pengaruh change-oriented, production-oriented dan … · 2018. 1. 15. · yang pernah diajukan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH CHANGE-ORIENTED, PRODUCTION-ORIENTED DAN
EMPLOYEE-ORIENTED LEADERSHIP TERHADAP EMPLOYEE
ENGAGEMENT DENGAN DIMODERASI OLEH
COMMUNICATOR COMPETENCE
Studi pada Karyawan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh
Patricius Bryan Widyanto
152222201
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGARUH CHANGE-ORIENTED, PRODUCTION-ORIENTED DAN
EMPLOYEE-ORIENTED LEADERSHIP TERHADAP EMPLOYEE
ENGAGEMENT DENGAN DIMODERASI OLEH
COMMUNICATOR COMPETENCE
Studi pada Karyawan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
TESIS
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh
Patricius Bryan Widyanto
152222201
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Yogyakarta, 21 November 2017
Patricius Bryan Widyanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Patricius Bryan Widyanto
Nomor Mahasiswa : 152222201
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
Pengaruh Change-Oriented, Production-Oriented, dan Employee-Oriented
Leadership terhadap Employee Engagement dengan dimoderasi oleh
Communicator Competence.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 November 2017
Yang menyatakan,
(Patricius Bryan Widyanto)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada pada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Change-Oriented, Production-Oriented, dan Employee-
Oriented Leadership terhadap Employee Engagement dengan dimoderasi oleh
Communicator Competence”. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama berproses menyelesaikan tesis ini, penulis bersyukur atas segala
bentuk dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga tesis
ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan berkat-Nya
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak A. Yudi Yuniarto, SE., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar, berproses dan mengembangkan diri kepada
penulis.
3. Bapak Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D selaku Ketua Program
Studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Lukas Purwoto, SE.,M.Si., selaku dosen pembimbing yang
telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.
5. Dosen-Dosen Magister Manajemen Universitas Sanata DharmaYogyakarta
yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
6. Pihak Manajemen dan Karyawan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
dan para pihak lainnya yang telah memberikan kesempatan dan membantu
kelancaran penelitian kepada penulis untuk melakukan penelitian di
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, Bp. Patricius Dasuki dan Ibu Elisabeth
Purwidiyanti dan kedua adikku Elisabeth Rosalia Widyanti dan Martinus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Widyanto yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun
materil dalam menyelesaikan kuliah dan penulisan tesis ini.
8. Semua keluarga besar Slamet Adi Mulyanto dan Ratno Tumarjo yang
memberikan dukungan.
9. Anastasia Prima Yuliana yang selalu mendukung dan menyemangati.
10. Yanuarius Pello Tawa, terima kasih atas kopi dan tumpangan kosnya.
11. Keluarga besar MM angkatan V yang selalu memberikan dukungannya
bagi penulis.
12. Para sahabat dan kenalan yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan tesis ini
13. Keluarga besar Program Studi Magister Manajemen Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
14. Semua pihak yang sudah memberikan dukungan dan cinta mereka kepada
penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi penyempurnaan tesis ini. Penulis juga berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 21 November 2017
Patricius Bryan Widyanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ........................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ABSTRACT ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3.Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.4.Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
1.5.Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian .............................................. 12
1.6.Sistematika Penulisan ......................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 14
2.1.Kepemimpinan .................................................................................... 14
2.2.Gaya Kepemimpinan ........................................................................... 16
2.3.Kompetensi Komunikasi ...................................................................... 28
2.4.Employee Engagement ........................................................................ 30
2.5.Penelitan Terdahulu ............................................................................ 35
2.6.Hipotesis .............................................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42
3.1. Desain Penelitian ................................................................................. 42
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................ 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
3.3. Definisi Operasional............................................................................. 44
3.4. Instrumen Penelitian............................................................................. 47
3.5. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 50
3.6. Metode Analisis Data ........................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 53
4.1. Deskripsi Data ..................................................................................... 53
4.2. Analisis Data ....................................................................................... 58
4.2.1. Outer Model ......................................................................... 58
4.2.2. Inner Model ......................................................................... 66
4.2.3. Pengujian Hipotesis ............................................................ 68
4.3. Pembahasan .......................................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 81
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 81
5.2. Keterbatasan ........................................................................................ 85
5.3. Implikasi ............................................................................................... 86
5.3.1. Implikasi Akademis ........................................................... 86
5.3.2. Implikasi Manajerial ......................................................... 86
5.4. Saran .................................................................................................... 87
5.4.1. Bagi Organisasi/ Perusahaan .............................................. 87
5.4.2. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Deskripsi Model CPE Ekvall dan Arvonen...................................... 26
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 36
Tabel 3.1. Tabel Ukuran Sampel Model SEM-PLS ....................................... 43
Tabel 3.2. Definisi Operasional ...................................................................... 44
Tabel 4.1. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 53
Tabel 4.2. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Usia .............................. 54
Tabel 4.3. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Masa Kerja .................. 55
Tabel 4.4. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Pendidikan ................... 56
Tabel 4.5. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Status Kepegawaian .... 57
Tabel 4.6. Loading Factor ............................................................................. 59
Tabel 4.7. Average Variance Extracted (AVE) ............................................. 61
Tabel 4.8. Loading indicator konstruk pengaruh change-oriented
leadership terhadap employee engagement dengan
moderasi communicator competence ............................................ 61
Tabel 4.9. Loading indicator konstruk pengaruh production-
oriented leadership terhadap employee engagement
dengan moderasi communicator competence ................................ 62
Tabel 4.10. Loading indicator konstruk pengaruh employee-
oriented leadership terhadap employee engagement
dengan moderasi communicator competence ................................. 63
Tabel 4.11. Composite Reliability .................................................................... 65
Tabel 4.12. Cronbach Alpha ............................................................................ 65
Tabel 4.13. R Square ........................................................................................ 66
Tabel 4.14. Q Square ........................................................................................ 67
Tabel 4.15. Pengujian Hipotesis 1 dan 4 .......................................................... 69
Tabel 4.16. Pengujian Hipotesis 2 dan 5 .......................................................... 70
Tabel 4.17. Pengujian Hipotesis 3 dan 6 .......................................................... 71
Tabel 4.18. Pengujian Hipotesis 1 .................................................................... 72
Tabel 4.19. Pengujian Hipotesis 4 .................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Tabel 4.20. Pengujian Hipotesis 2 .................................................................... 75
Tabel 4.21. Pengujian Hipotesis 5 .................................................................... 77
Tabel 4.22. Pengujian Hipotesis 3 .................................................................... 78
Tabel 4.23. Pengujian Hipotesis 6 .................................................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tiga Aspek Engagement .............................................................. 33
Gambar 2.2. Kerangka Hipotesis 1 dan 4 ......................................................... 40
Gambar 2.3. Kerangka Hipotesis 2 dan 5 ......................................................... 41
Gambar 2.4. Kerangka Hipotesis 3 dan 6 ......................................................... 41
Gambar 4.1. Grafik Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 54
Gambar 4.2. Grafik Partisipan Berdasarkan Usia ............................................. 55
Gambar 4.3. Grafik Partisipan Berdasarkan Masa Kerja ................................ 56
Gambar 4.4. Grafik Partisipan Berdasarkan Pendidikan ................................. 57
Gambar 4.5. Grafik Partisipan Berdasarkan Status Kepegawaian .................. 58
Gambar 4.6. Path Diagram Model pengaruh change-oriented
leadership terhadap employee engagement ................................ 69
Gambar 4.7. Path Diagram Model pengaruh production-oriented
leadership terhadap employee engagement ................................ 70
Gambar 4.8. Path Diagram Model pengaruh employee-oriented
leadership terhadap employee engagement ................................ 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner .......................................................................................................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRAK
PENGARUH CHANGE-ORIENTED, PRODUCTION-ORIENTED DAN
EMPLOYEE-ORIENTED LEADERSHIP TERHADAP EMPLOYEE
ENGAGEMENT DENGAN DIMODERASI OLEH
COMMUNICATOR COMPETENCE
Patricius Bryan Widyanto
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh leadership style
terhadap employee engagement dengan moderasi communicator competence.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner, yang disebarkan kepada karyawan non-manajerial Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan cara purposive sampling. Data penelitian dianalisis
menggunakan SEM-PLS (Partial Least Squares-Stuctural Equation Modeling)
dengan Warp PLS 3.0 yang terdiri atas dua sub model yaitu model pengukuran
(Measurement model) atau outer model dan model stuktural (Structural model)
atau Inner model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pertama, change-
oriented leadership tidak berpengaruh terhadap employee engagement. Kedua,
communicator competence memoderasi pengaruh change-oriented leadership
terhadap employee engagement. Ketiga, production-oriented leadership
berpengaruh positif terhadap employee engagement. Keempat, communicator
competence tidak memoderasi pengaruh production-oriented leadership
terhadap employee engagement. Kelima, employee-oriented leadership tidak
berpengaruh terhadap employee engagement. Keenam, communicator
competence tidak memoderasi pengaruh employee-oriented leadership
terhadap employee engagement.
Kata Kunci : Employee Engagement, Communicator Competence, Change-
oriented Leadership, Production-oriented Leadership dan
Employee-oriented Leadership
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CHANGE-ORIENTED, PRODUCTION-
ORIENTED AND EMPLOYEE-ORIENTED LEADERSHIP ON
EMPLOYEE ENGAGEMENT WITH MODERATION OF
COMMUNICATOR COMPETENCE
Patricius Bryan Widyanto
Sanata Dharma University
2017
This study aims to determine the influence of leadership style on employee
engagement with communicator competence as moderation variable. This
research is an explanatory research using quantitative approach. The instrument
used in this study is a questionnaire, which is distributed to non-managerial
employees of Yogyakarta Vredeburg Museum. Sampling technique in this
research is purposive sampling technique. The research data was analyzed using
SEM-PLS (Partial Least Squares-Stuctural Equation Modeling) with Warp PLS
3.0 consisting of two sub models namely Measurement Model or Outer Model
and Structural Model or Inner Model. The results show that: first, change-oriented
leadership has no effect on employee engagement. Second, the competence
communicator moderates the effect of change-oriented leadership on employee
engagement. Third, production-oriented leadership positively affects employee
engagement. Fourth, the competence communicator does not moderate the effect
of production-oriented leadership on employee engagement. Fifth, employee-
oriented leadership has no effect on employee engagement. Sixth, competence
communicator does not moderate employee oriented leadership influence on
employee engagement.
Keywords: Employee Engagement, Communicator Competence, Change-oriented
Leadership, Production-oriented Leadership and Employee-oriented
Leadership
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, pola pikir organisasi terhadap aset mengalami
pergeseran. Sebagian besar organisasi awalnya ketika berpikir tentang aset
hanya mengenai saham, kas, investasi, atau semacam kekayaan lainnya
Organisasi mulai menyadari bahwa karyawan atau sumber daya manusia
merupakan salah satu asset yang dimilki. Bahkan karyawan dipandang
sebagai salah satu aset terpenting yang dimiliki oleh organisasi.
Karyawan dapat menjadi aset penting dari suatu organisasi karena mereka
adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi. Organisasi ataupun perusahaan dengan karyawan terbaik dan
memiliki performa tinggilah yang mampu menghadapi ketatnya persaingan di
era saat ini dan mencapai tujuan-tujuan yang menjadi target dari organisasi,
maka dari itu perusahaan mulai menyusun strategi untuk mampu
menghasilkan karyawan terbaik dengan performa yang tinggi. Proses
menghasilkan karyawan terbaik dimulai dari tahapan rekrutmen sampai pada
tahapan pengembangan dan pelatihan karyawan. Tidak cukup sampai di situ
untuk lebih meningkatkan performa karyawan agar mendukung produktivitas
maka organisasi ataupun perusahaan memberikan stimulus mulai dari yang
bersifat fisik sampai dengan psikologis yang dapat merangsang terciptanya
motivasi serta kepuasan kerja dan diharapkan akan memiliki performa tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Untuk mendapatkan karyawan dengan performa tinggi dan memiliki
keterikatan kuat dengan perusahaan ada hal lain yang perlu dicermati yaitu
employee engagement.
Di dalam bahasa Indonesia employee engagement sering diartikan sebagai
keterikatan ataupun keterlibatan karyawan. Employee engagement mulai
dikenalkan oleh Kahn. Menurut Dressler (2013:236) Engagement sering kali
dipandang sebagai kunci untuk mengangkat organisasi ke tingkat yang lebih
tinggi untuk menjalankan dan mecapai tujuan bisnis yang sukses. Di dalam
organisasi, employee engagement merupakan salah satu kekuatan utama
untuk mencapai tujuan organisaasi.
Beberapa pandangan menyebutkan tentang pentingnya para karyawan
dalam organisasi memiliki engagement yang tinggi. Tingkat kehadiran yang
rendah dan berkurangnya sikap sukarela dari karyawan sering juga
mencerminkan kurangnya employee engagement. Dressler (2013:236)
mengemukakan bahwa engagement mengacu pada sisi psikologis untuk
terikat, terhubung, dan berkomitmen untuk dapat menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Berbeda dengan kepuasan kerja (job satisfaction) yang hanya mendorong
seorang karyawan untuk memikirkan kesuksesan dirinya sendiri, sedangkan
employee engagement akan mendorong setiap karyawan untuk menciptakan
kesuksesan dirinya dan perusahaan tempatnya bekerja. Engagement berarti
karyawan merasa terikat dengan pekerjaannya sehingga mereka tergerak
untuk bekerja untuk menghasilkan prestasi nyata bagi perusahaan. Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
karyawan terikat/engage, mereka secara emosional terhubung dengan orang
lain dan tim. Seorang karyawan yang terikat dianggap memiliki emosional
yang melekat pada organisasi, bersemangat dan memiliki energi saat bekerja,
dan peduli terhadap keberhasilan organisasi.
Sebagai contoh dalam Dressler (2013:236) dinyatakan berdasarkan survei
oleh organisasi Gallup, unit bisnis dengan tingkat keterikatan/engagement
karyawan tertinggi memiliki kesempatan 83% untuk memiliki performa di
atas rata-rata perusahaan, sementara mereka dengan keterikatan karyawan
terendah hanya memiliki kesempatan 17% berperforma lebih baik dari rata-
rata perusahaan, sehingga bagi perusahaan engagement menjadi hal yang
sangat penting untuk dimiliki oleh karyawannya. Dari contoh ini dapat
dimengerti penyebab performa tinggi karyawan adalah dimilikinya employee
engagement. Performa tinggi tersebut dapat dicapai oleh karyawan yang
memiliki engagement dikarenakan dengan dimilikinya engagement mereka
memilki energi, menikmati dan berhubungan efektif dengan pekerjaaanya.
“Employees who are engaged in their work have an energetic, enjoyable, and
effective connection with their work”, Kahn (1990).
“Engaged employees have consistently shown to be more productive,
profitable, safer, healthier, and less likely to leave their employer” , Fleming
& Asplund (2007). Selain meningkatkan produktifitas engagement juga
berdampak mengurangi tingkat turnover karyawan dalam sebuah organisasi.
Dengan berkurangnya tingkat turnover tentunya akan lebih banyak
keuntungan yang diterima oleh organisasi seperti mengurangi biaya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
waktu yang diperlukan untuk melakukan rekrutmen, pelatihan, dan adaptasi
bagi karyawan baru dalam organisasi.
Engagement menjadi salah satu faktor penting bagi karyawan agar dapat
memiliki performa tinggi dan karyawan tidak mudah untuk meninggalkan
pekerjaanya. Oleh karena itu banyak organisasi mencoba menciptakan
empoloyee engagement untuk mencapai performa tinggi yang konsisten serta
menciptakan komitmen yang tinggi dari karyawan sehingga engagement
menjadi perhatian bagi setiap organisasi.
Employee Engagement dapat diciptakan oleh seorang pemimpin. “Leaders
are responsible for creating engaged employees” (Aryee, Walumbwa, Zhou,
and Hartnell., 2012). Dukungan dari supervisor menunjukkan hubungan
positif dengan keterikatan. Sejalan dengan penelitian Kahn (1990), May dan
Harter (2004) menunjukkan bahwa cara berelasi atasan kepada bawahan
berkorelasi positif dengan engagement, dan hubungan ini dimediasi oleh
keamanan psikologis. Cara memimpin dari seorang pemimpin tentunya akan
berdampak psikologis bagi para karyawan dengan kepemimpinannya.
Menurut Tead, Terry, dan Hoyt dalam Kartono (2003), pengertian
kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam
memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku
atau kepribadian.
Menurut Othman, Hamzah, Abas, dan Zakuan (2016) studi sebelumnya
yang dilakukan untuk menyelidiki pengaruh berbagai faktor yang mungkin
berkontribusi pada employee engagement. Di antara faktor-faktor yang
diteliti, gaya kepemimpinan telah ditemukan sebagai prediktor signifikan
bagi employee engagement. Diantara gaya kepemimpinan yang diteliti
tersebut yang berhubungan dengan employee engagement adalah gaya
kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan otentik posisi
kepemimpinan dan gaya kepemimpinan “team-supportive”, gaya
kepemimpinan karismatik.
Dengan berbagai gaya kepemimpinan tersebut para pemimpin berusaha
menciptakan employee engagement. Gaya kepemimpinan dianggap menarik
karena gaya kepemimpinan adalah modal yang dimiliki dan melekat pada
setiap pemimpin namun mampu menghasilkan dampak yang luar biasa bagi
organisasi. Dengan gaya kepemimpinan tersebut organisasi berupaya
meningkatkan performa dari karyawannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dalam penelitian ini gaya kepemimpinan akan dilihat dari 3 dimensi
berbeda yaitu; change orientation leadership, production orientation
leadership, dan employee orientation leadership. Ketiga variabel tersebut
akan diberikan variabel moderator yaitu communicator competence. Dengan
tiga gaya berbeda tersebut ingin diketahui manakah prediktor yang
berhubungan secara signifikan dengan terciptanya employee engagement dan
melihat apakah communicator competence akan menguatkan pengaruh dari
ketiga variabel tersebut.
Menurut Ekvall & Arvonen dalam Othman, Hamzah, Abas, dan Zakuan
(2016) Change orientation leadership adalah gaya kepemimpinan yang
tertarik dalam inovasi, kreativitas dan cara-cara baru untuk menyelesaikan
tugas-tugas. Mau belajar dan beradaptasi untuk mengubah status-quo,
pemimpin juga berani untuk mengambil risiko. Seseorang dengan gaya
change orientation leadership memiliki kualitas sebagai seorang visioner
yang baik, seorang pemimpin didukung oleh keahliannya dalam
membayangkan dan memberikan pemikiran dan rencana. Production
orientation leadership adalah gaya kepemimpinan yang berkonsentrasi
kepada upaya pencapaian tujuan, sehingga dapat menarik bawahan
mengerjakan kegiatan dalam penyelesaian tugas. Seseorang dengan gaya ini
akan mencari metode terbaik dan sumber daya untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dilakukan, membuat keputusan yang berkaitan dengan
pengorganisasian dan menugaskan pekerjaan kepada seseorang, dan terus
memantau kinerja mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sedangkan employee orientation leadership adalah gaya kepemimpinan
yang peka terhadap kebutuhan bawahan, sehingga fokusnya adalah pada
mempertahankan keramahan dan hubungan yang mendukung melalui
persahabatan, saling percaya dan. Pemimpin dengan gaya ini memahami
bahwa produktivitas sangat penting dalam mencapai tujuan, namun juga
memahami bahwa membangun produktivitas positif membutuhkan
lingkungan yang positif di mana individu merasa didukung. Adanya konflik
pribadi, ketidakpuasan dengan pekerjaan, dendam dan bahkan kebosanan
dapat menurunkan produktivitas, sehingga pemimpin dengan gaya ini adalah
orang pertama yang memastikan bahwa resiko tersebut tetap minimal.
Hubungan antara kepemimpinan dan kinerja karyawan dalam pekerjaan
dipengaruhi oleh kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh pemimpin adalah
kunci dari penangkapan pesan. Ketika manajer mampu menyediakan
karyawan tugas yang akurat dan berguna serta informasi organisasi, ini
membantu karyawan mengurangi ketidakpastian menurut Kernan dan Hanges
(2002). Menurut Cetin, Karabay dan Efe (2012) tidak peduli tantangan apa
kekuatan komunikasi dari seorang supervisor akan memungkinkan karyawan
untuk mengatasi hambatan yang dihadapi. Menurut Hartog, Boon, Verburg,
dan Croon (2012) dengan dimilikinya kompetensi komunikasi yang baik dari
sorang pemimpin maka diharapkan mampu memperkuat kepemimpinan yang
dimiki oleh pemimpin agar mampu mengarahkan para bawahan dalam
hambatan dan kesulitan penyelesaian tugas. Kualitas komunikasi membantu
karyawan memahami tugas mereka. Dari beberapa pendapat tersebut maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dapat dilihat betapa pentingnya kompetensi komunikasi bagi seorang
pemimpin.
Menurut Cetin, Karabay, & Efe (2012) kompetensi komunikasi berfungsi
sebagai salah satu pilar utama yang bagi pemimpin potensial untuk
meninggalkan pengaruh positif pada karyawan. Kompetensi bukan hanya
mampu membantu karyawan untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikan
pekerjaannya namun juga mampu memberikan kesan positif kepada
karyawan. Oleh karena itu variabel kompetensi komunikasi akan dijadikan
sebagai variabel moderasi bagi ketiga gaya kepemimpinan; change
orientation leadership, production orientation leadership, dan employee
orientation leadership yang diharapkan mampu memperkuat hubungan ketiga
variabel tersebut dengan employee engagement.
Penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini di Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg ini dikelola oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Letak Benteng Vredeburg Yogyakarta di
kawasan nol kilometer pusat Kota Yogyakarta. Dalam pelayanannya kepada
masyarakat, museum Benteng Vredeburg tidak lepas dari unsur-unsur
pendidikan karena pada dasarnya museum memiliki dua fungsi yaitu sebagai
rekreasi sekaligus tempat pendidikan. Informasi tentang kesejarahan,
kebudayaan dan nilai-nilai luhur kejuangan disampaikan kepada generasi
muda dalam nuansa edutainment, yang berasal dari kata education dan
entertainment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Ketertarikan penulis melaksanakan penelitian di Museum Benteng
Vredeburg dilatar belakangi oleh sedang tumbuhnya industri pariwisata di
daerah Yogyakarta. Salah satu destinasi favorit para wisatawan adalah
Benteng Vredeburg yang letaknya tepat di pusat kota Yogyakarta dan berada
di area Jl. Malioboro yang tentunya tidak pernah sepi pengunjung, terutama
pada musim liburan. Saat puncak musim liburan (peak season) tiba maka
karyawan dituntut lebih bekerja keras karena banyaknya pengunjung yang
datang ke Museum Benteng Vredeburg. Dengan terciptanya employee
engagement akan meningkatkan performa kerja karyawan yang akan
berdampak kepada pelayanan pengunjung museum.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi berkaitan dengan penelitian yaitu :
1.2.1. Apakah change-oriented leadership berpengaruh terhadap employee
engagement?
1.2.2. Apakah production-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement?
1.2.3. Apakah employee-oriented leadership berpengaruh terhadap employee
engagement?
1.2.4. Apakah communicator competence memoderasi pengaruh change-
oriented leadership terhadap employee engagement?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.2.5. Apakah communicator competence memoderasi pengaruh production-
oriented leadership terhadap employee engagement?
1.2.6. Apakah communicator competence memoderasi pengaruh employee-
oriented leadership terhadap employee engagement?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui apakah change-oriented leadership berpengaruh
terhadap employee engagement.
1.3.2. Untuk mengetahui apakah production-oriented leadership berpengaruh
terhadap employee engagement.
1.3.3. Untuk mengetahui apakah employee-oriented leadership berpengaruh
terhadap employee engagement.
1.3.4. Untuk mengetahui apakah communicator competence dapat
memoderasi pengaruh change-oriented leadership terhadap employee
engagement.
1.3.5. Untuk mengetahui apakah communicator competence dapat
memoderasi pengaruh production-oriented leadership terhadap
employee engagement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.3.6. Untuk mengetahui apakah communicator competence dapat
memoderasi pengaruh employee-oriented leadership terhadap employee
engagement.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat bagi pihak-pihak
seperti:
1.4.1. Bagi Organisasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi organisasi
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang
berhubungan dengan penciptaan employee engagement.
1.4.2. Bagi Para Manajer/Pimpinan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menerapkan
gaya kepemimpinan untuk dapat membentuk employee engagement.
1.4.3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan ilmiah bagi
mahasiswa dan dapat berguna bagi bahan pertimbangan dan acuan
dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya mengenai employee
engagement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1.4.4. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan
disiplin ilmu yang didapatkan selama kuliah di Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sanata Dharma serta sebagai sarana mencari
jawaban atas ketertarikan penulis melakukan penelitian ini.
1.4.5. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini semoga dapat menjadi acuan dan referensi untuk
penelitian dalam bidang sumber daya manusia dengan topik serupa.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat menjawab
permasalahan yang ada, maka akan dibatasi pada :
1.5.1. Variabel gaya kepemimpinan dalam penelitian ini adalah, production-
oriented leadership, employee-oriented leadership dan change-
oriented leadership.
1.5.2. Variabel moderator yang digunakan adalah communicator
competence.
1.5.3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan
kepada karyawan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan landasan teori yang mendasari penelitian ini,
penelitian terdahulu, hipotesis dan kerangka penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, populasi dan
sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, metode pengumpulan data
dan metode analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengolahan data hasil penelitian,
dengan pengujian outer dan inner model, pengujian hipotesis serta
pembahasan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitan dan saran
yang dihasilkan dari pembahasan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepemimpinan
Di dalam sebuah organisasi atau perusahaan, kepemimpinan merupakan
salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan, kepemimpinan dapat
memberikan pengaruh postif kepada karyawan untuk memaksimalkan
pekerjaannya dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Berikut
adalah beberapa teori kepemimpinan menurut para ahli:
Menurut Siagian (2002) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya, sehingga
orang lain mau melakukan kehendak pemimpin. Sedangkan menurut Tead,
Terry, dan Hoyt dalam Kartono (2003) Pengertian kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok
Northouse (2004) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses di
mana satu individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai
tujuan bersama. Sedangkan menurut Newman dalam Thoha (2003)
kepemimpinan adalah sebuah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain atau sebuah seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan
maupun kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dari beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang atau pemimpin dalam mempengaruhi
orang lain ataupun kelompok untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi.
Dapat pula disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah seni yang dimiliki oleh
seseorang atau pemimpin dalam mencapai tujuan bersama dengan
menggunakan pengaruh yang dimiliki terhadap orang lain agar mau
melakukan apa yang dia inginkan.
Keberhasilan sebuah kepemimpinan menurut Getol (2012) dapat diukur
dari dampak yang ditimbulkan atas para anggota kelompok. Dampak tersebut
dapat berupa :
2.1.1. rasa kepemilikan (sense of belonging) yakni apabila seseorang
memiliki sesuatu pastilah ingin mempertahankan, mengembangkan
daan bahkan membuatnya menjadi lebih baik.
2.1.2. rasa percaya (sense of trust) sebelum ada rasa memiliki yang harus
ditumbuhkan adalah rasa percaya. Karyawan percaya bahwa
perusahaan tersebut adalah merupakan tempat dalam
mengembangkan karier yang terbaik untuk dirinya.
2.1.3. rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yakni setiap
karyawan yang sudah tertanam rasa memiliki dan rasa percaya
akan bersedia memberikan yang terbaik dalam menyelesaikan
tugas dan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.1.4. rasa krisis (sense of crisis) yaitu tindakan menghemat biaya-biaya
apa saja yang bisa diselamatkan tanpa mengurangi hasil atau
perkembangan perusahaan dapat dicapai jika kita mampu
mengatasi persaingan.
2.1.5. rasa cinta dan hormat (sense of love and respect) yaitu sikap saling
menghormati antara atasan dan bawahan dan diantara rekan kerja
akan timbul seiring dengan berkembangnya budaya dalam
perusahaan.
Dengan keberhasilan seorang pemimpin dengan kepemimpinannya maka
akan dapat menciptakan karyawan yang tangguh didalam organisasi atau
perusahaan.
2.2. Gaya Kepemimpinan
Dalam sebuah kepemimpinan salah satu hal yang menjadi faktor penentu
keberhasilan dari kepemimpinan adalah gaya kepemimpinannya. Gaya
kepemimpinan dianggap berpengaruh bagi keberhasilan seorang pemimpin
dikarenakan gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara dan strategi dari
seorang pemimpin dalam usaha menggerakan anggota atau karyawan untuk
dapat mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan atau pun organisasi.
Gaya kepemimpinan erat kaitannya dengan sikap, gerak, ataupun cara
berbicara dari seorang pemimpin kepada karyawan atau anggota organisasi
yang dapat mereka rasakan seperti pada pendapat yang menyebutkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-
tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey,
2004).
Sebuah gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung
pengertian sebagai sebuah perwujudan dari tingkah laku seorang
pemimpin yang berhubungan dengan kemampuan yang dimilikinya didalam
memimpin orang lain untuk mencapai tujuan pribadi maupun organisasi. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan dari organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam Heidjrachman dan Husnan (2002).
Dari beberapa pengertian tentang gaya kepemimpinan dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah salah satu cara atau strategi
yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang berupa pola tingkah laku, tindakan
maupun kata-kata yang dapat dirasakan oleh orang lain dengan tujuan
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi maupun organisasi.
Setiap pemimpin dapat memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.
Gaya kepemimpinan dapat menjadi berbeda dikarenakan adanya pengaruh
oleh berbagai macam faktor yang ada di dalam atau diluar diri orang tersebut.
2.2.1. Faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang
menurut H. Jodeph Reitz dalam Nanang Fattah mengutarakan faktor
adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.2.1.1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan
pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan
pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya
kepemimpinan.
2.2.1.2. Harapan dan perilaku atasan.
2.2.1.3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi
terhadap apa gaya kepemimpinan.
2.2.1.4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan
mempengaruhi gaya pemimpin.
2.2.1.5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan
perilaku bawahan.
2.2.1.6. Harapan dan perilaku rekan.
Dengan pengaruh faktor yang berbeda-beda tersebut jenis atau tipe gaya
yang dihasilkan oleh setiap orang dapat berbeda satu dengan yang lainnya.
Berbagai jenis atau tipe gaya kepemimpinan tentunya akan memberi dampak
yang berbeda-beda. Beberapa ahli mengutarakan tentang berbagai tipe gaya
kepemimpinan sebagai berikut :
2.2.2. Menurut Siagian (2002) terdapat lima tipe gaya kepemimpinan yang
disesuaikan dengan situasi, yaitu:
2.2.2.1. Gaya kepemimpinan otokratik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang pemimpin
yang:
2.2.2.1.1. Menganggap organisasi adalah milik pribadi
2.2.2.1.2. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi
2.2.2.1.3. Menganggap bawahan semata-mata hanya sebagai
alat
2.2.2.1.4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
2.2.2.1.5. Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
2.2.2.1.6. Dalam tindaknya penggeraknya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan puntif (bersifat menghukum)
2.2.2.2. Gaya kepemimpinan militeristik
Seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang
pemimpin modern. Seorang pemimpin yang bertipe
militeristik adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat-
sifat:
2.2.2.2.1. Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah
yang sering dipergunakan
2.2.2.2.2. Dalam menggerakan bawahannya bergantung
pada pangkat dan jabatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2.2.2.2.3. Senang terhadap formalitas yang berlebih-lebihan
2.2.2.2.4. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari
bawahannya
2.2.2.3. Gaya kepemimpinan paternalistik
Tipe pemimpin dengan gaya paternalistik banyak terdapat
dilingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional
Gaya kepemimpinan tipe paternalistik memiliki sifat:
2.2.2.3.1 . Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak
dewasa.
2.2.2.3.2 . Bersikap terlalu melindungi
2.2.2.3.3 . Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan
2.2.2.3.4 . Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil inisiatif
2.2.2.3.5 . Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengembangkan daya kreasi
dan fantasi
2.2.2.3.6 . Sering bersikap ingin tahu
2.2.2.4. Gaya kepemimpinan kharismatik
Pemimpin dengan gaya kharismatik memiliki ciri :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.2.2.4.1. Mempunyai daya tarik yang sangat besar, karena
itu umumnya mempunyai pengikut yang besar
jumlahnya.
2.2.2.4.2. Pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa
mereka tertarik mengikuti dan mentaati pemimpin
itu.
2.2.2.4.3. Solah-olah memiliki kekuatan ghaib atau
supranatural power.
2.2.2.4.4. Karisma yang dimilikinya tidak bergantung pada
umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan
si pemimpin.
2.2.2.5. Gaya kepemimpinan demokratik
Tipe pemimpin dengan gaya demokratislah merupakan yang
paling tepat untuk memimpin organisasi modern karena
memiliki sifat :
2.2.2.5.1. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan
kritikan dari bawahan
2.2.2.5.2. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dalam
usaha mencapai tujuan
2.2.2.5.3. Selalu berusaha agar bawahan dapat lebih sukses
dari pada dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.2.5.4. Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin
2.2.3. Sedangkan menurut Robins (2006) terdapat empat jenis gaya
kepemimpinan antara lain:
2.2.3.1. Gaya kepemimpinan kharismatik
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan dari
pemimpin yang heroik atau luar biasa ketika mereka
mengamati perilaku tertentu dari pemimpin mereka. Terdapat
lima karakteristik pokok dari pemimpin kharismatik:
2.2.3.1.1. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan
dengan sasaran ideal yang berharap masa depan
lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat
dipahami orang lain.
2.2.3.1.2. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia
menempuh risiko personal tinggi, menanggung
biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan
diri untuk meraih visi.
2.2.3.1.3. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu
menilai secara realistis kendala lingkungan dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat
perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.2.3.1.4. Memiliki kepekaan terhadap kebutuhan pengikut.
Pemimpin kharismatik perseptif (sangat
pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan
responsif terhadap kebutuhan dan perasaan
mereka.
2.2.3.1.5. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin
kharismatik terlibat dalam perilaku yang
dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
2.2.3.2. Gaya kepemimpinan transaksional
Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang memandu
dan memotivasi para pengikut mereka untuk menuju sasaran
yang telah ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran
dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus
pada hubungan pimpinan dan bawahan tanpa adanya usaha
untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat
empat karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin
transaksional:
2.2.3.2.1. Imbalan kontingen: imbalan atas upaya yang
telah dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja
baik, dan mengakui pencapaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2.3.2.2. Manajemen berdasar pengecualian (aktif):
melihat dean mencari penyimpangan dari aturan
dan standar, menempuh tindakan perbaikan.
2.2.3.2.3. Manajemen berdasar pengecualian (pasif):
mengintervensi hanya ketika standar yang
ditetapkan tidak dipenuhi.
2.2.3.2.4. Laissez-Faire: melepas tanggung jawab,
menghindari pembuatan keputusan.
2.2.3.3. Gaya kepemimpinan transformasional
Pemimpin transformasional memberikan perhatian pada hal-
hal dan kebutuhan pengembangan pengikutnya. Pemimpin
transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan
persoalan yang ada dengan membantu mereka memandang
masalah lama dengan cara-cara yang baru, dan mereka
mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami
para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi
mencapai apa yang menjadi sasaran kelompok. Terdapat
empat karakteristik pemimpin dengan gaya transformasional:
2.2.3.3.1. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi,
menanamkan kebanggaan, meraih
penghormatan dan kepercayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.2.3.3.2. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan yang
tinggi, menggunakan simbol untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan
maksud penting dengan sederhana.
2.2.3.3.3. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia,
rasionalitas, dan pemecahan masalah dengan
hati-hati.
2.2.3.3.4. Pertimbangan individual: memberikan perhatian
pribadi, melayani karyawan secara pribadi,
melatih dan menasehati.
2.2.3.4. Gaya kepemimpinan visioner
Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang
realistis, kredibel, dan menarik tentang masa depan organisasi
yang sedang berkembang dan dalam keadaan yang membaik.
Visi yang dimiliki jika diseleksi dan diimplementasikan
secara tepat, dapat menjadi sebuah kekuatan besar sehingga
dapat mengakibatkan terciptanyaa lompatan awal ke masa
depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat, dan
sumber daya untuk mewujudkannya.
Gaya kepemimpinan yang akan digunakan dalam penelitian ini akan
dilihat dari 3 dimensi gaya kepemimpinan menurut Ekvall dan Arvonen.
Konseptualisasi kepemimpinan Ekvall dan Arvonen dalam Othman dkk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(2016) yang berpusat pada perubahan merupakan nilai tambah dalam
penelitian. Hal ini didasarkan pada argumen mereka bahwa model
kepemimpinan dua dimensi (task versus relation) mungkin tidak cukup bagi
perusahaan untuk bersaing dalam lingkungan yang dinamis. Gaya
kepemimpinan dikategorikan menjadi tiga dimensi yaitu terdiri dari orientasi
karyawan (employee-oriented leadership), orientasi produksi (production-
oriented leadership) dan orientasi perubahan (change-oriented leadership)
disederhanakan sebagai model CPE yang di deskripsikan dalam tabel 2.1
dibawah ini:
Tabel 2.1 Deskripsi Model CPE Ekvall dan Arvonen
Dimensi Definisi Konsep/Teori Pendukung
yang Relevan
Change-
orientation
Pemimpin tertarik pada
inovasi, kreativitas dan cara
baru untuk menyelesaikan
tugasnya. Dengan belajar dan
beradaptasi untuk mengubah
status-quo, pemimpin juga
merupakan pengambil risiko.
Developmental culture
(Denison and Spreitzer, 1991),
openness to experience (Costa
and McCrae, 1992), double
looped learning (Argyris,
1976)
Production-
orientation
Pemimpin mengkonsentrasikan
usaha untuk mencapai tujuan,
sehingga melibatkan bawahan
kegiatan kerja dalam peran
tugas.
Rational culture (Denison and
Spreitzer, 1991), concern for
production (Blake and
Mouton, 1964), need for
achievement (McClelland,
1961) and Theory X
(McGregor, 1960)
Employee-
orientation
Pemimpin peka terhadap
kebutuhan bawahan, sehingga
fokusnya adalah pada menjaga
hubungan yang bersahabat dan
suportif melalui persahabatan,
rasa saling percaya dan rasa
hormat.
Group culture (Denison and
Spreitzer, 1991), concern for
people (Blake and Mouton,
1964), need for affiliation
(McClelland, 1961), Theory Y
(McGregor, 1960)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dari table 2.1 Deskripsi Model CPE Ekvall dan Arvonen di atas dapat
disimpulkan bahwa :
Change-orientation leadership adalah gaya kepemimpinan yang tertarik
dalam inovasi, kreativitas dan cara-cara baru untuk menyelesaikan tugas-
tugas. Mau belajar dan beradaptasi untuk mengubah status-quo, pemimpin
juga berani untuk mengambil risiko. Seseorang dengan gaya change
orientation leadership memiliki kualitas sebagai seorang visioner yang baik,
seorang pemimpin didukung oleh keahliannya dalam membayangkan dan
memberikan pemikiran dan rencana.
Production-orientation leadership adalah gaya kepemimpinan yang
berkonsentrasi kepada upaya pencapaian tujuan, sehingga menarik bawahan
mengerjakan kegiatan dalam penyelesaian tugas. Seseorang dengan gaya ini
akan mencari metode terbaik dan sumber daya untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dilakukan, membuat keputusan yang berkaitan dengan
pengorganisasian dan menugaskan pekerjaan kepada seseorang, dan terus
memantau kinerja mereka.
Employee-orientation leadership adalah gaya kepemimpinan yang peka
terhadap kebutuhan bawahan, sehingga fokusnya adalah pada
mempertahankan keramahan dan hubungan yang mendukung melalui
persahabatan, saling percaya dan menghormati. Pemimpin dengan gaya ini
memahami bahwa produktivitas sangat penting dalam mencapai tujuan,
namun juga memahami bahwa membangun produktivitas positif
membutuhkan lingkungan yang positif di mana individu merasa didukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Adanya konflik pribadi, ketidakpuasan dengan pekerjaan, dendam dan
bahkan kebosanan dapat menurunkan produktivitas, sehingga pemimpin
dengan gaya ini adalah orang pertama yang memastikan bahwa resiko
tersebut tetap minimal.
2.3. Kompetensi Komunikasi
Dalam sebuah kepemimpinan komunikasi menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dan terkait erat. Kompetensi komunikator (atasan) dalam
berkomunikasi dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah
kepemimpinan. Komunikasi berguna bagi pemimpin untuk menyampaikan
ide-ide, harapan, dan tujuan yang ingin dicapai kepada para karyawan. Jika
komunikasi berjalan dengan tidak lancar dapat mengakibatkan terjadinya bias
informasi yang diterima sehingga tujuan dari dilakukannya kegiatan
komunikasi tidak dapat tercapai. Salah satu yang berperan besar dalam
keberhasilan kemampuan pimpinan dalam berkomunikasi adalah kompetensi
komunikasi yang dimiliki oleh pemimpin.
Wiemann dan Backlund (dalam Jubaedah, 2009) kompetensi komunikasi
ialah kemampuan seorang individu untuk mendemonstrasikan pengetahuan
dari perilaku berkomunikasi yang tepat dalam suatu situasi tertentu.
Sedangkan Menurut Rowley (2002) kompetensi komunikasi adalah
kemampuan untuk mengirim pesan-pesan yang mendukung pencapaian
tujuan dimana tetap menjaga penerimaan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi komunikasi
adalah kemampuan untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang digunakan
untuk mengirimkan pesan-pesan yang mendukung pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu.
Indikator pengukuran tingkat kemampuan komunikasi (communication
competence) menurut Hutapea dan Nurianna (2008:28) meliputi:
2.3.1. Pengetahuan (knowledge) meliputi :
2.3.1.1. Mengetahui dan memahami pengetahuan di
bidangnya masing-masing yang menyangkut tugas
dan tanggung jawabnya dalam bekerja.
2.3.1.2. Mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan
peraturan, prosedur,teknik yang baru dalam
perusahaan.
2.3.1.3. Mengetahui bagaimana menggunakan informasi,
peralatan dan taktik yang tepat dan benar.
2.3.2. Keterampilan (skills) meliputi:
2.3.2.1. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik
secara tulisan.
2.3.2.2. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan jelas
secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3.3. Sikap (attitude) meliputi:
2.3.3.1. Memiliki kemampuan dalam berkreativitas dalam
bekerja.
2.3.3.2. Adanya semangat kerja yang tinggi.
2.3.3.3. Memiliki kemampuan dalam perencanaan/
pengorganisasian
Spitzberg dalam Fayyaz, Naheed, & Hasan (2014) mendefinisikan
kompetensi komunikasi sebagai "kemampuan untuk berinteraksi dengan baik
dengan orang lain". Dia menjelaskan, istilah 'baik' mengacu pada akurasi,
kejelasan, kemampuan memahami, koherensi, keahlian, keefektifan dan
kesesuaian". Tidak masalah apa tantangannya kekuatan komunikasi atasan
sehingga memungkinkan karyawan mengatasi hambatan yang dihadapi untuk
mencapai tujuannya secara efisien, efektif dan tepat.
2.4. Employee Engagement
Di dalam bahasa Indonesia employee engagement sering diartikan sebagai
keterlibatan ataupun keterikatan karyawan. Employee engagement mulai
dikenalkan oleh Kahn (1990). Engagement menjadi hal yang penting bagi
organisasi atau perusahaan dikarenakan engagement sering kali dipandang
sebagai kunci untuk mengangkat organisasi ke tingkat yang lebih tinggi untuk
menjalankan dan mencapai tujuan bisnis yang sukses (Dessler, 2013:236).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Employee engagement dalam beberapa tahun terakhir sedang menjadi
topik hangat. Employee engagement dapat menjadi jawaban bagi pernyataan
bahwa individu, karyawan, organisasi atau perusahaan tidak cukup hanya
untuk menjadi baik, akan tetapi harus menjadi hebat/ unggul agar dapat terus
berkembang. Dengan memiliki karyawan yang engaged yaitu karyawan yang
mendedikasikan diri, melekatkan diri dengan perusahaan dengan sepenuh
pikiran, perasaan, dan tindakan maka perusahaan akan dapat terus
berkembang.
Marciano dalam Akbar (2013) menyatakan bahwa employee engagement
memiliki beberapa keuntungan yaitu meningkatkan produktivitas,
meningkatkan keuntungan, menambah efisiensi, menurunkan turnover,
mengurangi ketidakhadiran, mengurangi penipuan, mengurangi, kecelakaan
kerja dan meminimalkan keluhan karyawan. Menurut Seijts and Crim dalam
Othman dkk (2016) karyawan yang terlibat dianggap terikat secara emosional
dengan organisasi, sangat menyukai pekerjaannya, dan peduli akan
keberhasilan organisasi.
Berdasarkan survei oleh organisasi Gallup, unit bisnis dengan tingkat
keterlibatan/engagement karyawan tinggi memiliki kesempatan 83% untuk
memiliki performa di atas rata-rata perusahaan, sementara mereka dengan
keterlibatan karyawan terendah hanya memiliki kesempatan 17% berperforma
lebih baik dari rata-rata perusahaan (Dessler, 2013:236). Selain meningkatkan
produktifitas engagement juga berdampak mengurangi tingkat turnover
karyawan dalam sebuah organisasi (Fleming & Asplund, 2007; Wagner &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Harter, 2006). Oleh karena itu perusahaan atau organisasi berharap dapat
menciptakan employee engagement untuk memaksimalkan performa
karyawan yang pada akhirnya akan mendongkrak performa perusahaan.
Berikut adalah beberapa definisi tentang Employee Engagement menurut
para ahli:
Marciano (2010) mendefinisikan employee engagement sebagai sebuah
ikatan emosional dan intelektual karyawan terhadap pekerjaan, organisasi,
atasan, dan rekan kerja, yang mempengaruhinya untuk memberikan usaha
lebih pada pekerjaannya. Menurut McLeod (2009) employee engagement
merupakan rasa keterikatan secara emosional dengan pekerjaan dan
organisasi, termotivasi dan mampu memberikan kemampuan terbaik mereka
untuk membantu sukses dari serangkaian manfaatnyata bagi organisasi dan
individu.
Sedangkan Schaufeli & Bakker dalam Albrecht (2010) menegaskan bahwa
employee engagement itu berkaitan dengan apa yang dilakukan orang.
Perilaku yang paling nyata adalah usaha orang tersebut. Orang yang
engagement akan bekerja keras, berusaha mati-matian, tetap bertahan, datang
pada waktunya, dan fokus terhadap pekerjaannya.
Definisi lainnya, employee engagment diartikan sebagai perilaku yang
menunjukkan bahwa individu melaksakan perannya sesuai dengan jabatan
dalam organisasi secara pernuh dan menanggalkan peran lain yang
disandangnya selama berada di lingkungan kerja pelaksanaan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
jabatannya (Khan,1990). Menurut Kahn engagement merupakan gagasan
multidimensi. Karyawan dapat secara emosi, kognitif, atau fisik terikat.
hal ini sependapat dengan May, Gilson dan Harter (2004) yang menyebutkan
bahwa karakteristik engagement yang memiliki 3 dimensi sebagai komponen
yaitu: fisik berupa energi yang digunakan untuk melaksankan pekerjaan,
komponen emosi yaitu berupa dedikasi yang diberikan pada pekerjaan yang
dilakukan oleh karyawan, serta komponen pikiran yaitu berupa keadaan
dimana karyawan larut dalam pekerjaannya sehengga meluangkan hal-hal di
sekelilingnya. cook dalam Vibrayani (2012) juga menyebutkan bahwa
engagement memiliki 3 aspek yaitu perasaan (feeling), pemikiran (thinking),
dan perbuatan (doing).
Feeling
Thinking Doing
Gambar 2.1
Tiga Aspek Engagement
Cook, Sara (dalam Vibrayani 2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa employee
engagement adalah rasa keterikatan emosional karyawan dengan
pekerjaannya dan organisasi yang mampu menghasilkan dampak kepada tiga
aspek yaitu : perasaan (feeling), pemikiran (thinking), dan perbuatan (doing)
memberikan kemampuan terbaik mereka untuk membantu organisasi
mencapai tujuannya.
Dalam employee engagement terdapat 3 aspek atau dimensi menurut
Schaufeli & Baker (2004), yaitu:
2.4.1. Aspek Vigor
Vigor merupakan aspek yang ditandai dengan memiliki energi
tinggi, kekuatan mental saat bekerja, keinginan untuk berusaha
dalam pekerjaan dan memiliki ketahanan menghadapi
kesulitan.
2.4.2. Aspek Dedication
Aspek dedication ditandai dengan perasaan yang penuh
dengan antusias, inspirasi, kebanggaan dan menantang dalam
pekerjaan. Karyawan dengan skor dedikasi yang tinggi secara
kuat menidentifikasi pekerjaan mereka untuk menjadikannya
pengalaman berharga, menginspirasi dan menantang.
Disamping itu, mereka biasanya merasa antusias dan bangga
terhadap pekerjaan mereka yang mereka lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.4.3. Aspek Absorption
Aspek absorption ditandai dengan konsentrasi dan minat
yang mendalam, tenggelam dalam pekerjaan, waktu terasa
berlalu begitu cepat dan individu sulit melepaskan diri dari
pekerjaan sehingga dan melupakan segala sesuatu
disekitarnya. Karyawan yang memiliki skor tinggi untuk
absorption biasanya merasa senang atas perhatiannya yang
tersita oleh pekerjaan, merasa tenggelam dalam pekerjaan
yang dilakukan dan memiliki kesulitan untuk memisahkan
diri dari pekerjaan. Akibatnya, melupakan yang ada
disekelilingnya dan waktu terasa cepat berlalu.
Karyawan yang engage dianggap terikat secara emosional dengan
organisasi, sangat menyukai pekerjaannya, dan peduli dengan keberhasilan
organisasi. Ketika karyawan terlibat secara mendalam dengan sebuah
organisasi, akan semakin tinggi perasaan positif dan intens di antara mereka
untuk memberikan usaha terbaik mereka demi kesuksesan organisasi. Ini
lebih dari sekedar merasa puas dengan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan dalam organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2.5. Penelitian Terdahulu
Untuk penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dari penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 : Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Penulis Hipotesis Hasil penelitian
The influence of
leadership styles on
employee engagement:
The moderating effect
of communication
styles (2016)
Abdul Kadir
Othman,
Muhammad
Iskandar Hamzah,
Mohd Khalid Abas,
Nurzarinah Mohd
Zakuan
Leadership styles
Communication
styles
Employee
Engagement
Leadership Style
berpengaruh pada
Employee
Engagement,
Communication Style
memoderasi
hubungan kedua
variabel tersebut
Effect of Task Oriented
and Relational
Leadership Style on
Employee
Performance;
Moderating Impact of
Communication
Competence (2014)
Hina Fayyaz, Riffat
Naheed, Ameer
Hasan
Task Oriented and
Relational
Leadership Style
Communication
Competence
Employee
Performance
Relational
Leadership Style
memiliki pengaruh
kuat terhadap
Employee
Performance dengan
moderasi Employee
Performance.
Employee
Performance gagal
memoderasi
pengaruh Task
Oriented Leadership
Style terhadap
Employee
Performance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.6. Hipotesis
1. Hubungan leadership style dengan employee engagement
Kepemimpinan seseorang tidak dapat lepas dari gaya
memimpinnya. Gaya kepemimpinan dianggap berpengaruh bagi
keberhasilan seorang pemimpin dikarena gaya kepemimpinan
merupakan salah satu cara dan strategi dari seorang pemimpin dalam
usaha menggerakan anggota atau karyawan untuk dapat mencapai
tujuan yang diharapkan perusahaan atau pun organisasi.
Menurut Othman dkk (2016) dalam beberapa studi sebelumnya
dilakukan untuk menyelidiki pengaruh berbagai faktor yang mungkin
berkontribusi pada employee engagement. Di antara faktor-faktor
tersebut, gaya kepemimpinan telah ditemukan sebagai prediktor
signifikan employee engagement. Gaya kepemimpinan dianggap
sebagai salah satu faktor yang memiliki peran dalam terciptanya
employee engagement karena memiliki kaitan erat dengan leadership.
Dalam penelitian ini leadership style yang digunakan akan dilihat
dari 3 dimensi gaya kepemimpinan menurut Ekvall dan Arvonen dalam
Othman dkk (2016). Menurut mereka gaya kepemimpinan
dikategorikan menjadi tiga dimensi yaitu terdiri dari gaya kepemimpina
yang berorientasi pada perubahan (change-oriented leadership),
berorientasi pada produksi (production-oriented leadership) dan
berorientasi pada karyawan (employee-oriented leadership). Dimensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
leadership styles ini dikemukakan ini didasarkan pada argumen mereka
bahwa model kepemimpinan dua dimensi (task versus relation)
mungkin tidak cukup bagi perusahaan untuk bersaing dalam lingkungan
yang dinamis.
H1 : Change-oriented leadership berpengaruh terhadap employee
engagement
H2 : Production-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement
H3 : Employee-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement
2. Hubungan leadership style dan communicator competence dengan
employee engagement
Kompetensi komunikasi merupakan bagian tak terpisahkan dari
leadership. Menurut Rowley (2002) kompetensi komunikasi adalah
kemampuan untuk mengirim pesan-pesan yang mendukung pencapaian
tujuan dimana tetap menjaga penerimaan sosial. Kompetensi
komunikasi merupakan salah satu elemen yang menentukan
keberhasilan sebuah kepemimpinan dalam mencapai tujuan, individu
maupun organisasi.
Komunikasi berguna bagi pemimpin untuk menyampaikan ide-ide,
harapan, dan tujuan yang ingin dicapai kepada para karyawan. Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
komunikasi berjalan dengan tidak lancar dapat mengakibatkan
terjadinya bias informasi yang diterima sehingga tujuan dari
dilakukannya kegiatan komunikasi tidak dapat tercapai. Oleh karena itu
kelancaran komunikasi sangat ditentukan oleh kemampuan atau
kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
penyampaian ide, rasa, ataupun perintah kepada bawahan. Dalam
Fayyaz, Naheed, & Hasan (2014) komunikasi dapat berperan sebagai
moderator yang dapat berinteraksi antara gaya kepemimpinan relasional
dan kinerja karyawan sebagaimana dibuktikan oleh hasil yang secara
signifikan.
Leadership styles tanpa kompetensi komunikasi yang mencukupi
tidak akan mendapatkan efek yang maksimal. Penciptaan engagement
melalui leadership styles dapat gagal karena pesan-pesan yang
disampaikan tidak akan dapat diterima dengan baik karena kurangnya
kompetensi komunikasi yang dimilik oleh seorang pemimpin. Dapat
dikatakan bahwa communicator competence memiliki pengaruh
terhadap terciptanya employee engagement.
Communicator competence diharapkan mampu memperkuat efek
dari leadership styles untuk menciptakan engagement. Dengan
dimilikinya kompetensi komunikasi yang baik dari komunikator maka
diharapkan pesan dan harapan dari pemimpin dapat tersampaikan
dengan baik dan dapat mendorong gaya kepemimpinan memiliki
pengaruh yang semakin kuat untuk terciptanya employee engagement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
H4
H1
Gambar 2.2
Kerangka Hipotesis 1 dan 4
H4 : Communication competence memoderasi pengaruh change-
oriented leadership terhadap employee engagement
H5 : Communicator competence memoderasi pengaruh production-
oriented leadership terhadap employee engagement
H6 : Communicator competence memoderasi pengaruh employee-
oriented leadership terhadap employee engagement
Untuk pengujian hipotesis 1 “Change-oriented leadership berpengaruh
terhadap employee engagement” dan hipotesis 4 “Communication
competence memoderasi pengaruh change-oriented leadership terhadap
employee engagement”
Untuk hipotesis 2 “Production-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement” dan hipotesis 5 “Communication competence
Change-
oriented
Leadership
Employee
Engagement
Communicator
Competence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
H5
H2
Gambar 2.3
Kerangka Hipotesis 2 dan 5
H6
H3
Gambar 2.4
Kerangka Hipotesis 3 dan 6
memoderasi pengaruh production-oriented leadership terhadap employee
engagement”
Untuk hipotesis 3 “Employee-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement” dan hipotesis 6 “Communication competence
memoderasi pengaruh employee-oriented leadership terhadap employee
engagement”
Production-
oriented
Leadership
Employee
Engagement
Communicator
Competence
Employee-
oriented
Leadership
Employee
Engagement
Communicator
Competence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan explanative research dengan menggunakan
pendekatan metode kuantitatif. Penelitian ini dipilih agar peneliti dapat
menjelaskan hubungan variabel-variabel yang diteliti secara deskriptif.
Penelitian ini juga dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan pada bab sebelumnya.. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antar variabel yaitu variabel independen production-oriented
leadership, employee-oriented leadership, change-oriented leadership, dan
variabel dependen employee engagement serta variabel moderator
communication competence.
3.2. Populasi dan Sampel
Penelitian ini akan dilakukan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan non-manajerial di
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian
ini adalah sekitar 73 orang. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
rumus Slovin menggunakan tingkat kesalahan 5%.
Dengan rumus Slovin tersebut dihasilkan sampel sejumlah 61,7 dan
dibulatkan menjadi 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Atau menurut Cohen (1992) dalam Mahfud dan Dwi Ratmono (2013)
penentuan sampel untuk model SEM-PLS dapat ditentukan menggunakan
tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel Ukuran Sampel Model SEM-PLS
Maximum
Number
of arrows
Pointing
at a
Construct
Significance Level
1% 5% 10%
Minimum R² Minimum R² Minimum R²
0.10 0.25 0.50 0.75 0.10 0.25 0.50 0.75 0.10 0.25 0.50 0.75
2 158 75 47 38 110 52 33 26 88 41 26 21
3 176 84 53 42 124 59 38 30 100 48 30 25
4 191 91 58 46 137 65 42 33 111 53 34 27
5 205 98 62 50 147 70 45 36 120 58 37 30
6 217 103 66 53 157 75 48 39 128 62 40 32
7 228 109 69 56 166 80 51 41 136 66 42 35
8 238 114 73 59 174 84 54 44 143 69 45 37
9 247 119 76 62 181 88 57 46 150 73 47 39
10 256 123 79 64 189 91 59 48 156 76 49 41
Dengan jumlah 3 panah dalam konstruk/ kerangka penelitian dan dengan
tingkat signifikansi 5% dan minimum R² 0.50 maka dihasilkan sampel sebanyak
38 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan
membatasi penggunan sampel yang di ambil harus memiliki masa kerja
minimal tiga bulan. Hal ini dilakukan agar sampel atau responden sudah
benar-benar merasakan efek kepemimpinan dari atasan.
3.3. Definisi Operasional
Definisi operasional beserta indikatornya ditetapkan oleh penulis agar
tidak terjadi kesalahpahaman terhadap definisi setiap variabel yang digunakan
dalam penelitian ini. Definisi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Indikator
Instrumen
Penelitian
Skala
Pengukuran
Production-
oriented
leadership
Production-
orientation
leadership
adalah gaya
kepemimpinan
yang
berkonsentrasi
kepada upaya
pencapaian
tujuan, sehingga
menarik
bawahan
mengerjakan
kegiatan dalam
penyelesaian
tugas
- Kemampuan
memilih
metode kerja
- Kemampuan
alokasi
sumber daya
- Kemampuan
supervisi
- Kemampuan
pengorganisa
sian kerja
Ekvall &
Arvonen
dalam
Othman dkk
(2016)
Likert
Employee-
oriented
leadership
Employee-
orientation
leadership
- Kemampuan
mambangun
dan
Ekvall &
Arvonen
dalam
Likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
adalah gaya
kepemimpinan
yang peka
terhadap
kebutuhan
bawahan,
sehingga
fokusnya adalah
pada
mempertahanka
n keramahan
dan hubungan
yang
mendukung
melalui
persahabatan,
saling percaya
dan
menghormati
mempertahan
kan
hubungan /
relasi
- Kepekaan
terhadap
bawahan
- Kemampuan
meminimalisi
r resiko
konflik
Othman dkk
(2016)
Change-
oriented
leadership
Change-
orientation
leadership
adalah gaya
kepemimpinan
yang tertarik
dalam inovasi,
kreativitas dan
cara-cara baru
untuk
menyelesaikan
tugas-tugas.
Mau belajar dan
beradaptasi
untuk mengubah
status-quo,
pemimpin juga
berani untuk
mengambil
risiko
- Kemampuan
inovasi
- Tingkat
kreativitas
- Keberanian
mengambil
resiko
- Kemauan
belajar
- Kemampuan
adaptasi
- Visi
- Kemampuan
perencanaan
Ekvall &
Arvonen
dalam
Othman dkk
(2016)
Likert
Communicati
on
competence
Communication
competence
adalah
kemampuan
untuk
mendemonstrasi
kan pengetahuan
yang digunakan
untuk
- Akurasi
- Kejelasan
- Kemampuan
memahami
- Koherensi
- Keahlian
- Keefektifan
Spitzberg
dalam
Fayyaz dkk
(2014)
Likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mengirimkan
pesan-pesan
yang
mendukung
pencapaian
tujuan dalam
situasi tertentu.
dan
kesesuaian
Employee
engagement
employee
engagement
adalah rasa
keterikatan
emosional
karyawan
dengan
pekerjaannya
dan organisasi
yang mampu
menghasilkan
dampak kepada
tiga aspek yaitu
: perasaan
(feeling),
pemikiran
(thinking), dan
perbuatan
(doing)
memberikan
kemampuan
terbaik mereka
untuk membantu
organisasi
mencapai
tujuannya.
3 aspek
employee
engagement :
- Aspek Vigor
- Aspek
Dedication
- Aspek
Absorption
Schaufeli &
Baker (2004)
Likert
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitain ini instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengisisan
data demografis dari responden yang terdiri dari; jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, bagian/divisi, status kepegawaian, dan masa kerja.
Bagian kedua adalah pertanyaan atau pernyataan yang berkaitan dengan
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; production
oriented leadership, employee oriented leadership, change oriented
leadership, communication competence, dan employee engagement. Dalam
kuesioner penilaian setiap item dari pertanyaan atau pernyataan disediakan
lima alternatif jawaban dari yang terendah sampai yang tertinggi dengan
menggunakan skala Likert. Penilaian menggunakan skala Likert dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
Production-oriented leadership diukur dengan pertanyaan yang dibuat
berdasarkan indikator Ekvall & Arvonen dalam Othman dkk (2016) yang ada
yaitu:
1. Kemampuan memilih metode kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2. Kemampuan alokasi sumber daya
3. Kemampuan supervisi
4. Kemampuan pengorganisasian kerja
Employee-oriented leadership diukur dengan pertanyaan yang dibuat
berdasarkan indikator Ekvall & Arvonen dalam Othman dkk (2016) yang ada
yaitu:
1. Kemampuan mambangun dan mempertahankan hubungan / relasi
2. Kepekaan terhadap bawahan
3. Kemampuan meminimalisir resiko konflik
Change-oriented leadership diukur dengan pertanyaan yang dibuat
berdasarkan indikator Ekvall & Arvonen dalam Othman dkk (2016) yang ada
yaitu:
1. Kemampuan inovasi
2. Tingkat kreativitas
3. Keberanian mengambil resiko
4. Kemauan belajar
5. Kemampuan adaptasi
6. Visi & perencanaan
Communication competence diukur dengan pertanyaan yang dibuat
berdasarkan indikator Spitzberg dalam Fayyaz dkk (2014) yang ada yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Akurasi
2. Kejelasan
3. Kemampuan memahami
4. Koherensi
5. Keahlian
Keefektifan dan kesesuaian Employee engagement diukur dengan
menggunakan pertanyaan yang dibuat mencakup 3 Aspek engagement
menurut Schaufeli & Baker (2003) yaitu :
1. Aspek Vigor
Vigor merupakan aspek yang ditandai dengan memiliki energi tinggi,
kekuatan mental saat bekerja, keinginan untuk berusaha dalam
pekerjaan dan memiliki ketahanan menghadapi kesulitan
2. Aspek Dedication
Aspek dedication ditandai dengan perasaan yang penuh dengan
antusias, inspirasi, kebanggaan dan menantang dalam pekerjaan.
Karyawan dengan skor dedikasi yang tinggi secara kuat
menidentifikasi pekerjaan mereka untuk menjadikannya pengalaman
berharga, menginspirasi dan menantang.
3. Aspek Absorption
Aspek absorption ditandai dengan konsentrasi dan minat yang
mendalam, tenggelam dalam pekerjaan, waktu terasa berlalu begitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
cepat dan individu sulit melepaskan diri dari pekerjaan sehingga dan
melupakan segala sesuatu disekitarnya
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
dibagikan langsung kepada responden. Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara membagikan
kuesioner pada para responden yang akan digunakan untuk menjawab
masalah penelitian. Kuesioner yang diajukan bersifat tertutup dan
memberikan pernyataan kerahasiaan tentang identitas responden agar
responden merasa nyaman dalam memberikan jawaban yang sebenarnya.
Pengukuran dalam kuesioner menggunakan skala Likert dengan nilai 1
sampai 5 untuk mewakili tingkat ketersetujuan dari responden akan
pernyataan ataupun pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
3.6. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan SEM-PLS
(Structural Equation Modeling – Partial Least Squares) dengan program
WrapPLS 3.0. Model analisis PLS ini dipilih karena dapat memfasilitasi
jumlah sampel kecil, dapat mencapai statistical power yang tinggi dengan
ukuran sampel kecil, tidak mensyaratkan asumsi distribusi data, dan dapat
bekerja dengan variabel skala metrik dan ordinal (Solihin & Ratmono, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Analisis SEM-PLS dibagi menjadi dua sub model pengujian yaitu model
pengukuran atau sering disebut outer model dan dan model struktural atau
inner model.
Model pengukuran atau outer model dapat dilakukan dengan melihat nilai
validitas dan reliabilitas dari hasil pengukuran model tersebut. Untuk uji
validitas dapat meilihat beberapa hal sebagai berikut :
4.2.1.1. Validitas konvergen
Ditentukandengan melihat loading factor/ indikator Dikategorikan
validitas konvergen jika loading indikator lebih besar dari 0,70.
4.2.1.2. Validitas diskriminan
Validitas diskriminan dapat ditentukan dengan :
1) Akar kuadrat Average Variance Extracted (AVE) lebih besar
daripada korelasi antar konstruk.
2) Loading indikator ke konstruk yang diukur lebih besar daripada
loading ke konstruk lain (cross loadings rendah)
Untuk uji reliabilitas dapat melihat :
4.2.1.1. Composite reliability
Suatu item dikatakan reliabel jika nilai composite reliability > 0,70
4.2.1.2. Cronbach alpha
Suatu item dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0,60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Setelah model pengukuran (outer model) dilakukan maka
selanjutnya menganalisis model struktural (inner model). Evaluasi
terhadap inner model dapat dilakukan dengan melihat besarnya R2 (R-
square). Semakin besar nilai R2 maka semakin besar pula pengaruh
variabel laten eksogen tertentu Signifikansi keterdukungan hipotesis
untuk menilai inner model dapat dilakukan dengan cara melihat model
struktural yang terdiri dari hubungan yang dihipotesiskan diantara
konstruk-konstruk laten dalam model penelitian. Analisis SEM-PLS
dengan menggunakan Warp PLS, dapat memperoleh koefisien jalur (path
coefficients),yang selanjutnya dapat digunakan oleh peneliti untuk menilai
signifikansi statistik model penelitian dengan menguji hipotesis untuk tiap
jalur hubungan. Hipotesis penelitian dapat diterima jika p-values <0.005.
Evaluasi kelayakan (goodness of fit) menurut Kock dalam
Sholihin, (2013) untuk interpretasi indikator model fit (penilaian goodness
of fit) tergantung pada tujuan analisis SEM. Jika tujuannya hanya untuk
pengujian hipotesis hubungan antara variabel laten (strictly confirmatory)
maka indikator model fit menjadi kurang penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
sebanyak 73 buah sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Partisipan
kuesioner adalah karyawan non-manajerial Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta. Dari total 73 kuesioner yang dibagikan 89% atau 65 kuesioner
dikembalikan, dan yang layak untuk diolah sebanyak 63 kuesioner atau
86,3% dari total kuesioner yang di bagikan.
Dari hasil rekapitulasi kuesioner didapatkan data demografi dari
partisipan sebagai berikut :
Berdasarkan jenis kelamin dari partisipan untuk pria terdapat 40
partisipan atau 63,5% sedangkan wanita berjumlah 23 partisipan atau 36,5 %
dari total partisipan seperti yang tertera dalam tabel 4.1 dan gambar 4.1.
Tabel 4.1. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Jumlah
Partisipan Persentase
Pria 40 63,5%
Wanita 23 36,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
63%
37% Pria
Wanita
Gambar 4.1. Grafik Partisipan Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk data demografi berdasarkan usia, partisipan dengan usia di atas
40 tahun memiliki presentase terbanyak yaitu 58 % atau 37 partisipan, usia
diantara 22 sampai 40 tahun memiliki persentase 39,7% atau 25 partisipan,
dan yang terakhir usaia dibawah 21 tahun sebanyak 1,6% atau 1 partisipan.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Usia
Usia Jumlah
Partisipan Persentase
≤ 21 tahun 1 1,6%
22-40 tahun 25 39,7%
>40 tahun 37 58,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2%
40%
58%
≤ 21 tahun
22-40 tahun
>40 tahun
Gambar 4.2. Grafik Partisipan Berdasarkan Usia
Dilihat dari masa kerja, partisipan dengan masa kerja lebih dari 10
tahun mendominasi dengan persentase 66,7% atau 42 partisipan, diikuti oleh
partisipan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun dengan persentase 19% atau
12 partisipan, dan yang terakhir partisipan dengan masa kerja 6-10 tahun
dengan persentase 14,3% atau 9 partisipan. Data demografi berdasar masa
kerjadapat dilihat dalam tabel 4.3 dan gambar 4.3 dibawah ini.
4. 3. Data Demografi Partisipan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah
Partisipan Persentase
≤ 5 tahun 12 19,0%
6-10 tahun 9 14,3%
>10 tahun 42 66,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
19%
14%
67%
≤ 5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
Gambar 4.3. Grafik Partisipan Berdasarkan Masa Kerja
Untuk pendidikan terakhir mayoritas partisipan adalah lulusan
SLTA/SMK sebesar 50,8% atau 32 partisipan, diikuti oleh S1 dengan 31,7%
atau 20 partisipan, S2 dengan 11,1% atau 7 partisipan, SLTP dan Diploma
memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing 3,2% atau 2 partisipan
seperti pada tabel 4.4 dan gambar 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah
Partisipan Persentase
SLTP 2 3,2%
SLTA/SMK 32 50,8%
Diploma 2 3,2%
S1 20 31,7%
S2 7 11,1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3%
51%
3%
32%
11% SLTP
SLTA/SMK
DIPLOMA
S1
S2
Gambar 4.4. Grafik Partisipan Berdasarkan Pendidikan
Jika dilihat dari status kepegawaian, sebagian besar partisipan adalah
karyawan tetap dengan persentase 77,8% atau 49 partisipan sedangkan
karyawan kontrak memiliki persentase 22,2% atau 14 partisipan seperti dalam
tabel 4.5 dan gambar 4.5 berikut :
Tabel 4.5. Data Demografi Partisipan Berdasarkan Status Kepegawaian
Pendidikan Jumlah
Partisipan Persentase
Kontrak 14 22.2%
Tetap 49 77,8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
22%
78%
Kontrak
Tetap
Gambar 4.5. Grafik Partisipan Berdasarkan Status Kepegawaian
4.2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan
SEM-PLS (Structural Equation Modeling – Partial Least Squares) dengan
program WrapPLS 3.0. Model analisis PLS ini dipilih karena dapat
memfasilitasi jumlah sampel kecil, dapat mencapai statistical power yang
tinggi dengan ukuran sampel kecil, tidak mensyaratkan asumsi distribusi data,
dan dapat bekerja dengan variabel skala metrik dan ordinal (Solihin &
Ratmono, 2013). Analisis SEM-PLS dibagi menjadi dua sub model pengujian
yaitu model pengukuran atau sering disebut outer model dan dan model
struktural atau inner model.
4.2.1. Outer Model
Model pengukuran atau outer model dapat dilakukan dengan
melihat nilai validitas dan reliabilitas dari hasil pengukuran model tersebut.
Untuk uji validitas dapat meilihat beberapa hal sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.2.1.1. Validitas konvergen
Ditentukan dengan melihat loading factor/ indikator dikategorikan
memenuhi validitas konvergen jika loading indikator lebih besar
dari 0,70.
Tabel 4.6. Loading factor
CO CC EE EO PO
P
value
CO1 0.796 <0.001
CO2 0.764 <0.001
CO3 0.764 0.003
CO4 0.828 <0.001
CO5 0.724 <0.001
CO6 0.735 <0.001
CO7 0.777 <0.001
CO8 0.789 <0.001
CC1 0.759 <0.001
CC2 0.729 <0.001
CC3 0.733 <0.001
CC4 0.827 <0.001
CC5 0.760 <0.001
CC6 0.720 <0.001
CC7 0.728 <0.001
CC8 0.802 <0.001
CC9 0.803 <0.001
CC10 0.845 <0.001
CC11 0.785 <0.001
CC12 0.769 <0.001
EE1 0.856 <0.001
EE2 0.837 <0.001
EE3 0.912 <0.001
EE4 0.855 <0.001
EE5 0.900 <0.001
EE6 0.924 <0.001
EE7 0.720 <0.001
EE8 0.883 <0.001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
EE9 0.884 <0.001
EO1 0.857 <0.001
EO2 0.708 <0.001
EO3 0.733 <0.001
EO4 0.756 <0.001
EO5 0.704 <0.001
EO6 0.865 <0.001
EO7 0.751 0.001
EO8 0.761 <0.001
EO9 0.826 <0.001
EO10 0.726 <0.001
EO11 0.759 <0.001
PO1 0.722 0.003
PO2 0.707 <0.001
PO3 0.718 <0.001
PO4 0.726 0.002
PO5 0.759 <0.001
PO6 0.751 <0.001
PO7 0.706 0.003
PO8 0.743 <0.001
Data dari tabel 4.6 di atas menunjukan semua loading factor dari
variable yang digunakan memiliki nilai lebih besar dari 0,70 sehingga
data yang digunakan lolos untuk pengujian validitas konvergen.
4.2.1.2. Validitas diskriminan
Validitas diskriminan dapat ditentukan dengan :
1) Akar kuadrat Average Variance Extracted (AVE) lebih besar
daripada korelasi antar konstruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 4.7. Average Variance Extracted (AVE)
Change-
Oriented
Production-
Oriented
Employee-
Oriented
Communi-
cator
Competence
Employee
Engagement
0.597 0.532 0.593 0.597 0.749
Nilai AVE pada tabel 4.7 dari semua variable menunjukkan
lebih besar dari 0.5
2) Loading indikator ke konstruk yang diukur lebih besar daripada
loading ke konstruk lain.
Tabel 4.8. Loading indicator konstruk pengaruh change-
oriented leadership terhadap employee engagement dengan
moderasi communicator competence
CO CC EE
CO1 0.796 0.652 0.017
CO2 0.764 0.557 0.049
CO3 0.764 0.492 -0.091
CO4 0.828 0.528 0.089
CO5 0.724 0.423 -0.131
CO6 0.735 0.588 -0.034
CO7 0.777 0.597 0.035
CO8 0.789 0.707 0.211
CC1 0.575 0.759 0.040
CC2 0.529 0.729 0.036
CC3 0.477 0.733 0.192
CC4 0.590 0.827 0.135
CC5 0.637 0.760 -0.082
CC6 0.452 0.720 -0.028
CC7 0.548 0.728 0.149
CC8 0.588 0.802 0.039
CC9 0.612 0.803 0.170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
CC10 0.570 0.845 0.117
CC11 0.625 0.785 0.098
CC12 0.614 0.769 0.289
EE1 0.059 0.130 0.856
EE2 0.022 0.075 0.837
EE3 -0.051 0.064 0.912
EE4 0.062 0.114 0.855
EE5 0.042 0.144 0.900
EE6 -0.045 0.063 0.924
EE7 0.120 0.194 0.720
EE8 0.011 0.090 0.883
EE9 0.014 0.125 0.884
Tabel 4.9. Loading indicator konstruk pengaruh production-
oriented leadership terhadap employee engagement dengan
moderasi communicator competence
CC EE PO
CC1 0.759 0.040 0.574
CC2 0.729 0.036 0.499
CC3 0.733 0.192 0.624
CC4 0.827 0.135 0.593
CC5 0.760 -0.082 0.571
CC6 0.720 -0.028 0.475
CC7 0.728 0.149 0.719
CC8 0.802 0.039 0.665
CC9 0.803 0.170 0.701
CC10 0.845 0.117 0.662
CC11 0.785 0.098 0.597
CC12 0.769 0.289 0.620
EE1 0.130 0.856 0.123
EE2 0.075 0.837 0.106
EE3 0.064 0.912 0.074
EE4 0.114 0.855 0.121
EE5 0.144 0.900 0.093
EE6 0.063 0.924 0.083
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
EE7 0.194 0.720 0.254
EE8 0.090 0.883 0.110
EE9 0.126 0.884 0.070
PO1 0.550 0.224 0.722
PO2 0.587 0.222 0.707
PO3 0.565 0.047 0.718
PO4 0.526 -0.062 0.726
PO5 0.636 0.014 0.759
PO6 0.616 -0.129 0.751
PO7 0.460 0.329 0.706
PO8 0.651 0.126 0.743
Tabel 4.10. Loading indicator konstruk pengaruh employee-
oriented leadership terhadap employee engagement dengan
moderasi communicator competence
CC EE EO
CC1 0.759 0.04 0.656
CC2 0.729 0.036 0.644
CC3 0.733 0.192 0.585
CC4 0.827 0.135 0.76
CC5 0.76 -0.082 0.66
CC6 0.72 -0.028 0.565
CC7 0.728 0.149 0.623
CC8 0.802 0.039 0.607
CC9 0.803 0.17 0.592
CC10 0.845 0.117 0.667
CC11 0.785 0.098 0.732
CC12 0.769 0.289 0.66
EE1 0.13 0.856 0.029
EE2 0.075 0.837 0.006
EE3 0.064 0.912 -0.008
EE4 0.114 0.855 0.016
EE5 0.144 0.9 0.047
EE6 0.063 0.924 -0.005
EE7 0.194 0.72 0.079
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
EE8 0.09 0.883 0.016
EE9 0.125 0.884 -0.002
EO1 0.665 -0.064 0.857
EO2 0.641 0.115 0.708
EO3 0.499 -0.182 0.733
EO4 0.596 0.014 0.756
EO5 0.444 -0.106 0.704
EO6 0.748 0.093 0.865
EO7 0.737 0.071 0.751
EO8 0.68 0.14 0.761
EO9 0.672 0.012 0.826
EO10 0.744 -0.012 0.726
EO11 0.642 0.09 0.759
Dari data tabel di atas loading indikator ke konstruk yang
diukur lebih besar daripada loading ke konstruk lain.
Dari uji validitas konvergen dan diskriminan data mampu
melalui persyaratan dari setiap uji validitas tersebut sehingga data
penelitian dinyatakan valid.
Untuk uji reliabilitas dapat melihat :
4.2.1.3. Composite reliability
Suatu item dikatakan reliabel jika nilai composite reliability > 0,70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.11. Composite Reliability
Change-
Oriented
Production-
Oriented
Employee-
Oriented
Communi-
cator
Competence
Employee
Engagement
0.922 0.901 0.941 0.947 0.964
Dari tabel 4.9 data menunjukan nilai composite reliability lebih besar
dari 0.7.
4.2.1.4. Cronbach alpha
Suatu item dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0,60
Tabel 4.12. cronbach alpha
Change-
Oriented
Production-
Oriented
Employee-
Oriented
Communi-
cator
Competence
Employee
Engagement
0.903 0.874 0.930 0.938 0.957
Dari tabel 4.12 di atas data menunjukan nilai cronbach alph lebih
besar dari 0.6
Hasil pengujian reliabilitas dengan menggunakan composite
reliability dan cronbach alpha menunjukkan bahwa data reliabel. Hasil
pengujian menunjukkan composite reliability dari seluruh variabel memiliki
nilai leih besar dari 0.7 dan hasil pengujian cronbach alpha nilai dari
seluruh variable lebih dari 0.6 sehingga dinyatakan reliable. Hasil pengujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dari validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa data penelitan dari setiap
variabel yang digunakan valid dan reliabel.
4.2.2. Inner Model
Evaluasi selanjutnya adalah model struktural atau inner model.
Evaluasi pertama pada inner model dilihat dari nilai R-Square. Berdasarkan
pengolahan data dengan SmartPLS 3.0 Professional, dihasilkan nilai R-
Square sebagai berikut:
Tabel 4.13. R Square
Model pengaruh change-
oriented leadership
terhadap employee
engagement
Model pengaruh
production-oriented
leadership terhadap
employee engagement
Model pengaruh
production-oriented
leadership terhadap
employee engagement
0.180 0.175 0.138
Nilai R-Square untuk model pengaruh change-oriented leadership
terhadap employee engagement adalah sebesar 0.180 atau 18%, model
pengaruh production-oriented leadership terhadap employee engagement
adalah sebesar 0.175 atau17,5%, untuk model pengaruh production-oriented
leadership terhadap employee engagement sebesar 0.138 atau 13.8%.
Pada penilaian goodness of fit bisa diketahui melalui nilai Q2. Nilai
Q2 memiliki arti yang sama dengan koefisien determinasi (R-Square) pada
analisis regresi, di mana semakin tinggi R-Square, maka model dapat
dikatakan semakin fit dengan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.14. Q Square
Model pengaruh change-
oriented leadership
terhadap employee
engagement
Model pengaruh
production-oriented
leadership terhadap
employee engagement
Model pengaruh
production-oriented
leadership terhadap
employee engagement
0.183 0.163 0.140
Dari hasil perhitungan diketahui nilai Q2 sebesar 0.999 artinya
besarnya keberagaman dari data penelitian yang dapat dijelaskan oleh
model struktural yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebesar
99,9%. Berdasarkan hasil ini, model struktural pada penelitian telah
memiliki goodness of fit yang baik. Berikut adalah grafik path diagram di
mana menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen pada
variabel dependen.
Evaluasi kelayakan (goodness of fit) menurut Kock dalam
Sholihin, (2013) untuk interpretasi indikator model fit (penilaian goodness
of fit) tergantung pada tujuan analisis SEM. Jika tujuannya hanya untuk
pengujian hipotesis hubungan antara variabel laten (strictly confirmatory)
maka indikator model fit menjadi kurang penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4.2.3. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini peneliti mencoba communicator competence
sebagai variabel moderasi. Diharapkan variabel communication
competence mampu memperkuat pengaruh dari ketiga dimensi gaya
kepemimpinan yang digunakan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang menjadi rujukan dari penelitian ini yang menggunakan
communication style untuk memoderasi pengaruh ketiga gaya
kepemimpinan tersebut.
Dalam Analisis SEM-PLS dengan menggunakan Warp PLS, dapat
memperoleh koefisien jalur (path coefficients),yang selanjutnya dapat
digunakan oleh peneliti untuk menilai signifikansi statistik model
penelitian dengan menguji hipotesis untuk tiap jalur hubungan. Hipotesis
penelitian dapat diterima jika p-values ≤ 0,05.
Untuk pengujian hipotesis 1 : “Change-oriented leadership
berpengaruh terhadap employee engagement” dan hipotesis 4 :
“Communicator competence memoderasi pengaruh change-oriented
leadership terhadap employee engagement”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.6. Path Diagram Model pengaruh change-oriented
leadership terhadap employee engagement
Dari path diagram di atas dihasilkan :
Tabel 4.15. Pengujian Hipotesis 1 dan 4
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H1: Change-oriented leadership
berpengaruh terhadap
employee engagement
0.138 0.274 Tidak
didikung
H4 : Communicator competence
memoderasi pengaruh
change-oriented leadership
terhadap employee
engagement
0.317 0.027 Didukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Untuk hipotesis 2 : “Production-oriented leadership berpengaruh
terhadap employee engagement” dan hipotesis 5 : “Communicator
competence memoderasi pengaruh production-oriented leadership
terhadap employee engagement”.
Gambar 4.7. Path Diagram model pengaruh production-oriented
leadership terhadap employee engagement
Dari path diagram di atas dihasilkan :
Tabel 4.16. Pengujian Hipotesis 2 dan 5
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H2: Production-oriented
leadership berpengaruh
terhadap employee
engagement
0.381 0.048 Didukung
H5 : Communicator competence
memoderasi pengaruh
production-oriented
leadership terhadap employee
engagement
0.079 0.394 Tidak
didukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Untuk hipotesis 3 “Employee-oriented leadership berpengaruh
terhadap employee engagement” dan hipotesis 6 “Communicator
competence memoderasi pengaruh production-oriented leadership
terhadap employee engagement”
Gambar 4.8. Path Diagram model pengaruh employee-oriented
leadership terhadap employee engagement
Dari path diagram di atas dihasilkan :
Tabel 4.17. Pengujian Hipotesis 3 dan 6
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H3: Employee-oriented leadership
berpengaruh terhadap
employee engagement
0.118 0.270 Tidak
didukung
H6: Communicator competence
memoderasi pengaruh
production-oriented
leadership terhadap employee
engagement
0.292 0.175 Tidak
didukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hipotesis 1 : “change-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement” dan Hipotesis 4 “communicator competence
memoderasi pengaruh change-oriented leadership terhadap employee
engagement”.
Tabel 4.18. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H1: Change-oriented leadership
berpengaruh terhadap
employee engagement
0.138 0.274 Tidak
didukung
Dari tabel hasil pengujian hipotesis 1 pada tabel 4.18 di atas dapat
disimpulkan bahwa change-oriented leadership tidak berpengaruh terhadap
employee engagement. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan yang
berorintasi pada perubahan kurang cocok dalam menciptakan employee
engagement di lingkungan Benteng Vredeburg. Dilihat dari nilai jalur
koefisien pengaruh yang diberikan oleh change-oriented leadership terhadap
employee engagement tergolong lemah.
Jika dilihat dari pengertiannya menurut Ekvall dan Arvonen (dalam
Othman, 2016) change-oriented leadership adalah gaya kepemimpinan yang
tertarik dalam inovasi, kreativitas dan cara-cara baru untuk menyelesaikan
tugas-tugas. Memiliki keinginan belajar dan beradaptasi untuk mengubah
status-quo, pemimpin juga berani untuk mengambil risiko. Seseorang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
gaya change orientation leadership memiliki kualitas sebagai seorang
visioner yang baik, seorang pemimpin didukung oleh keahliannya dalam
membayangkan dan memberikan pemikiran dan rencana.
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan atau change-
oriented leadership menjadi tidak signifikan diterapkan di Museum Benteng
Vredeburg dapat dikarenakan berbagai faktor. Misalnya saja karakter
karyawan ataupun budaya organisasi dapat menjadi kendala dalam penerapan
suatu kepemimpinan. Budaya organisasi di Museum benteng Vredeburg
masih sangat kental dengan budaya oraganisasi milik pemerintah lain yang
masih nyaman dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Dari budaya
organisasi tersebut akan membentuk karakter dari karyawan yang takut untuk
menghadapai perubahan karena telah nyaman dengan situasi yang ada.
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan change-oriented leadership
yang tertarik dalam inovasi, kreatif dan juga berani untuk mengambil risiko
dapat dipandang sebagai orang yang menganggu kenyamanan bagi karyawan
dengan karakter yang tidak mau berubah tersebut. Dengan adanya kreatifitas,
inovasi dan pengambilan resiko oleh seorang pemimpin yang dapat
memunculkan perubahan didalam organisasi dapat diartikan sebagai ancaman
bagi karyawan yang enggan berubah karena sudah merasa nyaman terebut.
Namun jika melihat hasil pengujian hipotesis ke-4 seperti dalam tabel
4.19. dibawah ini dapat disimpulkan bahwa bahwa communicator competence
mampu memoderasi pengaruh change-oriented leadership terhadap employee
engagement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.19. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H4 : Communicator competence
memoderasi pengaruh
change-oriented leadership
terhadap employee
engagement
0.317 0.027 Didukung
Dengan adanya moderasi dari communicator competence kepada
gaya kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan atau change-
oriented leadership maka pengaruh change-oriented leadership
terhadap employee engagement semakin kuat. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa untuk kepemimpinan yang berorientasi
terhadap perubahan maka memerlukan kompetensi dalam
berkomunikasi. Jika dilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh dari
moderasi communicator competence tergolong cukup kuat.
Kompetensi komunikasi juga dapat membantu seorang pemimpin
untuk dapat mendemostrasikan pengetahuannya. Penyampaian
pengetahuan kepada bawahan menjadi hal penting dalam
kepemimpinan agar dapat diterima dengan baik seperti menurut
Wiemann dan Backlund (dalam Jubaedah, 2009) kompetensi
komunikasi ialah kemampuan seorang individu untuk
mendemonstrasikan pengetahuan dari perilaku berkomunikasi yang
tepat dalam suatu situasi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Bagi seorang pemimpin yang visioner penyampaian hal mengenai
perubahan terhadap karyawan memerlukan kompetensi komunikasi
agar hal yang disampaikan mampu diterima oleh para karyawan.
Berbicara mengenai inovasi dan kreatifitas terlebih dihadapkan dengan
budaya organiasasi yang yang masih kurang dalam penerimaan
perubahan maka kompetensi komunikasi menjadi hal vital dalam
tercapainya tujuan yang yang diinginkan oleh seorang pemimpin.
Dengan adanya kompetensi dalam berkomunikasi seorang pemimpin
akan menjadi lebih mudah dalam menyampaikan ide-idenya.
4.3.2 Hipotesis 2 : “production-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement” dan Hipotesis 5 “communicator competence
memoderasi pengaruh production-oriented leadership terhadap
employee engagement”.
Tabel 4.20. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H2: Production-oriented
leadership berpengaruh
terhadap employee
engagement
0.381 0.048 Didukung
Dari tabel hasil pengujian hipotesis 2 pada tabel 4.20. dapat
disimpulkan bahwa production-oriented leadership berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
terhadap employee engagement. Hal ini mengindikasikan bahwa
kepemimpinan yang berorintasi pada tugas cocok untuk diterapkan
dalam menciptakan employee engagement di lingkungan Benteng
Vredeburg. Jika diilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh yang
diberikan oleh production-oriented leadership terhadap employee
engagement tergolong kuat.
Jika ditinjau dari pengertiannya menurut Ekvall dan Arvonen
(dalam Othman, 2016) production-orientation leadership adalah gaya
kepemimpinan yang berkonsentrasi kepada upaya pencapaian tujuan,
sehingga menarik bawahan mengerjakan kegiatan dalam penyelesaian
tugas. Seseorang dengan gaya ini akan mencari metode terbaik dan
sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan, membuat
keputusan yang berkaitan dengan pengorganisasian dan menugaskan
pekerjaan kepada seseorang, dan terus memantau kinerja.
Dimensi gaya kepemimpinan ini cocok diterapkan di Museum
Benteng Vredeburg bisa dikarenakan sesuai dengan karakter dan
budaya organisasi. Dengan production-orientation leadership karyawan
menjadi lebih jelas akan tanggung jawabnya dan dapat mengerjakan
tugas sesuai metode kerja tercepat yang disarankan oleh atasan. Dengan
gaya ini pemimpin tidak perlu terlalu banyak berkomunikasi dengan
bawahan karena pembagian tugas sudah jelas dan pemimpin hanya
tinggal memantau hasil kerja dari para bawahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Dengan gaya ini kompetensi komunikasi dari atasan tidak terlalu
berpengaruh seperti pengujian hipotesis 5 dalam tabel 4.20 dibawah ini.
Tabel 4.21. Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H5 : Communicator competence
memoderasi pengaruh
production-oriented
leadership terhadap employee
engagement
0.079 0.394 Tidak
didukung
Dari hasil pengujian hipotesis 5 pada tabel 4.21 di atas
communicator competence gagal memoderasi pengaruh production-
oriented leadership terhadap employee engagement. Hal ini
mengindikasikan production-oriented leadership tidak memerlukan
communicator competence sebagai moderator untuk pengaruh terhadap
employee engagement dan jika dilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh
moderasi communicator competence tergolong lemah.
Hal ini sejalan dengan production-oriented leadership yang tidak
berorientasi pada hubungan antar personal. Production-oriented
leadership lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari pimpinan.
Komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi tidak terlalu intensif
dalam dimensi ini. Komunikasi hanya terjadi saat diperlukan misalnya
asaja dalam pengorganisasian kerja, pembagian tugas kerja, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pengarahan dalam metode kerja yang digunakan. Hal ini membuat
peranan dari kompetensi komunikasi tidak terlalu besar dan tidak
signifikan. Situasi di dalam organisasi juga menunjukkan hal serupa.
Karyawan lebih menyukai diberikan tugas dan tidak terlalu banyak
melakukan komunikasi yang intensif dengan atasan.
4.3.3 Hipotesis 3 : “employee-oriented leadership berpengaruh terhadap
employee engagement” dan Hipotesis 6 “communicator competence
memoderasi pengaruh employee-oriented leadership terhadap employee
engagement”.
Tabel 4.22. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H3: Employee-oriented leadership
berpengaruh terhadap
employee engagement
0.118 0.270 Tidak
didukung
Dari tabel hasil pengujian hipotesis 3 pada table 4.22. di atas
disimpulkan bahwa employee-oriented leadership tidak berpengaruh
terhadap employee engagement. Hal ini mengindikasikan bahwa
kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan kurang cocok dalam
menciptakan employee engagement di lingkungan Benteng
Vredeburg. Dilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
oleh employee-oriented leadership terhadap employee engagement
tergolong lemah.
Dilihat dari pengertiannya menurut Ekvall dan Arvonen (dalam
Othman, 2016) employee-orientation leadership adalah gaya
kepemimpinan yang peka terhadap kebutuhan bawahan, sehingga
fokusnya adalah pada mempertahankan keramahan dan hubungan
yang mendukung melalui persahabatan, saling percaya dan
menghormati. Pemimpin dengan gaya ini memahami bahwa
produktivitas sangat penting dalam mencapai tujuan, namun juga
memahami bahwa membangun produktivitas positif membutuhkan
lingkungan yang positif di mana individu merasa didukung. Adanya
konflik pribadi, ketidakpuasan dengan pekerjaan, dendam dan bahkan
kebosanan dapat menurunkan produktivitas, sehingga pemimpin
dengan gaya ini adalah orang pertama yang memastikan bahwa resiko
tersebut tetap minimal.
Gaya kepemimpinan ini menjadi tidak signifikan dapat
dikarenakan karakteristik karyawan dan budaya organisasi yang
cenderung cocok dengan gaya production-oriented leadership dimana
karyawan lebih cenderung menyukai diberikan tugas dari atasan tanpa
banyak ada interaksi yang intensif dengan atasan.
Dari hasil uji hipotesis pada tabel 4.21 dapat diindikasikan bahwa
kepemimpinan employee-oriented yang peka terhadap kebutuhan
bawahan, sehingga fokusnya adalah pada mempertahankan keramahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dan hubungan yang mendukung melalui persahabatan, saling percaya
dan menghormati bukan menjadi faktor yang menentukan terciptanya
employee engagement.
Tabel 4.23. Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis Jalur
Koefisien P Values Kesimpulan
H6: Communicator competence
memoderasi pengaruh
production-oriented
leadership terhadap employee
engagement
0.292 0.175 Tidak
didukung
Dari hasil pengujian hipotesis 6 pada tabel 4.23. di atas
communicator competence gagal memoderasi pengaruh employee-
oriented leadership terhadap employee engagement walaupun jika
dilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh moderasi communicator
competence tergolong memiliki pengaruh yang cukup kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai pengaruh change-oriented,
production-oriented, employee-oriented leadership terhadap employee
engagement dengan moderasi communicator competence yang diolah
menggunakan metode SEM-PLS dengan program analisis data Warp PLS 3.0
Professional. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis dapat
disimpulkan bahwa :
5.1.1. Dari tabel hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa
change-oriented leadership tidak berpengaruh terhadap employee
engagement. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan yang
berorintasi pada perubahan kurang cocok dalam menciptakan
employee engagement di lingkungan Benteng Vredeburg. Dilihat
dari nilai jalur koefisien pengaruh yang diberikan oleh change-
oriented leadership terhadap employee engagement tergolong lemah.
Dengan demikian gaya kepemimpinan yang tertarik dalam inovasi,
kreativitas dan menggunakan cara-cara baru untuk menyelesaikan
tugas-tugas, memiliki keinginan belajar dan juga berani untuk
mengambil risiko kurang cocok untuk diterapkan di Museum
Benteng Vredeburg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan adanya communicator
competence. Dengan adanya moderasi dari communicator
competence kepada gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
perubahan atau change-oriented leadership maka pengaruh change-
oriented leadership terhadap employee engagement semakin kuat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk kepemimpinan
yang berorientasi terhadap perubahan memerlukan kompetensi
komunikasi dari komunikator.
5.1.2. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa production-oriented
leadership berpengaruh terhadap employee engagement dan diilihat
dari nilai jalur koefisien pengaruh yang diberikan oleh production-
oriented leadership terhadap employee engagement tergolong kuat.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang
berorintasi pada produksi/tugas cocok untuk diterapkan dalam
menciptakan employee engagement di lingkungan Benteng
Vredeburg.
Gaya kepemimpinan ini adalah yang berkonsentrasi kepada upaya
pencapaian tujuan, sehingga menarik bawahan mengerjakan kegiatan
dalam penyelesaian tugas. Pemimpin dengan gaya ini akan mencari
metode dan sumber daya terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan
yang dilakukan, membuat keputusan yang berkaitan dengan
pengorganisasian dan menugaskan pekerjaan kepada individu, dan
terus memantau kinerja mereka serta kepada siapa menugaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pekerjaan tersebut. Gaya ini cocok untuk diterapkan di Museum
Benteng Vredeburg.
Dengan gaya ini diharapkan karyawan dapat terikat secara emosional
dengan organisasi, sangat menyukai pekerjaannya, dan peduli
dengan keberhasilan organisasi. Ketika karyawan merasa terikat
secara mendalam dengan sebuah organisasi, akan semakin tinggi
perasaan positif dan intens di antara mereka untuk memberikan
usaha terbaik mereka demi kesuksesan organisasi.
Namun didalam dimensi gaya kepemimpinan ini communicator
competence gagal memoderasi pengaruh production-oriented
leadership terhadap employee engagement. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa production-oriented leadership tidak
memerlukan communicator competence sebagai moderator untuk
pengaruh terhadap employee engagement dan jika dilihat dari nilai
jalur koefisien pengaruh moderasi dari communicator competence
tergolong lemah.
Hal ini sejalan dengan production-oriented leadership yang tidak
berorientasi pada hubungan antar personal. Production-oriented
leadership lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari
pimpinan. Komunikasi antara atasan dan bawahan menjadi tidak
terlalu intensif dalam dimensi ini. Komunikasi hanya terjadi saat
diperlukan misalnya asaja dalam pengorganisasian kerja, pembagian
tugas kerja, dan pengarahan dalam metode kerja yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
5.1.3. Dari tabel hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa
employee-oriented leadership tidak berpengaruh terhadap employee
engagement. Dilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh yang
diberikan oleh employee-oriented leadership terhadap employee
engagement tergolong lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa
kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan kurang cocok dalam
menciptakan employee engagement di lingkungan Benteng
Vredeburg.
Dengan demikian gaya kepemimpinan yang peka terhadap
kebutuhan bawahan, sehingga fokusnya adalah pada
mempertahankan keramahan dan hubungan yang mendukung
melalui persahabatan, saling percaya dan menghormati, memahami
bahwa produktivitas sangat penting dalam mencapai tujuan, namun
juga memahami bahwa membangun produktivitas positif
membutuhkan lingkungan yang positif di mana individu merasa
didukung. menjadi tidak signifikan dapat dikarenakan karakteristik
karyawan dan budaya organisasi yang cenderung cocok dengan gaya
production-oriented leadership dimana karyawan lebih cenderung
menyukai diberikan tugas dari atasan tanpa banyak ada interaksi
yang intensif dengan atasan.
Communicator competence juga gagal memoderasi pengaruh
employee-oriented leadership terhadap employee engagement
walaupun jika dilihat dari nilai jalur koefisien pengaruh moderasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
communicator competence tergolong memiliki pengaruh yang cukup
kuat.
5.2. Keterbatasan
Penelitian ini telah dilakukan mengikuti prosedur penelitian dan hasil
penelitian ini telah memenuhi persyaratan pengujian dengan menggunakan
analisis SEM-PLS. Penelitian ini juga telah didukung oleh teori-teori,
penelitian terdahulu serta kuesioner dan juga telah memenuhi uji validitas dan
reliabilitas, namun masih terdapat keterbatasan dalam pelaksanaannya.
Keterbatasan tersebut mungkin dapat menimbulkan bias dan ketidakakuratan
sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan
yang terjadi pada penelitian ini adalah :
5.2.1. Dalam penyebaran kuesioner, peneliti memiliki keterbatasan untuk
mendampingi para responden dalam mengisi kuesioner, Hal ini
dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam pengisian kuesioner,
seperti jawaban yang kurang cermat, responden yang menjawab
asal-asalan dan tidak jujur, serta perbedaan pemahaman terhadap
pernyataan antara peneliti dan responden.
5.2.2. Mekanisme penyebaran kuesioner yang diberlakukan, menitipkan
kuesioner menyulitkan peneliti untuk mengontrol keberadaan
kuesioner, sehingga ada beberapa kuesioner yang tidak
dikembalikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
5.2.3. Penggunaan program analisis data Warp Pls.3.0 Professional
yang masih belum banyak referensi penggunannya.
5.3. Implikasi
5.3.1. Implikasi Akademis
Dari penelitian ini, implikasi akademis yang dapat dimaknai oleh
peneliti adalah : (pertama) hasil penelitian ini dapat memberikan
pandangan baru bahwa leadership style dapat digunakan untuk
menciptakan employee engagement. (kedua) hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya untuk
mengukur employee engagement.
5.3.2. Implikasi Manajerial
Kontribusi penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman dan
praktek dari manajemen akan pentingnya peran dari pimpinan Museum
Benteng Vredeburg dalam menerapkan dimensi gaya kepemimpinan
untuk mengelola sumberdaya manusia dalam hal menciptakan employee
engagement agar memiliki karyawan yang terikat secara emosional
dengan organisasi, sangat menyukai pekerjaannya, dan peduli dengan
keberhasilan organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
5.4. Saran
5.4.1. Bagi Organisasi / Perusahaan
5.4.1.1. Berdasarkan hasil penelitian ini pimpinam Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta diharapkan lebih memperhatikan gaya
kepemimpinan yang digunakan agar dapat menciptakan
employee engagement pada karyawan agar memiliki karyawan
yang memiliki keterikatan dengan perusahaan sehingga peduli
dengan keberhasilan perusahaan. Dengan terciptanya employee
engagement organisasi juga mendapatkan keuntungan yaitu
meningkatkan produktivitas, meningkatkan keuntungan,
menambah efisiensi, menurunkan turnover, mengurangi
ketidakhadiran, mengurangi penipuan, mengurangi, kecelakaan
kerja dan meminimalkan keluhan karyawan.
5.4.1.2. Berdasarkan hasil dari penelitian ini pimpinan Museum
Benteng Vredeburg disarankan menggunakan gaya
kepemimpinan production-oriented leadership untuk dapat
menciptakan employee engagement bagi karyawan Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta. Production-orientation
leadership memerlukan kemampuan memimpinan dengan
karakteristik seperti: berkonsentrasi kepada upaya pencapaian
tujuan, sehingga menarik bawahan mengerjakan kegiatan
dalam penyelesaian tugas, mencari metode terbaik dan sumber
daya untuk menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan, membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
keputusan yang berkaitan dengan pengorganisasian dan
menugaskan pekerjaan kepada seseorang, serta terus
memantau kinerja dengan kemampuan supervisi yang baik.
5.4.1.3. Berdasarkan hasil penelitian ini pimpinan Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta diharapkan lebih memperhatikan
kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh pimpinan terutama
jika ingin menerapkan change-oriented leadership untuk dapat
menciptakan employee engagement. Ketermpilan
berkomunikasi mampu memperkuat pengaruh dari gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin agar
menjadi lebih efektif. Keterampiln dalam berkomunikasi juga
dopat digunakan oleh pemimpin unuk menyampaikan
perubahan yang akan dilaksankan. Dengan kemampuan
kompetensi dapat menunjang pemimpin menyampaikan ide
5.4.2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Beberapa saran untuk pengembangan penelitian berdasarkan
keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut:
5.4.2.1. Penelitian mendatang diharapkan menambahkan indikator-
indikator pernyataan kuesioner yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
5.4.2.2. Menambahkan teori-teori baru tentang pengaruh leadership
style terhadap employee engagement sehingga referensi
mengenai penelitian ini semakin luas dan bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Daftar Pustaka
Akbar, Muhammad Rizza. (2013). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Employee Engagement (Studi Pada KAryawan PT. Primatexco Indonesia
Di Batang. Journal od Social and Industrial Psychology.
Alan M. Saks;Joseph L. Rotman. (2006). Antecedents and consequences of
employee engagement. School of Management. Centre for Industrial
Relations and Human Resources. University of Toronto: Canada. Journal
of Managerial Psychology.
Albrecht, S.L. (2010). Handbook of Employee Engagement: Perspectives, Issues,
Research and Practice. Edward Elgar Publishing Ltd: United Kingdom.
Aryee, S., Walumbwa, F.O., Zhou, Q. and Hartnell, C.A. (2012).
Transformational leadership, innovative behavior, and task performance:
test of mediation and moderation processes. Human Performance Journal,
Vol. 25 No. 1, pp:1-25.
Cetin, M., Karabay, M. E., & Efe, M. N. (2012). The Effects of Leadership Styles
and the Communication competency of the bank managers on the
employee job satisfaction: The Case of Turkish Banks. Journal of Social
and Behavioral Sciences.
Dessler, Gary. (2013). Human resource Management 13th
edition. Pearson
Education, Ltd : New Jersey.
Fattah, Nanang. (2007). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Fayyaz, Hina., Riffat Naheed, & Ameer Hasan,. (2014). Effect of Task Oriented
and Relational Leadership Style on Employee Performance; Moderating
Impact of Communicator Competence”, Riphah International University :
Islamabad. Journal of Marketing and Consumer Research.
Fleming, J. H., & Asplund, J. (2007). Human sigma. Gallup Press: New York.
Getol, Gunadi. (2012). Management Miracle Series: Accepted Leader. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Hansen, Anne. Zinta Byrne. Fort Collins. and Christa Kiersch. (2014). How
interpersonal leadership relates to employee engagement. Journal of
Managerial Psychology.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Hartog, D., N., D., Boon, C., Verburg R., M., & Croon, M., A. (2012). HRM,
Communication, Satisfaction, and Perceived Performance: A Cross-Level
Test. Journal Of Management.
Heidjrachman dan Suad Husnan. (2002). Manajemen Personalia. Yogyakarta:
BPFE.
Hersey.(2004). Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Jakarta: Delaprasata.
Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha. (2008), Manajemen Kinerja Falsafah
Teori dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jubaedah, Edah. (2009). Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dan
Kompetensi. Komunikasi dalam Organisasi. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol
VI, No. 4
Kahn, W.A. (1990). Psychological Conditions Of Personal Engagement And
Disengagement at Work. Academy of Management Journal.
Kartini, Kartono. (2003). Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Kernan, M. C., & Hanges, P. J. (2002). Survivor reactions to reorganization:
Antecedents and consequences of procedural, interpersonal, and
informational justice. Journal of Applied Psychology.
Marciano, Paul L., Laura C. Batista-Taran., Michael Bradley Shuck., Cinthya C.
Gutierrez., and Sofia Baralt. (2010). Carrots and Sticks Don't Work: Build
a Culture of Employee Engagement with the Principles of RESPECT.
McGraw Hill : USA.
May, D.R., Gilson, R.L., & Harter, L.M. (2004). The psychological conditions of
meaningfulness, safety and availability and tehe engagement of the
human spirit at work. Journal of Occupational Psychology, 77, 11-37.
Northouse, P. G. (2004). Leadership theory and practice (3rd ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Othman, Abdul Kadir., Muhammad Iskandar Hamzah., Mohd Khalid Abas.,
Nurzarinah Mohd Zakuan. (2016), The influence of leadership styles on
employee engagement: The moderating effect of communication styles.
Faculty of Business and Management. Universiti Teknologi MARA:
Malaysia. International Journal of Advanced and Applied Sciences
Robbins, Stephen. P. (2006). Perilaku organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta
: PT Indeks Kelompok Gramedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Rowley, Jennifer. (2002). Using case studies in research. Management Research
News, Vol. 25
Schaufeli, W. B., & Bakker, A. B. (2004). Test manual for the Utrecht
Work Engagement Scale. Version 1.1. Utrecht University: Netherlands.
Siagian, Sondang. P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Solihin, Mahfud & Ratmono, Dwi. (2013). Analisis SEM-PLS dengan WrapPLS
3.0 untuk Hubungan Nonliner dalam Penelitian Sosial dan Bisnis.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Vibrayani. (2012). Peran Transformasional Leadership terhadap Employee
Engagement . Yogyakarta: Tesis Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Xu , Jessica., JRA (NZ) Ltd, Auckland, New Zealand, and; Helena Cooper
Thomas. (2011). How can leaders achieve high employee engagement?.
Department of Psychology, The University of Auckland: New Zealand
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Kepada
Bapak / Ibu Karyawan
Benteng Vredeburg Yogyakarta
Dengan hormat,
Bersama ini saya:
Nama : Patricius Bryan Widyanto
NIM : 15 2222 201
Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang menyusun tesis dengan judul:
“Pengaruh Change-Oriented, Production-Oriented, dan Employee-Oriented
Leadership terhadap Employee Engagement dengan dimoderasi oleh
Communicator Competence. Studi pada Karyawan Benteng Vredeburg
Yogyakarta”
Saya mohon kepada Anda untuk memberi jawaban terhadap pernyataan-
pernyataan yang sudah tersusun dalam kuesioner ini guna memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian.
Semua jawaban yang Anda berikan akan saya pergunakan untuk kepentingan
penulisan tesis dan akan saya jaga kerahasiaannya. Untuk itu saya mengharapkan
kesediaan Anda untuk membantu dengan cara memberi jawaban pada kuesioner ini
sesuai keadaan yang sebenarnya.
Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda yang telah meluangkan
waktu untuk menjawab kuesioner ini.
Hormat saya
Patricius Bryan Widyanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Dalam kuesioner ini terdapat 2 bagian yang harus diisi oleh responden. Bagian I adalah
pengisian data demografi responden dan Bagian II adalah pernyataan yang berhubungan
dengan variabel-variabel yang diteliti.
Bagian I
Petunjuk Pengisian. Isilah jawaban ditempat yang telah disediakan berikut ini. Untuk
jawaban berupa pilihan silahkan coret jawaban yang tidak anda pilih.
Divisi/ bagian : …………………………………………
Nama : ………………………………………… (boleh tidak diisi)
Jenis Kelamin : Pria / Wanita
Usia : …….. tahun
Pendidikan terakhir : …………………………………………
Status kepegawaian : Kontrak / Tetap
Masa Kerja : ………tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Bagian II
Petunjuk pengisian. Atasan yang dimaksud keuasioner ini adalah Kepala Museum.
Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda
pada masing-masing pertanyaan yang telah disediakan berikut ini :
No Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Netral Setuju
Sangat
Setuju
1 Atasan saya mampu mengelola
pekerjaan bawahannya
2
Atasan saya tegas terhadap
bawahan untuk peraturan dan
prinsip kerja
3 Atasan saya mampu menciptakan
ketertiban
4 Atasan saya memberikan informasi
tentang hasil yang dicapai oleh unit
5
Atasan saya sangat jelas tentang
pembagian tanggung jawab
pekerjaan (siapa yang bertanggung
jawab atas apa)
6
Atasan saya mendorong
tumbuhnya produktivitas kerja
bawahannya
7
Atasan saya sangat menuntut
bawahannya untuk mengikuti
rencana-rencana yang sudah ada
dan telah disepakati
8
Atasan saya dapat mendefinisikan
dan menjelaskan kebutuhan
pekerjaan dengan jelas
9 Atasan saya menaruh perhatian
terhadap bawahannya
10
Atasan saya fleksibel dan bersedia
memikirkan kembali sudut
pandangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Netral Setuju
Sangat
Setuju
11 Atasan saya menciptakan
kepercayaan pada orang lain
12 Atasan saya melindungi
bawahannya
13 Atasan saya memiliki sifat terbuka
dan jujur
14 Atasan saya memperlakukan
bahawan dengan baik
15 Atasan saya menciptakan suasana
yang bebas dari konflik
16
Atasan saya mengizinkan
bawahannya untuk membuat
keputusan
17
Atasan saya mendengarkan
gagasan dan saran dari
bawahannya
18 Atasan saya mengkritik secara
konstruktif (membangun)
19 Atasan saya menunjukkan rasa
hormat kepada bawahannya
20
Atasan saya mampu bereksperimen
dengan cara baru dalam melakukan
pekerjaan
21
Atasan saya lebih cenderung
melihat kemungkinan/ potensi
yang ada daripada konflik yang
terjadi
22 Atasan saya menciptakan
order/pekerjaan baru
23 Atasan saya mendorong adanya
pemikiran-pemikiran baru
24 Atasan saya suka mendiskusikan
ide-ide baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Netral Setuju
Sangat
Setuju
25
Atasan saya menawarkan gagasan
tentang cara baru dan berbeda
dalam melakukan sesuatu
26 Atasan saya bersedia mengambil
risiko dalam sebuah keputusan
27
Atasan saya mampu membuat
keputusan secara cepat bila
diperlukan
28 Atasan saya memberikan perintah
dengan bahasa yang baik.
29 Atasan saya peka terhadap
kebutuhan saya saat ini.
30
Atasan saya dalam berkomunikasi
biasanya akan langsung ke pokok
permasalahan.
31 Atasan saya memperhatikan apa
yang saya katakan kepadanya
32 Atasan saya berhubungan dengan
saya secara efektif
33 Atasan saya adalah pendengar
yang baik
34
Atasan saya mudah dipahami saat
berkomunikasi dalam bentuk
tertulis.
35
Atasan saya mampu
mengungkapkan gagasannya
dengan jelas.
36 Atasan saya mudah dimengerti saat
dia berbicara kepada saya.
37 Atasan saya berbicara waktu yang
tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Pernyataan
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Netral Setuju
Sangat
Setuju
38 Atasan saya mudah untuk diajak
bicara.
39 Atasan saya merespon pesan
dengan cepat
40 Didalam urusan pekerjaan, saya
merasa kuat dan bersemangat.
41 Ketika saya bangun di pagi hari,
saya merasa ingin pergi bekerja.
42 Didalam melakukan pekerjaan
saya merasa penuh dengan energi
43 Pekerjaan saya mampu
menginspirasi saya
44 Saya bangga dengan pekerjaan
yang saya lakukan.
45 Saya merasa antusias dengan
pekerjaan saya
46 Saya merasa senang saat bekerja
dengan intensif
47 Saya sangat menikmati/ tenggelam
dalam pekerjaan saya
48 Waktu terasa berjalan sangat cepat
ketika saya bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI