paper tra revisi.doc

57
THEORY OF REASON ACTION DAN KUISIONER Juwita Ayang N (25010113130327) Dwi Saraswati (25010113140329) Intan Claudina (25010113140332) Zahrotul Mahmudati (25010113130347) Dharurendra Negara (25010113140351) Banatika Ayumi (25010113130353) Yunita Amilia (25010113140354) Muhammad Iqbal K (25010113140357) Arif Maulana (25010113130360) Iqlima Intan Yulita (25010113140362) Winda Apriani (25010113140365) KELAS E 2013 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: dharurendra-negara

Post on 06-Nov-2015

286 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

THEORY OF REASON ACTION DAN KUISIONER

Juwita Ayang N (25010113130327)

Dwi Saraswati (25010113140329)

Intan Claudina

(25010113140332)

Zahrotul Mahmudati (25010113130347)

Dharurendra Negara (25010113140351)

Banatika Ayumi (25010113130353)

Yunita Amilia

(25010113140354)

Muhammad Iqbal K (25010113140357)

Arif Maulana

(25010113130360)

Iqlima Intan Yulita (25010113140362)

Winda Apriani

(25010113140365)

KELAS E 2013FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005)

Menurut Depkes (2003) akibat bila bayi tidak diberi ASI yaitu bayi tidak memperoleh zat kekebalan sehingg mudah mengalami sakit, bayi juga tidak mendapatkan makanan bergizi dan berkualitas tinggi sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya. Selain itu akibat pada ibu yang tidak memberikan ASI pada banya yaitu perdarahan setelah persalinan akan menjadi lama dan beresiko terkena kanker payudara dan kanker rahim.

Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010).

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009)

Faktor-Faktor Yang Memerpengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif, ada factor internal maupun eksternal dan budaya. Ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif kian menyebar dari daerah perkotaan menuju pedesaan diakibatkan dengan adanya komunikasi antar kota dan desa, komunikasi tersebut berupa promosi susu formula yang genca dilakukan di media massa, dan pemberian susu formula juga mulai dijadikan status, dengan demikian memungkinan ibu bisa saja mengurungkan niatnya untuk memberikan ASI eksklusif.

Mengingat besarnya manfaat dari pemberian ASI Eksklusif dan juga kerugian yang ditimbulkan dari ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif, maka dari itu dirasa perlu bagi peneliti untuk mengetahui keterkaitan teori niat dengan pemberian ASI Eksklusif oleh ibu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana niat Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari?

2. Bagaimana Norma Subjective Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari?

3. Bagaimana sikap Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui niat Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari.

2. Untuk mengetahui Norma Subjective Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari.

3. Untuk mengetahui sikap Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang niat Ibu hamil terhadap pemberian Asi Eksklusif pada bayi di Kelurahan Rowosari.

1.4.2. Bagi Ibu Hamil

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada Ibu hamil tentang pentingnya pemberian Asi Eksklusif pada bayi sehingga dapat dijadikan sebuah perilaku yang baik pada dirinya dan bayinya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori ini menghubungkan antara keyakinan(belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto, 2007). Ajzen (1991) yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal; Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of plannedbehavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normativebeliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs). Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

2.1.1. Kelebihan dan Kekurangan TRAKeuntungan :

Teori ini meberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional.

Bagaimanapun sejumlah pencegahan harus dipertimbangkan agar TRA dipergunakan dengan tepat. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan di bawah kendali seseorang. Artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas. Tuntuan ini memerlukan pertimbangan mengenai tindakan (action), sasaran (target), konteks (context), dan waktu (time). Hal yang sama juga terjadi bagi seleksi dan identifikasi komponen lain dalam TRA yaitu intensi, sikap, norma subjektif, dan keyakinan Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan harus diidentifikasi secara jelas.

Perhatian mengacu pada gagasan bahwa sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dana kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari perilaku yang satu ke perilaku lain, dan dari populasi satu ke populasi lain (Fishbein dan Middlestadt, 1989). TRA mengacu pada nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki sebagai indikator penting untuk memprediksi perilaku yang akan diukur. Pengetahuan awal tentang aspek sosial dan antropologis juga merupakan aspek penting.

Contoh: Penelitian akhir di daerah Pakistan diketahui banyak ibu memandang diare sebagai hal yang alami dari tumbuhnya gigi dan pertumbuhan badan, bukan sebagai sebuah penyakit. Banyak ibu juga memandang diare sebagai sakit panas, yang menuntut pengobatan dingin. Pengobatan dingin tersebut maksudnya seperti mengubah jenis makanan ibu. Obat diare, yang dikenal dari dunia barat seperti antibiotika, diklasifikasikan sebagai hal yang panas. (Helman, 1990)

Dengan menggunakan model Fishbein, dapat dikatakan bahwa penggunaan Oral Rheydration Salts (ORS) bukan pengobatan yang efektif untuk diare, tetapi pembuat rasa sakit dan sesuatu yang membuat situasi semakin jelek. Selain itu, orang-orang yang dianggap penting bukan dokter, tetapi dukun lokal. Model Fishbein mengutamakan cara budaya memengaruhi sikap, intensi, perilaku, dan keyakinan seperti menghentikan diare adalah bahaya karena hal ini akan menyebabkan panas dan menimbulkan sikap negatif terhadap penggunaan ORS.

Contoh lain: Fokus perhatian (salience) tentang perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual, yang percaya penggunaan kondom mengurangi kemungkinan kena AIDS, dengan kelompok yang lain, yang mungkin percaya penggunaan kondom akan menyebarluaskan perilaku seksual.

Konsep penting dalam TRA adalah focus perhatian (salience). Hal ini berarti, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma kelompok social yang diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, intensi dan perilaku). Contohnya, terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suatu penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal tersebut berarti masyarakat memandang diare bukan focus perhatian yang penting. Contoh lain, fous perhatian perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara kelompok homoseksual dengan kelompok lain tentang penggunanaan kondom. Kelompok homoseksual percaya bahwa kondom mencegah mereka terkena AIDS, tetapi bagi kelompok lain penggunaan kondom justru menyebarluaskan perilaku seksual.

Keyakinan kesehatan (sepertiHealth Belief Model) sebagai variable eksternal

Konsep ketidak-kebalan (mudahnya terjangkit penyakit), keseriusan, dan keuntungan atau kerugian dipandang sebagai variable eksternal yang memengaruhi perilaku secara tidak langsung. Variable eksternal ini termasuk variable demografis, jenis kelamin, usia, dsb. Contohnya: Menurut TRA, persepsi kekebalan akan memengaruhi perilaku hanya jika hal ini memengaruhi pertimbangan sikap atau norma subjektif dan pengaruh ini merupakan sebuah penentu penting dari intensi. (Fishbein dan Middlestadt, 1989). Menurut Fishbein dan Middlestadt (1989) dalam Smet (1994), variable eksternal bukannya tidak penting, tetapi efeknya pada kehendak dianggap diperantarai sikap, norma subjektif, dan berat relatif dari komponen-komponen ini.

Menurut TRA, orang-orang mempertimbangkan untung atau rugi dan berperilaku sesuai dengan hasil analisis mereka. Ini mencakup anggapan bahwa orang-orang berpikir tentang risiko secara mendetail, mulai dari pengetahuan tentang suatu penyakit, kaitannya dengan suatu perilaku kesehatan, dan menaksir kemunginan akan menjadi penyakit parah. Sebernarnya, orang-orang mungkin mengubah gaya hidup mereka untuk alasan samar-samar. Contohnya mengurangi penggunaan kopi untuk alas an bahwa dokterku mengatakan kopi jelek untukku.Catatan dari Sarafino (1990) ini mengacu pada aspek kognitif yang mempertimbangkan manusia sebagai binatang yang memiliki akal.

TRA menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan HBM. Pengaruh yang jelas tampak dari norma subjektif memberikan perspektif penting. TRA juga mempertimbangkan keuntungan-keuntungan dari perilaku berisiko kesehatan. Menurut TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda, tidak selalu berdasarkan intensi.

Kelemahan :

Intensi tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri

Intensi mungkin merupakan ukuran terbaik, tetapi sering ada hambatan-hambatan yang mencampuri intensi dengan perilaku.

Tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku

Fishbein tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku. Sejarah seseorang di masa lampau tentang perilaku yang terkait dengan kesehatan seperti olah raga, penggunaan obat bius, dsb merupakan ukuran kuat untuk perilaku di masa mendatang. Ritter (1998) menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan efek dari setiap komponen model berkurang jika perilaku atau kebiasaan sebelumnya termasuk dalam model. Contohnya: Pengalaman langsung atau tidak langsung dengan kanker memengaruhi secara kuat sikap terhadap kanker dan mempunyai nilai ukuran tinggi untuk perilaku pencegahan.

Meremehkan akibat-akibat yang jelas dari variable eksternal terhadap pemenuhan intense perilaku Model Fishbein, menurut Shephard (1986), kadang-kadang tampak meremehkan akibat-akibat yang jelas dari variable eksternal terhadap pemenuhan intense perilaku.

Motivasi irasional dalam membuat keputusan kurang diperhatikan

Tidak mempertimbangkan teori atau model lain secara kompleks

Pengarang mengkritik peneliti-peneliti yang menggunakan TRA dan mode kognitif lain (seperti Subjective Expected Utility Theory dan Protection Motivation Theory karena mereka menyeleksi secara khas sebuah teori untuk menguji pilihan mereka dari variabel-variabel seolah-olah teori-teori lain tidak ada (Weinstein, 1993). Penelitian baru-baru ini dari Psychilt Database memunculkan 205 artikel antara tahun 1974 dan 1991 yang menyebutkan satu dari empat teori tersebut dalam judul, ringkasan, atau indeks istilah. Meskipun begitu, hanya ada 10 artikel yang mencatat lebih dari satu teori dan hanya empat dari artikel tersebut yang merupakan perbandingan empiris. (Weinstein, 1993)Beberapa pengarang tidak mempertimbangkan model-model tersebut secara komplit sehingga model-model tersebut hanya dipergunakan untuk menganalisis determinan dari perilaku khusus. Bagaimanapun, dalam usaha mengubah perilaku itu sendiri, model-model lain lebih sesuai.Menurut Janis dan Mann (1977), perubahan perilaku memerlukanpengambilan keputusan secara pasti. Setiap pengambilan keputusan selalu berkaitan dengan konflik intrapsikis. Konflik pengambilan keputusan ini dipertimbangkan sebagai stressor. Pengambilan keputusan yang tepat dapat dibuat tergantung pada cara seseorang mengatasi stres.Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan denga norma subjektif. Menurut TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan. (Maulana, 2009)

2.2. Pengertian Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Rencanaan)Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan dari Theory ofReasoned Action (TRA) (Ajzen dalam Jogiyanto, 2007). Jogiyanto (2007) Mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini di sebut dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioralcontrol). Konstruk ini ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk melekukan perilakuny (Hsu and Chiu 2002). Dengan menambahkan sebuah konstruk ini, yaitu kontrol perilaku persepsian (Perceived behavioral control), maka bentuk dari model teori perilaku rencanaan (Theory of planned behavior atau TPB) tampak di gambat berikut ini.Gambar 1. Teori Perilaku Terencanaan (Theory of Planned Behavioral)Gambar 1, teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior

Dari Gambar 1, teori perilaku terecana (Theory of Planned Behavior) dapat mempunyai dua fitur (Jogiyanto, 2007) sebagai berikut: 1. Teori ini mengansumsi bahwa kontrol persepsi perilaku (perceived behavioralcontrol) mempunyai implikasi motivasional terhadap minat. Orang orang yang percaya bahwa mereka tidak mempunyai sumber- sumber daya yang ada atau tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk minat berperilaku yang kuat untuk melakukannya walaupun mereka mempunyai sikap yang positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Dengan demikian diharapkan terjadi hubungan antara kontrol persepsi perilaku (perceivedbehavioral control) dengan minat yang tidak dimediasi oleh sikap dan norma subyektif. Di model ini ditunjukkan dengan panah yang mennghubungkan kontrol perilaku persepsian ( perceived behavioral control) ke minat. 2. Fitur kedua adalah kemungkinan hubungan langsung antara kontrol persepsi perilaku (perceived behavioral control) dengan perilaku. Di banyak contoh, kinerja dari suatu perilaku tergantung tidak hanya pada motivasi untuk melakukannya tetapi juga kontrol yang cukup terhadap perilaku yang dilakukan. Dengan demikian. Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung lewat minat, dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Di model hubungan langsung ini ditunjukan dengan panah yang menghubungkan kontrol persepsi perilaku (perceived behavioral control) langsung ke perilaku (behavior).

Kontrol perilaku yang dirasakan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan seseorang mengenai sulit atau tidaknya untuk melakukan perilaku tertentu (Azwar, 2003). TPB mengganggap bahwa teori sebelumnya mengenai perilaku yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya oleh individu melainkan, juga dipengaruhi oleh faktor mengenai faktor non motivasional yang dianggap sebagai kesempatan atau sumber daya yang dibutuhkan agar perilaku dapat dilakukan. Sehingga dalam teorinya, Ajzen menambahkan satu dertiminan lagi, yaitu kontrol persepsi perilaku mengenai mudah atau sulitnya perilaku yang dilakukan. Oleh karena itu menurut TPB, intensi dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: sikap, norma subjektif, kontrol perilaku (Ajzen dalam Jogiyanto 2007).

2.3 SikapBeberapa pendapat pakar dalam psikologi sosial di kemukakan beberapa definisi. Sikap adalah evaluasi kepercayaan (belief) atau perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. (Fishbein dan Ajzen dalam Ramdhani 2008) Mendenifisikan sikap (Atitude) sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual dalam skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek; setuju atau menolak, dan lainnya. Sikap adalah suatu reaksi evaluatif menguntungkan terhadap sesuatu atau beberapa, dipamerkan dalam keyakinan seseorang, perasaan perilaku, kemudian definisi lain mengatakan: An attitude is a disposition to respond favourably or unfuorably toobject, person, institution or event, Sarwono (2002). Definisi ini memberikan pengertian bahwa sikap adalah suatu disposisi bertindak positif atau negatif terhadap suatu objek, orang, lembaga atau peristiwa.Attitude is a psyshological tendency that is expressed by evaluating a particularentity with some degree of favor or disfavor. Eagly & Chaiken dalam Sarwono (2002). Sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi kesatuan tertentu dengan beberapa derajat mendukung atau tidak mendukung. Definisi lain dikemukakan Gerungan (2004) attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandanagan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek. Sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secar dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait. Sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong dilakukannya tindakan-tindakan tertentu dalam situasi sosial. Secara tegas menyatakan bahwa predisposisi itu diperoleh dari proses belajar. Ramdhani (2008) menyatakan bahwa ide yang merupakan predisposisi tersebut berkaitan dengan emosi. Menurut Luthfi (2009) domain sikap dapat dipahami sebagai dimensi atau unsur-unsur dari sikap. Unsur ini memudahkan seseorang dalam melakukan pemahaman ataupun pengukuran terhadap sikap.

2.3.1. Aspek-Aspek SikapMenurut Baron et. al., (2003). Beberapa aspek-aspek penting dari sikap: a. Sumber suatu sikap (attitude origin). Faktor inilah yang mempengaruhi bagaimana pertama kali sikap terbentuk.bukti yang ada mengidikasikan bahwa sikap yang terbentuk. Bukti yang ada mengindikasikan bahwa sikap yang terbentuk berdasarkan pada pengalaman langsung sering kali memberikan pengaruh yang lebih kuat pada tingkah laku dari pada sikap yang terbentuk berdasarkan pada pengalaman tidak lanhsung atau pengalaman orang lain. Tampaknya, sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung lebih muda diingat, hal ini meningkatkan dampakmereka terhadap tingkah laku. b. Kekuata sikap (attitude strenght). Faktor lain salah satu faktor yang paling penting melibatkan apa yang disebut sebagai kekuatan sikap yang dipertanyakan. Selain kuat sikap tersebut, semakin kuat pula dampaknya pada tingkah laku. c. Kekhusukan sikap (attitude specificity). Aspek yang ketiga yang mempengaruhi sikap dengan tingkah laku adalah kekhusukan sikap yaitu sejauh mana terfokus pada objek tertentu atau situasi dibandingkan hal yang umum.

2.3.2. Komponen SikapFishbein dan Ajzen dalam Rahma (2011), berpendapat bahwa ada dua kelompok dalam pembentukan sikap yaitu:a. Behavioral belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. b. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku (Latief, 2011). Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, atau toko mana untuk dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang dievaluasi secara paling menguntungkan. Sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang seseorang terhadap suatu obyek. Aaker, et al, (2001) mendefinisikan sikap sebagai konstruk psikologis (psychological constructs). Sikap menunjukkan status mental seseorang yang digunakan oleh individu untuk menyusun cara mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan memberi petunjuk cara meresponnya. Kotler (2003), mendefinisikan sikap sebagai evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan bertindak baik yang favorable maupun unfavorable serta bertahan lama dari seseorang terhadap suatu objek atau ide. Sikap cenderung membentuk pola yang konsisten. Sikap relatif sulit berubah dan sikap membuat orang berperilaku relatif konsisten terhadap suatu obyek. Sikap dapat didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan individu merespon dengan cara yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkaitan dengan suatu obyek (Engel et al., dalam Burhannudin 2007). Menurut Gordon Allport yang dikutip oleh Burhanudin (2007) sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan respon terhadap suatu obyek atau kelompok obyek baik yang disenangi (favorable) maupun yang tidak disenangi (unfavorable) secara konsisten. Sementara Fishbein dan Azjen (2005) mendefinisikan sikap sebagai penilaian atau evaluation positif atau negatif terhadap suatu obyek. Pengertian ini membatasi sikap hanya pada komponen affective saja. Komponen ini merupakan komponen utama yang terlibat dengan sikap. Pengertian ini sesuai dengan pengertian sikap terhadap merek yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi merek baik yang disenangi maupun yang tidak disenangi (Azwar, 2003). Sikap merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian. Sikap konsumen dapat menjadi kontrol yang akurat terhadap perilaku pembelian (Dharmmesta, 1998) dan dapat mempengaruhi pola pikir individu dalam pengambilan keputusan. Hanna (2001) mengungkapkan bahwa sikap menentukan cara-cara berperilaku individu terhadap objek tertentu ada empat definisi sikap. Pertama, bagaimana perasaan mereka terhadap obyek positif atau negatif, terima atau tidak terima, pro atau kontra. Kedua, sikap sebagai kecenderungan untuk merespon sebuah objek atau golongan objek dengan sikap yang secara konsisten menerima atau tidak menerima. Ketiga, sikap berorientasi pada psikologi sosial yaitu motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif yang bertahan lama dengan beberapa aspek dari masing-masing individu. Keempat, keseluruhan sikap dari seseorang terhadap obyek dilihat dari fungsi kekuatan dari tiap-tiap sejumlah kepercayaan yang seseorang pegang tentang beberapa aspek dari obyek dan evaluasi yang diberikan dari tiap-tiap kepercayaanyang bersangkut paut pada obyek. Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas". Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkah laku, keyakinan dan lain-lain. Namun dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan karakteristik; sikap ialah tingkah laku yang terkait dengan kesediaan untuk merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti suatu tingkah laku dapat diprediksi apabila telah diketahui sikapnya. Walaupun manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat langsung tapi sikap dapat ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup (Suharyat, 2009).

2.4. Norma Subyektif

Norma Subyektif (subjective norm) adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007). Konsumen berperilaku tidak terlepas dari kegiatan melakukan keputusan untuk berperilaku. Keputusan yang akan diambil seseorang dilakukan dengan pertimbangan sendiri maupun atas dasar pertimbangan orang lain yang dianggap penting. Keputusan yang dipilih bisa gagal untuk dilakukan jika pertimbangan orang lain tidak mendukung, walaupun pertimbangan pribadi menguntungkan. Dengan demikian pertimbangan subyektif pihak lain dapat memberikan dorongan untuk melakukan wirausaha atau keputusan berwirausaha, hal demikian dinamakan norma subjektif.Norma subjektif diartikan sebagai faktor sosial yang menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan wirausaha (Dharmmesta, 2005). Dalam penelitian sebagai norma subjektfi dalah kelompok referensi berupa orang tua, teman dekan dan dosen, yang mampun mendorong mahsiswa berperilaku yaitu niat untuk berwirausaha.

2.4.1 Kompoen Norma SubyektifMenurut Fishbein dan Azjen (2005), norma subjektif secara umum mempunyai dua komponen berikut:a. Normative beliefs (Keyakinan Norma). Persepsi atau keyakinan mengenai harapan orang lain terhadap dirinya yang menjadi acuan untuk menampilkan perilaku atau tidak. Keyakinan yang berhubungan dengan pendapat tokoh atau orang lain yang penting dan berpengaruh bagi individu atau tokoh panutan tersebut apakah subjek harus melakukan atau tidak suatu perilaku tertentu. b. Motivation to comply (motivasi untuk memenuhi)

Motivasi individu untuk memenuhi harapan tersebut. Norma subjektif dapat dilihat sebagai dinamika antara dorongan-dorongan yang dipersepsikan individu dari orang-orang disekitarnya dengan motivasi untuk mengikuti pandangan mereka(motivation to comply) dalam melakukan atau tidak melakukan tingkah laku tersebut.Norma subyektif adalah persepsi seseorang mengenai tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku (Ajzen, 2005). Dalam model TRA dan TPB norma subjektif adalah fungsi dari normative beliefs, yang mewakili persepsi mengenai preferensi signifikan lainya mengenai apakah perilaku tersebut harus dilakukan. Model ini mengkuantifikasi keyakinan ini dengan mengalikan kemungkinan subyektif seorang disebut relevan berpikir bahwa seseorang harus melaksanakan perilaku tersebut dengan motivasi seseorang untuk mengikuti (motivation to comply) apa yang ingin dilakukan.

2.5. Kontrol PerilakuKontrol perilaku menurut Ajzen (2005) mengacu pada persepsi-persepsi seseorang akan kemampuannya untuk menampilkan perilaku tertentu. Dengan kata lain kontrol perilaku menunjuk kepada sejauh mana seseorang merasa bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu berada di bawah kontrol individu yang bersangkutan. Kontrol perilaku ditentukan oleh sejumlah keyakinan tentang hadirnya faktor-faktor yang dapat memudahkan atau mempersulit terlaksananya perilaku yang ditampilkan. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2003).

Kontrol perilaku secara langsung mempengaruhi niat untuk melaksanakan suatu perilaku dan juga mempengaruhi perilaku (Ajzen, 2006). Di mana dalam situasi pengguna berniat untuk melaksanakan suatu perilaku namun dihalangi dalam melakukan tindakan tersebut. Kontrol perilaku yang dirasakan ditunjukan dengan tanggapan seseorang terhadap halangan dari dalam atau halangan dari luar sewaktu melakukan perilaku atau tingkah laku. Kontrol perilaku dapat mengukur kemampuan seseorang dalam mendapatkan sesuatu dalam mengambil suatu kegiatan. Perilaku akan bergantung pada interaksi antara sikap, keyakinan, dan niat berperilaku. Niat berperilaku seseorang juga akan dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang dirasakan. Kontrol keperilakuan yang dirasakan merupakan kondisi di mana orang percaya bahwa suatu tindakan itu mudah atau sulit dilakukan, mencakup juga pengalaman masa lalu di samping rintangan-rintangan yang ada yang dipertimbangkan oleh orang tersebut (Tjahjono, 2005). Pengaruh langsung dapat terjadi jika terdapat actual control di luar kehendak individu sehingga memengaruhi perilaku. Semakin positif sikap terhadap perilaku dan norma subjektif, semakin besar kontrol yang dipersepsikan seseorang, sehingga semakin kuat niat seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu. Akhirnya, sesuai dengan kondisi pengendalian yang nyata di lapangan (actual behavioral control) niat tersebut akan diwujudkan jika kesempatan itu muncul. Sebaliknya, perilaku yang dimunculkan bisa jadi bertentangan dengan niat individu tersebut. Hal tersebut terjadi karena kondisi di lapangan tidak memungkinkan memunculkan perilaku yang telah diniatkan sehingga dengan cepat akan memengaruhi kontrol perilaku yang dipersepsikan individu tersebut. Kontrol perilaku yang dipersepsikan yang telah berubah akan memengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan, (Ernawati, 2010).2.6.Niat Memberikan ASI EksklusifSeperti yang kita ketahui pada praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Jika dikaitkan dengan kasus ini, maka niat dari pemberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh sikap dari ibu pasca melahirkan dan persepsi atau pandangan terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk memberikan atau tidak memberikan ASI kepada bayi. ASI telah diketahui keunggulanya, namun ada kecenderungan para ibu tidak menyusui bayinya secara eksklusif. Salah satu contohnya dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakakan ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya rendah, anatara lain adalah pengaruh iklan atau promosi pengganti ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah serta dukungan suami yang rendah pula.

Sebagai contoh yang beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gibney etal (2005) menyatakan bahwa sikap dan kepercayaan yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI membuat para ibu tidak memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Umumnya alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif memiliki rasa takut yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau bermutu tidak baik, keterlambatan memulai pemberian ASI dan pembuangan kolostrum, tekhnik pemberian ASI yang salah, serta kepercayaan keliru bahwa bayi haus dan memerlukan cairan tambahan. Selain itu kurangnya dukungan dari pelayanan kesehatan dan keberadaan pemasaran susu formula pengganti ASI menjadi kendala ibu dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya.2.7. Kerangka Teori

2.8.Keterkaitan Antar Variabel2.8.1. Hubungan Sikap Terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi terhadap pemberian susu eksklusif oleh ibu pada bayi merupakan suatu perilaku, dan penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seorang ibu terhadap pemberian ASI kepada bayi yang berusia 0-6 bulan menjadi pendorong terbentuknya niat. Faktor sikap merupakan poin penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu. Perubahan sikap tersebut dapat berbentuk penerimaan ataupun penolakan.2.8.2. Hubungan Norma Subjektif Terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?Subjective normsadalahnorma subjektif atau norma yang dianut seseorang. Semisalnya dalam pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayi dorongan anggota keluarga, termasuk teman dekat juga mempengaruhiapakah sebuah gagasan mengenai pemeberian ASI eksklusif, dan kemudian diikuti dengan saran, nasihat, dan motivasi dari keluarga atau teman. Kemampuan anggota keluarga atau teman dekat mempengaruhi seorang individu untuk berniat dan akhirnya dapat berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan, dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti yang disarankan.2.8.3. Hubungan keyakinan terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?

Keyakinan dibagi menjadi dua yaitu :

1. Keyakinan perilaku (behavioral belief)

Hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut. Dalam praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi, Behaviour beliefmengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu.Seseorang akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior) dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding of the outcome). Jika dalam melakukan sebuah pertimbangan lebih banyak untung nya maka seorang ibu akan berniat melakukan pemberian ASI eksklusif bagi bayinya, begitu juga sebaliknya apabila pertimbangan yang dilakukan lebih memiliki potensi kerugian maka seorang ibu akan mencari solusi lain dan tidak berniat menggunakan ASI eksklusif.2. Keyakinan normatif (normative beliefs)Berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan. Yaitu norma-norma subjektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orangorang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut. Faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi niat seorang ibu dalam memberi asupan kepada bayi, apakah akan menggunakan ASI eksklusif atau tidak.2.8.4. Hubungan importance norms terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?

Importance norms atau normanorma penting atau normanorma yang berlaku di masyarakatadalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat. Unsur-unsur sosial budaya yang dimaksud seperti gengsi untuk menggunakan ASI eksklusif atau gensi untuk mengganti ASI dengan susu formula. Dan Importance norms juga dapat membuat niat seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku.2.8.5. Hubungan Pendidikan Terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?Pengalaman dan pendidikan wanita sejak kecil mempengaruhi niat, sikap dan penampilan mereka dalam menyusui di kemudian hari seorang wanita yang dalam keluarga ataulingkungan sosialnya secara teratur memiliki kebiasaan memberi ASI akan memiliki pandangan positif tentang pemberian ASI. Cambell (2002) menyatakan bahwa pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang ibu akan semakin luas wawasan berfikirnya sehingga banyak informasi yang diserap dan timbulah sebuah niat untuk melakukan apa yang sesuai dengan pengetahuanya dalam dalam hal memberi asupan bagi bayi.2.8.6. Hubungan Ekonomi Terhadap Niat Memberikan ASI Eksklusif?Masyarakat yang memiliki pendapatan rendah memiliki kecenderungan untuk memberikan ASI karena tidak mempu untuk membeli susu formula. Akan tetapi pemberian susu formula kepada bayi juga cenderung diberikan apabila ditinggal bekerja, namun frekuensinya tidak setiap hari karena tidak mampu untuk membeli kebutuhan pokok. Sedangkan kepada subjek yang memilki penghasilan tinggi juga lebih memiliki kecenderungan untuk memberikan susu formula lebih besar karena didukung oleh ekonomi yang memadai dan memiliki anggapan bahwa susu formula adalah pilihan terbaik ketika anak ditinggal kerja. Karena orang tua sibuk dan pulang hingga larut serta ekonomi juga memadai maka subjek beranggapan jika susu formula adalah pilihan yang baik, dan susu formula yang semakin mahal maka semakin baik pula. Jadi hubungan tingkat ekonomi dengan niat pemberian ASI Eksklusif berbanding terbalik karena semakin tinggi ekonomi keluarga, pastinya akan semakin sibuk aktifitas yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari nafkah maka solusi ketika memiliki seorang bayi adalah cenderung lebih besar menggunakan susu formula, meskipun juga di kombinasikan dengan ASI. Sedangkan pada ibu berpendapatan rendah akan menggunakan ASI sebagai makanan pokok bagi buah hati karena untuk kebutuhan pokok masih kurang.2.9. Kerangka Konsep

Konsep pada penelitian ini disusun secara sistematis berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Kerangka konsep penelitian digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Variabel independent

Variabel dependent

Penelitian ini akan meneliti sikap dan norma subyektif pada Ibu hamil (responden) yang berpengaruh kepada niat responden untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Hasil penelitian mengenai sikap dan norma subyektif dijadikan sebagai variabel bebas (independent) yang dapat mempengaruhi niat pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil. Niat aytterikat ini dijadikan dua kategori, yaitu berniat memberikan ASI Eksklusif dan tidak berniat memnerikan ASI Eksklusif.

NOPERNYATAANSETUJU RAGU - RAGU TIDAK SETUJU

1Asi seharusnya diberikan kepada bayi selama 6 bulan tanpa makanan tambahan

2Ibu seharusnya makan makanan bergizi atau buah buahan untuk memperlancar Asi

3Bayi dibawah 6 bulan tidak baik diberikan makanan tambahan

4Bayi dibawah 6 bulan seharusnya diberikan makanan tambahan dan susu formula

5Ibu hamil seharusnya mengonsumsi daun katu untuk memperlancar Asinya

6Ibu hamil sebaiknya membaca pedoman tentang Asi Eksklusif sebelum melahirkan

7Ibu hamil seharusnya mengikuti senam hamil untuk memperlancar Asi

8Ibu seharusnya memberikan asi Eksklusif selama 6 bulan agar bayi kelak kebal terhadap penyakit

9Susu formula sudah cukup untuk menggantikan Asi

10Ibu tidak seharusnya memberikan Asi Eksklusif karena dapat mempengaruhi bentuk tubuh ibu

TOTAL

Kuesioner ASI Eksklusif Pada Bayi

A. Kuesioner Kepada Ibu Hamil Tentang Sikap

Bentuk presentase dalam perhitungan kuesioner untuk variable sikap

Presentasi Skor = frekuensi jawaban 100%

Total frekuensi

Kategori nilai presentase

B. Kuesioner Kepada Ibu Hamil Tentang Pengetahuan

1. Apakah yang dimaksud dengan air susu ibu (ASI) ?

a. Air susu yang sempurna dan mengandung zat antibody yang berasal dari ibub. Air susu yang dicampur dengan susu formula atau susu sapi

c. Air susu yang mengandung protein yang harganya cukup mahal

2. Bagaimana cara memberikan ASI yang baik pada bayi ?

a. Berikan ASI ditambah susu formula agar lebih sempurna

b. Berikan ASI saja tanpa bahan makanan sampai usia 6 bulan

c. Berikan ASI dan tambahan makanan lain agar bayi tambah kuat

3. Apakah yang dimaksud dengan ASI Ekslusif ?

a. ASI yang mengandung susu formula

b. ASI yang diberikan pada bayi 0-6 bulan tanpa makanan lain

c. ASI ditambah dengan makanan pendamping pada bayi 0-6 bulan

4. Air susu ibu yang diberikan tanpa makanan dan minuman termasuk air putih kecuali obat dan vitamin selama 6 bulan, merupakan pengertian dari ?

a. ASI

b. ASI Ekslusif

c. ASI murni

5. Kapan sebaiknya ASI Ekslusif diberikan pada bayi ?

a. Setelah bayi menginjak umur 1 tahun

b. Setelah bayi baru lahir sampai 6 bulan tanpa makanan pendamping

c. Setelah bayi baru lahir sampai 6 bulan dengan tambahan makanan pendamping6. Menurut ibu kapankah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?

a. Segera setelah bayi lahir/ maksimal 1 jam setelah lahir

b. menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI

c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah diberikan ASI pertama7. Manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI?

a. Memberikan nutrisi dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi

b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi

c. Semua jawaban benar

8. Apa saja yang kandungan yang terdapat dalam ASI?

a. Kolostrum dan antibodi

b. Protein susu, karbohidrat, dan lemak

c. Semua jawaban benar

9. Apa manfaat bagi ibu apabila memberikan ASI ekskludif selama 6 bulan?a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan

b. Dapat menunda kehamilan berikutnya

c. Lebih ceoat langsing

10. Berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti ASI?

a. 0-2 bulan

b. 2-5 bulan

c. 6 bulanBentuk presentase dalam perhitungan kuesioner untuk variable pengetahuan

Presentasi Skor = frekuensi jawaban 100%

Total frekuensi

Kategori nilai presentase

C. Kuesioner Kepada Ibu Hamil Tentang Niat

NOPERNYATAANYATIDAK

1.Saya akan memberikan susu formula kepada calon bayi saya

2.Saya akan memberikan ASI kepada calon bayi selama 6 bulan

3.Saya mengikuti senam hamil agar ASI keluar dengan lancer

4.Saya makan sayur dan buah-buahan untuk memperlancar ASI

5.Saya sudah menyiapkan buku pedoman pemberian ASI yang baik dan benar

6.Saya memijat dan membersihkan payudara secara rutin agar ASI keluar dengan lancar

7.Saya sudah menyiapkan baju berkancing depan untuk memudahkan saat pemberian ASI pada bayi

8.Saya sudah membiasakan menggunakan bra yang longgar supaya tidak mengganggu kelancaran produksi ASI

9.Saya sudah menyiapkan atau membeli pompa dan tabung ASI apabila nanti saya tidak mempunyai waktu untuk menyusui

10.Saya sudah melakukan konsultasi ke konselor menyusui seputar pemberian ASI Eksklusif

TOTAL

Bentuk presentase dalam perhitungan kuesioner untuk variable niat

Presentasi Skor = frekuensi jawaban 100%

Total frekuensi

Kategori nilai presentase

D. Kuesioner Kepada Ibu Hamil Tentang KeyakinanNOPERNYATAANYATIDAK

1Saya yakin bila bayi diberi ASI maka bayi akan jauh dari penyakit.

2Saya yakin bila bayi diberi ASI maka bayi menjadi kurus.

3Saya yakin bila bayi diberi ASIdan ditambah susu formula, maka pertumbuhan bayi akan maksimal.

4Saya tidak yakin bahwa pemberian ASI Eksklusif dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan anak.

5Saya tidak ykin bahwa makanan yang saya konsumsi mempengaruhi produksi ASI.

6Saya yakin obat atau supplement yang saya konsumsi tidak mempengaruhi kualitas ASI.

7Saya tidak yakin bila saya memberikan ASI Eksklusif, tumbuh kembang bayi akan baik.

8Saya yakin bahwa kandungan gizi dalam susu formula sama seperti gizi dalam ASI.

9Saya tidak yakin bila saya memberikn ASI selama 6 bulan ASI saya akan mencukupi.

10Saya tidak yakin bahwa setelah melahirkan ASI saya akan keluar dengan sendirinya.

TOTAL

Bentuk pressentase dalam perhitungan kuesioner untuk variable subjective norms

Presentasi Skor = frekuensi jawaban 100%

Total frekuensi

Kategori nilai presentase

E. Kuesioner Kepada Ibu Hamil Tentang Norma Subjektif (Motivasi dan

Pengalaman Orang Lain)NOPERNYATAANYATIDAK

1.Di desa saya pemberian ASI saja pada bayi tidak biasa

2.

Di desa saya pemberian ASI pada bayi dibarengi dengan pemberian susu formula

3.

Di desa saya pemberian ASI pada bayi dibarengi dengan pemberian makanan tambahan

4.

Di desa saya pemberian ASI eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan

5.

Di desa saya pemberian ASI eksklusif pada bayi lebih dari 6 bulan

6.

Orang tua saya mendukung saya untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi saya

7.

Orang tua saya menolak jika saya memberikan ASI secara eksklusif pada bayi saya

8.

Di desa saya banyak beranggapan pemberian ASI eksklusif membuat bayi lebih sehat

9.

Di desa saya banyak yang beranggapan bahwa pemberian ASI eksklusif membuat bayi tidak sehat

10.Di desa saya pemberian ASI eksklusif pada bayi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi

TOTAL

Bentuk presentase dalam perhitungan kuesioner untuk variabel keyakinan

Presentasi Skor = frekuensi jawaban 100%

Total frekuensi

Kategori nilai presentase

Semarang, 2015

Responden,

Nama :Terima kasih atas partisipasi Anda telah mengisi kuesioner ini.DAFTAR PUSTAKA

________, 2005. Attitude, Personality, and Behavior. 2nd Edition. Berkshire, UKOpen University Press-McGraw Hill Education.

________, 2006. Constructing a Tp\PB Questionnaire: Conceptual andMethodological Considerations.

Aaker, D.A., Kumar, V. and Day, G.S. 2001. Marketing Research(7th edition), JohnWiley and Son Inc, New York..

Ajzen, I. 1991. Teori Perilaku Direncanakan. Org. Perilaku. Hum. Decis. Proses. 50, 179-211.Azwar, S. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.Baron, Robert A & Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial. Jilid 1 Jakarta: Penerbitan Erlangga.Burhanudin, 2007. Theory of Planned Behavior: Aplikasi pada niat konsumen untuk berlangganan suratkabar harian kedaulatan rakyat di desa donotirto, kecamatan kretek, kabupaten bantul. UniversitasJanabadra Yogyakarta.Campbell K. 2002. Family Food Environtment of children : does sosioeconomics status make a difference. Asia pacific : journal clinical nutritionDepartemen Kesehatan RI. 2007. Pelatiahn Konseling Menyusui Sejak Lahir sampai Enam Bulan hanya ASI saja. Jakarta : DepkesDepkes RI, 2003. Ibu bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu. JakartaDharmmesta, B. S . 1998. Theory of planned behavior dalam penelitian sikap, niat dan perilakukonsumen. Kelola Gadjah Mada University. Business Revisi . Yogyakarta.Dharmmesta, B. S. 2005. Kontribusi Involvement dan Trust In A Brand dalam Membangun Loyalitas Pelanggan. Journal of Indonesian Economy and Business Vol. 20 No. 3 2005.Ernawati, 2010. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Kontrol Perilaku yang dipersepsikan, dan sunset policy terhadap kepatuhan wajib pajak dengan niat sebagai variabel intervening.Fikawati & Syafiq, 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia, Makara, Kesehatan, Volume 14 No.1, Edisi Juni 2010:17-24Fishbein and Ajzen, 2005. Attitude, Personality, and Behavior. 2nd Edition. Berkshire, UKOpen University Press-McGraw Hill Education.

Gerungan, 2004. Psikologi Sosial. PT Refika Aditama, Bandung.Gibney MJ, MM Barrie, MK John, A Leonore. 2004. Public Health Nutrition. Oxford : Blacwell Publishing Ltd.Hanna, Nessim.. 2001. Consumer Behavior: An Applied Research. Upper SaddleRiver, NJ: Prentice Hall Inc.Hsu, M. H. And Chiu, C. M. 2002. Predicting Electronic Service Continuance witha Decomposed Theory of Planned Behavior, Behavior & InformationTechnology.Jogiyanto, 2007. Sistem Informasi Keperilakuan, Yogyakarta : Penerbit Andi.Kotler, Philip. 2003. Marketing Management, 11th ed. Upper Saddle River, Prentice Hall, Inc, NewJersey.Latief, Wasis A. 2011. Analisis faktor psikologis konsumen dan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian. Jurnal Adminisrtasi indonesia, volume 1. No 1.Luthfi, Ikhwan, 2009. Psikologi Sosial . Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Hal.1.Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum), Jakarta: TIMNotoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka CiptaPrasetyono Dwi sunar. ( 2005 ). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva PressPurwanti, Hubertin S. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku Untuk Bidan, Jakarta: EGCRahma, 2011.Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral control terhadap intensimembeli buku referensi buku kuliah ilegal pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Islam Syarif Hidayatullah.Ramdhani, Neila. 2008. Sikap dan Beberapa Definisi untuk Memahaminya. Universitas Gajah Mada.Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: EGCSarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi sosial. Jakarta :Balai Pustaka.Suharyat, Yayat. 2009. Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Perilaku Manusia, UNISMA Bekasi.Tjahjono, Heru .Kurnianto, 2005. Kajian Niat Mahasiswa Manejemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Uutuk Menjadi Wiirausaha, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.SIKAP

NORMA SUBJECTIVE

KEYAKINAN

IMPORTANCE NORMS

NIAT PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

EKSKLUSIF

PENDIDIKAN

EKONOMI

Niat Pemberian ASI Eksklusif.

Berniat memberikan ASI Eksklusif

Tidak berniat memberikan ASI Eklusif

SIKAP

SUBJECTIVE NORMS