pbl 1 fix
TRANSCRIPT
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 1BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT
MEDICINE ( CHEM ) 4
“Dokter Puskesmas Baru Kebingungan”
Tutor :dr. Nasyid A.
Tutor :dr. Octavia Permata Sari
Kelompok 7
G1A009004 Indah Annisa DG1A009013 MuarifG1A009014 Diah Rizky FaradilaG1A009027 Dannia Riski ArianiG1A009029 Andika Khalifah ArdiG1A009050 Purindri Maharani SG1A009070 Saddam Husein SG1A009098 Fawzia MerdhianaG1A009099 Alifah Nurmala SariG1A009104 Selly Marchella PG1A009105 Nurtika
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTERPURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai seorang dokter, sesuai dengan WHO tentang Five Star Doctor,
seorang dokter diharapkan tidak hanya mampu menjadi care provider,
communicator maupun community leader, akan tetapi juga sebagai manajer dan
decision maker, karena dalam menjalankan profesinya terkadang seorang dokter
akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan dalam dengan kapasitas sumber
daya yang mungkin kurang memadai. Untuk menghadapi hal ini diperlukan suatu
cara untuk dapat membantu dalam menentukan permasalahan kesehatan yang
terjadi di masyarakat yang dikenal dengan nama CHA (Community Health
Analysis).
Community Health Analysis merupakan serangkaian proses untuk menilai
adanya permasalahan kesehatan di masyarakat, menganalisis penyebab, menyusun
dan melaksanakan solusi untuk permasalahan tersebut, mengevaluasi apakah
solusi tersebut mampu mencapai tujuan. Sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan
program kesehatan, diperlukan perencanaan kesehatan untuk mendapatkan tujuan
yang jelas.
Dalam PBL ini mahasiswa dihadapkan dengan sebuah kasus yang
berhubungan dengan penanganan berbagai masalah kesehatan yang terjadi di
sebuah puskesmas dengan keterbatasan sumber daya. Mahasiswa diharapkan
untuk dapat mengidentifikasi permasalaha-permasalahan apa saja yang merupakan
permasalahan pokok, melakukan prioritas permasalahan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, merumuskan penyelesaian masalah dan
memilih penyelesaian masalah yang paling sesuai dan mungkin untuk
dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO PROBLEM BASE LEARNING 1
DOKTER PUSKESMAS BARU KEBINGUNGAN
INFORMASI 1
Dokter A, dokter lulusan baru ditempatkan sebagai Kepala Puskesmas C di
sebuah kecamatan terpencil di Kabupaten B. Data kesehatan di wilayah kerja
PUSKESMAS menunjukkan hasil sebagai berikut:
Indikator Besaran Standar
Prevalensi Malaria 3 % < 1%
Prevalensi TB 5 % 2 %
Insidensi DHF 2,5 % 1 %
Angka cakupan imunisasi campak 76 % 90 %
Angka persalinan di tenaga kesehatan
terlatih
50 % 90 %
Rasio dokter : penduduk 1 : 30.000 1 : 8.000
Jumlah bidan desa 1 bidan / 3 desa 1 bidan / 1 desa
Dokter A berusaha menyelesaikan permasalahan di Puskesmas tempat dia
bertugas, tetapi karena keterbatasan sumber daya yang ada, dokter A bingung
masalah apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan bagaimana solusinya.
PANDUAN PERTANYAAN
1. Apakah yang harus dilakukan dokter A untuk menyelesaikan berbagai
masalah di PUSKESMAS C? Jelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan!
Tahapan – Tahapan :
a. Analisis situasi atau kebutuhan
1) Analisa derajat kesehatan
2) Analisa aspek kependudukan
3) Analisa pelayanan/upaya kesehatan
4) Analisa perilaku kesehatan
5) Analisa lingkungan
b. Identifikasi dan penyusunan prioritas masalah
1) Menetapkan kriteria
2) Memberikan bobot masalah
3) Menentukan skoring tiap masalah
c. Analisis penyebab masalah
terjadi masalah dan bagaimana proses terjadinya
d. Penyusunan alternative pemecahan masalah
e. Penyusunan Planning of Action
Plan – Do – Check – Action (Rencanakan – Kerjakan – Cek –
Bertindaklah)
f. Implementasi Planning of Action
g. Monitoring dan evaluasi
Dokter A
↓
Multiple masalah kesehatan
↓
Sumber daya terbatas
↓
Membuat prioritas
↓
Menentukan solusi
↓
Evaluasi solusi
2. Mengacu pada definisi masalah, identifikasi dan klasifikasikan masalah yang
ada pada kasus ! Pisahkan yang termasuk dalam daftar masalah komunitas!
Definisi masalah : Kesenjangan antara realitas dengan keinginan dan adanya
kehendak untuk mengubah kesenjangan tersebut.
a. Kriteria Masalah :
1) Berdampak pada banyak orang
2) Konsekuensinya serius
3) Mempunyai nilai rentang yang nyata
4) Menunjukkan trend yang meningkat
5) Bisa diselesaikan
b. Identifikasi masalah :
Untuk memutuskan adanya masalah perlu 3 syarat yang harus dipenuhi
yaitu :
1) Kesenjangan
2) Rasa tidak puas
3) Rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah
c. Mencari etiologi masalah kesehatan menggunakan Teori Blum (1976)
bahwa data kesehatan terdiri atas 4 macam yaitu :
1) Perilaku masyarakat (behaviour)
2) Lingkungan (environtment)
3) Pelayanan kesehatan (health service)
4) Keturunan (herediter)
Setelah mengidentifikasi dari ke 4 masalah tersebut, kemudian menentukan
prioritasnya.
a. Perilaku masyarakat (behaviour)
Perilaku masyarakat menunjukkan perilaku tidak sehat, sehingga angka
kejadian malaria, TB, dan DHF tinggi. Masyarakat yang melakukan
imunisasi campak dan persalinan di tenaga kesehatan juga kurang dari
90%
b. Lingkungan (environtment)
Puskesmas C berada di kecamatan terpencil di Kabupaten B. Wilayah
terpencil ini memungkinkan terjadinya distribusi penyakit semakin cepat
karena sulit dijangkau dengan lingkungan yang kurang terjaga
kebersihannya.
c. Pelayanan kesehatan (health service)
Pelayanan kesehatan di kabupaten B kurang. Rasio dokter : penduduk
hanya 1:30.000 dengan jumlah bidan desa 1 bidan/3 desa.
d. Keturunan (herediter)
Data mengenai keturunan tidak diketahui.
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan, yakni :
a. Pendekatan logis secara logis
identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur mortalitas,
morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam
masyarakat.
b. Pendekatan Pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak
aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan. Dengan demikian ukuran
pragmatis suatu masalah gangguan kesehatan adalah gambaran upaya
masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orangyang
datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
c. Pendekatan Politis
Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar pendapat
orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-
tokoh masyarakat).
3. Jelaskan metode apa sajakah yang bisa digunakan dalam penyusunan prioritas
masalah?
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan beberapa
teknik, yaitu:
a. Teknik Non Skoring
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter
dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka
cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan
teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique”
(NGT). Ada 2 NGT yakni:1,2
1) Metode Delbeq (diperkenalkan oleh Andre Delbeque)
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah
melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para
peserta yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan
dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap
masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama.1,2
Adapun caranya adalah sebagai berikut:3
a) Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang
berjumlah antara 6 sampai 8 orang;
b) Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan
ditentukan peringkat prioritasnya;
c) Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat
atau urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan
prioritasnya,
d) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup;
e) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan
hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah;
f) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling
kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat
tersebut, dengan harapan masing-masing orang akan
memertimbangkan kembali peringkat yang diberikannya setelah
mengetahui nilai rata-rata;
Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang
yang dominan memengaruhi orang lain.
Cara ini mempunya beberapa kelemahan, yaitu:
(1) Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan
peringkat prioritas tersebut,
(2) Penentuan peringkat bisa sangat subyektif,
(3) Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang
berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
2. Metode Delphi
Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama. Pemilihan
prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap
peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan
beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan
adalah prioritas masalah yang dicari.1,2
Adapun caranya adalah sebagai berikut:3
a) Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
b) Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg
dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan;
c) Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima
kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif
solusi penyelesaian masalah;
d) Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon
yang muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada
partisipan;
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik
dan mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan
keputusan.
3. Relative Worth
Pada 1 kelompok, partisipan diberikan modal poin kemudian
partisipan diberikan kebebasan untuk mendistribusikan poin yang
dipunyai kepada masalah yang ada. Masalah yang dianggap paling
penting diberikan poin tertinggi. Yang menjadi prioritas masalah
adalah yang jumlah poinnya tertinggi dari seluruh partisipan.
4. Forced Ranking
Setiap masalah diberikan ranking, masalah yang paling penting
diberikan ranking 1 dan masalah yang dianggap kurang penting
diberikan ranking lebih besar. Setiap partisipan memberikan ranking
berdasarkan pentingnya masalah. Yang mendapat total ranking
paling kecil adalah yang diprioritaskan.
b. Teknik Skoring
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score
(nilai) untuk pelbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter
yang dimaksud adalah:1,2,3
1) Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah;
2) Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase);
3) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
(degree of unmeet need);
4) Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit);
5) Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasibility)
6) Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah (resources availibilily).
Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:
a) Metode Bryant2,4
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
(1) Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi
(2) Seriousness :Pengaruh buruk yang diakibatkan
oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari
besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah
kesehatan tersebut
(3) Manageability :Kemampuan untuk mengelola dan
berkaitan dengan sumber daya
(4) Community concern :Sikap dan perasaan masyarakat
terhadap masalah kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang
ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang
diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke
kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari
arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai
skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki
kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu
berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah
yang akan diambil.
b) Metode Matematik PAHO (Pan American Health
Organization)2,4
Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter
diletakkan pada kolom dan dipergunakan kriteria untuk penilaian
masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria
yang dipakai ialah:
(1) Magnitude :Berapa banyak penduduk yang terkena
masalah.
(2) Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang
ditunjukkan dengan case fatality rate masing-masing
penyakit .
(3) Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau
obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
(4) Community and : Menunjukkan sejauh mana masalah
tersebut
political concern menjadi concern atau kegusaran
masyarakat dan para politisi.
(5) Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana
yang tersedia.
Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom.
Pengisian dilakukan dari satu parameter ke parameter yang
lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut.
Contoh Teknik PAHO5
Teknik ini dikembangkan oleh PAHO (Pan American Health
Organization).
Prioritas masalah kesehatan ditentukan indikator-indikator
sebagai berikut:
1) Magnitude (M) masalah
Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena masalah
tersebut. Ini
bisa ditunjukan oleh prevalens penyakit tersebut di
masyarakat. Dalam hal ini misalnya, magnitude ISPA lebih
besar daripada HIV/AIDS, sehingga dari segi magnitude,
ISPA lebih penting daripada HIV/AIDS.
2) Severity (S)
Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan
oleh masalah kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya
oleh CFR (case fatality rate) penyakit yang bersangkutan
atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk
menanggulangi atau mengobatinya. Dalam hal ini, severity
HIV/AIDS jauh lebih besar daripada influenza.
3) Vulnerability (V)
Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang
murah dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.
Misalnya, campak lebih vulnerable dibandingkan TB, karena
campak mudah dicegah dengan imunisasi sedangkan TB,
seperti kita ketahui tidak mudah.
4) Community concern (C)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh
masalah tersebut di tengah masyarakat. Penyakit HIV/AIDS
tentu lebih menghebohkan daripada TB misalnya.
(a) Cara menggunakan keempat indikator tersebut adalah
meminta pendapat sejumlah ahli (antara 5 – 8 orang)
untuk memberikan skor bagi masing-masing masalah
yang akan ditentukan peringkat prioritasnya. Besarnya
skor tersebut adalah antara 1 sampai 10.
(b) Hasil tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel berikut:
Penyakit M S V C Total
HIV/AIDS 2 10 2 8 320
TBC 6 5 4 6 720
Malaria 7 4 6 4 672
Ca Paru 3 7 4 4 336
ISPA 10 2 8 3 480
Dalam contoh diatas, para ahli memberikan skor secara
vertikal untuk kelima masalah tersebut. Skore masing-masing
berkisar 1 sampai 10. Kemudian dihitung skor rata-rata dari
sejumlah pakar tersebut. Skor rata-rata tersebut ditulis dalam
kolom yang relevan (misalnya mulai dari kolom M).
Kemudian berikutnya dilakukan untuk kolom S dari atas ke
bawah (vertikal), demikian selanjutnya untuk kolom V dan C.
Setelah itu, skor dikalikan dengan arah horizontal. Hasilnya
ditulis pada kolom paling kanan. Dalam contoh di atas, maka
urutan prioritas adalah: (1) TB, (2) Malaria, (3) ISPA, (4) Ca
Paru, dan (5) HIV/AIDS. Ada beberapa kelemahan cara ini,
yaitu: a) Menentukan siapa yang disebut sebagai ahli atau
pakar; b) Orang akan bias terhadap masalah yang
dikuasainya, artinya pakar HIV/AIDS cenderung memberi
skor tinggi untuk masalah tersebut; c) Tanpa mengetahui
data, akhirnya pakar tersebut juga akan memberikan skor atas
pertimbangan subyektif.
c. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus
ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.
Metode ini memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi
masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan
dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot
dari masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan
justifikasi
Kriteria yang dipakai terdiri dari:
1) Emergency :Kegawatan menimbulkan kesakitan
atau kematian.
2) Greetes member : Menimpa orang banyak,
insiden/prevalensi.
3) Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di
luar kesehatan
4) Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya
dilakukan.
5) Policy : Kebijakan pemerintah
daerah/nasional.
d. Metode Hanlon
1) secara kuantitatif
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-
masing adalah :
a) Kelompok kriteria A = besarnya masalah
(1) Besarnya persentase penduduk yang menderita
langsung karena penyakit tersebut
(2) Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk
mengatasi masalah tersebut
(3) Besarnya kerugian lain yang diderita
b) Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu
tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
kecenderungannya dari waktu ke waktu
c) Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan
masalah dilihat dari perbandingan antara perkiraan hasil
atau manfaat penyelesaian masalah yang akan diperoleh
dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit – mudah).
d) Kelompok kriteria D = Pearl faktor, dimana :
P = Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan
prioritas berbagai
kebijaksanaan/program/kegiatan instansi/organisasi terkait.
E = Economic feasibility yaitu kelayakan dari segi
pembiayaan.
A = Acceptability yaitu situasi penerimaan masyarakat
dan instansi terkait/instansi lainnya.
R = Resource availability yaitu ketersediaan sumber
daya untuk memecahkan masalah (tenaga, sarana/peralatan,
waktu)
L = Legality yaitu dukungan aspek hukum/perundangan-
undangan/peraturan terkait seperti peraturan
pemerintah/juklak/juknis/protap.
Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
PEARL
A 1 1 1 1 1 1
B 1 1 1 1 1 1
C 1 0 1 1 0 0
2) Secara kualitatif
Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk
masalah yang bersifat kualitatif dan data atau informasi yang
tersediapun bersifat kualitatif miaslkan peran serta masyarakat,
kerja sama lintas program, kerja sama lintas sektor dan motivasi
staf.
Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan
pentingnya masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara
“matching”. Langkah-langkah metode ini adalah sebagai berikut:
a) Membuat matriks masalah
b) Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada
sumbu vertikal dan horisontal.
c) Membandingkan (matching) antara masalah yang satu
dengan yang lainnya pada sisi kanan diagonal dengan
memberi tanda (+) bila masalah lebih penting dan memberi
tanda (-) bila masalah kurang penting.
d) Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada
kotak total (+) horisontal.
e) Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada
kotak total (-) vertikal.
f) Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di
bawah kotak (-) vertikal.
g) Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak
total.
h) Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai
tertinggi adalah urutan prioritas masalah.
Berikut ini contoh penggunaan metode Hanlon (Kualitatif):
Masalah A B C D E
Total
Horisontal
(+)
A + + + + 4
B + - + 2
C - - 0
D + 1
E 0
Total
vertikal
(-)
0 0 0 2 1
Total
horisontal
(+)
4 2 0 1 0
Total 4 2 0 3 1
Prioritas
MasalahI III V II IV
a) Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan.
Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang
harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana
dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah
diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti
peraturan.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun
kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
b) Metode Rinke
Metode Rinke juga merupakan metode dengan mempergunakan
skor. Nilai skor berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang
dapat dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke
waktu.
V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan
masalah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas
dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh
dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk
melaksanakan pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin
kecil skornya.
4. Lakukan penyusunan prioritas masalah pada kasus diatas berdasarkan
metode hanlon!
Informasi tambahan apa yang dibutuhkan untuk melakukan metode hanlon
pada kasus diatas?
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing
adalah :
a) Kelompok kriteria A = besarnya masalah
1) Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena
penyakit tersebut
2) Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut
3) Besarnya kerugian lain yang diderita
b) Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu tingginya
angka morbiditas dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu
c) Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah dilihat
dari perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian
masalah yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan
cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit – mudah).
d) Kelompok kriteria D = Pearl faktor, dimana :
P = Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai
kebijaksanaan/program/kegiatan instansi/organisasi terkait.
E = Economic feasibility yaitu kelayakan dari segi pembiayaan.
A = Acceptability yaitu situasi penerimaan masyarakat dan instansi
terkait/instansi lainnya.
R = Resource availability yaitu ketersediaan sumber daya untuk
memecahkan masalah (tenaga, sarana/peralatan, waktu)
L = Legality yaitu dukungan aspek
hukum/perundangan-undangan/peraturan terkait seperti peraturan
pemerintah/juklak/juknis/protap.
Masalah P E A R L Hasil
Perkalian
PEARL
A 1 1 1 1 1 1
B 1 1 1 1 1 1
C 1 0 1 1 0 0
INFORMASI 2
Sistem scoring untuk masing-masing komponen
Komponen A : Besarnya Masalah
Besarnya Masalah
(Jumlah Populasi Yg Terkena)
Skor
≥ 25 % 10
10 -24,9 % 8
1 – 9,9 % 6
0,1 – 0,9 % 4
< 0,1 % 2
Komponen B: Keseriusan Masalah
Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very
urgent
10 Very Severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some
urgent
6 Moderate 6 Moderate
cost
6
Little
urgent
4 Minimal 4 Minimal
cast
4
Not urgent 2 None 2 No cost 2
Data dari Dinas Kesehatan setempat menunjukkan bahwa case fatality rate untuk
Malaria, TB dan DHF masing-masing sebesar 7%, 5%, dan 20%. Angka kejadian
DHF di Kabupaten B melonjak sebesar dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Angka kejadian TB tidak berubah dari tahun lalu, sedangkan kejadian malaria
sudah turun 1% dari tahun sebelumnya, sehingga DHF menjadi focus perhatian
pemerintah kabupaten setempat. Data dari Dinas Kesehatan setempat
menunjukkan bahwa anggaran perkapita untuk pengobatan pasien malaria sebesar
Rp. 200.000,00; TB Rp. 1.500.000,00; dan DHF Rp. 500.000,00.
Komponen C: Tersedianya solusi yang terbukti efektif untuk mencegah
masalah kesehatan
Ketersediaan solusi efektif untuk
pencegahan masalah kesehatan
Skor
Sangat efektif (80 -100 %) 10
Efektif (60 – 80 %) 8
Cukup efektif (40 -60 %) 6
Kurang efektif (20-40 %) 4
Tidak efektif (0-20%) 2
Hasil pelaksanaan program di kabupaten D (tetangga kabupaten B) menunjukkan
bahwa program pemberantasan sarang nyamuk berhasil menurunkan angka
kejadian DHF sebesar 60% dari tahun sebelumnya. Sedangkan pelaksanaan
program DOTS dan PMO berhasil menurunkan angka kejadian TB sebesar 20%
dari tahun sebelumnya.
Komponen D : Kriteria PEARL diasumsikan tidak ada yang memiliki skor 0.
PANDUAN PERTANYAAN
Carilah prioritas masalah dengan menggunakan metode hanlon!
Masala
h
KRITERIA PEAR
L
NP
D
NPT Priorit
as
A B C D
Malaria 6 S:
6
U :
8
C :
6
6,7 2 1 25,4 25,4 3
TB 6 S :
6
U :
8
C :
8
7,3 4 1 53,2 53,2 2
DHF 6 S :
8
U :
10
C:1
0
9,3 8 1 122,
4
122,
4
1
PANDUAN PERTANYAAN
1. Langkah CHA apakah yang harus dilakukan selanjutnya ? Jelaskan !
Analisis Penyebab Masalah :
a. Kerangka konseptual masalah berdasarkan teori
b. Kerangka konsep bagan skema dasar teori yang berisi faktor-faktor
resiko
c. Mencari data primer dan sekunder
d. Analisis deskriptif/statistic
e. Ada fishbone atau root cause analisis
Gambar 1. Root Cause Analisis
Akar permasalah yang terjadi pada masyarakat adalah kurangnya pengetahuan,
dikarenakan hampir semua factor yang menyebabkan kenaikan angka kejadian
DHF disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat khusunya dalam
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Data apakah yang dibutuhkan untuk melakukan langkah diatas ?
Data yang dibutuhkan adalah
a. Data statistik
b. Data deskriptif
c. Data demografi
d. Data sosial dan ekonomi
e. Data sumber daya
f. Data potensi Organisasi
g. Data sarana dan prasarana
INFORMASI 4
Tersusunnya akar permasalahan utama, misalnya (HANYA CONTOH SAJA):
“Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang
menyebabkan banyaknya genangan air yang menjadi sarang nyamuk”
PANDUAN PERTANYAAN
1. Langkah apa yang harus dilakukan dalam CHA setelah teridentifikasi akar
permasalahan utama ? Jelaskan!
Langkah selanjutnya adalah menyusun alternatif pemecahan menggunakan
metode RINKE
2. Lakukan langkah tersebut secara tepat
a. Konsep terjadinya penyakit dapat menggunakan 2 pendekatan :
1) Pendekatan Segitiga Epidemiologi
Faktor host : umur, jenis kelamin, ras, agama, keturunan,
kepribadian, perilaku, gizi, dan sebagainya.
Faktor agen : bersifat biologis (vektor, bakteri, protozoa, virus),
kimia (insektisida), fisik (iklim dingin, panas), makanan (makanan
basi, berlemak)
Faktor environment : lingkungan fisik, biologi, iklim, sistem,
perekonomian, politik, sosial.
2) Paradigma hidup sehat (H.L Blum)
a) Faktor perilaku
b) Faktor lingkungan
c) Faktor pelayanan kesehatan
d) Faktor genetik
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain
secara dinamis untuk mempengaruhi derajat kesehatan
perorangan dan kelompok masyarakat.
Kemudian menghitung dengan Metode RINKE
Metode Rinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor.
Nilai skor memiliki serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat
dilihat dari % atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke
waktu.
V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat
diketahui dari perkiraan hasil (output) yang diperoleh dibandingkan
dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
Keempat komponen tersebut akan menghasilkan skor akhir yang dapat
dihitung dengan rumus
(M×I×V)C
Untuk pemberian skor dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Panduan Skoring RINKE
M skor I skor V skor C Skor
Very
large
10 Very
sustainable
10 Very
Responsive
10 Very
costly
10
Large 8 Sustainabl
e
8 Responsive 8 Costly 8
Medium 6 Intermedia
t
6 Intermediat
e
6 Moderat
e cost
6
Small 4 Low
sustainable
4 Some
responsive
4 Minimal
cast
4
Very
Small
2 Not
sustainable
2 No
responsive
2 No cost 2
PANDUAN PERTANYAAN
1. Alternatif pemecahan masalah apakah yang terpilih ?
Alternatif penyusunan masalah adalah dengan cara:
Memberi pengetahuan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui:
a. Mengadakan demonstrasi
tentang pemberantasan sarang nyamuk
b. Penyebaran pamflet
c. Berkumpul dibalai desa
d. Siaran radio
ALTERNATIF M I V C MIV/C Prioritas
DEMOSTRASI 10 10 10 8 125 1
PAMFLET 6 6 6 4 54 2
KUMPUL DI BS 8 8 8 6 45 3
RADIO 4 4 4 10 6,4 4
2. Apa langkah selanjutnya?
Melakukan Penyusunan POA (Plan Of Action)
POA dibentuk berdasarkan alternatif yang telah ditentukan dalam penyusunan
alternatif masalah. POA dibuat dalam betuk proposal kegiatan. Proposal
kegiatan tersebut dibentuk berdasarkan ketentuan yang terdapat pada
penjelasan tentang POA sebelumnya. Untuk kasus ini, POAnya adalah sebuah
penyuluhan yang nantinya setelah penyuluhan akan dilakukan follow up.
3. Bagaimana rumusan tujuan kegiatan yang baik ?
Pada penyusunan POA, harus mengandung komponen SMART yaitu:
a. Specific: jelas sasaran dan mudah dipahami
b. Measurable: dapat diukur peningkatan keberhasilannya
c. Appropiate: sesuai dengan tujuan nasional, visi dan misi institusi
d. Realistic: dapat dilaksanakan dengan sumber daya yang ada
e. Time Bound: ada batasan waktu yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aswar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan . Jakarta: Binaputra
Aksara
Biro Perencanaan Departemen Kesehatan RI dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. 2002. Perencanaan dan Penganggaran
Terpadu (Integrated Health Planning and Budgetting), Penentuan
Prioritas Masalah Kesehatan (Modul – 05). Jakarta: Depkes RI
Leavel dan Clark. 1965. Prevention Medicine for The Doctor in His Community.
London: Mc Graw Hill
Mininjaya, A. A. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
Reinke A, William, Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas
Manajemen, Yogyakarta, Gadjah Mada University ,Press
1994Notoatmojo Sockidjo Prof, DR, Ilmu Kesehatan
Masyarakat,Jakarta, Rineka Cipta , 1997
Sutisna Sulaeman, Endang. 2009. Manajemen Kesehatan. Teori dan Praktik di
Puskesmas. Surakarta: UNS