oleh sugeng priyadi universitas muhammadiyah pulwokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdftradisi...

18
TRANSFORMASI TEKS BABAT BANYUMAS (BR.S8) oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokerto Abstract This article offers studies on 55 manuscripts in Babad Banyumas, which can be categorised into 14 versions. These versions fall into ten versions in the form of prose, and four versions in the form of verse. The ten versions are (I) Kalibening, (2) text transformation of Mertadiredjan, (3) Adimulya, (4) PRBN, (5) Kasman Soerawidjaja, (6) Wirjaatmadjan, (7) Oemarmadi & Koesnadi, (8) Panegak Widodo-Nakim, (9) Danuredjan, and (10) Keluarga Baru. The other four versions include (I) Jayawinata, (2) Danuredjan, (3) Mertadiredjan, and (4) Banjarnegara. Babad Banyumas was a copy of a Wirasaba historical text that bridged a process of creating a new text, namely, Babad Banyumas in the Mertadiredjan version. Creating the new text was aimed at legitimizing the Mertadiredjan family that became the new rulers in Banyumas at that time. After Yudanegara V passed away, the Mertadiredjan family emphasized five points in making texts. Those were (I) the history of Pangiwa, (2) the biography of Raden Putra, (3) the biography of Raden Kaduhu, (4) the life story of Meranggi Kejawar and Bagus Mangun when young, and (5) the genealogy of the Mertadiredjan family. Besides, the writers in the era also attempted to transform the texts from 7 cantos to 7 different cantos in terms of the types of tembang macapat and the number of verses. The last eight cantos consisted of the same texts as found in Babat Banyumas (BR.58r Key Words: cantos, biography, genealogy, the Mertadiredjan family, prose, verse, version A. Pendahuluan Babat Banyumas BR. 58 (selanjutnya disingkat BtB) diduga memiliki mata rantai dengan tradisi teks yang lebih tua (Sejarah Wirasaba) dan tradisi teks yang lebih muda (Tedhakan Serat Babad Banyumas). Teks yang terkandung dalam naskah koleksi Perpustakaan 20

Upload: ngokhanh

Post on 28-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

TRANSFORMASI TEKS BABAT BANYUMAS (BR.S8)

oleh Sugeng PriyadiUniversitas Muhammadiyah PUlWokerto

Abstract

This article offers studies on 55 manuscripts in BabadBanyumas, which can be categorised into 14 versions. Theseversions fall into ten versions in the form of prose, and four versionsin the form of verse. The ten versions are (I) Kalibening, (2) texttransformation of Mertadiredjan, (3) Adimulya, (4) PRBN, (5)Kasman Soerawidjaja, (6) Wirjaatmadjan, (7) Oemarmadi &Koesnadi, (8) Panegak Widodo-Nakim, (9) Danuredjan, and (10)Keluarga Baru. The other four versions include (I) Jayawinata, (2)Danuredjan, (3) Mertadiredjan, and (4) Banjarnegara. BabadBanyumas was a copy of a Wirasaba historical text that bridged aprocess of creating a new text, namely, Babad Banyumas in theMertadiredjan version. Creating the new text was aimed atlegitimizing theMertadiredjan family that became the new rulers inBanyumas at that time. After Yudanegara V passed away, theMertadiredjan family emphasized five points in making texts.Those were (I) the history of Pangiwa, (2) the biography of RadenPutra, (3) the biography of Raden Kaduhu, (4) the life story ofMeranggi Kejawar and Bagus Mangun when young, and (5) thegenealogy of the Mertadiredjan family. Besides, the writers in theera also attempted to transform the texts from 7 cantos to 7 differentcantos in terms of the types of tembang macapat and the number ofverses. The last eight cantos consisted of the same texts as found inBabat Banyumas (BR.58r

Key Words: cantos, biography, genealogy, the Mertadiredjanfamily, prose, verse, version

A. Pendahuluan

Babat Banyumas BR. 58 (selanjutnya disingkat BtB) didugamemiliki mata rantai dengan tradisi teks yang lebih tua (SejarahWirasaba) dan tradisi teks yang lebih muda (Tedhakan Serat BabadBanyumas). Teks yang terkandung dalam naskah koleksi Perpustakaan

20

Page 2: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

21

Nasional itu merupakan salah satu naskah yang pantas dicermati karenaia diduga sebagai naskah missing link.

Tradisi teks Sejarah Wirasabaselama ini dikenal sebagai tradisiyang melahirkan teks-teksbabad versi Banjamegara dan Wirjaatmadjan,sedangkan teks TedhakanSerat Babad Banyumas yang disebut sebagaiteks Mertadiredjan (koleksi Perpustakaan Nasional Hds.B.G. 526 danKangjeng Pangeran Aria Mertadiredja III) merupakan teks yangmenonjol karena memuat tradisi silsilah kiri atau sejarahpangiwa (bdk.Ekadjati danDarsa, 1999:211-212).

Sekilas bahwa teks BtB menampakkan diri sebagai tradisi babadyang terbuka (bdk. Sulastin-Sutrisno, 1994: 70) karena terkontaminasidari tradisi Sejarah Wirasabadan versi Banjamegara. Selanjutnya, teksSejarah Wirasaba mendapat tanggapan pembaca dalam bentuktransformasi oleh penulis BtB dan TedhakanSeratBabad Banyumas.

Penelitian Babad Banyumas terdahulu menunjukkan bahwa adaempat belas versi, yaitu (1) Babad Banyumas Kalibening (gancaran), (2)versi Mertadiredjan (tembang), (3) versi Jayawinata (tembang), (4) versiAdimulya (gancaran), (5) versi transformasi teks Mertadiredjan(gancaran), (6) versi PRBN (gancaran), (7) versi Banjamegara(tembang), (8) versi Kasman Soerawidjaja (gancaran), (9) versiWirjaatmadjan (gancaran), (10) versi Oemarmadi & Koesnadi(gancaran), (11) versi Panenggak Widodo-Nakim (gancaran), (12) versiDanuredjan (tembang), (13) versi Danuredjan (gancaran), dan (14) versikeluarga baru (gancaran) (Priyadi, 1997: 232; bdk. 2000: 126).Penelitian mendalam terhadap teks BtB akan memperjelas kedudukanteks dan kaitannya dengan proses transformasi yang telah terjadi diantara ketiga teks tersebut. Kajian mengenai hal itu belum dilakukanseperti tampak pada kajian-kajiandi bawah ini.

Kajian terhadap teks Babad Banyumas pertama kali dilakukanoleh Knebel (1901) dengan ringkasan isinya. Teks tersebut berasal dariKepangeranan Banyumas, yaitu naskah koleksi Pangeran AriaMertadiredja III dan Pangeran Aria Gandasubrata. Di situ, Knebel tidak

Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.58) (Sugeng Priyadi)

Page 3: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

--

22

berhasil menjelaskan asal-usul naskah karena Pangeran AriaMertadiredja III sudah tidak tabu lagi penulis atau penyalinan tekstersebut. Agaknya, Pangeran Aria Mertadiredja III mendapat warisannaskah itu dari ayahnya. Naskah terbitan Knebel ini kemudian dikenalsebagai teks versi Mertadiredjan yang menjadi koleksi MuseumNasional Bagian Naskah (sekarang Perpustakaan Nasional) dengankode Hds. B.G. No. 526.

Katalog yang berjudul Literature of Java susunan Pigeaud (1967:147;dan 1968:510) hanya menyebut sebuah naskahBabad Banyumas,yaitu manuskrip Dipasukarta, yang tersimpan di PerpustakaaanUniversitas Leiden. Naskah PrYYYY al dariBanjamegara. Selebihnya adalah naskah-naskah yang disebut denganjudul Sejarah Wirasaba. Naskah-naskah terakhir ini sebenarnya jugatermasuk teks-teks Babad Banyumas versi Banjarnegara yang dikoleksioleh PerpustakaanUniversitasLeiden.

SejarawanBelanda H.J. de Graaf(1985) menjelaskanpenaklukan-penaklukan yang dilakukan.oleh Pajang, khususnya yang menyangkutwafatnya Warga Utama I, dengan mengutip kesaksian yang diberikanoleh teks Mertadiredjan. Hal serupa juga dilakukan oleh Pigeaud danGraaf (1985) dalam karya bersama yang berjudul Kerajaan-kerajaanIs/am di Jawa. Di situ, teks Mertadiredjan digunakan sebagai sumbersejarah dengan didukung oleh teks Babad Banyumas (manuskripDipasukarta) yang ditafsirkan sebagai penaklukan Pajang atasBanyumas(Wirasaba).

Kiranya teks Babad Banyumas juga memuat warisan rohani yangmenjelaskan aspek-aspek kebudayaan Banyumas. Budaya tersebuttercermin dari dialek Banyumasan yang menjadi sendi-sendi pergaulanmanusia Banyumas (Priyadi, 2000). Salah satunya yang menarik adalahpantangan Sabtu Pahing. Oleh karena itu, Priyadi (2001a) menjelaskanbahwa pantangan itu tidak lebih sebagai suatu sistem tanda yangbermakna sehingga penjelasan itu akan mengurangi rasa takut manusiaBanyumasterhadappantangan nenek moyangnya.

DIKSI Vo/.ll. No.1, Januari2004

Page 4: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

23

Teks Babad Banyumas versi Wirjaatmadjanpernah dikaji untukkeperluan penelitian ulang hari jadi kabupaten Banyurnas (Priyadi,2001b). Penelitian ini rnenunjukkan bahwa teks-teks Babad Banyumasyang dipakai sebagai penentuan harijadi pada tahun 1989 itu tidak dapatdipertanggungjawabkan tanpa rnengkaji teks-teks Wirjaatrnadjankarena teks tersebut dapat rnenerangkan proses korupsi teks yangdi1akukanoleh para penyalin teks pada masa la1u. Tahun 1582 yangdianggap sebagai titirnangsa harijadi Kabupaten Banyurnas tidak dapatdipertanggungjawabkan karena rnerupakan penafsiran berantai daribuku Fruine Mees (1920). Tahun 1582sesungguhnya rnerupakanwaktuwafatnya raja Pajang.

Kajian Priyadi (2002) rnernbahas berbagai naskah Banyurnasyang rneliputi berbagai versi Babad Banyumas, naskah dariBanjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga, atau naskah yang tersirnpanoleh orang Banyurnas di luar kornunitasnya. Uraian tadi rnenunjukkanbahwa Banyurnas rnerni1iki kekayaan naskah Jawa. Jadi, secarakeseluruhan buku tadi rnernbicarakannaskah-naskah Jawa yang berasaldariKaresidenan Banyurnas.

Dengan dernikian, kajian di atas rnenunjukkan bahwa penelitianteks BtB belurn dilakukan. Maka dari itu, penelitian ini rnernfokuskankepadakedudukan dan proses transforrnasi teks dari Sejarah Wirasaba,BtB hingga TedhakanSerat BabadBanyumas.

B. Acuan Teori

Filologi tradisional bertujuan rnernulihkan teks sedekat-dekatnyadengan teks aslinya rnelalui perbandingan teks yang dite1iti danrnenyusun silsilah teks atau sterna (Teeuw, 1988: 264). Penelitian initidak berrnaksud rnenyusun sterna karena tradisi teks yang ditelitirnenunjukkan adanya gejala kontarninasi teks yang berasal dari tradisilain. Dengan dernikian,rnetodesternatidak diterapkan, tetapi rnetode initidak diabaikan dalarn penelitian ini. Penyirnpangan teks da1arnfilologimodern dipandang sebagai kreasi. Oleh karena itu, variasi tersebut

Transformasi Teks Babad Banyurnas (BR.58) (Sugeng Priyadi)

-- --

Page 5: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

-- -------

24

dihargai dan ditetapkan sebagai teks variabel. Teks variabel ditetapkanberdasarkan teks yang menjembatani proses transformasi dari tradisiyang lebih tua dan tradisi yang lebih muda dengan menggunakanmetode landasan (Sulastin-Sutrisno, 1994:67). Penetapan teks variabeltersebut didasarkan atas relevansinya dengan studi resepsi, khususnyadalam mencermati proses transformasi teks yang dihasilkan masyarakatBanyumas.

Secara diakronis, setiap teks senantiasa mendapatkan tanggapanpembaca secara terus-menerus dalam proses konkretisasi. Karya sastraadalah balasan atau jawaban atas tuntutan-tuntutan yang diajukan olehsituasi sejarah dan sejarah sosial pada masa tertentu (Teeuw, 1988: 192).Dengan demikian, proses pemaknaan atau konkretisasi teks yang barudapat dibaca dalam kaitan atau pertentangannya dengan teks-tekslainnya(Culler, 1981:103).

Prinsip intertekstual sebagai teori pasca-strukturalisme yangdikembangkan oleh Julia Kristeva adalah usaha pembatasan danpemungkiran terhadap prinsip otonomi karya sastra (Teeuw, 1988: 145).Prinsip ini menyatakan bahwa penciptaan setiap teks tidak pada situasikosong, melainkan berdasarkan teks-teks terdahulu (Teeuw, 1988: 145;Eagleton, 1988: 152). Jadi, tidak ada sebuah teks pun yang benar-benarmandiri. Di sini, tidak ada orisinalitas dalam teks, atau tidak ada teksyang pertama. Yang ada hanyalah penciptaan kembali. Penciptaankembali teks dalam bentuk yang berbeda bahasa, jenis, dan fungsinyamerupakan gejala terjadinya transformasi teks. Terwujudnya teks yangbaru dihasilkan berdasarkan pembacaan, pemahaman, dan penafsiranpembaca (Wiryamartana, 1990: 10).

c. Transformasi Teks BtB1.Deskripsi Naskah

Naskah Babat Banyumas BR. 58 (BtB) adalah naskah koleksiBrandes yang tersimpan pada Perpustakaan Nasional RI dengan kodeBR. 58. Naskah ini berada pada satu bundel dengan naskah Babad

DIKSI Vo/.ll, No.1. Januari 2004

Page 6: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

25

Bandawasa (KBG. 333), Babad Mataram (KBG. 598), dan BabadSurapati (BR. 585). Pada tahun 1996, Perpustakaan Nasionalmentransliterasikan dan menerjemahkan keempat naskah tersebut. BtBini ditulis pada kertas berukuran 21 X 16,5em. Tebalnaskah meliputi 84halaman dan setiap halaman terdiri dari 16baris. Naskah berhuruf danberbahasa Jawa ini berisi teks yang berbentuk tembang maeapat yangseluruhnya ada 15 pupuh. Naskah kertas BtB sudah lapuk, tetapitulisannya masih terbaea. Hasil transliterasi Perpustakaan Nasionalmenunjukkan bahwa banyak sekali salah baea terhadap teksnya. Hal itumenyebabkan hasil terjemahannya juga banyak penyimpangan yangtidak sesuai dengan teks aslinya. Kemungkinan di samping banyaktulisannya yang rusak,juga orang yang mengerjakannyatidak mengenaltradisi teks Babad Banyumaspada umumnya.

Naskah Sejarah Wirasaba(selanjutnya disingkat SW) merupakankoleksi pribadi atau perorangan yang tersimpan di desa Wirasaba,Keeamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga. Jadi, naskah tersebutberasal dari situs sejarah pra-Banyumas sebagai eikal-bakal. SW adalahnaskah yang selalu disalin-salin sehingga eksistensinya tampak sampaisekarang. SW juga merupakan naskah berhuruf dan berbahasa Jawa.Naskah ini berisi teks 14 pupuh tembang maeapat. Pada bagianbelakang ditemukan silsilah Banyumas dari Adipati WiraUtama (RadenKatuhu) hingga Raden Tumenggung Yudanegara (RadenGandakusuma). Naskah koleksi Mad Marta ini ditulis pada kertas yangberukuran 16,5 X 21 em. Tebal naskah 90 halaman dengan perineianhalaman 1-85 berisi tembang maeapat, sedangkan halaman 86-90 berisisilsilah yang disebut di atas. Pada pupuh I, bait 2 terdapat keteranganwaktu penulisan, yaitu sengkalan yang berbunyi swara nagagiri sangi.Agaknya kata sangi merupakan kesalahan baea dan salin, seharusnya

. nabi. Sengkalan tersebut berarti angka tahun Jawa 1787 atau 1858masehi. Kiranya naskah yang sampai pada masa kini adalah naskahsalinan ketiga dari naskah tahun 1787 (1858). Penyalinnya temyatabukan penduduk Wirasaba yang bemama Mulyareja. Salinan

Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.58) (Sugeng Priyadi)

Page 7: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

26

diselesaikan pada tanggal 24 Agustus 1956. Pada halaman 90 terdapatketerangan yang menyatakan bahwa Mulyareja lahir pada hari SeninKliwon 27 Desember 1894. Di samping itu, pada halaman 72 terdapateatatan tentang hilangnya beberapa halaman. Pada halaman 10-11 adaketerangan hilangnya satubait.

Naskah Tedhakan Serat Babad Banyumas (selanjutnya disingkatTSBB) merupakan naskah koleksi Museum Nasional Jakarta dengankode Jav. Hds. B. G. No. 526 (sekarang koleksi Perpustakaan NasionalRI). Naskah ini memakai judul yang eukup panjang, yaitu PunikaTedhakan Serat Babad Banyumas sambutan saking Raden AdipatiMertadiredja ing Banyumas. Judul itu diberikan oleh penyalinnya yangbernama Raden Natahamijaya, seorang pejabat 'earik jaksa' dariMagetan. Penyalinan naskah tersebut atas permintaan J. Knebel yangmenjabat asisten residen di Magetan. Oleh Knebel, naskah salinan itudiserahkan kepada Lembaga Bataviaasch Genootschap van Kunsten enWetenschappenpada bulan April 1904dan tereatat pada bulan Juli 1928.Naskah ditulis pada kertas berukuran 33 X21,5 em. Naskah setebal83halaman itu berisi 23 pupuh tembang maeapat (halaman 1-78) dantambahan atau sambetan (halaman 79-81) yang berbentuk prosa. Duahalaman depan berisi judul dan nama penyalinnya. Naskah TSBBmerupakan naskah salinan dari naskah koleksi Kangjeng Pangeran AriaMertadiredja III, yang menjabat bupati Purwokerto (1860-1879) danbupati Banyumas (1879-1913).

2. Perbandingan TeksJika meneermati ketiga teks, maka BtB tampaknya merupakan

teks yang menjembatani antara tradisi lama (Wirasaba) dengan tradisibarn (teks Mertadiredjan Banyumas). Hal itu dapat dilihat padaperbandingan teks antara naskah BtB dengan SW. Kedua teksperbedaannya tidak begitu meneolok, bahkan naskah BtB itu merupakansalinan dari naskah SW.SW yang ditemukan sekarang memang banyakbagian yang hilang dan tidak lengkap sehingga ada perbedaan jumlah

DIKSI Vol.ll, No.1, Januari 2004

Page 8: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

27

bait pada pupuh tertentu, bahkan pupuh XV pada BtB tidak ditemukan.Kemungkinan naskah pada bagian belakang SW hilang beberapahalaman sebelum disalin oleh Mulyareja. Dengan demikian, BtB adalahpenerus tradisi naskah Wirasaba.

Perbandingan teks BtB dengan TSBB menunjukkan bahwakeduanya menampakkan kesamaan atau kedekatan teksnya pada pupuhVIII-XV (BtB) dan pupuh XVI-XXIII (TSBB).Jadi, ada 8pupuh. PupuhI-VIII (TSBB) berisi teks yang berbeda dengan teks-teks lain BabadBanyumas, termasuk BtB. Mulai pupuh IX hingga XV (TSBB)merupakan transformasi teks dari tembang yang satu ke tembang yanglain, yaitu pupuh I Asmarandana menjadi pupuh IX Pangkur, II Durmamenjadi X Pucung, III Sinom menjadiXI Mijil, IV Kinanthi menjadi XIISinom, V Dhandhanggula menjadi XIII Kinanthi, VI Sinom (34 bait)menjadi XIV Sinom (40 bait), dan VII Mijil menjadi XV Gambuh.Selanjutnya, untuk memahami perbandingan teks antara ketiga naskahtersebut dibuat tabel dibawah ini.

Transfonnasi Teks Babad Banyumas (BR.58) (Sugeng Priyadi)

- - ---

Page 9: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

---- - -

28

Tabel Perbandingan Tiga Teks Babad Banyurnas.

3. Hubungan Intertekstual Sejarah Wirasaba (SW) dengan BabatBanyumas (BtH)

Perbandingan teks antara SW dengan BtB di atas rnenyatakanbahwa kedua naskah rnernilikiteks yang sarna.Perbedaannya adalah SWditulis lebih dahulu daripada BtH. SW yang sarnpai pada rnasa kiniberasal dari naskah salinan Mulyareja yang diselesaikan pada tangga124

DIKSI Vol.l1, No.1, Januari 2004

Sejarah Wirasaba BabatBanyumas(BR.58)Tedhakan

SeratBabadBanyumasI Dha 18II Sin 18III Asm 38IV Mas 47V Kin 42VI Dur 12VII Asm 34VIII Dur 20

I Asm 12 I Asm 12 IX Pan 20II Dur 31 II Dur 31 X Puc 47III Sin 26 III Sin 26 XI Mij 26IV Kin 32 IV Kin 33 XII Sin 18V Dha 68 V Dha 68 XIII Kin 18VI Sin 34 VI Sin 34 XIV Sin 40VII Mij 22 VII Mii 22 XV Gam 17VIII Pan 30 VIII Pan 30 XVI Pan 30IX Me 35 IX Me 35 XVII Meg 35X Asm 35 X Asm 35 XVIII Asm 36XI Dha 8 XI Dha 13 XIX Dha 13XII Asm 35 XII Asm 39 XX Asm 39XIII Sin 19 XIII Sin 19 . XXI Sin 19XIV Mas 9 XIV Mas 15 XXII Mas 15

XV Dha 15 XXIII Dha 15

Page 10: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

29

Agustus 1956, sedangkan naskah asli yang diturun berasal dari tahunJawa 1787 atau 1858 Masehi. Penyimpan naskah, Mad Marta,menyatakan bahwa naskah Mulyareja itu merupakan salinan ketiga darinaskah tahun 1858 tersebut. Dengan demikian, naskah SW merupakantradisi Wirasaba yang keluar dari komunitasnya berupa naskah salinanyang berjudul BtB. Dengan kata lain, BtB merupakan salinan darinaskah SW atau naskah lain yang disalin dari SW. Hal yang amatmendukung adalah ditemukannya sengkalan yang berbunyi swara nagagiri nabi. Sengkalan tersebutjuga ditemukan pada teks SW.

Meskipun BtB disalin berdasarkan SW temyata terdapatperbedaan dalam jumlah baitpada empat pupuh, yakni pupuh IVKinanthi 33 (BtB), sedangkan 32 (SW); XI Dhandhanggula 13 (BtB)sedangkan 8 (SW); X Asmarandana 39 (BtB), sedangkan 35 (SW); XIVMaskumambang 15(BtB), sedangkan 9 (SW); dan XV Dhandhanggula15(BtB), sedangkantidak ada satu bait pun (SW). Perbedaanjumlah baititu terjadi karena naskah yang disalin oleh Mulyareja terdapat bagiannaskah yang hilang atau rusak dan tidak terbaca. Namun, Mulyarejamasih melampirkan silsilah Wirasaba yang dimulai dari Raden Katuhu(Adipati WiraUtama) sampai dengan Tumenggung Yudanagara (RadenGandakusuma).

4. Proses Perubahan Judul dari Sejarah Wirasaba (SW) menjadiBabat Banyumas (BtB)

Meskipun BtB merupakan salinan langsung atau tak langsungdari SW,judul teksnya telah berubah. Perubahan tersebut dipengaruhioleh eksistensi lokal yang menjadi fokus perhatian penyalinnya.Wirasaba sebagai cikal-bakal memang tetap dihargai keberadaanya,tetapi Banyumas sebagai salah satu cabang keturunan Wirasaba padamasa naskah tersebut disalin eksistensinya lebih besar daripadaWirasaba. Atau dengan kata lain, Wirasaba sudah menjadi masa laluketika kota Banyumas menjadi pusat yang barn. Perpindahan dariWirasaba ke Banyumas sangat layak menjadi pertimbangail sang

Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.58) (Sugeng Priyadi)

----

Page 11: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

---

30

penyalin untuk mengubahjudul dari SW menjadi BtB. Kata babat yangdipakai kemungkinan karena ketidaktahuan sang penyalin dalammembedakan antara babad (membuka hutan) dengan babat(usus/jeroan). Terlepas dari kesalahan tersebut, sang penyalin memangbertujuan untuk lebih menonjolkan keberadaan Banyumas daripadaWirasaba.

Teks SW sendiri pada pupuh I Asmarandana, bait 1 menyatakansebagai berikut: III Purwakanira ing ngawil tinembangaken carita!Asmarandana tembangel andhapur babar carital ing Negari Wirasaba!pinetang ing turunipunl kang tumedhak ing Banyumasll. Kutipan di atasjelas menonjolkan keturunan Wirasaba yang berkuasa di Banyumas,sedangkan Wirasabadiakui sebagaimasa lampau. TeksBabat Banyumasmengganti Banyumas dengan kata Toyamas.Kata Toyamasmerupakanbentuk krama dari Banyumas. Dalam tradisi Jawa, khususnya padanaskah Jawa, terdapat kebiasaan untuk mengkramakan nama-namatempat (toponim), seperti Semarang menjadi Semawis, Matarammenjadi Matawis atau Ngeksiganda. Hal itujuga tampak pada penulisannaskah-naskah Banyumas.

Perubahan judul taIhpaknya juga dipengaruhi oleh silsilah yangtercantum dalam tradisi Wirasaba. Silsilah tersebut pada hakikatnyamenjelaskan adanya 15generasi yang pemah mendudukijabatan adipatiatau bupati, baik di Wirasaba maupun Banyumas. Namun, adipatiWirasaba hanya ada enam generasi, termasuk Warga Dtama II, yang dikemudian hari menjadi bupati pertama di Banyumas. Enam generasiadipati meliputi (1) Adipati Wira Dtama (Raden Katuhu), (2) AdipatiDrang, (3) Adipati Sutawinata (Surawin), (4) Adipati Sura Dtama(Raden Tambangan),(5) Adipati WargaDtama I, dan (6) Adipati WargaDtama II (Adipati Mrapat). Selanjutnya, sepuluh generasi adipati ataubupati terdiri dari (1) Adipati Warga Dtama II (Adipati Mrapat), (2)Adipati Ngabehi Janah, (3) Adipati Ngabehi Mertasura, (4)Tumenggung Mertayuda I, (5) Tumenggung Mertayuda II, (6)Tumenggung Yudanagara I, (7) Tumenggung Yudanagara II

DIKSI Vo!.ll, No.1, Januari 2004

Page 12: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

31

(Mertawijaya), (8) Tumenggung Yudanagara III (menjadi PatihYogyakarta), (9) Tumenggung Yudanagara IV, dan (10) TumenggungYudanagara V (Raden Gandakusuma). Dengan demikian, enamberbanding sepuluh sehingga wajar sang penyalin lebih memakai judulBtB daripada SW.

5. Penciptaan Teks Baru dalam Tedhakan Sera! BabadBanyumas (TSBB)

Setelah mencermati SW dan BtB, tampaknya hubungan interteksBtB dengan TSBB penting pula untuk dicermati. Agaknya, teks BtBmenjadi jembatan antara teks SW dengan TSBB. Kedua teks yangpertamajelas merupakan penerus tradisi Wirasaba, sedangkan teks yangterakhir menciptakan beberapa bagian teks yang dapat dikatagorikanteksbarn.

Ada lima hal yang baru yang ditemukan pada teks TSBB, yakni (1)adanya silsilah pangiwa atau silsilah kiri, (2) kisah Raden Putra (namalain Baribin), (3) kisah Raden Katuhu (Kaduhu), (4) kisah masa mudaMranggi Kejawar dan Bagus Mangun, dan (5) bagian sambetan berisisilsilah trah Mertadiredjan. Kelima hal di atas dimunculkan dalam teksuntuk melegitimasikan keluarga Mertadiredjan, khususnya KangjengPangeran Aria Mertadiredja III, yang menjabat bupati Purwokerto(1860-1879) dan bupati Banyumas (1879-1913). Perpindahan KPAMertadiredja III ke Banyumas sudah ditengarai oleh simbolik ramalan,yaitu yen ana kudhi tarung karo karahe, negeri Banyumas bakal mulihmarang sing duwe. Ramalan ini terbukti terjadi pada masa CakranagaraII, bupati Banyumas berselisih dengan residen Banyumas. CakranagaraII mengundurkan diri. Cakranagara II bukan trah Banyumas jika dilihatdari garis ayah, tetapi keturunan Pasir dari garis ibu. Trah Mertadiredjanadalah keturunan trah Yudanagaran, keturunan Yudanagara III (KRADanuredja), yakni Ngabehi Mertawijaya di Kedhungrandhu yangberputra Mertadiredja I atau Bratadiningrat. Mertadiredja I sebagai salahseorang pejabat wedana bupati Banyumas (pejabat yang lain,

Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.58) (Sugeng Priyadi)

--

Page 13: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

32

Kasepuhan: Cakrawardana) merupakan saudara sepupu pejabat yangdigantikannya, yaitu Yudanagara V. Dengan demikian, trahMertadiredjan bukan keturunan langsung dari Yudanagara V sehinggamunculnya trah Mertadiredjan perIu dilegitimasikan dengan teks babadyang dilengkapi dengan silsilah kiri atau sejarah pangiwa seperti halnyayang dilakukan oleh penulis teks Babad Tanah Jawi terhadap dinastiMataram.

Sejarah pangiwa merupakan tradisi silsilah yang meyakini bahwasang penguasa adalah keturunan Nabi Adam dari sisi kiri atau keturunandewa-dewa, baik dewa-dewa India maupun dewa-dewa pribumi. Tokohdewa-dewa menurunkan tokoh-tokoh wayang yang bermuara kepadaPandawa, Angkawijaya. Tokoh putra Arjuna inilah yang menurunkanraja-raja Jawa legendaris, selanjutnya ada seorang raja Jawa yangberpindah ke Jawa Barat dan menjadi raja Galuh dan Sunda (Pajajaran),kemudian salah seorang keturunan raja Pajajaran menjadi pendiriMajapahit. Trah Majapahit dari raja-raja masa akhir yang menurunkanorang-orang lokal, termasuk Banyumas. Jadi, sejarah pangiwa adalahsilsilah pengantar menuju kehadiran trah Majapahit yang sangatpentingkeberadaannya karena berkaitan dengan penguasa-penguasa lokal (bdk.Priyadi,2000).

Sebagian besar versi Babad Banyumas memberi pengantar bahwanenek moyang mereka berasal dari Majapahit. Pengantar itu tampaknyasangat sederhana dalam rangka legitimasi Banyumas karena kisah yangditampilkan begitu singkat. Oleh karena itu, teks TSBB menjelaskankisah Raden Putra dan Raden Kaduhu lebih panjang dan detail biladibandingkan versi-versi Babad Banyumas lainnya. Khususuntuk ceritaRaden Putra telah disamai oleh teks Babad Wirasaba Kejawar dengankisah Raden Baribin. Raden Putra atau Raden Baribin bagi orangBanyumas adalah cikal-bakal karena ia ditonjolkan menikah denganputri bungsu raja Pajajaran yang melahirkan empat orang anak, yaituKaduhu, Banyak Sasra, Banyak Kumara, dan Rara Ngaisah. Keempatorang anak Raden Putra atau Raden Baribin ini semuanya berpindah ke

DIKSI Vol.JJ. No.1, Januari 2004

Page 14: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

33

daerah Banyumas,yakni pusat-pusat kadipatenWirasabadan Pasirluhur.Raden Kaduhu menjadi adipati Wirasaba. Pemunculan Kaduhu diWirasaba juga diceritakan secara detail, misalnya keberadaan adipatiWirasaba yang digantikannya tidak berputra laki-Iaki,Kaduhu memilikikeistimewaan tidak terbakar api, Kaduhu memiliki keris ayahnya yangkembar dengan keris raja Majapahit, dll. Kaduhu benar-benardikisahkan olehTSBB melebihi teks-teks versi lain.

Keberadaan Banyak Sasra sebagai ayah Bagus Mangundihadirkan untuk menjembatani perkawinan antara Mranggi Kejawardengan Rara Ngaisah. Kedua orang ini akan menjadi orang tua angkatBagus Mangun sepeninggal ayahnya. Jadi, kisah Banyak Sasramerupakan pengantar kisah masa muda Mranggi dan Bagus Mangun.Sementara itu, Banyak Kumara yang menjadi adipati Kaleng membantuperkawinan Bagus Mangun dengan keturunan Raden Kaduhu.Keterjalinan keempat putra Raden Baribin (Raden Putra) pada akhimyasampai kepada pendiri Banyumas, Bagus Mangun (Adipati WargaUtama II atau AdipatiMrapat).

Selain teks-teks baru di atas, pada bagian akhir TSBB terdapattambahan (sambetan) yang berisi keterangan mengapa Yudanagara Vdipecat darijabatannya. Keterangan ini agaknya sangatpenting bagi trahMertadiredjan agar timbul kesan bahwa munculnya Mertadiredjasebagaiwedana bupati merupakan persoalan yang wajar. Di sinilah awallegitimasi trah Mertadiredjan dimulai. Bagian sambetan juga mencobamenyejajarkan antara trah Mertadiredjan dengan trah Cakrawardanan.Oleh karena itu, adanya Kasepuhan (Cakrawadana) dan Kanoman(Mertadiredja) sebagaipengganti YudanagaraV merupakanusaha untukmenjaga keserasiankosmos.

6. PengubahanBentuk TembangTampaknya bahwa penulis teks TSBB menunjukkan

kreativitasnya. Hal itu diperlihatkan dengan menggubah teks dalambentuk tembang yang lain daripada teks aslinya. Sesungguhnya

Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.S8) (Sugeng Priyadi)

Page 15: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

--- -- ---

34

kreativitas penulis sudah tarnpakpada bagairnanaia rnencoba rnenyusunsejarah pangiwa, rnernanjangkan kisah hidup Raden Putra dan prosestarnpilnya Raden Kaduhu rnenjadi adipati Wirasaba, rnenarnpilkanriwayat rnasa rnuda Mranggi Kejawar dan pendiri Banyurnas (BagusMangun). Agaknya sang penulis belurn puas seandainya ia hanyarnenyalinsajadari teks aslinya setelah disusuimyabagian teks yang baru.Pupuh I Asrnarandana, 12bait berisi kisah singkat hubungan Majapahitdengan Pajajaran yang diselingi beberapa orang adipati Wirasaba,termasuk Katuhu, rnenjadi pupuh IX Pangkur (20 bait). Selebihnya,rnulai pupuh II hingga pupuh VII rnerupakan teks yangditransformasikan dalarn bentuk ternbang lain. Pupuh II Durma (31 bait)rnenjadi X Pucung (47); III Sin (26) rnenjadiXI Mijil (26), IV Kinanthi(33) rnenjadi XII Sinorn (18), V Dhandhanggula (68) rnenjadi XIIIKinanthi (18), VI Sinorn (34) rnenjadi XIV Sinorn (40), dan VII Mijil(22) rnenjadiXV Garnbuh (17).

7. Pelestarian Tradisi Sejarah WirasabaMulai pupuh XVI hingga XXIII berisi teks yang sarna dengan teks

BtB, kecuali pupuh XVIII. Pada teks BtB, pupuh X Asrnarandana hanyaberisi 35 bait, sedangkan pupuh XVIII ada 36 bait. Perbedaan satu baittersebut disebabkan oleh pengernbangan bait 9 pupuh X rnenjadibait 9-10pupuh XVIII. Dengan dernikian, teks TSBB ikut rnelestarikan separolebih teks SW.

D. PenutupSejarah Wirasaba (SW) sebagai teks tradisi Wirasaba yang

rnengungkap keberadaan Wirasaba sebagai wilayah Majapahit telahrnengakar karena ia rnerupakan hasil kelarnpauan bersarna rnasyarakatseternpat yang diakui oleh rnasyarakat yang lebih luas. Penyalinanterhadap teks SW rnernungkinkan adanya perubahan teks atautransformasi teks. Salah satu teks yang dihasilkan dari penyalinanterhadap SW adalah teks BtB, yang tersirnpan pada koleksi

DIKSI Vol.ii, No.i, Januari 2004

Page 16: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

35

Perpustakaan Nasional. Teks tersebut tampaknya menjadi teks yangmenjembatani antara tradisi Wirasaba dengan tradisi baru, yakni BabadBanyumas versiMertadiredjan.

SW seperti halnya naskah-naskah yang lain selalu disalin-salinkarena keberadaan naskah itu dianggap penting oleh masyarakatpendukungnya atau masyarakat di luar komunitasnya. BtB yang selamaini diduga merupakan salah satu naskah hasil salinan dari SW itu bisaterbukti dengan mencermati tradisi teksnya. Salah satu yang sangatmenonjol adalah adanya sengkalan yang sarna yang berbunyi swaranaga giri nabi. Sengkalan tersebut menunjuk angka tahun Jawa 1787atau 1858Masehi. Petunjukyang lain yang mengindikasikan bahwa BtBmerupakan salinan dari tradisi Wirasaba adalah pupuh-pupuh yangdipakai dan jumlah baitnya yang tidak berbeda secara mencolok.Namun, perubahan judul pada teks terjadi karena fokus adanyaperpindahan pusat kadipaten, keturunan Wirasaba di Banyumas, dansilsilah dari para adipati Wirasabahingga adipati atau bupati Banyumas.Selanjutnya, BtB dijadikandasar bagi penciptaan teks baru, yaitu TSBB.Penciptaan teks bam itu dimaksudkan untuk melegitimasikan trahMertadiredjan yang menjadi penguasa bam di Banyumas sepeninggalYudanagaraV sehingga ada lima hal yang ditonjolkan, yaitu (1) disusunsilsilah kiri atau sejarah pangiwa, (2) kisah Raden Putra, (3) kisah RadenKaduhu, (4) kisah masa muda Mranggi Kejawar dan Bagus Mangun,serta (5) bagian sambetan yang berisi silsilah trah Mertadiredjan.Rupanya, penulis teks TSBB menunjukkan kreativitasnya karena iamengubah tujuh pupuh menjadi tujuh pupuh yang berbeda bentuktembang danjumlah baitnya (lihat pupuh IX-XV). Namun, pada pupuhberikutnya, yaitu XVI-XXITI,berisi teks yang sarna dengan BtB. Haltersebut menunjukkan bahwa tradisi teks Mertadiredjan yang baru tetapmelestarikan tradisi Wirasabayang lama.

~»I MII-IK~~,: .~ UPTPERPUSTAKAAN

, V \UNIV!:RS!TAS NEGERIYOGY~KAftTA,Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.5S) (Sugeng Priyadi)

----

Page 17: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

- ---- - - -

36

DAFTAR PUSTAKA

Culler, J. 1981. The Pursuit of Signs, Semiotics, Literature,Deconstruction. London & Henley: Routledge & Kegan Paul.

De Graaf, H.J. 1985.AwalKebangkitanMataram. Jakarta: Grafitipers.Eagleton, T. 1988. TeoriKesusasteraan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka KementrianPendidikan Malaysia.Ekadjati, E. S. dan Undang A. D. 1999.Katalog Induk Naskah-naskah

Nusanatara Jilid 5A, Jawa Barat, Koleksi Lima Lembaga.Jakarta: YayasanOborIndonesia-EFEO.

Knebel, J. 1901. "Babad Banjoemas, Volgens een BanjoemaaschHandschrift beschreven." Tijdschrift van het KoninklijkBataviaasch Genootschapvan Kunsten en Wetenschappen,deelXLIII: 397-443.

Mees, F. 1920.GeschiedenisvanJava, deel II. Weltevreden:Uitgave vande Volkslectuur.

Pigeaud, Th.G.Th. 1967. Literature of Java, Volume 1. The Hague:Martinus Nijhoff.

_' 1968.Literature ofJava, VolumeII. The Hague: MartinusNijhoff.Pigeaud, Th.G. Th. & H.J. de Graaf, 1985.Kerajaan-kerajaan Islam di

Jawa. Jakarta: Grafitipers.Priyadi, S. 1997. "Sejarah Penulisan Babad Banyumas." Lembaran

Sastra No. 23: 229-237. Semarang: Fakultas Sastra UniversitasDiponegoro.

_ 2000. "FenomenaKebudayaanyang Tercermindari DialekBanyumasan." dalam Humaniora, No.1. Yogyakarta: FakultasSastraUniversitas GadjahMada.

_' 2001a. Makna Pantangan Sabtu Pahing. Yogyakarta: KaliwangiOffset.

2001b. 'flnjauan Ulang Hari Jadi Kabupaten Banyumas.Yogyakarta: Kali-wangi Ofsset'o

'" r.;.. ""~. ) ... t..

DIKSI Vo/.ll, No.1, Januari 2004

Page 18: oleh Sugeng Priyadi Universitas Muhammadiyah PUlWokertocore.ac.uk/download/pdf/11062988.pdfTradisi teks Sejarah Wirasaba selama ini dikenal sebagai tradisi yang melahirkan teks-teks

37

_.2002. Banyumas: Antara Jawa dan Sunda. Semarang: PenerbitMimbar-The Ford Foundation-YayasanAdikarya Ikapi.

Sulastin-Sutrisno, 1994."Teori Filologi dan Penerapannya." dalam SitiBaroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta:BPPF Fakultas SastraUniversitas GadjahMada.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra.Jakarta: Pustaka Jaya-Girirmukti Pasaka.

Wiryamartana, I. K. 1990.Arjunawiwaha TransformasiTeksJawa KunaLewat Tanggapandan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa.Yogyakarta:Duta WecanaUniversity Press.

Transformasi Teks Babad Banyumas (BR.5S) (Sugeng Priyadi)