p0802

Upload: ta-ma

Post on 05-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 p0802

    1/8

    M.P.I. Vol. 2 No.2. Agustus 2008. 188 – 195

    188 ISSN 1410-3680  

    ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR TRANSPORTASI DARATDALAM KERANGKA PENERAPAN MEKANISME

    PEMBANGUNAN BERSIH

    Agus Sugiyono

    Peneliti Bidang Perencanaan EnergiBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

    [email protected]

    Abstract

    Land transportation sector is an energy consuming sector that uses moreenergy consumption compare to energy consumption in other sectors. The demandof energy has been dominated by use of oil fuels such as gasoline and diesel as afossil fuel that the utilization of this energy will emit greenhouse gas (GHG). Thedemand of the oil fuels has been projected will increase in the next long period.GHG emission from the oil fuels could be decreased through energy substitution or

    transportation mode change. The emission reduction have opportunity to create aproject in form of clean development mechanism (CDM). This mechanism will beexpected can help the developing countries to get financing from developedcountries (obliged to reduce the GHG emission) that will apply sustainabledevelopment. One of the options which has potential as a CDM project isdevelopment of mass transportation using bus. Transportation in Indonesia hasbeen predicted still dominated using personal car and motorcycle therefore it ispossible to adopt this kind of project.

    Kata kunci: Transportasi darat, mekanisme pembangunan bersih

    Diterima (received ): 6 Mei 2008, Direvisi (reviewed ): 26 Mei 2008, Disetujui (accepted ): 11Juni 2008

    PENDAHULAN

    Konsumsi energi komersial di Indonesiadalam kurun waktu 2000-2006 mengalamipeningkatan rata-rata sebesar 2,6% per tahun,yaitu dari 496 juta SBM pada tahun 2000 danmeningkat menjadi 577 juta SBM untuk tahun2006. Dari total konsumsi energi pada tahun2006 tersebut, 30% diantaranya digunakanuntuk sektor transportasi dengan konsumsimencapai 172 juta SBM. Penggunaan bahanbakar minyak (BBM) untuk sektor transportasi

    sangat dominan dengan pangsa hampir 100%.Penggunaan bahan bakar gas (BBG) masihsangat sedikit yang terbatas untuk transportasiumum di kota besar yang sudah adainfrastruktur pengisian BBG, sedangkanpenggunaan energi listrik baru di wilayahJabotabek untuk kereta rel listrik (KRL).Dengan konsumsi BBM yang cukup besar inimaka masih besar peluang untukmempromosikan program konservasi di sektortransportasi. Berbagai alternatif penghematan

    BBM di sektor transportasi darat dibahasdalam Dephub (2005).

    Program konservasi dapat dicapaimelalui substitusi energi maupun denganmenggunakan teknologi yang lebih efisien.Program ini sejalan dengan programpenghematan penggunaan BBM sertameningkatkan penggunaan bahan bakar darienergi terbarukan yang lebih ramahlingkungan. Secara umum penggunaan BBMyang merupakan energi fosil akanmenghasilkan gas rumah kaca (GRK). GRK

    yang besar pengaruhnya terhadap pemanasanglobal antara lain adalah: CO2  (KarbonDioksida), CH4  (Methane ), N2O (NitrousOxide ), CFC (Chloroflourocarbon ) dan SF6 (Sulfur Hexafluoride ). Disamping itupenggunaan bahan bakar fosil jugamenghasilkan gas buang yang mengandungpolutan seperti SO2  (Sulfur Dioksida), NOx(Nitrogen Oksida), CO (Karbon Monoksida),VHC (Volatile hydrocarbon ), SPM (SuspendedParticulate Matter ) serta partikel lainnya.

  • 8/16/2019 p0802

    2/8

    Arah Pengembangan Sektor Transportasi Darat Dalam Kerangka Penerapan Mekanisme Pembangunan Bersih (AgusSugiyono)

    ISSN 1410-3680 189 

    Dalam konsep pembangunan yangberkelanjutan, polutan-polutan tersebut harusdikurangi melalui pemanfaatan energi yangramah lingkungan. Dengan mengurangipolutan tersebut secara tidak langsung jugaakan mengurangi emisi GRK.

    Indonesia sebagai negara berkembangtidak berkewajiban mengurangi emisi GRK.Sedangkan negara-negara maju yangtermasuk dalam negara Annex I yangmenandatangani Protokol Kyoto, berkewajibanuntuk mengurangi emisi GRK sebesar 5%dibawah level tahun 1990 pada periode 2008sampai 2012. Untuk mencapai target tersebutkemudian dikembangkan tiga mekanismeyaitu:! Joint Implementation  (JI)! Clean Development Mechanism   (CDM)

    atau diterjemahkan menjadi MekanismePembangunan Bersih (MPB) dan

    ! Emission Trading .Diantara ketiga mekanisme tersebut MPBdapat dilakukan melalui proyek penguranganemisi GRK di negara berkembang untukmencapai target pengurangan emisi di negaramaju yang berkewajiban mengurangi emisiGRK. Dengan mekanisme ini diharapkandapat membantu negara berkembang dalammelaksanakan pembangunan berkelanjutan.

    Pengembangan sektor transportasi diIndonesia di masa depan perlumemperhatikan kelestarian lingkungan.Berbagai teknologi bersih yang ramahlingkungan perlu dikaji untuk dapat diterapkansebagai opsi dalam pengembangan sektortransportasi. Dengan menggunakan teknologi

    bersih secara tidak langsung akan mengurangiemisi GRK dan mempunyai peluang untukmenerapkan MPB. Dalam makalah ini akandibahas prospek penerapan MPB untuk sektortransportasi, khususnya transportasi daratdengan menggunakan kendaraan bermotor.

    METODOLOGI

    Penelitian ini dibagi menjadi beberapatahapan dan dilakukan melalui metodekuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif

    berdasarkan studi literatur untuk mengupaspermasalahan sektor transportasi dewasa ini.Metode kuantitatif berdasarkan data sekunderyang dkumpulkan mengenai kendaraanbermotor, perkembangan sosial ekonomi,teknologi, serta keterkaitannya denganlingkungan hidup. Untuk mengetahui prospekpengembangan sektor transportasi, dibuatproyeksi kebutuhan energinya berdasarkanliteratur dan data yang ada. Kemudian

    diprakirakan emisi GRK akibat penggunaanenergi berdasarkan IPCC Guideline   maupundata spesifik koefisiensi emisi GRK untukbahan bakar di Indonesia.

    IPCC Guideline   merupakan panduanumum untuk menghitung emisi GRK yangdikeluarkan oleh Inter-governmental Panel onClimate Change   (IPCC) bila belum adakoefisien emisi spesifik untuk negara tersebut.Tahapan ini sering disebut inventori danpanduan yang paling sering digunakan adalah:! Revised 1996 IPCC Guidelines for

    National Greenhouse Gas Inventories! 2006 IPCC Guidelines for National

    Greenhouse Gas Inventories.Setelah tahapan inventori, kemudian

    dilakukan mitigasi untuk melihat opsi teknologiyang mempunyai peluang untuk diterapkandalam mengurangi emisi GRK. Dari perhituganini dapat dianalisis prospek penerapan MPBuntuk sektor transportasi. Secara lengkaptahapan dalam penelitian ini ditunjukkan padaGambar 1.

    Studi LiteraturPengumpulan

    Data

    o Kendaaan

    o Sosial-Ekonomi

    o Energi

    PrakiraanKebutuhan Energi

    Emisi GRK

    Mitigasi

    Peluang Penerapan CDM

    IPCC Guideline

    Data Teknologi

     

    Gambar 1.Tahapan Penelitian

    SEKTOR TRANSPORTASI DARAT

    Kendaraan bermotor merupakan saranatransportasi yang paling dominan di Indonesia.Perkembangan jumlah kendaraan bermotorsecara langsung memberikan gambaranmengenai kondisi sektor angkutan darat.Jumlah kendaraan bermotor yang cenderung

  • 8/16/2019 p0802

    3/8

    M.P.I. Vol. 2 No.2. Agustus 2008. 188 – 195

    190 ISSN 1410-3680  

    meningkat merupakan indikator semakintingginya kebutuhan masyarakat terhadapsarana transportasi yang memadai sejalandengan mobilitasnya. Jumlah kendaraanbermotor pada tahun 2005 mencapai 50,11

     juta kendaraan. Sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang paling banyakdigunakan dengan pangsa mencapai 75%.Mobil penumpang mempunyai pangsa 14%diikuti oleh truk 8% dan bus 3% (Lihat Gambar2).

    Dengan kondisi ini terlihat bahwasarana angkutan umum belum optimaldigunakan dan masih mengandalkan padasarana angkutan individu seperti sepedamotor. Peluang untuk mengoptimalkan sektorini masih sangat besar yang diharapkansecara tidak langsung dapat meningkatkanefisiensi penggunaan energi.

    Gambar 2.Pangsa Penggunaan Kendaraan Bermotor

    4) 

    Penelitian ini menggunakan tahun dasar2005 dan dianalisis sampai tahun 2025. Datahistoris yang penting diantaranya adalah:

     jumlah kendaraan, pertumbuhan ekonomi, danpenduduk. Perekonomian untuk jangkapanjang diprakirakan meningkat rata-ratasebesar 5% per tahun. Jumlah pendudukdiasumsikan terus menurun dari 1,44% pertahun pada tahun 2005 dan menjadi 0,90%per tahun pada tahun 2025 karenadiasumsikan program keluarga berencanasukses dilaksanakan. Proyeksi ini sedikit lebihrendah dari prakiraan Bappenas (2005).Berdasarkan data historis dapat dibuat

    prakiraan jumlah kendaraan bermotor untuksetiap jenis kendaraan seperti ditunjukkanpada Gambar 3.

    Cataran: Tahun 2000-2005 data historis

    Gambar 3.Prakiraan Jumlah Kendaraan Bermotor

    Pada periode 2000-2005, terdapatpeningkatan jumlah kendaraan bermotor yangcukup signifikan yaitu sebesar 15% per tahun.Ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlahsepeda motor yang sangat tinggi karenaberalihnya penggunaan kendaraan pribadi kesepeda motor akibat kenaikan harga BBM.

    Namun untuk jangka panjang jumlahkendaraan diprakirakan hanya meningkat rata-rata sebesar 4,5% per tahun. Lajupertumbuhan penggunaan sepeda motordiprakirakan akan mengalami penurunan yaitudari sebesar 16% per tahun pada periode2000-2005 menjadi sebesar 3,6% per tahunpada periode 2005-2025. Hal ini sejalandengan adanya perbaikan sarana transportasiumum sehingga laju pertumbuhanpenggunaan mobil penumpang diprakirakanakan meningkat lebih tinggi dari pada sepedamotor yaitu sebesar 7,4% per tahun padaperiode 2005-2025.

    Pada tahun 2025 pangsa penggunaansepeda motor masih mendominasi yaitusebesar 64% meskipun sudah mengalamipenurunan bila dibandingkan dengan tahun2005. Pangsa penggunaan mobil penumpangmeningkat menjadi 24% diikuti olehpenggunaan truk 8% dan bus 4%. Komposisiini hanya berdasarkan kondisi yang ada saatini dan dianggap faktor kebijakan efisiensibelum dipromosikan dengan baik.

    Penggunaan Energi

    Berdasarkan prakiraan jumlahkendaraan bermotor dapat diprakirakan jumlahenergi yang digunakan dengan menggunakandata intensitas energi dan operasi efektifdalam satu tahun. Studi ITB (2001) membahassecara lengkap intensitas energi serta operasiefektif setiap jenis kendaraan. Kendaraanberbahan bakar minyak solar akan lebih iritkonsumsi bahan bakarnya dibandingkandengan bensin.

  • 8/16/2019 p0802

    4/8

    Arah Pengembangan Sektor Transportasi Darat Dalam Kerangka Penerapan Mekanisme Pembangunan Bersih (AgusSugiyono)

    ISSN 1410-3680 191 

    Tabel 1.Jarak Tempuh, Intensitas Energi dan

    Operasi Efektif Setiap Kendaraan Bermotor2)

     

    JarakTempuh

    IntensitasEnergi

    OperasiEfektifKendaraan Bermotor

    km/hari km/liter %

    Pribadi 55 8,5 - 9,1 46M. Pe-

    numpang Umum 276 9,1 - 10 50Kecil/Sdg 129 7,7 - 8,8 60Bus

    Besar 159 3,4 - 5,9 29Kecil/Sdg 128 5,6 - 9,4 34

    TrukBesar 316 3,0 - 6,6 23

    Sepeda Motor 43 33 - 38 64Catatan: Diolah dari ITB (2001) dan berbagai sumber lain

    Tidak semua kendaraan yang terdaftarberoperasi setiap hari. Sepeda motormempunyai beroperasi efektif dalam 1 tahunpaling besar yaitu sebesar 64%. Sedangkanyang beroperasi efektif paling rendah adalahtruk besar yaitu sebesar 23% (Lihat Tabel 1).  Prakiraan penggunaan energiditampilkan pada Gambar 4. Prakiraan inidikalibrasi dengan data dari Pusdatin (2007).Bahan bakar yang diperhitungan adalahminyak solar dan bensin karena bahan bakarlain, seperti gas atau LPG masing kecilpangsanya sampai saat ini. Penggunaan BBMdiprakirakan meningkat dari 178,6 juta SBMpada tahun 2005 menjadi 550 juta SBM padatahun 2025 atau meningkat rata-rata sebesar5,6% per tahun.

    Gambar 4.Prakiraan Penggunaan Energi untuk

    Kendaraan Bermotor

    Bensin merupakan bahan bakar yangdikonsumsi terbesar yang mencapai 72% daritotal konsumsi pada tahun 2025. Bila dilihat

     jenis kendaraannya, maka penggunaan bensinuntuk mobil penumpang dan sepeda motorpaling besar dibandingkan dengan kendaraanlainnya. Sedangkan minyak solar kebanyakandigunakan untuk mobil penumpang dan mobilbeban. Dengan melihat kondisi ini makapotensi terbesar untuk mengurangi emisi GRKmelalui efisiensi energi adalah mengurangi

    penggunaan sepeda motor dan mobilpenumpang.

    Emisi GRK

    Emisi CO2  merupakan kontributorterbesar pemanasan global dibandingkandengan emisi GRK lainnya. Berdasarkanprakiraan penggunan energi dan koefisienemisi dari IPCC Guideline   maka prakiraanemisi CO2  ditunjukkan pada Gambar 5. Padatahun 2005 emisi CO2 mencapai 68,3 juta tonCO2. Kontributor terbesar adalah emisi darisepeda motor yang mencapai 36% dan diikutidari mobil penumpang yang mencapai 33%.Namun pada tahun 2025 pangsanya berubahdan yang paling besar kontribusinya terhadapemisi adalah dari mobil penumpang sebesar46% dan dari sepeda motor 25%. Emisi CO2 pada tahun 2025 mencapai 210,1 juta ton.

    Ada tiga faktor utama yang mendorongterjadinya peningkatan emisi, yaitu:! Jarak tempuh atau aktivitas perjalanan

    (vehicle kilometer )! Intensitas energi kendaraan bermotor! Moda transportasi yang digunakan, dan! Kandungan karbon bahan bakar.Tiga faktor pertama berkaitan dengan efisiensienergi dapat dapat dicapai melalui perbaikanteknologi maupun manajemen pengelolaansistem transportasi. Sedangkan faktor terakhirberhubungan dengan substitusi penggunaanenergi. Substitusi dari penggunaan BBMdengan bahan bakar bersih seperti BahanBakar Nabati (BBN) akan dapat mengurangi

    emisi GRK.

    Gambar 5.Prakiraan Emisi CO2 dari Kendaraan

    Bermotor

    Berbagai opsi teknologi serta bahanbakar yang dapat dijadikan untuk mitigasi GRKditunjukkan pada Gambar 6. Makin tinggi emisiGRK yang dapat dikurangi maka teknologiyang harus digunakan juga semakin rumit danmahal. Begitu juga dengan masalah

  • 8/16/2019 p0802

    5/8

    M.P.I. Vol. 2 No.2. Agustus 2008. 188 – 195

    192 ISSN 1410-3680  

    keamanan pasokan energi (supply security ),makin tinggi keamanan pasokan makamemerlukan teknologi dan biaya yang tinggi.

    Secara garis besar penggunaan BBN(biodiesel, bioethanol dan Fischer-Tropschbiomasa), hidrogen, dan meningkatkanefisiensi energi merupakan opsi yang dapatdipertimbangkan untuk mengurangi emisi GRKdi masa depan. Penggunaan BBN baik dalambentuk biodiesel maupun bioethanol denganteknologi konvensional sudah mulaidikembangkan. Namun penggunaan prosesFischer-Tropsch masih dalam tahappengembangan karena biaya produksi bahanbakar dengan proses ini masih kurangkompetitif saat ini. Begitu juga penggunaanhidrogen masih banyak kendala baik dari segipembuatan maupun teknik penyimpanannya.

    Peningkatan efisiensi dapat dilakukandengan menggunakan teknologi mesinkendaraan yang lebih maju. Teknologi inibervariasi mulai dari perbaikan sistempengapian mesin, peningkatan perbandingankompresi antara bahan bakar dan udara,sampai penggunaan teknologi hibrida.Teknologi ini sudah mulai digunakan saat inidan terus dilakukan inovasi supaya harganyalebih murah.

    Peluang Penerapan MekanismePembangunan Bersih

    Indonesia telah meratifikasi ProtokolKyoto pada tanggal 28 Juni 2004. Denganratifikasi ini diharapkan dapat meningkatkankesempatan Indonesia untuk menarik lebih

     jumlah investor dan pelaku proyek dalamkerangka MPB. Proyek MPB yang sudahdiajukan di Indonesia saat ini masih sangatsedikit dibandingkan negara-negaraberkembangan lainnya seperti China danIndia. Sampai tahun 2007, proyek yang sudahdisetujui dan sedang diajukan hanya sekitar 70proyek dan sebagian besar berkaitan denganpembangkit listrik. Untuk sektor transportasibelum ada sama sekali bahkan kajian ke arahitu belum banyak dilakukan.

    Setiap proyek MPB harus diusulkan keotoritas nasional dalam hal ini adalah KomisiNasional Mekanisme Pembangunan Bersih(Komnas MPB). Proyek yang diajukan harusmelewati beberapa tahapan sebelum disetujuisebagai proyek MPB oleh Komnas MPB.Tahapan tersebut ditunjukkan pada Gambar 7.

    Setiap tahapan proyek memerlukanwaktu dan biaya tertentu. Waktu yang

    Heavy oil 

    Oil sands 

    Oil shale 

    Fischer-Tropsch coal 

    Dimethyl ether/methanol from coal 

    Fischer-Tropsch naturalgas 

    Compressed naturalgas vehicle 

    Fischer-Tropsch natural gas + CO2 capture and storage 

    Dimethyl ether/methanol from natural gas + CO2 capture and storage 

    Dimethyl ether/methanol from natural gas 

    Dimethyl ether/methanol from coal + CO2 captureand storage 

    Fischer-Tropsch coal + CO2 capture and storage 

    Non-conventional oil 

    + CO2 capture and storage 

    Enhanced oil recovery 

    High 

    Lowor 

    none 

       S  u  p  p   l  y  s  e  c  u  r   i   t  y   b  e  n  e

       f   i   t  s

    Increase  Low or no reduction  Significant reduction 

    Greenhouse gas emissions 

    Fischer-Tropsch biomass 

    Energy efficiency 

    (hybrids, fuel cell vehicles)

    Hydrogen from renewables,Nuclear and coal 

    + CO2 capture and storage 

    Bioethanol 

    CO2 enhanced oil recovery 

    + CO2 capture and storage 

    Hydrogen from natural gas + CO2 capture and storage 

     

    Gambar 6.Opsi Bahan Bakar Alternatif dan Kontribusi terhadap Keamanan

    Pasokan dan Pengurangan Emisi GRK5)

     

  • 8/16/2019 p0802

    6/8

    Arah Pengembangan Sektor Transportasi Darat Dalam Kerangka Penerapan Mekanisme Pembangunan Bersih (AgusSugiyono)

    ISSN 1410-3680 193 

    diperlukan bervariasi dari satu bulan misalnyauntuk pengajuan PIN sampai dapat mencapaisatu tahun lebih untuk pengesahanmetodologi. Biaya yang perlu diperhitungkanmeliputi biaya sebelum registrasi yangmencakup biaya persiapan dan pembuatanPDD, biaya persetujuan DNA, biaya validasidan biaya registrasi. Sedangkan biaya setelahregistrasi meliputi biaya verifikasi, biayamonitoring, pajak dan administrasi atau brokerfee .

    Total biaya transaksi ini berkisar antara200.000 USD sampai 350.000 USD. Daribiaya tersebut, sekitar 60% akan dikeluarkanuntuk komponen biaya monitoring, verifikasidan fee   adiministrasi yang terjadi setelahproses registrasi. Mengingat biaya yang harusdikeluarkan untuk pengembangan proyek MPBcukup besar maka besarnya jumlahpengurangan emisi GRK yang dihasilkan dariproyek perlu diperhitungkan secara baik.Sehingga proyek tesebut menguntungkan danlayak untuk dilaksanakan.

    Satuan jumlah emisi GRK yang bisadikurangi dikonversikan sebagai sebuah kredityang dikenal dengan istilah CertifiedEmissions Reduction   (CER) atauditerjemahkan menjadi reduksi emisi yangtelah disertifikasi. Negara-negara Annex 1dapat memanfaatkan CER ini untuk membantumemenuhi target penurunan emisi sepertiyang diatur di dalam Protokol Kyoto.

    Pasar MPB diatur oleh UNFCCC (UnitedNation Framework Convention on ClimateChange ). Setiap proyek MPB harusmenggunakan metodologi yang disahkan oleh

    UNFCCC. Sampai pertengahan tahun 2007sudah lebih dari 220 metodologi yang diajukandan 14 diantaranya merupakan metodologiuntuk sektor transportasi. Untuk sektor lainsudah banyak yang disahkan, namun untuksektor transportasi baru satu metodologi yangsudah disahkan yaitu AM0031 untuk angkutanmasal bus dan satu metodologi untukpenggunaan BBN..

    Potensi pasar karbon di negara-negaraAnnex I cukup besar. Ada tiga segmen yangpenting, yaitu:! Pasar Eropa yang berdasarkan skema

    perdagangan emisi atau disebut EU ETS

    (European Union Emissions TradingScheme )

    ! Pasar yang berdasarkan proyek untukmemenuhi target Protokol Kyoto dan yangterbesar diperdagangkan melalui CER.

    ! Pasar sukarela untuk mengurangi emisiatau disebut VER (Voluntary EmissionReductions ).

    Informasi tentang pasar secara rutindipublikasi oleh Point Carbon dan IETA

    (International Emission Trading Association )yang bekerja sama dengan Bank Dunia. Hargadi pasar EU ETS mencapai 32 Euro per tonCO2  pada tahun 2006 dan menurun menjadisekitar 16 Euro saat ini. Harga CER padatahun 2006 sekitar 10 USD per ton CO2,sedangkan untuk VER berkisar antara 4 - 10USD per ton CO

    2.

    Proyek Mekanisme Pembangunan BersihSektor Transportasi

    Ada tiga cara untuk mengurangi emisiGRK di sektor transportasi, yaitu:! Mengurangi emisi per kilometer! Mengurangi emisi per unit transportasi! Mengurangi jarak atau jumlah perjalananDalam merencanakan proyek MPB dapatmembuat kombinasi dari ketiga cara tersebut.

    Proyek mengurangi emisi per kilometerdapat dilakukan dengan meningkatkanefisiensi (menggunakan teknologi baru ataumemperbaiki manajemen pengoperasiankendaraan), meningkatkan infrastruktur, danmenggunakan bahan bakar yang rendahemisi. Penggunaan mobil hibrid maupun mobillistrik dapat mengurangi emisi tetapi biayanyacukup mahal sehingga belum ada yangmengajukan opsi ini sebagai proyek MPB.Opsi ini dapat digabung dengan perbaikaninfrastruktur transportasi masal denganmengguakan bus yang mempunyai efisiensitinggi.

    Penggunaan BBG sebagai bahan bakaryang mempunyai emisi rendah dapat

    mengurangi emisi sekitar 10 - 20%dibandingkan dengan penggunaan minyaksolar atau bensin. Sehingga opsi ini secaraindividu terlalu kecil sebagai proyek MPB.Penggunaan BBN yang ramah lingkunganmempunyai potensi yang besar untukmengurangi emisi bila hanya ditinjau dari sisipenggunaannya. Opsi ini masih perludianalisis lebih jauh mulai dari sumber bahanbaku BBN sampai pemanfaatannya sebagaibahan bakar kendaraan. Analisis ini harusdilakukan secara keseluruhan denganmembandingkan emisi secara life-cycle   atausering disebut weel-to-wheel analysis .

    Proyek mengurangi emisi per unittransportasi dapat dilakukan denganmenggunakan moda transportasi yang lebihefisien, menggunakan unit yang lebih besarseperti penggunaan angkutan masal, danmeningkatkan tingkat isian penumpang.Proyek transportasi masal menggunakan busmaupun kereta api sudah banyak dilakukan diberbagai kota besar. Salah satu contoh proyekMPB dengan opsi ini adalah proyek

  • 8/16/2019 p0802

    7/8

    M.P.I. Vol. 2 No.2. Agustus 2008. 188 – 195

    194 ISSN 1410-3680  

    TransMileneo Bogota yang menggunakan bus.Sedangkan untuk opsi dengan menggunakankereta api listrik masih harusmempertimbangkan sumber pembangkit listrik.Bila berasal dari pembangkit listrik berbahanbakar fosil maka dapat digunakan untukmengurangi emisi GRK.

    Proyek mengurangi jumlah perjalananerat kaitannya dengan perubahan perilakumasyarakat dalam bekerja. Perubahan sistem

    kerja ataupun pengembangan kota yangmembuat jarak antara tempat tinggal dengankantor menjadi dekat akan dapat mengurangi

     jumlah penggunaan kendaraan. Namun opsiini sangat kompleks dalam perhitunganemisinya dan belum ada yang diajukansebagai proyek MPB.

    SIMPULAN DAN SARANAN

    • Indonesia sebagai negara berkembangmempunyai potensi untuk penurunan emisiGRK, khususnya di sektor transportasidarat. Penurunan emisi ini dapat dilakukan

    dengan melakukan substitusi bahan bakarmaupun dengan mengubah modatransportasi. Dengan semakinmeningkatnya penggunaan BBM untuksektor transportasi darat makapengurangan emisi yang dapat dilakuancukup besar potensinya sehinggaberpeluang untuk dijadikan proyek MPB.Dengan mekanisme ini diharapkan dapatmemanfaatkan dana internasional guna

    mengembangkan pembangunanberkelanjutan serta secara lebih luas dapatpeningkatan kesejahteraan masyarakat.

    • Pengalihan moda transportasi denganmenggunakan angkutan masal bus sudahdisahkan metodologi MPB-nya dan sudahditerapkan menjadi proyek MPB di Bogota.Dengan pengalaman Bogota ini dapatdijadikan contoh untuk diterapkan diIndonesia dengan berbagai modifikasimenggunakan teknologi kendaraan ataubahan bakar yang rendah emisi GRK-nya.

    • Banyak teknologi rendah emisi di sektortransportasi darat yang telah tersedia dipasar saat ini. Diantara teknologi tersebut

    PIN Project Identification Note 

    Identif ikasiProyek

    PDD Project Design Document 

    DOE Designated Operational Entity 

    EB Executive Board of the CDM 

    PP Project Proponent 

    DOE Designated Operational Entity 

    EB Executive Board of the CDM 

    CER Certified Emission Reduction 

    DesainProyek

    Validasi/Registrasi

    Monitoring

    Verifikasi/Sertifikasi

    Penerbitan

    Kelayakan TeknisDan Finansial

    PengesahanMetodologi

    DNADesignated National Authority 

    (Komnas MPB)

     

    Gambar 7.Siklus Proyek MPB

    1) 

  • 8/16/2019 p0802

    8/8

    Arah Pengembangan Sektor Transportasi Darat Dalam Kerangka Penerapan Mekanisme Pembangunan Bersih (AgusSugiyono)

    ISSN 1410-3680 195 

    masih cukup mahal biaya investasinya dankadang-kadang khas untuk wilayahtertentu. Dengan adanya MPB makakendala tersebut sedikit dapat dikurangimeskipun demikian kebijakan pemerintahmasih sangat diperlukan untuk mendorongproyek-proyek MPB. Kebijakan untukmengurangi pemberian subsidi harga BBMmisalnya, dapat mendorong penggunaanBBN yang berpotensi untuk dijadikansebagai proyek MPB.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Grutter, J.M. (2007) The CDM in theTransport Sector , Division 44:Environment and Infrastructure, GTZ andBMZ, Eschborn.

    2. ….., Study on the Assessment of FuelConsumption in Indonesia on 2002 , FinalReport, Institut Teknologi Bandung.

    3. ….., Proyeksi Penduduk 2000 - 2025 ,Badan Perencanaan PembangunanNasional bekerja sama dengan Badan

    Pusat Statistik dan United NationsPopulation Fund.

    4. ….., Beberapa Kebijakan SektorTransportasi Darat dalam UpayaPenghematan Penggunaan Bahan BakarMinyak (BBM), Direktorat JenderalPerhubungan Darat, DepartemenPerhubungan, Jakarta.

    5. ……, Energy Technology Perspectives:Scenario and Strategy to 2050 ,International Energy Agency, Paris.

    6. ….., Statistik Ekonomi Energi Indonesia2006 , Pusat Data dan Informasi,Departemen Energi dan Sumber DayaMineral.

    RIWAYAT HIDUP

    Agus Sugiyono  lahir di Klaten pada 29 Juli1963. Menamatkan pendidikan Magister diScience University of Tokyo   dalam bidang

    Industrial Administration. Saat ini bekerjasebagai staf di Bidang Perencanaan Energi,Pusat Teknologi Pengembangan SumberdayaEnergi, BPPT.