penentuan struktur kristal dan komposisi kimia bahan semikonduktor sn(s0,6se0,4) hasil preparasi...

11
Penentuan Struktur Kristal dan Komposisi Kimia Bahan Semikonduktor Sn(S 0,6 Se 0,4 ) Hasil Preparasi dengan Metode Bridgman Determination Of Structure And Chemical Composition Semiconductor Material Sn(S 0,6 Se 0,4 ) Preparation With The Bridgman Method 1 Dwi Ratna Sari Dewi, 2 Ariswan. 1 Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta 08996664223, [email protected] Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang penentuan struktur kristal, morfologi permukaan dan komposisi kimia bahan semikonduktor Sn(S 0,6 Se 0,4 ) hasil preparasi dengan metode Bridgman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap srtuktur kristal bahan semikonduktor Sn(S 0,6 Se 0,4 ). Proses penumbuhan kristal menggunakan teknik Bridgman dilakukan dengan alur pemanasan yang sama dengan temperatur maksimum pada tiga sampel, yaitu sampel pertama dengan suhu maksimal 550C, sampel kedua dengan suhu maksimal 600C dan sampel ketiga dengan suhu maksimal 500C. Dalam penelitian ini, kristal hasil preparasi kemudian struktur kristal ditentukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction, morfologi permukaan ditentukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy, dan komposisi kimia bahan ditentukan dengan menggunakan Energy Dispersive Analysis X-Ray. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa kristal bahan semikonduktor Sn(S 0,6 Se 0,4 ) yang terbentuk mempunyai struktur kristal orthorhombik dengan nilai parameter kisi untuk sampel pertama adalah a = 4,37957 Å, b = 11,20715 Å dan c = 4,03913 Å. Nilai parameter kisi sampel kedua adalah a = 4,41112 Å, b = 11,43552 Å dan c = 4,02228 Å. Sedangkan nilai parameter kisi sampel ketiga adalah a = 4,38875 Å, b = 11,32243 Å dan c = 4,02547 Å. Hasil karakterisasi SEM, memperlihatkan bahwa kristal bahan semikonduktor Sn(S 0,6 Se 0,4 ) yang terbentuk homogen dan hasil karakterisasi EDAX diperoleh perbandingan komposisi unsur Sn, S dan Se untuk sampel pertama adalah 1 : 0,2 : 0,7 dan sampel ketiga adalah 1 : 0,3 : 0,2. Kata kunci: Struktur Kristal, Alur Pemanasan, Sampel, Teknik Bridgman, Karakterisasi (XRD, SEM, dan EDAX) Abstract Has done research on the determination of crystal structure, the surface and the chemical composition of semiconductor material Sn(S 0,6 Se 0,4 ) the preparation with the bridgman method. This study aims to determine the effect of temperature on the crystal structure composition of semiconductor material Sn(S 0,6 Se 0,4 ). The process of crystal growth using the Bridgman method performed with same patterns of heat and with the different maximum temperatures in the three sample, they are fisrt sample with the maximum temperature 550C, second sample with the maximum temperature 600C and third sample with the maximum temperature 500C. In this study, the crystals growth uses the Bridgman method then the crystal srtucture was determined by X-

Upload: yohanna-nawangsasih

Post on 01-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

fisika

TRANSCRIPT

  • Penentuan Struktur Kristal dan Komposisi Kimia Bahan Semikonduktor

    Sn(S0,6Se0,4) Hasil Preparasi dengan Metode Bridgman

    Determination Of Structure And Chemical Composition Semiconductor

    Material Sn(S0,6Se0,4) Preparation With The Bridgman Method

    1Dwi Ratna Sari Dewi,

    2Ariswan.

    1Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

    2Dosen Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

    08996664223, [email protected]

    Abstrak

    Telah dilakukan penelitian tentang penentuan struktur kristal, morfologi

    permukaan dan komposisi kimia bahan semikonduktor Sn(S0,6 Se0,4) hasil preparasi dengan

    metode Bridgman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap

    srtuktur kristal bahan semikonduktor Sn(S0,6 Se0,4).

    Proses penumbuhan kristal menggunakan teknik Bridgman dilakukan dengan alur

    pemanasan yang sama dengan temperatur maksimum pada tiga sampel, yaitu sampel pertama

    dengan suhu maksimal 550 C, sampel kedua dengan suhu maksimal 600 C dan sampel ketiga dengan suhu maksimal 500 C. Dalam penelitian ini, kristal hasil preparasi kemudian struktur kristal ditentukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction, morfologi permukaan

    ditentukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy, dan komposisi kimia bahan

    ditentukan dengan menggunakan Energy Dispersive Analysis X-Ray.

    Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa kristal bahan semikonduktor Sn(S0,6 Se0,4) yang terbentuk mempunyai struktur kristal orthorhombik dengan nilai parameter kisi

    untuk sampel pertama adalah a = 4,37957 , b = 11,20715 dan c = 4,03913 . Nilai

    parameter kisi sampel kedua adalah a = 4,41112 , b = 11,43552 dan c = 4,02228 .

    Sedangkan nilai parameter kisi sampel ketiga adalah a = 4,38875 , b = 11,32243 dan c =

    4,02547 . Hasil karakterisasi SEM, memperlihatkan bahwa kristal bahan semikonduktor

    Sn(S0,6 Se0,4) yang terbentuk homogen dan hasil karakterisasi EDAX diperoleh perbandingan

    komposisi unsur Sn, S dan Se untuk sampel pertama adalah 1 : 0,2 : 0,7 dan sampel ketiga

    adalah 1 : 0,3 : 0,2.

    Kata kunci: Struktur Kristal, Alur Pemanasan, Sampel, Teknik Bridgman, Karakterisasi

    (XRD, SEM, dan EDAX)

    Abstract

    Has done research on the determination of crystal structure, the surface and

    the chemical composition of semiconductor material Sn(S0,6 Se0,4) the preparation with the

    bridgman method. This study aims to determine the effect of temperature on the crystal

    structure composition of semiconductor material Sn(S0,6 Se0,4).

    The process of crystal growth using the Bridgman method performed with same

    patterns of heat and with the different maximum temperatures in the three sample, they are

    fisrt sample with the maximum temperature 550C, second sample with the maximum temperature 600C and third sample with the maximum temperature 500C. In this study, the crystals growth uses the Bridgman method then the crystal srtucture was determined by X-

  • Ray Diffraction, the surface morphology was determined by Scanning Electron Microscopy,

    and the chemical composition was determined by Energy Dispersive Analysis X-Ray.

    From the results of the XRD characterization showed that the material of

    semiconductor Sn(S0,6 Se0,4) that is formed have an orthorhombik crystal structure with lattice

    parameter values for the fisrt, second and third sample are (a = 4,37957 , b = 11,20715 , c

    = 4,03913 ), (a = 4,41112 , b = 11,43552 , c = 4,02228 ) and (a = 4,38875 , b =

    11,32243 , c = 4,02547 ) respectively. From the SEM characterization, we know that the

    materials crystal of semiconductor Sn(S0,6 Se0,4) are homogenous and EDAX characterization

    shows the element composition of Sn, S and Se for first and third sampel are 1 : 0,2 : 0,7 and

    1 : 0,3: 0,2 respectively.

    Key words: CrystalStructure, Heating Flow, Sample, BridgmanMethod,

    Characterization(XRD, SEM and EDAX).

    PENDAHULUAN

    Permasalahan tentang energi akan selau

    menjadi topik permasalahan yang menarik para

    peneliti untuk mengetahui bahan-bahan yang

    sesuai dengan teknik yang menghasilkan

    energi. Manusia memerlukan energi dalam

    setiap aktivitasnya. Pemanfaatan sumber energi

    yang konvensional seperti batu bara, bahan

    bakar minyak, gas alam dan lain-lain, pertama

    tanpa disadari lama kelamaan akan habis.

    Selain itu, selalu menghasilkan polutan yang

    mengganggu terhadap keseimbangan biosfer.

    Pemanfaatan energi konvensional secara besar-

    besaran yang akan mengancam kelangsungan

    hidup manusia. Oleh karena itu, perlu adanya

    energi alternatif untuk mengatasi kelangkaan

    energi tersebut salah satunya adalah energi

    matahari.

    Teknologi fotovoltaik yang

    mengkonversi energi matahari langsung

    menjadi energi listrik dengan menggunakan

    piranti semikonduktor yang disebut Sel Surya

    (Sollar Cell). Karena sifat keterbarukan energi

    sel surya dapat menjadi solusi yang dapat

    diandalkan. Letak Indonesia di daerah tropis

    dan berada pada garis khatulistiwa sangat

    berpotensi dalam pengembangan dan

    pemanfaatan teknologi ini.

    Pada dasarnya sel surya merupakan

    persambungan antara semikonduktor tipe-p dan

    semikonduktor tipe-n. Sel surya yang saat ini

    sedang dikembangkan adalah sel surya lapisan

    tipis menggunakan berbagai bahan

    semikonduktor dan paduannya. Sel surya jenis

    lapisan tipis (thin film) bertujuan untuk

    mengurangi biaya pembuatan sel surya.

    Keunggulan lain sel surya jenis lapisan tipis

    adalah semikonduktor sebagai lapisan sel surya

    bisa dideposisi pada substrat yang lentur

    sehingga menghasilkan piranti sel surya yang

    fleksibel (Kukuh Aji Suryo, 2011: 3).

    Bahan semikonduktor yang menjadi

    perhatian utama saat ini adalah Stanum

    Seleneide (SnSe), Stanum Sulfide (SnS), dan

    Sn(SSe) yang merupakan gabungan antara SnSe

    dan SnS. Material tersebut hanya

    membutuhkan ketebalan sekitar satu mikron

  • untuk membentuk sel surya yang efisien. Ini

    disebabkan karena daya serap cahayanya yang

    besar. Bahan dasar SnS dan SnSe memiliki

    keunggulan sebagai bahan dasar aplikasi sel

    surya seperti memiliki energi gap masing-

    masing 1 eV dan 1,3 eV - 1,8 eV sehingga

    sesuai pada tetapan sel surya. Selain itu, bahan

    dasar SnS dan SnSe dapat dilakukan preparasi

    dengan berbagai teknik fabrikasi.

    Pada penelitian ini akan ditumbuhkan

    kristal dari bahan semikonduktor ternary

    Sn(S0,6,Se0,4) menggunakan metode Bridgman.

    Metode ini sering digunakan di laboratorium

    untuk penumbuhan kristal, karena prosesnya

    yang sederhana dan biayanya relatif murah.

    Penggunaan metode ini dipilih karena metode

    Bridgman memiliki beberapa keuntungan

    dibandingkan dengan metode lainnya yaitu: (a)

    temperatur dapat dikontrol secara teliti, (b)

    kecepatan pembekuan bahan dapat diatur, (c)

    kecepatan penurunan temperatur pada saat

    berubah dari keadaan cair dapat dikontrol

    secara teliti, (d) tekanan mekanis di dalam

    bahan juga dapat dikurangi untuk menghindari

    terjadinya keretakan, dan (e) kenaikan

    temperatur juga dapat diatur sedemikian rupa

    sehingga dapat mengurangi timbulnya bahaya

    ledakan yang diakibatkan oleh unsur tertentu

    pada temperatur kritisnya (Fajar Marwanto,

    2012: 4).

    Untuk mengetahui bahan hasil preparasi

    dilakukan karakterisasi menggunakan X-Ray

    Difraction (XRD), Scanning Electron

    Microscopy (SEM), dan Energy Dispersive

    Analysis X-Ray (EDAX). XRD digunakan

    untuk mengetahui struktur kristal dan SEM

    digunakan untuk meneliti struktur morfologi

    permukaan yaitu butiran kristalnya. EDAX

    dimanfaatkan untuk mengetahui komposisi

    kimia secara kuantitatif dengan memanfaatkan

    interaksi tumbukan elektron dengan material.

    KAJIAN PUSTAKA

    Bahan Semikonduktor Sn(SSe)

    1. SnSe (Stannnum Sellenoide)

    Stannum Sellenoida adalah material

    semikonduktor IV-VI dan termasuk dalam

    kelompok crystalline solid (SnS, SnSe, ...).

    SnSe merupakan bahan paduan dua unsur yaitu

    Stannum (Sn) dan Sellenium (Se) dengan

    presentase masing masing secara berturut turut

    39,95% dan 60,05% berstruktur kristal

    orthorhombik. Dengan lebar pita terlarang

    (Band Gap) hanya sekitar 1 eV. SnSe berwarna

    grey (hijau), dengan titik lebur 861 C dan

    massa jenis 6180 kg m-3

    .

    (www.webelement.com-SnSe)

    2. SnS (Stannum Sulfide)

    Stannum Sulfide merupakan bahan paduan

    antara dua unsur yaitu Stannum dan Sulfur.

    Stanum merupakan logam putih keperakan

    lunak (white), termasuk golongan IV pada tabel

    berkala mempunyai nomor atom 50; massa

    atom relatif (Ar) 118,71 gram/mol; titik lebur

    505,05 K (231,9oC); titik didih 2543,15 K

    (2270oC), dan struktur kristalnya adalah

    tetragonal. Semikonduktor berbahan dasar Sn

    sangat potensial untuk digunakan sebagai

    pencegah korosi untuk pelindung logam lain

    dan membuat kaca jendela.

    (www.webelement.com-SnS)

  • Aplikasi Semikonduktor SnSSe dalam Sel

    Surya

    Kualitas bahan dikaitkan dengan sel

    surya ditentukan oleh kemampuan sel surya

    tersebut mengkonversi energi surya langsung

    menjadi energi listrik (berkaitan dengan

    efisiensi konversi). Kemampuan ini sangat

    ditentukan oleh besarnya energi gap bahan

    karena energi inilah langsung berkaitan dengan

    koefisien serapan bahan semikonduktor. A.

    Goetzberger (2000) telah menemukan

    hubungan antara efisiensi konversi energi

    matahari sebagai fungsi dari energi gap bahan

    seperti ditunjukkan pada Gambar 1 sebagai

    berikut:

    Berdasarkan Gambar 1 di atas

    menunjukkan nilai energi gap dari bahan-bahan

    semikonduktor. Dalam penelitian ini bahan

    dasar yang digunakan adalah SnS dan SnSe

    yang memiliki energi gap masing-masing 1 eV

    dan 1,3-1,83 eV. Energi gap pada rentang

    tersebut cocok untuk bahan dasar sel surya.

    METODE PENELITIAN

    Pada penelitian ini menggunakan dua teknik

    pengambilan data, yaitu tahap preparasi bahan

    dan tahap karakterisasi bahan.

    1. Tahap Preparasi Bahan

    Menyiapkan bahan yang akan diuji antara

    lain, Stannum (Sn), Sulfur (S), dan Sellenium

    (Se) dengan kemurnian 99,99%. Kemudian

    proses penimbangan bahan dilakukan pada

    masing-masing unsur Sn, S, dan Se dengan

    menggunakan perbandingan mol yaitu 1 : 0,6 :

    0,4. Langkah pertama tahap penimbangan

    bahan adalah menimbang unsur Se dengan

    masssa x gram. Kemudian massa Sn dapat

    dihitung dengan persamaan (

    ( )

    ( )

    ) gram. Sedangkan massa S

    dapat dihitung dengan persamaan (

    ( )

    ( )

    ) gram. Dimana massa atom

    (BA) Se = 78,96 gram/mol, massa atom (BA)

    Sn = 118,70 gram/mol dan massa atom (BA) S

    = 32, 065 gram/mol.

    Kemudian memasukkan bahan yang telah

    ditimbang ke dalam tabung pyrex yang sudah

    dibersihkan dengan alkohol. Setelah itu tabung

    pyrex yang berisi bahan paduan tersebut

    divakumkan mencapai tekanan 5x10-5

    mbar dan

    kemudian dilas. Sehingga tabung pyrex yang

    telah dilas tersebut berbentuk ingot atau kapsul.

    Ingot tersebut kemudian dipanaskan ke dalam

    furnace dengan tiga pola alur pemanasan

    dengan masing-masing menggunakan

    temperatur maksimum 500oC, 550

    oC dan

    600oC.

    2. Tahap Karakterisasi Bahan

    a. Karakterisasi XRD (X-Ray Diffraction),

    digunakan untuk mengetahui struktur

    kristal dan parameter kisi kristal. Data

    Gambar 1. Efisiensi Konversi Energi Surya

    Sebagai Fungsi Dari Energi Gap.

    (Goetzberger,2000)

  • yang diperoleh dari karakterisasi XRD

    berupa difraktogram. Difraktogram ini

    menunjukkan intensitas sebagai fungsi

    sudut difraksi (2). Hasil tersebut

    kemudian dibandingkan dengan data

    JCPDS (Join Committee on Powder

    Diffraction Standard), sehingga diperoleh

    bidang-bidang hkl dari sampel. Harga

    konstanta kisi (a, b, c) dapat diperoleh

    dengan metode Coheen.

    b. Karakterisasi SEM (Scanning Electron

    Microscopy) dan EDAX (Energy

    Dispersive Analysis X-Ray), digunakan

    untuk mengetahui morfologi permukaan

    dan komposisi kimia bahan paduan

    Sn(S0,6Se0,4). Pada karakterisasi SEM ini

    diperoleh hasil data yang berupa gambar

    atau foto. Dari hasil foto ini dapat

    diketahui tingkat homogenitas kristal

    yang terbentuk. Sedangkan hasil EDAX

    berupa grafik hubungan antara intensitas

    dengan energi yang menyatakan hasil

    spectrum energi sinar-x karakteristik dari

    bahan sampel yang dikarakterisasi. Energi

    karakteristik sinar-X tersebut yang

    menunjukkan komposisi kimia yang

    terkandung dalam kristal Sn(S0,6 Se0,4).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hasil Karakterisasi Struktur Kristal

    Sn(S0,6 Se0,4)

    a. Karakterisasi Struktur Kristal dengan

    X-Ray Diffraction (XRD).

    Penelitian menggunakan alat Analisis X-

    Ray Diffraction (XRD) digunakan untuk

    mengetahui struktur kristal dan parameter

    kisi yang terbentuk pada ingot hasil

    pemanasan bahan paduan Sn(S0,6 Se0,4). Data

    yang dihasilkan berupa difraktogram, yaitu

    grafik hubungan antara sudut hamburan (2)

    dan Intensitas (I) puncak spektrum.

    Difraktogram menunjukkan puncak-puncak

    spektrum yang muncul pada sampel. Setelah

    dilakukan analisis XRD dapat diketahui

    jarak antar bidang (dhkl).

    0 20 40 60 80 100

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    1 6

    0

    0 0

    21 4

    12 1

    02 0

    0

    1 1

    11 0

    10 2

    1

    Inte

    nsi

    tas

    (caca

    h/s

    ekon)

    2theta (derajat)

    Hasil XRD Sampel Pertama

    Sn(S0,6

    Se0,4

    )

    0 20 40 60 80 100

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    3 1

    2

    3 4

    1

    2 7

    00

    8 12 0

    2

    1 6

    02 1

    10

    0 2

    1 4

    12

    0 0

    0 4

    1

    1 1

    11

    0 1

    0 2

    11

    2 0

    Inte

    nsi

    tas

    (caca

    h/s

    eko

    n)

    2theta (derajat)

    Hasil XRD Sampel Kedua

    Sn(S0,6

    Se0,4

    )

    Gambar 2. Difraktogram hasil preparasi bahan

    Sn(S0,6 Se0,4) dengan temperatur maksimum

    550oC (Sampel Pertama).

    Gambar 3. Difraktogram hasil preparasi bahan

    Sn(S0,6 Se0,4) dengan temperatur maksimum

    600oC (Sampel Kedua).

  • 0 20 40 60 80 100

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    1 6

    2

    2 5

    1

    2 5

    01 6

    0

    1 5

    11 4

    12

    1 0

    2 0

    0

    1 1

    11

    0 1

    0 2

    1

    Inte

    nsi

    tas

    (caca

    h/s

    eko

    n)

    2theta (derajat)

    Hasil XRD Sampel Ketiga

    Sn(S0,6

    Se0,4

    )

    Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa

    Sampel Pertama kristal Sn(S0,6 Se0,4) dengan

    alur pemanasan 1 mempunyai 19 puncak-

    puncak tertinggi. Gambar 3 terlihat bahwa

    Sampel Kedua kristal Sn(S0,6 Se0,4) dengan alur

    pemanasan 2 mempunyai 52 puncak-puncak

    tertinggi. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat

    bahwa Sampel Ketiga kristal Sn(S0,6 Se0,4)

    dengan alur pemanasan 3 mempunyai 33

    puncak-puncak tertinggi.

    0 20 40 60 80 100

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    Inte

    nsita

    s (

    ca

    ca

    h/s

    eko

    n)

    2theta (derajat)

    Hasil XRD Sampel Pertama Sn(S0,6

    Se0,4

    )

    Hasil XRD Sampel Kedua Sn(S0,6

    Se0,4

    )

    Hasil XRD Sampel Ketiga Sn(S0,6

    Se0,4

    )

    Gambar 5 merupakan gambar

    difraktogram gabungan sampel pertama,

    sampel kedua dan sampel ketiga. Dalam

    gambar tersebut terlihat bahwa puncak-puncak

    difraksi yang muncul tidak terlalu berbeda,

    hanya saja terlihat bahwa hasil difraktogram

    sampel pertama mempunyai nilai intensitas

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel

    kedua dan sampel ketiga.

    Data difraktogram hasil analisis XRD

    tersebut kemudian dibandingkan dengan

    JCPDS sehingga dapat diketahui indeks miller

    dari setiap puncak yang sesuai. Dengan nilai

    sudut 2 dan indeks miller (hkl) yang telah

    diketahui, maka dapat dihitung nilai parameter

    kisi kristal Sn(S0,6 Se0,4) menggunakan

    perhitungan metode Coheen. Dengan

    perbandingan data XRD dengan JCPDS, maka

    dapat diketahui bahwa kristal Sn(S0,6 Se0,4)

    yang terbentuk mempunyai struktur kristal

    orthorhombik. Sistem kristal orthorhombik

    memiliki parameter kisi a b c; = = =

    90. Nilai parameter kisi a, b dan c serta

    perbandingan dengan JCPDS dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Perbandingan parameter kisi kristal

    Sn(S0,6 Se0,4) Sampel Pertama, Sampel Kedua

    dan Sampel Ketiga dengan menggunakan

    metode analitik.

    Para

    meter

    Kisi

    Sampel

    Pertama

    Sampel

    Kedua

    Sampel

    Ketiga

    JCPDS

    SnS

    a () 4,37957 4,41112 4,38875 4,3291

    b () 11,20715 11,4355

    2

    11,3224

    3

    11,192

    3

    c () 4,03913 4,02228 4,02547 3,9838

    Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat

    diketahui bahwa nilai parameter kisi kristal

    Sn(S0,6 Se0,4) sampel pertama, sampel kedua

    dan sampel ketiga dengan nilai JCPDS SnS

    hampir sama. Hal ini dikarenakan pergeseran

    sudut difraksi ketiga sampel yang cukup kecil,

    sehingga perbedaan parameter kisinya juga

    kecil. Berdasarkan nilai parameter kisi kristal

    Gambar 4. Difraktogram hasil preparasi bahan

    Sn(S0,6 Se0,4) dengan temperatur maksimum

    500oC (Sampel Ketiga).

    Gambar 5. Difraktogram gabungan hasil

    preparasi bahan Sn(S0,6 Se0,4) dengan metode

    Bridgman (Sampel Pertama, Kedua dan Ketiga).

  • dan nilai intensitas kristal yang telah

    didapatkan, maka sampel pertama lebih baik

    dibandingkan sampel kedua dan sampel ketiga

    karena nilai parameter kisinya lebih mendekati

    dari acuan JCPDS nilai intensitas

    maksimumnya pada hasil data karakterisasi

    XRD. Sampel Pertama ini dipanaskan dengan

    temperatur maksimum 550oC.

    b. Karakterisasi Struktur Kristal dengan

    Scanning Electron Microscopy (SEM).

    Hasil dari SEM berupa foto permukaan

    dari kristal yang terbentuk. Dari hasil foto ini

    dapat diketahui tingkat homogenitas kristal

    yang terbentuk. Berikut Gambar 6 yang

    merupakan gambar hasil karakterisasi

    permukaan ingot sampel pertama Sn(S0,6 Se0,4)

    dengan perbesaran 450X dan 7000X.

    Gambar 7 merupakan gambar hasil

    karakterisasi permukaan ingot sampel ketiga

    Sn(S0,6 Se0,4) dengan perbesaran 600X, 4000X,

    20000X dan 40000X.

    Berdasarkan Gambar 6, yaitu foto

    mofologi untuk sampel pertama tersebut

    terlihat homogenitas dari kristal Sn(S0,6 Se0,4)

    yang terbentuk. Pada Gambar 6 (a) telihat

    bahwa butiran-butiran (grain) yang telah

    terbentuk dan seragam yang tersebar dengan

    teratur. Gambar 6 (b) bahwa bentuk grain yang

    muncul pada permukaan kristal tersebut

    bervariasi dan memiliki kisaran ukuran 3,89

    m - 10,2 m. Sedangkan pada Gambar 7 (a)

    juga sudah terlihat homogenitas dari kristal

    Sn(S0,6 Se0,4) yang tersebar dan tersusun secara

    teratur. Gambar 7 (b) butiran terlihat lebih jelas

    dan terdapat rongga-rongga dalam susunan

    butiran tersebut yang berukuran kisaran 0,5 m

    - 1 m. Dari Gambar 7 (c) Merupakan

    permukaan dari salah satu grain yang rata

    namun masih trdapat bongkahan-bongkahan.

    Sedangkan pada Gambar 7 (d) permukaan

    tersebut dan bongkahan-bongkahannya terlihat

    lebih jelas, dalam permukaan tersebut terlihat

    seperti terdapat retakan-retakan.

    c. Karakterisasi Struktur Kristal dengan

    Energy Dispersive Analysis X-Ray

    (EDAX).

    (a) (b)

    Gambar 6. Foto morfologi permukaan kristal

    sampel pertama Sn(S0,6 Se0,4) hasil SEM dengan (a)

    Perbesaran 450 X, (b) Perbesaran 7000X

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 7. Foto morfologi permukaan kristal

    sampel ketiga Sn(S0,6 Se0,4) hasil SEM dengan

    (a) Perbesaran 600 X, (b) Perbesaran 4000X,

    (c) Perbesaran 20000X, (d) perbesaran 40000X

  • Hasil EDAX berupa grafik hubungan

    antara intensitas dengan energi yang

    menyatakan hasil spektrum energi sinar-x

    karakteristik dari bahan sampel yang

    dikarakterisasi. Energi karakteristik sinar-X

    tersebut yang menunjukkan komposisi kimia

    yang terkandung dalam kristal Sn(S0,6 Se0,4).

    Hasil karakterisasi menggunakan EDAX

    ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9 berikut:

    Berdasarkan hasil karakterisasi EDAX

    preparasi kristal yang ditunjukkan pada

    Gambar 8 dan Gambar 9, diperoleh komposisi

    kimia dari ingot kristal Sn(S0,6 Se0,4)

    mengandung unsur Stannum (Sn), Sulfur (S)

    dan Sellenium (Se). Perbandingan persentase

    komposisi kimia bahan dasarnya dengan

    molaritas unsur kristal Sn(S0,6 Se0,4) dapat

    dilihat pada Tabel 2 berikut:

    Tabel 2. Perbandingan persentase

    komposisi kimia bahan dengan molaritas unsur

    Sn, S dan Se pada kristal Sn(S0,6 Se0,4).

    Sampel Pertama

    Komposisi Kimia

    Unsur (%)

    Molaritas

    Unsur

    Sn S Se Sn S Sn

    53,7 10,9 35,5 1 0,2 0,7

    Sampel Ketiga

    Komposisi Kimia

    Unsur (%)

    Komposisi

    Kimia Unsur

    (%)

    Sn Sn Sn Sn Sn Sn

    62,0

    6

    62,0

    6

    62,0

    6

    62,

    06

    62,

    06

    62,

    06

    Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui

    bahwa komposisi kimia unsur kristal Sn(S0,6

    Se0,4) untuk sampel pertama, yaitu Sn = 53,7

    %; S = 10,9 % dan Se = 35,5 % dan memiliki

    perbandingan molaritas 1 : 0,2 : 0,7. Pada

    sampel ketiga, yaitu Sn = 62,06 %; S = 21,26 %

    dan Se = 16,67 % dan memiliki perbandingan

    molaritas 1 : 0,3 : 0,2. Sedangkan perbandingan

    molaritas Sn : S : Se pada kristal Sn(S0,6 Se0,4)

    secara teori adalah 1 : 0,6 : 0,4. Hasil

    karakterisasi EDAX tersebut menunjukkan

    bahwa terjadi perubahan komposisi atom S dan

    Se. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor,

    diantaranya pada saat memasukkan bahan-

    bahan sampel ke dalam tabung pyrex terdapat

    bahan-yang menempel pada diniding tabung,

    dan sehingga massanya tidak sama dengan

    massa saat ditimbang. Faktor lainnya adalah

    kurang vakumnya tabung pyrex yang berisi

    bahan paduan tersebut pada saat proses

    pemvakuman, sehingga masih terdapat

    beberapa unsur yang masuk dan kebolehjadian

    partikel terhambur tidak sama antar material

    Gambar 8. Grafik hubungan antara intensitas

    dengan energi hasil karakterisasi EDAX kristal

    sampel pertama Sn(S0,6 Se0,4)

    Gambar 9. Grafik hubungan antara intensitas

    dengan energi hasil karakterisasi EDAX kristal

    sampel ketiga Sn(S0,6 Se0,4)

  • satu dengan material yang lain yang bergantung

    pada energi ikat maupun temperaturnya dan

    karena kurang meratanya peleburan paduan

    bahan dasar pada saat proses pemanasan.

    Dalam penelitian ini terdapat beberapa

    keterbatasan, diantaranya pada saat

    memasukkan sampel ke dalam tabung pyrex

    kurang lurus horizontal sehingga bahan-bahan

    tersebut menempel pada dinding tabung. Selain

    itu, saat proses pemecahan ingot kristal ada

    serpihan kaca dari ingot tersebut yang ikut

    tercampur ke dalam padatan sampel yang telah

    dikeluarkan dari tabung, sehingga ikut tergerus

    pada saat proses penggerusan.

    KESIMPULAN

    1. Kristal Sn(S0,6 Se0,4) yang diperoleh

    dengan metode Bridgman pada Sampel

    Ketiga, yaitu dengan alur pemanasan

    dengan temperatur maksimum 500oC

    mempunyai kualitas kristal yang lebih baik

    dibandingkan dengan kristal Sn(S0,6 Se0,4)

    Sampel Pertama dan Sampel Kedua yang

    dipanaskan dengan temperature

    maksimum 600oC dan 550

    oC. Hal ini

    berdasarkan kesesuaian data parameter kisi

    a, b dan c dengan data JCPDS dan nilai

    intensitas maksimumnya sebagai hasil dari

    karakterisasikristal menggunakan XRD.

    2. Berdasarkan hasil analisis karakterisasi

    XRD, struktur kristal Sn(S0,6 Se0,4) yang

    terbentuk mempuyai struktur

    orthorhombik. Berdasarkan perhitungan

    metode analitik, nilai parameter kisi untuk

    kristal Sn(S0,6 Se0,4) Sampel Pertama yang

    dipanaskan dengan temperatur maksimum

    550 oC adalah a = 4,37957 , b =

    11,20715 dan c = 4,03913 . Untuk

    kristal Sn(S0,6 Se0,4) Sampel Kedua yang

    dipanaskan dengan temperatur maksimum

    600 oC adalah a = 4,41112 , b =

    11,43552 dan c = 4,02228 . Sedangkan

    untuk kristal Sampel Ketiga yang

    dipanaskan sampai temperatur maksimum

    500 oC adalah a = 4,38875 , b =

    11,32243 dan c = 4,02547 .

    3. Hasil karakterisasi SEM pada struktur

    kristal Sn(S0,6 Se0,4) yang terbentuk,

    menunjukkan bahwa struktur morfologi

    permukaan kristal Sn(S0,6 Se0,4) sudah

    terbentuk dengan homogen, sudah

    terlihat bentuk dari butiran (grain) pada

    permukaan yang seragam dan tersebar

    secara teratur yang kisaran berukuran

    3,89 m 10,2 m untuk sampel

    pertama dan kisaran 0,5 m - 1 m untuk

    sampel ketiga. Namun terdapat rongga-

    rongga dalam permukaan tersebut.

    4. Berdasarkan hasil karakterisasi EDAX,

    pada struktur kristal Sn(S0,6 Se0,4) yang

    terbentuk, memiliki perbandingan

    presentase komposisi kimia komposisi

    kimia unsur, yaitu unsur Sn = 53,7 %; S

    = 10,9 % dan Se = 35,5 % dan memiliki

    perbandingan molaritas Sn : S : Se = 1 :

    0,2 : 0,7 untuk sampel pertama.

    Sedangkan perbandingan presentase

    komposisi kimia komposisi kimia unsur

    Sn = 62,06 %; S = 21,26 % dan Se =

    16,67 %. dan memiliki perbandingan

  • molaritas Sn : S : Se = 1 : 0,3 : 0,2 untuk

    sampel ketiga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Fajar Marwanto. (2012). Pengaruh Perbedaan

    Temperatur Kristalisasi Terhadap

    Karakteristik Bahan Semikonduktor

    Pb(Se0,2Te0,8) Hasil Preparasi dengan

    Metode Bridgman. Yogyakarta:

    Universitas Negeri Yogyakarta.

    Goetzberger, A; Hebling, C. Solar Energy

    Materials and Solar Cell, 62 (2000) p.l

    Kukuh Aji Suryo. (2011). Pengaruh Jarak

    Sumber Cadmium Sulfida (CdS)

    dengan Substrat Pada Preparasi

    Lapisan Tipis Cadmium Sulfida (CdS)

    dengan Teknik Close Spaced Vapor

    Transport (CSVT). Skripsi.

    Yogyakarta: Universitas Negeri

    Yogyakarta.

    .

    http://www.webelements.com/SnS/. Diakses

    pada tanggal 12 Februari 2013 pukul

    11.49 WIB.

    http://www.webelements.com/SnSe/. Diakses

    pada tanggal 12 Februari 2013 pukul

    11.48 WIB.