penerapan building information modeling...
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)
PADA PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG
PERPUSTAKAAN IPB MENGGUNAKAN SOFTWARE TEKLA
STRUCTURES 17
SKRIPSI
FEBRIANA SAPUTRI
F44080029
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ii
BIM IMPLEMENTATION ON IPB’s LIBRARY BUILDING
STRUCTURE WITH TEKLA STRUCTURES 17 SOFTWARE
Febriana Saputri1, Machmud Arifin Raimadoya
2
1,2Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology
Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 16680, Bogor, West Java,
Indonesia
Phone +62 8567274649, email: [email protected]
ABSTRACT
Abstract : Building Information Modeling (BIM) is an approach to building design,
construction, and management. Tekla software is a new revolution in the field of
engineering structures has several advantages over other application program that
allows to create and manage data accurately and in detail, and can create 3D
models of structures and materials without forgetting the complex structure. This
study was intended to conduct IPB’s library building modeling with BIM software
(Tekla Structures 17) in 3D and 4D and to explore the advantages of BIM that easier
the coordination, speed the information, and save the cost. The research method
involves the preparation stage, secondary data collection, and modeling using Tekla
Structures 17. In the modeling stage, the first thing to do was to create a grid, and
continued with the structure of the building foundations, pile caps, beams, slabs, and
columns from floor to roof. In modeling with Tekla software, dimensions and type of
materials used can be selected directly on each piece. Tekla software has tools that
can simplify the design up to the time of implementation, including Orginizer Model
and Task manager. With BIM, all building information was presented into one file so
that it can save time and costs. BIM 4D modeling is very good if applied on existing
development in Indonesia.
Key words : Building Information Modeling, modeling, construction, construction
management, Tekla Structures
iii
Febriana Saputri. F44080029. Penerapan Building Information Modeling (BIM) pada
Pembangunan Struktur Gedung Perpustakaan IPB menggunakan Software Tekla Structures 17.
Di Bawah Bimbingan Ir. Machmud Arifin Raimadoya, Msc. 2012
RINGKASAN
Building Information Modeling (BIM) adalah sebuah pendekatan untuk desain bangunan,
konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal, dan
informasi-informasi lainnya secara terkordinasi dengan baik. Software Tekla merupakan revolusi baru
dalam bidang rekayasa struktur yang memiliki beberapa keunggulan dibanding program aplikaasi
lainnya. Tekla Structures merupakan perangkat lunak Building Information Modeling (BIM) yang
memungkinkan untuk membuat dan mengelola data secara akurat dan rinci, serta dapat membuat
model struktur 3D tanpa melupakan material dan struktur yang kompleks. Model Tekla Structures ini
dapat mencakup seluruh proses konstruksi bangunan dari konsep desain untuk fabrikasi, erection, dan
manajemen konstruksi. Tekla BIM (Building Information Modeling) merupakan software yang dapat
membantu kontraktor untuk mengelola resiko dari biaya-biaya yang tidak terduga dan hilangnya
waktu, terutama pada fase pelaksanaan proyek. Tekla dapat digunakan oleh kontraktor, sub-
kontraktor, dan para profesional manajemen proyek yang membantu dalam pelaksanaan dan
pemeriksaan data proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan gedung Perpustakaan IPB dengan
software BIM (Tekla Structures 17) dalam bentuk 3D dan 4D dan memberi masukkan bahwa dengan
menggunakan BIM suatu proyek akan menghemat waktu, biaya, dan sumber daya manusia. Dalam
penelitian ini Tekla Structures 17 akan digunakan untuk membuat pemodelan proyek pembangunan
gedung Perpustakaan IPB. Proyek pembangunan gedung perpustakaan merupakan kerjasama antara
owner dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kontraktor dari PT. Fajar Adhi Karya yang terletak di
Kampus IPB – Dramaga, Bogor.
Hal pertama yang dilakukan pada pemodelan ini adalah pembuatan grid sesuai dengan dimensi
yang terdapat pada shop drawing. Setelah membuat grid maka selanjutnya melakukan pemodelan, 4D.
Diatas grid dimulai pemodelan yang paling pertama , yaitu pondasi. Pondasi yang digunakan yaitu
pondasi tiang pancang yang berbentuk persegi. Pemodelan dilanjutkan kebagian pile cap, pembalokan
lantai dasar, slab lantai dasar, dan juga kolom. Setelah pondasi dan lantai dasar selesai, dilanjutkan
lagi pemodelan lantai 1 dimulai dari pembalokan, slab lantai 1, dan kolom, begitu juga pada
pemodelan lantai 2, lantai 3 juga lantai 4. Dalam pemodelan dengan software Tekla Structures 17,
dimensi dan jenis bahan yang digunakan dapat dipilih langsung pada masing-masing bagian. Pada
software Tekla Structures 17 terdapat tools yang sangat membantu dalam pemodelan, pembuatan 4D,
dan juga mempermudah pengecekan bagian apabila terjadi kesalahan.
Pemodelan 4D yang didalamnya terdapat informasi-informasi dapat disimpan dalam satu file
yang akan tersimpan secara rapih dan tidak tercecer sehingga pada saat pelaksanaan pekerjaan akan
menghemat waktu.
i
PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) PADA
PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN IPB
MENGGUNAKAN SOFTWARE TEKLA STRUCTURES 17
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar
SARJANA TEKNIK
di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FEBRIANA SAPUTRI
F44080029
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ii
Judul Skripsi : Penerapan Building Information Modeling (BIM) pada Pembangunan
Struktur Gedung Perpustakaan IPB menggunakan Software Tekla
Structures 17
Nama : Febriana Saputri
NIM : F44080029
Menyetujui,
Bogor, Juli 2012
Pembimbing Akademik,
Ir. Machmud Arifin Raimadoya, Msc.
NIP 195106041977031002
Mengetahui :
Ketua Departemen Teknik Sipil & Lingkungan,
Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, Ms
NIP 195610251980031003
Tanggal lulus :
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Penerapan Building
Information Modeling (BIM) pada Pembangunan Struktur Gedung Perpustakaan IPB
menggunakan Software Tekla Stuctures 17 adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen
pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Bogor, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Febriana Saputri
F44080029
iv
© Hak cipta milik Febriana Saputri, tahun 2012
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,
fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Febriana Saputri, penulis lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 25 Februari
1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak
Fakhrudin dan Ibu Eka Handayani. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK
Islam Baitull Hikmah, Depok pada tahun 1996 dan penulis melanjutkan
pendidikan sekolah dasar di SDN Curug 3 pada tahun periode 1996-2002.
Selanjutnya penulis melanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama di
SMP 8 Depok pada tahun 2002 sampai 2005. Pada tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikannya di SMA Islam Panglima Besar Soedirman, Jakarta
Timur dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK
pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan
studi sarjananya pada tahun 2012. Penulis juga banyak mengikuti berbagai kepanitiaan acara-acara
yang diadakan oleh BEM TPB, BEM Fateta, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan
(HIMATESIL), dan juga organisasi lainnya. Pada tingkat satu penulis mengikuti organisasi sebagai
Dewan Gedung di Asrama A2, tingkat dua dan tiga penulis mengikuti organisasi HIMATESIL. Pada
bulan Juni – Agustus 2011, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapang di PT. Waskita Karya
(persero) dengan topik “Manajemen Konstruksi Pembangunan Jalan Layang Non Tol PT. Waskita
Karya”. Pada tahun 2012, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Penerapan Building
Information Modeling (BIM) pada Pembangunan Struktur Gedung Perpustakaan IPB menggunakan
Software Tekla Structures 17” di bawah Bimbingan Ir. Machmud Arifin Raimadoya, Msc.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Building
Information Modeling (BIM) pada Pembangunan Struktur Gedung Perpustakaan IPB menggunakan
Software Tekla Structures 17”. Shalawat dan salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW atas segala sauritauladan yang telah diberikan. Laporan penelitian ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan Institut Pertanian Bogor.
Laporan ditulis berdasarkan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis mulai bulan
Februari 2012. Dengan selesainya Laporan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini hingga selesai tepat pada waktunya. Oleh karena
itu penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Machmud Arifin Raimadoya, Msc selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan saran dan bimbingan dalam bidang akademik, moral dan spiritual.
2. Dr. Ir. Erizal, MAgr selaku Direktur Fasilitas dan Properti dan dosen Teknik Sipil dan
Lingkungan yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Muhammad Fauzan S.T. , M.T selaku dosen Teknik Sipil dan Lingkungan yang telah
banyak memberikan saran dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.
4. Bapak, Ibu, dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya secara moral,
material, maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
5. Teman - teman seperjuangan di Teknik Sipil dan Lingkungan 45 atas bantuan dan spirit
selama penulis melaksanakan studi, proses penelitian , hingga penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman kost di Pondok Harum (Syifa, Ida, Ade, Hany, Thia, Heti, Rete, Anis,
Winda, Mamen) dan Novia atas bantuan dan spirit selama penulis melaksanakan studi,
proses penelitian , hingga penyusunan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dari
mulai penelitian hingga selesainya skripsi ini .
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak sempurna dan banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki laporan ini. Penulis sangat berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juli 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bangunan Bertingkat ................................................................................................................... 3
2.1.1 Perkembangan Bangunan Tinggi .......................................................................................... 3
2.1.2 Struktur Bangunan Tinggi yang Lazim ................................................................................. 5
2.2 BIM (Building Information Modeling) ........................................................................................ 7
2.2.1 Pengertian BIM (Building Information Modeling) ................................................................ 7
2.2.2 Sejarah BIM (Building Information Modeling) ..................................................................... 9
2.2.3 BIM Tools ............................................................................................................................. 9
2.3 Tekla .......................................................................................................................................... 10
2.4 Manajemen Proyek .................................................................................................................... 10
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Pelaksanaan .............................................................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 12
3.2.1 Alat ...................................................................................................................................... 12
3.2.2 Bahan................................................................................................................................... 12
3.3 Prosedur Penelitian .................................................................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Building Information Modeling (BIM) ....................................................................................... 14
4.1 Tekla Structures 17 .................................................................................................................... 14
4.2 Pemodelan 3D Gedung Perpustakaan IPB menggunakan software Tekla Structures 17 ........... 15
4.3 Pemodelan 4D ........................................................................................................................... 29
4.4 Pembuatan 2D ............................................................................................................................ 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 32
viii
5.2 Saran .......................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 33
LAMPIRAN ......................................................................................................................................... 35
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Software Building Information Modeling (BIM) untuk menggambar shop drawing dan
fabrication (Reinhardt, 2009) .................................................................................................. 9 Tabel 2. Bagian-bagian struktur yang digunakan pada masing-masing lantai ...................................... 22
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram alir (flow chart) proses pemodelan gedung Perpustakaan IPB ............................. 13
Gambar 2. Login Tekla Structures 17 ................................................................................................... 15
Gambar 3 . Tampilan awal pemodelan yang masih kosong .................................................................. 16
Gambar 4. Pengaturan Grid .................................................................................................................. 17
Gambar 5. Grid pemodelan gedung Perpustakaan IPB ......................................................................... 17
Gambar 6. Pemodelan Pondasi gedung Perpustakaan IPB .................................................................... 18
Gambar 7. Pengaturan beam ................................................................................................................. 19
Gambar 8. Pemodelan lantai dasar ........................................................................................................ 19
Gambar 9. Kolom dan dimensi tingginya ............................................................................................. 20
Gambar 10. Pemodelan lantai 1 gedung Perpustakaan IPB .................................................................. 20
Gambar 11. Pemodelan lantai 2 gedung Perpustakaan IPB .................................................................. 21
Gambar 12. Pemodelan lantai 3 gedung Perpustakaan IPB .................................................................. 21
Gambar 13. Pemodelan lantai 4 gedung Perpustakaan IPB .................................................................. 21
Gambar 14. Pemodelan lantai LMR gedung Perpustakaan IPB ............................................................ 22
Gambar 15. Pengaturan pembuatan pile cap ......................................................................................... 23
Gambar 16. Pile cap dan mini pile dengan tulangannya ....................................................................... 24
Gambar 17. Pengaturan pembuatan tulangan untuk kolom ................................................................... 25
Gambar 18. Lantai dasar yang sudah diberi tulangan ........................................................................... 25
Gambar 19. Pengaturan tulangan untuk kolom yang berbentuk lingkaran ............................................ 26
Gambar 20. Contoh kolom lingkaran dilihat dari penampang atas ....................................................... 27
Gambar 21. Slab pada atap yang menggunakan tulangan ..................................................................... 27
Gambar 22. Atap dengan rangka baja ................................................................................................... 28
Gambar 23. Pengaturan untuk pembuatan tangga ................................................................................. 28
Gambar 24. Tangga pada pemodelan 3D gedung Perpustakaan IPB .................................................... 29
Gambar 25. Model Organizer pada Tekla Structures 17 ....................................................................... 30
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tabel Deskripsi program-program untuk BIM (Reinhardt, 2009) .................................... 36 Lampiran 2. Gambar 3D pemodelan gedung Perpustakaan IPB ........................................................... 38 Lampiran 3. Tabel jenis beam dan ukurannya ....................................................................................... 39 Lampiran 4. Tabel jenis kolom dan ukurannya ..................................................................................... 40 Lampiran 5. Component catalog pada store stairs, ladder, dan railing ................................................ 41 Lampiran 6. Contoh detail Model Organizer pemodelan gedung Perpustakaan IPB pada software
Tekla Structures 17 .......................................................................................................... 42 Lampiran 7. Task Manager dan Barchart pemodelan gedung Perpustakaan IPB pada software Tekla
Structures 17 .................................................................................................................... 43 Lampiran 8. Gambar hubungan task manager dengan model 3D ......................................................... 48 Lampiran 9. Gambar 2D gedung Perpustakaan IPB tampak samping .................................................. 49 Lampiran 10. Gambar 2D gedung Perpustakaan IPB tampak atas ........................................................ 50 Lampiran 11. Gambar 2D gedung Perpustakaan IPB tampak depan .................................................... 51
1
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teknik Sipil dan lingkungan merupakan bidang ilmu dan teknologi yang terkait erat dengan
keberlangsungan kehidupan manusia serta terkait dengan lingkungan alam dimana suatu masyarakat
hidup dan beraktifitas. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pada bidang
teknik sipil, di lain pihak kondisi lingkungan juga menuntut perkembangan ilmu dan teknologi untuk
dapat menjawab tuntutan yang ada. Perkembangan ilmu dan teknologi bidang teknik sipil harus bisa
diterapkan pada suatu kondisi masyarakat dan lingkungannya dan memberikan manfaat yang optimal
untuk mencapai kesejahtaraan bersama dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Perkembangan
ilmu dan teknologi telah berjalan dengan sangat cepat, terutama dipacu oleh perkembangan bidang
teknologi komputasi dan teknologi informasi.
Keberhasilan proyek sangat ditentukan oleh teamwork (tim arsitek, tim sipil, tim mekanikal-
elektrikal, tim manajemen konstruksi, dan lain-lain). Dalam kegiatan proyek, gambar kerja (shop-
drawing) merupakan salah satu alat komunikasi yang bersifat universal, maka tidak heran jika tidak
sedikit biaya dan waktu yang harus dikeluarkan.
Dalam suatu kegiatan konstruksi membutuhkan gambar kerja dalam bentuk 2D atau 3D untuk
mempresentasikannya. Selain itu perlu digambarkan tampak bangunan, seperti tampak depan, tampak
samping, dan tampak atas. Denah untuk bangunan perlu mempresentasikan detail-detail dari potongan
gambar dan detail struktur, untuk mempermudah pekerjaan di lapangan. Dalam menggambarkan suatu
denah bangunan diperlukan keterangan-keterangan seperti ukuran dan material yang digunakan untuk
membuat bangunan tersebut misalnya struktur utama bangunan terbuat dari beton bertulang, baja atau
kayu.
Dalam dunia konstruksi perhitungan volume pekerjaan adalah suatu hal yang sangat penting.
Kesalahan dalam perhitungan volume akan berakibat pada kerugian yang sangat besar bagi kontraktor.
Kebanyakan sifat kontrak yang dipakai dalam proyek konstruksi adalah jumlah harga keseluruhan
dimana resiko kesalahan akibat volume yang tidak akurat menjadi tanggung jawab kontraktor
sepenuhnya. Metode yang dipakai untuk menghitung volume pekerjaan saat ini adalah dengan cara
menghitung manual seluruh item pekerjaan satu persatu dengan bantuan program spreadsheet. Untuk
satu proyek gedung diperlukan minimal 3 (kadang lebih) estimator yang bekerja seminggu penuh
untuk menyelesaikan semua perhitungan yang diperlukan. Itu juga belum tentu menghasilkan
perhitungan yang akurat, sering kali beberapa item pekerjaan tidak masuk dalam perhitungan karena
terlewatkan.
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk mendapatkan perhitungan volume
pekerjaan otomatis dari model komputer yang biasa disebut BIM (Building Information Modeling).
Semua elemen konstruksi yang digambarkan dalam model secara otomatis akan didapat volumenya.
Total volume material untuk setiap item pekerjaan yang dibutuhkan, total upah yang dibutuhkan,
pekerjaan mana saja yang akan di subkontrakkan, semua bisa didapatkan dari BIM.
Software Tekla Structures merupakan revolusi baru dalam bidang rekayasa struktur yang
memiliki beberapa keunggulan dibanding program aplikasi lainnya. Tekla Structures merupakan
perangkat lunak Building Information Modeling (BIM) yang memungkinkan untuk membuat dan
mengelola data secara akurat dan rinci, serta dapat membuat model struktur 3D tanpa melupakan
material dan struktur yang kompleks. Software Tekla Structures 17 ini dapat mencakup seluruh proses
konstruksi bangunan dari konsep desain untuk fabrikasi, erection, dan manajemen konstruksi.
2
Keunggulan Tekla antara lain yaitu terintegrasinya pemodelan, analisis, desain struktur dengan
menyertakan setiap detail penting saat mengelola proses konstruksi secara keseluruhan, bill quantity,
squance pekerjaan sampai kegiatan schedulling bahkan dapat digabungkan dengan software lainnya,
sehingga kegiatan AEC (architect, engineering, contruction) dapat terintegrasi dalam satu pemodelan
yang dapat diakses secara real time. Dalam software Tekla Structures 17 terdapat data yang akurat,
rinci, dan 3D yang dapat digunakan bersama oleh kontraktor, structural engineers, Steel detailers and
fabricators, Precast and Cast-in-Place concrete contractors, detailers and manufacturers,
Educational institutions, dan Application developers. Tekla Structures 17 memilliki fasilitas yang
akan memudahkan para pelaku indsutri konstruksi untuk membuka satu file model pada waktu yang
bersamaan sehingga apabila salah seorang pelaku industri konstruksi melakukan perubahan terhadap
model maka akan secara otomatis model yang dilihat pada komputer lainnya akan berubah, sehingga
dapat langsung dilakukan revisi atau perbaikan oleh pelaku industri konstruksi yang lain. Pemodelan
yang dilakukan dengan waktu singkat dan kemampuan mengoperasikan yang baik akan memberikan
hasil manajemen proyek yang efisien. Apabila diaplikasikan hal tersebut sangat menghemat waktu dan
sumber daya manusia.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Melakukan pemodelan gedung perpustakaan IPB dengan software BIM (Tekla Structures 17)
dalam bentuk 3D dan 4D. pemodelan dimulai dari pondasi, lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3,
lantai 4, lantai LMR, dan atap.
2. Mengeksplorasi keunggulan BIM yaitu mempermudah koordinasi, mempercepat informasi, dan
menghemat biaya.
Explore the advantages of BIM that easier the coordination, speed the information, and save the
cost.
1.3 BATASAN MASALAH
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemodelan Perpustakaan IPB menggunakan software Tekla Structures 17
2. Pemodelan hanya bagian struktur dari bangunan Perpustakaan IPB
3. Manajemen proyek yang digunakan hanya manajemen berdasarkan waktu
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BANGUNAN BERTINGKAT
Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran,
sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih besar memerlukan
pendekatan tim antara berbagai disiplin ilmu perancangan, fabrikasi bahan, dan konstruksi bangunan.
Arsitek akan memimpin upaya tim sehingga komponen bahan, pelayanan, dan kegiatan berlaku
sebagai suatu kesatuan. Kini seorang arsitek tidak dapat lagi mempunyai kebebasan dalam merancang.
Ia tidak hanya dibatasi oleh bentuk tertutup umum yang terdapat pada suatu pencakar langit dan
tuntutan penggunaan bahan secara efisien, tetapi ia harus juga mengamati banyak ketentuan lainnya
yang berkaitan dengan persyaratan keamanan, bahaya kebakaran, dan persyaratan kesehatan yang
rumit.
Seorang arsitek harus mendekati perancangan bangunan sebagai suatu sistem menyeluruh di
mana struktur penunjang fisik sebagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan tersebut,
struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu tambahan terpisah yang tidak berhubungan, untuk
kemudian dimuat di dalam ruang fungsional oleh insinyurnya. Walaupun pendekatan rancangan yang
menyeluruh ini harus diterapkan pada semua bangunan arsitektur, hal ini sangat penting apabila
dikaitkan dengan skala bangunan tinggi yang memerlukan sistem penunjang struktur yang rumit di
mana gaya-gaya fisik dan lingkungan merupakan penentu rancangan yang utama. Bangunan harus
mampu menghadapi gaya-gaya vertikal gravitasi dan gaya-gaya horizontal angin di atas tanah serta
gaya-gaya gempa di bawah tanah. Kulit bangunan harus menahan perbedaan suhu, tekanan udara, dan
kelembapan antara lingkungan luar dan dalam bangunan. Unsur-unsur struktur bangunan harus
tanggap terhadap semua gaya ini. Batang-batangnya harus disusun dan disambung satu sama lain
sehingga dapat menyerap gaya-gaya ini dan meneruskannya dengan aman ke tanah dengan usaha
sesedikit mungkin. Seorang arsitek yang peka terhadap gaya-gaya di atas beserta sumbernya dan
menyadari sifat keteraturan struktur akan mampu menanggapi dengan suatu tata letak yang dapat
diterima akal pada tahap awal perancangan. Ia akan dapat berkomunikasi dengan seorang insinyur
struktur karena mampu berbicara dalam bahasa insinyur itu. Artinya, seorang arsitek yang mampu
mempunyai pengertian dasar tentang asas-asas keteknikan dapat benar-benar bekerja sama dengan ahli
struktur untuk mencapai pemecahan yang optimum. (Wolfgang Schueller, 2001)
Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting untuk “badan” bangunan, dan
seorang arsitek yang mampu mengendalikan unsur-unsur struktur dan menampilkannya untuk
mengungkapkan hakikat bangunanlah yang dapat mengidentifikasi dan mencerminkan tujuan
pembangunannya sebagai suatu wadah untuk interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda.
2.1.1 Perkembangan Bangunan Tinggi
Gedung Perpustakaan IPB ini termasuk bangungan tinggi, karena tidak hanya terdapat 1 lantai
saja, melainkan sampai 6 lantai, dimulai dari lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, dan lantai
LMR. Pada bagian ini akan dituliskan tentang perkembangan bangunan tinggi di dunia yang di ambil
dari buku Wolfgang Schueller.
Menurut Wolfgang Schueller (2001), bangunan tinggi pertama telah ada pada zaman purba.
Struktur dinding penahan beban setinggi 10 lantai sudah digunakan di kota-kota Kerajaan Romawi.
Kota-kota di Barat berkembang sangat cepat pada abad kesembilan belas, dan kepadatan penduduk
menyebabkan timbul kembalinya bangunan-bangunan tinggi yang menghilang dengan runtuhnya
4
Kerajaan Romawi. Prinsip struktur dinding penahan dari bahan batu digunakan kembali. Akan tetapi,
keterbatasan sistem struktur jenis ini adalah bahwa dengan bertambahnya tinggi bangunan, ketebalan
dinding (yang berarti berat bangunan) harus bertambah pula, berbanding langsung dengan sifat gaya
gravitasi.
Keterbatasan konstruksi ini jelas terlihat pada Monadnock Building pada tahun 1891 yang
berlantai 16 di Chicago, Amerika Serikat, yang memerlukan dinding setebal 6 kaki di bagian
dasarnya. Penggunaan sistem rangka yang ringan tampaknya merupakan jawaban paling tepat karena
rangka besi, dan kemudian baja, kemungkinan bangunan menjadi tinggi serta bukaan yang lebih besar
dan banyak. Perkembangan rangka baja memerlukan waktu yang lebih dari 100 tahun. Selama itu,
selain baja harus diakui sebagai bahan bangunan, metode produksi pun terus dikembangkan. Hal ini
menuntut penelitian tentang perilaku bahan baru tersebut agar menghasilkan bentuk batang dan bentuk
rakitan yang paling baik. Selain itu diperlukan pula pengembangan detail yang cermat dan
keterampilan pertukangan.
Para insinyur abad kesembilan belas membuat para arsitek menyadari potensi unsur rangka ini.
Mereka memperluas penggunaannya pada jembatan, pabrik, pergudangan, dan ruang pameran.
Pengaruh ini dapat diamati sampai ke tahun 1801 pada sebuah pabrik kapas rangka baja berlantai
tujuh di Manchester, Inggris, yang menggunakan kolom dan balok baja sebagai kerangka interior.
Baja profil I digunakan di gedung ini, mungkin untuk pertama kali. Para perancangnya secara instuisi
mengenal efisiensi bentuk itu dalam menahan lendutan. Sebenarnya, pabrik ini menjadi dasar
pengembangan rangka baja yang kemudian muncul di Chicago pada sekitar tahun 1890.
Crystal Palace, yang dibangun untuk Pameran International London pada tahun 1851,
merupakan rangka baja lengkap yang pertama. Konstruksi berat sistem dinding pendukung yang
ketika itu mendasari standar arsitektur seolah ditantang oleh efek anti-gravitasi dari bidang-bidang
kaca dan rangka kayu-baja. Bangunan ini memperlihatkan pendekatan berskala besar yang pertama
menuju produksi massal. Pembagian ruang direncanakan berdasarkan lembar standar gelas yang
terbesar (panjang 4 kaki) dan proses konstruksi diperlihatkan sebagai bagian dari rancangannya.
Mercusuar di Black Harbor, Long Island, yang dibangun pada tahun 1843, adalah struktur
rangka baja tempa pertama di Amerika Serikat. Sepuluh tahun kemudian, beberapa bangunan
menggunakan rangka interior bersama-sama dengan dinding pendukung fasade batu. Rangka interior
terdiri dari kolom baja cor yang mendukung balok baja tempa.
Sebelum bangunan tinggi dapat tanggap terhadap potensi rangka baja yang baru ini, terlebih
dahulu harus dikembangkan sarana angkut vertikal. Elevator pertama muncul pada tahun 1851 di
sebuah hotel di Fifth Avenue, New York. Sistem rel vertikal disempurnakan menjadi sistem gantung
pada tahun 1866, tetapi kemungkinan penggunaan elevator untuk bangunan tinggi pertama kali diakui
pada Equitable Life Insurance Company Building di New York pada tahun 1870. Selanjutnya,
William Jennnings mengembangkan sistem rangka pada Home Insurance Building di Chicago pada
tahun 1883. Bangunan tinggi ini adalah contoh partama yang seluruhnya didukung oleh rangka baja
sementara fasade dinding batu hanya memiliki beban sendiri. Bangunan ini juga merupakan yang
pertama kali menggunakan balok baja di bagian atasnya. Pada tahun 1889 bangunan Jennings yang
kedua, Leiter Building, merupakan yang pertama kali menggunakan rangka baja murni, yang tidak
menggunakan dinding pendukung sama sekali
Gedung Rand McNally merupakan kedua yang berlantai sembilan yang berada di Chicago pada
taun 1889 oleh Burnham and Root merupakan yang pertama menggunakan rangka baja seluruhnya.
Mereka juga mengembangkan konsep geser vertikal pada Masonic Temple berlantai 20 di Chicago
pada tahun 1891. Pada ketinggian ini gaya angin menjadi pertimbangan rancangan yang penting.
Untuk meningkatkan kekakuan lateral rangka baja tersebut, para arsiteknya memperkenalkan pengaku
5
diagonal (diagonal bracing) pada rangka fasade, dan dengan demikian menciptakan prinsip rangka
vertikal atau dinding geser.
Perbaikan metode rancangan baja memungkinkan bangunan gedung tumbuh terus ke atas pada
tahun 1905, Metropolitan Tower Building berlantai 50 dibangun di New York, diikuti oleh Emipre
State Building berlantai 102, juga di New York pada tahun 1931. Perbaikan teknik membangun
selanjutnya diarahkan untuk mengembangkan tata letak rangka, perbaikan kualitas bahan, dan teknik
konstruksi yang lebih baik dan bukan pada peningkatan ketinggian.
Pada tahun 1890-an beton mulai menempatkan diri sebagai bahan struktur yang lumrah. Pada
perancangan seperti Auguste Perret, Francoise Hennebique, dan Tony Garnier di Prancis serta Robert
Maillart di Swiss adalah sebagian di antara para penemu beton bertulang. Perret adalah yang pertama
kali menggunakan rangka beton bertulang dalam konstruksi bangunan tinggi dan mengungkapkannya
serta arsitektural dalam Rue Apartment Building di Paris pada tahun 1903. Pada saat yang sama, Ingall
Building berlantai 16 di Cincinnati adalah pencakar langit rangka beton yang pertama di dunia. Akan
tetapi, pada paruh abad pertama, bangunan beton hanya muncul secara sporadis. Ketika itu tidak ada
usaha untuk mencari sifat bahan ini yang sebenarnya, sistem beton pada umumnya meniru pendekatan
rangka baja. Akan tetapi, setelah Perang Dunia II sikap ini berubah. Teknik konstruksi yang canggih,
bersama-sama dengan pengembangan bahan-bahan berkualitas tinggi, mulai menghasilkan konsep-
konsep perancangan baru seperti plat rata (flat slab) dan dinding grid fasade pendukung (load bearing
facadegrid wall). Kedua sistem ini mulai menyaingi plat satu arah yang tradisional dan dinding tirai
(curtain wall) tipikal untuk struktur rangka kaku. Pencakar langit seperti Marina City Towers di
Chicago pada tahun 1963 benar-benar mengungkapkan watak seni pahat monolitik dari bahan beton.
2.1.2 Struktur Bangunan Tinggi yang Lazim
Maksud dari bagian ini adalah untuk memperkenalkan sistem-sistem bangunan tinggi pendukung
beban yang lazim dijumpai. Unsur-unsur struktur dasar bangunan menurut Wolfgang Schueller, 2001,
adalah sebagai berikut:
1. Unsur linier
- Kolom dan balok. Mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi.
2. Unsur permukaan
- Dinding. Bisa berlubang atau berangka, mampu menahan gaya-gaya aksial dan rotasi.
- Plat. Padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai, mampu memikul beban di dalam
dan tegak lurus terhadap bidang tersebut.
3. Unsur spasial
- Pembungkus fasade atau inti (core), misalnya dengan mengikat bangunan agar berlaku
sebagai suatu kesatuan.
Perpaduan dari unsur-unsur dasar di atas akan membentuk struktur tulang dari bangunan.
Dapat di bayangkan berbagai kemungkinan pemecahan yang tak terhingga.
- Dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)
Sistem ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipratekan oleh berat sendiri ,
sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien. Sistem dinding sejajar ini terutama
digunakan untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan struktur inti.
- Inti dan dinding pendukung fasade (core and facade bearing walls)
Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur inti.
Hal ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada kemampuan
bentangan dari struktur lantai. Inti ini membuat sistem-sistem transportasi mekanis dan
vertikal serta menambah kekakuan bangunan.
- Boks berdiri sendiri (self supporting boxes)
6
Boks merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
pendukung apabila diletakkan di suatu tempat dan digabung dengan unit lainnya. Dalam
contoh tersebut boks-boks ini ditumpuk seperti bata dengan “pola English bond” sehingga
terjadi susunan balok dinding berselang-seling.
- Plat terkantilever (cantilevered slab)
Pemikulan sistem lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom
yang batas kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Besi akan banyak
diperlukan, terutama apabila proyeksi pelat adalah besar. Kekakuan pelat dapat ditingkatkan
dengan menggunakan teknik-teknik pratekan.
- Plat rata (flat slab)
Sistem bidang horizontal pada umumnyaterdiri dari plat lantai beton beton tebal rata
yang ditumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat dan atau kepala pada bagian
atas kolom, maka sistem ini dikatakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat
balok yang dalam (deep beam) sehingga tinggi lantai bisa minimum.
- Interspasial ( interspatial)
Struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diadakan pada setiap lantai antara
untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di
dalam lantai rangka digunakan untuk peralatan tetap, dan ruangan bebas pada lantai di
atasnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
- Gantung (suspension)
Sistem ini memungkinkan penggunaan bahan secara efisien dengan menggunakan
penggantung sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan
harus dikurangi karena adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik, yang dapat
mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. Kabel-kabel ini meneruskan beban
gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari inti pusat.
- Rangka selang-seling (staggered truss)
Rangka tinggi selantai disusun sedemikian rupa sehingga setiap lantai bangunan
menumpang di bagian atas suatu rangka dan di bawah rangka di atasnya. Selain memikul
beban vertikal, susunan rangka akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan angin dengan
cara mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui balok-balok dan plat lantai.
- Rangka kaku (rigid frame)
Sambungan kaku digunakan antara susunan unsur linear untuk membentuk bidang
vertikal dan horizontal. Bidang vertikal terdiri dari kolom dan balok, biasanya pada grid
persegi. Organisasi grid serupa juga digunakan untuk bidang horizontal yang terdiri atas
balok dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spesial yang bergantung pada kekuatan
kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom menjadi penentu
pertimbangan rancangan.
- Rangka kaku dan inti (rigid frame and core)
Rangka kaku bereaksi terhadap beban lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom.
Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar pada bangunan dengan
ketinggian tertentu. Akan tetapi, apabila dilengkapi dengan struktur inti, ketahanan lateral
bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat
sistem-sistem mekanis dan transportasi vertikal.
- Rangka trussed (trussed frame)
Gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal akan memberikan
peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan struktur dapat berdasarkan
penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertikal untuk beban angin,
yang serupa dengan rangka kaku dan inti.
- Rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frameand core)
7
Belt truss mengikat kolom fasade ke inti sehingga meniadakan aksi terpisah rangka dan
inti. Pengakuan ini dinamai cap trussing apabila berada pada bagian atas bangunan, dan belt
trussing apabila berada di bagian bawahnya.
- Tabung dalam tabung (tube in tube)
Kolom dan balok eksterior ditempatkan sedemikian rapat sehingga fasade menyerupai
dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung
kosong yang terkantilever dari tanah. Inti interior (tabung) meningkatkan kekakuan bangunan
dengan ikut memikul beban bersama kolom-kolom fasade.
- Kumpulan tabung (bundled tube)
Sistem kumpulan tabung dapat digambarkan sebagai suatu himpunan tabung-tabung
terpisah yang membentuk tabung multisel. Pada sistem ini memungkinkan bangunan
mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang paling luas.
2.2 BIM (BUILDING INFORMATION MODELING)
Dalam sejarah desain dan konstruksi bangunan mengandalkan gambar untuk mewakili
pekerjaan yang dilakukan dilapangan. Biasanya berisi tentang kode bangunan yang disebut dengan
dokumen-dokumen atau arsip, digunakan untuk pengelolaan bangunan tersebut setelah selesai. Tetapi
terdapat kendala untuk memenuhi hal tersebut , yaitu dibutuhkannya beberapa gambaran dari berbagai
sudut untuk menggambarkan objek 3D yang secara rinci agar baik untuk kegiatan konstruksi dan
mengurangi dari kesalahan dan gambar-gambar tersebut kini hanya dapat dipegang oleh beberapa
orang dalam bentuk hardcopy atau arsip-arsip yang belum dapat diinterpretasikan oleh komputer.
2.2.1 Pengertian BIM (Building Information Modeling)
Menurut Eastman et al (2008), BIM merupakan perubahan paradigma yang memiliki banyak
manfaat, tidak hanya untuk mereka yang bergerak dalam bidang industri kontruksi bangunan tetapi
juga untuk masyarakat yang lebih luas lagi, bangunan yang lebih baik adalah bangunan yang dalam
tahap pembangunannya menggunakan energi, tenaga kerja dan modal yang lebih sedikit. BIM pada
dasarnya adalah digital platform untuk pembuatan bangunan virtual. Jika BIM diterapkan, modelnya
harus dapat berisi semua informasi bangunan tersebut, informasi tersebut digunakan untuk
bekerjasama, memprediksi, dan membuat keputusan tentang desain, konstruksi, biaya, dan tahap
pemeliharaan bangunan.
BIM dianggap lebih dari sekedar teknologi biasa, melainkan cara baru untuk menangani proses
pembangunan. Dengan menggunakan BIM dapat diperoleh 3D, 4D, 5D, dan 6D. Dimana 3D berbasis
obyek pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan area, waktu,
dan lain-lain, 5D termasuk estimasi biaya dan part-lists, dan 6D mempertimbangkan untuk fasilitas
manajemen, biaya siklus hidup, dan dampak lingkungan. Konsep ini sangat tergantung pada teknologi
software yang digunakan. Inti dari konsep tersebut adalah bahwa model BIM berisi informasi-
informasi. Model suatu objek tidak hanya geometris tetapi model tersebut juga berisi informasi
tentang bahan yang digunakan, berat, biaya, waktu dan bagaimana bagian dipasang, dan lain-lain.
(Janni Tjell, 2010)
Building Information Modeling (BIM) adalah sebuah pendekatan untuk desain bangunan,
konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal, dan
informasi-informasi lainnya secara terkordinasi dengan baik. Pada dasarnya Building Information
modeling (BIM) ini merupakan penggabungan dari dua gagasan penting, yaitu :
- Menjaga informasi desain kritis dalam bentuk digital, sehingga lebih mudah untuk
diperbaharui dan berbagi dari perusahaan yang merencanakan dan perusahaan yang
menggunakannya.
8
- Membuat real-time yang berhubungan terus menerus antara data desain digital dengan
inovasi-inovasi teknologi pemodelan bangunan, sehingga dapat mengehemat waktu dan uang
serta meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek.
Building Information Modeling (BIM) pada umumnya didefinisikan sebagai proses penciptaan
hebat dilihat dari kumpulan data dari berbagai ahli / professional dalam bidang desain dan konstruksi
yang dapat diolah dan dihitung dalam bentuk tiga dimensi. BIM memungkinkan untuk para
perencana, engineer, dan kontraktor untuk memvisualisasikan seluruh lingkup dari proyek
bangunannya dalam bentuk tiga dimensi. BIM juga dikenal sebagai proses menggunakan model 3-D
untuk meningkatkan kerjasama antar orang-orang yang melaksanakan proyek. Menggunakan
pendekatan kolaboratif, antara desainer dan kontraktor dapat merencanakan output secara tepat dan
rinci dari mulai lokasi yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek hingga proyek tersebut selesai.
(T.M. Korman, L. Simonian & E. Speidel, 2010)
BIM adalah sebuah proses dan informasi yang menghasilkan metodologi untuk mengelola
desain bangunan dan data penting dari proyek yang dilaksanakan dalam bentuk digital di seluruh
siklus pembuatan bangunan. (Teemu Lehtinen, 2010)
BIM ini merupakan platform yang digunakan untuk memberikan pengetahuan dan alat
komunikasi antar peserta proyek. Dengan kata lain, BIM adalah informasi proses pengembangan
model bangunan. 3D dengan kualitas yang sangat baik dapat diperoleh dengan merender dari BIM.
Jika kontraktor hanya lebih menggunakan model tersebut untuk menyampaikan konsep BIM dalam
bentuk 3D dan tidak menggunakan informasi yang terdapat didalam BIM disebut sebagai BIM
“Hollywood”. Kontraktor yang menggunakan BIM “Hollywood” untuk memenangkan pekerjaan,
namun mereka tidak sepenuhnya menggunakan potensi dari Building Information Modeling. (Mehmet
F. Hergunsel, 2011)
Terkadang Building Information Modeling dipraktekkan secara internal hanya didalam satu
organisasi proyek dan tidak dibagikan dengan anggota organsasi lainnya, itu disebut sebagai BIM
“lonely”. Sebagai contoh, sebuah perusahaan arsitektur dapat memutuskan untuk merancang
menggunakan Building Information Modeling dan menggunakannya untuk visualisasi dan analisa.
Perusahaan arsitek tersebut mungkin memilliki kolaborasi internal, namun arsitek dapat memutuskan
untuk memberikan gambar-gambar dalam bentuk dua dimensi dan membatasi untuk mengakses
Building Information Modeling, hal tersebut akan menghambat partisipasi dari Contruction manager
(CM) kecuali CM menciptakan model baru. (Vandaro, 2009)
Manfaat Building Information Modeling (BIM) dalam tahap desain yaitu apabila dalam sebuah
proyek bangunan arsitek harus menyeimbangkan ruang lingkup proyek antara jadwal dan biaya.
Apabila terjadi perubahan dari satu variabel biaya waktu dan uang maka akan mempengaruhi
hubungan antara konsultan dan klien, dengan menggunakan Building Information Modeling (BIM)
semua informasi penting sudah tersedia, sehingga proyek yang berhubungan dengan keputusan dapat
dibuat lebih cepat dan efektif.
Objek 3D dengan menggunakan BIM dapat dilihat dan diperiksa secara otomatis apabila ada
kesalahan ataupun kendala. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh BIM maka kesalahan dapat
berkurang. Konsep dan metode BIM dipilih karena bentuk-bentuk geometri beserta propertinya
diperlakukan seperti halnya pada dunia nyata. Tidak dikenal perumpamaan ataupun layering seperti
halnya konsep dan metode pada perangkat CAD. BIM dapat mengubah cara AEC (tim proyek) dalam
bekerja sama untuk berkomunikasi, memecahkan masalah dan membangun proyek lebih baik lebih
cepat dan dengan biaya kurang.
9
2.2.2 Sejarah BIM (Building Information Modeling)
Menurut Ballard dan Koskela (1998), dari yang tradisional sampai tingkat yang lebih tinggi
dalam industri bangunan untuk melaksanakan proyek menggunakan proses linear dimana
penyampaian komunikasi dan pertukaran informasi terjadi secara berurutan dari pelaku industri
dengan pelaku industri lainnya. Setiap pelaku industi memenuhi kewajibannya masing-masing untuk
menghasilkan dan menambahkan informasi pada semua gambar dalam proyek bangunannya masing-
masing. Itu berarti dalam mendapatkan ide untuk pembangunan konstruksi biasanya membutuhan
waktu tujuh kali lebih banyak bahkan lebih dari itu. Dapat dilihat mengapa perselisihan beda pendapat
dan miskomunikasi adalah masalah umum dalam industri bangunan.
Sejak pertama kali banyak yang mengganggap BIM sebagai teknologi baru yang didasarkan
pada software dan penelitian mengenai BIM diartikan sebagai pengembangan software. Software yang
mampu merancang bentuk 3D sudah ada sejak tahun 1973, kemudian pada tahun 1975 Eastman
memprediksikan bahwa teknologi baru ini mampu membuat industri bangunan jauh lebih efektif.
(Janni Tjell, 2010)
Menurut Eastman (1975), konsep BIM ketika pertama kali diluncurkan diprediksikan dengan
cara pendekatan ini dibuat akan mengubah proses didalam industri baangunan, tetapi tidak ada
perubahan dan tidak sesuai dengan prediksi. Perubahan dari teknologi BIM ternyata menyebabkan
untuk mempertimbangkan paradigma dalam industri konstruksi bangunan seperti yang disarankan
oleh Eastman (Eastman, 2008). Perubahan paradigma dalam konteks ini berarti mengubah persepsi
mendasar bagaimana merancang dan membangun sebuah gedung. Perubahan persepsi ini harus datang
dari orang yang terlibat dalam industri konstruksi bangunan, karena mereka yang harus membuat
perubahan. Eastman et al, mengatakan bahwa mengadopsi BIM saja tidak akan selalu menyebabkan
suatu proyek akan sukses. BIM adalah seperangkat teknologi dan proses kerja yang harus didukung
oleh tim, manajemen, dan owner. BIM tidak akan menggantikan manajemen yang sangat baik, tim
proyek yang baik ataupun budaya kerja yang saling menghargai.
2.2.3 BIM Tools
Ada banyak tools dalam Building Information Modeling. Bagian ini akan mengidentifikasi
produk BIM. Dalam Lampiran 1 terdapat table yang akan mendeskripsikan progam-progam untuk
membuat Building Information Modeling dan fungsi utamanya. Daftar ini mencakup MEP, structural,
arsitektur, dan fungsi 3D modeling software. Beberapa software ini juga mampu untuk penjadwalan
dan estimasi biaya.
Ada beberapa jenis software yang digunakan oleh para kontraktor untuk menggambar dan
merancang struktur dan MEP, seperti yang terlihat pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Software Building Information Modeling (BIM) untuk Menggambar Shop Drawing dan
Fabrication (Reinhardt, 2009)
Product Name Manufacturer Primary Function
Cadpipe Commercial Pipe AEC Design Group 3D Pipe Modeling
Revit MEP Autodesk 3D Detailed MEP Modeling
SDS/2 Design Data 3D Detailed Structural
Modeling
Fabrication for AutoCAD MEP East Coast CAD/CAM 3D Detailed MEP Modeling
CAD-Duct Micro Application Packages 3D Detailed MEP Modeling
Duct Designer 3D, Pipe
Designer 3D
QuickPen International 3D Detailed MEP Modeling
Tekla Structures Tekla 3D Detailed Structural
Modeling
10
2.3 TEKLA
Tekla BIM (Building Information Modeling) merupakan software yang dapat membantu
kontraktor untuk mengelola resiko dari biaya-biaya yang tidak terduga dan hilangnya waktu, terutama
pada fase pelaksanaan proyek.
Data penting untuk pekerjaan proyek seperti desain untuk supply dan instalasi dapat
dimasukkan kedalam software Tekla. Dengan begitu dapat merespon apabila terjadi penyimpangan
dan juga dapat mengelola proyek secara baik dalam satu sistem. Software Tekla berhadapan langsung
dengan manajemen konstruksi dan software desain untuk mewujudkan platform manajemen yang
komprehensif.
Software Tekla merupakan revolusi baru dalam bidang rekayasa struktur yang memiliki
beberapa keunggulan dibanding program aplikasi lainnya. Tekla BIM (Building Information
Modeling) merupakan software yang berbasis ensiklopedi proyek. Software Tekla Structures
merupakan perangkat lunak Building Information Modeling (BIM) yang memungkinkan untuk
membuat dan mengelola data secara akurat dan rinci, serta dapat membuat model struktur 3D tanpa
melupakan material dan struktur yang kompleks. Model Tekla Structures ini dapat mencakup seluruh
proses konstruksi bangunan dari konsep desain untuk fabrikasi, erection, dan manajemen konstruksi.
Tekla merupakan software solusi untuk informasi – model pada manajemen konstruksi. Tekla
dapat digunakan oleh kontraktor, sub-kontraktor, dan para profesional manajemen proyek yang
membantu dalam pelaksanaan dan pemeriksaan data proyek. Tekla dapat memproses sejumlah besar
data model dan non model terlepas dari sumber. Software ini dapat digunakan untuk meningkatkan
transfer informasi desain dan data perencanaan antara desain dan tim konstruksi. Hal ini dapat
memperjelas komunikasi dan pengambil keputusan pada setiap pelaksanaan, desain, dan manajemen
proyek bangunan.
Keunggulan Tekla antara lain yaitu terintegrasinya pemodelan, analisis, desain struktur dengan
menyertakan setiap detail penting saat mengelola proses konstruksi secara keseluruhan, bill quantity,
squance pekerjaan sampai kegiatan schedulling bahkan dapat digabungkan dengan software lainnya,
software Tekla Structures 17 ini terhubung dengan berbagai jenis system melewati Tekla Open API,
contoh format biasa yang didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, CIS/2,SDNF dan DSTV.
Contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures adalah DWG,
DXF, dan DGN. Sehingga kegiatan AEC (architect, engineering, contruction) dapat terintegrasi
dalam satu pemodelan yang dapat diakses secara real time. Dalam software Tekla terdapat data-data
yang akurat, rinci, dan 3D yang dapat digunakan bersama oleh kontraktor, structural engineers, Steel
detailers and fabricators, Precast and Cast-in-Place concrete contractors, detailers and
manufacturers, Educational institutions, dan Application developers. Semua perubahan secara
otomatis akan update sewaktu-waktu dan butuh dilakukan revisi. Pemodelan yang membutuhkan
waktu singkat dan kemampuan mengoperasikannya akan memberikan hasil manajemen proyek yang
efisien. Apabila diaplikasikan hal tersebut sangat menghemat biaya, waktu dan sumber daya manusia.
2.4 MANAJEMEN PROYEK
Manajemen proyek ialah pengelolaan kegiatan pelaksanaan dalam rangka mewujudkan suatu
keinginan atau gagasan, meliputi perencanaan, pelaksanaan serta pengendaliannya dengan batasan-
batasan tertentu sehubungan dengan biaya, mutu dan waktu. Untuk memperoleh batasan-batasan yang
sesuai, maka diperlukan biaya adanya sistem (manajemen) yang dapat mengelola input (berupa
rencana konstruksi dan sumber daya) menjadi output bangunan jadi. (Febriana Saputri, 2011)
11
Manajemen konstruksi profesional suatu metoda yang efektif untuk memenuhi kebutuhan
pekerjaan konstruksi . Manajemen konstruksi profesional menangani tahap-tahap perencanaan, desain
dan konstruksi proyek ke dalam tugas-tugas yang terpadukan. Tugas-tugas itu dibebankan pada suatu
tim manajemen proyek yang terdiri dari pemilik, manajer konstruksi profesional dan organisasi
perancang. Sebuah kontraktor utama konstruksi dan/atau badan pendukung dana dapat pula
merupakan bagian dari tim tersebut. Tim ini bekerjasama sejak awal desain sampai pada penyelesaian
proyek, dengan tujuan bersama yaitu untuk melayani sebaik-baiknya kepentingan pemilik. Hubungan
kontrak antar anggota tim dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin adanya pertentangan dan
menumbuhkan daya tanggap dalam lingkungan tim manajemen itu sendiri. Interaksi yang bertalian
dengan biaya konstruksi, dampak lingkungan, kualitas dan jadwal penyelesaian, akan diperiksa
dengan teliti oleh tim, sehingga dapat diwujudkan sebuah proyek yang bernilai maksimum bagi
pemilik dalam kerangka-waktu yang seekonomis mungkin. (Donald S. Barrie, Boyd C.Paulson, JR.,
Sudinarto, 1995)
12
III. METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN PELAKSANAAN
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret tahun 2012 di
kampus IPB Dramaga, Bogor. Pemodelan dilaksanakan pada bulan Maret-Juli tahun 2012 di kampus
IPB Baranangsiang, kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat
1. Satu unit laptop Lenovo dengan Operating System Windows 7 Home Premium 64-bit, Processor
Pentium® Dual-Core CPU T4300 @ 2.10GHz (CPUs),~2.1GHz
2. Satu unit hardisk Seagate 1TB
3. Mouse
4. Penggaris
5. Kalkulator
3.2.2 Bahan
1. Software Tekla Structures 17
2. Tekla BIM Sight
3. Software Autocad 2012
4. Shop drawing dan schedule rencana dan aktual pembangunan gedung Perpustakaan IPB
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
a. Persiapan Penelitian
Data dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini dicatat secara keseluruhan agar
tidak ada data yang kurang untuk penelitian dan mempermudah dalam pelaksanaan
penelitian. Pada tahap ini dilakukan juga install software Tekla Structures 17 pada laptop.
b. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu shop drawing gedung Perpustakaan
IPB dan schedule perencanaan dan aktual proyek. Data tersebut merupakan data skunder
yang diperoleh dari Direktorat Fasilitas dan Properti IPB (Faspro) yang merupakan Owner
dari proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan IPB dengan kontraktor PT. Fajar Adhi
Karya. Data shop drawing tersebut diperoleh dalam bentuk hardcopy dan softcopy file
AutoCad (.dwg) dan data schedule dalam bentuk hardcopy.
c. Pemodelan
Data yang telah diperoleh dipelajari secara keseluruhan dan dilanjutkan pemodelan
gambar dengan software Tekla Structures 17. Pemodelan ini dilakukan dari pembuatan grid
yang sesuai dengan shop drawing. Selanjutnya pemodelan dari bagian-bagian struktur
gedung Perpustakaan IPB dimulai dari pondasi yang terdiri dari pile cap dan mini pile. Naik
kebagian atas struktur gedung yaitu pembalokan, slab, dan kolom lantai 1, lantai 2, lantai 3,
lantai 4, lantai LMR, dan atap. Pemodelan 3D yang telah selesai sampai bagian atap diubah
menjadi 4D dengan menambahkan informasi schedule waktu rencana dan aktual.
d. Penyusunan Skripsi
Pemodelan 3D dan 4D yang telah selesai dikerjakan maka selanjutnya akan dilaporkan
dan disajikan dalam bentuk skripsi.
13
Gambar 1. Diagram alir (flow chart) proses pemodelan gedung Perpustakaan IPB
Persiapan Penelitian
Data:
1. Shop Drawing
2. Schedulling
Pemodelan 3D dan Pemberian
Tulangan
Pembuatan Grid
Pemodelan lantai 1
Pemodelan lantai 2
Atap
Pemodelan lantai 4
Pemodelan lantai LMR
Pemodelan lantai 3
Model 3D menjadi 4D
Selesai
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)
Building Information Modeling (BIM) merupakan kemajuan dalam bidang konstruksi di dunia
karena merupakan inovasi baru untuk mendesain bangunan konstruksi. Dalam Building Information
Modeling (BIM) tidak hanya dapat melakukan desain bangunan yang dilakukan oleh arsitek ataupun
perencana bangunan, tetapi dalam Building Information Modeling (BIM) juga dapat dimasukkan data
manajemen konstruksi dari mulai waktu, quantitiy take off, biaya, dan lain-lain. Adapun keunggulan
menggunakan Building Information Modeling (BIM) yaitu sebagai berikut :
1. Mempermudah Koordinasi
Data yang dibutuhkan dalam pembangunan konstruksi, mulai dari desain, ukuran,
tulangan, hingga manajemen proyek dapat disimpan dalam satu file yang akan memudahkan
dalam koordinasi antara owner, perencana, kontraktor, dan para pelaksana konstruksi
lainnya. Dengan koordinasi yang baik antar pelaksana konstruksi maka tingkat
kesalahpahaman akan semakin kecil.
2. Mempercepat Penyampaian Informasi
Dengan file yang menjadi satu maka data proyek yang sangat banyak tidak tercecer dan
hanya membutuhkan satu buah software BIM sehingga data mudah dibuka dan dilihat secara
keseluruhan.
3. Penurunan Biaya
Koordinasi yang baik maka akan mengurangi tingkat kesalahpahaman antara pelaku
konstruksi dengan begitu biaya yang dikeluarkan untuk rapat ataupun menyelesaikan
kesalahpahaman yang terjadi dapat dihindari.
4. Penambahan Pemasukan
Biaya-biaya dari kesalahan koordinasi dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, dengan
begitu biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk kesalahan-kesalahan itu dapat disimpan dan
jadi penambahan untuk pemasukan.
4.1 TEKLA STRUCTURES 17
Tekla Structures 17 salah satu dari BIM (Building Information Modeling) yang merupakan
software yang dapat membantu kontraktor untuk mengelola resiko yang terjadi dari biaya-biaya yang
tidak terduga dan hilangnya waktu, terutama pada fase pelaksanaan proyek. Software Tekla Structures
17 juga dapat berfungsi untuk solusi dalam informasi pada manajemen konstruksi. Tekla Structures 17
ini dapat digunakan oleh kontraktor, sub-kontraktor, para profesional manajemen proyek, dan pelaku
industri konstruksi yang akan membantu dalam pelaksanaan dan pemeriksaan data proyek. Tekla
dapat memproses data yang berbentuk model dan yang bukan model dalam jumlah yang cukup besar
terlepas dari sumber. Software ini dapat digunakan untuk meningkatkan transfer informasi desain dan
data perencanaan antara desain dan tim konstruksi. Hal ini dapat memperjelas komunikasi dan
pengambil keputusan pada setiap pelaksanaan, desain, dan manajemen proyek bangunan.
Dalam penelitian ini Tekla Structures 17 akan digunakan untuk membuat pemodelan proyek
pembangunan gedung Perpustakaan IPB. Proyek pembangunan gedung perpustakaan merupakan
kerjasama antara owner dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan kontraktor dari PT. Fajar Adhi Karya
yang terletak di Kampus IPB – Dramaga, Bogor. Software Tekla Structures 17 ini dapat dikatakan
software baru di Indonesia karena hanya satu Institusi saja yang menggunakannya, yaitu Politeknik
15
Batam. Butuh waktu yang cukup lama untuk mempelajari software ini karena masih jarang pelatihan
dan tutorialnya. Software Tekla Structures 17 yang telah dimiliki lalu di instal pada laptop, dan
selanjutnya akan dimulai untuk mempelajari software tersebut.
Software Tekla Structures 17 memiliki berbagai jenis tools yang sangat membantu dalam
mendesain suatu proyek dari 3D menjadi 4D, salah satu tools yang digunakan pada penelitian ini
untuk menjadikan model 3D menjadi 4D yaitu task manager.
4.2 PEMODELAN 3D GEDUNG PERPUSTAKAAN IPB MENGGUNAKAN
SOFTWARE TEKLA STRUCTURES 17
Software Tekla Structures 17 yang sudah di Instal dapat langsung digunakan untuk pemodelan.
Pemodelan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambar 3D dari gedung Perpustakaan IPB dengan
beberapa tambahan informasi-informasi yang akan ditambahkan didalamnya. Dalam bagian ini akan
dijelaskan detail dari proses hingga hasil yang diperoleh dari pemodelan Gedung Perpustakaan IPB.
Hal pertama yang dilakukan untuk memulai pemodelan ini adalah membuka software Tekla
Structures 17. Setelah membukanya akan muncul halaman untuk Login ke Tekla Structures 17. Pada
halaman Login akan muncul beberapa pilihan yaitu terdapat Environment, Role, dan License seperti
pada Gambar 2 . License Tekla Structures 17 yang digunakan pada penelitian ini adalah license
Educational. Setelah semua pilihan terisi lalu pilih OK.
Gambar 2. Login Tekla Structures 17
Login yang telah berhasil maka akan masuk kedalam Tekla Structures 17. Setelah itu dapat
langsung melakukan pemodelan Gedung Perpustakaan IPB. Hal yang dilakukan pertama adalah
membuat model baru, yang dapat dilakukan adalah dengan memilih salah satu menu yaitu File lalu
pilih New atau Ctrl + N, masukkan nama model , model template, dan model type. Nama model yang
digunakan yaitu Gedung Perpustakaan IPB, model template yang dipilih none, dan model type yang
16
dipilih single-user lalu tekan OK maka akan mucul model baru dengan nama Gedung Perpustakaan
IPB yang masih kosong dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
Gambar 3 . Tampilan awal pemodelan yang masih kosong
Pembuatan grid dilakukan setelah dibuat new model, grid dapat dibuat langsung pada Tekla
Structures 17 atau dapat juga dengan import file dari software lain yaitu AutoCAD (.dwg). Namun,
pada penelitian ini grid dibuat dengan cara manual langsung dari Tekla Structures 17. Pada penelitian
ini tidak hanya digunakan satu grid saja melainkan menggunakan dua buah grid yang berbeda. Grid
pertama merupakan grid yang berbentuk persegi atau kotak, sedangkan grid yang kedua yaitu grid
yang berbentuk lingkaran dengan menginput jarak dan derajat. Digunakannya dua buah grid karena
desain dari Gedung Perpustakaan IPB tidak hanya berbentuk persegi saja, desain yang cukup unik
dengan sebagian bangunan berbentuk lingkaran. Grid yang pertama dibuat dengan cara memilih menu
Modeling lalu create grid, sedangkan pembuatan grid yang kedua dengan memilih salah satu
komponen pada componen catalog (ctrl+f) yaitu Radialgrid. Ukuran grid yang digunakan seperti yang
terdapat pada shop drawing. Penginputan ukuran grid yang sesuai dengan koordinat yang ada X, Y,
dan Z lalu di beri label (nama) sesuai dengan shop drawing, pengaturan grid dapat dilihat pada
Gambar 4. Penginputan untuk grid yang kedua pada koordinat X diisi dengan diameter lingkaran dan
koordinat Y diisi dengan derajat yang sesuai dengan desain. Grid yang digunakan untuk pemodelan
Gedung Perpustakaan IPB dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.
17
Gambar 4. Pengaturan Grid
Gambar 5. Grid pemodelan gedung Perpustakaan IPB
Setelah pembuatan grid selesai maka dilakukan tahap pemodelan selanjutnya, yaitu pembuatan
model Pondasi yang merupakan bagian paling dasar atau bawah dari bangunan tersebut. Pondasi
memiliki beberapa bagian, ada pile cap dan juga mini pile. Pada software Tekla Structures 17 sudah
terdapat pemodelan pondasi otomatis dimana pile cap dan mini pile sudah tersusun menjadi satu,
namun hanya terbatas hingga empat buah mini pile saja sedangkan pondasi pada gedung perpustakaan
IPB ini ada yang memiliki sampai sembilan buah mini pile, oleh sebab itu pada penelitian ini
18
pembuatan pile cap dan mini pile dikerjakan secara terpisah. Pemodelan pondasi yang dilakukan
pertama yaitu pemodelan bagian pile cap dan dilanjutkan dengan pembuatan mini pile. Pile cap pada
bangunan ini memiliki beberapa ukuran, P1 memiliki ukuran sebesar 600x600 mm dengan mini pile
sebanyak 1 buah, P2 dengan ukuran pile cap sebesar 600x1350 mm, P4 dengan ukuran sebesar
1350x1350 mm dan mini pile sebanyak 4 buah, P8 memiliki ukuran 1900x2100 mm dengan mini pile
sebanyak 8 buah, dan P9 dengan ukuran sebesar 2100x2100 mm yang memiliki mini pile sebanyak 9
buah. Mini pile yang digunakan dalam pembangunan Perpustakaan IPB ini berbentuk persegi dengan
ukuran 250x250 mm. Banyaknya mini pile disesuaikan dengan besarnya ukuran pile cap. Hasil dari
pemodelan pondasi disajikan pada Gambar 6 .
Gambar 6. Pemodelan Pondasi gedung Perpustakaan IPB
Pemodelan selanjutnya yaitu pemodelan lantai dasar, pada lantai dasar ada beberapa komponen
penyusunnya yaitu tie beam, kolom, dan slab. Bagian pertama yang dimodelkan yaitu tie beam dengan
bentuk persegi, setelah itu pembuatan slab dengan ketebalan 80 mm, dan dilanjutkan dengan
pembuatan kolom dengan bentuk persegi empat, persegi panjang, dan bentuk L. Pembuatan tie beam
dilakukan dengan cara memilih menu modeling lalu create concrete part dan pilih beam atau dengan
mengklik toolbar create concrete beam lalu sesuaikan profil dan material yang sesuai dengan shop
drawing lalu klik OK, selanjutnya arahkan kursor pada titik awal pembuatan tie beam ke titik tujuan
sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan, pengaturan untuk beam dapat dilihat pada Gambar 7. Setelah
tie beam selesai dilakukan pembuatan slab dengan cara memilih toolbar create concrete slab dan
tentukan ketebalan slab yang diinginkan dan klik OK, arahkan kursor pada titik awal ke titik-titik
selanjutnya sesuai bentuk slab. Pembuatan kolom untuk lantai dasar juga dengan memilih toolbar
create concrete column dan sesuaikan dimensi dan material yang digunakan sesuai dengan desain lalu
klik OK dan arahkan kursor pada titik-titik tempat kolom akan dibuat. Pemodelan lantai dasar yang
telah selesai dapat dilihat pada Gambar 8. Pada software Tekla Structures 17 untuk mengetahui
dimensi dari masing-masing kolom dan beam dapat dilakukan sangat mudah yaitu dengan cara
mengklik satu kali pada bagian yang ingin diketahui dimensinya, contoh pada Gambar 9 dimensi
kolom yang berukuran 4200 mm.
19
Gambar 7. Pengaturan beam
Gambar 8. Pemodelan lantai dasar
20
Gambar 9. Kolom dan dimensi tingginya
Lantai satu memiliki luas yang lebih besar dibandingkan lantai dasar dengan begitu akan
semakin banyak bagian-bagian yang dimodelkan. Pemodelan pada lantai satu bagian-bagian yang
dimodelkan sama seperti lantai dasar yaitu beam, tie beam, slab, dan kolom. Beam dimodelkan di atas
kolom-kolom lantai dasar, sedangkan tie beam dimodelkan di atas pilecap. Pemodelan lantai satu
dilakukan dari mulai bagian tie beam, beam, slab, dan kolom. Ukuran-ukuran untuk beam, tie beam,
dan kolom yang digunakan berbeda-beda pada lantai satu ini. Setelah satu per satu bagian diselesaikan
maka akan jadilah pemodelan lantai satu seperti pada Gambar 10. Untuk pemodelan pada lantai dua,
tiga, dan empat memiliki urutan dan prosedur sama seperti pemodelan pada lantai satu dengan hasil
pemodelan lantai 1, hasil dari pemodelan lantai 2 dapat dilihat pada Gambar 11, untuk pemodelan
lantai 3 dapat dilihat pada Gambar 12, hasil pemodelan lantai 4 disajikan pada Gambar 13, dan
pemodelan untuk lantai LMR dapat dilihat pada Gambar 14. Pemodelan gambar secara keseluruhan
dari mulai pondasi hingga atap dalam bentuk 3D akan ditampilkan pada Lampiran 2.
Gambar 10. Pemodelan lantai 1 gedung Perpustakaan IPB
21
Gambar 11. Pemodelan lantai 2 gedung Perpustakaan IPB
Gambar 12. Pemodelan lantai 3 gedung Perpustakaan IPB
Gambar 13. Pemodelan lantai 4 gedung Perpustakaan IPB
22
Gambar 14. Pemodelan lantai LMR gedung Perpustakaan IPB
Perbedaan antara lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, dan lantai LMR terletak pada jenis dan
ukuran dari masing-masing bagiannya, yang akan dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bagian-bagian Struktur yang Digunakan pada Masing-masing Lantai
Jenis Beam Jenis Slab Jenis Kolom
Lantai Dasar TB1, TB2, TB3, TB4,
TB5, dan TB6
Slab dengan ketebalan
80 mm
K1K, KL,dan K4
Lantai 1 TB1, TB2, TB3, B1,
B2, B3, B5, B6, B7,
B8, B9, B9K, B10,dan
B10K
Slab dengan ketebalan
80 mm dan 120 mm
K2, K3, K1, K4, dan
KL
Lantai 2 B1, B2, B3, B5K, B6,
B7, B8, B9, B9K, B10,
dan B10K
Slab dengan ketebalan
120 mm
K2A, K3A, K1A, K4,
dan KL
Lantai 3 B1, B5, B6, B7, B8,
B9, B9K, B10, dan
B10K
Slab dengan ketebalan
120 mm
K3B, K1B, K4, dan
KL
Lantai 4 B1, B4, B5, B6, B7,
B8, B9, B9K, B10, dan
B10K
Slab dengan ketebalan
120 mm
KP8, K1B, K3C, K4,
dan KL
Lantai LMR B6, B7A, B8A, B9,
B9K, B10, B10K, dan
B11
Slab dengan ketebalan
120 mm
K1B, K4, dan KL
Atap B6, B9, B9K, B10, dan
B10K
Slab dengan ketebalan
120 mm
-
Dari Tabel diatas dapat terlihat beam, slab, dan kolom yang digunakan pada masing-masing
lantai. Adapun ukuran-ukuran dari masing-masing beam dan kolom yang digunakan terdapat pada
Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Pemodelan 3D gedung Perpustakaan IPB yang telah selesai selanjutnya ditambahkan tulangan
pada masing-masing bagiannya, mulai dari penulangan untuk pondasi (pile cap dan mini pile). Setelah
itu dilanjutkan dengan penulangan tie beam, beam, kolom, dan pemberian wire mesh untuk slab untuk
lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, lantai LMR, dan atap. Pada penulangan untuk slab
terdapat perbedaan, lantai dasar hingga lantai 4 menggunakan wire mesh sedangkan slab untuk lantai
LMR dan atap menggunakan tulangan yang biasa pada umumnya.
23
Pemodelan pondasi yang dikerjakan secara terpisah antara pile cap dan mini pile maka
penulangan pun dilakukan secara terpisah, penulangan pada pondasi dimulai dari pemberian tulangan
pile cap terlebih dahulu. Penulangan pile cap dilakukan dengan cara memilih salah satu item yang
terdapat pada componen catalog yaitu pad footing reinforcement. Setelah itu input ukuran-ukuran dan
jarak tulangan pile cap sesuai yang terdapat pada shop drawing. Pengaturan dan penginputan untuk
pile cap dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Pengaturan pembuatan pile cap
Pada gambar diatas dapat dilihat apa saja yang dapat diinput pada pad footing reinforcment,
terdapat bagian picture untuk mengganti jarak tulangan dengan pinggir pile cap, primary bar untuk
input ukuran, jenis, dan jarak antar tulangan bagian pertama, secondary bar digunakan untuk
menginput ukuran, jenis, dan jarak antar tulangan bagian kedua, sedangkan lacer bar untuk
pengaturan ukuran dan spasi sengkang. Setelah ukuran-ukurannya sesuai dengan yang dibutuhkan
maka kursor dapat langsung diarahkan ke pile cap yang ingin diberikan tulangan. Hal tersebut
dilakukan untuk semua pile cap.
Penulangan untuk mini pile dilakukan dengan cara memilih salah satu item yang terdapat
pada component catalog yaitu round column reinforcement. Pada shop drawing desain mini pile
berbentuk segi empat dengan ukuran 250x250 mm, namun untuk penulangannya digunakan tulangan
dengan sengkang melingkar oleh sebab itu dipilih round column reinforcement untuk penulangannya.
Pengaturan pada round column reinforcement untuk mini pile disesuaikan dengan shop drawing.
Ukuran mini pile pada setiap pile cap sama, maka akan mempermudah dalam penulangan dengan
tidak mengganti ukuran tulanganya. Setelah penulangan pile cap dan mini pile selesai, hasilnya
ditampilkan pada Gambar 16.
24
Gambar 16. Pile cap dan mini pile dengan tulangannya
Penulangan tie beam dengan cara memilih salah satu dari beberapa macam penulangan untuk
beam yang terdapat pada component catalog. Rectangular beam – automated reinforcement layout
dipilih untuk penulangan tea beam dan beam. Ukuran tie beam pada lantai dasar berbeda-beda, maka
setiap ingin menginput tulangan pada tea beam disesuaikan ukurannya terlebih dahulu sesuai dengan
shop drawing. Setelah pengaturan Rectangular beam – automated reinforcement layout selesai, kursor
diarahkan pada tie beam yang ukurannya sudah sesuai dengan pengaturan ukuran tulangan yang
dimasukkan.
Penulangan tie beam selesai maka dilanjutkan dengan penulangan pada slab. Slab pada lantai 1
digunakan single wire mesh M8-150, wire mesh dapat diperoleh pada component catalog. Wire mesh
yang dipilih pada component catalog yaitu reinforcement mesh array in area. Pada reinforcement
mesh array in area, jenis wire mesh M8-150 dapat langsung dipilih dan disesuaikan, setelah itu pilih
slab yang ingin ditambahkan wire mesh dan klik pada titik-titik ujung slab sesuai dengan bentuk slab.
Penulangan dilanjutkan dengan penulangan kolom, penulangan kolom pada lantai dasar
menggunakan column – automated reinforcement layout yang merupakan salah satu item pada
component catalog. Pada column – automated reinforcement layout jumlah tulangan untuk
penulangan terbatas hanya sebanyak 12 buah, sedangkan tulangan untuk penulangan kolom pada
lantai dasar ini terdapat kolom yang membutuhkan sebanyak 20 buah tulangan, oleh sebab itu ada
beberapa tulangan yang ukurunnya 2 kali lebih besar dibanding yang lainnya, hal itu dilakukan agar
tulangan tetap memiliki kekuatan yang sama walaupun jumlah tulangannya berbeda. Pengaturan
column – automated reinforcement layout untuk kolom yang berbentuk persegi dapat dilihat pada
Gambar 17. Apabila ukuran, jarak, dan jumlah tulangan sudah disesuaikan, selanjutnya klik kursor
25
pada kolom-kolom tersebut. Penulangan tie beam, slab, dan kolom pada lantai dasar yang telah selesai
ditampilkan pada Gambar 18.
Gambar 17. Pengaturan pembuatan tulangan untuk kolom
Gambar 18. Lantai dasar yang sudah diberi tulangan
26
Penulangan juga dilakukan pada beam, slab, dan kolom lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4,
lantai LMR, dan atap. Penulangan untuk beam lantai 1,lantai 2, lantai 3, lantai 4, lantai LMR, dan atap
juga menggunakan rectangular beam – automated reinforcement layout yang terdapat pada
component catalog . Penulangan beam pada lantai 1 dikerjakan seluruhnya sesuai dengan ukuran yang
terdapat pada shop drawing. Slab pada lantai 1 juga menggunakan single wire mesh M8-150, maka
sama seperti lantai dasar pada lantai 1 juga menggunakan reinforcement mesh array in area, seluruh
slab pada lantai 1 diberikan wire mesh baik yang memiliki ketebalan 120 mm maupun dengan
ketebalan 80 mm. Selanjutnya penulangan untuk kolom pada lantai 1, pembuatan tulangan untuk
kolom pada lantai satu yang berbentuk persegi sama seperti pembuatan tulangan kolom pada lantai
dasar yaitu menggunakan column – automated reinforcement layout. Pada lantai 1 juga terdapat
kolom yang berbentuk lingkaran, untuk kolom yang berbentuk lingkaran pemberian tulangan
menggunakan juga menggunakan column – automated reinforcement layout, namun penginputan
ukuran, jumlah, dan jarak dilakukan pada tab circular column. Pengaturan untuk kolom lingkaran
dapat dilihat pada Gambar 19. Pada Gambar 20 akan diperlihatkan contoh salah satu gambar kolom
lingkaran dari penampang atas.
Gambar 19. Pengaturan tulangan untuk kolom yang berbentuk lingkaran
27
Gambar 20. Contoh kolom lingkaran dilihat dari penampang atas
Penulangan beam dan kolom pada lantai 2, lantai 3, lantai 4, lantai LMR, dan atap sama seperti
pada lantai dasar dan lantai 1 yaitu menggunakan rectangular beam – automated reinforcement layout
dan column – automated reinforcement layout. Slab pada lantai 2, lantai 3, dan lantai 4 juga
menggunakan single wire mesh M8-150 dan pembuatannya menggunakan reinforcement mesh array
in area yang sama seperti lantai dasar dan lantai 1, sedangkan untuk slab pada lantai LMR dan atap
menggunakan tulangan biasa dengan diameter tulangan sebesar 8 mm dan jarak antar tulangan sebesar
175 mm. Penulangan slab pada lantai LMR dan atap menggunakan salah satu komponen yang
terdapat pada component catalog yaitu slab bars. Pada slab bars dimasukkan ukuran yang sesuai
dengan shop drawing. Setelah selesai pilih slab yang diberi tulangan, cukup klik satu kali pada slab
maka tulangan terisi secara rata pada slab terssebut, contohnya dapat dilihat pada Gambar 21 yaitu
slab pada atap. Pada bagian atap gedung perpustakaan IPB memiliki desain rangka atap yang cukup
unik dengan bahan pipa baja berdiameter 8”. Hasil dari pemodelan atap dan rangka atap dapat dilihat
pada Gambar 22.
Gambar 21. Slab pada atap yang menggunakan tulangan
28
Gambar 22. Atap dengan rangka baja
Selesainya pembuatan tulangan pada bagian-bagian gedung perpustakaan IPB tersebut
dilanjutkan dengan pembuatan tangga. Pembuatan tangga dilakukan pada akhir dari penulangan
bertujuan agar mempermudah dalam pembuatan model dan penulangan. Tangga dibuat dengan
memilih salah satu komponen di component catalog, komponen yang dipilih disesuaikan dengan
bentuk tangga yang cocok dengan tangga pada gedung perpustakaan IPB karena ada beberapa jenis
macam bentuk tangga yang terdapat pada component catalog, macam-macam katalog yang terdapat
pada componen catalog untuk bagian tangga dapat dilihat pada Lampiran 5. Komponen untuk tangga
yang sesuai dengan tangga pada gedung Perpustakaan IPB yaitu precast stairs. Pada precast stairs
maka akan diatur ukuran-ukuran dari tangga tersebut, mulai dari lebar tangga, tinggi setiap
pijakkannya, jumlah tangga, dan lain-lain. Pengaturan untuk pembuatan tangga pada precast stairs
dapat dilihat pada Gambar 23 dan hasil dari tangga yang telah dibuat dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 23. Pengaturan untuk pembuatan tangga
29
Gambar 24. Tangga pada pemodelan 3D gedung Perpustakaan IPB
4.3 PEMODELAN 4D
Suatu pemodelan dapat dikatakan Building Information Modeling (BIM) apabila pemodelan
tersebut tidak hanya gambar saja melainkan juga terdapat informasi-informasi mengenai gambar
didalamnya. Pemodelan yang masih berupa 3D tidak bisa dikatakan Building Information Modeling
(BIM), model yang dapat dikatakan Building Information Modeling (BIM) yaitu pemodelan yang
berupa 4D, 5D, atau 6D. Oleh sebab itu, pemodelan gedung Perpustakaan IPB tidak hanya sebatas 3D
saja, pemodelan gedung Perpustakaan IPB akan dibuat menjadi 4D. Pemodelan 3D menjadi 4D akan
dilakukan langsung pada software Tekla Structures 17. Dalam software Tekla Structures 17 terdapat
tools yang akan membantu pembuatan 4D, yaitu model organizer dan task manager. Tools tersebut
dapat dibuat dengan memilih dari menu tools dan pilih model organizer atau task manager. Model
organizer digunakan untuk mengkategorikan bagian-bagian struktur dan membantu untuk pembuatan
jadwal gedung dan erection sequences, contohnya pengkategorian gambar berdasarkan lantai ataupun
berdasarkan jenis bagian misalnya beam, slab, kolom, dan lain-lain. Dalam model organizer juga
terdapat detail dari nama, ukuran, volume, lokasi grid sehingga dapat mempermudah dalam
pengecekan setiap bagian-bagiannya. Pada pemodelan ini adapun model organizer-nya dapat dilihat
seperti Gambar 25. Untuk hasil model organizer yang lebih detail dan lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 6.
30
Gambar 25. Model Organizer pada Tekla Structures 17
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa model organizer akan membantu dalam pembuatan
jadwal gedung yang termasuk dari salah satu manajemen konstruksi. Dengan penambahan jadwal
gedung pada model 3D, maka model akan menjadi 4D dan menjadikannya dapat dikatakan sebagai
Building Information Modeling (BIM). Penambahan jadwal pada model membutuhkan tools lain pada
Tekla Structures 17 yaitu task manager. Menggunakan task manager dapat menggabungkan waktu ke
dalam model struktur. Pembuatan jadwal gedung juga dapat dilakukan diluar software Tekla
Structures 17 yaitu dengan menggunakan software Microsoft Project 2010, apabila penjadwalan
menggunakan software Microsoft Project 2010 maka untuk menggabungkannya dengan model harus
diimport terlebih dahulu kedalam software Tekla Structures 17.
Jadwal yang dimasukkan kedalam task manager yaitu jadwal detail perencanaan dan juga
jadwal aktual pelaksanaan dilapangan. Penginputan jadwal harus berdasarkan kategori seperti
pembuatan model organizer. Apabila penginputan jadwal rencana dan aktual telah selesai, maka akan
didapatkan barchart dari model tersebut. Adapun task manager dan barchart keseluruhan dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Model organizer dan task manager yang telah selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan
menggabungan jadwal kedalam model. Penggabungan jadwal kedalam model maka model organizer
dan task manager harus terbuka kedua-duanya. Hal pertama yang dilakukan adalah klik pada model
organizer bagian yang ingin digabungkan dengan jadwal, setelah itu pada task manager klik kanan
pada jadwal yang sesuai dengan bagian pada model organizer, setelah itu pilih add selection objek,
maka model dan jadwal sudah tergabung. Jadwal dan gambar yang sudah terhubung akan
mempermudah dalam melihat proses pembangunan dengan cara mengaktifkan icon automatic
selection in model pada task manager, setelah itu hanya meng-klik salah satu uraian pekerjaan dalam
31
task manager maka pada model akan terlihat bagian yang di klik tersebut. Hubungan task manager
dengan model 3D dapat dilihat pada Lampiran 8.
4.4 PEMBUATAN 2D
Pada setiap industri konstruksi pembangunan membutuhkan data perencanaan gambar
konstruksi yang biasanya berupa gambar 2D. Gambar kontruksi sangat penting untuk penyampaian
informasi tentang bangunan yang akan dikerjakan. Di Indonesia penggunaan gambar konstruksi 2D
selalu digunakan untuk kebutuhan proyek tanpa dilengkapi dengan gambar dalam bentuk 3D maupun
4D. Software tekla memberikan kemudahan dengan sekali pembuatan model 3D dapat juga diperoleh
gambar dalam bentuk 2D. Pembuatan 2D dari 3D yang terdapat pada Tekla Structures 17 yaitu
dengan cara memilih menu Drawing & Reports lalu pilih general arrangement drawing pada Drawing
setting dan kemudian pilih kembali menu Drawing & Reports dan pilih create general arrangement
drawing. Maka akan diperoleh gambar 2D sesuai dengan gambar perspektif model 3D. Hasil dari
model 3D menjadi gambar 2D tampak samping dapat dilihat pada Lampiran 9. Selain gambar 2D
tampak samping sofware Tekla Structures 17 juga dapat membuat model 3D menjadi 2D tampak atas
dan tampak depan. Hasilnya disajikan pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Menggunakan software Tekla Structures 17 dapat diselesaikan pemodelan 3D dan 4D gedung
Perpustakaan IPB mulai dari pondasi, lantai dasar, lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4, lantai
LMR, dan atap.
2. Building Information Modeling (BIM) mempermudah koordinasi antar pelaku industri kontruksi
yaitu owner, konsultan, dan kontraktor karena data gambar dan informasi disimpan dalam satu
file, Building Information Modeling (BIM) juga mempercepat penyampaian informasi,
menurunkan biaya pengeluaran dan penambahan pada pemasukan.
5.2 SARAN
1. Perlu diupayakan pembelajaran yang lebih mendalam mengenai software Tekla Structures 17.
2. Perlu diupayakan penambahan informasi pada pemodelan gedung Perpustakaan IPB agar
menjadi 5D atau 6D.
3. Perlu diupayakan penggunaan BIM dalam praktik pelaksanaan proyek di Indonesia
33
DAFTAR PUSTAKA
Ballard, Koskela. 1998. BIM History. Di dalam skripsi : Janni Tjell (Ed). Building Information
Modeling (BIM) In Design Detailing With Focus On Interior Wall Systems, 2010. Denmark :
2-5
Barrie Donald S, Paulson Boyd C. Jr, Sudinarto. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional. Edisi
Kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga
Eastman Et Al. 1975. BIM History. Di dalam skripsi : Janni Tjell (Ed). Building Information
Modeling (BIM) In Design Detailing With Focus On Interior Wall Systems, 2010. Denmark :
2-5
Eastman Et Al. 2008. Concept Of BIM. Di dalam skripsi : Janni Tjell (Ed). Building Information
Modeling (BIM) In Design Detailing With Focus On Interior Wall Systems, 2010. Denmark :
1-2
Eastman Et Al. 2008. BIM History. Di dalam skripsi : Janni Tjell (Ed). Building Information
Modeling (BIM) In Design Detailing With Focus On Interior Wall Systems, 2010. Denmark :
2-5
Hergunsel Mehmet F. 2011. Benefits Of Building Information Modeling For Contruction Managers
And BIM Based Scheduling.[Skripsi]. Civil Engineering. Worcester Polytechnic
Institute.Amerika Serikat
Korman, T.M, Simonian L., Speidel E. 2010. How Building Information Modeling Changed The Mep
Coordination Process [Skripsi].California Polytechnic State University, San Luis Obispo, Ca,
Usa
Lehtinen Teemu. 2010. Advantages And Disadvantages Ff Verticl Integration In The Implementation
Ff Systemic Process Innovations: Case Studies On Implementing Building Information
Modeling (BIM) In The Finnish Construction Industry [Skripsi]. Degree Program Of
Information Networks – Business Process Networks. Faculty Of Information And Natural
Sciences. Aalto University. Finlandia
Reinhardt. 2009. BIM Tools. Di dalam skripsi : Mehmet F. Hergunsel (Ed). Benefits Of Building
Information Modeling For Contruction Managers And BIM Based Scheduling, 2011. Amerika
Serikat : 23-26
Saputri Febriana. 2011. Manajemen Konstruksi Pembangunan Jalan Layang Non Tol Pt. Waskita
Karya [Makalah]. Bogor : Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
Schueller Wolfgang. 2001. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung : Refika Aditama
Tjell Janni. 2010. Building Information Modeling (BIM) In Design Detailing With Focus On Interior
Wall Systems [Skripsi]. Department Of Civil And Environmental Engineering At U.C.
Berkeley And Dtu Management At The Technical University Of Denmark. Denmark
34
Vandaro. 2009. What Is BIM?. Di dalam skripsi : Mehmet F. Hergunsel (Ed). Benefits Of Building
Information Modeling For Contruction Managers And BIM Based Scheduling, 2011. Amerika
Serikat :5-7
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Tabel Deskripsi program-program untuk BIM (Reinhardt, 2009)
Product Name Manufacturer Primary Function
Cadpipe HVAC AEC Design Group 3D HVAC Modeling
Revit Architecture Autodesk 3D Architectural Modeling and
parametric design
AutoCAD Architecture Autodesk 3D Architectural Modeling and
parametric design
Revit Structure Autodesk 3D Structural Modeling and
parametric design
Revit MEP Autodesk 3D Detailed MEP Modeling
AutoCAD MEP Autodesk 3D MEP Modeling
AutoCAD civil 3D Autodesk Site Development
Cadpipie Commercial Pipe AEC Design Group 3D Pipe Modeling
DProfiler Beck Technology 3D conceptual modeling with
realtime
cost estimating.
Bentley BIM Suite
(MicroStation, Bentley
Architecture, Structural,
Mechanical, Electrical,
Generative Design)
Bentley Systems 3D Architectural, Structural,
Mechanical, Electrical, and
Generative Components
Modeling
Fastrak CSC (UK) 3D Structural Modeling
SDS/2 Design Data 3D Detailed Structural
Modeling
Fabrication for AutoCAD
MEP
East Coast
CAD/CAM
3D Detailed MEP Modeling
Digital Project Gehry
Technologies
CATIA based BIM System for
Architectural, Design,
Engineering,
and Construction Modeling
Digital Project MEP
Systems Routing
Gehry
Technologies
MEP Design
ArchiCAD Graphisoft 3D Architectural Modeling
MEP Modeler Graphisoft 3D MEP Modeling
HydraCAD Hydratec 3D Fire Sprinkler Design and
Modeling
AutoSPRINK VR M.E.P. CAD 3D Fire Sprinkler Design and
Modeling
FireCad Mc4 Software Fire Piping Network Design
and
Modeling
CAD-Duct Micro Application 3D Detailed MEP Modeling
Vectorworks Designer Nemetschek 3D Architectural Modeling
Duct Designer 3D, Pipe
Designer 3D
QuickPen
International
3D Detailed MEP Modeling
37
Lampiran 1. Lanjutan
Product Name Manufacturer Primary Function
RISA RISA
Technologies
Full suite of 2D and 3D
Structural
Design Applications
Tekla Structures Tekla 3D Detailed Structural
Modeling
Affinity Trelligence 3D Model Application for early
concept design
Vico Ofice Vico Software 5D Modeling which can be
used to
generate cost and schedule data
PowerCivil Bentley Systems Site Development
Site Design, Site Planning Eagle Point Site Development
38
Lampiran 2. Gambar 3D pemodelan gedung Perpustakaan IPB
39
Lampiran 3. Tabel jenis beam dan ukurannya
Jenis Beam Ukuran
TB1 400 x 800
TB2 350 x 800
TB3 350 x 800
TB4 350 x 550
TB5 200 x 450
TB6 200 x 500
B1 400 x 800
B2 350 x 750
B2A 350 x 750
B3 500 x 800
B4 250 x 350
B5 350 x 750
B5K 350 x 750
B6 450 x 450
B6A 450 x 500
B7 300 x 450
B7A 150 x 500
B8 250 x 450
B8A 200 x 300
B9 200 x 400
B9K 200 x 400
B10 200 x 400
B10K 200 x 400
B11 200 x 350
40
Lampiran 4. Tabel jenis kolom dan ukurannya
Jenis Kolom Ukuran
K1K 550 x 550
K1 D550
K1A D500
K1B D350
K2 500 x 500
K2A 550 x 550
K2B 550 x 550
K3 500 x 500
K3A 550 x 550
K3B 550 x 550
K3C D250
K4 200 x 400
KL 200 x 400 x 400
41
Lampiran 5. Component catalog pada store stairs, ladder, dan railing
42
Lampiran 6. Contoh detail Model Organizer pemodelan gedung Perpustakaan IPB pada software Tekla Structures 17
43
Lampiran 7. Task Manager dan Barchart pemodelan gedung Perpustakaan IPB pada software Tekla Structures 17
44
Lampiran 7. Lanjutan
45
Lampiran 7. Lanjutan
46
Lampiran 7. Lanjutan
47
Lampiran 7. Lanjutan
48
Lampiran 8. Gambar hubungan task manager dengan model 3D
49
Lampiran 9. Gambar 2D gedung Perpustakaan IPB tampak samping
50
Lampiran10. Gambar 2D gedung Perpustakaan IPB tampak atas
51
Lampiran 11. Gambar 2D gedung Perpustakaan IPB tampak depan