eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8946/1/artikel ne · web viewresearch design was...
TRANSCRIPT
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG
EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LEMON, NILAM, DAN LAVENDER
TERHADAP PERUBAHAN HISTOPATOLOGI
PARU RATTUS NORVEGICUS
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram
OLEH
Witha Septi Hartati
H1A009044
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014
PENGARUH PAPARAN UAP HERBAL ANTI NYAMUK YANG MENGANDUNG EKSTRAK SERAI DAPUR, SERAI WANGI, LAVENDER, NILAM, DAN LEMON TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PARU RATTUS NORVEGICUSWitha Septi Hartati, Ardiana Ekawanti, Prima Belia Fathana
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
AbstractBackground: Dengue hemorrhagic fever is one of infectious disease which was caused by dengue virus and the most important vector is Aedes aegypti. Hemorrhagic fever has increased 30-fold worldwide in the last five decades. To cope mosquitoes attack, many people use insecticide. In addition to synthetic insecticides, mosquito control can also be performed by a natural insecticide which relatively safer for both humans and the environment. Previous research of lemongrass vapor, caused irritation of respiratory tract. It encourages researcher to perform safety testing of herbal vapor anti mosquito exposure containing extract Cymbopogon citratus, Cymbopogon nardus, Lavandula angustifolia, Pogostemon cablin benth, and Citrus limon against pulmonary histopathology of Rattus norvegicus.Methods: Research design was experimental research post test only control group design. The sample used were adult and healthy Rattus norvegicus. Rattus norvegicus were divided into 3 groups: a control group (KN) and two treatment group (PA) which given herbal vapor exposured 4 days (PA) and 12 days (PK). A statistical analysis of the test used was nonparametrik fisher test to determine the difference of pulmonary histopathology between groups.Results:. Based on the fisher test results, p value obtained >0.05. This difference indicates that the description of the histopathology of each group were not significant.Conclusion: Herbal vapor anti mosquito exposure containing extract Cymbopogon citratus, Cymbopogon nardus, Lavandula angustifolia, Pogostemon cablin benth, and Citrus limon not caused change of pulmonary histopathology Rattus norvegicus.Keywords: Herbal vapor, pulmonary histopathology
Absrtrak
Latar belakang : Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue, dengan vektor utama nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah telah menunjukkan peningkatan 30 kali lipat secara global selama lima dekade terakhir. Untuk mengatasi serangan nyamuk, masyarakat banyak menggunakan insektisida. Selain dengan insektisida sintetik, pengendalian nyamuk dapat pula dilakukan dengan insektisida alami yang relatif lebih aman baik bagi manusia maupun lingkungan. Penelitian terdahulu uap serai menyebabkan iritasi mukosa saluran pernapasan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan pengujian keamanan paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan lemon terhadap histopatologi paru Rattus norvegicus.
Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimental post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah spesies Rattus norvegicus dewasa dan sehat. Rattus norvegicus dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (KN) dan dua kelompok perlakuan (P) yang diberikan paparan uap herbal 4 hari (PA) dan 12 hari (PK). Analisis statistik yang digunakan adalah uji nonparametrik fisher untuk mengetahui perbedaan histopatologi paru antar kelompok.
Hasil : Berdasarkan hasil uji fisher, nilai p yang didapatkan >0,05. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan histopatologi setiap kelompok tidak bermakna.
Kesimpulan : Paparan uap herbal antinyamuk yang mengandung ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan lemon tidak menyebabkan perubahan histopatologi paru Rattus norvegicus.
Kata kunci : Uap herbal, histopatologi paru
PENDAHULUANDemam Berdarah Dengue merupakan
salah satu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan hewan yang
paling berperan dalam penularan penyakit ini
karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah,
sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-
kebun sehingga lebih jarang kontak dengan
manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari
1000 meter diatas permukaan laut, karena pada
ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah
sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk
untuk hidup dan berkembang biak.1
Demam berdarah telah menunjukkan
peningkatan 30 kali lipat secara global selama
lima dekade terakhir.Sekitar 50 sampai 100 juta
infeksi baru diperkirakan terjadi setiap tahun di
lebih dari 100 negara endemik. Sejak tahun
2003 sampai tahun 2012 World Health
Organization (WHO) mencacat bahwa negara
Indonesia termasuk dalam kategori
hiperendemik DBD pada semua jenis serotipe
dengue dimana paling banyak terjadi pada
daerah perkotaan.2
Indonesia adalah daerah beriklim tropis
sehingga menjadi tempat yang cocok untuk
perkembangbiakan nyamuk yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan bagi
masyarakat. Kesadaran manusia akan
pentingnya kesehatan pada zaman sekarang
sudah semakin baik, sehingga kesadaran untuk
mencegah terjangkit penyakit juga semakin
besar.4 Untuk mengatasi serangan nyamuk,
maka masyarakat banyak menggunakan
insektisida atau lebih dikenal sebagai obat
nyamuk baik dalam bentuk obat nyamuk bakar,
oles, elektrik ataupun semprotan. Pemakaian
insektisida harus diperhatikan jenis dan
kandungan zat aktifnya serta lama
pemaparannya karena bila dipakai secara
berlebihan akan dapat menimbulkan efek yang
merugikan bagi kesehatan manusia.3
Anti nyamuk elektrik, bakar, oles atau
cair mengandung senyawa kimia berbahaya
bagi kesehatan manusia. Kandungan bahan
kimia berbahaya dalam obat antinyamuk
diantaranya dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan
diethyltoluamide serta bahan kombinasi dari
keempat bahan kimia tersebut. Pyrethroid
dikelompokkan oleh WHO dalam racun kelas
menengah karena efeknya mampu mengiritasi
mata dan kulit yang sensitif serta menyebabkan
penyakit pernafasan seperti penyakit asma.
Pada obat antinyamuk, pyrethroid yang
digunakan berupa d-allethrin, transflutrin,
bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin,
cyphenothrin, atau esbiothrin. Allethrin
merupakan salah satu golongan pyrethroid yang
memiliki rumus kimia C19H26O3. Pada
pemakaian obat antinyamuk elektrik, gangguan
tidak terasa langsung. Sebab penciuman tertipu
oleh sedapnya wewangian yang dikeluarkan,
juga tak menimbulkan iritasi langsung pada
mata. Jadi bisa dikatakan obat antinyamuk jenis
ini lebih berbahaya dari obat antinyamuk lainya.4
Zat-zat aktif yang terkandung di dalam
obat antinyamuk elektrik bila digunakan secara
rutin lambat laun dapat mempengaruhi dan
menyebabkan kelainan pada organ-organ tubuh
manusia, misalnya ginjal, paru-paru, sel-sel
darah dan lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk
akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan
dan kulit lalu akan beredar bersama darah dan
masuk ke sel-sel serta organ-organ tubuh.5
Selain dengan insektisida sintetik, secara
tradisional pengendalian nyamuk dapat pula
dilakukan dengan insektisida alami yang relatif
lebih aman baik bagi manusia maupun
lingkungan. Salah satu tanaman lokal yang telah
lama dikenal sebagai anti nyamuk adalah serai
dapur (Cymbopogon nardus).5
Adapun penelitian oleh Kaliwantoro et al.
(2010) menemukan bahwa sekalipun daya
afikasi uap serai dapur amat baik, namun masih
menyebabkan iritasi ringan pada selaput lendir
hewan coba sebagaimana juga dijumpai pada
paparan dengan insektisida sintetik. Pada
penelitian ini dilakukan eksplorasi untuk
memperoleh komposisi serai dapur yang lebih
aman namun tetap efektif dengan
mengkombinasikan serai dapur dengan serai
wangi dan zodia. Pada tahun 2012 telah
berhasil dikembangkan mat elektrik berupa
ekstrak gel dan padatan antinyamuk dengan
bahan aktif yang berasal dari campuran serai
wangi, serai dapur, kulit lemon, nilam, dan
lavender. didapatkan bahwa mat herbal tersebut
mampu memberikan perlindungan efektif
dengan tingkat mortalitas nyamuk di atas 80%
pada kisaran 5 jam yang tidak jauh beda dengan
mat elektrik dengan insektisida sintetik yang
dijual di pasaran, namun penelitian terhadap
kemungkinan iritasi yang ditimbulkan pada
saluran pernafasan belum dilakukan.5,6
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
melakukan pengujian keamanan paparan uap
herbal anti nyamuk yang mengandung ekstrak
serai dapur, serai wangi, lavender, nilam dan
lemon terhadap Rattus norvegicus yang
selanjutnya akan diperiksa gambaran
histopatologi saluran pernafasan khususnya
histopatologi paru yang diberikan paparan 4 hari
dan 12 hari.
METODE PENELITIANRancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental melalui percobaan di
laboratorium. Rancangan percobaan disusun
secara Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan pengambilan data setelah perlakuan
(Post Test Only Kontrol Group Design) atau
dengan kata lain dengan rancangan randomized
control group post test only design. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hewan coba spesies Rattus norvegicus yang
dewasa dan sehat. Besar sampel yang
digunakan untuk penelitian eksperimental sesuai
dengan kriteria WHO yaitu 5 ekor hewan tiap
kelompok dengan tambahan 1 ekor tiap
kelompok sebagai koreksi.
Dalam penelitian ini terdapat 3
kelompok hewan coba yaitu 1 kelompok kontrol
dan dua kelompok perlakuan. Kelompok kontrol
(KN) yakni kelompok yang tidak diberi paparan,
kelompok perlakuan satu (PA) yakni kelompok
yang diapapar uap herbal selama 4 hari dan
kelompok perlakuan dua (PK) dipapar uap
herbal selama 12 hari. Paparan uap herbal
mengandung ekstrak serai dapur : serai wangi :
lemon : nilam : lavender = 1:6:1:1,5:0,5
diberikan paparan selama 5 jam/hari.
Pemeriksaan histopatologi paru dilakukan
dibawah mikroskop untuk mengetahui ada atau
tidaknya peradangan dengan melihat tanda-
tanda peradangan/inflamasi pada jaringan paru.
Paru mengalami peradangan apabila pada
pemeriksaan mikroskopis tampak sel
polimorfonuklear (sel PMN), jaringan paru
tampak edema/suram serta sel limfosit, basofil
ataupun eosinofil pada jaringan struktur paru.
Analisis DataData yang diperoleh pada penelitian ini
dianalisis denganbantuan program Statistical
Package for Social Science (SPSS) versi 20.0.
Data dari tiap-tiap kelompok selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan uji
nonparametric Fisher untuk mengetahui beda
efek yang ditimbulkan oleh berbagai perlakuan
terhadap kelompok Rattus norvegicus.
Perbedaan antara variabel dinyatakan
bermakna jika p<0,05.
HASIL PENELITIAN Data Hasil Penelitian
Berikut ini adalah data mengenai hasil
pemeriksaan histopatologi tikus Wistar pada
kelompok kontrol (KN), dan 2 kelompok
perlakuan yaitu perlakuan satu (PA) dan
perlakuan dua (PK).
Tabel 1. Hasil pemeriksaan histopatologi paru
tikus Wistar pada kelompok kontrol dan
dua kelompok perlakuan.
Keterangan: KN = Kelompok Kontrol, PA = Perlakuan satu,
PK = Perlakuan Dua, 0 = Tidak ada sel radang, 1 = Ada sel
radang
Pengamatan gambaran mikroskopis
meliputi perubahan pada sel paru. Perubahan
paru meliputi didapatkan sel radang seperti
leukosit, sel limfosit, sel plasma ataupun sel
radang yang lain pada jaringan struktur paru.
Tabel 2. Jumlah dan persentasi peradangan sel
paru Rattus norvegicus
KelompokJumlah
Sampel
Peradangan
Tidak Ada
Radang
Ada
Radang
n % n %
KN 6 6 100 0 0
PA 6 5 83,3 1 16,7
PK 6 4 66,7 2 33,3
Total 18 15 83,3 3 16,7
Dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak
ditemukan adanya kelainan pada kelompok
kontrol dilihat dengan tidak ditemukannya
serbukan sel radang pada semua sampel,
No.
Sampel
KN PA PK
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 1 0
5 0 0 1
6 0 0 1
sedangkan pada perlakuan satu dan perlakuan
dua didapatkan adanya sel radang. Pada
kelompok perlakuan satu terdapat satu dari
enam sampel yang mengalami peradangan
ditandai dengan ditemukannya sel radang pada
pemeriksaan preparat paru tikus, sedangkan
pada kelompok perlakuan dua terdapat dua
sampel yang ditemukan adanya sel radang.
Perbedaan Gambaran Histopatologi Paru Rattus norvegicus Antar Kelompok
Uji Perbedaan Gambaran Histopatologi
Paru Kelompok Kontrol dengan Kelompok
Perlakuan Satu dan Kelompok Perlakuan Dua
Tabel 3. Uji Fisher Perbedaan Gambaran
Histopatologi Paru Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan Satu
Peradangan
pAda Radang Tidak Ada
Radang
n % n %
KN 0 0 6 100 0,500
PA 1 16,7 5 83,3
Total 1 8,3 11 91,7
Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh
nilai signifikansi 0,500. Oleh karena nilai
p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh paparan uap herbal antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 4
hari.
Tabel 4. Uji Fisher Perbedaan Gambaran
Histopatologi Paru Kelompok Kontrol
dengan Kelompok Perlakuan Dua
Peradangan
pAda Radang Tidak Ada
Radang
n % n %
KN 0 0 6 100 0,22
7
PK 2 33,3 4 66,7
Total 2 16,7 10 83,3
Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh
nilai signifikansi 0,227. Oleh karena nilai
p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan pengaruh paparan uap
herbal antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan 12 hari.
Tabel 5. Uji Fisher Perbedaan Gambaran
Histopatologi Paru Kelompok
Perlakuan Satu dengan Kelompok
Perlakuan Dua
Peradangan
pAda radang Tidak ada
radang
n % n %
PA 1 16,7 5 83,3 0,500
PK 2 33,3 4 66,7
Total 3 25 9 75
Dari hasil uji Fisher diatas, diperoleh
nilai signifikansi 0,500. Oleh karena nilai
p>0,005, maka menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan pengaruh paparan uap
herbal antara kelompo perlakuan 4 hari dengan
kelompok perlakuan 12 hari.
Tabel 6. Hasil Uji Risiko Terjadinya Iritasi Paru
Dari analisis odds ratio ditunjukkan nilai
estimate yaitu 2,500, artinya bahwa Rattus
norvegicus yang diberikan paparan uap herbal
antinyamuk lebih lama lebih beresiko 2,5 kali
lipat dari pada yang tidak diberikan paparan
ataupun yang diberikan paparan uap herbal
dalam jangka waktu singkat.
PembahasanPemeriksaan histopatologi dibawah
mikroskop adalah untuk mengetahui adanya
peradangan dengan melihat adanya tanda-
tanda peradangan/inflamasi pada jaringan paru.
Paru mengalami peradangan apabila pada
pemeriksaan mikroskopis tampak sel
polimorfonuklear (sel PMN), suram/edema, dan
bisa juga tampak adanya infiltras sel
mononuklear seperti makrofag, limfosit, dan sel
plasma pada jaringan struktur paru.7
Pemeriksaan histopatologi paru Rattus
norvegicus dilakukan dengan cara mengambil
organ paru tikus yang kemudian akan dibuat
menjadi preparat untuk dibaca dibawah
mikroskop. Hasil pemeriksaan histopatologi paru
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang bermakna antara kelompok kontrol yang
tidak diberikan paparan dengan kelompok yang
diberikan paparan 4 hari dan kelompok yang
diberikan paparan 12 hari uap herbal
antinyamuk yang mengandung ekstrak serai
dapur, serai wangi, lavender, nilam, dan lemon
dengan peradangan pada paru Rattus
norvegicus.
Dari tabel hasil pemeriksaan histopatologi
paru, pada kelompok kontrol tidak didapatkan
adanya sel radang, sedangkan pada kedua
kelompok perlakuan tampak adanya sel radang
pada alveoli. Sel radang pada dasarnya terdapat
normal di paru yaitu sel leukosit (makrofag),
sedangkan gambaran sel radang yang
ditemukan pada kelompok perlakuan yang
diamati adalah sel limfoid dan fokus limfoid,
dimana hal ini menunjukkan adanya proses
peradangan yang terjadi pada paru.
Sebagaimana tampak dalam gambaran
histopatologi paru berikut:
Gambar 1. Gambaran paru normal
Odds Ratio Perlakuan 4 hari :
Perlakuan 12 hari
Estimate : 2,500
Gambar 2. Banyak sel limfoid di Alveoli,
ditunjukkan oleh tanda panah
Gambar 3. Fokus limfoid di alveoli, ditunjukkan
oleh tanda panah
Reaksi peradangan antara kelompok
perlakuan tidak jauh berbeda dengan kelompok
kontrol, hal ini menunjukkan bahwa dosis yang
digunakan dan lama waktu paparan uap herbal
selama 4 hari ataupun 12 hari berturut-turut
dengan lama paparan 5 jam setiap hari masih
dalam batas aman untuk digunakan.
Meskipun dari hasil analisa odds ratio
pemberian paparan uap herbal antinyamuk
beresiko meningkatkan kejadian peradangan
pada paru 2,5 kali lipat, namun nilai signifikansi
yang didapatkan p>0,05, hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh
pemberian paparan uap herbal antinyamuk
berpengaruh tidak bermakna.
Hal ini sesuai dengan fakta yang dijelaskan
oleh Koul et al (2008) bahwa pestisida yang
terbuat dari tanaman memiliki efek samping
yang lebih rendah terhadap lingkungan daripada
pestisida sintetik. Kaliwantoro et al, 2012 juga
menjelaskan bahwa insektisida alami relatif lebih
aman baik bagi manusia maupun lingkungan
dibandingkan dengan insektisida sintetik.5,8
Insektisida sintetik mengandung banyak zat
aktif seperti dichlorvos, propoxur, pyrethroid dan
diethyltoluamide (DEET) serta bahan
kombinasinya. Kebanyakan obat nyamuk di
Indonesia mengandung d-allethrin, transfultrin,
bioallethrin, d-phenithrin, proallethrin,
cypenothrin atau esbiothrin, yang merupakan
turunan pyrethroid. Pyrethroid dikelompokkan
racun insektisida kelas menengah yang dapat
menyebabkan iritasi kulit, mata dan asma. D-
allethrin dapat masuk ke dalam tubuh secara
inhalasi dalam waktu yang lama dan dapat
menyebabkan gangguan paru-paru dan hati.3
Menurut Solahuddin (2002) zat-zat aktif
yang terkandung di dalam obat antinyamuk
elektrik bila digunakan secara rutin lambat laun
dapat mempengaruhi dan menyebabkan
kelainan pada organ-organ tubuh manusia,
misalnya ginjal, paru-paru, sel-sel darah dan
lain-lain. Zat aktif dalam antinyamuk akan
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan
kulit lalu akan beredar bersama darah dan
masuk ke sel-sel serta organ-organ tubuh.5
Insektisida alternatif yang aman bagi
lingkungan berasal dari tumbuhan. Menurut
pendapat Kardinan (2003), sebenarnya untuk
menghindari gigitan nyamuk dan membasmi
nyamuk dapat digunakan bahan dari alam tanpa
harus menggunakan insektisida yang dapat
mempengaruhi kesehatan.9,12
Tumbuhan lavender yang digunakan pada
penelitian ini selain dapat dijadikan sebagai
aromaterapi juga dapat digosokkan ke kulit
untuk menghindari gigitan nyamuk.10
Salah satu bahan aktif utama kulit jeruk
lemon (Citrus limon) yang digunakan juga
diperkirakan memiliki efek toksik terhadap larva
adalah limonin. Limonin termasuk jenis
monoterpenoid. Senyawa ini dapat bekerja
sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap
serangga.11
Oleh karena itu, penelitian dan penjelasan
diatas dapat mendukung hasil penelitian ini
bahwa penggunaan insektisida herbal lebih
aman dibandingkan sintetis yang mengandung
DEET, yakni tidak terdapat pengaruh paparan
uap herbal antinyamuk yang mengandung
ekstrak serai dapur, serai wangi, lavender,
nilam, dan lemon terhadap gambaran
histopatologi Rattus norvegicus.
.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, dari penelitian dapat disimpulkan
bahwa paparan uap herbal anti nyamuk tidak
memiliki pengaruh terhadap gambaran
histopatologi paru Rattus norvegicus baik yang
diberikan paparan 4 hari ataupun yang diberikan
paparan 12 hari. Oleh karena itu, dosis yang
digunakan dan lama waktu paparan uap masih
dalam batas aman untuk digunakan.
SaranBeberapa hal yang dapat peneliti sarankan
bagi pembaca yang hendak melanjutkan
penelitian ini adalah:
1. Penelitian lebih lanjut dalam jangka
waktu panjang untuk melihat efek kronis
yang ditimbulkan.
2. Hindari sampel dari lingkungan yang
kemungkinan dapat mempengaruhi hasil
penelitian, misalnya paparan asap
ataupun inhalasi bahan dan zat lain yang
dapat menghasilkan peradangan pada
paru.
DAFTAR PUSTAKASiregar, F.A. Epidemiologi Dan Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia. (2004). (Accesed 22 Agustus
2013). Available from
http://www.respiratory.usu.ac.id
World Health Organization. Dengue And
Severe Dengue, World Health
Organization. (2013). (Accesed 20
Januari 2014). Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets
/fs117/en/index.html,
Kurniati, Reni et al. Pengaruh Pemaparan
Pralahir Obat Nyamuk Elektrik Yang
Berbahanaktif D-allethrin Terhadap Fetus
Mencit (Mus musculus L.) Volume 11,
Nomor 2, Oktober 2012. (2012)
Aryani, Retno et al. Pengaruh Pemakaian Obat
Antinyamuk Elektrik Berbahan Aktif D-
Allethrin Terhadap Leukosit Dan
Trombosit Mencit (Mus musculus L.)
Volume 11, Nomor 1, April 2012 (2012)
Kaliwantoro, Nur et al. Pengaruh Paparan Uap
Kombinasi Serai Dapur, Serai Wangi Dan
Zodia Pada Nyamuk Aedes aegypti.
(2012). (Accesed, 28 Oktober 2013).
Available from:
http://insentif.ristek.go.id/PROSIDING201
2/file-KO-TeX_08.pdf.
Kaliwantoro, Nur et al. Rekayasa Alat Pembasmi
Nyamuk Dengan Bahan Aktif Lokal,
(2010). Laporan Penelitian
Kumar, vinay et al. Buku Ajar Patologi vol 1, ed
7. Jakarta: EGC. (2007)
Koul, Opender et al. Essential Oils as Green
Pesticides: Potential and Constraints Vol.
4, no. 1. (2008)
Manurung, Rofirma et al. Pengaruh Daya Tolak
Perasan Serai Wangi (Cymbopogon
nardus) Terhadap Gigitan Nyamuk Aedes
aegypti. (2012). (Accesed 1 Februari
2014). Available from:
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/
download/997/602.
Dewi, Prima. Aromaterapi Lavender Sebagai
Media Relaksasi. (2011). (Accesed 3
Februari 2014). Available from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/
viewFile/4871/3657. Soebaktiningsih, et al. Efek Larvasida Ekstrak
Ethanol Lemon (Citrus limon) Terhadap
Larva Aedes sp. (2005). (Accesed 22
Agustus 2013). Available
from
:http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/1234567
89/18067/1/Efek-larvasida-ekstrak-
ethanol-kulit-jeruk-lemon-(Citrus-limon)-
terhadap-larva-Aedes-sp..pdf.
Kardinan, A. Tanaman Pengusir dan Pembasmi
Nyamuk. Jakarta: Agromedia Pustaka
(2003)