penelitian pengaruh terapi bekam untuk penanganan nyeri
TRANSCRIPT
Penelitian Pengaruh Terapi Bekam untuk Penanganan Nyeri
Lutut Anterior (Bagian Depan) dan potensi peranannya dalam
Promosi Kesehatan
Diterjemahkan oleh dr. Abu Hana
Untuk http://kaahil.wordpress.com
Dari artikel :
Kaleem Ullah, Ahmed Younis & Mohamed Wali: An investigation into the effect of Cupping
Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in Health Promotion.: The
Internet Journal of Alternative Medicine. 2007; Volume 4, Number 1.
Kaleem Ullah, MSc Physiotherapy, University of East Anglia UK
Ahmed Younis, Principal Lecturer St Georges University of London UK
Mohamed Wali, St Georges University of London UK
Abstrak
Objektif: Untuk mengetahui pengaruh Terapi Bekam dalam tingkatan patofisiologis pada
penanganan Nyeri lutut anterior (bagian depan) dan dampaknya terhadap kualitas hidup serta
kenyamanan.
Metode: Survei Eksperimen menggunakan percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan
selama 3 minggu untuk mengetahui pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan
penilaian obyektif maupun subyektif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengetahui berapa
banyak variabel independen menyebabkan peserta penelitian mengalami perubahan (Dane,
1990).
Hasil: Terdapat perbedaan statistik yang signifikan dalam tingkat rasa sakit, kenyamanan dan
rerata pergerakan pada pasien dengan nyeri lutut anterior antara sebelum dan setelah bekam
(P <0,05).
Kesimpulan: Telah dilakukan penelitian mengenai keampuhan/Efikasi Terapi bekam untuk
penanganan nyeri lutut anterior serta kenyamanan dan pergerakannya, hasil penelitian
menunjukkan adanya perbaikan pada peserta penelitian sebagai akibat dari Terapi Bekam.
Dianjurkan untuk dilakukan studi lebih lanjut dengan menggunakan sample penelitian yang lebih
besar dan waktu yang lebih lama.
Pendahuluan
Cupping (bekam) merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam
perawatan dan pengobatan berbagai masalah kesehatan diantaranya : Penyakit darah seperti
hemofili dan hipertensi, Penyakit reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit
punggung, migren, gelisah/anxietas dan masalah fisik umum maupun mental. Tujuan bekamDikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 2
adalah untuk membuang darah dari dalam tubuh yang diyakini dapat merusak tubuh dan pada
gilirannya berpotensi merugikan mulai dari gejala biasa sampai yang mengarah pada
menurunnya derajat kesehatan.
Sejarah dan asal mula Terapi Bekam
Secara tradisional, Terapi bekam telah dipraktekkan oleh banyak budaya dalam satu bentuk
atau lainnya. Di Inggris praktek Terapi bekam juga telah tercatat dalam kurun waktu yang lama
dengan salah satu jurnal kesehatan ‘ The Lancet ‘ yang diberi nama setelah adanya praktek ini.
Lanset merupakan salahsatu peralatan bedah tradisional yang digunakan untuk membuang
kelebihan darah yakni venaseksi dan digunakan untuk membedah Abses/bisul. Kata dalam
bahasa Arab untuk Terapi Bekam adalah Al-Hijamah yang berarti untuk mengurangi ukuran yakni
untuk mengembalikan tubuh pada kondisi alamiah.
Praktek Al-Hijamah telah menjadi bagian dari budaya Timur Tengah selama ribuan tahun
sebagaimana telah ada pada catatan di zaman Hipokrates (400 SM). Di belahan barat, yang
pertama melakukan Terapi Bekam adalah orang-orang Mesir kuno, dan yang tertua terekam
dalam Textbook berjudul “ Ebers Papyrus” yang ditulis sekitar tahun 1550 SM di negeri Mesir
menyebutkan masalah bekam (Curtis, 2005). Terapi bekam secara umum dapat dibagi menjadi
dua kategori: Bekam kering (Dry Cupping) dan Bekam basah(Wet Cupping). Terapi bekam
kering cenderung lebih banyak dipraktekkan di wilayah Timur Jauh, sedangkan Bekam basah
menjadi favorit di wilayahTimur Tengah dan Eropa Timur. Untuk tujuan penelitian ini dilakukan
penyelidikan Terapi bekam basah yang kemudian disebut sebagai Terapi Bekam.
Penggunaan Terkini Terapi Bekam
Pengobatan Komplementer dan Alternatif (CAM= Complementary and Alternative Medicine)
akhir-akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia
Biomedis kesehatan (Hill, 2003). Survei menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk
Inggris (Ernst, 1996) dan sedikit lebih tinggi di Amerika Serikat (Wootton dan Sparber, 2001)
menggunakan CAM. Selain itu, mainstream dunia kesehatan yang meminta bukti lebih lanjut untuk
CAM semakin tertarik pada beberapa bentuk CAM (Hoffman, 2001).
Khasiat Medis dari Terapi Bekam
Menurut Hennawy (2004), Terapi Bekam diindikasikan untuk penanganan gangguan darah,
mengobati nyeri, inflamasi/peradangan, relaksasi fisik dan mental, varises pada pembuluh
darah vena dan masase jaringan dalam serta memberikan hingga 50% peningkatan pada
tingkat kesuburan.
Prinsip-prinsip Akupunktur dan Akupressure sangatlah mirip dengan Terapi Bekam basah, hanya
saja pada bekam basah melibatkan pengeluaran darah sedangkan pada Akupunktur dan
Akupressure menggunakan isapan dan stimulasi pada titik-titik tertentu untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Pengeluaran darah (Blood letting) itu sebenarnya merupakan salahsatu di antara
teknik Akupunktur tertua (Dharmananda, 2004). Diperkirakan bahwa Akupunktur awalnya
merupakan metode penusukan bisul dari kulit, kemudian dikembangkan untuk mengeluarkan
“darah kotor” yang umumnya disertai cedera atau demam dan pada akhirnya dapat
mengeluarkan roh jahat dan atmosfir Qi yang jelek (terutama “angin”) keluar dari dalam
tubuh(Unschuld, 1985). Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 3
Fokus perhatian kembali pada penelitian tradisi pengobatan Cina dimana penemuan
Akupressure dan Akupunktur dalam meredakan nyeri telah membuktikan bahwa dengan metode
tersebut dapat melepaskan zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol yang pada
akhirnya dapat meredakan nyeri dan membantu memperbaiki status fisiologis individu (Schulte,
1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan terbukti berguna untuk
meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996; Hinze, 1988; Cadwell,
1998). Pada tingkat biologis; Akupressure dan Akupunktur bekerja dengan cara merangsang
atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh; (2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan
neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri
pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus
Development Panel, 1998; Schulte, 1996). Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik
Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan
frekuensi impulse, sehingga akhirnya menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish,
1998; Cadwell, 1998).
Menurut Institut Kesehatan Nasional (NIH) Consensus Development Panel (1997), Akupunktur juga
efektif menangani mual dan muntah akibat kemoterapi, mual pada kehamilan, sakit gigi, adjunct
therapy, kasus addiksi, rehabilitasi stroke, sakit kepala, kram haid, tennis elbow, fibromyalgia,
nyeri punggung bawah(LBP), carpal tunnel syndrome, asma dan sebagainya (Lee, 2001).
Mengingat relatif rendahnya biaya CAM pada umumnya sehingga integrasi antara terapi dalam
mainstream kesehatan publik tidak diragukan lagi akan dapat meringankan beban keuangan
dan waktu pada sistem sistem kesehatan kita ini.
Sebagaimana bekam juga ditujukan sebagai terapi yang efektif untuk penanganan nyeri dan
memiliki kesamaan dengan teori Akupunktur dan Akupressure, sehingga sangatlah mungkin
Terapi Bekam memiliki aksi mekanisme biologis yang sama pula seperti disebutkan diatas dalam
hal meredakan nyeri.
Nyeri Lutut Anterior dan Terapi Bekam
Sebagaimana diketahui bahwa cedera lutut merupakan cedera serius yang paling sering terjadi
selama kegiatan olahraga (Johnson, 2005). Potensi Terapi Bekam untuk penanganan nyeri lutut
anterior dan dihubungkan dengan tingkat morbiditas terkait haruslah dilakukan penelitian,
dikarenakan seperti yang disebutkan sebelumnya memiliki implikasi dalam cost dan kesehatan
yang memang menjanjikan. Diharapkan bahwa Terapi Bekam disarankan secara medis dan
fisioterapi untuk penanganan Nyeri lutut anterior akan bekerja dengan baik sebagaimana
penelitian yang menunjukkan bahwa penanganan konvensional untuk Nyeri Lutut Anterior (AKP)
efektif dalam mengurangi tingkat keparahan AKP dan juga memiliki manfaat pada kenyamanan
individu(Clark dkk., 2000).
Terapi Bekam dan etnis penduduk minoritas
Populasi penduduk Inggris sangatlah beragam; jumlah orang yang diklasifikasikan sebagai etnis
minoritas mengalami peningkatan, (Commission for Racial Equality 1999). Hal ini juga menunjukan
bahwa penggunaan layanan kesehatan oleh penduduk etnis tidak proporsional dengan yang
untuk penduduk Kaukasia di Inggris (Crespo dkk., 2000) dan juga inaktivitas fisik lebih banyak di
kalangan etnis minoritas dibandingkan Kaukasia, (King et al 2000). Oleh karena itu tindakan
seperti Terapi Bekam dapat membantu mengisi gap itu sama halnya Akupunktur dengan
masyarakat Timur Jauh. Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 4
Kontra-indikasi dan Kehati-hatian Terapi
CTerapi Bekam tidak memiliki efek samping yang berarti, hanya berupa ketidaknyamanan
minimal akibat sedikit intervensi pada kulit pasien. Dalam kasus di mana pasien memiliki ambang
batas nyeri yang rendah, dapat diberikan pembiusan lokal. Begitu juga efek samping ringan
lainnya yang mungkin terjadi adalah rasa sedikit berkunang-kunang setelah Terapi Bekam, sekali
lagi ini adalah mirip seperti setelah pengambilan darah oleh dokter, pada saat bekam darah
terdorong mengalir ke daerah yang dibekam (hiperemis ), beberapa kadang merasa hangat
dan lebih panas sebagai akibat dari pelebaran pembuluh darah/vasodilatasi dan sedikit
berkeringat mungkin terjadi. Sekali lagi ini dapat dijelaskan secara ilmiah dan rasional, tidak
ada alasan yang memicu kekhawatiran.
Wanita hamil atau sedang menstruasi, pasien kanker (metastasis) dan pasien dengan patah
tulang atau spasme otot dikontraindikasikan untuk penelitian ini. Demikian juga, Terapi Bekam
tidak dapat diterapkan di daerah DVT, di mana terdapat ulkus, arteri atau tempat di mana
denyutan pembuluh darah dapat dirasakan (Chirali, 1999).
Tujuan penelitian
* Mengevaluasi pengaruh Terapi Bekam pada Nyeri Lutut Anterior (AKP), Rentang
pergerakannya dan dampak terhadap kualitas hidup dan kenyamanan.
Pengujian hipotesa
* Terapi Bekam tidak berpengaruh pada persepsi nyeri lutut, Rentang pergerakan dan
kenyamanan.
Metodologi dan desain penelitian
Metode penelitian ini adalah suatu survey eksperimental dengan menggunakan metodologi
percobaan klinis dan kuesioner. Follow up dilakukan selama 3 minggu untuk mengetahui
pengaruh jangka panjang efek terapi dengan menggunakan penilaian obyektif maupun
subyektif. Pengukuran Subyek penelitian diambil sebelum dan sesudah tes.
Penelitian ini dirancang setelah dilakukan tinjauan pustaka yang intensif, diskusi dengan praktisi
bekam, pengamatan teknik aplikasi di lapangan, dan diskusi serta komunikasi dengan para
praktisi dan pusat-pusat yang terlibat dalam praktek bekam (terutama di Timur Tengah). Setelah
itu, prosedur untuk aplikasi bekam pada penelitian ini ditentukan(lihat prosedur aplikasi bekam).
Lembar penilaian (lihat Lampiran 1) dirancang untuk memasukkan data informasi pasien, riwayat
medis terdahulu dan sekarang, pengukuran tanda-tanda vital (detak nadi, tekanan darah dan
saturasi O2 hanya untuk tujuan monitoring). Semua pengukuran dan pertanyaan dilakukan oleh
peneliti yang sama sebelum dan setelah bekam untuk meningkatkan validitas dan kehandalan
(reliabilitas).
Outcome pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Analog Sakit Visual
(Pain VAS), Skala Analog Kenyamanan Visual (Well Being VAS) dan Rerata Pergerakan sendi,
baik Rerata Pergerakan Aktif (AROM) dan Rerata Pergerakan Pasif (PROM). Variabel Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 5
independen dalam penelitian ini adalah Terapi Bekam, dimana semua peserta penelitian
mendapatkannya. Variabel Independen yang diukur adalah Skala Sakit dan Kenyamanan VAS
serta Rerata Pergerakan lutut baik yang aktif maupun pasif. Peserta juga ditanya mengenai
pendapat mereka tentang bekam, kesehatan umum serta kualitas hidup melalui kuesioner.
Kuesioner dirancang secara hati-hati dengan mengintegrasikan serangkaian pendekatan
kualitatif generik seperti kuesioner Kualitas Hidup World Health Organization (WHOQOL-100),
EuroQol-5D (EQ-5D) dan the 15D Health Related Quality of Life (15D); dengan tujuan untuk
memperoleh kuesioner yang khusus untuk Terapi Bekam. Sebelum dilakukan penelitian utama,
kuesioner telah berhasil diuji dalam dua pilot studi.
Populasi dan sampel penelitian
Target populasi untuk penelitian ini adalah masyarakat umum dominan di wilayah London dan
yang saat ini tidak memiliki afiliasi terhadap model bentuk tehnik kesehatan apapun. Subyek
penelitian direkrut dengan memanfaatkan berbagai teknik periklanan termasuk iklan di sebuah
stasiun radio nasional (Spektrum Radio AM 558), sistem email universitas, dan acara TV
dokumenter kesehatan di saluran satelit ANN(Arab News Network).
Kriteria inklusif :
• Subyek dengan masalah lutut dan berusia antara 20-80 tahun.
• Subyek yang sebelumnya tidak pernah dibekam di lutut atau di bagian tubuh lainnya
selama enam bulan sebelum penelitian ini.
Kriteria eksklusif (pengecualian):
• Bayi
• Subyek yang menderita masalah jantung serius atau penyakit yang menyebabkan
individu rentan mengalami pendarahan.
• Ibu hamil
• Pasien Kanker
• Subyek dengan fraktur/patah tulang atau spasme otot di daerah lutut.
Instrumentasi
Menggunakan peralatan dasar untuk terapi bekam termasuk sedotan pompa tangan, kop plastik
ukuran yang sama dan peralatan antiseptik.
Etika pertimbangan penelitian
Peserta penelitian diberi lembar informasi yang menjelaskan secara detail prosedur penelitian,
pemahaman subjek terhadap penelitian dipertimbangkan dan formulir izin/kesediaan untuk ikut
penelitian diberikan sebelum penelitian dimulai. Subyek diizinkan kapanpun juga untuk menarik
diri dari penelitian, atau ingin melanjutkan penelitian dan mendapatkan penjelasan/keterangan
lanjut juga diperbolehkan untuk melakukannya. Persetujuan Etika diminta dari Komite Penelitian
Kings College. Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 6
Prosedur penelitian
Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sebelum aplikasi terapi dimulai, kami memastikan bahwa:
• Subyek telah memenuhi prasyarat bekam (criteria inklusif).
• Kontra-indikasi telah dieliminasi
• Peralatan tersebut telah steril
• Subyek diingatkan dan dipahamkan kembali mengenai efek samping ringan yang akan
muncul
• Tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2 diukur dalam posisi duduk, kemudian subyek
ditanya untuk mengidentifikasi tingkat rasa nyeri mereka menggunakan skala analog
visual dalam bahasa Inggris (dan juga disediakan dalam terjemahan bahasa Arab, lihat
Lampiran 1) . Tanda-tanda vital yang diambil digunakan hanya untuk memantau kondisi
subjek secara umum.
• Pengamatan lutut dilakukan untuk mengetahui setiap abnormalitas, kemudian rerata
pergerakan lutut diukur pada posisi terlentang oleh peneliti yang sama.
• Subyek diwawancarai oleh peneliti yang sama.
• Bekam dilakukan di lutut (sebelah lateral dari tendon otot quadriceps) menggunakan
pisau bedah agar steril dan dapat mengontrol kedalaman dan lebar sayatan. Gelas kop
digunakan pada daerah perlakuan dan darah dengan hati-hati dibuang sebanyak tiga
kali. Daerah yang telah dibekam kemudian dikelola sesuai dengan prosedur dasar
manajemen luka (yaitu antiseptik dan perban).
• Semua pengukuran (tekanan darah, detak nadi dan saturasi O2, termasuk rerata
pergerakan lutut serta skala sakit dan kenyamanan) diulang oleh peneliti yang sama
segera setelah bekam dan kemudian satu, dua dan tiga minggu setelah bekam.
Analisis data
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk minimum, maksimum,
rerata, dan Standar Deviasi (SD). Uji pasangan sampel t-test digunakan untuk menentukan
perbedaan diantara subyek penelitian sebelum dan setelah bekam.
Tingkat signifikansi penelitian ini ditetapkan pada 5%. Semua analisis data menggunakan
Statistical Package for Social Sciences (SPSS) v.12 untuk Windows.
Hasil
Rerata Respon
Sebanyak 26 orang relawan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian. Empat relawan drop
out sebelum dimulai penelitian. Dua puluh dua relawan mulai mengikuti penelitian; lima relawan
yang tidak hadir dalam follow up seperti yang telah dijanjikan telah dikeluarkan dari penelitian
dan dua relawan tidak dapat hadir pada dua follow up yang terakhir sehingga sisanya 15
relawan menyelesaikan penelitian secara komplit dan memberikan tingkat partisipasi 57,69% ( n
= 15). Konstitusi dari dua puluh dua relawan yang mengikuti penelitian ini adalah sebagai Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 7
berikut: laki-laki (n = 20; 90,90%), perempuan (n = 2; 9,10%). Semua relawan telah berumur
atas 18 tahun.
Perbedaan antara pergerakan pasif dan aktif, Skor sakit dan Kenyamanan sebelum dan setelah
Terapi Bekam
Tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti baik aktif maupun pasif dari
pergerakan, sebagaimana adanya pengurangan rasa sakit dan peningkatan kenyamanan. Std.
Deviasi sebelum bekam untuk PROM (M ± SD) (142,64 ± 11,168), dan tiga minggu setelah
bekam Std. Deviasi nya (151.67 ± 5.96). Begitu juga untuk AROM, Std. Deviasi sebelum bekam
untuk AROM (134.14 ± 16.53) dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (147.24 ±
7.04). Hal yang sama juga dapat dilihat pada skor sakit dan kenyamanan. Std. Deviasi sebelum
bekam untuk Sakit adalah (5.38 ± 2.8), dan tiga minggu setelah bekam Std. Deviasi nya (1.29 ±
2.02). Std. Deviasi sebelum bekam untuk kenyamanan adalah (7,21 ± 1,65), dan tiga minggu
setelah bekam St. Deviasinya adalah (8,29 ± 1,20).
Tabel 1: Menampilkan perbedaaan Pasif dan aktif pergerakan, skor sakit dan kenyamanan
sebelum dan setelah Terapi Bekam.Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 8
Signifikansi perbedaan skor subjek sebelum dan setelah bekam
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel di atas terdapat perbedaan nyata dalam setiap hasil
skor pengukuran antara sebelum bekam dan tahap follow up. Pasangan sampel t-test dilakukan
untuk memastikan perbedaan signifikansi statistik antara skor sakit, rerata pergerakan dan
kenyamanan: segera setelah bekam, 1 minggu setelah bekam, 2 minggu setelah bekam dan 3
minggu setelah bekam.
Tabel 2: Menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor subjek sebelum dan setelah bekam
Tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam statistik Passive Ranger
of Motion (PROM), Active Ranger of Motion(AROM), Skala Analog Sakit Visual dan Skala Analog
Kenyamanan Visual sebelum dan setelah Terapi Bekam; p = 0,05 pada semua hasil pengukuran.
Diskusi
Efek dari Terapi Bekam pada rerata pergerakan dan tingkat pengurangan rasa sakit (Tabel 1
dan 2) Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 9
Tingkat rasa sakit yang dirasakan oleh subyek penelitian setelah bekam adalah jauh lebih
rendah dibandingkan dengan sebelum dibekam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 yang
menunjukkan perbedaan antara rerata pergerakan pasif dan aktif (ROM), Skor Sakit dan
Kenyamanan sebelum dan setelah Terapi Bekam.
Tampak bahwa skor sakit memiliki perubahan yang sama dengan range skor pergerakan. Ratarata skor sakit menurun dari 5,14 ke 1,26 setelah minggu ketiga. Terjadi penurunan yang cukup
besar pada tingkatan persepsi rasa sakit dan pada pasangan sampel t-test ditemukan adanya
perbedaan nilai yang signifikan secara statistik segera setelah bekam, 1 minggu dan 2 minggu
dan juga 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa intervensi
terhadap nyeri lutut anterior (dengan bekam) dapat mengakibatkan penurunan tingkatan
persepsi rasa sakit yang signifikan yang dirasakan oleh individu (Clark et al, 2000). Juga jelas
terlihat bahwa tingkatan rasa sakit maksimum yang dirasakan oleh individu berkurang sebesar
50% (dari 10/10 menjadi 5/10) di akhir penelitian. Hasil tersebut sangatlah penting mengingat
Terapi Bekam telah lama dianjurkan sebagai terapi yang efektif untuk mengobati nyeri
(Cassileth, 2004 dan Hennawy 2004). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini melengkapi saran
yang dibuat oleh banyak praktisi bekam di seluruh dunia.
Tampak bahwa range pergerakan aktif maupun pasif meningkat cukup baik setelah bekam. The
mean AROM pre cupping was 134.14degrees with the minimum ROM being 95degress. Rerata
AROM sebelum bekam adalah 134.14 derajat dengan ROM minimum 95 derajat. Nilai rerata
nya telah meningkat menjadi 143 derajat pada 1 minggu setelah bekam dan skor minimum telah
meningkat menjadi 124 derajat. Pada minggu ketiga, nilai rerata telah meningkat menjadi
147.24 derajat dan skor minimum telah meningkat menjadi 128 derajat. Setelah pengujian
dengan pasangan sampel t-test ditemukan adanya perbedaan skor yang signifikan secara
statistik beberapa saat setelah bekam, serta 1, 2 dan 3 minggu setelah bekam (p <0,05). Begitu
juga perbedaan yang signifikan secara statistik terlihat pada PROM. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa terapi bekam secara signifikan mampu meningkatkan range pergerakan sendi
lutut baik aktif maupun pasif.
Adanya penurunan skor sakit tersebut dapat dikaitkan dengan alasan yang rasional yakni
bekam dapat menyebabkan pengeluaran zat seperti morfin (Endorfin), Serotonin atau Kortisol
yang pada akhirnya dapat membantu menghilangkan sakit dan memperbaiki status fisiologis
seseorang(Schulte, 1996). Akupressure dan Akupunktur dalam faktanya telah digunakan dan
terbukti berguna untuk meredakan nyeri dan penanganan addiksi/ketagihan(Schulte, 1996;
Hinze, 1988; Cadwell, 1998). Pada tingkat biologis, seperti halnya Akupressure dan Akupunktur,
Terapi Bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan (1) sistem kekebalan tubuh;
(2) Pengeluaran Enkefalin; (3) Pelepasan neurotransmitter (4) Penyempitan dan pelebaran
pembuluh darah serta (5) Gerbang rasa nyeri pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi
mengartikan sensari rasa nyeri (NIH Consensus Development Panel, 1998; Schulte, 1996).
Akhirnya, diyakini bahwa perangsangan pada titik Akupuntur dapat mengakibatkan Gerbang
nyeri menjadi kewalahan dengan cara meningkatkan frekuensi impulse, sehingga akhirnya
menutup gerbang dan dapat meredakan nyeri(Oumeish, 1998; Cadwell, 1998).
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Kenyamanan (Tabel 1 dan 2)
Adalah tidak mungkin untuk mengukur pengaruh intervensi seperti Terapi Bekam secara kwantitas
terhadap kehidupan seseorang dengan sebenar-benarnya. Pendekatan secara kualitatif untuk
mengetahui pengaruh terapi dari perspektif pasien mungkin merupakan interpretasi yang lebih Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 10
akurat daripada pengaruh umum. Namun demikian skala analog serupa dengan VAS Sakit yang
digunakan untuk mengukur secara kwantitas pengaruh terapi bekam terhadap kenyamanan
seseorang. Rerata skor kenyamanan VAS telah meningkat dari 7,21 ke 8,23; secara keseluruhan
peningkatannya lebih dari 1. Peningkatan skor kenyamanan stabil sepanjang penelitian, hal
tersebut mencerminkan keyakinan bahwa Terapi Bekam memiliki dampak positif pada
kenyamanan. Temuan ini didukung oleh uji pasangan sampel t-test (p = = 0,05). Hennawy (2004)
juga mendukung hal tersebut.
Oleh karena itu sangatlah wajar untuk menetapkan bahwa adanya manfaat biologis terapi
bekam bersama dengan factor psikologis dalam memberikan kesehatan fisik dan kenyamanan
psikologis.
Kesimpulan
Penelitian ini bukan ditujukan untuk suatu bagian penyelidikan semata tapi untuk melaksanakan
perubahan dalam praktek kesehatan. Lebih dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki
dan juga meningkatkan kesadaran mengenai penanganan dengan terapi bekam dan
mendapatkan hal-hal penting yang berkaitan dengan hal tersebut. Keampuhan dari penggunaan
bekam untuk nyeri lutut anterior, Range Gerakan dan kenyamanan telah mengungkapkan hasil
penelitian yang memiliki perbedaan signifikan secara statistik dalam mendukung Terapi Bekam.
Diharapkan juga bahwa sebagai sebuah tindakan, Terapi Bekam perlu diatur dan dilakukan
pencatatan oleh para praktisi yang mengembangkannya. Penelitian jangka panjang lanjutan
yang berkaitan dengan efek Terapi Bekam harus dilakukan untuk masalah musculoskeletal (otot
dan tulang) yang lain.
Referensi
Al Dairani et al,. [n/a] 2001 and 2003 avialable at www.thingsnotsaid.org – accessed June 2005
Al-Jawzeyah I. Q. (10 th century) Medicine of the Prophet. Darussalam International Publications.
Al-Rawi and Nessan AH (1997) Joint hypermobility in patients with chondromalacia patellae.;Br J Rheumatol 1997 Dec;36(12):1324-7
Al-Rub A (1999) Healing with the Medicine of the Prophet. Darussalam International Publishers and Distributors.
As-Sawi A, J, M (1992) Proposed Medical research Projects derived from the Qur’an and Sunnah. Hay’at al-I’jaz al-Ilmi. Makkah Al-mukarramah,
Saudi Arabia
Ballegaard, S., Norrelund, S. & Smith, D. F., 1996. Cost-benefit of combined use of acupuncture, Shiatsu and lifestyle adjustment for treatment of
patients with severe angina pectoris. Acupuncture & Electro-Therapeutics Research. 21(3-4): 187-197
Cadwell, V., 1998. A primer on acupuncture. Journal Emergency Nursing. 24(6): 514-517
Chen A., 1993. Effective acupuncture therapy for stroke and cerebrovascular disease, part I. In: Gosman-Hedstrom, G.; Glaesson, L.;
Klingenstierna, U.; Carlsson, J.; Olausson, B.; Frizell, M.; Fagerberg, B. & Blomstrand, C., 1998. Effects of acupuncture treatment on daily life
activities and quality of life: a controlled, prospective, and randomized study of acute stroke patients. Stroke: A Journal of Cerebral
Circulation. 29(10): 2100-2108
Chirali, I. Z (1999) Traditional Chinese Medicine Cupping Therapy, 6th Edition. Churchill Livingstone.
Clark D, I (2000), N Downing, J Mitchell, L Coulson, E P Syzpryt, M Doherty. Physiotherapy for anterior knee pain: a randomised controlled trial
Ann Rheum Dis 2000;59:700-704
Commission for Racial Equality (1999) Ethnic minorities in Britain (WWW). Available at http://www.cre.gov.uk/pdfs/em_fs.pdf (accessed 17
January 2003)
Crespo, C.J., Smit, E., Andersen, R.E., Carter-Pokras, O. and Ainsworth, B.E. (2000) Race/ethnicity, social class and their relation to physical activity
during leisure time: results from the Third National Health and Nutrition Examination Survey. American Journal of Preventive Medicine 18(1),
46-53
Curtis N, J (2005), Management of Urinary tract Infections: historical perspective and current strategies: Part 1-before antibiotics. Journal of
Urology. 173(1):21-26, January 2005.
Davis, C. M., 1997. Complementary Therapies in Rehabilitation. Holistic Approaches for Prevention and Wellness. SLACK Inc., Thorofare, New
Jersey, USA
Department of Health (2001) National Service Framework for Older People. London, The Stationary Office
Duckworth, M. (1999) Outcome selection and typology. Physiotherapy 85(1), 21-27
Ernst, E. & White, A. R., 2000. Acupuncture may be associated with serious adverse events. British Medical Journal. 320(7233): 513
Fairbank 1984) cited by D.P. Johnson 2005 Anatomy, Diagnosis Mechcanics and Management of Anterior Knee Pain (available from
http://www.orthopaedics.co.uk/boc/v2rinfo10.htm - accessed July 2005
Falkenstrom, M. K., 1998. Pain management of the patient with cancer in the homecare setting. Journal of Intravenous Nursing. 21(6): 327-334
Felhendler, D. & Lisander, B., 1996. Pressure on acupoints decrease postoperative pain. Clinical Journal of Pain. 12(4): 326-329
Fessele, K. S., 1996. Managing the multiple causes of nausea and vomiting in the patient with cancer. Oncology Nursing Forum. 23(9): 1409-1415 Dikompilasi oleh Abu Nidaa Thoe http://www.rumahtherapysyafakallah.blogspot.com 11
Freeman, J.A. (2002) Assessment, outcome measurement and goal setting in physiotherapy practice. In Edwards, S. (ed) Neurological
Physiotherapy (2 nd edition). Churchill Livingstone, London
Hargreaves, S. (2000) Burden of ageing population may be greater than anticipated. The Lancet 355, 2146
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at:
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1 Cupping Therapy and Infertility. Accessed December
2004.
Hinze, M. L. M., 1988. The effects of therapeutic touch and acupressure on experimentally induced pain [thesis (Ph.D.)--University of Texas at
Austin] Ann Arbor, Mich., U.M.I., America
Jadad, A. R. & Browman, G. P., 1995. The WHO analgesic ladder for cancer pain management: stepping up the quality of its evaluation. The
Journal of the American Medical Association. 274(23): 1870-1873.
Jin, Y.; Wu, L. & Xia, Y., 1996. Clinical study on painless labor under drugs combined with acupuncture analgesia. Chen Tzu Yen Chiu Acupuncture
Research. 21(3): 9-17
King, C., Castro, C., Wilcox, S., Eyler, A.A., Sallis, J.F. and Brownson, R.C. (2000) Personal and environmental factors associated with physical
inactivity among different racial-ethnic groups of U.S middle-aged and older-adult women. Health Psychology 19(4), 354-364
Lee, T. A (2001) Chinese Way Of Easing Pain - Acupressure. Pain, Symptom Control and Palliative Care 1:1
Levangie, P. K and Norkin, C.C (2001) Joint Structure and Function. A Comprehensive Analysis, 3 rd Edition
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion re. ‘the use of cupping therapy in Eastern Europe’
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) . Effectiveness of leech therapy in osteoarthritis of the knee: a randomized,
controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-30
Munro, J., Brazier, J., Davey, R. and Nicholl, J. (1997) Physical activity for the over-65’s – could it be a cost-effective exercise for the NHS? Journal
of Public Health Medicine 19(4), 397-402
NIH Consensus Development Panel on Acupuncture, 1998. Acupuncture (NIH consensus conference). Journal of the American Medical Assoication.
280(17): 1518-1542
Oumeish, O. Y., 1998. The philosophical, cultural, and historical aspects of complementary, alternative, unconventional, and integrative medicine in
the old world. Archives of Dermatology. 134(11): 1373-1386
Pettinger, N. (1998) Age Old Myths. Health Service Journal 108, 24-25
Schulte, E., 1996. Complementary therapies: Acupuncture: Where East meets West. Research Nursing. 59(10): 55-57
Unschuld P, Medicine in China: A History of Ideas, 1985 University of California Press, Berkeley, CA
Vickers, A. & Zollman, C., 1999. ABC of complementary medicine: Acupuncture (Clinical Review). British Medical Journal. 319(7215): 973-976