organis edisi 30 (jan-apr 2013)

32
1 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Upload: aoi-aliansiorganisindonesia

Post on 22-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Bagaimana pengembangan pertanian organik di Indonesia sebagai masa depan bangsa, simak selengkapnya di Organis edisi 30 ini.

TRANSCRIPT

Page 1: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

1Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Page 2: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

2 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Dari Redaksi, RedaksiPenerbitAliansi Organis Indonesia (AOI)

Penanggung JawabDirektur Program AOI

Pemimpin RedaksiSri Nuryati

Redaksi PelaksanaAni Purwati

Staf RedaksiRasdi WangsaLidya InawatiSucipto K. Saputro

Desain GrafisMuhammad Rifai

KeuanganEndang Priastuti

MarketingRizki Ratna A.

DistribusiIlyas

Alamat RedaksiJl. Kamper Blok M No.1Budi Agung, Bogor, Jawa BaratTelp./Fax+62 0251-8316294E-mailorganis@organicindonesia.orgWebsitewww.organicindonesia.org

Foto SampulPetani organik di Desa Dlingo, Boyolali, Jawa Tengah

FotoDokumentasi AOI

ISSN : 2089 7294inspirasi gaya hidup organik

Pengembangan pertanian organik di Indonesia telah berlangsung sejak 1980-an. Sebagai bentuk perlawanan terhadap pola intensif program Revolusi Hijau, pada awalnya pengembangan pertanian organik di Indonesia terjadi secara spontan, sporadis dan berjalan lambat dengan diam-diam karena programnya bertolak belakang dengan program Kementerian Pertanian (Kemtan) meskipun selaras dengan program Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Dalam perkembangannya, setelah melihat peluang pertanian organik dalam memecahkan bermacam kesulitan produksi pertanian, pada tahun 2001, secara resmi Kemtan melalui salah satu Subdirektorat Jendral membentuk Otoritas Kompetensi Pertanian Organik (OKPO) dengan program yang terkenal “Go Organic 2010”.

Selanjutnya pengembangan pertanian organik membutuhkan kebijakan pemerintah yang lebih komprehensif dan bisa mewakili semua lapisan masyarakat. Namun pengembangan pertanian organik yang memanfaatkan kebijakan subsidi untuk biaya sertifikasi tidak memiliki masa depan karena sistem subsidi hanya bersifat sementara (sesuai situasi darurat). Yang perlu dilakukan juga adalah pengawasan terhadap lembaga sertifikasi organik untuk menjaga kualitas penjaminan organis pihak ke-3.

Pengembangan pertanian organik yang ideal juga harus berdasarkan nilai-nilai organik yang tumbuh pada kelompok basis (petani) bukan karena diawasi (disertifikasi) tetapi kesadaran akan masa depan bumi yang lebik baik. Pengembangan pertanian organik yang bijaksana memberi ruang dan membuka peluang terhadap penjaminan komunitas petani agar menjangkau kelompok tani yang memiliki lahan sempit.

Untuk mensukseskan pertanian organik sebagai masa depan bangsa, yang perlu diperhatikan juga menyatukan persepsi semua insan dalam memandang kehidupan di alam ini, sesuai dengan kearifan lokal yang ada. Belajar dari alam adalah kata kunci dari pelaksanaan penyelamatan IBU PERTIWI, demikian juga dengan penyelamatan air, penghutanan kembali adalah titik awal dari rehabilitasi ekosistem. Maka hutan alam menjadi referensi utama, dimana terjadinya hutan alam adalah karena adanya pertumbuhan organik bukan karena kimia. Yang tak kalah penting juga semua pihak (pemerintah, LSM, perguruan tinggi, sekolah, swasta dan lain-lain) harus bersatu mendorong proses pertanian organik serta melakukan pendampingan secara intensif.

Pendidikan pertanian organik di sekolah juga sangat membantu dalam melakukan penyadaran pentingnya kesehatan dan lingkungan. Juga bisa memperluas informasi pertanian organik bagi masyarakat yang selama ini masih kesulitan mendapatkan informasi dan produk organik. Bagaimana pengembangan pertanian organik di Indonesia sebagai masa depan bangsa, simak selengkapnya di Organis edisi 30 ini. Selamat membaca!

diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh beberapa Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti dan pihak swasta yang bergerak di bidang pertanian organik dan fairtrade. be part of our movement

Page 3: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

3Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Dari Redaksi

Surat Pembaca

Isu UtamaPertanian Organik, Pertanian Masa Depan

Kemana Organik Indonesia Mengarah ?

Pendidikan Organik di Sekolah

Jendela Konsultasi

Penjaminan OrganisSertifikasi Mahal, Siapa Pemilik Organik?

Profil

Deasy, Pilih Organik untuk Kesehatan Anak Sejak Dini

AgribisnisBuka Pasar Organik Yuk...

Hubungkan Petani dan Konsumen Berkelanjutan

Info OrganisMikroorganisme Lokal untuk Pertanian Organik

Bijak di RumahKenalkan Hidup Organik Sejak Dini

Ragam

Pertanian Alami Ala Baduy

02

04

050811

14

15

18

21

25

28

30

Daftar isi

3Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Page 4: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

4 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

bermanfaat untuk mahasiswa

Surat Pembaca

4 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

isinya wakili semua kalangan masyarakat

Kiat-kiat sederhana budidaya sampai pengolahan organik di majalah

Page 5: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

5Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Pendekatan peningkatan produksi melalui Revolusi Hijau yang telah berlangsung selama 43 tahun, mengajarkan pendekatan berorientasi teknologi dan

hasil yang tinggi serta sarat kimiawi tanpa melihat aspek lain seperti ekologi, potensi lokal yang sudah ada di daerah dan kearifan lokal yang sudah dilakukan turun-temurun oleh leluhur. Hal ini merubah sistem hampir semua sub bidang, sehingga benar-benar menyebabkan petani berubah. Petani

merubah cara berpikir, merubah budaya bertani, diikuti dengan perubahan perilaku petani yang memandang sebidang tanah adalah sebuah pabrik yang dapat dimaksimalkan tanpa melihat tanah sebagai sebuah ekosistem yang sangat komplek. Akhirnya mendorong kepekaan petani terhadap pentingnya sumber daya alam pertanian (tanah, air, benih dan lain-lain) semakin menurun dan menyebabkan petani semakin jauh dari alam.

Isu Utama

5Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Oleh : Ni Luh Kartini

”Mari kita bangun sistem pertanian organik terpadu dengan ternak dan biogas”

Page 6: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

6 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Revolusi hijau juga telah merubah sistem pertanian Indonesia secara drastis. Sistem pertanian Indonesia pada awalnya adalah multisistem, tradisional, hemat energi, dan mempunyai tingkat keselarasan terhadap alam yang sangat tinggi.Saat ini sistem pertanian Indonesia didominasi oleh mono-sistem yang dinilai lebih maju dan berproduksi tinggi sekalipun menyerap energi dengan

masukan biaya semakin tinggi dan

merusak sumber daya alam pertanian

(SDAP). Sistem ini bukan memperkecil

melainkan memperbesar unsur risiko

dan ketidakpastian sebagai akibat dari

besarnya perubahan lingkungan yang

semakin tidak dapat dikendalikan dan

menyebabkan kerusakan lingkungan,

maupun kehilangan sumber kehidupan

di muka bumi ini.

Permasalahan yang menyangkut sumber

daya alam pertanian ini tidak begitu

menjadi perhatian semua pihak sehingga

sistem pertanian organik sangat sulit

mendapatkan tempat di hati masyarakat,

karena muncul berbagai macam tuduhan

dan pertanyaan seperti pertanian organik

adalah anti teknologi, pertanian organik

adalah pertanian yang kuno/tidak

modern, apakah pertanian organik

memiliki produktivitas tinggi?, apakah

pertanian organik dapat memenuhi

kebutuhan pangan yang terus menerus

meningkat seirama dengan peningkatan

jumlah penduduk? Sangat jarang muncul

pertanyaan apakah sistem pertanian

konvensional yang sarat dengan teknologi

tinggi yang hanya bertujuan pada hasil

maksimal mengesampingkan tujuan

yang lain (faktor lingkungan, kesehatan,

keragaman hayati, konservasi, keselamatan

dan keberlanjutan pertanian) akan

mampu menjamin keamanan pangan

secara berkelanjutan.

Teknologi yang dikembangkan dalam

pertanian organik adalah teknologi yang

ramah lingkungan dan selalu

mengedepankan kearifan lokal. Ada

beberapa penerapan teknologi dalam

pertanian organik seperti teknologi

cacing tanah sebagai pabrik pupuk

organik, cacing tanah sebagai pupuk

biologis, teknologi mikoriza, teknologi

Rhizobium, sistem SRI, pengembangan

sistem tumpang sari dan lain-lain. Hal ini

menunjukan bahwa perlu adanya paket

teknologi yang ramah lingkungan dan

selalu mengedepankan kearipan lokal.

Langkah-langkah wujudkan organik

Untuk mensukseskan pertanian organik sebagai masa depan bangsa, maka yang perlu diperhatikan dan lakukan adalah: Pertama, semua insan menyatukan persepsi dalam memandang kehidupan di alam ini, sesuai dengan kearifan lokal yang ada, seperti di Bali mengenal TRI HITA KARANA (tiga hubungan menyebabkan kebahagian ) yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Hal ini di Bali diterjemahkan dalam bidang pertanian yang diberi nama SUBAK. Satu-satunya dan tidak ada duanya yang dimiliki sebagai tempat hidup bersama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tunggal/Ida Sanghyang Widhi Wasa yang lainnya adalah BUMI/IBU PERTIWI. Dimana salah satunya adalah komponen tanah serta air yang merupakan jantung kehidupan bagi semua kehidupan di bumi ini. Kerusakan ekosistem dan sumber daya alam pertanian (SDAP) sebagian besar karena ulah manusia.

Belajar dari alam adalah kata kunci dari pelaksanaan penyelamatan IBU PERTIWI, demikian juga dengan penyelamatan air, penghutanan kembali adalah titik awal dari rehabilitasi ekosistem. Maka hutan alam menjadi referensi utama, dimana terjadinya hutan alam adalah karena adanya pertumbuhan organik bukan karena kimia. Hal ini menyebabkan seluruh rangkaian kegiatan yang terkait dengan SDAP termasuk tanah dan air seperti pertanian, perikanan, peternakan harus menggunakan tata cara organik. Bumi beserta isinya yang ditempati bersama ciptaanNya adalah titipan bukan warisan untuk anak dan cucu yang dilahirkan. Memelihara IBU PERTIWI (tanah, air dan semua sumber daya hayati) wajib hukumnya sebagai titipan Tuhan Yang Maha Esa / Hyang Widhi Wasa dan mengembalikan kepada anak cucu dalam kondisi yang lebih baik. Apabila tanah/bumi ini tercemar dan kering kehabisan air, dimanakah generasi penerus hidup untuk mendapatkan sumber kehidupan yang berupa air. Tuhan menciptakan Alam (Bhuwana Agung) dan Manusia (Bhuwana Alit) sudah sangat sempurna dengan keseimbangannya, apabila satu keseimbangan diganggu akan terganggu semuanya.

Kedua, pembangunan karakter insani yang terkait dengan pertanian (produsen, konsumen dan distributor) sangat penting dilakukan sebelum melakukan sistem pertanian organik, agar dapat memahami tujuan berubah ke sistem pertanian organik. Selama ini perubahan ke organik hanya dikaitkan dengan masalah ekonomi

nTanaman sayur organik

Isu Utama

6 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Foto: Ni Luh Kartini

Page 7: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

7Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

berorientasi kepada pelestarian lingkungan (sumber daya alam) dan kesehatan semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Ketika pertanian organik ini hanya dipandang sebagai komodi-tas ekonomi (antara untung dan rugi), yang terjadi adalah kita akan kehilangan segalanya, karena tidak memandang lagi tanah, air, tanaman sebagai kehidupan. Lupa bahwa tanah sebagai IBU PERTIWI menyusui kita melalui tanaman sebagai produsen yang memberi kita air, makanan dan oksigen. Tanah sebagai IBU PERTIWI keracunan pestisida dan pupuk sintetis maka air susu pasti mengandung racun, maka semua kehidupan yang menyusu pasti terkena racun. Untuk itu selamatkanlah bangsa ini dari bahan-bahan pencemar tersebut. (*)

Ni Luh KartiniKetua PS Magister P. Lahan Kering Konsentrasi Pertanian Organik PPs UNUDE-mail: [email protected]

Isu Utama

bukan masalah keberlanjutan ekosistem dan kesehatan. Perubahan dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik perlu proses (jangka waktu) karena saat ini produktivitas tanah sangat rendah. Bahan organik tanah banyak diambil. Seperti setiap panen padi, jeraminya dibakar. Sehingga kalau dihitung pengambilan biomassa dari tanah sawah seluas 1 ha lahan sawah dengan panen 3 kali dalam setahun, dimana hasil gabah kering panen satu kali panen 7 ton/ha dan jeraminya 14 ton (dibakar), kalau dihitung satu kali panen bahan organik yang diambil dari tanah 21 ton/panen. Maka dalam setahun 3 kali panen, bahan yang sudah diambil sebanyak 63 ton/tahun. Bisa dihitung dalam 43 tahun, jumlah bahan organik yang hilang sebesar 43 x 63 ton . Petani perlu persiapan untuk mengembangkan dirinya terkait dengan teknologi yang dapat memanfaatkan sumber daya lokal yang ramah lingkungan. Petani konvensional berubah menjadi petani organik perlu pendampingan yang intensif. Perubahan yang didorong dalam pendampingan ini adalah perubahan prilaku dan perubahan pola berpikir.

Ketiga, pertanian organik harus dikembangkan secara terpadu dengan ternak dan biogas. Hal ini untuk memu-dahkan petani dalam penyediaan pupuk organik dan tenaga utuk mengolah tanah, karena ternaknya dapat menggantikan traktor. Adanya biogas, petani sangat terbantu dalam penyediaan gas untuk memasak, sehingga waktu untuk mengerjakan pertanian lebih banyak karena petani tidak mencari kayu bakar. Di Bali sudah dilakukan sistem pertanian organik terpadu dengan ternak dan biogas dalam skala rumah tangga (biogas rumah) dan juga sistem kelompok yang diberi nama SIMANTRI. Dalam skala rumah tangga, satu orang petani pu-nya 3 (tiga) ekor sapi atau 7 (tujuh) ekor babi atau 2000 ekor ayam petelur dapat membangun biogas ukuran 4 (empat) kubik

yang dapat menghasilkan api 4-6 jam dan pupuk organik 25 liter larutan yang dapat dicairkan 10 kali sehingga petani dapat pupuk cair 250 liter yang siap pakai. Petani Banjar Penyabangan, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali yang menjadi dampingan Yayasan Bali Organic Associataion (BOA) yang jumlahnya 130 KK sudah 100 KK memiliki biogas. Hal ini sangat membantu dalam penyediaan pupuk organik untuk pengembangan pertanian organik. Juga mendorong ekonomi kreatif di tingkat petani seperti membuat jajan dari hasil pertaniannya.

Keempat, mempersatukan persepsi semua pihak yang terkait dengan pertanian organik untuk melakukan 5 hal, yaitu: melestarikan dan melindungi sumber daya alam pertanian (SDAP), meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, peningkatan pengetahuan pasca panen dan akses pasar.

Kelima, semua pihak (pemerintah, LSM, perguruan tinggi, sekolah, swasta dan lain-lain) harus bersatu mendorong proses

pertanian organik serta melakukan pendampingan

secara intensif.

Gerakan pertanian organik adalah gerakan moral untuk kehidupan yang

7Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

nPertanian organik terpadu dengan peternakan

nPupuk organik

Foto: Ni Luh Kartini

nKompor biogas

Page 8: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

8 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Isu Utama

Foto: Dok. AOI

Upaya pengembangan pertanian yang didasarkan pada kelestarian alam sudah dimulai sejak abad 14 yang lalu. Meskipun motivasi dan spiritnya sungguh bisa

berbeda namun roh perjuangannya relatif sama yaitu menjaga dan memelihara masa depan yang lebih baik. Harmonisasi kehidupan antara Sang Pencipta dan Ciptaan-Nya dapat semakin diwujudkan di dunia ini. Konsep-konsep pertanian seperti pertanian biodinamis, biologis dan ekologis merupakan contoh nyata bahwa sejak awal manusia ingin hidup selaras satu dengan yang lain. Banyak tokoh yang dapat disebut Sir Howald Steiner, Masanobo Fukuoka, Agatho, Bill Mollison, dsb.

Di Indonesia yang memiliki banyak pulau (hampir 70.000 pulau) dan komunitas suku yang secara tradisional memilih cara bertani sesuai situasi kondisi setempat telah memperlihatkan ketahanan kesuburan tanah alamiah. Sehingga konsep pertanian yang ada memperlihatkan keselarasannya terhadap alam seperti sistem Subak di Bali, sistem pekarangan di Jawa, sistem surjan di daerah tadah hujan, dan cara-cara hidup suku Dayak, Baduy dan Batak. Pertanian di atas masih terpelihara pada zaman Bung Karno yang menghendaki pertanian mandiri berbasis pada kerakyatan tradisional. Bahkan pada

8 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Oleh : Y.P. Sudaryanto

Page 9: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

9Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Isu Utama

tahun 1955 Bapak Soedarsono (Mantan Menteri Pertanian) menulis buku tentang bercocok tanam biologis yang memberi gambaran secara jelas bagaimana memelihara kesuburan tanah secara alamiah dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada seperti pupuk kandang dan pupuk leguminosa.

Bila kita berbicara tentang pengembangan pertanian organis (organik) di Indonesia barangkali lebih tepat kita mulai dari zaman kemerdekaan tahun 1945, yang saat itu juga badan dunia PBB melahirkan konsep “Green Revolution” (Revolusi Hijau) dengan membentuk lembaga FAO (Food and Agriculture of Organitation) dengan slogan : “Sepuluh tahun ke depan tidak ada lagi bayi menangis sebelum tidur karena kelaparan”.

Revolusi hijau itu panca usaha tani

Sejak orde lama (Bung Karno) wafat tahun 1970, Indonesia memulai babak baru dalam pengembangan pertanian dan menjadi titik awal adopsi konsep revolusi hijau dengan repelita dalam bidang pertanian yang dikenal dengan konsep panca usaha tani. Dengan dukungan para ahli pertanian saat itu dengan slogan penyuluhan “dipaksa – terpaksa – biasa”, konsep revolusi hijau menjadikan wajah pertanian Indonesia berubah total dari konsep-konsep tradisional menjadi konsep modern dengan basis pembangunan pabrik pupuk urea, TSP, ZA, juga pabrik pestisida, herbisida dan pembangunan infrastruktur jalan, waduk irigasi dan drainase bahkan “revolusi” di bidang pembenihan yang melahirkan benih varietas unggul.

Pertanian modern di Indonesia mencapai puncaknya tahun 1984/1985 dengan berhasil swasembada beras yang diakui oleh dunia. Secara sosial budaya pertanian modern berhasil mengubah paradigma petani dari bergantung pada alam menjadi bergantung pada pabrik

dengan sangat ekstrim diyakini bahwa “tidak mungkin bertani tanpa urea dan pestisida”. Petani yang dulunya masih ramah terhadap lingkungan menjadi tidak peduli bahkan membabi buta menggunakan pupuk buatan dan pestisida. Akibatnya terjadi penyalah-gunaan pestisida di seluruh Indonesia. Pertanian modern juga berhasil menciptakan monopoli benih yang dulunya banyak sekali varietas lokal (padi ada 8.000 varietas padi lokal) menjadi hanya beberapa varietas saja. Akibatnya terjadi kepunahan dan kemerosotan varietas benih lokal sehingga keaneka-ragaman hayati sangat terancam yang dapat menimbulkan ketidakstabilan lingkungan.

Perlawanan terhadap pertanian modern

Sejak tahun 1980-an, 15 tahun setelah panca usaha tani dilaksanakan, sebuah lembaga swadaya, KRAP (Kelompok Relawan Anti Penyalahgunaan Pestisida) mulai meneliti, mendiskusikan dan menemukan dampak negatif pertanian modern ini. Upaya ini kemudian mempengaruhi munculnya kelompok tani atau lembaga swadaya masyarakat (PAN, BSB, dll) untuk mendorong dan mencari alternatif pengembangan pertanian dengan segala nama seperti pertanian berwawasan lingkungan, pertanian lestari, pertanian alamiah, atau-pun pertanian organik.

9Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Gerakan ini masih spontan, sporadis dan berjalan lambat dengan diam-diam karena programnya bertolak belakang dengan program Kementerian Pertanian (Kemtan) meskipun selaras dengan program Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Sejak tahun 1990-an dengan kuatnya isu lingkungan hidup di dunia Internasional dan banyak temuan tentang bahaya pestisida (buku Silent Spring) mempengaruhi cara pandang ahli pertanian bahkan mendorong BAPPENAS untuk melaksanakan Program Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) yang memberi dampak positif dengan diadopsinya program ini oleh Kemtan menjadi program nasional pertanian Indonesia. Bersamaan dengan itu, terjadi kesadaran massal oleh masyarakat petani tentang bahaya pestisida dan kerusakan tanah akibat urea, TSP, dan lain-lain. Ter-bukti munculnya gerakan pertanian yang tergabung dalam SPTN-HPS Ganjuran, Jaker PO, Biocert, dan lain-lain.

Kesadaran bersama itu mendapatkan pembenarannya ketika Juli 1997 di Indonesia mengalami krisis moneter yang mengakibatkan terjadi lonjakan harga-harga sarana produksi pertanian (pupuk, benih, pestisida) sampai 300% se-hingga para petani tidak bisa bertani lagi kecuali mulai dengan pertanian organik. Setelah peristiwa ini, banyak kalangan dari pengusaha, perguruan tinggi, pemerintah dan lembaga swadaya

nAudiensi AOI dengan DPD RI dan Kemtan: Bahas penjaminan organik komunitas Foto: Dok. AOI

Page 10: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

10 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

masyarakat lebih serius melihat peluang pertanian organik dan puncaknya pada tahun 2001, secara resmi Kemtan melalui salah satu Subdirektorat Jendral membentuk Otoritas Kompetensi Pertanian Organik (OKPO) dengan program yang terkenal “Go Organic 2010”.

Pasca Go Organic 2010

Lahirnya OKPO menggeser semangat dan medan perjuangan gerakan organik. Praktis tidak ada lagi keraguan untuk menggerakkan pertanian organik di Indonesia. Meskipun semangatnya sungguh berbeda, tetapi OKPO berhasil mendorong banyak pihak (pengusaha retail, Pemda, dan para petani, bahkan pengambil kebijakan pertanian) untuk memajukan pertanian organik. Program Go Organic mampu menetapkan 9 lembaga sertifikasi organik dengan memberi subsidi biaya sertifikasi bagi petani daerah. Hal itu mendorong bisnis ekspor produk organik seperti kopi dari Sumatera Utara, beras dari Jawa Tengah, madu dari Kalimantan Tengah, dan lain-lain.

Kehadiran OKPO sedikit menggeser romantisme organik masa lalu, sebab dukungan bisnis terlalu kuat daripada nilai-nilai organik, kebijakan subsidipun tidak ada arahnya mengingat kelompok tani yang dilepas dari subsidinya tidak mampu lagi memperpanjang sertifikasi (SPOI, 2012). Kelompok petani organik kecil tersingkir dari peluang pasar retail organik karena tidak mungkin mensertifikasikan lahannya. Apalagi pemerintah belum juga mengakui penjaminan organik komunitas

(Participatory Guarantee System-PGS) maka peluang pasar organik bagi kelompok tani kecil hanyalah penjaminan kepercayaan (self declare) atau penjaminan pihak kedua (lembaga swadaya masyarakat) yang dilakukan dengan sistem pasar “Teikei & direct selling”.

Akhirnya nilai organik diganti dengan satu lembar kertas sertifikat. Akibatnya setelah Go Organic 2010, yang dicari orang atau penggiat organik adalah sertifikat bukan lagi masa depan bumi yang lestari. Untuk konsumen Bina Sarana Bakti (BSB) sebagian besar lebih senang kalau produk organik ada sertifikat terutama yang dijual lagi ke outlet. Sedangkan konsumen yang langsung mengonsumsi produk organik tidak mempermasalahkan ada tidaknya sertifikat. Bagi mereka yang penting produk organik berasal dari BSB yang konsisten dikirim sesuai order. Konsumen sebenarnya ingin jaminan organik dari BSB. Mereka juga kurang paham bahwa lembaga sertifikasi pihak ke-3 lah yang berhak mengeluarkan sertifikat.

Sementara itu, hampir semua penggiat organik yang besar (termasuk LSM) mengarahkan potensi organik untuk pasar ekspor. Setiap ada berita ekspor perdana produk organik Indonesia menjadi sebuah kebanggaan besar baik pada taraf lokal atau nasional. Jadi produk organik sudah menjadi lahan bisnis bagi pengusaha, pemerintah (daerah), lembaga sertifikasi dan produsen (petani). Akibatnya sinergi ke-4 “stakeholder” ini akan menentukan arah pengembangan pertanian organik ke masa depan Indonesia.

Lembaga swadaya masyarakat yang masih setia mendampingi kelompok tani organik kecil terpaksa menyisir jalan lain yang penuh perjuangan. Idealisme untuk mendorong nilai-nilai organik menjadi basis pembangunan karakter petani terkadang membutuhkan kesabaran dan sesekali benturan paradigma organik itu sendiri. Masihkah jalan ideal ini terbuka? Tidak ada jalan sempit bagi pertanian organik, peluang petani organik kecil tetap saja terbuka lebar asal tetap teguh pada nilai- nilai organik (organis) yang sejati, yang tidak terbatas pada sebuah sertifikat tetapi berbasis pada keterbukaan, kejujuran dan kepercayaan.

Pengembangan pertanian organik di Indonesia membutuhkan kebijakan pemerintah yang lebih komprehensif (mewakili semua lapisan masyarakat baik yang kecil maupun yang besar). Namun pengembangan pertanian organik yang memanfaatkan kebijakan subsidi untuk biaya sertifikasi tidak ada masa depannya mengingat sistem subsidi hanya sesuai pada situasi darurat (sementara). Selanjutnya sangat diperlukan pengawasan terhadap lembaga sertifikasi organik untuk menjaga kualitas penjaminan organis pihak ke-3.

Pengembangan pertanian organik yang ideal juga harus berdasarkan nilai-nilai organik yang tumbuh pada kelompok basis (petani) bukan karena diawasi (disertifikasi) tetapi kesadaran akan masa depan bumi yang lebik baik. Pengembangan pertanian organik yang bijaksana memberi ruang dan membuka peluang terhadap penjaminan komunitas petani agar menjangkau kelompok tani yang memiliki lahan sempit. (*)

Y.P. Sudaryanto Direktur Bina Sarana BaktiTelp : 0251-8257913E-mail : [email protected]

10 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Isu Utama

Page 11: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

11Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013) 11Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Isu Utama

n Foto tanam padi oleh siswa-siswi Pelajar SMPN 209 Jakarta Foto: Dok. SMPN 209 Jakarta

Page 12: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

12 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Isu Utama

Sebagai pencetak generasi muda yang berkualitas dengan ilmu dan nilai-nilai luhur bangsa ini, sekolah

berupaya mewujudkannya melalui program dan pendidikan yang tepat dengan tujuannya. Program dan pendidikan itu terintegrasi sehingga siswa-siswi tidak hanya mahir dalam bidang studi tertentu, namun juga peduli dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan hidup maupun masyarakat sekitarnya. Alhasil bisa terwujud siswa-siswi dengan pola hidup berkualitas yang selaras dengan lingkungannya.

Masuknya program pendidikan lingkungan hidup di sekolah diharapkan mampu mengembangkan warganegara yang memiliki pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan masalah yang berkaitan, menumbuhkan kesadaran agar terlibat secara efektif dalam tindakan menuju pembangunan masa depan yang lebih baik.

Pendidikan Lingkungan Hidup memiliki tujuan seperti meningkatkan kesadaran

yang berhubungan dengan saling ketergantungan ekonomi, sosial, politik, dan ekologi antara daerah perkotaan dan pedesaan; memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap tanggung jawab, dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melindungi dan meningkatkan lingkungan; menciptakan pola baru perilaku individu, kelompok dan masyarakat secara menyeluruh menuju lingkungan yang sehat, serasi dan seimbang.

Dalam mengisi pendidikan lingkungan hidup ini, beberapa sekolah memilih mengembangkan pertanian organik. Diantaranya SMPN 209 Jakarta, SPP DKI Jakarta, SMKN 5 Surabaya Jawa Timur, SMPN 2 Surabaya, SMK 1 Baula Kolaka Sulawesi Tenggara, SMPN 2 Trawas Mojokerto, dan SMAN 1 Trawas Mojokerto.

Menurut Irwanto dari Kelompok Petani Brenjonk di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur, pendidikan dan pengembangan pertanian organik di sekolah baik untuk penyadaran pentingnya kesehatan dan lingkungan. Juga bisa memperluas informasi pertanian organik bagi masyarakat yang selama ini masih

kesulitan mendapatkan informasi dan produk organik.

Selama ini Kelompok Petani Brenjonk menjadi pelatih dan pendamping siswa-siswi sekolah dalam mengembangkan pertanian organik di sekolahnya. Ada sekitar 6 sekolah di tingkat SMP-SMA di Mojokerto yang sudah dilatih Kelompok Petani Brenjonk.

Bertani organik di sekolah

Pelajar SMPN 209 Jakakarta telah mempelopori inovasi penanaman padi organik dalam pot di atas atap masjid sekolahnya. Bahkan panen padi jenis Ciherang tersebut pada 2011 mendapat perhatian dari staf Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. Suhri, guru yang mengenalkan penanaman padi menyatakan, ini merupakan program yang sudah berjalan sejak 2007. Selain untuk mengembangkan program penghijauan lingkungan di sekolah, Suhri juga ingin mengenalkan para siswa tentang bagaimana menanam padi yang belum pernah mereka ketahui.

12 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

n Panen padi organik bersama guru dan siswa di SMPN 209 Jakarta

Foto

: Dok

. SM

PN 2

09 J

akar

ta

Page 13: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

13Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Isu Utama

Dengan mengetahui cara menghasilkan padi sebagai bahan makanan pokok ini, para siswa diharapkan bisa menghargai kerja keras petani yang selama ini memproduksi padi. Selain itu, para siswa juga lebih menghargai makanan yang dikonsumsi.

Awalnya ada 50-150 pot tanaman padi. Sekarang sudah berkembang menjadi 400 pot. Rata-rata hasil panennya mencapai sekitar 800 ons gabah kering. Jenis padi yang ditanam seperti Ciherang, Situbagendit, padi Jepang dan Inpari 13. Cara penanaman padi di pot ini cukup mudah dan murah, karena hanya menggunakan pot seharga Rp 5.000 per buah dan biaya fermentasi pupuk hanya Rp 1.000. Bahan seperti tanah dan pupuk kandang bisa didapatkan gratis. “Dalam tiga bulan bisa dipanen dengan produktivitas sekitar 200-300 gram gabah per pot. Dalam setahun minimal tiga kali panen” kata Suhri. Metode ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat perkota-an yang ingin menanam padi organik.

Sementara itu, tersedianya lahan yang cukup mendorong tim lingkungan hidup SMKN 5 Surabaya, Jawa Timur juga mengembangkan pertanian organik. Pada 2011 lalu, saat pembinaan dan pemantauan Surabaya Eco School, Muhammad Adharul Imron, siswa kader lingkungan hidup, dalam sebuah media nasional menyampaikan bahwa program pertanian organik sudah dimulai. Para siswa telah mengubah lahan tidur di samping ruang teori menjadi lahan per-tanian. Mereka telah menanam sayuran jenis terong, bayam, kangkung dan sawi.Pertanian organik yang mereka buat merupakan langkah lanjutan pemanfaatan kompos organik yang mereka hasilkan. SMKN 5 memiliki rumah kompos dengan produksi besar, mengingat banyaknya sampah daun yang dihasilkan tiap harinya di sekolah.

Surabaya Eco School 2011 adalah program lingkungan hidup berkelanjutan untuk sekolah-sekolah di Surabaya. Program yang memadukan kompetisi, pembinaan dan pemantauan ini diselenggarakan

oleh pemerintah kota Surabaya dan

Tunas Hijau. Pada tahun 2011 program

lingkungan hidup berkelanjutan Surabaya

Eco School diselenggarakan, melalui

program tersebut telah berhasil

mendorong sekolah-sekolah khususnya

di Surabaya memiliki berbagai program

unggulan lingkungan hidup dengan

melibatkan peran serta aktif segenap

warga sekolah.

Melalui Program Surabaya Eco School

2011 ini juga, siswa-siswi SMPN 2

Surabaya mengembangkan tanaman

organik. Diantaranya, budidaya sawi

organik. Hani Rizkia, Ketua Tim Lingkungan

SMPN 2 Surabaya, mengagendakan

program tersebut menjadi program

unggulan di program Surabaya Eco

School. ”Budidaya sawi bisa berjalan

karena pihak sekolah juga menyetujui,”

tutur Hani. Terlebih perawatan sawi lebih

mudah daripada jamur.

Tak ketinggalan dengan siswa-siswi di

Surabaya, SMK 1 Baula, Kolaka, Sulawesi

Tenggara, Jurusan Agribisnis Tanaman

Pangan dan Holtikultura, juga telah

menerapkan pertanian organik ke dalam

proses belajar mengajarnya pada 2012.

Melalui program ini, pihak sekolah ingin

mengajarkan siswa agar bisa

memanfaatkan tanaman secara alami,

tanpa menggunakan bahan kimia.

Guru SMK 1 Baula Bidang Pengendalian

Hama dan Penyakit Nurlina mengatakan,

salah satu tujuan sekolah menerapkan

pertanian organik yakni agar tanaman

yang nantinya dikonsumsi masyarakat

dan siswanya sehat karena tidak

mengandung bahan kimia sintetis. Selain

itu juga, melindungi tanaman dari

gangguan hama yang terkena penyakit,

serta melindungi para siswanya agar bisa

terhindar dari pestisida yang

menggunakan bahan kimia.

Menurutnya, salah satu keuntungan

yang didapatkan bila menerapkan

pertanian organik di sekolah adalah,

biaya yang digunakan tidak terlalu

mahal, mudah untuk dikerjakan, selain

itu juga tidak merusak lingkungan sekitar.

Lebih lanjut ia menambahkan, salah satu

jenis pelajaran pertanian yang diajarkan

kepada siswa yakni, pembuatan pupuk

bokasi yang dibuat dari sayur dan buah-

buahan. Selain itu juga, pestisida yang

dibuat dari bahan alami, seperti daun

papaya, umbi, gandum dan gamal. (*)

13Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

n Proses panen padi organik di SMPN 209 Jakarta Foto: Dok. SMPN 209 Jakarta

Page 14: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

14 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Daniel SupriyonoPadi Organik

SabirinTanaman Tahunan

Diah SetyoriniKesuburan Tanah

Agung PrawotoStandar dan

Sertifikasi

Toto HimawanHama dan

Penyakit Tanaman

YP SudaryantoSayuran Organik

Agus KardinanPestisida Nabati

Redaksi Ahli

Bagaimana Beralih ke Pertanian Organik

Kami ingin mengembangkan pertanian organik di daerah Sumatera. Bagaimana cara untuk beralih ke pertanian organik?Terima kasih

JoshuaJakarta

Jendela Konsultasi

YP. Sudaryanto menjawab:

Dalam pertanian organik dikenal istilah “masa transisi” yaitu masa yang diperlukan untuk membebaskan lahan dari segala potensi pencemaran sebelumnya. Syarat dan metodenya ada beberapa yang berbeda tergantung sejarah lahan dan potensi tingkat pencemarannya. Sedangkan cara beralih ke pertanian organik agak sedikit berbeda yaitu berfokus pada pemulihan situasi kehidupan dalam tanah dan kesehatan lingkungan sekitarnya.

Ada 2 cara yaitu yang langsung menghentikan penggunaan segala sarana produksi sintetis sejak awal dan ada yang memilih bertahap. Untuk yang langsung dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Biarkan lahan “bero” 1 - 3 bulan untuk memberi kesempatan alam bekerja menurut caranya yaitu melakukan “reaksi“ terhadap situasi apa adanya. Kalau lahan tercemar berat akan ada reaksi alam yang sesuai.

2. Pengolahan lahan sesuai peruntukannya. Setelah 3 bulan, untuk tanaman padi

mengikuti tata cara budidaya padi, untuk sayuran dimulai dengan membuat

bedengan (1x10 m) dengan sistem olah (Double Digging) untuk menambah bahan organik dan memperluas zona perakaran.

3. Penanaman kombinasi leguminosa dan tanaman tertentu. Misalnya: sesbania sesban dengan jagung, crotalaria

dengan kobis (improved fallow).

4 Penerapan sistem rotasi panjang ( leguminosa-leafcrop-fruithcrop- rootcrrop - kembali legum).

Diharapkan dengan rotasi tanaman memberi perubahan kondisi iklim mikro dan tanah lebih sehat (pulih).

5. Setelah 3 tahun penerapan rotasi, bebas pilihannya termasuk sistem

pendek (legum-non legum).

Beralih ke lahan organik berarti memberi kebebasan mahkluk hidup berkembang termasuk mikroorganisme dalam tanah sehingga input pupuk kandang, hijauan, legum, urine, pemulsaan menjadi sangat penting. Tanaman sebagai habitat predator seperti bunga kuning dan lain-lain. Penciptaan kebun yang beraneka ragam menjadi syarat kebun sudah beralih menjadi organik. Indikatornya cacing tanah, predator, bahan organik, aneka tanaman, pertumbuhan tanaman yang normal, OPT yang sedikit dan hasil yang stabil.

14 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Page 15: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

15Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013) 15Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Penjaminan mutu ke depannya merupakan hal yang penting dalam perkembangan pertanian organik di Indonesia. Meski saat ini kondisi standar pemerintah (SNI pangan

organik 6729 - 2010) belum wajib (mandatory) diterapkan oleh pelaku organik.

Kementerian Pertanian (Kemtan) melalui kelompok kerja pangan organik tengah menyiapkan peraturan menteri pertanian tentang tata cara penerapan sistem pangan organik. Sistem ini dibangun untuk melindungi konsumen dari manipulasi dan penipuan, melindungi produsen karena pengakuan sepihak yang menyesatkan, juga mem-beri jaminan bahwa produksi sesuai standar organik dan harmonisasi sistem produksi.

Jaminan yang dimaksud bahwa pangan organik yang diproduksi diperoleh melalui penerapan SNI sistem pangan organik. Dan itu hanya akan dapat digunakan bagi operator yang mendapatkan sertifikasi dari lembaga sertifikasi yang terakreditasi.

Meski kenyataanya tidak sedikit juga pelaku organik yang dari awal sudah menerapkan sistem pertanian organik (private standard) dan melakukan penjaminan sendiri. Khususnya untuk 80% petani kecil yang menghasilkan pangan organik. Lantas apakah ORGANIK milik petani besar?

Pernyataan itu bukan tanpa alasan, bukan rahasia lagi jika biaya sertifikasi pihak ketiga itu cukup besar bagi petani kecil. Sehingga banyak upaya yang dilakukan untuk memperkecil biaya sertifikasi, upaya seperti harmonisasi dan equivalensi, sebut saja Internasional Task Force on Harmonisation and Equivalence (ITF), Interna-sional Social and Environmental Accreditation and labeling Alliance (ISEAL), Certa All, dan IFOAM Family Standar.

Selain itu ada pengembangan sistem untuk membantu petani kecil yaitu sertifikasi bagi kelompok petani kecil dengan dasar Sistem Pengawasan Internal (Internal Control System - ICS) dan penjaminan mutu partisipatif (Participatory Guarantee System - PGS).

Penjaminan Organis

Oleh : Sucipto K. Saputro

Page 16: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

16 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Penjaminan Organis

16 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Kedua sistem ini dimaksudkan untuk meminimalisir biaya sertifikasi khususnya untuk petani kecil yang memasarkan produknya langsung kepada konsumen pengguna atau melalui rantai supply yang sangat pendek. Perkembangan sertifikasi organik di Indonesia Di tahun 2009, Indonesia memiliki 7 Lembaga Sertifikasi Pangan Organik (LSPO), kemudian pada tahun 2011 bertambah menjadi 8 LSPO. Namun perkembangan itu tidak berbanding lurus dengan luas lahan yang telah disertifikasi. Menurut data Statistik Pertanian OrganikIndonesia (SPOI) 2011, jumlah luas lahan yang telah disertifikasi 90.135,30 hektar (Ha) dan di tahun 2012 menurun 31% menjadi sebesar 62.127,82 hektar (Ha). Menurut Gardjita Budi, Direktur Mutu dan Standardisasi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dalam sebuah media nasional, selain pasar domestik, juga banyak permintaan datang dari luar negeri, sehingga ke depannya Kemtan menargetkan penambahan luas lahan organik bersertifikasi sebanyak 10%.

Target tersebut mungkin bisa saja berhasil, namun jika melihat kesiapan sertifikasi sebagai satu–satunya yang diakui secara domestik untuk mengembangkan pertanian organik, kok saya meragukan, coba kita lihat beberapa hal yang menjadi ganjalannya.

Biaya sertifikasi

Kondisi menurun itu akan terus terjadi karena mahalnya biaya sertifikasi menyurutkan minat petani mendapatkan sertifikasi organik. Saat ini biaya sertifikasi organik berkisar antara Rp 15 juta sampai Rp 40 juta, bergantung kondisi lahan kebun dan pertanian.

Menurut Triyan Aidilfitri, Marketing & Business Support Senior Manager PT Succofindo, biaya yang relatif tinggi mengakibatkan minimnya petani yang menghasilkan produk organik serta petani kecil yang tertarik mengurus sertifikasi organik. Apalagi sertifikasi yang menelan biaya puluhan juta hanya berlaku untuk masa tiga tahun.

Sementara itu Direktur Manajemen Tangkolo Farm, Kiki Rizki Effendi, menyatakan, mahalnya biaya sertifikasi membuat para petani enggan melakukan sertifikasi. Kiki mengatakan, Tangkolo Farm yang mempunyai 14 hektar lahan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan di Sukabumi, biayanya terlalu mahal karena sampai 50 juta rupiah. Kami juga harus mengeluarkan berbagai macam

biaya termasuk akomodasi penginapan dan kunjungan inspektur ke lapangan. Informasi mengenai sertifikasi organik dari delapan lembaga sertifikasi yang terakreditasi bisa dibilang samar-samar. Dari 8 hanya ada empat

lembaga sertifikasi saja yang mempublikasikan dirinya lewat website (salah satu media informasi). Dalam ISO 65 disebutkan bahwa lembaga sertifikasi harus menyediakan atau mempublikasikan informasi yang berkaitan dengan sertifikasi, salah satunya harga.

Hal ini sebetulnya sebagai kontrol kepada lembaga sertifikasi. Contohnya saja tidak sedikit operator yang mengetahui mekanisme banding dalam proses sertifikasi. Cukup beralasan karena jika ditelisik lagi ke dalam website lembaga sertifikasi di Indonesia, informasi bagaimana proses sertifikasi juga aplikasi tidak terpampang jelas di dalamnya.

Mungkin kecilnya informasi ini membuat tidak sedikit produsen bingung. Meski banyak produk organik yang beredar di supermarket maupun toko modern di Indonesia, baik itu bahan mentah maupun produk olahan. Bahkan ada juga restoran organik. Tapi coba saja dilihat di beberapa kemasan produk organik, tidak sedikit produk yang mencantumkan organik itu dengan menuliskan uji laboratorium dari produk tersebut.(*)

Sucipto K. SaputroProgram Officer Produksi dan PenjaminanAliansi Organis IndonesiaTelp./Fax : 0251-8316294E-mail : [email protected]

Page 17: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

17Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Penjaminan Organis

17Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Kesadaran akan pentingnya hidup sehat dan ramah lingkungan membuat masyarakat mulai melirik produk-produk sehat dan ramah lingkungan seperti

produk organik. Yang tak kalah pentingnya, dokter dan ahli gizi juga menyarankan pasiennya untuk menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi produk organik yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis ini. Alhasil konsumen semakin yakin untuk mencari dan mengonsumsi produk organik.

Lalu produk organik seperti apa yang konsumen cari? Apakah yang bersertifikat organik atau tidak? Sementara itu beberapa konsumen mengaku mendapatkan produk organik palsu. Produk tersebut berlabel organik namun setelah ditelusuri bukan dihasilkan secara organik.

“Saya dan keluarga baru saja mengonsumsi produk organik seperti beras dan sayur-sayuran biar sehat. Ya masih kadang-kadang saja,” ungkap salah satu pelanggan outlet organik D’ Natural di Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Buat pelanggan yang tidak mau disebutkan namanya ini, yang penting produk itu berlabel organik. Dia tidak memper-masalahkan apakah produk organik itu bersertifikat organik atau tidak. Bahkan dia belum tahu bila ada tanda khusus (Organik Indonesia) untuk produk organik pada labelnya.

Begitupun dengan Nurhadi, konsumen organik dari Bekasi, Jawa Barat ini. Dia tidak mempermasalahkan produk organik yang dikonsumsinya bersertifikat atau tidak. Namun yang terpenting buatnya, produk organik itu bisa dipercaya dengan jelas asal-usulnya, baik petani maupun agen penjualnya. Sehingga bila ada komplain terkait kualitas produk itu bisa tersampaikan dengan benar dan tepat.

Menurutnya, produk organik yang bersertifikat atau yang

belum bersertifikat namun jelas asal-usulnya penting untuk

mencegah pemalsuan produk organik. Dari pengalamannya,

Nurhadi pernah mendapatkan produk organik yang palsu.

Sebagai penjual produk-produk sehat dan organik, Sherly

pemilik dari D’Natural di Surabaya, Jatim, lebih memilih

produk organik yang bersertifikat. Hal ini untuk melindungi

konsumen dan menjawab pertanyaan atau komplain dari

pelanggan yang kritis dan tidak percaya akan keaslian produk

organik. Ada sekitar 10-20 orang pelanggan yang komplain

akan kualitas atau keaslian produk organik. Untuk

menjawabnya, Sherly tinggal menunjukan bahwa produk

organiknya bersertifikat dan bisa dipertangunggjawabkan.

Sementara itu Hira Jhamtani, pemilik toko Satvika Boga yang

menjual produk-produk organik mengungkapkan bahwa

sedikit sekali konsumen yang menanyakan sertifikat produk

organik. “Yang mereka tanyakan biasanya adalah produk dari

mana dan bagaimana kami tahu itu organik.

Faktor kepercayaan menjadi lebih penting bagi mereka,”

jelas Hira.

Buat Hira, produk bersertifikat tujuannya baik, tapi kenyataan

di lapangan memperlihatkan kesulitannya. Misalnya, ada

petani sayur yang saat diminta mengirim sayur ke toko,

mengatakan bahwa dia sedang tidak menanam karena tidak

ada proyek. Jadi mereka menanam jika sudah ada pembeli

yang memesan. Artinya petani menjadi petani bila ada

pembeli partai besar, ungkap Hira. (*)

Page 18: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

18 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Profil

Deasy NoviantiFoto: Kapanlagi.com

Aktivitas yang padat tak membuat Deasy Novianti melupakankesehatan. Baginya kesehatan adalah utama agar bisa selalu fit dalam beraktivitas. Jadwal kerja yang padat dengan situasi lingkungan yang

berbeda-beda membuatnya berhati-hati agar kondisi tubuhnya bisa selalu menyesuaikan diri, sehat dan tidak mudah sakit. Caranya dengan menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Dengan makan makanan yang sehat membuat tubuh mendapat asupan nutrisi yang baik sesuai kebutuhan tubuh.

Presenter cantik inipun memilih mengonsumsi bahan makanan organik. Sejak 2007, ketika awal menyusui anak pertamanya, Deasy (33) memutuskan memilih menu makanan organik karena lebih sehat tanpa mengandung pestisida kimia yang berbahaya untuk tubuh.

Seperti diketahui pestisida kimia tidak baik bagi kesehatan tubuh manusia. Terutama bagi konsumen dengan pola makan makanan mentah. Telah dilaporkan pula bahwa residu pestisida bisa masuk ke ASI sehingga ibu-ibu dilarang untuk menyusui anaknya. Dapat dibayangkan bila seorang bayi meminum ASI yang tercemar pestisida maka sejak usia bayi dia telah mengalami peracunan.

Dengan menghindari makanan toksik yang berpestisida juga bisa membantu mencegah kegemukan selain dengan menjaga pola konsumsi secara keseluruhan. Tak heran bila Deasy semakin mantap memilih menu makanan organik terutama sayur-sayuran sebagai menu pendamping ASI saat menyusui bayi yang disayanginya. Selain membuat tubuh dan bayinya lebih sehat, Deasy pun ingin mengenalkan anak-anaknya tentang produk organik sejak dini.

“Saya ingin anak-anak saya mendapat asupan makanan yang sehat sejak dini dengan mengonsumsi organik melalui pola makan yang diterapkan orang tua, anak dan keluarga,” ungkap ibu dari 2 orang anak ini.

Meski tidak terjadi secara instan, namun Deasy mengaku ada perbedaan sebelum dan sesudah mengonsumsi organik.

18 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Page 19: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

19Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Profil

Sebelum mengonsumsi organik, Deasy sering mengalami gangguan tenggorokan dan flu. Tapi setelah mengonsumsi organik, dirinya jadi jarang sakit atau gangguan tenggorokan lagi.

Menurutnya, menu makanan organik dengan pengolahan yang benar akan menghasilkan asupan nutrisi yang diperlukan tubuh. Alhasil tubuh menjadi fit dan sehat. Selain telah membuktikannya sendiri, pendapat Deasy tersebut juga di-perkuat para pakar seperti ahli gizi. Salah satunya Mae-Wan Ho, ahli pangan dan gizi mengatakan bahwa penyebab sakit adalah lingkungan dan sosial. Maka yang berperan penting dalam menjaga

kesehatan fisik dan mental seseorang adalah gizi permulaan dan perawatan dari orang tua.

Tak heran jika Deasy rela mengonsumsi menu organik yang awalnya dirasa kurang enak karena tanpa penyedap. Yang terpenting dia bisa memberikan asupan gizi yang sehat buat bayinya sejak dini. Namun setelah mengonsumsi organik dengan pola masak yang tepat, Deasy akhirnya bisa merasakan bahwa menu organik juga enak selain nilai gizinya lebih baik. Anak pertamanya yang saat ini berusia 5,5 tahun juga lebih sehat dan jarang sakit. Kalaupun sakit, dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, Jazmeen Indira Arkani, anak

Deasy yang pertama ini lebih

cepat sembuhnya.

Nilai lebih buat organik

Melihat manfaat produk organik bagi kesehatan ini, harga bukanlah menjadi

masalah. Sudah selayaknya produk organik lebih mahal daripada produk non organik. Bagi Deasy dan konsumen lain yang mengetahui manfaat pangan organik pasti tidak akan sayang membayar lebih mahal untuk memberi nilai lebih produk organik. Mereka akan menyadari bahwa biaya kesehatan yang harus dibayarkan bila sakit karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat akan lebih besar daripada biaya membeli produk organik.

Buat Deasy, ini adalah pilihan bagi konsumen. Ingin membayar lebih mahal untuk produk organik dan sehat atau membayar lebih murah untuk produk non organik namun tidak sehat. Dengan uang yang pas-pasan, konsumen juga bisa mengatur konsumsinya. Bila ingin mengonsumsi produk organik tidak harus setiap hari, tapi seminggu sekali dulu. “Tidak berat kok kalau melihat manfaat produk organik,” jelas Deasy.

Selain karena bermanfaat untuk kesehatan,

n Aktivitas Deasy Novianti sebagai narasumber di talkshow AOI pada 2011

Foto: Dok AOI

19Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Page 20: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

20 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)20 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Deasy juga telah mempelajari mengapa

produk organik itu mahal. Saat menjadi

salah satu narasumber di talkshow yang

diselenggarakan Aliansi Organis Indone-

sia (AOI) 2011 lalu, Deasy

mengungkapkan bahwa penyebab

Profil

produk organik mahal karena praktik per-

tanian organik memerlukan kerja keras,

kesabaran, kecekatan dan

ketrampilan yang lebih dari petani. Mulai

dari menyiapkan pupuk organik, lahan,

benih, perawatan tanaman dari

hama dan tanaman pengganggu.

Para petani organik tidak menggunakan

bahan-bahan kimia sistetis dan

memperlakukan tanaman dan lingkungan

secara hati-hati. Tak ayal produk yang

dihasilkan dan lingkungan sekitarnya

bebas dari pencemaran bahan-bahan

kimia sintetis seperti pestisida.

Sayangnya produk organik hanya

ditemukan di tempat-tempat khusus

seperti swalayan. Deasy masih sulit

mendapatkannya di pasar tradisional.

Dia juga mesti teliti memilih produk

organik meski berlabel organik, apalagi

yang tidak berlabel. Kadang produk

organik yang berlabel pun masih

membuatnya ragu karena

bentuknya yang bagus. Yang Deasy

tahu bentuk produk organik tidak

begitu bagus. Maka untuk lebih aman,

Deasy memilih produk organik berlabel

(bersertifikat) atau yang dijual di swalayan

karena pasti melalui proses quality control

(pengawasan kualitas). Produk organik

yang biasa dikonsumsi Deasy seperti

beras, sayur-sayuran, kecap, gula, garam,

telur dan biskuit.(*)

Aliansi Organis Indonesia (AOI) kembali menerbitkan SPOI untuk yang ke-5 kalinya. SPOI 2012 ini memuat data-data statistik pertanian organik Indonesia, trend pertanian organik, informasi dan pengetahuan mengenai pertanian organik, dan database pertanian organik Indonesia terkini.

Berminat?Hubungi Rizki Ratna : [email protected] / [email protected]./Fax : 0251- 8316294Hp. : 0857-21519878

“Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2012”barometer perkembangan pertanian organik nasional

Nama Buku :STATISTIK PERTANIAN ORGANIK INDONESIA 2012

Jumlah Halaman : 70 hal + xiv

Harga : @ Rp.100.000 (belum termasuk ongkos kirim)

Kami hanya mencetak 200 pcs.so, dapatkan

bagi 50 pembeli pertama

discount25%

Page 21: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

21Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013) 21Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

n Display produk organik

Foto

: Dok

AO

I

Page 22: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

22 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

a. Membuat produk organik ini dapat

memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat.

b. Membuat para penyedia produk

organik/petani bersedia membudi-

dayakan produk organik.

c. Menyelematkan alam dan lingkungan

melalui pertanian organik.

d. Peningkatan ekonomi masyarakat.

Salah satu pengembangan yang efektif

saat ini adalah dengan mulai memasarkan

produk organik. Tetapi lagi-lagi pasar lokal

tidak mampu untuk menampungnya

karena harganya yang relatif lebih tinggi

dan kalah bersaing dengan harga produk

non organik. Untuk terobosan, cara yang

paling efektif dengan membuka jaringan

pemasaran sendiri. Mengaca pada hal

inilah Warung Hijau Trukajaya bergerak

Agribisnis

n Aneka produk organik

Foto

: Dok

. AO

I

Produk organik pada masa ini

memang bukan hal yang baru.

Masyarakat mengerti apa dan

kegunaan produk organik, tetapi

pengetahuan dan pengertian ini tidak

dibarengi dengan kesadaran untuk

menjadikan produk organik ini sebagai

kebutuhan untuk dikonsumsi. Masyarakat

masih terbentur dengan harga yang

“sedikit mahal”, akses untuk memperoleh

produk dan keraguan akan keaslian

produk organik. Dilema inilah yang sering

dihadapi oleh para pelaku penyedia

produk (dalam hal ini petani) untuk

menghasilkan produk organik.

Hal tersebut merupakan satu tantangan

dalam pemasaran produk organik di

masyarakat, baik pemasaran pada pasar

lokal, retail maupun skala ekspor. Hal–hal

mendasar yang harus diperjuangkan

dalam hal ini adalah:

22 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Oleh : Enny Setyowati

untuk membantu petani membuka

jaringan produk organik kepada

masyarakat. Untuk mempermudah

Page 23: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

23Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Agribisnis

sistem organik. Selain biaya produksi

yang bertambah, penurunan hasil akan

berakibat pada kenaikan harga barang

yang mungkin tidak dapat diterima

pasar. Maka harus diberi pengertian

bahwa harga produk mahal tidak masalah

asalkan berkualitas. Petani harus mampu

memberikan efek “kepercayaan” akan

produk yang dihasilkan kepada

konsumen. Artinya petani sendiri secara

jujur mampu menjalankan dan menjamin

produk yang mereka hasilkan benar-

benar organik. Entah berapa persen

kadar organiknya, yang terpenting adalah

kejujuran kepada konsumen.

Penyiapan selanjutnya adalah

membangun kesadaran kepada petani

bahwa yang dihasilkan ini tujuannya

tidak hanya di pasar lokal semata, tetapi

akan dapat menembus pasar lebih luas.

Mengingat saat ini yang memiliki daya

beli produk organik ini adalah kalangan

menengah ke atas, maka pemasarannya-

pun pasti di supermarket yang berkelas

seperti supermarket, outlet khusus dan

lain-lain. Untuk kualitas, kuantitas dan

mungkin juga ukuran produk memang

harus mengikuti permintaan konsumen

atau pasar.

Kemampuan petani untuk menghasilkan

produk secara kontinu /

berkesinambungan juga sangat

memegang peranan. Masyarakat atau

pasar membutuhkan produknya secara

berkelanjutan dengan jenis yang

bervariasi dan jumlah yang mungkin

sedikit. Kemampuan untuk membudi-

dayakan tanpa mengenal atau tergantung

dengan musim dan cuaca sangat penting.

Kontinuitas dan keanekaragaman

permintaan produk ini dapat disiasati

dengan berkelompok. Masing-masing

petani bisa memiliki spesialisasi produk

yang digabungkan untuk sebuah

pemasaran. Penjaminan kepercayaan

(trust), kualitas yang sesuai dengan

permintaan, kontinuitas, dan keaneka-

Sayur mayur organik nFoto: Dok. AOI

23Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

ragaman produk ini bila disatukan akan

mempermudah petani untuk membentuk

pemasaran yang mampu bersaing.

Penentuan lokasi dan segmen pasar

dimana akan menjual produk ini juga

menjadi kunci penting, karena kalau

produk tidak terjual tidak ada artinya

bagi petani. Penentuannya harus jelas

siapa saja yang akan dijadikan target

konsumen. Setelah itu lihat dimana

mereka biasanya berkumpul,

menghabiskan waktunya dan berbelanja.

Jawaban menjadi penentu. Bijaksana

kalau kita memasarkan atau menjajakan

produk-produk ini di tempat dimana

target ini biasa berkumpul, seperti

mengambil ikan dengan jala. Yang pasti

produk organik untuk saat ini belum

100% diterima di pasar lokal. Selain

harga, informasi atas produk ini juga

terbatas bila dijajakan di pasar lokal.

Diperlukan tempat khusus dimana

konsumen bisa mendapatkan informasi

sebanyak-banyaknya tentang produk ini.

Untuk itu penyelenggara pasar (market)

ini harus mampu memberikan ruang

dan waktu untuk memberikan semua

informasi kepada konsumennya.

Warung Hijau Trukajaya menggunakan

sistem pesan antar, dimana konsumen

bisa memesan produk yang

dikehendaki. Harapannya dengan proses

ini konsumen memiliki kesempatan

untuk mendapatkan informasi langsung

kepada petugas dan pengantar barang

sebagai jaminan dan pertanggung-

jawaban atas produk yang diberikan,

selain juga memberikan kemudahan

bagi mereka yang tidak memiliki cukup

waktu untuk mendatangi outlet. Selain

itu pemasaran produk dengan bekerja-

sama dengan supermarket terdekat

adalah salah satu penjaringan konsumen

dimana mereka sering berkumpul.

Selanjutnya perlu juga ada kegiatan

yang memudahkan konsumen dengan

melakukan sekali kunjungan semua

kebutuhan terpenuhi.

jaringan pemasaran ada beberapa

langkah stategis yang harus ditempuh:

1. Penyiapan produsen

Penyedia produk dalam hal ini petani

harus disiapkan dengan benar baik pola

pikir maupun tindakan mereka bahwa

membudidayakan produk organik ini

menguntungkan. Semua masyarakat

membutuhkan. Berbarengan itu pula,

harus disadarkan bahwa persaingan

pemasaran produk ini sangat ketat.

Tidak mudah memang untuk tahap ini,

apalagi untuk petani pemula dengan

Page 24: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

24 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

2. Inovasi dalam proses pemasaran

Ketika beberapa produk organik sudah merambah ke pusat-pusat perbelanjaan jangan cepat puas. Pengembangan-pengembangan mulai harus diperhatikan, diantaranya:

a. HargaBuat harga yang terjangkau, artinya dengan kemasan yang lebih kecil dan harga yang rendah. Konsumen cenderung memilih harga rendah walaupun dengan jumlah dan kemasan yang kecil. Kepandaian memainkan nominal harga juga ikut berperan, misalnya produk dengan harga Rp 9.900,- akan cepat laku dibanding dengan bandrol harga Rp 10.000,- walaupun kalau dipikir terpautnya hanya 100, dan nilai uang ini untuk sekarang sangat kecil. Beberapa konsumen akan suka berbelanja dengan harga-harga yang relatif rendah dan biasanya akan membeli dalam jumlah yang lebih banyak, misalnya barang yang sama dengan ukuran yang lebih sedikit dijual dengan harga Rp 2.000,- dan Rp 5.000,- dengan ukuran yang lebih banyak, pasti akan cepat laku yang Rp 2.000,- dan beberapa kosumen cenderung akan membeli lebih dari 1 walaupun tidak butuh.

Agribisnis

24 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

b. KemasanBerikan kemasan semenarik mungkin, dimana produk yang ditawarkan terlihat jelas kepada konsumen, sehingga konsumen bisa memilih langsung tanpa harus banyak membuka. Selain itu kemasan produk organik juga harus memperhatikan lingkungan, artinya kemasan yang diberikan tidak hanya menarik untuk dilihat tetapi juga ramah lingkungan, menjamin tidak merusak produk dan aman bagi kesehatan. Bila dimungkinkan cantumkan beberapa informasi penting tentang produk yang dikemas, serta pihak-pihak yang bertanggung jawab atas produk tersebut. Hal ini berguna untuk menjamin keaslian produk kita.

c. KualitasBerikan kualitas yang sepadan dengan harga produk, dalam hal ini yang terpenting adalah kualitas sesuai standar yang diberlakukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Keaneka-ragaman jenis juga memberikan dampak, jangan puas dengan jenis yang sudah dihasilkan. Secara bertahap tambahkan jenis produk, atau juga dapat dilakukan dengan mengombinasikan beberapa bahan dalam sebuah kemasan untuk satu komoditi baru.

d. Penyediaan sarana dan prasarana pendukungSarana dan prasarana pendukung untuk proses pemasaran ini dengan memperhatikan faktor promosi, dimana memperkenalkan produk kepada konsumen sampai mereka tertarik untuk mengonsumsinya. Meskipun produk sudah menguasai pasar, tetapi pro-mosi dan pencarian konsumen baru tetap harus dilakukan. Ada masanya konsumen akan mengalami kejenuhan, ketika satu konsumen mengalami titik jenuh, konsumen yang baru sudah siap. Brosur– brosur, informasi dari mulut ke mulut dan lain-lain bisa digunakan untuk menarik konsumen.

Keberhasilan sebuah pengembangan memang tidak bisa lepas dari sistem organisasi yang baik dari para penyedia pasar. Oleh sebab itu manajemen pengaturan pengelolaan unit pemasar harus diperhatikan. Ketika semua sudah menjalankan perannya dengan baik, maka pasar akan terbukadan berjalan sesuai tujuan. (*)

Enny SetyowatiStaff Warung Hijau TrukajayaJl. Cemara II No. 65, Salatiga-Jawa TengahTelp. : 0298-322433E-mail : [email protected]

Page 25: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

25Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Mikroorganisme mempunyai dua fungsi penting dalam pertanian antara lain:1. Mikroorganisme menguraikan senyawa organik

komplek menjadi nutrisi yang siap diserap oleh tanaman.

2. Mikroorganisme menghasilkan zat-zat yang berguna seperti antibiotic, enzim, dan asam

laktat yang mampu menekan pertumbuhan penyakit dan memdukung kondisi tanah yang sehat.

Cara eksplorasi mikroorganisme lokal

Bahan terbaik untuk membiakan mikroba adalah nasi tetapi tidak boleh terlalu lembut dan lengket, karena bakteri aerobik [yang memerlukan udara] tidak bisa hidup di lingkungan seperti itu. Dengen cara sebagai berikut:

MIKROBA 2Cara pembuatan:Ambil nasi perak 100 gram dan masukan ke dalam piti, selanjutnya gali tanah di bawah pohon bambu

25Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Mikroorganisme adalah mahluk hidup renik [mikroskopik] yang terdapat dan telah hidup beberapa waktu di suatu

lokasi tertentu. Mikroorganisme Lokal (MOL) sangat berguna dalam dunia pertanian karena sangat kuat dan efektif. Pertanian organik atau alami menganjurkan penggunaan MOL karena mikroorganisme terbaik adalah yang berasal dari lingkungan setempat [ spesifik lokasi ].

Mengapa MOL penting ?

Pertanian hanya akan menghasilkan panen yang baik jika lahan yang diberdayakan memiliki kondisi tanah yang sesuai untuk jenis tanaman yang dibudidayakan. Mikroorganisme memainkan peranan penting dalam pengolahan tanah sehingga sesuai dengan pertumbuhan tanaman.

Bersama binatang kecil di dalam tanah, mikroorganisme secara harmonis memperbaiki kondisi tanah dan membantu pertumbuhan tanaman. Mereka membantu menghancurkan bahan organik dalam tanah menjadi nutrisi yang siap diserap oleh tanaman yang di budidayakan.

Info Organis

Oleh : Sutriyono

Page 26: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

26 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Info Organis

26 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

20 cm, nasi yang sudah disiapkan masukan ke dalam lubang tersebut dan ditutup dengan daun bambu yang kering, setelah 7 hari nasi tersebut akan tumbuh jamur berwarna kuning, putih, hijau, merah. Ambilah nasi tersebut dan masukan ke dalam stoples pas di tengah, masukan pula gula merah sebesar ibu jari tutuplah stoples dengan kertas, setelah 12 jam gula akan meleleh menandakan mikrobanya banyak, selanjutnya tambahkan gula merah 100 gram difermentasi selama 10 hari. Ini disebut MIKROBA 2.Catatan:Menggunakan gula merah /molase se-bab gula merah mengandung mineral, kalsium [Ca], potassium [K], besi [Fe], dan magnesium [Mg].

MIKROBA 3Cara pembuatan:Ambil larutan mikroba 2 , campur dengan air perbandingan 1 cc: 1 liter air. Campuran ini kita gunakan untuk membasahi bekatul dengan tingkat kebasahan 60 %, kemudian taruh di atas tanah/ubin dengan ketebalan 15 cm dan ditutup jerami agar tidak kena hujan /panas , fermentasi selama 5 hari sudah jadi.

MIKROBA 4Cara pembuatan:Ambil tanah gunung dengan

Lactid Acid Bacteria atau Bakteri Asam

Laktat (BAL) merupakan

mikroorganisme yang bersifat

anaerobik, umumnya mereka dibiakan

dalam media cair yaitu air cucian beras

dan susu, di lingkungan yang tidak

beroksigen. Bakteri itu memecah gula

menjadi asam laktat. BAL memecah

mineral yang terserap dalam tanah dan

tidak mudah larut, sehingga mudah

diserap oleh tanaman. BAL sangat efektif

dalam memperbaiki ventilasi udara di

tanah, memicu pertumbuhan tanaman

buah, sayuran. Jika tanaman menyerap

BAL maka ia akan meningkatkan

toleransi terhadap penyakit dan

bertahan terhadap hujan

[cekaman biotik dan abiotik].

Bakteri asam laktat dari kacang buncisBahan: Kacang buncis, gula merah

Alat: Blender, botol steril

Cara pembuatan:1. Buncis dikukus, tambahkan sedikit

gula merah, lalu diblender.

2. Waktu jus buncis hangat tuangkan ke

dalam botol steril, selanjutnya botol

ditutup dan disimpan dalam kulkas.

3. Selama disimpan cairan dan

padatan dalam botol akan terpisah.

Cairan dalam botol adalah bakteri

asam laktat [ BAL] murni. Metode ini

bermanfaat untuk memisahkan BAL

yang dapat hidup pada suhu 100C. (*)

SOLUSI PERTANIAN BERKELANJUTANPERANAN MIKROORGANISME TANAH DALAM PENYEDIAAN UNSUR HARA

ketinggian 750 dpl dengan maksud

untuk mendapatkan mikroba yang

tahan dingin lebih kuat, lalu tambahkan

tanah lahan yang akan digarap dengan

perbandingan 2:1:1 [ 2 kg mikroba 3, 1kg

tanah gunung, 1 kg tanah lahan] campurlah

menjadi satu dan difermentasi selama 5

hari.

Selanjutnya mikroba 4 siap kita tebarkan

ke lahan, namum akan lebih baik apabila

aplikasinya ditambah dengan arang sekam,

dengan perbandingan 3 kg mikroba 4:1

kg arang sekam. Dosis satu hektar

membutuhkan 1,5 ton MIKROBA 4.

Pemakaian mikroba selama 3 tahun

berturut-turut akan memperbaiki kondisi

lahan pertanian sehingga Ekosistem akan

hidup kembali. Hal itu akan

menghasilkan bahan makanan yang

sehat yang tidak mengandung bahan

berbahaya beracun. (*)

Lactid Acid Bacteria

Page 27: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

27Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Info Organis

27Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Cara menggunakan BAL

Asam laktat digunakan dengan pengenceran 1000 x [1cc : 1 lt air].

Kebanyakan mikroorganisme bersifat aerobik maka dengan menggunakan

Jamur Trichoderma spp, merupakan agen hayati yangbanyak diteliti oleh para ahli tentang kemampuannya

untuk mengendalikan jamur dan bakteri perusak tanaman yang bermanfaat dalam pertanian organik juga. Spesies yang banyak adalah Trichoderma viride, Trichoderma Hamantum, Trichoderma harsianum. Jamur ini merupakan jamur saprofit yang hidup di tanah dan mudah dieksplorasi, diproduksi massal dengan media buatan. Jamur Trichoderma spp dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit. Trichoderma spp juga bisa digunakan sebagai dekomposter pembuatan kompos, karena mempercepat pelapukan bahan organik. Trichoderma spp merupakan cendawan mikroskopis yang termasuk dalam kelas Deuteromicetes. Koloninya berwarna hijau muda sampai dengan hijau tua yang memproduksi konidia berbentuk globus sperti buah anggur dengan pertumbuhan yang cepat.

Mekanisme antagonis adalah akibat persaingan makanan dan tempat tumbuh, pengrusakan dinding sel patogen dan bersifat antibiosis. Trichoderma spp menghasilkan toksin gliotoksin, Trichodermin, enzin kitinase dan beta 1,3- glukonase yang dapat menekan pertumbuhan patogen tular tanah (cendawan yang dapat menyebabkan tanaman menjadi sakit) seperti penyakit layu Fusarium sp, Pseudomonas sp, Phitum sp, Sclerotium sp, Rhizoktania sp pada tanaman cabai, tomat, melon, semangka, pisang, kentang, kobis, jeruk, JAP pada karet dan lain-lain.

BAL sebagai Pupuk Probiotik

AgensAntagonis

BAL yang bersifat anaerobik kita bisa memperoleh keadaan yang seimbang. Contoh Kompos akan lebih baik apabila kita tambahkan BAL karena asam laktat [asam organik] dapat mencegah

kerusakan kompos. Mikroba yang dihasilkan dari BAL merupakan pembajak yang kuat, dapat masuk ke dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur. (*)

Teknis aplikasi bisa dengan perendaman benih, atau menyiramkan spora yang telah dilarutkan dengan air ke tanah di sekitar leher akar tanaman, atau langsung dicampur dengan pembuatan pupuk bokashi.

Trichoderma spp sangat efektif pada tanah masam, pH netral, perkecambahan yang terhambat, dan bahkan tidak berkecambah pada kondisi basa. (*)

SutriyonoAnggota Kelompok Tani JATI JAYADs. Sawangan, Kec. KebasenKab. Banyumas, Jawa TengahHp: 081380810713

n Kenalkan organik dengan berkunjung di pameran organik.

Foto

: Dok

. Sut

riyon

o

Page 28: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

28 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Bijak di Rumah

28 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Kenalkan organik ndengan berkunjung di pameran organik

Foto: Dok. AOI

Gaya atau cara hidup organik (organis) tidak hanya makanan saja akan tetapi mencakup

seluruh area kehidupan. Memberi contoh dan belajar untuk menyesuaikan bersama adalah pembelajaran yang perlu dilakukan secara konsisten, dan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan setiap anggota keluarga. Kebiasaan gaya hidup yang sehat, organik serta berkelanjutan dapat dibangun sedini mungkin dalam keluarga inti yang terdiri bapak – ibu dan anak-anak. Masa pembelajaran bisa dimulai dengan cara sederhana dalam perilaku keseharian di rumah dengan cara sederhana yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Investasi terbesar kita ada di pola konsumsi anak dan remaja yang merupakan generasi penerus, di tengah maraknya kebiasaan konsumsi instan tanpa memperhatikan aspek keamanan, nilai nutrisi, dampak terhadap lingkungan dan berkeadilan untuk semua unsur yang terlibat di dalamnya. Yang perlu diperhatikan dalam melangkah menuju gaya hidup organik diantaranya:

Kebutuhan - Untuk semua area kehidupan, menentukan kebutuhan merupakan keputusan utama. Semakin mudah seseorang mengetahui kebutuhannya akan memudahkan dalam membuat keputusan. Kebutuhan seseorang ada batasnya, sedangkan keinginan tidak terbatas. Dengan mengetahui serta memutuskan kebutuhannya akan memudahkan seseorang untuk tahu pola konsumsi dirinya. Berubah – Perubahan perilaku yang menjadi contoh dari anggota keluarga yang sudah menyadari akan pentingnya gaya hidup organik merupakan unsur yang penting. Terutama untuk anggota keluarga yang balita, usia sekolah dan muda, dengan contoh yang terlihat dalam keseharian akan memudahkan anggota keluarga menjadikan kebiasaan dengan adanya contoh yang dilakukan konsisten.

Dukungan – Dukungan semua anggota keluarga sangat dibutuhkan, dari pasangan serta anak. Semua merupakan partner untuk bersama merubah kebiasaan yang

ada atau telah menjadi kebiasaan. Selain dukungan keluarga inti, bisa diluaskan dengan dukungan sekitarnya misalnya kelompok, komunitas dan lain-lain.

Kreatifitas dan kepekaan – Kreatifitas dibutuhkan dimana dengan semakin cepatnya kehidupan yang serba instan. Tentunya dibutuhkan kreatifitas untuk menyiasati semua sesuai dengan sumber daya yang tersedia, baik waktu, ruang dan material. Kepekaan secara disadari

melatih semua panca indra yang ada, sehingga membuat diri kita terhubung dengan alam sekitarnya yang akan membantu menciptakan tanggung jawab, keseimbangan dan kedamaian.

Sikap konsisten - Selain contoh, sikap konsisten sangat dibutuhkan. Sesuai dengan berjalannya waktu akan terlihat hasilnya setelah semua dilakukan secara konsisten. Semua perilaku yang organik dapat berjalan tanpa paksaan sehingga

Oleh : Bibong Widyarti

Terapkan cara hidup organik di semua lini sejak dini, karena hidup organik tidak hanya makanan akan tetapi mencakup tubuh, pikiran serta jiwa yang mengusung perilaku organik

Page 29: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

29Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013) 29Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

tetap bisa dilakukan dengan senang hati penuh gairah serta bertanggung jawab.

Secara garis besar, kebutuhan dalam keseharian bisa digolongkan dalam dua bagian : Pangan dan Non Pangan (Kebutuhan pribadi seperti sandang, perlengkapan harian, dan jasa).

Pangan

Makan yang disadari tidak hanya mengenyangkan saja tetapi juga mempunyai kekuatan untuk perkembangan seseorang secara holistik. Bahan pangan yang baik dapat ditelusuri dari lahan pertanian hingga terhidang di piring makanan (from farm to table).

Mengajak anak dan remaja melakukan kebiasaan makan sehat dan memenuhi kecukupan gizi tidaklah mudah. Hal terpenting yang harus dibangun adalah kesadaran akan pentingnya makanan, serta contoh nyata perilaku orang tuanya.

Banyak cara yang dapat dilakukan tanpa memaksa, melainkan dengan membangun komunikasi dua arah tentang perilaku makan yang organik, diantaranya:o Menu yang diatur setidaknya dengan

putaran 3 minggu yang disesuaikan dengan musim, disesuaikan juga dengan menu baru dan makanan kesukaan atau favorit keluarga,

dengan memasukan variasi makanan asli Indonesia.

o Keluarga inti diajak bersama untuk menentukan kesepakatan tentang pemilihan bahan pangan,

mempersiapkan hidangan serta dimana untuk mendapatkannya.

o Membiasakan sejak dini anak membawa bekal makanan dari rumah

sehingga mengurangi akan asupan makanan yang tidak diketahui asal usulnya serta kualitasnya.

Perubahan sederhana untuk variasi makanan atau asal bahan pangan dapat membantu pintu eksplorasi pada anak –anak kita, secara umum bisa dilakukan dengan berbagai ben-tuk, warna, rasa dan tekstur makanan yang diolah sedemikian rupa.

o Belanja secara komunitas yang menghasilkan produk organik dapat membangun kesadaran keluarga untuk bersama melihat kegiatan pertanian organik.

o Memutuskan bersama untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah

yang sesuai kebutuhan sehingga makanan tidak berujung di tempat sampah karena tidak terkonsumsi,

o Cara mengonsumsi makanan yang baik juga sangat perlu diterapkan dalam keseharian, seperti makan dengan cara duduk bersama di meja makan, menguyah secara perlahan sambil menikmati makanan, tidak menikmati makanan sambil

menonton tv. o Tidak membiasakan menggunakan

makanan sebagai hukuman ataupun keberhasilan. Dukung untuk lebih banyak konsumsi buah dan sayuran serta air putih.

o Berkebun merupakan salah satu cara untuk membangun kesadaran akan pentingnya kehidupan. Yang bisa dimulai dengan cara-cara sederhana di rumah. Mengenalkan sejak dini akan produk pertanian serta bagaimana untuk memperolehnya. Sesuaikan ke-giatan dengan usia anggota keluarga, seperti perilaku menanam tomat atau cabe di wadah atau halaman rumah akan membantu anak memahami proses menghasilkan makanan.

Non pangan

Berbelanja atau shopping sudah merupakan kebiasaan keluarga modern yang tidak bisa dihindari. Pemilihan

produk akan menyulitkan karena adanya kekuatan iklan produk. Membiasakan serta memberi contoh cara berbelanja konsumen cerdas perlu diterapkan.

Penentuan kebutuhan merupakan kuncinya. Ajaklah keluarga untuk mengenal berbelanja di pasar, mulai dari pasar tradisional, pasar harian, pasar produk khusus, pasar komunitas / pasar modern hingga belanja online.• Diskusikanbersamaterkaitmasing-

masing produk non pangan dan jasa yang ada. Ajaklah keluarga untuk menjadi konsumen cerdas, jadikan semua menjadi pembelajaran

sehingga bisa dibentuk menjadi dasar penerapan kehati-hatian.

• Memperhatikanlabel,SNI,panduanpenggunaan produk, masa

kadaluarsa , garansi, kontak atau layanan konsumen,

• Aspeklingkungandanberkeadilanjuga mulai diperkenalkan sejak dini seperti kemasan yang minimal,

hemat energi dan sebagainya. (*)

Bibong Widyarti Konsumen organikTelp : 021-99853282E-mail : [email protected]

Foto: Dok. AOI

Page 30: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

30 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Ragam

30 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Dalam perjalanan, terlintas ingatan saya tentang produk organik, makanan sehat untuk orang kaya?

Pertanian organik. Masyarakat Baduy belum tentu mengerti dua kata tersebut, dua kata yang mulai banyak diperbincangkan setelah kegagalan revolusi hijau mulai terasa oleh banyak orang hingga terapannya yang mulai berkecambah saat ini. Di pasaran kota-kota besar, produk organik lebih banyak dikonsumsi kalangan kantong tebal saja. Itulah ungkapan perasaan saya untuk memulai mencari pembelajaran mengenai pertanian alami ala Baduy yang memproduksi makanan sehat untuk keluarganya, tentu mereka bukan bagian dari kalangan kantong tebal. Tulisan ini saya buatkan untuk sekedar belajar menggali pengetahuan dari masyarakat Baduy.

Sesampainya di penghujung jalan terpampang ucapan selamat datang di kawasan Baduy. Terminal Ciboleger, sebuah terminal kecil untuk angkutan umum jurusan Ciboleger-Rangkasbitung, jenis angkutan umum disini berupa mobil ELF yang biasa disebut Pe’es. Rute yang diambil bukan melalui Rangkasbitung, tetapi dari arah timur, Bojongmanik, 15 menit saja waktu tempuh saya.

Kp. Kaduketug Baduy luar, ditempuh dengan melewati beberapa anak tangga dari Ciboleger yang menjadi pembatas antara hunian masyarakat Baduy dengan non Baduy. Semula kiri-kanan berjejer warung-warung dan rumah warga bukan Baduy, setelah melewati anak tangga, yang terlihat barisan rumah panggung

Nampaknya tiada lagi yang diresahkan...dan juga tak digelisahkan…Kecuali dihayati, secara syahdu bersama…selamanya bersama..selamanya…

Oleh : Eman Sulaeman

…Begitulah suara Ahmad Albar lagu Huma di atas Bukit. Syahdu terdengar dari headset sembari mengendalikan laju roda dua menuju desa di balik gunung Kendeng yang penuh dengan ragam cerita warga pikukuh Sunda.

Page 31: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

31Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

Ragam

31Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)

beratap rumbia berdinding bilik bambu rapih berjejer, hampir di tiap teras rumah kaum hawa mengerjakan tenun kain dengan alat sederhana dari kayu.Berdampingan dengan rumah Jaro (sebutan kepala kampung) itulah rumah Salman, seorang kepala keluarga masyarakat Baduy. Lelaki itu memiliki dua orang anak, perempuan semua. Pekerjaan dan kepercayaannya lekat dengan pertanian. Sebelumnya saya memang sudah ada janji untuk datang sekedar berbagi cerita, banyak hal yang kami bincangkan: tentang musim durian beberapa bulan lalu, saya dan dia kerjasama berjualan, juga rencana-rencana musim cengkeh yang sebentar lagi tiba. Episode utama ialah cerita panen padi huma.

Berikut saya bagikan cerita Salman mengenai proses atau tahapan dalam bertani alami ala masyarakat Baduy, semoga berguna untuk semua.

NARAWAS, kegiatan permulaan membuka ladang huma. Meminta ijin kepada karuhun (nenek moyang) dan meminta kepada dedemit penunggu lahan/hutan untuk tidak mengganggu orang dan tanamannya. Dalam kegiatan ini dilakukan puji-pujian dengan mantera-mantera tertentu oleh Kokolot (sesepuh) melalui pembakaran kemenyan dan jampi-jampi.

NYACAR, membersihkan lahan yang akan digarap. Sebelumnya meminta rajah (do’a) kepada Kokolot dalam bentuk rimpangan Panglay (Leumpuyang) untuk disembur-semburkan ke segala penjuru di tengah-tengah lahan garapan.

NUKUH, berupa kegiatan untuk merapikan pepohonan/tegakan yang berada di areal garapan agar naungannya tidak mengganggu tanaman padi yang akan ditanam. Setelah dilakukan kegiatan ini, lahan didiamkan saja setengah bulan lamanya.

NGAHURU, membakar lahan. Sebelumnya

ada ritual yang dilakukan. Dalam kegiatan ini petani terus memantau, tidak boleh meninggalkan lahan, agar api terkendali. Jika saja ada yang meninggalkan lahan, hukuman adat akan diterimanya.

NGADURUK, hampir mirip saja dengan ngahuru bedanya kegiatan ini membakar dalam skala kecil, seperti sisa-sisa ilalang yang belum terbakar.

NYASAP, membalik-balikan tanah sisa pembakaran untuk dijadikan pupuk alami agar kelak padi sehat. Setelahnya lahan didiamkan satu bulan penuh lamanya.

NGASEUK, menanam benih padi. Pada kegiatan inilah yang sangat ramai, riuh anak kecil dan tembang-tembang bertabuhan irama angklung. Perempuan memasukan benih di tanah, laki-laki yang menancapkan kayu jadi lubangannya. Setelahnya benih didiamkan empat puluh hari.

NGIRAB SAWAN, sebagai penanda awal perawatan benih setelah umur empat puluh hari. Mengambil tuwak awi (air bambu) untuk disemburkan ke berbagai penjuru lahan, mengambil satu tangkai padi sebagai syarat pepujian harapan.

NGUBARAN KU SAMBARA PUPUUNAN, sebagai kegiatan perawatan padi agar sehat pertumbuhannya. Beberapa dedaunan yang digunakan sebagai penyerbuk dan pengendali hama diantaranya: daun tamiang, daun hanjuang, daun pacing, daun bangban, daun kihura, daun saray dan daun bingbin. Dedaunan tersebut di atas diiris-iris untuk disebarkan pada padi huma, tiga kali setiap minggunya.

NGUBARAN KU KALAPA HEJO, airnya kelapa hijau diberi jampi-jampi, disemburkanlah ke segala arah, jampi-jampi didapat dari Kokolot.

NGUBARAN KU CANGKUDU, perawatan saat tanaman padi berumur empat setengah bulan. Ramuan yang digunakan: cangkudu, laja, reundeut careut, abu dan air cuka, dicampurkan lalu disebar ke seluruh huma hingga rata, dilakukan tiga kali setiap minggu.

NGARAWUN, berupa membakar sejenis dedaunan yang bau untuk mengusir hama, dedaunan yang digunakan: daun walang, daun haringin, daun kitahi, daun pongporang, dan daun kihiang.

MIPIT, memanen dua puluh tujuh buah tangkai padi sebagai syarat panen segera dimulai, dengan mengikat beberapa tangkai dalam tiga jenis ikatan: ikatan tujuh tangkai, sembilan tangkai, dan sebelas tangkai. Lalu digantungkan pada pucuk daun aren yang ditanam di tengah lahan, lalu membakar gaharu sambil membaca pujian. Setelahnya didiamkan tiga hari untuk selanjutnya padi dipanen.

NGETEM, kegiatan yang paling dinanti, PANEN RAYA. Semua bergembira, tua-muda memetik tangkai padi dengan alat dari kayu diberi besi tajam seperti pisau, alat yang dinamakan eteman. Saat ini banyak pepujian didendangkan perempuan.

Eman SulaemanKoperasi HanjuangJl. Raya Labuan KM.03 Kp. Saruni RT 01/01 Majasari Pandeglang 42216 Banten Tlp (0253) 206042 http://koperasi-hanjuang.blogspot.com

Page 32: Organis Edisi 30 (Jan-Apr 2013)

32 Edisi 30 / Th. 10 (Januari - April 2013)