pel'lgembanganintellectual capital dan social capital

13
PEl'lGEMBANGAN INTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Suyato FISE Universitas Negeri Yogyakarta Abstract Developing intellectu,,1 and social capital in preparing student for their future's role as constructive and critical citizen is essential in a healthy state, School-based civic education ,as one of means in building such ones faces some challenges, Developing intellectual and capital, may be, is the greatest one. This paper tries to propose the urgency of such effort by arguing that school"based civic education Can be utilized as a means of making well informed citizen, The main concepts, such as democracy, citizenship, and responsibilities of government should be understood by citizen properly and comprehensively. Therefore, the paramount challenge of civic education teachers is how to implement a teaching strategy for best instilling those values, because people are not born with the knowledge, skills, and attitudes necessary to make democracy work; rather, they acquire this knowledge and capacity for democratic citizenship .only Ihrough experience,especially through 'School-based civic educa.tion, One of the best strategies of civic education is portfolio-based teaching strategy. In this activity, students have an opportunity to practicing their values related to deIrtocracy, citizen, and responsibility of government. Besides its disadvantages, portfolio- based teaching strategy is a promising one in order to prepare the well informed citizen very needed in a healthy democratic 'State. Accordingly, teachers of civic education should change their circumstances by implementing this strategy. Keywords: pengembangan, intellectual capital, social capital, PKn A. Pendahuluan Toleransi antarwarganegara dan ke- percayaan rakyat terhadap sistem po- litik, khususnya dengan para wakilnya dan pejabat publik tidak akan tercipta tanpa adanya rasa saling percaya (mu- tual trust!, Trust ini nampaknya mulai memudar dalam masyarakat Indonesia dengan indikasi, misalnya banyaknya konflik sosia!, bail< yang bersifat verti- kal maupun horisontaL Konflik hori- sontal memang potensial terjadi meng- ingat ciri masyarakat kita yang maje- muk, baik dari segi etnik, ras, budaya, status sosialekonoIrti, maupun orientasi politik dan ideologi. Konflik yang bersifat vertikal, misalnya dalam bidang politik dan hukum, beberapa kasus yang menonjol Irtisalnya tingkat kepercayaan rakyat yang rendah (er- hadap wakilnya, polisi, hakim, jaksa, dan aparat penegak hukum lainnya. Kondisi semacam ini bila teTUS dibiar- kan bisa membuat demokrasi tidakbisa berjalan, democracy did not work, memin- jam istilah Putnam (1993). Dalam 'Sebuah negara demokrasi yang sehat, keberadaan warga negara- warga negara yang memiliki pema- hallan yang memadai tentang konsep- 322

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

PEl'lGEMBANGAN INTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITALMELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SuyatoFISE Universitas Negeri Yogyakarta

AbstractDeveloping intellectu,,1 and social capital in preparing student for their future's

role as constructive and critical citizen is essential in a healthy de~ocratic state,School-based civic education ,as one of means in building such ones faces somechallenges, Developing intellectual and capital, may be, is the greatest one. Thispaper tries to propose the urgency of such effort by arguing that school"based civiceducation Can be utilized as a means of making well informed citizen, The mainconcepts, such as democracy, citizenship, and responsibilities of governmentshould be understood by citizen properly and comprehensively. Therefore, theparamount challenge of civic education teachers is how to implement a teachingstrategy for best instilling those values, because people are not born with theknowledge, skills, and attitudes necessary to make democracy work; rather, theyacquire this knowledge and capacity for democratic citizenship .only Ihroughexperience,especially through 'School-based civic educa.tion, One of the beststrategies of civic education is portfolio-based teaching strategy. In this activity,students have an opportunity to practicing their values related to deIrtocracy,citizen, and responsibility of government. Besides its disadvantages, portfolio­based teaching strategy is a promising one in order to prepare the well informedcitizen very needed in a healthy democratic 'State. Accordingly, teachers of civiceducation should change their circumstances by implementing this strategy.

Keywords: pengembangan, intellectual capital, social capital, PKn

A. PendahuluanToleransi antarwarganegara dan ke­

percayaan rakyat terhadap sistem po­litik, khususnya dengan para wakilnyadan pejabat publik tidak akan terciptatanpa adanya rasa saling percaya (mu­tual trust!, Trust ini nampaknya mulaimemudar dalam masyarakat Indonesiadengan indikasi, misalnya banyaknyakonflik sosia!, bail< yang bersifat verti­kal maupun horisontaL Konflik hori­sontal memang potensial terjadi meng­ingat ciri masyarakat kita yang maje­muk, baik dari segi a~a, etnik, ras,budaya, status sosialekonoIrti, maupun

orientasi politik dan ideologi. Konflikyang bersifat vertikal, misalnya dalambidang politik dan hukum, beberapakasus yang menonjol Irtisalnya tingkatkepercayaan rakyat yang rendah (er­hadap wakilnya, polisi, hakim, jaksa,dan aparat penegak hukum lainnya.Kondisi semacam ini bila teTUS dibiar­kan bisa membuat demokrasi tidakbisaberjalan, democracy did not work, memin­jam istilah Putnam (1993).

Dalam 'Sebuah negara demokrasiyang sehat, keberadaan warga negara­warga negara yang memiliki pema­hallan yang memadai tentang konsep-

322

Page 2: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

323

konsep yang berkaitan dengan demo­krasi, kewarganegaraan, dan pemerin­tah yang bertanggung jawab rnerupa­kan salah satu elemen penting. Pen­

.didikan kewarganegaan sebagai pendi­dikan politik persekolahan memiliki pe­rart yang strategis untuk mewujudkanhal tersebut. Hal ini sesuai dengan yangdikemukakan Patrick (1999:33) yangmenyatakan bahwa ada empat kom­ponen kajian Civic Educatinn (PKn), ya­itu (1) pengetahuan kewarganegaraandan pemerintahan demokralis; (2) ke­cakapart kognitif dari kewarganegaraandemokratis; (3) kecakapan berparlisipa­si sebagai warga negara yang demokra­tis, dan (4) keutamaan karakter kewar­ganegaraan yang demokratis.

Dengan kata lain, warga negarayang memiliki intellectual capital dansocial capital merupakan prasyarat bagiterciptanya negara dan masyarakat de­mokratis yang sehat. Namun demikian,keberadaan warga negara dengankualifikasi dimaksud masih langka.Oleh karena itu, adalah tantangan Pen­didikan Kewarganegaraan untuk me­wujudkannya.

Melihat begitu pentingnya intellec­tual capital demi berjalarmya praktik de­mokrasi, adalah sangat menyedihkankalau masih banyak warga negara In­donesia yang belum memilikinya. Da­patkah Pendidikan Kewarganegaraan(civic education) di sekolah menjadi sa­rana yang efektif untuk mengembang­kan intellectual capital yang sangat di­butuhkan dalam rangka berparlisipasisecara aktif, positif, dan efektif. Dapat,kata beberapa ilmuwan politik dan pa­kar pendidikan terkemuka sepertiCaesar & McGuinn,; Hirsch, Jr., Niemi& Junn (Patrick, 1999: 46). Yang men­jadi pertanyaan, strategi pembelajaranseperti ap", yang mampu mengembang­kan intellectual capital dan social capital?

Apakahstrategi pembelajaran berbasisportofolio dalam PKn mampu mengem­bangkan intellectual capital dan socwlcapital?

B. Pembahasan1. Intellectual Capital dan Social

Capitala. Intellectual Capital

Intellectual Capital terdiri atas pe­ngetahuan dan keterampilan yang me­mungkinkan seseorang untuk mem<'lha­mi dunia dan dengan itu ia bisa ber­tindak rasional dan efektif Jenis intellec­tual capital yang diperlukan bagi warganegara yang bertanggung jawab adalahpengetahuan tentang prinsip-prinsipdan praktik demokrasi serta kapasitaspengetahuan untuk menerapkan pe­ngetahuan ini pada masalah-masalahpublik (Hirsch,Jr. 1996: 17-47). Beberapakonsep penting yang harus dipahamisebagai warga negara yang demokratisadalah pemerintahart, kedaulatan rak­yat, partisipasi politik, konstitusionalis­me, hak-hak asasi manusia, kewargane­garaan yang bertanggung jawab. civilsociety, dan ekonomi pasar.

Warga negara yang memiliki in­tellectual capital semacam itu akan me­miliki kemampuan untuk berparlisipasidalam bidang politik dan kemasya­rakatan, atau meminjam istilah Nie.Junn, & Stehlik-Barry (Patrick, 1999: 45)sebagai warga negara yang tercerahkandalam berpartisipasi (enlightened politi­cal engagement!. Konsep intellectual capi­tal sangat erat kaitannya dengan kon­sep-konsep yang merupakan atributwarga negara yang baik, seperti to­leransi politik, kepentingan politik, danpengetahuan tentang pemberdayaanpolitik. Singkatnya, sebagairnana di­katakan Delli Carpini dan Scott Keeter"For citizens who are the most informed,democracy works much as intended, while

Pengembangan Intellectual Capital dim Social Capital melaluiPendidikan

Page 3: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

for those who are the most uninformed,democracy is a tragedy or a ftrce" (1996:60). Lebih !anjut mereka mengatakan ".. ,democracyfunctions best when its citizenare politically informed" ( 1996:1).

b. Social CapitalSocUlI capital, sebagaimana modal­

modal lainnya, merupakan alat atausarana untuk mencapai tujuan yang di­harapkan. Menurut Ladd, sebagaimanadikutip Patrick (1999: 50) konsep socUlIcapital mencakup "any form of citizens'civic engagement emplayed or capable ofbeing to address community needs and pro­blems and, in general, to enhance commu­nity life". SocUlI "apital terdiri dari kete_tampilan partisipatoriatau berpartisi­pasi (participatory skills), kebajikan_ ke­warganegaraan (civic virtues), dan ka­rakter (dispositions) yang memungkin­kan para individu atau kelompok unt­uk mencapai tujuan-tujuan tertentu(Newton,sebagaiman dikutip Patrick(1999: 50). Karakter dan kebajikan ke­warganegaraan menunjuk pada sUat­sifat karakter seperti kedaban, sosiali­bilitas, kejujuran, kontrol diri, toleransi,kepercayaan, pengotbanan, loyalitas,dotongan, rasa hormat terhadap hargadiri dan martabat setiap orang dan pe­dUli terhadap kepentingan umum(Schmitter, daJam Patrick, 1999: 51).

Putnam, seorang ahli ilmu politik,menjelaskan bagaimana keterampilanpartisipatif dan kebijakan atau karakterkewarganegaraan menjadi modal so­sial. Katanya "By analogy with notions ofphysical capital nnd human capital-toolsand training that enhance individual pro­ductivity--;;ocUlI capital refers to features at'socUlI organiZJltion such as networks, norm,and socUlI trust that focilitate coordinationtIiid cooperation for mutual benefit"(Putnam, 1995: 67). Lebih lanjut, lewatpenelitian yang ia lakukan >cukup lama,

324

ia menyimpulkan bahwa partisipasiwarga negara melalui jaringan organi­sasi sukarela berbasis komunitas, ada­lah cara untuk membangun modal sO'"sial dan bersarna-sarna dengan intellec­tual capital membuat demokrasi bekerja(putnam, 1993: 181-185).

Bullen and Onyx menyatakan ada 8elemen modal 'Sosial, yaitu (1) par­tisipasi di dalarn komunitas lokal; (2)proaktif di dalarn kontekssocial; (3)perasaan aman dan saling petcaya; (4)hubungan ketetanggaan; (5) hubungartpersahabatan dan keluarga; (6) toleransiterhadap perbedaan; (7) nilai-nilai hi­dUp; dan (8) hubungan kerja (-www.mapl.com.aulA2.htrn). _

Kepereayaart (trust) rli antara war­ga negara sebagai salah satu elemenpenting dalarn socUlI cqpital. Warga ne­gara yang saling percaya dapat be­kerjasama untuk meneapai tujuan ber­sarna. Sebaliknya, orang_orang yang si­nis, terasingkan, dan individualistisakart cenderung untuk berada di luarmasyarakat.sipil di dalam bidang yangtermarginalkart (Fukuyama, 1995;Putnam, 1993; Seligman, 1997).

2. Aspek Intellectutll Capital danSocial Capital dalarn PKnNiemi dan Junn telah mendo­

kumentasikan potensi dan PendidikanKewarganegaraan di sekolah untukmengembangkan intellectual £apital diantara para siswa, sesuatu yang sangatdiperlukanuntuk berpartisipasi setarakonstruktif dalarn kehidupan politik.Pendidikan Kewarganegaraan yangefektif meneakup proses belajar meng­ajar yang sistematis tentang ide-idekunci atau substansi demokrasi melalUikurikulum di sekolah. Ketika siswamenjadi matang, mereka siap me­masuki dunia mereka, baik dalam ke­hidupan bermasyarakat, berballgsa,

CakrIiWIIlaNovemj>er,2IJ()7, Th.J<XV), No.3

Page 4: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

325

dan bemegara karena mereka telah me­miliki pemahamart yang memadai. Le­bih lanjut, pendidikan kewarganegara­an yang efektif mencakup aplikasi darikonsep-konsep inti untuk menganalisisdan menilai isu-isu publik dan ma­salah-masalah demokrasi. Ia"fuga men"cakup usaha untuk memberi ke"sempat­an kepada para siswa untuk berdiskusidan berinteraksi dengan siswa lainketika mereka membahas isu-isu danmasalah-masalah pemerintahan dan ke­warganegaraan yang demokratis. Pem­bahasan yang sistematis tentang ide-idekunci dart praktik secara sistematis didalam menerapkannya ke dalam or­ganisasi serta interpretasi dan informasiadalah hal yang membuat para siswabelajar tentang apa yang menjadi syaratdari partisipasi warga negara yang kon­struktif (Niemi & Junn, 1998: 117-146).

Senada dengan itu, Hirsch, Jr.(1996) menyatakan bahwa pengem­bangan intellectual capital melalui kuri·kulum persekolahan mencakup perpa­duan proses kognitif dan inti-inti ma­teri mata pelajaran dan keterampilanberpikir yang diharapkan dipelajaripara siswa. Oleh karena itu, beberapaide, informasi, dan isu seyogyanyadipandang oleh para guru dan siswasebagai lebih penting dan oleh karenaitu lebih ditekankan daripada mateiyang 1ainnya. Para siswa seharusnyadiajari bahwa pengetahuan tidak samanilainya untuk berpartisipasi dalamkehidupan politik. Sebagai contoh, kon­sep-konsep tentang substansi demokra­si yang merupakan inti dari pendidikanuntuk warga negara yang demokratis,adalah prasyarat bagi pengembangandan pemeliharaan bagi komunitas yangaktif dan bertanggung jawab. Tanpapengetahuan umum ini, yang seharus­nya dikembangkan melalui pengalam"an belajar di sekolah, warga n"gara

tidak akan mampu untuk bertindakbersama-sama menganalisis isu-isu danmasalah-masalah kebijakan publik,membuat keputusan yang benar, atauberpartisipasi secara cerdas untuk me­nyelesaikannya.

Pertanyaan selanjutnya, apa isi ataukonsep-konsep tentang substansi de-­mokrasi yang merupakah inti dari pen­didikan bagi kewarganegaraan yangefektif? Berikut ini adalah contoh kon­sep-konsep substansi demokrasi yangmerupakan inti dari pendidikan untukkewarganegaraan yang demokratisyang dikemukakan Patrick, (1999: 3).1. Demokrasi Minimal (minimal demo­

cracy), yang meliputi:a. Kedaulatan Rakyat (Pemerintah­

an berdasarkan kesepakatanyang diperintah).

b. Representasi dan akuntabilitas didalam pemerintahan.

c. Pemilihan wakil dalam pemerin­tahan yang kompetitif, adil, danbebas.

d. Kemampuan secara komprehen­sif untuk berpartisipasi sebagaipemilih yang bebas di daiampemilu.

e. Akses yartg bersifat inklusif un­tuk berpartisipasi secara bebasuntuk mengusahakan kepenting­an umum atau pribadi.

f. Aturan rnayoritas rakyat untukhajat hidup orang banyak

2. Konstitusionalisme constitutionalism)a. Pemerintahan, ekonorni, dan ma­

syarakat berdasarkan hukum.b. Kekuasaan pemerintah yang ter­

batas dan diberdayakan untukmenjarnin hak-hak rakyat.

c. Distribusi, pemisahan, dan ber­bag! kekuasaan di dalam pe­merintahan.

Pengembartgan Intellectual Capital dan Social Capital melahti Pendidikan

Page 5: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

d. Peradilan yang bebas dengan ke­kuasaan untuk menguji konsti­tusi atau pengadilan.

3. Hak-hak (rights)a. HAM atau Hak-hak konslitusi­

onal.b. Hak-hak politik .dan hak"hak pri­

badi atau privat.c. Hak-hak lingkungan, budaya,

sasial, danekonomi.d. Hak"hak negative dan hak-hak

positif.4. Kewarganegaraan (citizenship)

a. Keanggotaan rakyat berdasarkankualifikasi legal tentang kewar­ganegaraan.

b. Hak-hak, peran, dan tartggungjawab warga Negara.

c. Identitas warga dan tipe-tipeidentitas lainhya (misalnya etnis,ras, agama)

d. Hak-hak warga Negara secaraindividual dan hak-hak warganegara secara kelompok.

5. Masyarakat Madani (civil society/freeand open social system)a. Keanggotaan seCara sukarela da­

lam organisasi nonpemerintahb. Kebebasan berserikat, berkum­

pul, dan pilihan social.c Keanggotaan/identitas

kelompok yang bersifat pluralis­me/ganda.

d. Regulasi sosial (aturan hukum,kebiasaan, tradisi, dan kebajikan.

6. Ekonomi Pasar (market economy/freeand open economic system)a. Kebebasan bertukar dan pilihan

ekonomib. Regulasi ekonomi (aturan hu­

kum, kebiasaan, tradisi, dan ke­bijakan)

7. Ketegangan yang selalu berproses di-dalarn demokrasi liberal konstitu­sional

326

a. Aturan mayoritas dan hak"hakminoritas (batas"batas rnayoritasdan minoritas-minoritas atau in­dividu"mdividu).

b. Kebebasan dan kesetaraan (kom­binasi hak-hak posilif dan hak­hak negatif untuk mernperolehkeadilan).

c. Kebebasan dan tatanan (batas­batas kekuasaan dan kebebasanuntuk mencapai jarninan hak­hak).

d. Kepentingan mdividu dan ke­pentingan umum (ruang danbatas-batas pilihanpribadi).

Penguasaan, pengulangan, danpenggunaan YaTlg efektif intellectualcapital diperoleh dari proses belajarrnengajar tentang konsep"konsep intidan keterampilan kognitif berdasarkandisiplin ilmu atau disiplin akadernik.Menurut Cromer "The[effective] curri­culum is concept driven. [And] all conceptsare linked to experience through appropriateactivities". This kind ofeducation "providesa consistent, coherent, and universal fram­work of basic knowledge on which indi­viduals can build their own understandingof the world" ( 1997: 183).

Pernbelajaran berbasis isu atau ma­salah rnemang kurang tepat untuk me­ngembangkan intellectual .capital ini, te­tapi bukan berarti pendekatan ini tidakboleh digunakan oleh para guru PKn.Pendekatan ini bisa digunakan ber­Sarna-sarna dengan pendekatan ber­basis disiplin ilinu, karena dengan me­rnadukan kedua pendekatan itu, se­bagairnana telah dipraktikkan olehcenter for civic education dengan ProjectCitizen. Di Indonesia, pembelajar inilebih dikenal sebagai Pembelajaran Ber­basis Portofolio.

Mengingat begitu strategisnya pe­rman social capital dalam pelaksanaan

Cakrawala November, 2007, Th XXVI, No.3

Page 6: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

327

demokrasi, adalah perin bagi PKnuntuk menempatkan pengembangansocial capital di antara para siswa se­bagai agenda utamanya. Pertanyaanselanjutnya, apa yang seharusnya di­lakukan sekolah. Khususnya para guruPKn untuk mernbangun social capital?Pengembangan social capital dapat di­lakukan melalui kurikulurn sekolahyang menyertakan pengalaman di luarsekolah. Partisipasi aklif secara teraturmelalui pendekatan school-based servicelearning atau proses pembelajaran ber"basis portofolio yang dikembangkanCenter for Civic Education (CCE) merupa­kan dua contoh aplikasi dalam rangkamengembangkan intellectual and socialcapital bagi siswa. Berikut ini akan di­kemukakan contoh pembelajaran PKnberbasis portofolio sebagai sarana un­!uk mengembangkan kedua modal itu.

3. Peneraparr Pembelajaran PortafolioPKrr urrtuk Pengembangarr Intellec­tual Capital dan Social CapitalKorrsep strategi pembelajaran (in-

structional strategy) menurut Dick andCarey (1978:106) rnenggambarkan kom­ponen"kornponen urnurn dari seperang­kat bahan ajar dan prosedur yang akandigunakan untuk menumbuhkan hasilbelajar tertentu dari siswa. Secara leng­kap dikatakan bahwa "an instructionalstrategy describes the general componentsofa set of instructional materials and proce­dures that will be used wiht those materialsto elicite particular learning outcomes fromstudent". Lebih lanjut, dikatakan bahwaada lima komponen utarna di daIamstrategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatanprapembelajaran (preinstructional activit­ies); (2) penyajian informasi (informationpresentation); (3) partisipasi siswa (stu.dent participation); (4) ujian (testing); dan(5) tindak lanjut (follow through activities)(Dick and Carey, 1978:110).

Portofolio sebenarnya dapat diarti­kan sebagai suatu wujud benda fisik,sebagai suatu proses sasial pedagogis,maupun sebagai adjective (DasimBudimarrsyah, 2002:1-2). Sebagai suatubenda fisik, fortofolio itu adalah bun­del, yakni kumpulan atau dokumentasihasli pekerjaan siswa yang disirnpandalam suatu bundel, Irtisalnya hasil tesawal, tugas,tugas, catatan anekdot, pia­gam penghargaan, keterangan melak­sanakan tugas terstruktur, hasil tesakhir, dan sebagainya, Sebagai suatuproses sosialpedagogis, portofolio ada­lah kurnpulan pengalaman belajar (a

collection of learning experiences) yangterdapat di dalam pikiran peserta didik,baik yang berujud pengetahuan, keca­kapan, maupurr sikap. Adapun sebagaiadjective, portofolio seringkali disan­dingkan dengan konsep lain, misalnyadengan korrsep pembelajaran, makadikenal istliah pembelajaran berbasisportofolio (portfolio based learning), se­dangkan bila disandingkan dengankonsep penilaian maka dikenal istilahpenilaian berbasis portofolio (portfoliobased assessment).

Portofolio dalam pembelajaran da­pat dilihat dari tiga aspek, yaitu sebagaistrategi/metode, sebagai media, danevaluasi. Dati segi strategi/metode,pembelajaran portofolio merupakan pe­nerapan strategi pemecahan masalah.Ditinjau dati segi media, pembelajaranportofolio menyangkut pengembangandan produksi media pembelajaran. Darisegi evaluasi, pembelajaran portofoliomerupakan penerapan teknik evaluasiyang unik (Abdul Gafur, 2003:68).Penjelasan lebih lanjut dari ketiga segiini dapat dikemukakan dalam uraianberikut.

Ditinjau dati segi strategi/ metode,pembelajaran portofolio merupakan pe­nerapan strategi pemecahan masalah.

Pengembangan bttellectual Capital dan Social Capital melalui Pendidikan

Page 7: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

Hal ini dapat dilihat dari langkah-Iang­kah pengembangan portofolio yangmeliputi: identifikasi masalah, iden­tifikasi alterrtatif pemeeahan masalah,pemilihan alternatif, penentuan reneanatindakan, pengembangan portofolio,penyajian protofolio, dan merefleksikanpengalaman belajar (CCE Indonesia,2003:12-20).

Dari segi media, pembelajaran por­tofolio menyangkut pengembangandan produksi media. Hal ini dapat di­lihat dari definisi dan spesifikasi porto­folio. Portofolio adalah sebuah kumpul­an pekerjaan siswa yang bermanfaat,terintegrasi, yang dise1eksi menurutpanduan yang telah ditetapkan. Pan­duan tersebut sangat beragam, tergan­tung disiplin ilmu dan tujuan penilaianportofolio.

Relevansi portofolio dalam rangkapengembangan intellectual capitan dansocial capital dapat dilihat dari teoriyang mendasari model pembelajaranini. Teori yang mendasari model pem­belajaran berbasis portofolio, antaralain (1) Teori Konstruktivisme; (2) De­mocratic Teaching; (3) Prinsip Pembela­jaran Partisipatif; dan (4) Prinsip BelajarKooperatif.

Menurut Pannen (2001:20), kegiatanpembelajaran yang mendasarkan padateori konstruktivisme menitikberatkanpada aktivitas siswa untuk menemukandan membangun sendiri pengetahuan­nya. Sedangkan menurut Arnie Fajar(2002:45), prinsip umum yang dikem­bangkan oleh teori konstruktivisme da­lam pembelajaran adalah siswa mem­peroleh kesempatan untuk mendapat­kan pengetahuan di luar kelas. Prinsip­prinsip teori belajar konstruktivismemenurut Paul Suparno (1996: 73) me­liputi: (1) pengetahuan 'clibangun olehsiswa seeara aktif; (2) tekanan dalamproses belajar lebih pada proses dari-

328

pada hasil akhir; dan (3) kurikulum me­nekankan pada partisipasi siswa se­dang guru adalah sebagai fasilitator.

Konsep semacam ini jelas terlihatdalam pembelajaran portofolio, antaralain dalam aktivitas para siswa untukmenemukan sendiri konsep dan apli­kasinya dalam pemilihan masalah sam­pai pemeeahannya. Dengan melakukanberbagai kegiatan, siswa menemukandan membangun pengetahuannya se·suai dengan masalah atau tertia yangdijadikan kajian portofolio kelompok.Dalam kegiatan semaeam ini, intellectualcapital siswa menjadi berkembang

Democratic Teaching adalah suatuupaya menjadikan sekolah sebagai pu­sat kehidupan demokrasi melalui pro­ses pembelajaran yang demokratis(Depdiknas, 2004:11). Dengan d.emi­klan, pembelajaran yang demokratisadalah pembelajaran yang dilandasidan mengembangkan ni]ai-nilai demo­krasi, yaitu penghargaan terhadap ke­mampuan, menjunjung keadilan, mene­rapkan persamaan kesempatan, danmemperhatikan keragaman pesertadi·dik. Ciri-eiri Democratic Teaching se­maeam ini juga mendasari pembe­lajaran portofolio, antara lain terlihatpada langkah-Iangkah pembelajaranportofolio.· Aspek ini relevan denganupaya pengembangan social capital. sis­wa.

Melalui proses pembelajaran ber­basis portofolio, siswa dididik dan di­latih serta dibiasakan hidup demokra·tis. Dengan mendasarkan pada penye­lesaian masalah (problem solving), porto­folio sejalan dengan pendapat Zamroni(2001: 44) yang menyatakan bahwapembelajaran yang demokratis dapatdilaksanakan dengan eara guru mem­bawa controversial issues ke dalam kelasuntuk didiskusikan dan dikaji siswa.Dengan demikian siswa memiliki ke-

Cakrawala November;2007, Th. XXVI~No; 3

Page 8: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

329

sempatan yang luas unhrk menyarn­paikan dan mempertahankan pendapat,belajar menghargai pendapat orang lainmeskipun berbeda. Penerapan prinsispini sanagt relevan dalarn upaya me'­ngembangkan social capital siswa.

Model pembelajaran berbasis por­tofolio juga menganut prinsip pem­belajaran partisipalif, sebab melalui mo-­del ini siswa belajar sarnbil mengerja­kan (learning by doing). Seperti dikata.kan Sudjana (2000:155) bahwa pem­belajaran partisipatif mengandung artiikut sertanya peserta didik di dalamprogram pembelajaran. Keterlibalansiswa dalam model ini sangat jelas, an­tara lain terlihat pada saat siswa meng­identifikasi masalah untuk dijadikankajian kelas, penenhran masalah de­ngan pemungutan suara, aktivita men­cari berbagal sumber dengan berbagaicara, tahap pembuatan panel, dan pre­sentasi, semuanya menuntut siswa aktifberpartisipasi dalam semua kegiatantersebut. Dalam aktivitas ini, intellectualcapital dan social capital secara simullandikembangkan oleh guru.

Model pembelajaran portofolio sa­ngat jelas dalarn hal menerapkan prin­sip belajar kooperalif dan kolaboralif,yaihr pembelajaran yang berbasis ker­jasama. Karakteristik belajar kooperatif,sebagaimana dikemukakan Pannen(2001:67; Johnson, 1987:14), yaitu siswabelajar dalam satu kelompok dan me'­miliki rasa ketergantungan dalam be­lajar, menyelesaikan tugas kelompok,mengharuskan semua anggota kelom­pok untuk saling bekerjasama, dan ada­nya rasa tanggung jawab, juga merupa.kan karakteristik dari pembelajaranberbasis portofolio. Iklim belajar Se'­macam ini mampu mengembangkansocial capital pada diri siswa. ' .

Spesifikasi portofolio terdiri daribagian tayangan dan bagian doku.

mentasi (CCE Indonesia, 2003: 17). Ba­gian tayangan terdiri dari empat panelpapan poster atau papan busa atauyang sejenis, yang berisi tulisan, bagan,atau gambar. Keempat panel tersebutmeliputi: (1) panel idenlifikasi masalah;(2) panel alternalif pemecahan masalah;(3) panel altematif yang dipilih dalampemecahan masalah; dan (4) panel ren­cana tindakan. Bagian dokumentasiberisikan tulisan lengkap maupun ba­han visual yang mendukung keleng­kapan inforrnasi masing-masing paneldati bagian tayangan, ditarnbah sahrbagian refleksi atau evaluasi diri.

Ditinjau dari segi evaluasi, pem­belajaran portofolio merupakan pene.rapan telrnik evaluasi yang unik.Keunikannya ditunjukkan dari peni­lalan produk bagian tayangan dandokumentasL Penilaian teknik presen­tasi oleh dewan juri pada forum kom­pelisi (show case) dan adanya refleksidiri (self reflection). Dalam presentasi,masing-masing kelompok portofoliomenyajikan portofolio yang menjadibagiannyadan menjawab pertanyaan­pertanyaan dari para juri. Prosedurdengar pendapat yang dilakukan di­buat sedemikian rupa sehingga sarnadengan langkah-Iangkah dengar pen­dapat yang diadakan oleh lembaga­lembaga pemerintahan. Kegiatan iniakan memberikan kesempatan kepadapara siswa unhrk berpartisipasi dalamproses pemerintahan (CCE Indonesia,2003: 19). Kriteria penilian yang di­grmakan para juri dalam memberikannilai sudah disediakan oleh CCE, yangsecara lengkap dapat dilihat pada lam­piran,

Langkah-Iangkah yang dilakukandalam proses pembelajaran berbasisportofolio meliputi (1) idenlifikasi ma­salah; (2) memilih masalah untuk kajiankelas; (3) mengurnpulkan informasi

Pengembangan Intellectual Capital dan Social Olpital melalui Petididikan

Page 9: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

tentang masalah yang akan dikaji; (4)mengembangkan portofolio kelas; dan(5) menyajikan portofolio.

Pada tahap identifikasi masalah,kegiatan yang dilakukan adalah me­lakukan inventarisasi permasalahanapa saja yang diketahui dan dirasakansiswa, mulai dari lingkungan keluargasampai masalah-masalah yang me­nyangkut hubungan antarbangsa (ber­sifat global). Untuk melakukan kegiataniui, seluruh siswa hendaknya mendis­kusikan masalah yang berhasil merekaidentifikasikan.

Sebagai makhluk individu dansosial, manusia sebenamya selalu diha­dapkan pada permasalahan hidup se­hari-hari. Tentu saja permasalahanyang dapat diangkat nantinya adalahpermasalahan yang menyangkut hajathidup orang banyak dan menyangkutkebijakan publik yang seharusnya di­buat oleh pemerintah. Oleh karena itu,dalam proses identifikasi masalah ini,peran guru adalah mengarahkan agarpermasalahan yang diidentifikasi olehpara siswa termasuk dalam lingkup ter­sebut. Untuk memudahkan dalam lang"kah ini, kelas dapat dibagi ke dalamkelompok.kelompok kecil. Masing_ma­sing kelompok mendiskusikan satu ma­salah saja, dilengkapi dengan alasanmengapa dianggap menjadi masalah,seberapa urgen atau mendesak per­masalahan itu untuk diatasi, darimanainformasi akan diperoleh untuk me­ngumpulkan data tentang permasalah­an tersebut, dan sebagamya.

Berkaitan dengan upaya mencarisumber informasi, ada beberapa carayangbisa dilakukan oleh para siswa.Pertama, dengan wawancara. Wawan­cara bisa dilakukan dengan ayah atauibu di rumah, temaIl.; - tetangga, danorang lain yang elipandang memahamipermasalahan tersebut. Kedua, dengan

330

membaca atau mencari sumber infor­masi dati buku atau media cetak lain­nya. Siswa dapat menemukan masalahdati membaca buku, majalah, tabloid,atau surat kabar yang memuat tulisan,berita atau artikel. Bahan-bahan yangtelah terkumpul kemudian dibawa kekelas untuk didiskusikan denganteman-teman dengan bimbingan guru.Ketiga, masalah dapat diperoleh de­ngan melihat media elektronik, televisiatau radio. Siswa dapat mendengarkansiaran berita dari radio atau melihatberita dari televisi berkaitan denganmasalah yang diidentifikasikan. Ideal­nya, siswa menggunakan banyak caralteknik pengumpulan informasi, tetapipada prinsipnya, semakin lengkap datayang dikumpulkan, semakin baik

Setelah menemukan informasi-in.formasi yang memadai berkaitan de­ngan masalah yang diidentifikasi, lang­kah selanjulnya adalah memilih satumasalah untuk dijadikan sebagai kajiankelas. Dalam penentuan masalah apayang akan dijadikan sebagai kajiankelas hendaknya ditempuh cara-earayang demokratis. Kalau tidak bisa di­ambil secara musyawarah mufakat,maka cara pemungutan suara atauvoting dapat dilakukan. Masalah yangdipilih dengan suara terbanyak yangdijadikan sebagai kajian kelas.. Perludiperhatikan, sekali lagi, bahwa masa­lah tersebut mertyangkut hajat hiduporang banyak dan mendesak untukditangani atau dipecahkan dengan ke­bijakan publik yang dianggap palirtgtepat. .

Agar pelaksanaan pemilihan masa­lah untuk kajian kelas ini betjalan Ian.car, beberapa langkah berikut dapatditempuh guru. Pertarna, membuat daf­tar masalah. Kelompok.kelompok kecilyang telah elitugasi untuk mengiden­tifikasi masalah yang ada eli dalam

C.1<rawala November, 2007, Th XXVI, No.3·

Page 10: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

331

masyarakat atau sekolah menugasiwakilnya untuk menuliskan masalahdalam daftar masalah di papan tulis.Dengan eara yang sarna, kelompok­kelompok lain mendapat giliran beri­kutnya sampai semua masalah yang.berhasil di diidentifikasikan oleh semuakelompok terdaftar dalam daftar ma·saiah. Jadi, bila daIam kelas itu terdapat8 kelompok keeil, maka akan terdaftardelapan masalah. Kedua, melakukanmusyawarah untuk mufakat, memi1ihsatu masalah untuk ditetapkan sebagaikajian kelas. Biasanya eara ini susahditempuh karena masing-masing ke­lompok eenderung untuk mengusaha.kan masaiahnya yang dijadikan sebagaikajian kelas. Bila ini terjadi, maka earapemungutan suara atau voting ber­dasarkan suara terbanyak dapat di­tempuh.

Setelah menentukan masalah yangakan menjadi kajian kelas, siswa hamsbisa mendapatkan sumber-surnberyang dapat memberikan informasiberkaitan dengan masalah yang dikaji.Dalam meneari sumber informasi ter­sebut, siswa akan menemukan surnberinformasi yang mungkin lebih baik dariyang lainnya. Oleh karena itu, sebe­lumnya siswa perlu untuk mengiden­tifikasi surnber-sumber informasi manasaja yang akan memberikan informasilebih banyak dan sumber-surnber manayang kurang. Disamping itu, perludiidentifikasi tingkat keterjangkauansumber"sumber informasi dan persya"ratan yang diminta agar diperoleh in­formasi yang memadai.

Beberapa surnber informasi dian­taranya adalah (1) perpustakaan; (2)kantor penerbit surat kabar; (3) pakar diperguman tinggi; (4) ahli hukum danhakim; (5) organisasi masyarakat; (6)kantor leiislatif; (7) kantor pe~erintah

daerah; (8) kantor kepolisian; dan (9)jaringan informasi elektronik.

Untuk memasuki tahap pengem­bangan portofolio kelas, penelusuraninformasi tentang masalah yang men­jadi kajian kelas seharusnya sudah eu­kup memadai. Dalam tahap ini, kelasdIbagi menjadi empat kelompok.Masing-masing kelompok bertanggungjawab untuk mengembangkan satu ba­gian dari portofolio kelas. Setiap ke­lompok hendaknya memilih bahan­bahan yang dikurnpulkan oleh timpeneliti, temtama bahan-bahan yangsangat diperlukan untuk menyelesai­kan permasalahan yang menjadi kajiankelas. Seeara rinri, tugas masing­masing kelompok adalah sebagaiberikut: Pertama, kelompok portofoliosatu: menjelaskan masalah. Kelompokini bertanggung jawab untuk menjelas­kan masalah yang dipilih sebagai kajiankeias. Kelompok ini juga hams men­jelaskan beberapa hal yang menjadialasan mengapa kelas memilihnya men­jadi kajian kelas dan mengapa badanatau lembaga pemerintah tertentu se­harusnya menyelesaikan masaiah itu.

Kedua, kelompok portofolio kedua:menilai alterriatif-alternatif kebijakanyang disarankan untuk memeeahkanmasalah. KelOmpok ini bertanggungjawab untuk menjelaskan kebijakan-ke­bijakan yang sudah ada dan menjelas­kan kebijakan-kebijakan alternatif, ke­lebihan serta kelemahannya. Berdasar­kan pertimbangan kelebihan, kelemah"an, serta kelayakan altematif"altematifyang telah diidentifikasi, kelompokyaJ:l.g ketiga akan memilih satu alter­natif terbaik sebagai pemecahan masa­lah.

Ketiga, kelompok portofolio ketiga:mengusulkan kebijakan publik untukmengatasi masalah. Kelompok ini ber­tanggung jawab untuk mengembang-

Pengembangan Intellectual Capital danSocial Capital melahri Pendidikan

Page 11: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

kan dan menjelaskan dengan tepat atassuatu kebijakan tertentu yang sudahdisepakati dan didukung oleh seluruhkelas untuk memecahkan masalah.

Keempat, kelompok portofolio ke­empat: membuat rencana tindakan.Kelompok ini bertanggung jawab untukmembuat rencana tindakan yang men­cerminkan bagaimana warga negaradapat memengaruhi pemerintah untukmenerima atau mengimplementasikankebijakan yang disarankan oleh kelas.

Apabila portofolio kelas sudah se­lesai, maka langkah selanjutnya adalahmenyajikan hasil pekerjaan di hadapanhadirin. Presentasi dapat juga denganmenghadirkan tiga sampai empat orangjuri yang mewakilikampus dan lna­

syarakat. Dewan juri akan menilaipenyajian portofolio atas dasar kriteriayang sarna seperti yang digunakan un­tuk membuat portofoilo kelas. Melaluipresentasi atau show-ease siswa men-.dapatkan pengalaman yang sangat ber­harga, khususnya dalam hal kecakapanmengemukakan pendapat, menjawabpertanyaan, berargumentasi, serta me­nerirna saran dan kritik dari para juridan hadirin. Agar suasana meriah, se­belum presentasi bisa diawali denganyel-yel atau nyanyian-nyanyian yangrelevan dengan masalah yang diangkat.

Ada empat tujuan dasar dari ke­giatan presentasi, yaitu sebagai berikut(CCE Indonesia, 2003:47): (a) memberi­kan informasi kepada para hadirin ten­tang pentingnya masalah yang diiden­tifikasi bagi masyarakat; (2) menjelas­kan dan memberikan penilaian atas ke­bijakan altematif kepada hadirin de"ngan maksud agar mereka dapat me­maharni keuntungan dan kerugian darimasing-masing kebijakan altematifyang diajukan; (3) mendiskusikan de-

o ngan hadirin bahwa'pilihan kebijakanyang telah dipilih adalah kebijakan

332

yang terbaik untuk menangani masalahtersebut. Kebijakan yang dipilih jugaharus didasarkan atas argumentasiyang rasiona!. Selain itu, diskusi inijuga untuk menjamin bahwa kebijakanyang dimabil bersifat legal, tidak me­langgar konstitusi; (4) menunjukkanbagaimana cara untuk mendapatkandukungan dari masyarakat, dewan Ie"gislatif; eksekutif, dan lembaga swasfalainnya atas kebijakan yang dipilih.Tujuan tujuan tersebut di atas mewakilitanggung jawab masing-rrtasing kelom­pok atas bagiah tayangan dan bagiandokumentasi. Selarna presentasi, ma-­sing"masing kelompok akan bertang­gung jawab terhadap pencapaian tu­juan tersebut. Melalui presentasi jugaakan terlihat kreativitas dan kerja keraskelompok.

C. Penulu]7Berdasarkan pembahasan di muka

dapat disimpulkan bahwa pengem"bangan intellectual capital dan socialcapital dapat dilakukan melalui j7ene­rapan pembelajaran portofolio PKn.Dengan melihat sejurrtlah kegiatanyang merupakan ciri khas pembelajaranberbasis portofolio, maka jelas terlihatadanya upaya sistemalis untuk melatihketerampilan intelektual siswa, misal­nya menemukan masalah, mencari in..formasi, mernahami dan menganalisismasalah tersebut, menilai kebijakanyang ada serta merumuskan kebijakankelas sendiri. Proses ini serrtua terang­kum daJam bagian dokumentasi porto­folio. Jadi dengan menjalani serang"kaian kegiatan pembelajaran portofoliopara siswa dilatih untuk mengerrt­bangkan kemampuan intelektualnya.Dengan kemampuan intelektual yangterlatih, siswa akan memiliki cukupintellectual capital dalam rangka ber-

Cakrawala Nove"1ber;, 2007, Th XXVI, No. :3

Page 12: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

333

partisipasi seeara krilis, konstruklif,dan efektif, baik dalam kehidupansosial kemasyarakatan maupun politikkenegaraan.

Upaya pengembangan social capitalmelalui pembelajaranportofolio nam­pak pada sejurnlah kegiatan yang harusdijalani para siswa, khususnya yangterangkum dalam bagian presentasiatau penyajian portofolio (showcase).Adanya kesadaran akan adanya salingketergantungan antar kelompok keeildan saling pereaya bahwa masing­masing kelompok melakukan kegaiatansebagairnana yang telah ditetapkandalam panduan juga merupakan modalsosial. Demikian juga kemampuan parasiswa untuk menyampaikan gagasan,menerima gagasan, mengatasi konflik,dan memeeabkan masalah serta me­rumuskan kebijakan dan reneana tin­dakan merupakan ciri-ciri warga ne­gara yang memiliki modal sosial atausocial capital.

Dalam rangka pengembangan intel­lectnal capital dan social capital melaluipernbelajaran PKn, guru perlu mernilihstrategi cocak. Salah satu model pem­belajaran itu adalah pembelajaran ber­basis portofolio. Memang, penerapanmodel pembelajaran PKn berbasis por­tofolio membutuhkan ketekunan, kerjakeras, waktu, dan biaya yang eukupbanyak sehingga guru perlu memper­halikan kondisi sosial ekonomi siswa.Alokasi waktu untuk satu semester jugaperlu dipertirnbangkan. Dengan du­kungan kepala sekolah dan instansiterkait kiranya akan membantu dalamupaya pengembangan intellectual capitaldan social capital pada dir! siswa.

Daftar Pustaka

Budirnansvah, D. 2002. Model pembe­laja;an dan penilaian berbasis por­tofolio. Bandung: Genesindo.

Carpinni, D., Michael X., dan Keeter, S.1996. What americans know aboutpolitics and why it matters. NewHaven: Yale University Press.

CCE Indonesia. 2003. Kami BangsaIndonesia, Praktik Belajar Kewarga­negaraan, Buku Siswa, Jakarta:CCE Indonesia.

~__. 2003. Kami Bangsa... Indonesia,Praktik Belajar Kewarganegaraan,Buku Pandnan Guru, Jakarta: CCEIndonesia.

Cromer, Alan. 1997. Connectedknowledge. New York: OxfordUniversity Press.

Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pe­ngembangan Silabus dan PenilaiaMata Pelajaran Kewarganegaraan.Jakarta: Depdiknas

Dick, W. and Carey, L. 1978. Thesystematic design of instruction.Illinois: Scott, Foresman, andCompany.

Fajar, A. 2002. PortoJolio dalampembelajaran IPS. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Fukuyama, F. 1995. Trust: the socialvirtues and the creation of pros­perity. New York: The Frre Press.

Gafur, A. 2003. "Evaluasi Implementas!HasH Penataran PembelajaranPortofolio Kewarganegaraan (ci-

P~geni.ban:gan Intellectual Capital dan Social Capital melalui Pendidikan

Page 13: PEl'lGEMBANGANINTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITAL

vic) Guru PPKn SLTP di PropinsiDIY". Jurnal Teknologi Pembelajar­an, 0854-7599.

Hirsch, E.D. Jr. 1996. The schools we needand why we don't have them. NewYork: Doubleday.

Johnson, D. W. 1987 Learning togetherand alone. New Jersey: Prantice­Hall, Inc.

Panen, P. 2001. Konstruktivisme dalampembelajaran. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Patrick, John J. 1999. Concepts at the coreofeducation for democratic citizeshipdalamBahmuler, c., Charles, P.dan Patrick, John L (Eds.). Prin­ciples and Practices of Education fordemocratic citizenship: international

334

perspectives and projects, Bloo­mington: ERIC Clearinghouse.

Putnam, R. D. 1993. Making democracywork. Princeton: Princeton Uni­versity Press.

_~_.. 1995. "Bowling alone: America'sdeclining social capital", Journal ofdemocracy 6 (January 1995): 65"78.

Selig)llart, A. 1997. The problem of trust.Princeton: Princeton UniversityPress.

Sudjana. 2000. Strategi pembelajaran.Bandung: Falah Production.www.mapl.com.au/A2.htm.

Cakrawala November, 2007, Th. XXVI- No.3