documentpb

8
HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SDN 2 DAN SDN 3 BERKOH PURWOKERTO Tririni Budi Setyaningsih, Hilma Paramita, Anton Budi Darmawan, Ferra Nurul Hidayani 1 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman E-mail: [email protected] ABSTRACT Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is characterized by a pattern of diminished sustained attention (inattention), hyperactivity and higher levels of impulsivity in a child or adolescent than expected for someone of that age and developmental level. A child with ADHD usually gets a difficulty in learning process that cause the decreasing of achievement at school. The objective of this study was to know the correlation between ADHD with the achievement among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto. The method of this study was analytic observational with cross-sectional design studies and sampling techniques were purposive sampling and simple random sampling in 43 students; 19 students that had high risk of ADHD and 24 students without ADHD. Univariate analysis used table of frequency and bivariate analysis used chi square. Proportion of ADHD was 44,2%. There was a correlation between ADHD with the achievement (p=0,004; r=0,450). This result showed that there was a statistically significant correlation between ADHD with the achievement among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto. Key words: ADHD, achievement PENDAHULUAN Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari aspek kesehatan manusia secara keseluruhan. Gangguan yang terjadi padanya akan membawa dampak pada masyarakat sangat besar dan luas karena kehilangan waktu produktif serta memerlukan biaya pengobatan dan perawatan. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 1995 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan RI dengan menggunakan rancangan sampel dan Sensus Nasional (Susenas) Biro Pusat Statistik (BPS) terhadap 65.664 rumah tangga, didapatkan prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota keluarga yaitu pada usia

Upload: juwitaanggi14

Post on 22-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PB

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN

    HIPERAKTIVITAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SDN 2 DAN SDN 3

    BERKOH PURWOKERTO

    Tririni Budi Setyaningsih, Hilma Paramita, Anton Budi Darmawan, Ferra Nurul Hidayani1

    1Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman

    E-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is characterized by a pattern of diminished

    sustained attention (inattention), hyperactivity and higher levels of impulsivity in a child or

    adolescent than expected for someone of that age and developmental level. A child with

    ADHD usually gets a difficulty in learning process that cause the decreasing of achievement

    at school. The objective of this study was to know the correlation between ADHD with the

    achievement among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto. The method of this

    study was analytic observational with cross-sectional design studies and sampling techniques

    were purposive sampling and simple random sampling in 43 students; 19 students that had

    high risk of ADHD and 24 students without ADHD. Univariate analysis used table of

    frequency and bivariate analysis used chi square. Proportion of ADHD was 44,2%. There was

    a correlation between ADHD with the achievement (p=0,004; r=0,450). This result showed

    that there was a statistically significant correlation between ADHD with the achievement

    among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto.

    Key words: ADHD, achievement

    PENDAHULUAN

    Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari aspek kesehatan manusia secara keseluruhan.

    Gangguan yang terjadi padanya akan membawa dampak pada masyarakat sangat besar dan

    luas karena kehilangan waktu produktif serta memerlukan biaya pengobatan dan perawatan.

    Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 1995 oleh Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan RI dengan menggunakan

    rancangan sampel dan Sensus Nasional (Susenas) Biro Pusat Statistik (BPS) terhadap 65.664

    rumah tangga, didapatkan prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota keluarga yaitu pada usia

  • 5-14 tahun 104 orang, pada usia diatas 15 tahun 140 per 1000. Prevalensi diatas 100 per 1000

    anggota rumah tangga dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat

    perhatian (priority public health problem).1

    Gangguan jiwa tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga dapat dialami oleh

    remaja dan anak-anak. Salah satu gangguan jiwa yang sering dialami remaja dan anak-anak,

    terutama anak-anak, adalah Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

    Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). GPPH adalah gangguan penyesuaian diri

    perkembangan perhatian (inatensi), aktivitas berlebih (hiperaktivitas) dan kontrol perilaku

    kurang (impulsif).2

    Penelitian di sekolah dasar di Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tahun 2000

    menunjukkan prevalensi GPPH 9,5%. Setiap kelas sekolah dasar diperkirakan 2-3 anak

    dengan GPPH atau 1-2 di antara 10 anak sekolah dasar mengalami GPPH. Prevalensi GPPH

    pada anak sekolah dasar di DKI Jakarta adalah 26,2%, pada rentang usia 6-13 tahun.3,4

    Anak dengan GPPH seringkali menunjukkan masalah dalam berbagai tugas yang

    memerlukan konsentrasi yang optimal dan akurasi serta aturan-aturan tertentu. Hal ini

    tentunya juga akan berkaitan dengan sikap motivasi yang rendah serta masalah dalam sistem

    regulasi diri. Anak dengan GPPH sering mengalami kesulitan dalam berbagai aspek

    kehidupannya yang salah satunya adalah kesulitan belajar yang akan mempengaruhi prestasi

    belajarnya. Akibat dari semua ini tentunya akan menurunkan kualitas hidup anak baik saat ini

    maupun di kemudian hari.4

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilakukan di SDN 2 dan SDN 3 Berkoh, Purwokerto, Jawa Tengah. Penelitian

    dilakukan pada tanggal 14 Maret 2011 sampai dengan 4 April 2011. Rancangan penelitian

    yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional. Subjek penelitian ini adalah siswa

    SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto kelas I-III yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria

    eksklusi. Kriteria inklusi yaitu siswa SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto kelas I sampai

    kelas III tahun ajaran 2010/2011, jumlah kehadiran 75% dan bersedia menjadi subjek

    penelitian dengan izin orang tua yaitu telah menandatangani informed consent. Kriteria

    eksklusi meliputi tidak mengikuti penelitian dari awal hingga akhir, menderita kekurangan

    gizi, menderita anemia dan mengalami gangguan penglihatan dan atau pendengaran dan tidak

  • menggunakan alat bantu. Subjek penelitian berjumlah 43 anak serta dipilih dengan cara

    purposive sampling dan simple random sampling.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah GPPH. Variabel tergantung adalah prestasi

    belajar. Pengumpulan data karakteristik subjek penelitian dilakukan sebagai data pendukung

    melalui pengisian kuesioner dan pemeriksaan oleh peneliti. Karakteristik subjek penelitian

    meliputi kelas, usia, jenis kelamin, status gizi, fungsi pendengaran, fungsi penglihatan dan

    anemia.Sedangkan untuk data primer adalah pengisian kuesioner Skala Penilaian Perilaku

    Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI) untuk menilai GPPH. Data prestasi belajar didapat dari

    data sekunder raport kelas.

    Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat

    dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel dengan menggunakan tabel

    distribusi frekuensi. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square untuk

    mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang terdapat dalam hipotesis

    penelitian. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, terdapat nilai expected yang kurang dari

    lima, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Kekuatan

    hubungan dinilai dengan uji koefisien kontingensi.

    HASIL

    Penelitian tentang hubungan antara GPPH dengan prestasi belajar siswa SDN 2 dan SDN

    3 Berkoh Purwokerto, terwakili dalam 43 sampel yang terbagi atas 2 kelompok berdasarkan

    risiko GPPH, yaitu 19 anak merupakan kelompok yang berisiko tinggi GPPH dan 24 anak

    merupakan anak tidak GPPH.

    Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

    Variabel Penelitian Frekuensi %

    Kelas

    1

    2

    3

    14

    21

    8

    32,6

    48,6

    18,6

    Usia

    6

    7

    8

    9

    1

    11

    19

    7

    2,3

    25,6

    44,2

    16,3

  • 10

    11

    12

    2

    2

    1

    4,7

    4,7

    2,3

    Jenis Kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    29

    14

    67,4

    32,6

    Status Gizi

    Sangat Kurus

    Kurus

    Normal

    Gemuk

    0

    0

    38

    5

    0

    0

    88,4

    11,6

    Fungsi Pendengaran

    Tidak normal

    Normal

    0

    43

    0

    100

    Fungsi Penglihatan

    Tidak Normal

    Normal

    0

    43

    0

    100

    Anemia

    Negatif

    Positif

    43

    0

    100

    0

    Total 43 100

    Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua atau wali murid dan guru, 19 di antaranya

    berisiko tinggi untuk menderita GPPH. Hasil penelitian menunjukkan proporsi GPPH di SDN

    2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto adalah 44,2%. Subjek penelitian laki-laki lebih banyak

    dibandingkan dengan perempuan yaitu 8,8:1. Dari 19 responden yang berisiko tinggi GPPH, 4

    orang (21,1%) di antaranya pernah tinggal kelas.

    Tabel 2. Hubungan antara GPPH dengan Prestasi Belajar

    x2

    = 10,942 p = 0,004

    Nilai Total

    Rendah Sedang Tinggi

    GPPH GPPH 11

    (25,6%)

    6

    (14,0%)

    2

    (4,7%)

    19

    (44,2%)

    Tidak

    GPPH

    3

    (7,0%)

    11

    (25,6%)

    10

    (23,3%)

    24

    (55,8%)

    Total 14

    (32,6%)

    17

    (39,5%)

    12

    (27,9%)

    43

    (100,0%)

  • Hasil yang diperoleh dari analisis bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan

    secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara GPPH dengan prestasi belajar dengan

    kekuatan sedang (p=0,004; r=0,450).

    PEMBAHASAN

    Proporsi GPPH pada penelitian ini adalah sebesar 44,2%. Angka ini lebih tinggi dari pada

    penelitian yang dilakukan oleh Polanczyk, dkk yaitu 5,29%, berdasarkan data dari Januari

    1978 sampai Desember 2005 di berbagai negara.5 Penelitian yang dilakukan oleh Saputro

    menunjukkan prevalensi anak GPPH di DKI Jakarta sebesar 26,2%.3 Angka proporsi GPPH

    pada penelitian ini menjadi lebih besar dapat dikarenakan jumlah sampel yang jauh lebih

    sedikit dibanding dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Angka proporsi yang lebih tinggi

    juga dapat disebabkan oleh metode pengambilan sampling yang digunakan yaitu non-

    probability sampling, purposive sampling. Rasio perbandingan anak laki-laki dan perempuan

    pada penelitian ini adalah 8,8:1. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan rentang rasio

    antara anak laki-laki dan perempuan GPPH adalah 2:1 sampai 9:1.2,5

    Penelitian oleh Michanie

    dkk. dan Galra dkk. menunjukkan bahwa salah satu masalah edukasional yang dapat

    ditimbulkan oleh gejala-gejala GPPH adalah tinggal kelas.7,8

    Pada penelitian ini didapat nilai p = 0,004 yang menunjukkan adanya hubungan yang

    bermakna antara GPPH dan prestasi belajar. Hasil serupa juga didapat pada penelitian oleh

    Hayati tentang hubungan GPPH dengan prestasi belajar anak-anak TK ABA XV Banjarmasin

    dengan nilai p = 0,000. Prestasi belajar dinilai berdasarkan raport harian yang dinilai guru

    setiap hari selama satu semester.9

    Anak-anak dengan GPPH sulit dalam pelajaran yang membutuhkan konsentrasi, memori

    dan akurasi yang akan mempengaruhi prestasi belajar mereka, terutama pada kemampuan

    matematika dan membaca.6,10,11

    Penelitian oleh Scheffler dkk. didapat bahwa anak-anak

    dengan GPPH yang diberikan pengobatan memiliki skor matematika 2,9 kali lebih tinggi dari

    pada anak-anak yang tidak diobati (p = 0,04). Anak-anak yang diberi pengobatan lebih atau

    sama dengan dua kali memiliki skor membaca rata-rata 5,4 kali lebih tinggi dari pada

    kelompok anak-anak yang tidak diobati (p < 0,01).12

    Pada GPPH terdapat gangguan neurobiologi yaitu gangguan fungsi dopamin dan

    noradrenalin. Pompa yang mengatur keseimbangan pengeluaran dan penarikan kembali

  • dopamin mengalami gangguan. Pompa tersebut bekerja terlalu cepat sehingga ambilan

    kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan lobus prefrontal meningkat.

    Perubahan secara genetik jalur katekolamin dapat memblok reseptor alfa 2 noradrenalin

    dengan memproduksi yohimbin juga menimbulkan gejala-gejala GPPH, seperti hiperaktivitas,

    impulsivitas dan kemampuan memori yang lemah.13,14

    Selain gangguan neurobiologi, pada anak dengan GPPH terdapat pengecilan lobus

    prefrontal kanan pada bagian korteks, nukleus kaudatus kanan, globus palidus kanan serta

    vermis. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses editing

    perilaku dan emosi, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu

    seseorang. Hasil imaging pada pasien dengan GPPH didapat bahwa bagian korteks lobus

    prefrontal kanan kurang aktif dan memiliki koneksi yang lemah dengan bagian otak yang lain.

    Nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatis yang

    datang pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi

    serebelum adalah mengatur keseimbangan.14,15

    Anak dengan GPPH juga mengalami perkembangan intelektual yang lebih lambat

    dibandingkan dengan anak normal dan saudaranya, tingkat intelegensinya (IQ) 7-15 poin di

    bawah anak normal. Meskipun memiliki tingkat intelegensi normal, tetapi kemampuan

    adaptasi anak itu berada di bawah kemampuan anak normal.3,8

    Prestasi akademik yang di bawah rata-rata atau buruk sering menimbulkan konflik dengan

    orang tua atau guru di sekolah. Anak dengan gangguan ini tidak dapat menyelesaikan tugas

    dengan baik sehingga sering dianggap sebagai anak yang membangkang, anak malas atau

    anak yang tidak bertanggung jawab. Kondisi ini menyebabkan respon keluarga atau

    lingkungan terhadap anak ini cenderung bersikap memusuhi atau tidak menyukai.3 Hal seperti

    ini dapat menyebabkan lingkaran setan antara GPPH dengan prestasi belajar yang rendah pada

    anak dengan GPPH.

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Besar sampel yang digunakan adalah besar

    sampel minimal yang mungkin tidak dapat mewakili populasi yang sebenarnya, tetapi pada

    kedua sekolah besar sampel minimal ini sudah cukup.Variabel-variabel pengganggu yang

    berpengaruh dalam penelitian ini belum sepenuhnya dikendalikan. Prestasi belajar memiliki

    banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya dan faktor-faktor tersebut tidak dapat dideteksi

  • maupun disingkirkan dalam penelitian ini. Hal yang berhubungan dengan prestasi belajar

    berupa kecerdasan, bakat dan lingkungan belum diteliti.

    KESIMPULAN

    Proporsi GPPH di SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto adalah 44,2%. Terdapat

    hubungan yang bermakna antara Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

    dengan prestasi belajar siswa SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto dengan kekuatan sedang.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hidayat, D. 2007. Pelayanan Kesehatan Jiwa Integratif. Makalah disampaikan dalam

    Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa

    Sedunia. Jakarta.

    2. Sadock, B. J. dan Sadock V. A. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

    Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins,

    USA. Hal. 1207.

    3. Saputro, D. 2009. ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). Sagung Seto,

    Jakarta. Hh. 153.

    4. Wiguna, T. 2007. Gejala, Latar Belakang Permasalahan dan Kebutuhan Anak dengan

    Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) dan Gangguan Spektrum

    Autistik. Makalah Disampaikan dalam Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka

    Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Jakarta.

    5. Polanczyk, G., de Lima M. S., Horta B. L.,Biederman J. dan Rohde L. A. 2007. The

    Worldwide Prevalence of ADHD: A Systematic Review and Metaregression Analysis.

    American Journal of Psychiatry, 164, 942-948.

    6. Siqueira, C. M. dan Gurge-Giannetti J. 2011. Poor School Performance: an Updated

    Review. Revista da Associao Mdica Brasileira, 57 (1), 76-86.

    7. Michanie, C., Kunst G., Margulies D. S. dan Yakhkind A. 2007. Symptom Prevalence of

    ADHD and ODD in a Pediatric Population in Argentina. Journal of Attention Disorders,

    11, 363.

  • 8. Galra, C., Melchior M., Chastang J., Bouvard M., dan Fombonne E. 2009. Childhood

    and Adolescent Hyperactivity-inattention Symptoms and Academic Achievement 8 Years

    Later: The GAZEL Youth Study. Psychological Medicine, 11 (39), 1895-1906.

    9. Hayati, I. N. 2009. Hubungan antara Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

    (GPPH) dengan Prestasi Belajar di TK ABA XV Banjarmasin Tahun Ajaran 2008/2009.

    Skripsi. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

    10. Loe, I. M. dan Feldman, H. M. 2007. Academic and Educational Outcomes of Children

    with ADHD. Journal of Pediatric Psychology, 32 (6), 643-654.

    11. Alloway, T. P., Gathercole S. E. dan Elliott J. 2010. Examining The Link between

    Working Memory Behaviour and Academic Attainment in Children with ADHD.

    Developmental Medicine & Child Neurology, 52, 632-636.

    12. Scheffler, R. M., Brown T. T., Fulton B. D., Hinshaw S. P., Levine P. dan Stone S. 2009.

    Positive Association between Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Medication Use

    and Academic. Pediatrics, 123, 1273-1279.

    13. Arnsten A. F. 2006. Fundamentals of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder: Circuits

    and Pathways. Journal of Clinical Psychiatry, 67 (8), 7-12.

    14. Arnsten A. F.. 2009. Toward A New Understanding of Attention-Deficit Hyperactivity

    Disorder Pathophysiology: An Important Role for Prefrontal Cortex Dysfunction. .

    Central Nervous System Drugs, 23 (1), 33-41.

    15. Wiguna, T. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Hh. 441-454.