-

    aldosteron dengan terjadinya retensi natrium dan air oleh ginjal. Hal ini akan lebih

    meningkatkan aliran balik vena. Sehingga timbulah gagal jantung akibat kongesti pada vena

    pulmonalis. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibatnya

    tekanan vascular paru hingga membebani ventrikel kanan dan akhirnya menyebabkan

    kongesti vena sistemik.

    - DEFEK SEPTUM VENTRIKEL

    Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan ruptur dinding septum sehingga terjadi

    defek septum ventrikel. Ruptur membentuk saluran keluar kedua dari ventrikel kiri. Pada tiap

    kontraksi ventrikel maka aliran terpecah menjadi dua yaitu melalui aorta dan defek septum

    ventrikel. Tekanan jantung kiri jauh lebih besar dari jantung kanan sehingga darah dipirau

    melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah bertekanan lebih tinggi kedaerah bertekanan

  • 8/7/2019 N STEMY

    20/22

    lebih rendah. Darah yang dapat dipindahkan kekanan jantung cukup besar jumlahnya,

    sehingga jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi berkurang.

    - RUPTUR JANTUNG

    Meskipun jarang terjadi, rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal

    perjalanan infark transmural selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum

    pembentukan parut. Dinding yang mengalami nekrotik yang tipis peah, sehingga terjadi

    perdarahan massif ke dalam kantong pericardium yang relative tidak elastic dan tidak dapat

    berkembang. Kantong pericardium yang terisi darah menekan jantung menimbulkan

    tamponade jantung. Keadaan ini akan mengurangi aliran balik vena dan curah jantung.

    Biasanya kematian terjadi dalam beberapa menit kecuali apabila keadaan ini cepat diketahui

    dan dipulihkan dengan perikardiosentesis transtoraks.

    K. Preventif

    Tatalaksana terhadap factor resiko antara lain mencapai berat badan yang optimal,

    nasihat diet, menghentikan meokok, olahraga, pengontrolan hipertensi dan tatalaksana

    intensif diabetes mellitus dan deteksi adanya diabetes yang tidak dikenali

    sebelumnya.

    Terdapat satu penelitian besar double-blind, placebocontrolled, the myocardial

    ischaemia reduction with aggressive cholesterol lowering [MIRACL], yang

    menunjukkan manfaat penggunaan statin secara dini.

  • 8/7/2019 N STEMY

    21/22

    BAB III

    KESIMPULAN

    Infark miokardium akut tanpa elevasi ST merupakan suatu kondisi kematian ( nekrosis ) jaringan

    miokard (otot jantung) akibat dari penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan

    oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang diperberat oleh

    obstruksi koroner.

    Infark miokardium jelas akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan

    kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang mengalami iskemia disekitanya akan

    mengalami gangguan daya kontraksi. Secaa fungsional infark miokardium akan

    menyebabkan perubahan perubahan seperti pada iskemia :

    1. Daya kontraksi menurun

    2. Gerakan dinding abnormal

    3. Perubahan daya kembang dinding ventrikel

    4. Pengurangan volume sekuncup

    5. Pengurangan fraksi ejeksi

    6. Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolic ventrikel dan,

    7. Peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiriInfark miokardium biasanya berkaitan dengan trias diagnostic yang khas :

    1. Keadaan fisik pasien

    2. Perubahan EKG dan,

    3. Peningkatan biomarker kimiawi

    Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi salah satu gejala yang paling

    sering didapatkan pada pasien yang datang ke IGD, diperkirakan 5,3 juta kunjungan / tahun. Kira-kira

    1/3 darinya disebabkan oleh UA/NSTEMI, dan merupakan penyebab tersering kunjungan ke rumah

    sakit pada penyakit jantung. Angka kunjungan pasien UA/NSTEMI semakin meningkat.

  • 8/7/2019 N STEMY

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Guyton & Hall, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC, Jakarta

    2. Price A, Wilson, 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6. EGC,

    Jakarta

    3. Robbins, L Stanley, 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. EGC, Jakarta

    4. Sudoyo W, Aru, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5. Interna Publishing,

    Jakarta