pemanfaatan ekstrak daun jeruju (acanthus ilicifolius
TRANSCRIPT
OPEN ACCES
Vol. 14 No. 1: 16-24 Mei 2021
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.16-24
Pemanfaatan Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) Sebagai Bahan Aktif Krim Anti Acne
(Utilization Of Jeruju Leaves Extract (Acanthus ilicifolius) As A Raw Anti-Acne Cream)
Nusaibah1, Widya Pangestika1 dan Herry1
1 Program Studi Pengolahan Hasil Laut, Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran, Pangandaran, Indonesia,
Email: [email protected]; [email protected] Info Artikel:
Diterima : 05 Mar. 2021
Disetujui : 11 Mar. 2021
Dipublikasi : 13 Mar. 2021
Artikel Penelitian
Keyword:
Acanthus ilicifolius,
antioksidan, Propionibacterium
acne, krim anti acne
Korespondensi:
Nusaibah
Politeknik Kelautan dan
Perikanan Pangandaran
Pangandaran, Indonesia
Email:
Copyright© Mei
2021 AGRIKAN
Abstrak. Tumbuhan jeruju (Acanthus ilicifolius) memiliki jumlah yang melimpah pada ekosistem mangrove
di Indonesia serta memiliki kandungan antibakteri, antioksidan dan antiinflamasi yang tinggi. Selain itu,
banyaknya penggunaan bahan kimia berbahaya pada krim anti acne menjadi alasan dibutuhkannya alternatif
bahan alam untuk pembuatan krim anti acne. Sehingga pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan ekstrak
daun jeruju untuk ditambahkan sebagai bahan aktif krim anti acne. Metode penelitian ini dilakukan dengan
ekstraksi daun jeruju menggunakan pelarut ethanol kemudian dibuat krim anti acne dengan konsentrasi
ekstrak sebesar 1%, 5%, 10%, 15%. Setelah itu, dilakukan pengujian sensori, TPC, aktivitas antioksidan dan
aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu Propionibacterium acne. Hasil pengujian
aktivitas antibakteri dari keempat konsentrasi terhadap P.acne menghasilkan zona hambat dengan kisaran nilai
yaitu 10,35-12,72 mm. Pada pengujian aktivitas antioksidan didapatkan hasil terbaik pada konsentrasi ekstrak
15% dengan nilai IC50 sebesar 98,80 ppm. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jeruju terbukti dapat
menghambat bakteri P.acne, sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan aktif pembuatan krim anti
acne. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu untuk membuat ekstrak jeruju menjadi
bentuk yang dapat lebih diterima oleh konsumen dari segi bau dan warna tanpa mengurangi kandungannya.
Abstract. Jeruju (Acanthus ilicifolius) is abundant in mangrove ecosystems in Indonesia and has high
antibacterial, antioxidant and anti-inflammatory properties. In addition, the many uses of hazardous chemicals
in anti-acne creams are the reason for the need of alternative natural ingredients for making anti-acne creams.
So that in this study the use of jeruju leaf extract was added as an active ingredient of anti-acne cream. This
research method was carried out by extracting the leaves of jeruju using ethanol solvent then made anti acne
cream with extract concentrations of 1%, 5%, 10%, 15%. After that, sensory testing, TPC, antioxidant
activity and antibacterial activity against acne-causing bacteria, namely Propionibacterium acne were carried
out. The results of the antibacterial activity test of the four concentrations against P.acne produced inhibition
zones with a range of values, namely 10.35-12.72 mm.. In testing the antioxidant activity, the best results were
obtained at a concentration of 15% extract with an IC50 value of 98.80 ppm. From these results it can be
concluded that jeruju is proven to inhibit P.acne bacteria, so that it has the potential to be used as an active
ingredient in making anti-acne creams. Suggestions that can be given for further research are to make jeruju
extract into a form that is more acceptable to consumers in terms of odor and color without reducing its
content.
I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan mangrove sebagai produk
belum banyak dilakukan dan dipasarkan,
sedangkan mangrove menyimpan banyak potensi
yang baik untuk manusia terutama di bidang
farmasi dan kosmetik. Salah satunya jeruju
(Acanthus ilicifolius) menyimpan banyak manfaat
dan ekstrak daunnya bisa dijadikan sebagai
komponen bioaktif pencegah jerawat. Jeruju
menyimpan banyak manfaat dan ekstrak daunnya
bisa dijadikan sebagai komponen bioaktif untuk
obat seperti pembersih darah, diuretik, diabetes,
kelumpuhan, penyakit kulit, gigitan ular,
hepatitis, sakit perut dan rematik (Bandaranayake,
1998, 2002)
Jeruju memiliki berbagai komponen
senyawa fitokimia yang bermanfaat bagi
kesehatan maupun kecantikan, hasil skrining
fitokimia dari jeruju (A. ilicifolius) mengandung
senyawa bioaktif triterpenoid, saponin, alkaloid,
phenolic, flavonoid, dan tannin, sedangkan
steroids tidak ditemukan (Firdaus et al., 2013). Di
Indian dan China, jeruju digunakan sebagai obat
tradisional untuk diuretik, pembersih darah, asma,
sakit punggung, diabetes, dyspepsia, gangguan
jantung, nyeri perut, hepatitis, leprosi,
leuchorrhoea, leukemia, tumor ganas, penyakit
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
17
syaraf, penyakit kulit, rematik, penyakit kulit
akibat alergi, gigitan ular, sakit perut dan
pembengkakan limpa (Bandaranayake, 2002;
Saranya et al., 2015; Sardar et al., 2018)
Acanthus ilicifolius terdistribusi secara luas
di asia tenggara dan secara tradisional digunakan
di cina sebagai obat anti inflamasi dan anti
hepatitis. A. ilicifolius juga dikenal memiliki
kandungan antioksidan yang dapat bermanfaat
bagi kulit. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
senyawa bioaktif dari tumbuhan ini memiliki
kemampuan untuk memerangi penyakit.
Kandungan senyawa kimia dalam Acanthus
ilicifolius berfungsi sebagai: neuralgia, analgesik,
antiinflamasi, antioksidan, antifertilitas,
hepatoprotektif, antitumor, antileukemia,
antikanker, antimikroba, antivirus, antijamur juga
dapat digunakan sebagai insektisida alami (Bose,
2008; Patra & Thatoi, 2011, 2011; Singh & Aeri,
2013). Ekstrak kulit kayu Acanthus ilicifolius
menggunakan pelarut air dapat digunakan sebagai
antiseptik, obat alergi dingin, dan dermatitis di
Thailand. Selain sebagai obat tradisional dalam
menyembuhkan banyak penyakit, Acanthus
ilicifolius juga dikenal dapat menyembuhkan
alergi pada kulit di Thailand (Bandaranayake,
2002; Sardar et al., 2018). Jeruju juga terbukti dapat
menyembuhkan penyakit kulit yang disebabkan
bakteri pathogen karena memiliki kandungan
analgesik dan antiinflamasi (Govindasamy &
Arulpriya, 2013). Ekstrak methanol dari jeruju
terbukti memiliki kandungan antiinflamasi yang
cukup tinggi terhadap tikus percobaan yang
diinduksi menggunakan karagenan (Mani Senthil
Kumar et al., 2008).
Kandungan antibakteri, antioksidan dan
antiinflamasi yang terkandung pada A. ilicifolius
tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan
sebagai krim anti acne untuk wajah. Penelitian
mengenai pemanfaatan daun jeruju perlu
dilakukan untuk mengetahui kandungan dari
jeruju dan seberapa besar potensinya bagi bahan
baku kosmetik. Belum ada penelitian mengenai
potensi daun jeruju untuk dijadikan bahan
kosmetik, sedangkan potensi jeruju sangat besar
untuk dijadikan bahan baku kosmetik yang alami.
II. Metode Penelitian
2.1. Bahan
Jeruju yang digunaka n diambil dari Pantai
Bojongsalawe Pangandaran, Indonesia pada Bulan
September 2019. Bakteri Propionibacterium acne
yang digunakan diambil dari koleksi
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Tropika
IPB. Pelarut yang digunakan yaitu etanol 70%.
2.2. Ekstraksi Daun Jeruju
Ekstraksi dilakukan dengan mengikuti
metode dari Babu et al. (2001) dengan modifikasi.
Sampel yang digunakan yaitu simplisia daun
Acanthus ilicifolius yang dimaserasi dengan
perbandingan sampel dan pelarut 1:10
menggunakan etanol 70%, methanol 70% dan
Kloroform 70%. Kemudian direndam selama 8 jam,
disaring dan dikeringkan menggunakan rotary
evaporator. Hasil ekstraksi yang memiliki yield
terbanyak yaitu ekstrak etanol sebanyak 42,07%
jika dibandingkan dengan ekstrak methanol
12,83% dan kloroform 5,03% (Tabel 1). Kemudian
ekstrak etanol digunakan untuk penelitian
selanjutnya karena menghasilkan yield ekstrak
terbanyak.
Tabel 1. Hasil Ekstraksi Daun A. ilicifolius dengan Berbagai Pelarut
Nama Sampel Pelarut Hasil (%)
Daun A.
ilicifolius
Etanol 42,07
Metanol 12,83
Kloroform 5,03
2.3. Pembuatan Krim Anti Acne.
Pembuatan krim anti acne mengikuti
penelitian Arun et al. (2010). Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan krim anti acne terdiri
dari 2 fase yaitu fase cair dan fase minyak.
Gliserin, anti foam, TEA dan propilen glikol
disebut sebagai fase cair. Selanjutnya emulgade,
setil alkohol, paraffin cair (White oil) dan asam
stearat disebut sebagai fase minyak. Masing-
masing fase dilarutkan hingga homogen pada
suhu ± 75 C. Setelah masing-masing fase homogen
dan mencapai suhu yang sama yaitu ± 70 C,
dilakukan pencampuran hingga berbentuk krim
yang homogen. Setelah suhu diturunkan menjadi
30 C, dimasukkan ekstrak daun jeruju dengan
konsentrasi masing-masing yaitu 1%, 5%, 10%,
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
18
15%, dilanjutkan penambahan Penoxyethanol
sebagai pengawet dan dihomogenkan selama ±10
menit. Sediaan krim yang dihasilkan disimpan
dalam wadah yang tidak tembus cahaya agar tidak
mempengaruhi kenampakan dan kandungan krim.
2.4. Analisis Sensori
Analisis sensori pada penelitian ini
mengacu pada (Nurjanah et al., 2016). Pengujian
sensori dilakukan untuk mengetahui skala
penerimaan produk yang terbuat dari bahan alam.
Penilaian skala hedonik berkisar 1-7, dengan
ketentuan: 1 (sangat tidak suka); 2 (tidak suka); 3
(agak tidak suka); 4 (normal); 5 (agak suka); 6
(suka); 7 (sangat suka). Uji sensori yang dilakukan
menggunakan panelis sebanyak 15 orang
mahasiswa usia 20 – 25 tahun yang tidak memiliki
riwayat alergi pada kulit. Beberapa parameter yang
diamati yaitu kenampakan, warna, aroma dan
homogenitas. Sampel yang digunakan adalah krim
yang telah diberi perlakuan ekstrak jeruju masing-
masing 1%, 5%, 10% dan 15%.
2.5. Analisis TPC
Pengujian TPC dilakukan dengan
menggunakan metode cawan tuang. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui berapa total mikroba
yang ada pada masing-masing produk. Produk
yang dihasilkan diharapkan tidak terdapat
mikroba sehingga menurut parameter
mikrobiologi aman untuk digunakan dan tidak
membuat iritasi pada kulit.
2.6. Aktivitas Antibakteri Propionibacterium acne
Pengujian aktivitas antibakteri ini
dilakukan menggunakan teknik analisis difusi
cakram dengan diameter cakram basis 6,00 mm.
Konsentrasi P.acne yang digunakan yaitu 1,25%;
2,5% dan 5%. Kontrol positif yang digunakan
menggunakan Clindamycin sebagai pembanding.
2.7. Aktivitas Antioksidan
Merujuk pada (Zhang et al., 2014a), tiga
mililiter dari sampel (1 mg/mL) dicampur dengan 2
mL dari 0,1 mM DPPH yang dilarutkan dengan
95% etanol. Setelah dicampur, sampel di goyang
dan didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit,
kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517 nm. Absorbansi yang semakin
rendah menunjukkan aktivitas penangkapan
radikal bebas DPPH yang semakin tinggi. Hasil uji
aktivitas antioksidan, antibakteri dan toksisitas
pada ekstrak etanol daun jeruju tersaji pada Tabel
2.
Tabel 2. Aktivitas Antioksidan, Antibakteri dan Toksisitas Ekstrak Etanol Jeruju
Sampel Pengujian
Antioksidan IC50
(ppm)
Antibakteri P.acne
(mm)
Toksisitas LC50
(ppm)
Ekstrak Jeruju 12,38 7,26 179.59
Standar Vitamin C 6,02 - -
K (+) Clindamycin - 19,35 -
K (-) Basis - 6,00 -
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Sensori
Pengujian sensori dilakukan untuk
mengetahui penerimaan panelis terhadap produk
secara subjektif. Pengujian ini menggunakan
panelis tidak terlatih dengan kisaran usia 20-25
tahun dengan tidak memiliki riwayat alergi pada
kulit. Parameter yang diuji yaitu kenampakan,
warna, aroma dan homogenitas. Krim anti acne
memiliki kenampakan serupa dengan krim
komersial lainnya dengan tekstur spesifik krim.
Hasil analisis sensori dapat dilihat pada Gambar 1.
Nilai dari parameter kenampakan tertinggi diraih
oleh konsentrasi 1% dengan nilai 6 yang berarti
disukai oleh panelis. Nilai terendah diraih pada
konsentrasi 15% dengan perolehan nilai 4,5 yang
berarti normal hingga agak suka. Pada konsentrasi
1% kenampakan serupa dengan krim komersial,
berbeda dengan konsentrasi 10 dan 15% yang
memiliki kenampakan lebih tajam, walaupun
memiliki tekstur yang tetap sama dengan
konsentrasi lainnya.
Parameter warna pada krim dengan berbagai
konsentrasi memiliki kisaran nilai antara 4 sampai
6. Nilai tertinggi diraih oleh konsentrasi 5%
dengan nilai 6 yang berarti disukai, sedangkan
nilai terendah diraih pada konsentrasi 15% dengan
nilai 4 yang berarti normal. Warna pada krim
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
19
6
5.5
5
6
5.3 6
5
5.7
4.8
4.5
4
5.6
4.5
4 4
5
K E N A M P A K A N W A R N A A R O M A H O M O G E N I T A S
1% 5% 10% 15%
sangat dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi
ekstrak jeruju yang ditambahkan, semakin banyak
ekstrak yang diberikan maka warna akan semakin
pekat. Kenampakan dan warna pada krim dengan
berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Parameter aroma pada krim anti acne
dengan berbagai konsentrasi memiliki kisaran
nilai antara 4 sampai 5. Nilai tertinggi diraih pada
konsentrasi 1% dan 5% dengan nilai yang sama
yaitu 5 yang berarti agak suka. Sedangkan
konsentrasi 10% dan 15% memperoleh nilai yang
sama pula yaitu 4 yang berarti normal. Aroma dari
krim menyerupai aroma teh. Hal ini dikarenakan
kandungan tannin yang ada pada ekstrak jeruju,
sehingga mempengaruhi aroma dari krim tersebut.
Semakin banyak konsentrasi ekstrak yang
diberikan maka semakin kuat aroma yang
dihasilkan pada krim. Hasil penelitian dari
(Firdaus et al., 2013) menyatakan bahwa hasil
skrining fitokimia A. ilicifolius mengandung
senyawa bioaktif triterpenoid, saponin, alkaloid,
phenolik, flavonoid, dan tannin, sedangkan
steroids tidak ditemukan. Acanthus ilicifolius
dikenal mengandung komponen bioaktif seperti
triterpenoid, alkaloid, komponen fenolik, lignin,
flavonoid, steroid, dan terpenoid. Karena
komponen bioaktifnya tersebut, bagian-bagian
dari tumbuhan A. ilicifolius dari mulai akar, buah,
daun, bunga dan batang telah terbukti dapat
menghambat pertumbuhan tumor dan kanker.
Gambar 1. Hasil Pengujian Hedonik Krim Anti Acne
A B C D Gambar 2. Krim anti acne dengan berbagai konsentrasi ekstrak jeruju, Keterangan: A (Krim 1%); B (Krim 5%); C
(Krim 10%); D (Krim 15%).
Parameter homogenitas pada krim anti acne
memiliki kisaran nilai antara 5 sampai 6 yang
artinya agak suka sampai disukai oleh panelis.
Nilai homogenitas dari konsentrasi 1% hingga 15%
tidak jauh berbeda yang artinya krim anti acne
memiliki homogenitas yang cukup tinggi.
Walaupun ditambah dengan ekstrak dari bahan
alam, krim tidak membentuk lapisan yang
terpisah antara fase cair dan fase minyak. Dari
berbagai parameter tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerimaan panelis terhadap krim yaitu
cenderung normal hingga disukai.
3.2. Aktivitas Antioksidan dan TPC
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan
dengan metode DPPH dan vitamin C sebagai
standar. DPPH adalah salah satu komponen yang
mempunyai radikal bebas proton yang dapat
menurun secara signifikan jika terpapar
penangkap radikal proton. DPPH telah lama
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
20
digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan
dari suatu senyawa yang dapat bertindak sebagai
penangkal radikal bebas atau sebagai donor
hidrogen (Zhang et al., 2014b). Antioksidan
memiliki peranan penting dalam mencegah
penuaan dini pada kulit dan menangkal radikal
bebas. Nilai IC50 dari ekstrak jeruju menunjukkan
aktivitas antioksidan yang dikategorikan sangat
kuat yaitu 12,38 ppm (Tabel 1). Semakin kecil nilai
IC50, maka semakin tinggi aktivitas antioksidan
dari senyawa tersebut. Hal ini karena semakin
sedikit konsentrasi sampel yang digunakan maka
semakin efektif untuk menangkal radikal bebas,
yang berarti semakin kuat aktivitas
antioksidannya. Menurut (Molyneux, 2018)
senyawa antioksidan dikatakan sangat kuat jika
nilai IC50 kurang dari 50 µg/mL, kuat jika nilai IC50
antara 50-100 µg/mL, sedang jika nilai IC50 antara
100-150 µg/mL dan dikategorikan lemah jika
nilainya 150-200 µg/mL.
Tabel 3. Hasil Pengujian Antioksidan dan TPC Krim Anti acne
Sampel Krim Pengujian
(%) Antioksidan IC50 (ppm) TPC (Kol/g)
1 - Negatif
5 - Negatif
10 154,89 Negatif
15 98,80 Negatif
Standar Vitamin C 6,02 -
Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada
krim anti acne menunjukkan nilai IC50 tertinggi
pada konsentrasi 15% (Tabel 3). Hal ini mungkin
dikarenakan semakin banyak konsentrasi ekstrak
yang ditambahkan pada krim maka semakin tinggi
aktivitas antioksidannya. Pada sampel dengan
konsentrasi ekstrak 15% dikategorikan memiliki
aktivitas antioksidan sedang, sedangkan pada
konsentrasi 10% termasuk dalam kategori lemah.
Aktivitas antioksidan yang sangat tinggi tersebut
kemungkinan dikarenakan ketahanan mangrove
terhadap lingkungannya sehingga mendorong
terbentuknya senyawa antioksidan yang kuat.
Menurut Thatoi et al. (2014) mangrove tumbuh di
daerah yang memiliki salinitas yang tinggi, hal
inilah yang membuat mangrove menjadi spesial
karena ketahanannya terhadap kondisi stress
seperti salinitas, kondisi pasang air laut, angin
yang kencang, suhu yang tinggi dan tanah yang
bersifat anaerobik. Karena tekanan lingkungan
tersebut mangrove memproduksi radikal bebas
ROS (Reactive oxygen species), untuk menetralisir
ROS yang dihasilkan maka mangrove
memproduksi enzim antioksidan dengan
konsentrasi yang tinggi. Antioksidan pada
tanaman mangrove dapat dikategorikan ke dalam
dua kelas yaitu preventive antioxidant dan chain
breaking antioxidant. Preventive antioxidant
menghambat reaksi oksidasi dengan mengurangi
tingkat inisiasi rantai sedangkan chain breaking
antioxidant menghambat reaksi oksidasi dengan
memerangkap radikal peroxyl. Senyawa
antioksidan pada mangrove dibagi menjadi empat
tipe: (1) enzimatik antioksidan, (2) non enzimatik
antioksidan, (3) nutrient antioksidan, protein
pengikat logam seperti ferritin dan (4)
Fitokonstituen dan fitonutrient. Yang termasuk
dalam enzimatik antioksidan yaitu enzim endogen
seperti superoxide dismutase (SOD), Katalase
(CAT), glutathione peroksidase (GPX), glutathione
reduktase (GR). Beberapa contoh non enzimatik
antioksidan yaitu a-Tocopherols (vitamin E),
komponen fenolik seperti flavonoid, tannin,
lignin, coumarin dll. Contoh nutrient antioksidan
seperti asam askorbat (vitamin C), tokoferol dan
tokotrienol, karotenoid, dan komponen molekul
ringan lainnya seperti glutathione dan asam lipoat
sedangkan contoh pada protein pengikat logam
seperti ferritin, laktoferin, albumin dan
seruloplasmin. Selanjutnya menurut
Bandaranayake (2002) dan Thatoi et al. (2014)
contoh pada fitokonstituen dan fitonutrien adalah
senyawa metabolit yang terkandung pada
mangrove tersebut seperti komponen fenolik
flavonoid, kemudian fitokonstituen seperti
alkaloid diketahui memiliki potensi untuk
menghambat proses oksidatif.
Senyawa bioaktif flavonoid memiliki
pengaruh sebagai senyawa yang berperan sebagai
antioksidan. Flavonoid menstabilkan ROS dengan
mereaksikan grup hidroksil yang berfungsi
menonaktifkan radikal bebas (Karim et al., 2020).
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
21
Komponen fenolik seperti flavonoid, asam fenolik
dan diterpen fenol mempunyai peran sebagai
senyawa antioksidan. Komponen fenolik tersebut
mempunyai kemampuan redoks yang dapat
mengabsorbsi dan menetralisir radikal bebas
(Ningsih et al., 2016). Hasil ekstraksi dari daun A.
ilicifolius menunjukkan adanya senyawa
flavonoid yang sangat berkontribusi sebagai
antioksidan dengan kemampuannya sebagai
penangkap radikal bebas. Karena kandungan
antioksidan yang tinggi inilah maka tidak heran
bahwa A. ilicifolius telah dimanfaatkan sebagai
tanaman obat di beberapa negara seperti India dan
China. Senyawa fitokimia yang mengandung
antioksidan telah terbukti menunjukkan
kemampuannya dalam menghambat
karsinogenesis (Huo et al., 2005; Thatoi et al., 2014).
Hasil Analisa TPC pada krim anti acne
dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol jeruju
semuanya menghasilkan angka negatif. Hal
tersebut menunjukkan bahwa krim tersebut aman
secara mikrobiologis untuk digunakan karena
tidak ditemukan mikroba. Hasil tersebut juga
telah sesuai dengan ketentuan SNI 16-4399-1996,
yaitu maksimal TPC pada produk sediaan krim
untuk kosmetik adalah 1,0x102 koloni/gram. Hal
tersebut mungkin dikarenakan aktivitas
antimikroba dari ekstrak jeruju dan bahan-bahan
pembentuk krim lainnya. Toksikologi dan
farmakologi dari benzoxazinoids pada A.
ilicifolius telah diketahui dapat membunuh
serangga, jamur, bakteri dan virus pada tumbuhan
famili Gramineae (Kanchanapoom, Kamel, et al.,
2001).
3.3. Aktivitas Antibakteri P.acne
Krim anti acne yang digunakan di pasaran
masih banyak yang menggunakan bahan aktif dari
kimia sintetis yang kemungkinan menimbulkan
efek bahaya pada kulit. Sehingga penggunaan
bahan alam lebih dianjurkan daripada
menggunakan bahan kimia sintetis. Obat jerawat
yang beredar di pasaran kebanyakan mengandung
zat antibakteri dari bahan kimia. Sehingga para
peneliti kecantikan berlomba-lomba untuk
mencari obat jerawat dari bahan alam. Oleh karena
itu, pada penelitian kali ini dilakukan pengujian
aktivitas antibakteri pada krim anti acne terhadap
bakteri penyebab jerawat P.acne. Diharapkan
nantinya ekstrak A. ilicifolius dapat menjadi
bahan aktif pada produk kecantikan untuk
menghambat maupun menghilangkan jerawat.
Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan
metode zona hambat. Pada Tabel 4, dapat dilihat
bahwa zona hambat tertinggi terbentuk pada
pengujian dengan konsentrasi P.acne 1,25% yaitu
berkisar antara 10,35-12,72 mm. Pada konsentrasi
2,5% dan 5% juga terbentuk zona hambat
meskipun tidak sebesar pada konsentrasi 1,25%.
Pada konsentrasi tersebut dapat dibuktikan bahwa
krim dengan ekstrak etanol daun A. ilicifolius
mampu membunuh bakteri P.acne. Adanya
aktivitas antibakteri tersebut memungkinkan
ekstrak etanol daun A. ilicifolius berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan aktif obat dan kosmetik
yang berfungsi sebagai anti acne.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
menguji aktivitas antibakteri pada ekstrak seluruh
bagian tumbuhan A. ilicifolius dengan
menggunakan berbagai pelarut, contohnya pada
ekstrak methanol dari A. ilicifolius memiliki
kemampuan tingkat sedang dalam menghambat
berbagai bakteri pembusuk strain Aspergillus
(Wostmann & Liebezeit, 2008). Aktivitas
antimikroba dari ekstrak daun dan akar A.
ilicifolius menggunakan pelarut alkohol, butanol,
dan kloroform menunjukkan aktivitas antibakteri
yang kuat dalam melawan bakteri Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, Candida albicans,
Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger dan
aktivitas antibakteri yang sedang terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris
(Bose, 2008; Wei et al., 2015). Selain itu, ekstrak
alkohol dari A. ilicifolius juga diketahui
mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit
liver (Wei et al., 2015). Ekstrak methanol daun A.
ilicifolius terbukti secara signifikan mempunyai
manfaat sebagai antiinflammasi melawan luka
pada lambung dan hepatitis B pada bebek (Kerry
et al., 2018; Wei et al., 2015). Toksikologi dan
farmakologi dari benzoxazinoids pada A.
ilicifolius telah diketahui dapat membunuh
serangga, jamur, bakteri dan virus pada tumbuhan
family Gramineae (Kanchanapoom, Salah, et al.,
2001).
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
22
Tabel 4. Hasil Pengujian Aktivitas antibakteri P. acne pada Krim
Sampel Krim
(%)
Zona Hambat P.acne (mm)
Konsentrasi P.acne
5% 2,5% 1,25%
1 6,00 6,00 12,72
5 6,00 6,00 10,36
10 7,72 8,70 10,40
15 8,30 9,20 10,35
K (+)
Clindamycin
Tidak dilakukan
pengujian
Tidak dilakukan
pengujian
23,09
K (-) Basis 6,00 6,00 6,00
Diameter Cakram 6,00 mm
Beberapa senyawa bioaktif berperan dalam
aktivitas antibakteri seperti tannin, saponin dan
flavonoid. Tannin adalah substansi fenolik
polimerik dan mempunyai aktivitas antimikroba
yang tinggi. Saponin atau lebih dikenal steroid
saponin dan triterpenoidal saponin menunjukkan
sifat antimikrobial yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen pada manusia.
Triterpenoidal saponin tersebut didapat dari
ekstrak akar A. ilicifolius. Flavonoid dan
komponen fenolik yang telah diisolasi dari A.
ilicifolius menunjukkan aktivitas antimikrobial
dan antioksidan yang tinggi pada tikus percobaan.
(Govindasamy & Arulpriya, 2013). Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa krim anti
acne dengan bahan aktif ekstrak etanol daun A.
ilicifolius telah terbukti memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri P.acne sehingga
sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai
bahan aktif untuk obat maupun kosmetik.
IV. PENUTUP
Acanthus ilicifolius terbukti memiliki
karakteristik dan potensi untuk dijadikan sebagai
bahan aktif krim anti acne. Krim anti acne dengan
bahan aktif ekstrak etanol daun A. ilicifolius
terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri penyebab jerawat P. acne. Kandungan
antioksidan yang tinggi pada ekstrak A. ilicifolius
juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
kosmetik anti aging dan obat untuk menurunkan
kolesterol. Selain itu, antioksidan tersebut dapat
bersinergi dengan aktivitas toksisitas yang tinggi,
menghasilkan obat kanker baru (antikanker),
sedangkan aktivitas antibakterinya berpotensi
untuk dijadikan anti acne dan obat yang dapat
membunuh bakteri patogen maupun bakteri
pembusuk
UCAPAN TERIMA KASIH.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran
yang telah mendanai secara full penelitian ini.
Selanjutnya peneliti juga berterima kasih kepada
Laboratorium Kimia Terpadu IPB dan
Laboratorium Biofarmaka Tropika IPB yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
REFERENSI
Arun, K. M., Mishra, A., & Chattopadhyay, P. (2010). of O / W Sunscreen Cream Containing Herbal Oil As
Dispersed. International Journal of Biomedical Research.
Babu, B. H., Shylesh, B. S., & Padikkala, J. (2001). Antioxidant and hepatoprotective effect of Acanthus
ilicifolius. Fitoterapia, 72(3), 272–277. https://doi.org/10.1016/S0367-326X(00)00300-2.
Bandaranayake, W. M. (1998). Traditional and medicinal uses of mangroves. Mangroves and Salt Marshes,
2(3), 133–148. https://doi.org/10.1023/A:1009988607044.
Bandaranayake, W. M. (2002). Bioactivities, bioactive compounds and chemical constituents of mangrove
plants. Wetlands Ecology and Management, 10(6), 421–452.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
23
https://doi.org/10.1023/A:1021397624349.
Bose, A. (2008). Antimicrobial Activity of Acanthus ilicifolius ( L .). 821–823.
Firdaus, M., Prihanto, A. A., & Nurdiani, R. (2013). Antioxidant and cytotoxic activity of Acanthus
ilicifolius flower. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 3(1), 17–21.
https://doi.org/10.1016/S2221-1691(13)60017-9.
Govindasamy, C., & Arulpriya, M. (2013). A ntimicrobial activity of A canthus ilicifolius : S kin infection
pathogens. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 3(3), 180–183. https://doi.org/10.1016/S2222-
1808(13)60036-5.
Huo, C. H., Wang, B., Lin, W. H., & Zhao, Y. Y. (2005). Benzoxazinones from Acanthus ilicifolius.
Biochemical Systematics and Ecology, 33(6), 643–645. https://doi.org/10.1016/j.bse.2004.11.002.
Kanchanapoom, T., Kamel, M. S., Kasai, R., Yamasaki, K., Picheansoonthon, C., & Hiraga, Y. (2001).
Lignan glucosides from Acanthus ilicifolius. Phytochemistry, 56(4), 369–372.
https://doi.org/10.1016/S0031-9422(00)00362-9.
Kanchanapoom, T., Salah, M., & Kasai, R. (2001). Lignan glucosides from Acanthus ilicifolius. 56, 369–372.
Karim, M. A., Islam, M. A., Islam, M. M., Rahman, M. S., Sultana, S., Biswas, S., Hosen, M. J., Mazumder,
K., Rahman, M. M., & Hasan, M. N. (2020). Evaluation of antioxidant, anti-hemolytic, cytotoxic
effects and anti-bacterial activity of selected mangrove plants (Bruguiera gymnorrhiza and
Heritiera littoralis) in Bangladesh. Clinical Phytoscience, 6(1). https://doi.org/10.1186/s40816-020-
0152-9.
Kerry, R. G., Pradhan, P., Das, G., Gouda, S., Swamy, M. K., & Patra, J. K. (2018). Anticancer potential of
mangrove plants: Neglected plant species of the marine ecosystem. Anticancer Plants: Properties
and Application, 1, 303–325. https://doi.org/10.1007/978-981-10-8548-2_13.
Mani Senthil Kumar, K. T., Gorain, B., Roy, D. K., Zothanpuia, Samanta, S. K., Pal, M., Biswas, P., Roy,
A., Adhikari, D., Karmakar, S., & Sen, T. (2008). Anti-inflammatory activity of Acanthus
ilicifolius. Journal of Ethnopharmacology, 120(1), 7–12. https://doi.org/10.1016/j.jep.2008.07.024.
Molyneux, P. (2018). The use of the stable free radical diphenylpicryl- hydrazyl ( DPPH ) for estimating
antioxidant activity. November 2003.
Ningsih, I. Y., Zulaikhah, S., Hidayat, M. A., & Kuswandi, B. (2016). Antioxidant Activity of Various
Kenitu (Chrysophyllum Cainito L.) Leaves Extracts from Jember, Indonesia. Agriculture and
Agricultural Science Procedia, 9, 378–385. https://doi.org/10.1016/j.aaspro.2016.02.153.
Nurjanah, Nurilmala, M., Hidayat, T., & Sudirdjo, F. (2016). Characteristics of Seaweed as Raw Materials
for Cosmetics. Aquatic Procedia, 7, 177–180. https://doi.org/10.1016/j.aqpro.2016.07.024.
Patra, J. K., & Thatoi, H. N. (2011). Metabolic diversity and bioactivity screening of mangrove plants: A
review. Acta Physiologiae Plantarum, 33(4), 1051–1061. https://doi.org/10.1007/s11738-010-0667-7.
Saranya, A., Ramanathan, T., & Nadu, T. (2015). Traditional Medicinal Uses , Chemical Constituents and
Biological Activities of a Mangrove Plant , Acanthus ilicifolius Linn . : A Brief Review
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)
24
Pharmacology and Toxicology Research Laboratory , Faculty of Pharmacy ,. 15(2), 243–250.
https://doi.org/10.5829/idosi.aejaes.2015.15.2.12529.
Sardar, P. K., Dev, S., Al Bari, M. A., Paul, S., Yeasmin, M. S., Das, A. K., & Biswas, N. N. (2018).
Antiallergic, anthelmintic and cytotoxic potentials of dried aerial parts of Acanthus ilicifolius L.
Clinical Phytoscience, 4(1). https://doi.org/10.1186/s40816-018-0094-7.
Singh, D., & Aeri, V. (2013). Phytochemical and pharmacological potential of Acanthus ilicifolius. Journal
of Pharmacy and Bioallied Sciences, 5(1), 17–20. https://doi.org/10.4103/0975-7406.106557.
Thatoi, H. N., Patra, J. K., & Das, S. K. (2014). Free radical scavenging and antioxidant potential of
mangrove plants: A review. Acta Physiologiae Plantarum, 36(3), 561–579.
https://doi.org/10.1007/s11738-013-1438-z.
Wei, P., Wu, S., Mu, X., Xu, B., Su, Q., Wei, J., Yang, Y., Qin, B., & Xie, Z. (2015). Effect of alcohol extract of
Acanthus ilicifolius L . on anti-duck hepatitis B virus and protection of liver. Journal of
Ethnopharmacology, 160, 1–5. https://doi.org/10.1016/j.jep.2014.10.050.
Wostmann, R., & Liebezeit, G. (2008). additional data. 1.
Zhang, T., Tian, Y., Jiang, B., Miao, M., & Mu, W. (2014a). Purification, preliminary structural
characterization and invitro antioxidant activity of polysaccharides from Acanthus ilicifolius.
LWT - Food Science and Technology, 56(1), 9–14. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2013.11.010.
Zhang, T., Tian, Y., Jiang, B., Miao, M., & Mu, W. (2014b). Purification, preliminary structural
characterization and invitro antioxidant activity of polysaccharides from Acanthus ilicifolius.
LWT - Food Science and Technology, 56(1), 9–14. https://doi.org/10.1016/j.lwt.2013.11.010.