pendidikan moral

25
PENDIDIKAN MORAL OLEH: Rukiyati, M.Hum PRODI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN FIP UNY

Upload: valerian-esquivel

Post on 02-Jan-2016

194 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENDIDIKAN MORAL. OLEH: Rukiyati , M.Hum PRODI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN FIP UNY. Situasi Pendidikan Moral: Subjek didik mencoba mengafeksi : tindakan moral, struktur kognitif , nilai , emosi moral pihak lain. Komponen pokok yang mempengaruhi perilaku moral: - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

PENDIDIKAN MORAL

OLEH:Rukiyati, M.Hum

PRODI ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKANFIP UNY

Situasi Pendidikan Moral:Subjek didik mencoba mengafeksi: tindakan moral, struktur kognitif, nilai, emosi moral pihak lain

Komponen pokok yang mempengaruhi perilaku moral:

1. Moral sensitivity or interpreting the situation

2. Moral judgement or judging which action is morality right/wrong

3. Moral motivation or prioritizing moral values relative to other values

4. Moral character or having, courage, persisting, overcoming, implementing skill (J. Rest & D. Narvaez, 1994:23)

Model MAS oleh Henry Melalui model ini diperoleh

pengertian yang lebih baik tentang peranan:

Social-interaction context for learning of what or who is important when making moral judgement

Tujuan: memperoleh informasi tentang what/who yang mempengaruhi pertimbangan moral individu

COMPONENTS OF GOOD CHARACTER

MORAL KNOWING

1. Moral awareness

2. Knowing moral values

3. Perspective-taking

4. Moral Reasoning

5. Decision-making

6. Self-knowledge

MORAL FEELING

1. Conscience

2. Self-esteem

3. Empathy

4. Loving the good

5. Self-control

6. Humility

MORAL ACTION1. Competence2. Will3. Habit

A COMPREHENSIVE APPROACH TO VALUES AND CHARACTER EDUCATION

Classroom Strategies

1. The acher as caregiver, model

and mentor

2. A moral classroom community

3. Moral discilpin

4. A democratic classroom

environment

5. Teaching values through the

curriculum

6. Cooperative learning

7. Conscience of craft

8. Moral reflection

9. Teaching conflict resolution

Schoolwide Strategies

1. Caring Beyond the classroom

2. Creating positive moral culture

in the school

3. School,parents, and

communities as partner

Character

1. Moral Knowing

2. Moral Feeling

3. Moral Action

Tiga asumsi perkembangan moral:

1. Menyangkut perubahan-perubahan dasar dalam struktur kognitif

2. Hasil dari proses interaksi antara struktur, organisme, dan lingkungan

3. Mengarah pada terciptanya equilibrium yang semakin besar dalam interaksi antara organisme dan lingkungan

TEORI “SOCIAL LEARNING” Faktor lingkungan paling menentukan

tingkah laku moral seseorang. Seseorang terikat dalam tindakan moral

karena hadiah dari diri sendiri.

TEORI KESADARAN MORAL: Norma-norma moral seseorang adalah

bagian instrinsik dirinya Patokan-patokan moral yang

diinternalisasikan menjadikan seseorang peka terhadap tekanan eksternal dan godaan-godaan

TEORI ATRIBUSIPrinsip kecukupan minimal (menurut

Lepper): Internalisasi moral akan dimudahkan

dengan disiplin orang tua yang meletakkan tekanan minimal pada anak

Menurut Dienstbier: hukuman dari orang tua akan memunculkan emosi

INDOKTRINASI DALAM PENDIDIKAN MORAL

Indoktrinasi dikonotasikan negatifMetode indoktrinasi dianggap

“haram”Ironis: dalam pelaksanaan sering

dilakukan

Utilisme-Rasional John Wilson

Perbedaan Afeksi:Pendidikan sebagai upaya penerapan

aktivitas yang dikehendakiIndoktrinasi sebagai upaya penerapan

aktivitas yang tidak dikehendaki,bahkan tidak disukai

Tujuan Pendidikan moral: Membentuk manusia bebas untuk

merefleksi dan memilihkomitmen moralnya sendiri-sendiri

Kritiknya:

Indoktrinasi: Upaya menanamkan kepercayaan secara

tidak sah, pembenaran sesuatu kepercayaan yang

tidak fair.Menjauhkan agen moral yang

independen, reflektif, dan mampu mengambil

keputusan moral sendiri.

Indoktrinasi merefleksikan usaha untuk memaksakan kondisi tanpa kebenaran ke satu kondisi tanpa bukti. Kenyataan yang sulit diterima dalam pendidikan.

Indoktrinasi tidak mempedulikan peserta didik:

Ketidakpedulian praktek indoktrinasi terhadap fakta bahwa pendidikan berimplikasi kepada pertumbuhan dan perkembangan yang bersumber dari dari diri peserta didik.

Jadi, bukan pemaksaan dari luar.

Kohlberg tidak sepenuhnya menolak indoktrinasi.

Ia mengakui pentingnya mengajarkan isi nilai tertentu kepada peserta didik.

Sekolah sebagai agen sosialisasi maupun advokasi, dapat saja memanfaatkan pendekatan-pendekatan indoktrinasi

SOSOK PRIBADI YANG TERDIDIK SECARA MORAL

Guru pendidikan moral menghasilkan “sesuatu”, yaitu pribadi terdidik secara moral.

Emile Durkheim: sosok pribadi yang terdidik secara moral bervariasi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.

Kesan: tidak ada satu model ideal Tawaran pandangan: Pribadi yang bertindak selaras dengan iklim,

cita-cita dan idealisasi masyarakatnya sendiri

Satu kualitas formal yang harus dipenuhi, yaitu ketrampilan dan watak yang memang sengaja dikembangkan sekolah, yang mampu mendorong serta menumbuhkan kebutuhan peserta didik untuk berfungsi sebagai agen moral bagi masyarakatnya

Tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki:1. disiplin2. memasyarakat3. otonomi diri

Sosok ideal pribadi bermoral: Socrates

1. Mampu berkorban demi perwujudan tanggung-jawab terhadap perjuangan menegakkan kebenaran

2. Bukan sebagai pemberontak, tetapi sebagai “juru bicara” yang mampu mewakili moralitas sosial dalam arti yang sebenarnya. “Pemberontakan” nya bukan antisosial, tetapi atas nama visi masyarakat yang lebih benar dan lebih baik

3. Figur yang mampu menyadari, menerima dan menghargai ide-ide besar secara bebas dan otonom.

PENDIDIKAN MORAL DI NEGARA –NEGARA

ASIA

1. JEPANGPRINSIP MORAL TRADISI JEPANG:ANAK HARUS MEMILIKI RASA HORMAT THD ORANG TUADAN GURU

PENDIDIKAN MORAL DIPERKENALKAN SEBAGAI ALAT UTK MENGUATKAN NILAI-NILAI REMAJA AGAR TIDAK BER-PERILAKU MENYIMPANG

PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH DILAKUKAN SEJAK TAHUN 1958.

1. SEBELUM PERANG

ADANYA ORIENTASI PENDIDIKAN BARAT (1872) MENGAKIBATKANPRIORITAS PADA IPTEK DANMENGABAIKAN PEND. MORAL.

TH. 1890 KEMBALI KE KONSERVATIFSEKOLAH MENJADI TEMPAT PENDIDIKAN POLITIK DAN MORALSECARA SISTEMATIS BERLANJUT SAMPAI DENGAN AKHIR PERANG DUNIA II

2. SETELAH PERANG

TH. 1951 MENTERI PENDIDIKAN JEPANG MENYIAPKAN “A GUIDE TO MORAL EDUCATION” YANG MENDORONG GURU-GURU MEMASUKKAN PENDIDIKAN MORAL DALAM PELAJARAN ILMU-ILMU SOSIAL

ORANG TUA BINGUNG KARENA BANYAK PERUBAHAN/KEBIJAKAN

ORANG TUA TETAP MENGINGINKANADA PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH

EMPAT ASPEK POKOK PENDIDIKAN MORALDI SEKOLAH JEPANG

1. TUJUAN DAN PRAKTEK PENDIDIKAN MORALSBG MATA PELAJARAN BEBAS

2. CIRI-CIRI UTAMA DARI TOPIK SOSIAL SBGDASAR PENDIDIKAN MORAL

3. PROMOSI TTG PERILAKU SUSILA MELALUIKEGIATAN KELOMPOK

4. PELAKSANAAN PERATURAN KELAKUAN SISWADI SEKOLAH MENENGAH

2. PENDIDIKAN MORAL DI KOREATRADISI KOREA (DINASTI YI) 1392-1910:PENDIDIKAN MORAL MENJADI PELAJARAN PENTING DI SEKOLAH.NILAI-NILAI KONFUSIUS MENJADI ACUAN:KESETIAAN THD KEBENARAN, KELUARGA DAN RAJA

PENDIDIKAN MORAL = PELAJARAN DISIPLINDIRI (SHUSIN).DIMASUKKAN DALAM ILMU SOSIAL DENGANPENEKANAN PENDIDIKAN KEWARGANEGA-RAAN YANG BAIK1956 PENINGKATAN PENDIDIKAN MORAL

SETIAP REZIM SELALU MEMPERHATIKAN PENDIDIKAN MORAL.SD CORRECT LIFESMP DEMOCRATIC LIFESMA & PT NATIONAL ETHICS

1964:PENEKANAN PADA EMPAT BUTIR MORAL:1. COURTEOUS LIFE (SOPAN SANTUN)2. INDIVIDUAL LIFE3. SOCIAL LIFE4. NATIONAL LIFE

3. PENDIDIKAN MORAL DI RRC

a. 1949 – REVOLUSI KEBUDAYAANSEBELUMNYA (PERIODE NASIONALIS)DIGUNAKAN MODEL AMERIKA DAN EROPA.REFORMASI PENDIDIKAN BERDASAR SLOGAN MAO: ON NEW DEMOCRACY:• MEMPERKUAT IDEOLOGI POLITIK PEND.• PENTINGNYA TENAGA KERJA PRODUKTIF• PENGEMB. SPESIALISASI TEKNIK• BERPIKIR DAN BERTEORI SESUAI IDEOLOGI

RRC5. UNIFORMITAS DAN SENTRALISASI