pembahasan

9
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 8245X Nurlaili, Hal; 48 - 56 48 Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag Oleh: Nurlaili Abstract The research aims to know response of some suggested clone and water drop period to rubber seed growth in polibag. This research done in February May 2008, in Agriculture Faculty University of Baturaja. The research uses complete random design (RAL) factorial 9 combination of treatment and 3 times repetition. There are three showering: A1 (once in two days), A2 (once in three days) and A3 (once in four days) and three rubber clone types: K1 (clone GT.1), K2 (clone PB 260) and K3 (clone IRR 118). Variables in this research are plant height increase, leaves amount increase, leave width increase, dry weight crown increase, dry weight root increase and ratio of crown and root (S/R ratio). The result of F-test is water drop period influence the plant height, leave amount increase, leave width increase and dry weight crown, meanwhile the clone only influence the plant height. The conclusion is water drop once in two days give the best effect in plant height increase, leave amount increase, leave width increase and dry weight crown increase in polybag. Clone PB 260 (K2) usage give the best effect to rubber seed growth in polybag, followed by clone IRR 118 (K3) then clone GT.1 (K3). Water drop once in two days to clone PB 260 (A1K2) give the best effect to rubber seed growth in polybag. Key words: suggested clone, rubber seed, polybag, RAL PENDAHULUAN Tanaman karet di Indonesia penanamannya telah meluas baik dalam bentuk perkebunan rakyat maupun dalam bentuk perkebunan besar. Karet alam didominasi oleh karet rakyat dimana luas areal karet rakyat tersebut meliputi 84% dari total areal dan produksinya mencapai 74% dari total produksi (Budiman, 2002). Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan pada tahun 2007 menjadi 3,5 juta ton. Pendapatan non-migas ini pada tahun 2007 mencapai US$ 6,65 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan non-migas (Bank Indonesia, 2007). Peningkatan produktivitas perkebunan karet Indonesia sejak tahun 1963 hingga sekarang sudah mulai membaik, hal ini diakibatkan dari adanya perhatian pemerintah terhadap peremajaan tanaman karet dengan menggunakan klon-klon unggul anjuran dan perbaikan ekonomi petani karet (Paimin dan Nazaruddin, 1992). Selanjutnya, upaya peningkatan kwalitas dan kuantitas karet yang optimal, juga harus ditunjang oleh ketersediaan bibit yang berkualitas dari klon-klon unggul (Chatib, 2007). Dosen Tetap dan PD I FP Universitas Baturaja

Upload: riri-murniati

Post on 17-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan

TRANSCRIPT

Page 1: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 48

Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap

Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag

Oleh: Nurlaili

Abstract

The research aims to know response of some suggested clone and water drop period to rubber seed

growth in polibag. This research done in February – May 2008, in Agriculture Faculty University of

Baturaja. The research uses complete random design (RAL) factorial 9 combination of treatment and 3

times repetition. There are three showering: A1 (once in two days), A2 (once in three days) and A3

(once in four days) and three rubber clone types: K1 (clone GT.1), K2 (clone PB 260) and K3 (clone

IRR 118). Variables in this research are plant height increase, leaves amount increase, leave width

increase, dry weight crown increase, dry weight root increase and ratio of crown and root (S/R ratio).

The result of F-test is water drop period influence the plant height, leave amount increase, leave width

increase and dry weight crown, meanwhile the clone only influence the plant height. The conclusion is

water drop once in two days give the best effect in plant height increase, leave amount increase, leave

width increase and dry weight crown increase in polybag. Clone PB 260 (K2) usage give the best

effect to rubber seed growth in polybag, followed by clone IRR 118 (K3) then clone GT.1 (K3). Water

drop once in two days to clone PB 260 (A1K2) give the best effect to rubber seed growth in polybag.

Key words: suggested clone, rubber seed, polybag, RAL

PENDAHULUAN

Tanaman karet di Indonesia penanamannya telah meluas baik dalam bentuk perkebunan

rakyat maupun dalam bentuk perkebunan besar. Karet alam didominasi oleh karet rakyat

dimana luas areal karet rakyat tersebut meliputi 84% dari total areal dan produksinya

mencapai 74% dari total produksi (Budiman, 2002).

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya

peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus

menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada

tahun 1995 dan pada tahun 2007 menjadi 3,5 juta ton. Pendapatan non-migas ini pada tahun

2007 mencapai US$ 6,65 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan non-migas (Bank

Indonesia, 2007).

Peningkatan produktivitas perkebunan karet Indonesia sejak tahun 1963 hingga sekarang

sudah mulai membaik, hal ini diakibatkan dari adanya perhatian pemerintah terhadap

peremajaan tanaman karet dengan menggunakan klon-klon unggul anjuran dan perbaikan

ekonomi petani karet (Paimin dan Nazaruddin, 1992). Selanjutnya, upaya peningkatan

kwalitas dan kuantitas karet yang optimal, juga harus ditunjang oleh ketersediaan bibit yang

berkualitas dari klon-klon unggul (Chatib, 2007).

Dosen Tetap dan PD I FP Universitas Baturaja

Page 2: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 49

Berdasarkan rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet tahun 2005, klon-

klon karet yang direkomendasikan untuk priode tahun 2006-2010 terdiri atas dua kelompok

yaitu klon anjuran komersial dan klon harapan.

Klon anjuran komersial : BPM 24, IRR 104, PB.260, PB 330, PB 340, IRR 32, IRR

39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118

Klon harapan : RR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR107, IRR

111, IRR144, IRR 211, IRR 220.

Untuk batang bawah

dianjurkan menggunakan biji

yang berasal dari klon

: AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260, RRIC 100 (Puslit

karet, Sembawa, 2006).

Kemajuan produksi tanaman karet terus meningkat sejalan dengan ditemukannya

beberapa klon karet unggul selama 3 (tiga) siklus priode seleksi. Diharapkan dengan

penggunaan klon-klon karet unggul baru produksinya dapat ditingkatkan sampai 4 hingga 5

kali lipat yaitu dari bahan berupa seedling yang produksinya hanya 500 kg/ha/th menjadi 2000

kg/ha/th (Azwar dan Suhendry, 2007).

Keberhasilan pembibitan karet tidak lepas dari ketersediaan air yang dibutuhkan oleh

tanaman, karena air berfungsi sebagai ; (1) Pelarut dan medium untuk reaksi kimia, (2)

Medium untuk transport zat pelarut organik dan anorganik, (3) Medium yang memberikan

turgor pada sel tanaman, turgor menggalakkan pembesaran sel, struktur tanaman dan

penempatan daun, (4) Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul-molekul koloid, (5) Bahan

baku untuk Fotosentesis, proses hidrolisis dan reaksi-reaksi kimia lainnya dalam tumbuhan,

(6) Transpirasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman (Gardner, 1985 dalam Nurlaili

2003 ).

Kebutuhan air pada pembibitan karet dipolibag dalam sekala besar sering terjadi

masalah, karena air tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup. Menurut konsep klasik, air yang

tersedia bagi tanaman berada dalam kisaran kapasitas lapang sampai pada titik layu permanen.

Semakin rendah potensial matrik air tanah maka semakin sedikit air yang tersedia bagi

tanaman (Siagian et al., 1994). Kestabilan dan kecukupan air tanah memungkinkan

pertumbuhan dan bertahan hidupnya bibit karet yang disemaikan dalam polibag. Penggunaan

media tanah jenis PMK sangat baik untuk persemaian bibit karet dalam polibag. Karena dapat

mempertahankan dan memenuhi ketersediaan air dipolibag dalam jangka waktu tertentu.

Untuk itu pemberian air perlu diatur dengan sebaik-baiknya sampai memenuhi kapasitas

lapang (Kartasapoetra dan Mulyani, 2003).

Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai periode pemberian air pada beberapa klon bibit karet di polibag.

Tempat dan Waktu

Pelaksanakan penelitian ini di rumah bayang Fakultas Pertanian Universitas Baturaja,

Desa Tanjung Baru Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera

Selatan. Pelaksanaan Penelitian dimulai pada Bulan Pebruari sampai dengan Bulan Mei 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit klon karet GT.1, PB 260, IRR

118, polibag ukuran 20 x 30cm (30 cm tinggi dan 20 cm diameternya), tanah jenis PMK dan

Page 3: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 50

plastik. Alat yang digunakan meliputi meteran kayu, gelas ukur, ember, pisau kecil, gerjaji,

gayung air, kayu 5x5 cm, polibag, tali, alat-alat tulis dan timbangan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktorial dengan 9

(sembilan) kombinasi perlakuan dan 3 (tiga) kali ulangan, sehingga jumlah seluruh petakan

menjadi 27 (dua puluh tujuh) petak kombinasi.

Dua faktor perlakuan yang digunakan adalah faktor perlakuan A yaitu : periode

pemberian air: A1 (dua hari sekali), A2 (empat hari sekali), A3 (enam hari sekali) dan faktor

perlakuan B yaitu: beberapa klon karet: K1 (klon GT1), K2 (klon PB 260), K3 (klon IRR

118. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi tanaman,

pertambahan jumlah daun, pertambahan luas daun, pertambahan berat kering tajuk,

pertambahan berat kering akar dan rasio tajuk-akar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Sidik Ragam Uji-F dari semua peubah yang diamati dalam penelitian ini

tersaji pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1. Hasil Analisis Sidik Ragam Pada Semua Peubah yang Diamati

No. Peubah Faktor A

(Periode pemb. air) Faktor K

(Klon Karet) Interaksi A.K

KK %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pertb. Tinggi Tan.

Pertb. Jumlah Daun

Pertb. Luas Daun

Pertb. BK. Tajuk

Pertb. BK. Akar

Rasio Tajuk-Akar

6,755 **

9,886 **

7,089 **

15,186 **

1,567 tn

1,412 tn

3,770 *

0,607 tn

0,375 tn

0,633 tn

0,060 tn

0,788 tn

0,848 tn

0,941 tn

0,308 tn

1,000 tn

2,101 tn

1,075 tn

12,44

8,55

6,25

9,17

9,47

7,29

Keterangan : KK = Koefisien Keragaman

** = Berpengaruh sangat nyata * = Berpengaruh nyata tn = Berpengaruh tidak nyata

Dari Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa interaksi periode pemberian air dan beberapa

klon anjuran yang digunakan menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada semua peubah yang

diamati, ini menunjukkan bahwa respon semua klon yang digunakan terhadap periode

pemberian air itu sama.

Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

Pertambahan tinggi tanaman karet dipengaruhi oleh faktor periode pemberian iar secara

sangat nyata, dan secara nyata juga dipengaruhi oleh faktor perlakuan berbagai jenis klon

karet. Dengan demikian, Uji-BNT dapat dilakukan terhadap pengaruh utama dari masing-

masing perlakuan.

Page 4: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 51

Tabel 2.

Hasil Uji BNT 5% dan 1% pada peubah Pertambahan Tinggi Tanaman.

Fak.K

Fak. A K1 K2 K3 PU.A

A1 8,90 11,67 10,80 10,46 b B

A2 5,80 12,17 8,17 8,71 b AB

A3 5,40 7,33 3,10 5,28 a A

PU.K 6,70 a 10,39 b 7,36 a

Nilai BNT 5 % = 3,01dan Nilai BNT 1 % = 4,13

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pengaruh utama pemberian penyiraman pada ;

A1 tidak berbeda nyata dengan A2, sedangkan A3 berbeda nyata dengan A2 pada taraf Uji

BNT 5% tetapi berbeda tidak nyata pada taraf 1%, namun A3 berbeda sangat nyata dengan

A1. sedangkan untuk perlakuan faktor klon menunjukkan bahwa perlakuan K1 berbeda tidak

nyata dengan K3, tetapi K1 dan K3 berbeda nyata dengan K2. Perlakuan faktor periode

pemberian air 2 hari sekali menunjukkan perlakuan tertinggi yaitu 10,46 cm kemudian diikuti

perlakuan 4 hari sekali, sedangkan faktor klon menunjukkan klon PB 260 merupakan

perlakuan tertinggi yaitu 10,39 cm.

Pertambahan Jumlah Daun (Helai)

Data pengaruh periode pemberian air terhadap pertambahan jumlah daun diajikan pada

tabel 3. Tabel 3.

Hasil Uji- BNT 5% dan 1% Pada Peubah Pertambahan Jumlah Daun Bibit Karet

Fak.K

Fak. A K1 K2 K3 PU.A

A1 17,33 22,67 22,00 20,67 b B

A2 17,33 20,00 18,33 18,56 b B

A3 14,00 12,33 9,33 11,89 a A

PU.K 16,22 18,33 16,56

Nilai BNT 5 % = 4,33 dan Nilai BNT 1 % = 5,95

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan pengaruh perlakuan periode pemberian air

pada A1 menunjukkan pertambahan jumlah daun tertinggi yaitu 20,67 helai dari perlakuan

lainnya, sedangkan pengaruh beberapa klon bibit karet menunjukkan bahwa perlakuan K2

secara tabulasi menunjukkan pertambahan jumlah daun yang tertinggi pada klon PB.260 (K2)

yaitu 18,33 helai.

Pertambahan Luas Daun (cm2

)

Data pengaruh pemberian penyiraman terhadap pertambahan luas daun dapat disajikan

pada Tabel 4 dibawah ini :

Page 5: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 52

Tabel 4.

Hasil Uji BNT 5% dan 1% Pada Peubah Pertambahan Luas Daun Bibit Karet.

Fak.K

Fak. A K1 K2 K3 PU.A

A1 1007,16 1055,03 1096,48 1052,89 b B

A2 881,23 1040,69 898,86 940,26 b AB

A3 755,50 757,94 740,95 751,46 a A

PU.K 881,30 951,22 912,10

Nilai BNT 5 % = 169,97 dan Nilai BNT 1 % = 232,83

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata

Berdasarkan Tabel 4 diatas bahwa pengaruh utama perlakuan berbagai klon terhadap

pertambahan luas daun yang tertinggi adalah pada klon PB 260 (K2) yaitu 951,22 cm²,

sedangkan periode pemberian air 2 hari sekali merupakan perlakuan tertinggi yaitu 1052,89

cm².

Pertambahan Berat Kering Tajuk (gr)

Data pengaruh pemberian interval penyiraman terhadap pertambahan berat kering tajuk

disajikan pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5.

Hasil Uji BNT 5% dan 1% Pada Peubah Pertambahan Berat Kering Tajuk Bibit Karet

Fak.K

Fak. A K1 K2 K3 PU.A

A1 12,40 11,95 12,15 12,17 b B

A2 8,36 10,06 12,60 10,34 b B

A3 6,76 4,50 5,72 5,66 a A

PU.K 9,17 8,84 10,16

Nilai BNT 5 % = 2,56 dan Nilai BNT 1 % = 3,51

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata

Pada tabel 5 terlihat bahwa penambahan pada periode pemberian air terhadap berat

kering tajuk dari 2 hari sekali (A1) menjadi 4 hari sekali (A2) berbeda tidak nyata tetapi (A1)

dan (A2) berbeda sangat nyata dengan (A3). Berdasarkan analisis keragaman pada perlakuan

utama klon justru yang terbaik adalah klon IRR 118 pada perlakuan (A2K3) yaitu 12,60 gr.

Untuk peubah berat kering akar dan rasio tajuk-akar secara statistik berpengaruh tidak

nyata untuk faktor klon , faktor periode pemberian air dan interaksi kedua faktor, ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit karet yang digunakan mempunyai respon yang relatif

sama terhadap ketiga faktor tersebut.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil Ansira pada Tabel 1, menunjukkan bahwa

periode pemberian air secara umum mempengaruhi pertumbuhan bibit karet. Hal ini

dibuktikan terutama terhadap peubah ; pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah

daun, pertambahan luas daun dan pertambahan berat kering tajuk bibit karet yang secara

P e r l a k u a n

Page 6: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 53

sangat nyata dipengaruhi oleh faktor perlakuan interval penyiraman, sedangkan untuk peubah

berat kering akar, rasio tajuk dan akar tidak dipengaruhi secara nyata.

Kemudian, pengaruh interaksi antara kedua faktor perlakuan (Interval Penyiraman

dengan Berbagai Jenis Klon Karet) berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit karet

dalam polibag, karena tidak satupun peubah parameter pengamatan yang nyata pengaruhnya.

Keadaan tersebut diduga tanggap oleh klon-klon yang digunakan adalah sama terhadap

periode pemberian air. Siagian et al.,1994) mengatakan bahwa tidak terdapat interaksi antara

jenis klon dengan tingkat stress air. Begitupun terhadap pengaruh faktor perlakuan berbagai

jenis klon karet, yang mana secara umum tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan

pertumbuhan bibit karet, kecuali hanya pada peubah pertambahan tinggi tanaman. Untuk

tinggi tanaman diduga bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman yang

dalam penelitian ini menggunakan klon-klon yang unggul.

Pertambahan tinggi tanaman karet dipengaruhi oleh faktor periode pemberian air, yang

secara sangat nyata memberikan hasil nilai yang beragam dari berbagai pemberian perlakuan

penyiraman air selang 2 hari adalah yang tertinggi reratanya yaitu 10,46 cm, kemudian diikuti

pemberian air 4 hari yang reratanya 8,71 cm, dan yang terendah adalah pemberian air selang 6

hari, yang hanya menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 5,28 cm. Keadaan ini diduga dengan

ketersediaan air dalam polibag perhari pertanamannya pada A1 untuk pemenuhan kapasitas

lapang sangatlah optimal, tetapi pada selang penyiraman 6 hari yang dibutuhkan tanaman

dalam polibag sudah tidak lagi optimal untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Dan perlakuan

penyiraman perlakuan 4 hari sekali sudah dapat mengoptimalkan pertambahan tinggi tanaman

dengan suhu dan kelembaban tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Husny dan Daslin

(1995) semakin rendah kadar air tanah dalam polibag, maka semakin tertekan pertumbuhan

tanaman bibit karet.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa pertambahan tinggi tanaman bibit karet yang dihasilkan oleh

perlakuan terhadap klon (K2) yaitu 10.39 cm adalah yang terbaik dan lebih tinggi bila

dibandingkan dengan klon IRR118 (K3) yaitu 7,36 cm dan klon GT.1 (K3) yaitu 6,70 cm. Hal

ini mengindikasikan bahwa setiap macam klon karet menghasilkan atau memiliki

pertumbuhan dan pertambahan tinggi pada masa pembibitan yang berbeda-beda. Pernyataan

ini didukung oleh Wijaya dan Lasminingsih (1994) kemampuan tanaman menyerap air dengan

perakaran yang dalam dan intensif, namun kemungkinan ini kecil karena semua klon yang di

uji menggunakan populasi batang bawah yang berbeda-beda. Jadi, respon setiap klon yang

digunakan pada semua peubah termasuk pertambahan tinggi tanaman adalah relatif sama.

Selanjutnya, pertambahan jumlah daun juga dipengaruhi oleh periode pemberian air 2

hari sekali (A1) dan 4 hari sekali (A2) mempunyai nilai yang berbeda tidak nyata. Untuk A1

menghasilkan jumlah helai daun rata-rata 20,67 helai dan A2 rata-rata18,56 helai, tetapi pada

pemberian interval penyiraman 6 hari sekali (A3) mempunyai hasil yang sangat nyata dengan

A1 dan A2 yaitu hanya 11,89 helai. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian air 6 hari

sekali dapat menekan laju pertumbuhan tanaman termasuk pertambahan jumlah daun dan

sekaligus mempengaruhi luas daun. Hal ini didukung oleh pendapat Amypalupy (1988) bahwa

semakin diperjarang priode pemberian air terhadap tanaman, maka air tanah akan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh interaksi interval penyiraman dan

berbagai klon, bahwa klon PB 260 (K2) pada perlakuan penyiraman 2 hari sekali (A1)

memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan jumlah daun yaitu rata-rata 22,67 helai,

kemudian diikuti oleh klon IRR 118 pada perlakuan 2 hari sekali penyiraman yaitu dengan

rata-rata 22,00 helai serta yang terkecil adalah perlakuan pemberian penyiraman 6 hari sekali

Page 7: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 54

pada klon IRR 118 (A3K3) dengan rata-rata 9,33 helai. Pernyataan ini didukung oleh Husni

dan Daslin (1995) dalam penelitiannya bahwa turunnya kadar air tanah akan mempengaruhi

penyerapan hara oleh akar tanaman yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme dan

pertumbuhan tanaman.

Peubah pertambahan luas daun juga dipengaruhi periode pemberian air, dima na

perlakuan pemberian air 2 hari sekali (A1) dan 4 hari sekali (A2) sama-sama menghasilkan

pertambahan luas daun bibit karet yang relatif sama (berbeda tidak nyata), yang mana A1

memberikan nilai tertinggi yaitu 1052,89 cm2, A2 mempunyai nilai yaitu 940,46 cm

2 dan

selanjutnya pemberian air 6 hari sekali (A3) menurunkan pertambahan luas daun bibit karet

secara nyata pada Uji-BNT 5 % dan tidak nyata pada pada Uji-BNT 1% bila dibandingkan

dengan perlakuan A2 dan sangat nyata dengan perlakuan A1 (BNT 1%) yang hanya

mempunyai nilai 751,46 cm2. Keadaan ini mengindikasikan bahwa pertambahan luas daun

sudah dapat optimalkan dengan perlakuan interval penyiraman 4 hari sekali (A2) yaitu seluas

940,26 cm2 , sementara nilai tertinggi adalah pemberian 2 hari sekali (A1).

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Wijaya dan Tambunan (1986) yang mengatakan

bahwa luas daun dipengaruhi oleh perlakuan periode pemberian air, sehingga luas daun

semakin sempit dengan semakin diperjarangnya priode pemberian air.

Selanjutnya, periode pemberian air pada peubah pertambahan berat kering tajuk

berpengaruh sangat nyata hal ini terlihat pada Tabel 1. Dan penambahan interval penyiraman 2

hari sekali (A1), 4 hari sekali (A2) tidak memberikan pengaruh terhadap menurunnya

pertambahan berat kering tajuk tanaman bibit karet. Dan bila penyiraman air dilakukan

dengan interval 6 hari sekali (A3), dapat menurunkan pertambahan berat kering tajuk tanaman

bibit karet. Keadaan ini menunjukkan bahwa interval penyiraman 2 hari sekali (A1) dengan

berat kering rata-rata 12,17 gram dan 4 hari sekali (A2) yang berat keringnya mencapai 10,34

gram, merupakan perlakuan terbaik dan sudah cukup untuk mengoptimalkan pertambahan

berat kering tajuk tanaman bibit karet. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian air yang

cukup juga dapat meningkatkan pertambahan berat kering tajuk. Pernyataan ini didukung oleh

Lubis (2008) mengatakan secara keseluruhan bahwa stress air yang ringan sekalipun pada

suatu tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan

proses fotosesis dan respirasi.

Untuk pengaruh periode pemberian air terhadap berbagai klon pada peubah pertambahan

berat kering tajuk tanaman bibit karet berpengaruh tidak nyata tetapi dapat dilihat bahwa yang

terbaik adalah perlakuan pada klon IRR 118 (K3) dengan interval penyiraman 2 hari sekali

menghasilkan rata-rata 12,6 gram. Pernyataan ini didukung oleh Sitompul dan Sugiyanto

(1994) yang mengatakan bahwa pemberian air yang terbaik terhadap bibit karet dalam polibag

adalah 3 hari sekali dan dikembalikan pada kapasitas lapang serta kebutuhan air untuk setiap

klon karet adalah berbeda-beda.

Pengaruh pemberian air yang terbaik untuk pertambahan berat kering akar adalah

perlakuan periode pemberian air 2 hari sekali yaitu berat kering akar rata-rata 4,56 gram dan

yang terendah adalah periode pemberian air 6 hari sekali dengan berat kering akar rata-rata

3,61 gram. Hal ini diduga bahwa pengembalian air tanah dengan jarak waktu 2 hari sekali

menjadikan pertumbuhan menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Husny

dan Daslin (1994) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan bibit karet yang terbaik dalam

polibag, maka kadar air tanah harus dipertahankan pada keadaan kapasitas lapang.

Periode pemberian air 2 hari sekali pada klon IRR 118 dengan nilai 4 gram untuk tajuk

tanaman. Kemudian nilai yang terendah terdapat pada perlakuan pemberian penyiraman

selang 2 hari sekali pada klon PB 260 dengan nilai 2,66 gram untuk tajuk tanaman. Dan untuk

Page 8: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 55

rerata yang terbaik untuk perlakuan periode pemberian air 2 hari sekali (A1) dengan nilai 3,55

gram. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Siagian et al.,(1994) bahwa dengan meningkatnya

areal permukaan akar tanaman per satuan berat kering bagian atas tanaman, maka kemampuan

akar tanaman dalam menyerap air dan hara akan meningkat, sehingga tanaman tidak

terganggu pertumbuhannya. Artinya, periode pemberian air 2 hari sekali, 4 hari sekali, serta 6

hari sekali masih memungkinkan untuk pembentukan pertumbuhan tanaman bagian atas,

karena nilai pembanding antara tajuk dan akar dalam setiap interval penyiraman mempunyai

nilai yang sama yaitu 1:3 untuk akar tanaman.

Berdasarkan rasio tajuk dan akar untuk faktor berbagai macam klon, klon IRR 118 (K3)

adalah perlakuan yang terbaik karena mempunyai nilai yang tertinggi yaitu 3,53 gram dan

klon GT.1 dan klon PB 260 mempunyai nilai yang sama yaitu 3,16 gram. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis klon dengan tingkat stres air.

Pernyataan ini juga didukung oleh Siagian, et al., (1994) bahwa tanaman yang mampu

mempertahankan kandungan air di daun pada kekurangan air, berarti tanaman tersebut mampu

mengadakan penutupan stomata pada kondisi kekeringan sehingga terjadi pengawetan air

daun. Berarti hal ini menunjukkan bahwa respons ketiga klon terhadap penjarangan pemberian

air pada peubah S/R tidak berbeda antara satu sama lain.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Periode pemberian air 2 hari sekali (A1) memberikan pengaruh terbaik dalam mengatasi

tekanan terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan

luas daun, dan pertambahan berat kering tajuk bibit karet dalam polibag.

2. Penggunaan klon yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet

dalam polibag adalah klon PB 260 (K2), kemudian diikuti klon IRR 118 (K3), serta klon

GT.1 (K1)

3. Secara tabulasi aplikasi periode pemberian air 2 hari sekali pada klon PB 260 (A1K2)

memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet dalam polibag.

Saran

Disarankan bahwa periode pemberian air terhadap tanaman bibit karet sebaiknya dilakukan 2-

4 hari sekali. Klon PB 260 dan IRR 118 merupakan klon unggul yang dapat digunakan untuk

daerah Baturaja.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Stastik Perkebunan Karet Sumatera Selatan. Palembang: Dinas Perkebunan

Propinsi Sumatera Selatan

Bank Indonesia. 2007. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil.

Dalam (http://www.bi.go.id./sipuk/lm/ind/karet).

Chatib, H.S.2007. Budidaya Tanaman Karet. Palembang: Dinas Perkebunan Propinsi

Sumatera Selatan.

Page 9: pembahasan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Nurlaili, Hal; 48 - 56 56

Puslit Karet Sembawa, 2006. Rekomendasi Klon Karet Priode 2006-2010. Balai Penelitian

Sembawa.

Makalah, Jurnal, Tesis dan Laporan Penelitian

Anwar, Ch.2001. “Managemen dan Teknologi Budidaya Karet”. Makalah, Tekno Ekonomi

Agribisnis Karet, 18 Mei 2006. Medan: Puslit Karet Medan. PT. FABA Indonesia

Konsultan.

Azwar, Suhendry. 1998. “Karatristik Klon Anjuran”. Warta Pusat Penelitian Karet. Asosiasi

Penelitian Perkebunan Indonesia. 18 No. 1-3.

Boerhendhy, I. 2003. “Penyadapan Tanaman Karet. Makalah Bimbingan Teknik Penyadapan

Karet”. Balai Penelitian Sembawa. 14-17 Mei 2003. Puslit Karet. Sembawa

Palembang.

Budiman,A. 2002. “Penyakit Batang, Cabang dan Bidang Sadapan Pada Tanaman Karet

Hevea dan Penanggulangannya”. Kerja Sama Puslit Karet Sembawa dan PTP. Mitra

Ogan. Balai Penelitian Sembawa.

Daslin, A. Azwar, R. Ginting,S. 2001. “Petunjuk Teknis Praktis Budidaya Tanaman Karet”.

Lokakarya Karet 27-28 Oktober 2001. Medan.

Husny. Z dan Daslin, A. 1995. “Pengaruh Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan Bibit

Karet Dalam Polibag”. Dalam Buletin Karet .1995. 13(1) : 32-39.

Siagian,N. Sitompul,D. Sugiyanto,Y.1994. “Kebutuhan Air dan Pertumbuhan Beberapa Klon

Karet Pada Berbagai Kondisi Stres Air di Bibitan Polibag”. Dalam Buletin Perkaretan.

1994. 12(3) : 11-17. Proseding Seminar Ilmiah FP Unsri dalam Rangka Dies Unsri ke-

36. Palembang.

Nurlaili, 2003. “Pengujian Ketahanan Beberapa Klon Anjuran Bibit Karet (Hevea brassiliensis

Muell. Arg.) Terhadap Kekeringan”. Tesis UNSRI Palembang. (Tidak dipublikasikan).

Sitompul, D dan Sugiyanto, Y. 1994. “Kebutuhan Air dan Pertumbuhan Beberapa Klon Karet

Pada Berbagai Kondisi Stres Air Di Bibitan Polibag”. Buletin Perkaretan. 1994.

Thomas, 1995. “Konservasi Air Dengan Penggunaan Mulsa untuk Meningkatkan

Pertumbuhan Karet”. Buletin Puslit Karet, 1995.

Wijaya,T dan Tambunan, D.1986. “Pengaruh Mulsa dan Priode Pemberian Air Terhadap

Pertumbuhan Bibit Karet Klon AVROS 2037”S. Buletin Perkebunan Rakyat. 3(1).