eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/artikel ne  · web viewresearch design was...

15
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI PARU RATTUS NORVEGICUS ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Mataram OLEH Witha Septi Hartati H1A009044

Upload: others

Post on 14-Jan-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG

EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER

TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI

PARU RATTUS NORVEGICUS

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram

OLEH

Witha Septi Hartati

H1A009044

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2014

Page 2: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LAVENDER, NILAM, DAN LEMON TERHADAP GAMBARAN

HISTOPATOLOGI PARU RATTUS NORVEGICUSWitha Septi Hartati, Ardiana Ekawanti, Prima Belia Fathana

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

AbstractBackground: Dengue hemorrhagic fever is one of infectious disease which was caused by dengue virus and the most important vector is Aedes aegypti. Hemorrhagic fever has increased 30-fold worldwide in the last five decades. To cope mosquitoes attack, many people use insecticide. In addition to synthetic insecticides, mosquito control can also be performed by a natural insecticide which relatively safer for both humans and the environment. Previous research of lemongrass vapor, caused irritation of respiratory tract. It encourages researcher to perform safety testing of herbal vapor anti mosquito exposure containing extract Cymbopogon citratus, Cymbopogon nardus, Lavandula angustifolia, Pogostemon cablin benth, and Citrus limon against pulmonary histopathology of Rattus norvegicus.Methods: Research design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and healthy Rattus norvegicus. Rattus norvegicus were divided into 3 groups: a control group (KN) and two treatment group (PA) which given herbal vapor exposured 4 days (PA) and 12 days (PK). A statistical analysis of the test used was nonparametrik fisher test to determine the difference of pulmonary histopathology between groups.Results:. Based on the fisher test results, p value obtained >0.05. This difference indicates that the description of the histopathology of each group were not significant.Conclusion: Herbal vapor anti mosquito exposure containing extract Cymbopogon citratus, Cymbopogon nardus, Lavandula angustifolia, Pogostemon cablin benth, and Citrus limon not caused change of pulmonary histopathology Rattus norvegicus.Keywords: Herbal vapor, pulmonary histopathology

Absrtrak

Latar belakang : Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue, dengan vektor utama nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah telah menunjukkan peningkatan 30 kali lipat secara global selama lima dekade terakhir. Untuk mengatasi serangan nyamuk, masyarakat banyak menggunakan insektisida. Selain dengan insektisida sintetik, pengendalian nyamuk dapat pula dilakukan dengan insektisida alami yang relatif lebih aman baik bagi manusia maupun lingkungan. Penelitian terdahulu uap serai menyebabkan iritasi mukosa saluran pernapasan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengujian keamanan paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan lemon terhadap histopatologi paru Rattus norvegicus.

Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah spesies Rattus norvegicus dewasa dan sehat. Rattus norvegicus dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (KN) dan dua kelompok perlakuan (P) yang diberikan paparan uap herbal 4 hari (PA) dan 12 hari (PK). Analisis statistik yang digunakan adalah uji nonparametrik fisher untuk mengetahui perbedaan histopatologi paru antar kelompok.

Hasil : Berdasarkan hasil uji fisher, nilai p yang didapatkan >0,05. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan histopatologi setiap kelompok tidak bermakna.

Kesimpulan : Paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan lemon tidak menyebabkan perubahan histopatologi paru Rattus norvegicus.

Kata kunci : Uap herbal, histopatologi paru

Page 3: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

PENDAHULUANDemam Berdarah Dengue merupakan

salah satu penyakit menular yang disebabkan

oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.

Nyamuk Aedes aegypti merupakan hewan yang

paling berperan dalam penularan penyakit ini

karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah,

sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-

kebun sehingga lebih jarang kontak dengan

manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat

hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di

tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari

1000 meter diatas permukaan laut, karena pada

ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah

sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk

untuk hidup dan berkembang biak.1

Demam berdarah telah menunjukkan

peningkatan 30 kali lipat secara global selama

lima dekade terakhir.Sekitar 50 sampai 100 juta

infeksi baru diperkirakan terjadi setiap tahun di

lebih dari 100 negara endemik. Sejak tahun

2003 sampai tahun 2012 World Health

Organization (WHO) mencacat bahwa negara

Indonesia termasuk dalam kategori

hiperendemik DBD pada semua jenis serotipe

dengue dimana paling banyak terjadi pada

daerah perkotaan.2

Indonesia adalah daerah beriklim tropis

sehingga menjadi tempat yang cocok untuk

perkembangbiakan nyamuk yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan bagi

masyarakat. Kesadaran manusia akan

pentingnya kesehatan pada zaman sekarang

sudah semakin baik, sehingga kesadaran untuk

mencegah terjangkit penyakit juga semakin

besar.4 Untuk mengatasi serangan nyamuk,

maka masyarakat banyak menggunakan

insektisida atau lebih dikenal sebagai obat

nyamuk baik dalam bentuk obat nyamuk bakar,

oles, elektrik ataupun semprotan. Pemakaian

insektisida harus diperhatikan jenis dan

kandungan zat aktifnya serta lama

pemaparannya karena bila dipakai secara

berlebihan akan dapat menimbulkan efek yang

merugikan bagi kesehatan manusia.3

Anti nyamuk elektrik, bakar, oles atau

cair mengandung senyawa kimia berbahaya

bagi kesehatan manusia. Kandungan bahan

kimia berbahaya dalam obat antinyamuk

diantaranya dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan

diethyltoluamide serta bahan kombinasi dari

keempat bahan kimia tersebut. Pyrethroid

dikelompokkan oleh WHO dalam racun kelas

menengah karena efeknya mampu mengiritasi

mata dan kulit yang sensitif serta menyebabkan

penyakit pernafasan seperti penyakit asma.

Pada obat antinyamuk, pyrethroid yang

digunakan berupa d-allethrin, transflutrin,

bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin,

cyphenothrin, atau esbiothrin. Allethrin

merupakan salah satu golongan pyrethroid yang

memiliki rumus kimia C19H26O3. Pada

pemakaian obat antinyamuk elektrik, gangguan

tidak terasa langsung. Sebab penciuman tertipu

oleh sedapnya wewangian yang dikeluarkan,

juga tak menimbulkan iritasi langsung pada

mata. Jadi bisa dikatakan obat antinyamuk jenis

ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk lainya.4

Zat-zat aktif yang terkandung di dalam

obat antinyamuk elektrik bila digunakan secara

rutin lambat laun dapat mempengaruhi dan

menyebabkan kelainan pada organ-organ tubuh

manusia, misalnya ginjal, paru-paru, sel-sel

Page 4: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

darah dan lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk

akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan

dan kulit lalu akan beredar bersama darah dan

masuk ke sel-sel serta organ-organ tubuh.5

Selain dengan insektisida sintetik, secara

tradisional pengendalian nyamuk dapat pula

dilakukan dengan insektisida alami yang relatif

lebih aman baik bagi manusia maupun

lingkungan. Salah satu tanaman lokal yang telah

lama dikenal sebagai anti nyamuk adalah serai

dapur (Cymbopogon nardus).5

Adapun penelitian oleh Kaliwantoro et al.

(2010) menemukan bahwa sekalipun daya

afikasi uap serai dapur amat baik, namun masih

menyebabkan iritasi ringan pada selaput lendir

hewan coba sebagaimana juga dijumpai pada

paparan dengan insektisida sintetik. Pada

penelitian ini dilakukan eksplorasi untuk

memperoleh komposisi serai dapur yang lebih

aman namun tetap efektif dengan

mengkombinasikan serai dapur dengan serai

wangi dan zodia. Pada tahun 2012 telah

berhasil dikembangkan mat elektrik berupa

ekstrak gel dan padatan antinyamuk dengan

bahan aktif yang berasal dari campuran serai

wangi, serai dapur, kulit lemon, nilam, dan

lavender. didapatkan bahwa mat herbal tersebut

mampu memberikan perlindungan efektif

dengan tingkat mortalitas nyamuk di atas 80%

pada kisaran 5 jam yang tidak jauh beda dengan

mat elektrik dengan insektisida sintetik yang

dijual di pasaran, namun penelitian terhadap

kemungkinan iritasi yang ditimbulkan pada

saluran pernafasan belum dilakukan.5,6

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk

melakukan pengujian keamanan paparan uap

herbal anti nyamuk yang mengandung ekstrak

serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan

lemon terhadap Rattus norvegicus yang

selanjutnya akan diperiksa gambaran

histopatologi saluran pernafasan khususnya

histopatologi paru yang diberikan paparan 4 hari

dan 12 hari.

METODE PENELITIANRancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

eksperimental melalui percobaan di

laboratorium. Rancangan percobaan disusun

secara Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan pengambilan data setelah perlakuan

(Post Test Only Kontrol Group Design) atau

dengan kata lain dengan rancangan randomized

control group post test only design. Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

hewan coba spesies Rattus norvegicus yang

dewasa dan sehat. Besar sampel yang

digunakan untuk penelitian eksperimental sesuai

dengan kriteria WHO yaitu 5 ekor hewan tiap

kelompok dengan tambahan 1 ekor tiap

kelompok sebagai koreksi.

Dalam penelitian ini terdapat 3

kelompok hewan coba yaitu 1 kelompok kontrol

dan dua kelompok perlakuan. Kelompok kontrol

(KN) yakni kelompok yang tidak diberi paparan,

kelompok perlakuan satu (PA) yakni kelompok

yang diapapar uap herbal selama 4 hari dan

kelompok perlakuan dua (PK) dipapar uap

herbal selama 12 hari. Paparan uap herbal

mengandung ekstrak serai dapur : serai wangi :

lemon : nilam : lavender = 1:6:1:1,5:0,5

diberikan paparan selama 5 jam/hari.

Pemeriksaan histopatologi paru dilakukan

dibawah mikroskop untuk mengetahui ada atau

Page 5: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

tidaknya peradangan dengan melihat tanda-

tanda peradangan/inflamasi pada jaringan paru.

Paru mengalami peradangan apabila pada

pemeriksaan mikroskopis tampak sel

polimorfonuklear (sel PMN), jaringan paru

tampak edema/suram serta sel limfosit, basofil

ataupun eosinofil pada jaringan struktur paru.

Analisis DataData yang diperoleh pada penelitian ini

dianalisis denganbantuan program Statistical

Package for Social Science (SPSS) versi 20.0.

Data dari tiap-tiap kelompok selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan uji

nonparametric Fisher untuk mengetahui beda

efek yang ditimbulkan oleh berbagai perlakuan

terhadap kelompok Rattus norvegicus.

Perbedaan antara variabel dinyatakan

bermakna jika p<0,05.

HASIL PENELITIAN Data Hasil Penelitian

Berikut ini adalah data mengenai hasil

pemeriksaan histopatologi tikus Wistar pada

kelompok kontrol (KN), dan 2 kelompok

perlakuan yaitu perlakuan satu (PA) dan

perlakuan dua (PK).

Tabel 1. Hasil pemeriksaan histopatologi paru

tikus Wistar pada kelompok kontrol dan

dua kelompok perlakuan.

Keterangan: KN = Kelompok Kontrol, PA = Perlakuan satu,

PK = Perlakuan Dua, 0 = Tidak ada sel radang, 1 = Ada sel

radang

Pengamatan gambaran mikroskopis

meliputi perubahan pada sel paru. Perubahan

paru meliputi didapatkan sel radang seperti

leukosit, sel limfosit, sel plasma ataupun sel

radang yang lain pada jaringan struktur paru.

Tabel 2. Jumlah dan persentasi peradangan sel

paru Rattus norvegicus

KelompokJumlah

Sampel

Peradangan

Tidak Ada

Radang

Ada

Radang

n % n %

KN 6 6 100 0 0

PA 6 5 83,3 1 16,7

PK 6 4 66,7 2 33,3

Total 18 15 83,3 3 16,7

Dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak

ditemukan adanya kelainan pada kelompok

kontrol dilihat dengan tidak ditemukannya

serbukan sel radang pada semua sampel,

No.

Sampel

KN PA PK

1 0 0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

4 0 1 0

5 0 0 1

6 0 0 1

Page 6: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

sedangkan pada perlakuan satu dan perlakuan

dua didapatkan adanya sel radang. Pada

kelompok perlakuan satu terdapat satu dari

enam sampel yang mengalami peradangan

ditandai dengan ditemukannya sel radang pada

pemeriksaan preparat paru tikus, sedangkan

pada kelompok perlakuan dua terdapat dua

sampel yang ditemukan adanya sel radang.

Perbedaan Gambaran Histopatologi Paru Rattus norvegicus Antar Kelompok

Uji Perbedaan Gambaran Histopatologi

Paru Kelompok Kontrol dengan Kelompok

Perlakuan Satu dan Kelompok Perlakuan Dua

Tabel 3. Uji Fisher Perbedaan Gambaran

Histopatologi Paru Kelompok Kontrol

dengan Kelompok Perlakuan Satu

Peradangan

pAda Radang Tidak Ada

Radang

n % n %

KN 0 0 6 100 0,500

PA 1 16,7 5 83,3

Total 1 8,3 11 91,7

Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh

nilai signifikansi 0,500. Oleh karena nilai

p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan pengaruh paparan uap herbal antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 4

hari.

Tabel 4. Uji Fisher Perbedaan Gambaran

Histopatologi Paru Kelompok Kontrol

dengan Kelompok Perlakuan Dua

Peradangan

pAda Radang Tidak Ada

Radang

n % n %

KN 0 0 6 100 0,22

7

PK 2 33,3 4 66,7

Total 2 16,7 10 83,3

Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh

nilai signifikansi 0,227. Oleh karena nilai

p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan pengaruh paparan uap

herbal antara kelompok kontrol dengan

kelompok perlakuan 12 hari.

Tabel 5. Uji Fisher Perbedaan Gambaran

Histopatologi Paru Kelompok

Perlakuan Satu dengan Kelompok

Perlakuan Dua

Peradangan

pAda radang Tidak ada

radang

n % n %

PA 1 16,7 5 83,3 0,500

PK 2 33,3 4 66,7

Total 3 25 9 75

Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh

nilai signifikansi 0,500. Oleh karena nilai

p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan pengaruh paparan uap

herbal antara kelompo perlakuan 4 hari dengan

kelompok perlakuan 12 hari.

Page 7: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

Tabel 6. Hasil Uji Risiko Terjadinya Iritasi Paru

Dari analisis odds ratio ditunjukkan nilai

estimate yaitu 2,500, artinya bahwa Rattus

norvegicus yang diberikan paparan uap herbal

antinyamuk lebih lama lebih beresiko 2,5 kali

lipat dari pada yang tidak diberikan paparan

ataupun yang diberikan paparan uap herbal

dalam jangka waktu singkat.

PembahasanPemeriksaan histopatologi dibawah

mikroskop adalah untuk mengetahui adanya

peradangan dengan melihat adanya tanda-

tanda peradangan/inflamasi pada jaringan paru.

Paru mengalami peradangan apabila pada

pemeriksaan mikroskopis tampak sel

polimorfonuklear (sel PMN), suram/edema, dan

bisa juga tampak adanya infiltras sel

mononuklear seperti makrofag, limfosit, dan sel

plasma pada jaringan struktur paru.7

Pemeriksaan histopatologi paru Rattus

norvegicus dilakukan dengan cara mengambil

organ paru tikus yang kemudian akan dibuat

menjadi preparat untuk dibaca dibawah

mikroskop. Hasil pemeriksaan histopatologi paru

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

yang bermakna antara kelompok kontrol yang

tidak diberikan paparan dengan kelompok yang

diberikan paparan 4 hari dan kelompok yang

diberikan paparan 12 hari uap herbal

antinyamuk yang mengandung ekstrak serai

dapur, serai wangi, lavender, nilam, dan lemon

dengan peradangan pada paru Rattus

norvegicus.

Dari tabel hasil pemeriksaan histopatologi

paru, pada kelompok kontrol tidak didapatkan

adanya sel radang, sedangkan pada kedua

kelompok perlakuan tampak adanya sel radang

pada alveoli. Sel radang pada dasarnya terdapat

normal di paru yaitu sel leukosit (makrofag),

sedangkan gambaran sel radang yang

ditemukan pada kelompok perlakuan yang

diamati adalah sel limfoid dan fokus limfoid,

dimana hal ini menunjukkan adanya proses

peradangan yang terjadi pada paru.

Sebagaimana tampak dalam gambaran

histopatologi paru berikut:

Gambar 1. Gambaran paru normal

Odds Ratio Perlakuan 4 hari :

Perlakuan 12 hari

Estimate : 2,500

Page 8: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

Gambar 2. Banyak sel limfoid di Alveoli,

ditunjukkan oleh tanda panah

Gambar 3. Fokus limfoid di alveoli, ditunjukkan

oleh tanda panah

Reaksi peradangan antara kelompok

perlakuan tidak jauh berbeda dengan kelompok

kontrol, hal ini menunjukkan bahwa dosis yang

digunakan dan lama waktu paparan uap herbal

selama 4 hari ataupun 12 hari berturut-turut

dengan lama paparan 5 jam setiap hari masih

dalam batas aman untuk digunakan.

Meskipun dari hasil analisa odds ratio

pemberian paparan uap herbal antinyamuk

beresiko meningkatkan kejadian peradangan

pada paru 2,5 kali lipat, namun nilai signifikansi

yang didapatkan p>0,05, hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh

pemberian paparan uap herbal antinyamuk

berpengaruh tidak bermakna.

Hal ini sesuai dengan fakta yang dijelaskan

oleh Koul et al (2008) bahwa pestisida yang

terbuat dari tanaman memiliki efek samping

yang lebih rendah terhadap lingkungan daripada

pestisida sintetik. Kaliwantoro et al, 2012 juga

menjelaskan bahwa insektisida alami relatif lebih

aman baik bagi manusia maupun lingkungan

dibandingkan dengan insektisida sintetik.5,8

Insektisida sintetik mengandung banyak zat

aktif seperti dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan

diethyltoluamide (DEET) serta bahan

kombinasinya. Kebanyakan obat nyamuk di

Indonesia mengandung d-allethrin, transfultrin,

bioallethrin, d-phenithrin, proallethrin,

cypenothrin atau esbiothrin, yang merupakan

turunan pyrethroid. Pyrethroid dikelompokkan

racun insektisida kelas menengah yang dapat

menyebabkan iritasi kulit, mata dan asma. D-

allethrin dapat masuk ke dalam tubuh secara

inhalasi dalam waktu yang lama dan dapat

menyebabkan gangguan paru-paru dan hati.3

Menurut Solahuddin (2002) zat-zat aktif

yang terkandung di dalam obat antinyamuk

elektrik bila digunakan secara rutin lambat laun

dapat mempengaruhi dan menyebabkan

kelainan pada organ-organ tubuh manusia,

misalnya ginjal, paru-paru, sel-sel darah dan

lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk akan

masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan

kulit lalu akan beredar bersama darah dan

masuk ke sel-sel serta organ-organ tubuh.5

Insektisida alternatif yang aman bagi

lingkungan berasal dari tumbuhan. Menurut

pendapat Kardinan (2003), sebenarnya untuk

menghindari gigitan nyamuk dan membasmi

nyamuk dapat digunakan bahan dari alam tanpa

harus menggunakan insektisida yang dapat

mempengaruhi kesehatan.9,12

Tumbuhan lavender yang digunakan pada

penelitian ini selain dapat dijadikan sebagai

aromaterapi juga dapat digosokkan ke kulit

untuk menghindari gigitan nyamuk.10

Page 9: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

Salah satu bahan aktif utama kulit jeruk

lemon (Citrus limon) yang digunakan juga

diperkirakan memiliki efek toksik terhadap larva

adalah limonin. Limonin termasuk jenis

monoterpenoid. Senyawa ini dapat bekerja

sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap

serangga.11

Oleh karena itu, penelitian dan penjelasan

diatas dapat mendukung hasil penelitian ini

bahwa penggunaan insektisida herbal lebih

aman dibandingkan sintetis yang mengandung

DEET, yakni tidak terdapat pengaruh paparan

uap herbal antinyamuk yang mengandung

ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender,

nilam, dan lemon terhadap gambaran

histopatologi Rattus norvegicus.

.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan, dari penelitian dapat disimpulkan

bahwa paparan uap herbal anti nyamuk tidak

memiliki pengaruh terhadap gambaran

histopatologi paru Rattus norvegicus baik yang

diberikan paparan 4 hari ataupun yang diberikan

paparan 12 hari. Oleh karena itu, dosis yang

digunakan dan lama waktu paparan uap masih

dalam batas aman untuk digunakan.

SaranBeberapa hal yang dapat peneliti sarankan

bagi pembaca yang hendak melanjutkan

penelitian ini adalah:

1. Penelitian lebih lanjut dalam jangka

waktu panjang untuk melihat efek kronis

yang ditimbulkan.

2. Hindari sampel dari lingkungan yang

kemungkinan dapat mempengaruhi hasil

penelitian, misalnya paparan asap

ataupun inhalasi bahan dan zat lain yang

dapat menghasilkan peradangan pada

paru.

DAFTAR PUSTAKASiregar, F.A. Epidemiologi Dan Pemberantasan

Demam Berdarah Dengue (DBD) di

Indonesia. (2004). (Accesed 22 Agustus

2013). Available from

http://www.respiratory.usu.ac.id

World Health Organization. Dengue And

Severe Dengue, World Health

Organization. (2013). (Accesed 20

Januari 2014). Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets

/fs117/en/index.html,

Kurniati, Reni et al. Pengaruh Pemaparan

Pralahir Obat Nyamuk Elektrik Yang

Berbahanaktif D-allethrin Terhadap Fetus

Mencit (Mus musculus L.) Volume 11,

Nomor 2, Oktober 2012. (2012)

Aryani, Retno et al. Pengaruh Pemakaian Obat

Antinyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-

Allethrin Terhadap Leukosit Dan

Trombosit Mencit (Mus musculus L.)

Volume 11, Nomor 1, April 2012 (2012)

Kaliwantoro, Nur et al. Pengaruh Paparan Uap

Kombinasi Serai Dapur, Serai Wangi Dan

Zodia Pada Nyamuk Aedes aegypti.

(2012). (Accesed, 28 Oktober 2013).

Available from:

http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING201

2/file-KO-TeX_08.pdf.

Page 10: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/ARTIKEL Ne  · Web viewResearch design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and

Kaliwantoro, Nur et al. Rekayasa Alat Pembasmi

Nyamuk Dengan Bahan Aktif Lokal,

(2010). Laporan Penelitian

Kumar, vinay et al. Buku Ajar Patologi vol 1, ed

7. Jakarta: EGC. (2007)

Koul, Opender et al. Essential Oils as Green

Pesticides: Potential and Constraints Vol.

4, no. 1. (2008)

Manurung, Rofirma et al. Pengaruh Daya Tolak

Perasan Serai Wangi (Cymbopogon

nardus) Terhadap Gigitan Nyamuk Aedes

aegypti. (2012). (Accesed 1 Februari

2014). Available from:

http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/

download/997/602.

Dewi, Prima. Aromaterapi Lavender Sebagai

Media Relaksasi. (2011). (Accesed 3

Februari 2014). Available from

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/

viewFile/4871/3657. Soebaktiningsih, et al. Efek Larvasida Ekstrak

Ethanol Lemon (Citrus limon) Terhadap

Larva Aedes sp. (2005). (Accesed 22

Agustus 2013). Available

from

:http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/1234567

89/18067/1/Efek-larvasida-ekstrak-

ethanol-kulit-jeruk-lemon-(Citrus-limon)-

terhadap-larva-Aedes-sp..pdf.

Kardinan, A. Tanaman Pengusir dan Pembasmi

Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka

(2003)