pengaruh deffered tax expense current tax...
TRANSCRIPT
PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSE, CURRENT TAX EXPENSE
DAN AKRUAL TERHADAP EARNING MANAGEMENT
(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 - 2014)
Disusun Oleh :
Muhammad Akbar Wisyam
1110082000030
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSE, CURRENT TAX EXPENSE
DAN AKRUAL TERHADAP EARNING MANAGEMENT
(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 - 2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Muhammad Akbar Wisyam
NIM. 1110082000030
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA Yulianti, SE,. M.Si
NIP. 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, tanggal 14 November 2014 telah dilakukan ujian komprehensif
atas mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Akbar Wisyam
2. NIM : 1110082000030
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Pengaruh Deffered Tax Expense, Current Tax Expense
dan Akrual terhadap Earning Management (Studi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode
2011 - 2014).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 November 2014
1. Zaenal Muttaqin, MPP ( )
NIP. 19790503 201101 1 006 Penguji I
2. Yulianti, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Penguji II
3. Soliyah Wulandari, SE.,M.Si ( )
NIDN. 2002018501 Penguji III
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, tanggal 24 Januari 2017 telah dilakukan ujian Skripsi atas
mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Akbar Wisyam
2. NIM : 1110082000030
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Pengaruh Deffered Tax Expense, Current Tax Expense
dan Akrual terhadap Earning Management (Studi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode
2011 - 2014).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Januari 2017
1. Yessi Fitri, SE, M.Si, Ak ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA ( )
NIP. - Sekretaris
3. Fitri Damayanti, SE., M.Si ( )
NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA ( )
NIP. - Pembimbing I
5. Yulianti, SE,. M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing II
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Muhammad Akbar Wisyam
NIM : 1111082000030
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi Pajak
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Januari 2017
(Muhammad Akbar Wisyam)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Muhammad Akbar Wisyam
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 2 April 1992
3. Alamat : Jl. Puri III B12/33 Kutabumi, Tangerang
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Syahruzad Syam, S.Ag MM
6. Nama Ibu : Wiwik Sumiati
7. Nomor Telepon : 0821 2257 8228
8. E-mail : [email protected]
B. Data Pendidikan Formal :
1. 1998 - 2004 : SDI Al-Ijtihad II Kutabumi, Tangerang
2. 2004 - 2007 : SMP N 1 Tangerang
3. 2007 - 2010 : SMA N 4 Tangerang
4. 2010 - 2016 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi (Perpajakan), Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
THE INFLUENCE OF DEFFERED TAX EXPENSE, CURRENT TAX
EXPENSE AND THE ACCRUAL ON EARNING MANAGEMENT
(Study in Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock Exchange 2011 -- 2014 )
By:
Muhammad Akbar Wisyam
ABSTRACT
This research aims to analyze the influence of deffered tax expense, current tax
expense and accrual on earning management. This research using purposive
sampling to determine the sample. Data was obtained from the financial report of
manufacturing companies which listed in Indonesian Stock Exchange (BEI) from
period of 2011 - 2014. This research using logistic regression method. The
results of this research indicate the current tax expense significant influence
toward earning management, accrual significant influence toward earning
management.
Keywords: deffered tax expense, current tax expense, accrual, earning
management.
vii
PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSE, CURRENT TAX EXPENSE
DAN AKRUAL TERHADAP EARNING MANAGEMENT
(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 - 2014)
Oleh:
Muhammad Akbar Wisyam
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel deffered tax expense, current tax expense dan akrual terhadap variabel earning management. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data diperoleh dari laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011 - 2014. Uji yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa current tax expense berpengaruh yang signifikan terhadap earning management, variabel akrual berpengaruh secara signifkan terhadap earning management sedangkan variabel deferred tax expense tidak berpengaruh signifikan terhadap earnig management. . Kata kunci: deffered tax expense, current tax expense, akrual, earning
management.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT semesta alam yang
telah melimpahkan taufiq, hidayah serta rahmat kepada seluruh makhluk ciptaan-
Nya. Serta kepada-Nya pula kita memohon pertolongan dan pengampunan.
Hanya padamu tuhan tempatku berteduh dari semua kepalsuan dunia. Shalawat
serta salam semoga tercurah dan terlimpah kepada junjungan tercinta, teladan
mulia dan kekasih idaman Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan
pengikutnya hingga akhir zaman. Mudah-mudahan kita selalu hidup dengan
memegang teguh pada dua pusaka yang tidak akan menggelincirkan manusia
kedalam kehinaan dan kesesatan. Pusaka yang akan membimbing kita kepada
cahaya dan keselamatan yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Atas segala kuasa dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Pengaruh Deffered Tax Expense, Current Tax Expense dan
Akrual terhadap Earning Management (Studi pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 - 2014)”.
Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana
(S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terwujudnya skripsi ini berkat bantuan dari
berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak
ix
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung
dan membantu penulis, secara khusus penulis haturkan terima kasih kepada:
1. Pertama kupanjatkan terima kasih kepada ALLAH SWT dan Kedua orang
tuaku tercinta Bapak Syahruzad Syam dan Ibu Wiwik, Adik ku Dewi
Salamah Wisyam.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA selaku dosen Pembimbing Skripsi 1.
Terima kasih banyak saya haturkan kepada bapak yang telah meluangkan
waktu, memberikan pengarahan, bimbingan serta masukan yang sangat
membantu dan bermanfaat sekali, semoga Allah SWT membalas kebaikan
bapak.
4. Yulianti, SE.,M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan dan masukan dalam
penyempurnaan penulisan skripsi ini. Terima kasih ibu atas pengarahan,
bimbingan dan masukan yang sangat membantu, semoga Allah SWT
membalas kebaikan ibu.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Almarhum Bapak Afif Sulfa, SE., M.Si., Ak selaku dosen Pembimbing
Akademik penulis selama ini yang telah membimbing dan memberi arahan
yang baik. Terimakasih Bapak atas bimbingan dan pengarahannya .
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya.
9. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
10. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan yang berasal dari kelas
Akuntansi A, B, C dan D. Terutama untuk saudara - saudaraku di kelas A
x
yang tidak bisa disebut satu-satu terima kasih banyak atas perjalanan fisik,
hati dan jiwa kita selama ini. Buat sahabat tercinta Ocit, Joy, Kartika, Dian,
Redho, Legra, Genta dan Risler terima kasih kawan dan maju terus
suckseed.
11. Rekan-rekan seperjuangan konsentrasi Perpajakan, Akuntansi Manajemen
dan Audit angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya selama ini
kepada penulis. Satukan tekad untuk angkatan 2010.
12. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima
kasih atas masukan, support dan kenangan lainnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan,
dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca. Penulis juga mengharapkan adanya saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Februari 2017
(Muhammad Akbar Wisyam)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... v
Abstract ........................................................................................................... vi
Abstrak ........................................................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................... viii
Daftar Isi ......................................................................................................... xi
Daftar Tabel .................................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 9
A. Landasan Teori ........................................................................ 9
1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................ 9
2. Tinjauan Umum Tentang Pajak .......................................... 12
3. Komponen - Komponen Laba .............................................. 20
4. Manajemen Laba (Earning Management) .......................... 22
5. Konsep Akuntansi Akrual ................................................... 29
6. Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) .............. 33
7. Penghitungan Dasar Pajak Tangguhan ................................. 36
8. Beban Pajak Terkini ............................................................ 38
xii
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 40
C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 47
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 52
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 52
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 52
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 53
D. Metode Analisis Data ................................................................ 54
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 62
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 62
1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................. 62
2. Deskripsi Sampel Penelitian ............................................... 62
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ........................................... 63
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................... 63
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................. 63
a. Menilai Kelayakan Model Regresi ................................. 66
b. Hasil Uji Overall Model Fit ........................................... 66
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................... 69
d. Hasil Uji Tabel Klasifikasi ............................................. 70
e. Hasil Matriks Klasifikasi ................................................ 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 75
A. Kesimpulan .............................................................................. 75
B. Saran ........................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................. 81
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................ 41
4.1 Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur ...................... 62
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 64
4.3 Identifikasi Data ....................................................................... 66
4.4 Data yang Diproses .................................................................. 66
4.5 Kelayakan Model Regresi ........................................................ 67
4.6 Tabel Uji Overall Model Fit .................................................... 68
4.7 Tabel Uji Overall Model Fit .................................................... 68
4.8 Koefisien Cox & Snell R Square dan Negelkerke R Square ..... 69
4.9 Hasil Uji Klasifikasi ................................................................. 70
4.10 Hasil Uji Signifikansi Data ....................................................... 71
4.11 Ringkasan Hasil Uji Signifikansi ............................................. 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 47
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan .......................................................... 81
2 Hasil Perhitungan Data Mentah ............................................... 82
3 Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS ..................................... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses
dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Laporan keuangan merupakan
sarana untuk menilai kinerja manajemen dalam menggunakan sumber daya
yang dimiliki. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk
menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ekonomi
perusahaan pada periode tertentu. Sulistiyo dan Midiastuti (2003) menyatakan
bahwa manajemen perusahaan berusaha untuk memberikan sinyal positif
kepada pasar tentang perusahaan yang dikelolanya. Oleh karena itu manajer
perusahaan kemudian berkeinginan untuk menaikan laba yang dilaporkan
kepada para pemegang saham dan pemakai eksternal (Deviana, 2011). Banyak
manager yang memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka laba (earnings
management) pada perusahaan dengan rekayasa akrual untuk mempengaruhi
hasil akhir dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus,
dianggap kinerjanya lebih baik atau meminimalkan beban pajak penghasilan
yang harus dibayar oleh perusahaan (Suranggane, 2007).
Menurut Philip, dkk (2003) ada tiga motivasi utama yang mendorong
perusahaan melakukan manajemen laba yaitu menghindari penurunan laba,
menghindari kerugian, dan menghindari kegagalan peramalan yang dibuat
analis. Motivasi pertama bertujuan untuk menghindari melaporkan penurunan
2
laba yang berhubungan dengan hipotesis perataan laba atau Income Smoothing
Hypothesis. Motivasi kedua bertujuan untuk menghindari kerugian, dimana
hal ini dilakukan banyak alasan yang mendorong perusahaan dalam
menghambat perkembangan perusahaan, faktanya bahwa perusahaan
mengalami kerugian juga berpotensi menurunkan harga saham, menurunkan
kepercayaan investor dan kreditur serta mendorong dilakukannya pemeriksaan
pajak oleh aparat pajak. Motivasi yang ketiga bertujuan untuk menghindari
kegagalan yang dibuat analisis. Menurut Stice, dkk (2010) ada empat macam
faktor yang memotivasi para manajer untuk melakukan manajemen laba yang
dilaporkan yaitu untuk memenuhi target internal, memenuhi harapan eksternal,
meratakan atau memperindah laba (income smoothing) dan mendandani
laporan keuangan untuk penawaran saham perdana atau untuk memperoleh
pinjaman dari bank.
Tindakan manajemen laba telah menimbulkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi dalam dunia bisnis, antara lain Enron, Merck, World Com
dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat Panggabean (2011). Selain
itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lipoo Tbk dan PT. Kimia
Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).
Dari beberapa contoh kasus tersebut di atas, maka sangat relevan bila
ditarik suatu pertanyaan tentang bagaimana efektivitas peran corporate
governance (tata kelola perusahaan) dalam memonitor manajer sebagai
pengelola perusahaan. Peran tata kelola perusahaan adalah untuk mengurangi
perbedaan persepsi antara pemegang saham dan manajer perusahaan. Peran
3
tata kelola akan sangat diperlukan apabila manajer memiliki inisiatif untuk
menyimpang dari pemegang kepentingan. Salah satu contoh manajer
melakukan penyimpangan dari kepentingan para pemegang saham adalah
manajemen laba melalui penggunaan akuntansi akrual. Tata kelola perusahaan
kemungkinan akan mengurangi kejadian manajemen laba. Tata kelola
perusahaan juga akan meningkatkan persepsi investor mengenai keandalan
kinerja perusahaan, yang diukur dengan laba dalam situasi manajemen laba.
Pengendalian internal corporate governance adalah suatu sistem dimana
semua perusahaan yang terdaftar di suatu negara adalah milik dan
dikendalikan oleh para pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pemegang
saham ini dapat dibagi menjadi kelompok yang berbeda.
Manajemen laba merupakan sebagai upaya manajer perusahaan untuk
mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan
keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang
dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai
kecurangan (Sulistyanto, 2008:6).
Manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu:
fraudulent accounting, accruals management dan real earnings management
(Gunny, 2005). Fraudulent accounting merupakan pilihan akuntansi yang
melanggar general accepted accounting principles (GAAP). Sedangkan
accrual earnings management meliputi aneka pilihan dalam GAAP yang
menutupi kinerja ekonomi yang sebenarnya. Sementara real earnings
4
management terjadi ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang
dari praktek yang sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
Banyak penelitian yang mendeteksi terhadap manajemen laba
dilakukan dengan menggunakan akrual. Namun, kemudian ditemukan fakta
bahwa akrual memiliki kelemahan (Yulianti, 2005). Mengatasi kelemahan
akrual ini, Philips, dkk (2003) mencoba menggunakan beban pajak tangguhan
atau deffered tax expense. Mereka berpendapat bahwa dalam mengukur
keleluasaan manajer, beban pajak tangguhan lebih baik dari pada akrual sebab
peraturan akuntansi memberikan lebih banyak keleluasaan bagi manajer
dibandingkan dengan peraturan pajak. Kesalahan pengukuran model akrual
dapat dikurangi dengan memfokuskan pada beban pajak tangguhan
dibandingkan dengan membagi Total Accrual perusahaan menjadi komponen
Discretionary dan Non Discretionary.
Roychowdhury (2006) mengatakan bahwa manajemen laba dapat
dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (accrual earnings
management). Hal ini dilakukan melalui discretionary accrual atau dengan
cara manipulasi aktivitas riil (real earnings management). Manajemen laba
akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum
direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang
diperlukan agar target laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh
GAAP dan manipulasi akrual ditahun-tahun sebelumnya. Sedangkan
manajemen laba riil sulit dideteksi karena manipulasi ini terjadi sepanjang
periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu,
menghindari kerugian dan mencapai target analyst forecast.
5
Manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-
komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan
komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang
yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan.
Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan
bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya
komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau
dikeluarkan perusahaan (Sulistyanto, 2008:161).
Faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba lainnya adalah tax
expense, yang dimaksud dengan tax expense adalah jumlah agregat pajak kini
dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau rugi
pada satu periode (Zain, 2008:194). Perusahaan dapat melaporkan keuntungan
atau kerugian pada suatu tahun, tergantung pada kebijakan akuntansi yang
diambil oleh manajemen. Dalam jangka panjang, total keuntungan selalu sama
walaupun dalam jangka pendek penghitungan untung-rugi itu dapat berbeda.
Contoh kebijakan akuntansi yang mempengaruhi besarnya untung-rugi
tahunan antara lain adalah penyusutan dipercepat atas aktiva tetap (accelerated
depreciation), amortisasi biaya ditangguhkan (defered charges), PPH
ditangguhkan (defered tax) dan metode penilaian persediaan (FIFO, average
cost dan LIFO). (Samsul, 2006:136).
Penelitian tentang kandungan informasi tentang deteksi manajemen
laba melalui akrual dan beban pajak tangguhan telah banyak dilakukan di
Indonesia, tetapi penelitian yang mempertimbangkan siklus hidup perusahaan
6
masih jarang dilakukan. Alasan mengapa penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini sehingga dapat membedakan penelitian terdahulu dengan
penelitian sekarang karena pada penelitian terdahulu telah menguji beban
pajak tangguhan dan akrual dalam mendeteksi manajemen laba, sedangkan
pada penelitian sekarang menguji kemampuan beban pajak tangguhan dan
akrual dalam manajemen laba berdasarkan pada tiap tahap siklus hidup
perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti termotivasi untuk
menganalisis dan mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan dan akrual
dalam mendeteksi manajemen laba berdasarkan pada tiap tahap siklus hidup
perusahaan maka, peneliti bermaksud untuk mereplikasi penelitian yang
dilakukan Philips, dkk (2003) yaitu menguji apakah beban pajak tangguhan
lebih berpengaruh dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari
melaporkan penurunan laba dan mengindari melaporkan kerugian serta
menguji pengaruh akrual dalam mendeteksi manajemen laba untuk
menghindari melaporkan penurunan laba dan menghindari melaporkan
kerugian dengan berdasarkan pada tiap tahap siklus hidupnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti termotivasi untuk meneliti
dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh Deffered Tax Expense, Current
Tax Expense dan Akrual terhadap Earning Management”. Analisis pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
7
1. Apakah deffered tax expense berpengaruh terhadap manajemen laba?
2. Apakah current tax expense berpengaruh terhadap manajemen laba?
3. Apakah akrual berpengaruh terhadap manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan latar belakang masalah yang
telahdijabarkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah deffered tax expense berpengaruh terhadap
manajemen laba.
2. Untuk mengetahui apakah current tax expense berpengaruh terhadap
manajemen laba.
3. Untuk mengetahui apakah akrual berpengaruh terhadap manajemen laba.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dicapai adalah bahwa hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan pengetahuan bagi pemakai laporan keuangan untuk
mengetahui apakah laporan keuangan yang disajikan perusahaan sesuai
peraturan yang berlaku. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pengetahuan bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi Manajemen
Memberikan petunjuk bagi manajemen perlunya kemampuan manajemen
mengelola perbedaan temporer sedemikian rupa sehingga laba akuntansi
tetap dipersepsikan berkualitas atau direspon positif oleh investor.
8
2. Bagi Akuntan Publik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk
menyajikan pengungkapan dan penjelasan memadai tentang pajak
tangguhan yang dilaporkan suatu perusahaan.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan pemahaman bagi dunia akademik
bahwa besarnya pajak tangguhan dan akrual dapat digunakan untuk menilai
kinerja yang dilakukan oleh manajemen.
4. Bagi Pemakai Laporan Keuangan
User dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan
yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya sehingga informasi yang
didapat tidak menyesatkan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Menurut Anthony dan Govindarajan, (2005), teori keagenan (teory
agency) adalah economic rational man dan kontrak antara prinsipal dan
agen dibuat berdasarkan angka akuntansi sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara prinsipal dan agen. Teori Agensi mengeksplorasi
bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk memotivasi individu-
individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini berusaha
menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan
untuk merancang kontrak insentif. Prinsipal mendelegasikan tanggung
jawabnya termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan kepada
agen (manajemen) untuk melakukan tugas tertentu yang sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati bersama. Teori agensi mengasumsikan
bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen
diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi
keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dari hubungan suatu
agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik,
keanggotaan klub, dan jam kerja yang fleksibel. Prinsipal (pemegang
saham), di pihak lain diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian
keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di suatu perusahaan.
10
Teori keagenan merupakan sekelompok gagasan mengenai
pengendalian organisasi yang didasarkan pada keyakinan bahwa pemisahan
kepemilikan dengan manajemen menimbulkan potensi bahwa keinginan
pemilik diabaikan ketika pemilik (manajer) mendelegasikan otoritas
pengambilan keputusan ada pihak lain, terdapat hubungan keagenan antara
kedua belah pihak (Robinson, 2008:47).
Teori agensi atau teori keagenan muncul ketika terdapat dua pihak
yang saling terkait dimana pihak pertama setuju untuk memakai jasa pihak
tertentu. Sari (2011:4), menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan
pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk
bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen
diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan
terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib
mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak
atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan)
diasumsikan menerima kepuasan bukan saja dari kompensasi keuangan
tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam hubungan keagenan,
seperti jumlah waktu luang, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub
dan jam kerja yang fleksibel. Menurut Brigham dan Houston (2006:54),
hubungan keagenan dapat timbul di antaranya:
11
a. Pemegang Saham Dengan Manajer
Masalah keagenan dapat timbul jika manajer menempatkan
tujuan dan kesejahteraan mereka sendiri pada posisi yang lebih tinggi
dari kepentingan pemegang saham. Masalah keagenan potensial terjadi
bila proporsi kepemilikan atas saham perusahaan kurang dari seratus
persen sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar
kepentingannya sendiri dan bukan memaksimalkan nilai perusahaan
dalam mengambil keputusan pendanaan. Tindakan manajer yang
oportunistik tersebut akan mempertinggi biaya perusahaan dan
mengurangi kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Houston,
2006:56).
b. Pemegang saham (melalui manajer) dengan kreditur.
Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan
untuk pembayaran bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas
aset perusahaan saat perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada saat
perusahaan mengalami kebangkrutan, keputusan harus segera diambil
untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi
perusahaan dengan menjual seluruh aset atau melakukan reorganisasi.
Manajemen perlu segera bertindak dan khususnya manajer memilih
mereorganisasi dengan tujuan mempertahankan pekerjaannya.
Keputusan manajer ini tentu saja berdampak pada pemegang saham atau
kreditur atau kedua belah pihak tersebut (Brigham dan Houston,
2006:56).
12
2. Tinjauan Umum Tentang Pajak
a. Pengertian Pajak
Dalam ilmu perpajakan yang mendasari adalah peraturan yang
tercantum dalam Undang-undang yang dikeluarkan Direktorat Jenderal
Pajak. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi pajak, diantaranya:
Definisi pajak menurut Undang-undang No.28 tahun 2010:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1):
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontra Prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Soeparman dalam Suandy (2011:9):
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum”.
Menurut Andriani dalam Lubis (2007:4):
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.”
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpukan bahwa pajak
memiliki unsur-unsur (Lubis, 2007:5):
1) Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, dan sifatnya dapat dipaksakan.
13
2) Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
3) Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke negara
(pemerintah).
4) Pajak dapat dipungut baik langsung maupun tidak langsung.
5) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah
(fungsi budgetair), yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, digunakan untuk membiayai investasi publik.
6) Pajak untuk melaksankan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi (fungsi regulerend). Contoh: dikenakan pajak yang
tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras
dapat ditekan.
Berdasarkan definisi di atas, pengertian pajak adalah iuran yang
dapat dipaksakan, dimana pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk
memenuhi kewajibannya dengan menggunakan surat paksa dan sita.
Setiap wajib pajak yang membayar iuran atau pajak kepada negara tidak
akan mendapat balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan. Tetapi
imbalan yang secara tidak langsung diperoleh wajib pajak berupa
pelayanan pemerintah yang ditujukan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan sarana irigasi, jalan, sekolah dan sebagainya.
b. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:1) fungsi pajak dalam masyarakat
suatu negara terbagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu:
14
1) Fungsi Budgetair (sumber dana bagi pemerintah) fungsi ini bertujuan
untuk memasukan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-
banyaknya antara lain mengisi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah
ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran
yang berimbang tercapai.
2) Fungsi Regulerend (mengatur) fungsi pajak yang secara tidak
langsung dapat mengatur dan menggerakan perkembangan sarana
perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan
perekonomian yang demikian maka akan dapat menumbuhkan objek
pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga
basis pajak lebih meningkat lagi.
Berdasarkan fungsi pajak di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi budgetair merupakan suatu alat untuk mengisi kas negara atau
daerah sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin
dan pembangunan pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan fungsi
regulerend yaitu bersifat mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
c. Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:5) terdapat berbagai jenis pajak yang
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu penggolongan menurut
golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya.
15
1) Menurut golongannya, jenis pajak terdiri:
a) Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
b) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
2) Menurut sifatnya, jenis pajak terdiri dari:
a) Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memperlihatkan
pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan pada subjeknya.
b) Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak)
maupun tempat tinggal.
3) Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak terdiri dari:
a) Pajak negara atau pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
negara pada umumnya.
b) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga masing-masing.
16
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas bahwa jenis-jenis dari
pajak daerah pada hakekatnya sama dengan pajak pusat, yaitu dalam
pemungutannya pajak pusat maupun pajak daerah sama harus
berdasarkan peraturan perundang-undangan begitu juga dengan hasil
penerimaannya dipergunakan untuk pembiayaan pembangunan, baik
pembangunan pusat maupun pembangunan daerah, dan yang
membedakannya hanyalah pelaksana pemungutnya.
d. Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2011:16) tata cara pemungutan pajak terdiri
atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.
1) Stelsel Pajak
a) Stelsel nyata (rill), stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan
banyak didasarkan objek yang sesungguhnya terjadi (untuk pajak
penghasilan maka objeknya adalah pajak penghasilan). Oleh
karena itu, pemungutan pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir
tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya
dalam suatu tahun pajak diketahui.
b) Stelsel anggapan, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang.
c) Stelsel campuran, stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak
didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan.
17
Dianutnya suatu stelsel pajak tertentu dalam suatu negara
membawa adanya sistem pemungutan tertentu juga di dalamnya, seperti
yang telah di uraikan di atas stelsel dibagi menjadi tiga, dan ketiganya
juga memiliki kelebihan maupun kelemahan masing-masing.
e. Asas Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:7) dalam era globalisasi sekarang ini,
batas negara menjadi tidak jelas bagi wajib pajak dalam mencari dan
memperoleh penghasilan, sehingga penentuan cara pemungutan pajak
ini penting untuk menentukan negara mana yang berhak memungut
pajak. Dalam pemungutan pajak penghasilan ada tiga macam cara yang
biasa dilakukan sebagai berikut:
1) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Dalam asas ini, pemungutan pajak berdasarkan domisili atau
tempat tinggal wajib pajak dalam suatu negara. Negara di mana wajib
pajak bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap wajib pajak
tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan tersebut
diperoleh, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dan tanpa
melihat kebangsaan atau kewarganegaraan wajib pajak tersebut.
2) Asas Sumber
Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada sumber
pendapatan atau penghasilan dalam suatu negara. Menurut asas ini,
negara yang menjadi sumber pendapatan atau penghasilan tersebut
berhak memungut pajak tanpa memerhatikan domisili dan
kewarganegaraan wajib pajak.
18
3) Asas Kebangsaan
Dalam asas ini, pemungutan pajak didasarkan pada
kebangsaan atau kewarganegaraan dari wajib pajak, tanpa melihat
dari mana sumber pendapatan tersebut maupun di negara mana
tempat tinggal (domisili) dari wajib pajak yang bersangkutan.
Di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2)
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara
ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu
undang-undang perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang
akan dijadikan landasan oleh negara. Seperti yang telah di uraikan di
atas merupakan asas utama yang paling sering digunakan oleh negara
sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak,
khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan.
f. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:9) sistem pemungutan pajak dibagi
menjadi 3 (tiga) yaitu Official Assessment System, Self Assessment
System, With Holding System.
1) Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif. Utang pajak
timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
19
2) Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang ada pada wajib pajak sendiri. Wajib pajak aktif mulai dari
menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang,
fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3) With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus atau bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang
ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.
Di Indonesia, menerapkan ketiga sistem tersebut: (1) Official
Assessment System diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dimana Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan
mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya PBB yang
terhutang setiap tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu menghitung sendiri,
tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak
Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP dimana tempat objek pajak
tersebut terdaftar. (2) Self Assessment System contohnya diterapkan
dalam penyampaian SPT Tahunan PPh (baik untuk wajib pajak badan
maupun wajib pajak orang oribadi), dan SPT Masa PPN. PBB juga
menganut System Self Assessment dimana wajib pajak diberikan
20
kepercayaan dengan memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk
mendaftarkan dan melaporkan sendiri objek pajak yang dikuasai dimiliki
atau dimanfaatkan (Self Declaration) dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). (3) With Holding System
diterapkan dalam mekanisme pemotongan atau pemungutan sesuai PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Final Pasal 4
Ayat (2), PPh Pasal 15, dan PPN. Sebagai bukti atas pelunasan pajak ini
biasanya berupa bukti potong atau bukti pungut. Dalam kasus tertentu
ada juga yang berupa Surat Setoran Pajak (SSP). Bukti-bukti
pemotongan ini nanti dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh / SPT masa
PPN dari wajib pajak yang bersangkutan.
3. Komponen - Komponen Laba
Menurut standar akuntansi keuangan (IAI, 2013:7), komponen-
komponen laba adalah:
a. Pendapatan adalah arus kas masuk atau penambahan lain aktiva suatu
entitas atau penyelesaian kewaijban-kewajiban (kombinasi atas
keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang,
pembelian jasa atau aktivaaktiva lain yang merupakan operasi utama
atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.
b. Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari
transaksi sampingan atau incidental pada suatu entitas dan dari transaksi
lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan
investasi pemilik.
21
c. Kerugian adalah penurunan aktiva bersih yang berasal dari transaksi
sampingan atau insidental pada suatu entitas dan dari transaksi lain dan
kejadian serta situasi lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang
dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik.
d. Beban adalah adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal (IAI, 2013:12).
Penghasilan bersih (laba) sering kali digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran lain seperti imbal hasil investasi
(return on investment) atau laba per saham (earning per share). Unsur yang
langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah
penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran laba tegantung
sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan
entitas dalam penyusunan laporan keuangannya (IAI, 2013:12).
22
4. Manajemen Laba (Earning Management)
Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba (earning
management) menurut Belkaoui (2007:201) adalah:
“Perilaku yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk
meningkatkan atau menurunkan laba dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengantujuan untuk menguntungkan dirinya
sendiri”.
Definisi manajemen laba menurut Djamaluddin (2008:56) adalah
perilaku yang dilakukan manajer menggunakan kebijakan (judgment)
dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun transaksi untuk mengubah
laporan keuangan dan menyesatkan stakeholders mengenai kinerja
ekonomi perusahaan, atau untuk mempengaruhi contractual outcomes yang
tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.
Definisi menurut Yulianti (2005), earning management dalam arti
sempit didefinisikan perilaku manajer bermain dengan komponen
discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. Sedangkan
dalam arti luas earnings management didefinisikan tindakan manajemen
untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan atau penurunan probilitas ekonomis jangka panjang.
Berdasarkan definisi tersebut, pengertian manajemen laba adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk memanipulasi angka-
angka akuntansi yang dilaporkan kepada pihak eksternal dengan tujuan
untuk keuntungan bagi dirinya sendiri dengan cara mengubah atau
23
mengabaikan standar akuntansi yang telah ditetapkan, sehingga menyajikan
informasi yang tidak sebenarnya.
Laporan keuangan sering digunakan sebagai indikator penilaian
kinerja, maka perilaku manajemen laba dimungkinkan dapat terjadi karena
manajemen mempunyai informasi lebih banyak dan lebih akurat daripada
prinsipal. Beberapa tujuan manajemen melakukan manajemen laba menurut
Suranggane (2007) adalah: menghindari kerugian, menghindari pelaporan
penurunan laba, Avoiding failing meet or beat analyst forecast, dan Invoke
an earnings big bath.
Menurut John (2002), pemilihan metode akuntansi dalam rangka
melakukan earnings management harus dilakukan dengan penuh
kecermatan, antara lain:
a. Increasing Income, yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan,
menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain, untuk
meningkatkan keuntungan.
b. Big Bath, dilakukan saat perusahaan mengalami kemunduran kinerja
atau saat terjadi peristiwa yang tidak terjadi setiap harinya atau luar
biasa.
c. Income Smoothing, yaitu dengan sengaja menurunkan atau
meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba,
sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi.
24
d. Income Minimization, biasanya digunakan untuk membuat kebijakan
yang berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tidak berwujud,
riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya dengan tujuan untuk
mencapai tingkat pengembalian modal tertentu
Menurut (Sulistyanti, 2008:34) ada empat cara yang dapat
digunakan manajer untuk melakukan manajemen laba yaitu:
a. Mengakui dan mencatat pendapatan lebih cepat satu periode atau lebih.
Upaya ini dilakukan manajer dengan mengakui dan mencatat
pendapatan periode-periode yang akan datang atau pendapatan yang
secara pasti belum dapat ditentukan kapan dapat terealisir sebagai
pendapatan periode berjalan (current revenue). Hal ini mengakibatkan
pendapatan periode berjalan menjadi lebih besar dari pada pendapatan
sesungguhnya, Meningkatnya pendapatan ini membuat laba periode
berjalan juga menjadi lebih besar dari pada laba sesungguhnya.
Akibatnya kinerja perusahaan periode berjalan seolah-olah lebih bagus
bila dibandingkan dengan kinerja sesungguhnya. Meskipun hal ini akan
mengakibatkan pendapatan atau laba periode-periode berikutnya akan
menjadi lebih rendah dibandingkan pendapatan atau laba sesungguhnya.
b. Mencatat pendapatan palsu
Upaya ini dilakukan manajer dengan mencatat pendapatan dari
suatu transaksi yang sebenarnya tidak pernah terjadi sehingga
pendapatan ini juga tidak akan pernah terealisir sampai kapan pun.
Upaya ini mengakibatkan pendapatan periode berjalan menjadi lebih
25
besar dari pada laba sesungguhnya, akibatnya kinerja perusahaan
periode berjalan seolah-olah lebih bagus bila dibandingkan dengan
kinerja sesungguhnya. Upaya semacam ini dilakukan perusahaan dengan
mengakui pendapatan palsu sebagai piutang yang pelunasan kasnya
tidak akan pernah diterima sampai kapanpun.
c. Mengakui dan mencatat biaya lebih cepat atau lebih lambat.
Upaya ini dapat dilakukan manajer dengan mengakui dan
mencatat biaya periode-periode yang akan datang sebagai biaya periode
berjalan (current cost). Upaya semacam ini membuat biaya periode
berjalan menjadi lebih besar dari pada biaya sesungguhnya.
Meningkatnya biaya ini membuat laba periode berjalan juga akan
menjadi lebih kecil dari pada laba sesungguhnya. Akibatnya kinerja
perusahaan untuk periode berjalan seolah-olah lebih buruk atau lebih
keci dibandingkan dengan kinerja sesungguhnya. Sebaliknya apabila
manajer mengakui biaya periode berjalan menjadi periode sebelumnya
maka biaya periode berjalan akan menjadi lebih kecil dari pada biaya
sesungguhnya. Semakin kecil biaya ini membuat laba periode berjalan
akan menjadi lebih besar dari pada laba sesungguhnya, akibatnya
membuat kinerja perusahaan untuk periode berjalan seolah-olah lebih
baik atau besar bila dibandingkan dengan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya.
26
d. Tidak mengungkapkan semua kewajiban.
Upaya ini dapat dilakukan manajer dengan menyembunyikan
seluruh atau sebagian kewajibannya sehingga kewajiban periode
berjalan menjadi lebih kecil dari pada kewajiban sesungguhnya.
Perataan laba mengidentifikasi batas pelaporan laba (earnings
threshold) dan menemukan bahwa perusahaan yang berada dibawah
earnings threshold akan berusaha untuk melewati batas tersebut dengan
melakukan manajemen laba. Yulianti (2005) menyebutkan bahwa terdapat
dua macam earnings threshold, yakni:
a. Titik pelaporan laba nol, yang menunjukkan usaha earning management
untuk menghindari pelaporan kerugian.
b. Titik perubahan laba nol, yang menunjukkan usaha earning management
untuk menghindari penurunan laba.
Menurut Belkoui (2007:208) earning management merupakan suatu
hasil usaha untuk melewati ambang batas. Tiga ambang batas penting bagi
para eksekutif adalah:
a. Untuk melaporkan laba positif yaitu melaporkan laba yang diatas nol.
b. Untuk menjaga kinerja saat ini yaitu membuat paling tidak sama dengan
kinerja tahun lalu.
c. Untuk memenuhi harapan analis khususnya analis untuk peramalan laba.
Praktik-praktik earning managament yang dilakukan pihak
manajemen disesuaikan dengan motivasi melakukan manajemen laba.
27
Manajemen laba cenderung merekayasa laba untuk menekan besarnya
pajak yang dikeluarkan sehingga perusahaan yang melaporkan laba yang
lebih rendah atau kerugian perpotensi melakukan manajemen laba. Yulianti
(2005) membedakan perusahaan yang memiliki laba dan yang mengalami
kerugian supaya dapat memprediksi perusahaan yang memanipulasi
labanya.
Ada dua perilaku yang mendasari manajer melakukan manajemen
laba (Herawaty, 2008:100) yaitu:
a. Perilaku Oportunistik
Manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, hutang dan political cost.
b. Efficient Contracting
Manajer meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan
informasi privat. Berdasarkan perilaku ini, manajemen laba memberikan
fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan
pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Ketika penyusunan kontrak
kompensasi, perusahaan akan mengantisipasi insentif manajer untuk
mengelola laba melalui jumlah kompensasi yang ditawarkan.
Scott (2006:69) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat
memotivasi manajer melakukan manajemen laba seperti berikut ini:
28
a. Rencana bonus (Bonus Scheme)
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana
bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan
dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.
b. Kontrak utang jangka panjang (Debt Covenant)
Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu
pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk
memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode
mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang.
c. Motivasi politik (Political Motivation)
Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan
industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi
tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi.
Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta
fasilitas dari pemerintah.
d. Motivasi perpajakan (Taxation Motivation)
Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya
adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
e. Pergantian CEO (Chief Executive Officer)
Biasanya CEO yang akan pension atau masa kontraknya menjelang
berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba
29
guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang
sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk.
Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka
cenderung untuk meminimalkan jumlah laba yang dilaporkan.
f. Penawaran saham perdana (Initial Public Offering)
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada
publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus
merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting
karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial
terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang
dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan
jumlah laba yang dilaporkan.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa
praktek manajemen laba telah dilakukan di banyak negara, termasuk
Indonesia. Banyak motivasi manajer ketika melakukan manajemen laba
menimbulkan kesulitan dalam membedakan apakah motivasi manajemen
bersifat oportunistis ataukah efisien.
5. Konsep Akuntansi Akrual
Menurut PSAK (2013), laporan keuangan disusun berdasarkan
akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar)
30
dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan.
Teknik akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif,
dan relevan untuk pengambilan keputusan ekuitas (Elingga, 2008). Akrual
tidak tergantung kapan penghasilan diterima dan kapan biaya dilunasi.
Dengan pendekatan ini, mengakui pendapatan ketika dihasilkan dan
mengakui beban pada periode terjadinya, tanpa memperhatikan waktu
penerimaan atau embayaran kas.
Model akrual melibatkan perhitungan total akrual. Model-model
akrual menurut Belkaoui (2007:202) adalah sebagai berikut:
a. Model Heally menyatakan kelemahan model akrual adalah menganggap
keseluruhan akrual ditimbulkan oleh manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen. Padahal kenyataannya, sebagian akrual perusahaan
juga disebabkan oleh kegiatan operasional dan tidak menggambarkan
manajemen laba. Total akrual dalam manajemen laba dibagi menjadi dua
jenis yaitu:
1) Discretionary Accrual
Adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak
diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Akrual yang
muncul akibat diskresi manajemen atau berada di bawah kebijakan
manajemen. Hal ini biasanya digunakan sebagai pengukur dalam
manajemen laba dan besarannya merupakan hasil modifikasi angka-
31
angka pada laporan keuangan untuk memenuhi tujuan manajemen
sehingga keberadaan Discretionary Accrual menandakan rendahnya
kualitas laba.
Efek dari kualitas laba yang rendah adalah tidak adanya
prediktif value dari laba, yang berarti informasi mengenai laba
perusahaan ini tidaklah menggambarkan keadaan sesungguhnya dari
perusahaan sehingga informasi laba menjadi bias bagi penggunanya.
2) Non Discretionary Accrual
Pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk pada suatu
standart atau prinsip akuntansi yang berlaku umum. Total Akrual
terdiri atas dua komponen yaitu Discretionary Accrual (DA) dan Non
Discretionary Accrual (NDA). Model yang digunakan untuk
menghitung total akrual adalah sebagai berikut (Yulianti, 2005):
TACCit = IBEIit - (CFOit - EIDOit)
Keterangan:
TACCit = Total akrual perusahaan i untuk tahun t
IBEIit = Income before extraordinary item perusahaan tahun t.
CFOit = Cash flow operating activities pada perusahaan i untuk
tahun t.
EIDOit = Extraordinary items & discontinued operations dari
laporan arus kas perusahaan i untuk tahun t.
32
Perekayasaan menaikan atau menurunkan akrual antara lain
dapat dilakukan dengan cara mempercepat pendapatan atau
mempercepat beban. Perekayasaan laba tersebut termasuk salah satu
praktek manajemen laba atau earnings management melalui
perekayasaan akrual.
Menurut Widiastuti (2011) cara menghitung total akrual
adalah sebagai berikut:
TAit = NIit - CFOit
TAit = Total Accrual perusahaan I pada periode ke t
NIit = Laba Bersih Perusahaan I pada periode t
CFO = Arus dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Dalam penelitian ini variabel akrual diproksi dengan
discretionary accrual dari Modified Jones Model yang merupakan
model terbaik untuk mendeteksimanajemen laba (Suranggane, 2007).
Langkah-langkah untuk memperoleh akrual:
TAccit = EBEIit – (CFOit - EIDOit)
Keterangan:
TAccit = Total Akrual perusahaan i pada periode t
EBEIit = Income before extraordionary items pada tahun t (EBIT)
CFOit = Cash flows from operation pada tahun t
EIDOit = Extraordionary items and discontinued operation tahun t
(0)
33
6. Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense)
Menurut Harnanto (2011:115), beban pajak tangguhan adalah beban
yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam
laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang
digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Menurut Zain (2007), Pajak
Tangguhan terjadi akibat perbedaan antara PPh Terutang (pajak
penghasilan yang dihitung berbasis pada penghasilan kena pajak yang
sesungguhnya dibayar kepada pemerintah) dengan beban pajak penghasilan
(pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan sebelum pajak)
sepanjang menyangkut perbedaan temporer. Penyebab perbedaan antara
beban pajak penghasilan dengan PPh terutang menurut Purba (2009:14),
dapat dikategorikan dalam dua kelompok:
a. Perbedaan Permanen atau Tetap
Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang tidak
objek pajak sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui
sebagai penghasilan. Perbedaan ini mengakibatkan laba fiskal berbeda
dengan laba komersial secara permanen.
b. Perbedaan Temporer atau Waktu
Perbedaan ini terjadi berdasarkan ketentuan peraturan undang-
undang perpajakan yang merupakan penghasilan atau biaya yang boleh
dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi
berikutnya dari periode sekarang, misalnya:
34
1) Metode penyusutan, yang diakui fiskal adalah saldo menurun dan
garis lurus.
2) Metode penilaian persediaan, yang diakui fiskal adalah FIFO dan
Rata-rata (average method).
3) Penyisihan piutang tak tertagih, yang diakui fiskal kecuali untuk
perusahaan pertambangan, leasing, perbankan dan asuransi.
4) Rugi laba selisih kurs, yang diakui fiskal adalah kurs dari Menteri
Perekonomian sedangkan yang diakui oleh akuntansi adalah kurs dari
Bank Indonesia.
Kewajiban pajak tangguhan harus diakui untuk setiap beda temporer
kena pajak. Namun, tidak semua beda temporer dapat dikurangkan untuk
tujuan fiskal. Menurut Purba (2009:35) terdapat pengecualian pengecualian
sebagai berikut:
a. Kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari beda temporer investasi
pada perusahaan asosiasi, anak perusahaan, dan joint venture tidak
diakui apabila induk perusahaan dan patner dapat mengendalikan waktu
reversal beda temporer tersebut.
b. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui dari beda temporer yang
munculdari pengakuan awal goodwill yang berasal dari penggabungan
usaha.
c. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui dari beda temporer yang
munculdari pengakuan aktiva dan kewajiban dalam suatu transaksi yang
35
bukan merupakan transaksi penggabungan usaha. Transaksi
penggabungan usaha tersebut tidak mempengaruhi baik laba akuntansi
maupun laba yang dikenakan pajak.
Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan
antara laba akuntansi (yaitu laba dalam laporan keuangan untuk
kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan
sebagai dasar perhitungan pajak). Perbedaan antara laporan keuangan,
standar akuntansi dan fiskal disebabkan dalam keleluasaan bagi manajemen
dalam menentukan prinsip dan asumsi dibandingkan yang diperoleh
menurut pajak. Beban pajak tangguhan diukur dengan menggunakan skala
rasio (Amanda dan Febrianti, 2015).
Metode akuntasi pajak penghasilan yang berorientasi pada neraca
mengakui kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi
fiskal masa depan yang disebabkan oleh adanya perbedaan temporer dan
sisa kerugian yang belum dikompensasikan. Untuk itu, perbedaan temporer
yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai
utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak
tangguhan (deferred tax expense), yang berarti bahwa kenaikan utang pajak
tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih
awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan disbanding pelaporan
pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah
pajak dimasa depan akan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan dan
perusahaan harus mengakui adanya keuntungan tau manfaat pajak
36
tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aktiva
pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya
lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan
keuangan dibanding pelaporan pajak (Wijayanti, 2015).
7. Penghitungan Dasar Pajak Tangguhan
Pada dasarnya bahwa PSAK No. 46 adalah cukup kompleks, karena
untuk PSAK No. 46 secara utuh diperlukan juga pemahaman yang cukup
atas UU PPh Indonesia. PSAK No. 46 mengatur mengenai tata cara
pencatatan dan pengakuan atas pajak penghasilan yang disajikan dalam
laporan keuangan, dan bukan mengatur mengenai berapa jumlah pajak yang
harus dibayar. Dengan demikian, maka untuk menghitung berapa besar
jumlah pajak yangharus dibayar adalah berdasarkan ketentuan dalam UU
Perpajakan.
Menurut Purba (2009:68), bahwa suatu unit usaha bisa saja
mengabaikan pengaruh dari perbedaan temporer dan melaporkan biaya PPh
sama besarnya dengan PPh yang terutang, artinya hutang PPh dihitung
berdasarkan laba akuntansi kena pajak. Akan tetapi, perlu disadari bahwa
jumlah PPh yang nyata-nyata harus dibayar sesungguhnya adalah PPh
terutang yang dihitung berdasarkan laba kena pajak, artinya biaya PPh bisa
saja lebih kecil atau lebih besar dari hutang PPh. Untuk itu, diperlukan
suatu penangguhan dari biaya PPh yang terlalu cepat diantisipasi atau biaya
PPh yang ditunda pembayarannya. Karenanya, hutang PPh atau PPh yang
harus dibayar/disetor pada negara, di hitung sebagai berikut:
37
Laba akuntansi sebelum pajak xxxx
Beda waktu
Biaya penyusutan = (xxx)
Beban imbalan pasca kerja = xxx
Jumlah beda waktu xxxx
Beda tetap
Pendapatan bunga = (xxx)
Beban jamuan = xxx
Jumlah beda tetap xxxx
Laba kena pajak xxxx
Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan xxxx
Laba kena pajak xxxx
Apabila penyusutan fiskal lebih kecil daripada penyusutan
komersial akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan, sedangkan
penyusutan fiskal lebih besar daripada penyusutan laba komersial akan
menghasilkan beban pajak tangguhan. Besarnya pajak tangguhan dihitung
dari besarnyapenyusutan beda waktu dikalikan tarif pajak tangguhan.
BerdasarkanUndang-Undang N0.36 tahun 2008, tarif pajak tangguhan
adalah 25%. Kemudian, Purba (2009:44) menjelaskan lebih lanjut
mengenai ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat kewajiban pajak
tangguhan:
(Dr) Beban pajak tangguhan xxx
(Cr) Kewajiban pajak tangguhan xxx
38
8. Beban Pajak Kini
Current tax expense merupakan tax expense yang mencerminkan
perbedaan permanen dan perbedaan temporer antara laba akuntansi dan
laba fiskal, current tax expense merupakan perkalian dari tarif pajak yang
berlaku pada suatu tahun pajak dikalikan dengan penghasilan kena pajak
pada tahun tersebut sehingga current tax expense akan mencerminkan laba
fiskal yang sesungguhnya (Harnanto, 2011).
Penggunaan “the asset and liability method” mengharuskan
pendekatannya berorientasi pada neraca, karena pada dasarnya sasaran
yang ingin diperlihatkan disini, berapa sesungguhnya taksiran pajak yang
akan dibayar pada periode yang akan datang. Untuk keperluan ini
hendaknya ditetapkan akuntansi pajak tangguhan yang komprehensif, yang
berarti bahwa harus dipertimbangkan semua efek pajak terhadap semua
penghasilan, biaya, keuntungan maupun kerugian dan hal-hal yang
menimbulkan perbedaan antar laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal, sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan beban
pajak (tax expense) mencakup jumlah pajak yang terutang ditambah dengan
impak pajak akibat perbedaan temporer (Zain, 2008:197).
Perusahaan akan lebih menyukai performance laba akuntansi yang
bagus tapi dengan jumlah beban pajak penghasilan yang kecil. Perubahan
dalam current tax expense berdampak negatif pada deferred tax expense,
sehingga jika current tax expense semakin besar maka deferred tax expense
akan semakin kecil. Untuk mendapatkan earnings yang ditargetkan,
perusahaan akan menggunakan tax expense sehingga selain deferred tax
expense, current tax expense juga dapat digunakan untuk mendapatkan
39
earnings yang ditargetkan. Manajemen perusahaan bisa membuat transaksi
yang bukan merupakan perbedaan temporer tetapi merupakan perbedaan
permanen. Perubahan peraturan perpajakan yang terjadi di Indonesia, bisa
menjadi celah bagi perusahaan untuk dapat melakukan penghematan pajak
seperti halnya di luar negeri (Juliati dan Tjaraka, 2014).
Adanya perbedaan antara prinsip akuntasi dengan aturan perpajakan
akan menimbulkan suatu selisih yang mencakup komponen beda waktu dan
beda tetap. Beban pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang
atas penghasilan kena pajak pada satu periode. Besarnya dihitung dari
penghasilan kena pajak yang sebelumnya telah memperhitungkan adanya
beda tetap sekaligus beda waktu, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku.
Oleh karena perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
merefleksikan tingkat kebijakan manajer dalam memanipulasi laba menjadi
lebih tinggi, maka beban pajak kini yang menunjukkan efek dari nilai
perbedaan tersebut (beda tetap dan beda waktu) digunakan pula sebagai
variabel independen yang akan melengkapi beban pajak tangguhan dala
mendeteksi manajemen laba. Beban pajak kini yang dimaksud dalam
penelitian ini diperoleh dari beban pajak kini pada periode laporan
keuangan tertentu dibagi dengan total aktiva periode sebelumnya (Deviana,
2011).
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tarif pajak
penghasilan wajib pajak badan untuk Tahun Pajak 2015 berdasarkan Pasal
17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan, yaitu sebagai berikut:
40
a. Tarif Pajak untuk tahun pajak 2015 adalah sebesar 25 % dari
Penghasilan Kena Pajak.
b. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima
persen) lebih rendah daripada tarif tersebut yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
c. Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif
tersebut (25 %) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
d. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
e. Tarif Pajak Pasal 17 dan 31 E dikenakan atas penghasilan kena pajak
Wajib Pajak Badan yang tidak termasuk dalam kriteria Wajib Pajak
Badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 berdasarkan PP 46
Tahun 2013.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai deffered tax expense, current tax expense, dan
akrual telah banyak dilakukan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan kontribusi tambahan bagi
41
akuntan dan pihak perpajakan untuk mendeteksi dan mengatasi terjadinya
praktik manajemen laba.Tabel 2.1 menunjukkan hasil penelitian terdahulu
mengenai kemampuan pajak tangguhan dan akrual dalam mendeteksi
manajemen laba.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Phillips dan
Rego (2003)
Earning
Management:
New
Evidence
Based on
Deferred Tax
Expence
Variabel:
Deferred tax
expense (X1),
Accrual (X2),
Earning
management (Y).
Variabel:
current tax
expense (X2).
Objek
penelitian:
publicly
available
sources.
Teknik
penelitian:
analyst
earning
forecasts.
Deferred tax
expense (X1)
secara
inkremental
lebih
bermanfaat
dibanding
akrual (X2)
dalam
mendeteksi
manajemen
laba (Y)
2. Yulianti
(2005)
Kemampuan
Pajak
tangguhan
Dalam
Memprediksi
Manajemen
laba
Variabel:
Beban pajak
tangguhan (X1),
Akrual (X2),
current tax
expense (X3)
Manajemen
laba (Y).
Variabel:
Objek
penelitian:
perusahaan
yang terdaftar
di
BEJ
Metode
analisis data
menggunakan
regresi
pooled data.
Akrual (X1)
dan beban
pajak
tangguhan (X2)
memiliki
hubungan yang
positif
signifikan
terhadap
manajemen
laba.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
42
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Suranggane
(2007)
Analisis
aktiva
Pajak
tangguhan
Akrual
sebagai
Prediktor
Manajemen
laba
Variabel:
Akrual (X1),
Earning
management
(Y).
Objek
penelitian:
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEJ.
Teknik
penelitian:
regresi
Logistic binery
Variabel:
Aktiva
Pajak
tangguhan (X2)
Akrual (X1)
memiliki
hubungan
positif
terhadap
manajemen
laba, Aktiva
pajak
tangguhan
(X2)
memiliki
hubungan
negatif
terhadap
manajemen
laba (Y).
4. Damayanti
(2008)
Perbandingan
Akrual dan
pajak
Tangguhan
dalam
Pengujian
aliran
Kas masa
datang
Dan return
saham
Variabel:
Beban pajak
tangguhan (X1),
Akrual (X2).
Objek
penelitian:
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEJ.
Teknik
penelitian:
Regresi logistic
binery
Variabel:
aliran
Kas masa
datang
Teknik
penelitian:
menggunakan
analisis
regresi.
Akrual (X1)
lebih
bermanfaat
dibanding
beban pajak
tangguhan
(X2) dalam
memprediksi
aliran kas
masa
depan(Y1),
sedangkan
beban pajak
tangguhan
lebih
bermanfaat
dibandingkan
akrual
dalam
pengaruhnya
terhadap
return
saham(Y2).
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
43
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
5. Juliati dan
Tjaraka
(2014)
Kemampuan
Deffered
Tax Expense
dan Current
Tax Expense
dalam
mendeteksi
Earning
Management
di saat
perubahan
tarif pajak
pph badan
2008
Variabel:
deffered tax
expense (X1),
current tax
expense (X2),
Akrual (X3)
Earning
management
(Y).
Teknik
penelitian:
Regresi logistic
binery
Objek
penelitian:
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI
Deffered Tax
Expense (X1)
memiliki
hubungan
positif terhadap
manajemen
laba, Current
Tax Expense
(X2) memiliki
hubungan
positif terhadap
manajemen laba
(Y).
6. Widyaningsih
dan
Purnamawati
(2012)
Pengaruh
Beban Pajak
Tangguhan
dan
Profitabilitas
Terhadap
Manajemen
Laba
Variabel:
Beban pajak
tangguhan (X1),
current tax
expense (X2),
Akrual
(X3)
Objek
penelitian:
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI.
Teknik
penelitian:
Regresi logistic
binery
Teknik
penelitian:
explanatory
reaserch.
Deffered Tax
Expense (X1)
memiliki
hubungan
negatif terhadap
manajemen
laba.
Profitabilitas
(X2)
berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Penelitian Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan 7. Deviana
(2011) Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini Dalam Deteksi Manajemen Laba pada Saat Seasoned Equity Offerings
Variabel: Beban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Kini dan Manajemen laba Teknik penelitian: Regresi logistic binery
Objek penelitian: Seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI pada saat seasoned equity offerings
Hasil penelitian menyatakan bahwa beban pajak tangguhan dan beban pajak kini, yang digunakan secara bersama-sama, mampu mendeteksi manajemen laba pada saat seasoned equity offerings.
8. Nusu (2015) Pengaruh penerapan IFRS, pajak, dan karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di bursa bursa efek Indonesia tahun 2010 - 2013
Variabel: Pajak, Manajemen Laba
Variabel: Penerapan IFRS, pajak, dan karakteristik perusahaan
Hasil penelitian menyatakan bahwa pajak memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba dan blok holder berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sedangkan IFRS dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
9. Jayanto dan Kiswanto (2008)
Deferred Tax Expense And Accruals Dalam Memprediksi Earning Management (Penelitian Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI)
Variabel: Deferred Tax Expense, Accruals dan Earning Management
Teknik penelitian: Regresi linier berganda
Hasil penelitian menyatakan bahwa deferred tax expense and accruals berpengaruh terhadap manajemen laba
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
45
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
10. Subagyo
dan Oktavia
(2011)
Pengaruh
Discretionary
Accrual dan
Beban Pajak
Tangguhan
terhadap
Manajemen
Laba
Variabel:
Discretionary
Accrual dan
Beban Pajak
Tangguhan
Teknik
penelitian:
Regresi linier
berganda
Hasil penelitian
menyatakan
bahwa
discretionary
accrual tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba
sedangkan
beban pajak
tangguhan
berpengaruh
terhadap
manajemen laba
11. Budiman
(2013)
Pengaruh
Beban Pajak
Tangguhan
dan Akrual
terhadap
Indikasi
Adanya
Praktik
Manajemen
Laba (Studi
Epiris Pada
Perusahaan
Manufaktur
di Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
Variabel:
Beban Pajak
Tangguhan Dan
Akrual
Periode
penelitian:
2010 - 2012
Hasil pengujian
Logistic Binary
menunjukkan
bahwa variabel
beban pajak
tangguhan
memiliki
pengaruh positif
signifikan
terhadap adanya
indikasi praktik
manajemen laba
(earning
management),
hasil pengujian
Logistic Binary
menunjukkan
bahwa variable
akrual memiliki
pengaruh positif
signifikan
terhadap adanya
indikasi praktik
manajemen laba
(earning
management)
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
46
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Penelitian Metodologi Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan 12. Amanda
dan Febrianti (2015)
Analisis Pengaruh Beban Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan, Dan Basis Akrual Terhadap Manajemen Laba
Variabel: Beban Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan, Dan Basis Akrual
Obek Penelitian: Perusahaan Manufaktur sektor food and beverage
Hasil menyatakan bahwa beban pajak kini berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan beban pajak tangguhan dan basis akrual tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
13. Wijayanti (2015)
Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Persistensi Laba Dan Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur
Variabel: Beban Pajak Tangguhan
Metode penelitian: Regresi Linier Variabel dependen: Persistensi laba dan manajemen laba
maka dapat di ambil kesimpulan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap pesistensi laba dan manajemen laba
14. Febrianto (2014)
Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Variabel: Beban Pajak Tangguhan
Metode penelitian: Regresi Linier berganda
Hasil menunjukkan kepemilikan asing berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan beban pajak tangguhan, kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
47
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dapat
digambarkan pada bagan berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Judul:
PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSE, CURRENT TAX EXPENSE DAN
AKRUAL TERHADAP EARNING MANAGEMENT
Masalah Keagenan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Variabel Independen Variabel Dependen
Deffered Tax Expense (X1)
Akrual (X3)
Earning Management (Y) Current Tax Expense (X2)
Metode Analisis Data:
Model Regresi Logistik Binery
Overall Model Fit Test
(Log Likelihood) Hosmer and Lameshow’s
Goodness of Fit Test
Interpretasi dan Kesimpulan
Uji Wald (Koefisien
Regresi)
48
D. Perumusan Hipotesis
1. Deffered Tax Expense dengan Earning Management
Semakin besar presentase beban pajak tangguhan terhadap total
beban pajak perusahaan menunjukkan standar akuntansi yang semakin
liberal (Yulianti, 2005). Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal
memiliki hubungan positif dengan insentif pelaporan keuangan seperti
financial distress dan pemberian bonus, dengan adanya hal tersebut maka
dimungkinkan manajer dapat melakukan rekayasa laba atau earnings
management dengan memperbesar atau memperkecil jumlah beban pajak
tangguhan yang diakui dengan laporan laba rugi.
Selisih negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal mengakibatkan
terjadinya koreksi negatif yang menimbulkan terjadinya beban pajak
tangguhan (Djamaludin, 2008). Beban yang besar akan menurunkan tingkat
laba yang diperoleh suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya beban yang
sedikit akan menaikkan tingkat laba yang diperoleh perusahaan.
Berdasarkan penelitian Philips.et al (2003) membuktikan adanya
praktik manajemen laba dengan menggunakan beban pajak tangguhan.
Penelitian yang dilakukan Yulianti (2005) juga menemukan bukti empiris
bahwa beban pajak tangguhan memiliki hubungan positif signifikan dengan
probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba guna
menghindari penurunan laba perusahaan. Manajemen laba merupakan
peluang bagi manajemen untuk merekayasa besarnya beban pajak
tangguhan guna menaikan dan menurunkan tingkat labanya. Beban pajak
49
tangguhan mengakhibatkan tingkat laba yang diperoleh menurun dengan
demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan laba yang
lebih besar di masa yang akan datang dan mengurangi besarnya pajak yang
dibayarkan.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka diekspektasi
perananyang signifikan antara beban pajak tangguhan dengan manajemen
laba (earnings management). Earnings management dilakukan dengan
menaikkan atau menurunkan jumlah beban yang diakui dalam laporan laba
rugi. Dengan demikian dibuat hipotesis sebagai berikut:
H1 : Deffered Tax Expense berpengaruh terhadap earnings Management.
2. Current Tax Expense dengan Earning Management
Perbedaan permanen hanya pada current tax expense. Laba
akuntansi setelah dikurangi (ditambah) dengan perbedaan temporer dan
perbedaan permanen akan menghasilkan laba fiskal. Perbedaan permanen
merupakan perbedaan bukan karena waktu, tetapi karena peraturan yang
berbeda antara peratuan akuntansi dan peraturan fiskal seperti dalam
pengakuan pendapatan atau biaya yang dikenakan PPh final, dalam
akuntansi pengakuan pendapatan atau biaya tersebut tetap boleh dilakukan
tetapi dalam peraturan fiskal tidak boleh mengakui pendapatan atau biaya
yang telah dikenakan PPh final. Perbedaan permanen tidak akan terlihat
langsung pada current tax expense, tetapi besarnya laba fiskal akan
memperlihatkan dua perbedaan tersebut. Current tax expense merupakan
tax expense yang mencerminkan perbedaan permanen dan perbedaan
50
temporer antara laba akuntansi dan laba fiskal digitung dari perkalian tarif
pajak yang berlaku pada suatu tahun pajak dikalikan dengan penghasilan
kena pajak pada tahun tersebut (Harnanto, 2003). Oleh karena itu current
tax expense akan mencerminkan laba fiskal yang sesungguhnya.
H2 : Current Tax Expense berpengaruh terhadap earning management.
3. Akrual dengan Earning Management
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomis (IAI, 2013). Agar laporan mencapai
tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual (Winda, 2008).
Penyusunan laporan yang menggunakan metode akrual di gunakan olehpara
manajer dengan memanipulasi laba sedemikian rupa untuk mempengaruhi
keputusan stakeholder. Oleh karena itu, ada kecenderungan para manajer
untuk mengatur laba sedemikian rupa dengan menerapkan income-
increasing discreationary accruals (artinya usaha untuk merekayasa laba
dengan menurunkan tingkat laba pada tingkat tertentu untuk membalikkan
kebijakan akrual yang dilakukan sebelumnya). (Elingga, 2008).
Dasar akrual umumnya memberikan indikasi yang lebih baik dalam
laporan keuangan karena transaksi dan peristiwa keuangan diakui pada saat
kejadian dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Namun konsep akrual
tersebut memiliki kelemahan yaitu dapat dimanfaatkan untuk rekayasa
51
angka-angka dalam laporan keuangan, sehingga dapat digunakan untuk
mengubah angka laba yang dihasilkan apabila standar akuntansi
memungkinkan melalui praktik manajemen laba.
Mengacu pada pernyataan tersebut, maka diekspektasikan adanya
peranan akrual yang dapat digunakan sebagai indikator adanya manajemen
laba. Untuk itu, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Akrual berpengaruh terhadap earning management.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan karakteristik masalah, jenis penelitian ini merupakan
rancangan penelitian kausalitas yaitu tipe penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel independen dan
variabel dependen (Indriantoro dan Supomo, 2009:27). Penelitian ini bertujuan
untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh antara variabel
independen, yaitu aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan akrual
terhadap variabel dependen, yaitu earning management.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 - 2014. Metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive
sampling adalah teknik pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau
pertimbangan pribadi semata. Dengan kata lain penentuan sampel yang
diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dirumuskan terlebih
dahulu oleh peneliti terhadap sampel penelitian (Santoso dan Wedari,
2007:98).
Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
53
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode penelitian (2011 - 2014).
2. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI minimal 1 Januari 2009.
3. Penerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen
per 31 Desember dari tahun 2011 - 2014.
4. Laporan keuangan tersebut terdapat informasi yang lengkap terkait dengan
semua variabel yang diteliti.
5. Perusahaan tidak menggunakan mata uang asing dalam laporan keuangan.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2009:147).
Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang go public dan terdaftar di BEI pada tahun 2011 - 2014 yang
telah dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id dan Pusat
Referensi Pasar Modal BEI. Pemilihan BEI sebagai sumber pengambilan data
dengan alasan BEI merupakan bursa efek terbesar dan representatif di
Indonesia, dimana dalam tahun 2011 hingga 2014 dianggap cukup mewakili
kondisi BEI yang relatif normal.
54
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini untuk menguji apakah deferred tax expense, current tax
expense dan akrual berpengaruh pada earnings management pada perusahaan
manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan
rentang waktu selama lima tahun yaitu tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji
hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi logistik
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dan
SPSS versi 20.0.
1. Statistik Deskriptif
Sugiyono (2012:12) menyatakan, statistik deskriptif berfungsi untuk
mendiskripsikan atau member gambaran terhadap obyek yang diteliti
mealaui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang umum. Tujuan pengujian ini adalah
untuk mempermudah pemahaman variabel - variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Statistik diskriptif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai maksimum, nilai
minimum, serta standar deviasi.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2013:19). Dengan menggunakan pengujian statistik berbantuan
software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20 akan
diketahui rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan standar deviasi dari
setiap variabel yang digunakan.
55
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi
logistik. Variabel kategorik dapat berupa skala nominal atau ordinal.
Metode regresi logistik cocok digunakan untuk penelitian yang variabel
dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan variabel
independennya kombinasi antara metrik dan non metrik seperti halnya
dalam penelitian ini (Ghozali, 2013:333).
Logistic regression digunakan untuk menguji apakah variabel-
variabel deferred tax expense, current tax expense dan akrual berpengaruh
terhadap earning management. Metode ini juga digunakan dalam
penelitian sebelumnya oleh Syamsir, dkk (2013). Dalam regresi logistik
biner tidak memerlukan uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji normalitas data karena menurut
Ghozali logistic regression tidak memerlukan asumsi normalitas pada
variabel bebasnya (Ghozali, 2013:333).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pengujian
dengan regresi logistik menurut (Ghozali, 2013:340) sebagai berikut:
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi dilakukan dengan
menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square
pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow. Dengan memperhatikan
output dari Hosmer and Lemeshow dengan hipotesis:
56
1) Ho = Tidak ada perbedaan nyata antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati.
2) Ha = Ada perbedaan nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi logistik dapat
memperhatikan nilai Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-
Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow, adapun
penjelasanya sebagai berikut:
1) Jika probabilitas > 0,05 Ho diterima
2) Jika probabilitas < 0,05 Ho ditolak
Sehingga apabila nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit
test > 0,05, maka model dikatakan mampu memprediksi nilai observasi
karena cocok dengan data observasinya. Sedangkan apabila nilai
Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test < 0,05, maka model
dikatakan tidak mampu memprediksi nilai observasi karena tidak cocok
dengan data observasinya (Ghozali, 2013:346).
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan cara
memperhatikan nilai antara -2 Log Likehood (LL) pada awal (block
number = 0) dan nilai -2 Log Likehood pada akhir (block number = 1).
Log Likehood pada regresi logistik serupa dengan pengertian “sum of
squared error” pada model regresi, sehingga apabila terjadi penurunan
57
nilai -2 Log Likehood (block number = 0 - block number = 1) berarti
menunjukkan bahwa model regresi yang baik atau model yang
dihipotesakan fit dengan data (Ghozali, 2013:341).
c. Menguji Koefisien Determinasi
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat seberapa besar
persamaan regresi dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil dari
pengujian ini dapat dilihat pada nilai Nagelkerke R Square. Dalam
pengujian koefisien determinasi berdasarkan nilai Nagelkerke R Square,
terdapat nilai Cox & Snell R Square yang dapat diinterpretasikan sama
seperti koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Nilai
koefisien Nagelkerke R Square umumnya lebih besar dari nilai koefisien
Cox & Snell R Square (Ghozali, 2013:341).
d. Menguji Koefisien Regresi
Hal yang perlu diperhatikan dalam menguji koefisien regresi
antara lain:
1) Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5 %.
2) Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada
signifikansi p-value (probabilitas value). Jika p-value > α, maka
hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value < α, maka
hipotesis alternatif diterima.
58
Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:342):
Ln = + DTE + CTE + AKR +
Di mana :
Y = Earning Management, dimana kategori 1 untuk kategori small
profit firms dan kategori 0 untuk kategori small loss firms.
= Konstanta
βx1 = Deferred Tax Expense.
βx2 = Current Tax Expense.
βx3 = Akrual.
ε = Error.
E. Operasional Variabel Penelitian
Terdapat empat variabel yang diukur di dalam penelitian ini yaitu
variabel deferred tax expense, current tax expense dan akrual sebagai variabel
independent dan earning management sebagai variabel dependent. Pada
bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya:
1. Deffered Tax Expense (X1)
Indikator variabel ini berdasarkan pengukuran ini sesuai yang
dilakukan oleh Philips et al. (2003), Yulianti (2005), Hendrawan (2007),
Rahmawati (2007) dan Amali (2009) adalah sebagai berikut:
59
DTEit = DTEit
Ait-1
Keterangan:
DTEit = Deferred tax expense perusahaan i pada tahun t
Ait = Total Asset pada tahun t-1
2. Current Tax Expense (X2)
Northcut dan Vines (1998) menyebutkan bahwa current tax expense
secara signifikan berpengaruh terhadap earning management karena
current tax expense berbanding terbalik dengan deffered tax expense, maka
perusahaan ingin memperbesar earning tax rate dengan membayar current
tax expense yang lebih kecil dan deffered tax expense harus menjadi lebih
besar. Indikator variabel current tax expense diukur dengan cara membagi
current tax expense dengan total asset pada tahun sebelumnya adalah
sebagai berikut:
CTEit = CTEit
Ait-1
Keterangan:
CTEit = Current tax expense perusahaan i pada tahun t
Ait = Total Asset pada tahun t-1
3. Akrual (X3)
Dalam akuntansi dikenal istilah basis akrual dan basis kas. Istilah
akrual digunakan untuk menentukan penghasilan pada saat diperoleh dan
60
untuk mengakui beban yang sepadan dengan revenue pada periode yang
sama, tanpa memperhatikan waktu penerimaan kas dari penghasilan yang
bersangkutan. Komponen akrual merupakan pengakuan kejadian non kas
dalam laporan laba rugi namun diharapkan akan diterima atau dibayarkan
biasanya dalam kas dimasa yang akan datang (Belkaoui, 2007:14). Dalam
penelitian ini variabel akrual diproksi dengan discretionary accrual dari
Modified Jones Model yang merupakan model terbaik untuk
mendeteksimanajemen laba (Suranggane, 2007). Langkah-langkah untuk
memperoleh akrual:
TAccit = EBEIit – (CFOit - EIDOit)
Keterangan:
TAccit = Total Akrual perusahaan i pada periode t
EBEIit = Income before extraordionary items pada tahun t (EBIT)
CFOit = Cash flows from operation pada tahun t
EIDOit = Extraordionary items and discontinued operation tahun t (0)
4. Earning Management (Y)
Earning management merupakan perilaku yang dilakukan oleh
manajer perusahaan untuk meningkatkan atau menurunkan laba dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan
dirinya sendiri (Belkaoui, 2007:201). Variabel earning management
merupakan variable dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau
dikotomi (Ghozali, 2009:49), dimana kategori 1 untuk perusahaan berada
dalam range small profit firms dan 0 untuk perusahaan berada dalam range
61
small loss firms. Perusahaan yang berada pada range 0 - 0,06 dikategorikan
small profit firms, sedangkan perusahaan yang berada pada range -0,09 - 0
dikategorikan small loss firms.
Menurut Philip et.al (2003) menyatakan jika perubahan laba bersih
tahun t-1 terhadap tahun t, dibagi dengan harga pasar saham diakhir tahun
adalah ≥ 0 dan < 0. Berikut ini adalah formula untuk mendapatkan skala
pengukuran variabel probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen
laba:
Scaled Earning Change
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
sampel dan kelompok perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian ini.
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia mulai tahun 2011 sampai dengan 2014. Perusahaan sektor
Manufaktur tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
laporan keuangan yang telah diaudit. Fokus penelitian ini adalah ingin
melihat pengaruh deffered tax expense, current tax expense dan akrual
terhadap earning management.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
untuk perusahaan manufaktur tampak dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur
No. Kriteria Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode penelitian (2011 - 2014)
130
2. Perusahaan tersebut belum terdaftar di BEI minimal 1
Januari 2011
(12)
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
63
Tabel 4.1
Proses Seleksi Populasi Perusahaan Manufaktur
No. Kriteria Jumlah
3. Perusahaan yang delisting dari tahun 2011 – 2014 (3)
4.
Penerbitkan laporan keuangan yang belum diaudit oleh
auditor independen per 31 Desember dari tahun 2001 -
2014
(0)
5. Laporan keuangan tersebut tidak terdapat informasi yang
lengkap terkait dengan semua variabel yang diteliti
(61)
6. Terdapat akun pada laporan keuangan dengan mata uang
asing yang dikonversi ke rupiah
(18)
Total Sampel Perusahaan 36
Tahun Penelitian 4
Total Sampel 144
Sumber: data diolah
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jumlah perusahaan yang
menjadi objek penelitian berjumlah 36 perusahaan, tahun penelitian mulai
dari 2011 – 2014 (4 tahun). Maka total sampel berjumlah 144 (36 x 4 =
144).
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (deffered
tax expense, current tax expense) terhadap earning management.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas
elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 20.0
untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-
64
variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah
melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan
manufaktur pada periode 2011 - 2014 berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing
dari tahun 2011.
Tabel deskriptif menjelaskan variabel - variabel independen yaitu,
deffered tax expense, current tax expense, akrual dan variabel dependen
earning management. Dan data yang akan diolah adalah data laporan
tahunan periode 2011 - 2014.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 144
data observasi untuk perusahaan Manufaktur yang berasal dari perkalian
antara periode penelitian 4 tahun dari tahun 2011 sampai 2014 dengan
jumlah perusahaan sampel 36 perusahaan. Berikut tabel hasil olahan data
mengenai statistik deskriptif adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DTE 144 .00 .19 .0193 .02928 CTE 144 -2929.92 42336.12 220.5172 3585.06457 AKR 144 -3923570 2355840 -65115.57 616973.13 EM 144 0 1 .52 .501
Valid N (listwise) 144
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan statistik deskriptif masing-masing
variabel penelitian. Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap deffered tax expense
65
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00 nilai maksimum sebesar 0,19
dengan rata-rata sebesar 0,0193 dan standar deviasi 0,02928. Hasil
analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap current tax
expense menunjukkan nilai minimum sebesar -2929,92, nilai maksimum
sebesar 42336,12 dengan rata-rata sebesar 220,5172 dan standar deviasi
3585,06457. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
terhadap akrual menunjukkan nilai minimum sebesar -3923570, nilai
maksimum sebesar 2355840 dengan rata-rata -651155,57 dan standar
deviasi 616973,13. Dan untuk variabel dependen yang berupa earning
management menunjukkan nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum
sebesar 1 dengan rata-rata sebesar 0,52 dan standar deviasi 0,501.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Analisis regresi logistik dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi logistik dengan tipe regresi logistik biner. Regresi biner digunakan
untuk memprediksi besarnya variabel tergantung atau variabel keluaran
yang merupakan variabel biner dengan menggunakan variabel berskala
interval yang sudah diketahui. Variabel biner adalah data dengan skala
nominal (kategorial) yang hanya terdiri dari dua kemungkinan (Sarwono
dan Budiono, 2012).
Dalam penelitian ini untuk perusahaan manufaktur variabel
dependen (respons) Y bertipe kategorial atau dua pilihan yaitu: small loss
firms = 0 dan small profit firms = 1. Keterangan ini dapat dilihat dalam
tabel identifikasi data:
66
Tabel 4.3
Identifikasi Data
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Small Loss Firm 0 Small Profit Firm 1
Sumber: data diolah
Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 144 atau
N=144. Untuk melihat kelengkapan daya yang diproses dalam penelitian ini
dan tidak adanya missing case ditunjukkan pada tabel Case Processing
Summary sebagai berikut:
Tabel 4.4
Data yang Diproses
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 144 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 144 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 144 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Sumber: data diolah
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik
dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2013:340):
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji
hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan
fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak, hal ini
berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya
67
sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis
nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena
sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2013:341).
Tabel 4.5
Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3.224 8 .920
Sumber: data diolah
Untuk menguji kelayakan model regresi kita menggunakan
angka probabilitas pada bagian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test. Dari output yang diperoleh nilai Chi-square sebesar 3,224
dengan probabilitas 0,920 atau lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka
model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya.
b. Hasil Uji Overall Model Fit
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan -2LogL
pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model dihipotesiskan fit
dengan data (Ghozali, 2013:341). Log Likelihood mirip dengan
pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga
penurunan model Log Likelihood menunjukkan model regresi yang
semakin baik.
68
Untuk melihat model yang lebih baik untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya internet financial reporting pada perusahaan
manufaktur menggunakan nilai -2 Log Likelihood. Dari hasil
perhitungan terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood pada blok pertama
(block number = 0) yaitu nilai -2 Log Likelihood sebesar 199,376 seperti
yang terlihat pada tabel 4.6 dibanding -2 Log Likelihood pada blok
kedua (block number = 1) yaitu nilai -2 Log Likelihood sebesar 182,727
seperti yang terlihat pada tabel 4.7. Hasil ini memberikan simpulan
bahwa model regresi kedua lebih baik dari pada regresi model pertama
dalam mempengaruhi earning management.
Tabel 4.6
Tabel Uji Overall Model Fit
(block number = 0) Iteration History
a,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0 1 199.376 .083
2 199.376 .083
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 199.376 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: data diolah
Tabel 4.7
Tabel Uji Overall Model Fit
(block number = 1) Iteration History
a,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant DTE CTE AKR
Step 1
1 182.727 .141 -.001 -.010 .010
2 182.635 .149 -.001 -.011 .011
3 182.635 .149 -.001 -.011 .011
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 199.376 d. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: data diolah
69
c. Hasil Koefisien Determinasi
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
pada perusahaan manufaktur ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R
Square yang merupakan modifikasi dari koefisien Cox&Snell R Square
untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Nilai
Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,146 yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 14,6 %.
Tabel 4.8
Koefisien Cox & Snell R Square dan Negelkerke R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 182.635a .110 .146
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: data diolah
d. Hasil Uji Tabel Klasifikasi
Menurut data, perusahaan yang mengalami range small loss firms
(0) adalah 144 perusahaan sedangkan hasil observasinya 26 perusahaan.
Jadi ketepatan klasifikasi yang diamati untuk perusahaan yang
mengalami small loss firms sebesar 62,3% (43/69) sedangkan, data
untuk perusahaan small profit firms (1) adalah 144 perusahaan dan hasil
observasinya 52 perusahaan, maka ketepatan data klasifikasi yang
diamati untuk perusahaan small profit firms (1) sebesar 69,3% (52/75).
Secara keseluruhan ketepatan klasifikasi dalam penelitian ini sebesar
66%.
70
Dari hasil persamaan regresi logistic dalam penelitian ini
menunjukan daya klasifikasi ketepatan prediksi keseluruhan sebesar
66% dengan klasifikasi untuk kelompok perusahaan yang mengalami
small loss firms sebesar 62,3% dan untuk kelompok perusahaan yang
mengalami small profit firms sebesar 69,3%. Ini ditunjukan dengan
classification table pada output SPSS dengan cut-off value 0,50 dan
mendukung hipotesis dalam penelitian yang berarti variabel independen
(deffered tax expense, current tax expense, akrual) dapat digunakan
untuk memprediksi earning management perusahaan.
Tabel 4.9
Hasil Uji Klasifikasi Classification Table
a
Observed Predicted
EM Percentage Correct Small Loss Firm Small Profit Firm
Step 1 EM
Small Loss Firm 43 26 62.3
Small Profit Firm 23 52 69.3
Overall Percentage 66.0
a. The cut value is .500
Sumber: data diolah
e. Hasil Matriks Klasifikasi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan
antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka signifikan lebih
kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5 %
maka berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.
Analisis uji regresi ini untuk menguji seberapa jauh semua variabel
terikat. Hasil koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan
nilai probabilitas (sig) pada tabel berikut:
71
Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Data
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
DTE -.001 .005 .032 1 .859 .999
CTE -.011 .004 6.325 1 .012 .989
AKR .011 .005 5.921 1 .015 1.011
Constant .149 .713 .044 1 .834 1.161
a. Variable(s) entered on step 1: DTE, CTE, AKR.
Sumber: data diolah
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan
model berikut ini:
Ln = + CTE + AKR
Ln = - 0,024 – 0,011 CTE + 0,011 AKR
Tabel 4.11
Ringkasan Hasil Uji Signifikansi
No Hipotesis Hasil Uji Signifikansi
1 Deffered tax expense tidak berpengaruh
terhadap earning management. Tidak Didukung
2 Current tax expense berpengaruh
terhadap earning management. Didukung
3 Akrual berpengaruh terhadap earning
management. Didukung
Sumber: Data skunder yang diolah
1) Deffered Tax Expense Tidak Berpengaruh terhadap Earning
Management
Hasil menunjukkan bahwa variabel deferred tax expense yang
diproksikan dengan Z”score tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap earning management. Dengan bukti empiris bahwa nilai
signifikansi (sig) dari variabel tersebut adalah 0,859 lebih besar dari
72
0,05 artinya bahwa H1 ditolak, hasil sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amanda dan Febrianti (2015) Hasil menyatakan
bahwa beban pajak kini berpengaruh terhadap manajemen laba,
sedangkan beban pajak tangguhan dan basis akrual tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian juga diperkuat oleh
Febrianto (2014) yang menyatakan bahwakepemilikan asing
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan beban pajak
tangguhan, kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
2) Current Tax Expense Berpengaruh terhadap Earning
Management
Hasil menunjukkan bahwa variabel current tax expense pada
perusahaan manufaktur berpengaruh secara signifikan terhadap
earning management. Dengan bukti empiris bahwa nilai signifikansi
(sig) dari variabel tersebut adalah 0,012 lebih kecil dari 0,05 artinya
bahwa H2 diterima. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Juliati dan Tjaraka (2011) dengan judul “kemampuan deferred
tax expense dan current tax expense dalam mendeteksi earnings
management di saat perubahan tarif pajak penghasilan badan tahun
2008 - 2010 (studi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia)”. Hasil penelitian menyatakan bahwa hanya deferred tax
expense dan current tax expense yang memiliki kemampuan dalam
73
mendeteksi earnings management di saat perubahan tarif pajak
penghasilan badan. Tarif pajak yang berbeda antara tahun 2008, 2009
dan 2010 menjadi varibal dummy dan perubahan tarif pajak dari
tahun 2008 ke tahun 2009 yang memiliki pengaruh terhadap earnings
management. Hasil juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nusu (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh penerapan
IFRS, pajak, dan karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur di bursa bursa efek Indonesia tahun
2010 - 2013. Hasil penelitian menyatakan bahwa pajak memiliki
pengaruh positif terhadap manajemen laba dan blok holder
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sedangkan IFRS dan
financial leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
3) Akrual Berpengaruh terhadap Earning Management
Hasil menunjukkan bahwa variabel akrual pada perusahaan
manaufaktur berpengaruh secara signifikan terhadap earning
management. Dengan bukti empiris bahwa nilai signifikansi (sig) dari
variabel tersebut adalah 0,015 lebih kecil dari 0,05 artinya bahwa H3
diterima. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widiastuti dan Chusniah (2010) yang meneliti mengenai “analisis
aktiva pajak tangguhan dan discretionary accrual sebagai predictor
manajemen laba pada perusahaan manajemen laba pada perusahaan
yang terdaftar di BEI” Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa
aktiva pajak tangguhan dan discretionary accrual berpengaruh
74
terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Subagyo dan Oktavia (2011) dalam
penelitiannya yang berjudul “pengaruh discretionary accrual dan
beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba”. Hasil penelitian
menyatakan bahwa discretionary accrual tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba sedangkan beban pajak tangguhan berpengaruh
terhadap manajemen laba.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh deffered tax
expense, current tax expense dan akrual terhadap earning management.
Populasi dalam peneltian ini adalah perusahaan Mnaufatur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dipilih secara purposive sampling dengan periode waktu 4 tahun
dari tahun 2011 hingga 2014. Penelitian ini dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunakan model regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian regresi logistik ditemukan bahwa deffered tax
expense tidak berpengaruh secara signifikan dan terhadap earning
management.
2. Berdasarkan pengujian regresi logistik ditemukan bahwa current tax
expense berpengaruh secara signifikan dan terhadap earning management.
3. Berdasarkan pengujian regresi logistik ditemukan bahwa akrual
berpengaruh secara signifikan dan terhadap earning management.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dtemukan bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap earning management adalah current tax expense dan
akrual, sedangkan variabel deffered tax expense tidak berpengaruh terhadap
76
earning management. Dengan hasil penelitian tersebut maka saran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa deferred tax expense tidak berpengaruh
dan negatif terhadap earning management, maka sebaiknya investor dan
petugas pajak melakukan analisa pada komponen deferred tax expense
yaitu aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan.
2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa current tax expense berpengaruh dan
negatif terhadap earning management, maka sebaiknya petugas pajak
melakukan analisa pada laporan keuangan dengan melakukan rekonsiliasi
fiskal.
3. Berdasarkan hasil penelitian bahwa akrual berpengaruh dan positif terhadap
earning management, maka sebaiknya investor dan petugas pajak
melakukan analisa pada akun akrual pada laporan balance sheet untuk
mengidentifikasi biaya-biaya yang benar digunakan pada operasional
perusahaan pada setiap periode laporan keuangan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menambahkan variabel selain yang
dapat mempengaruhi earning management, seperti aktiva pajak tangguhan,
kewajiban pajak tangguhan, penghapusan piutang, tax amnesty dan lain-
lain.
77
DAFTAR PUSTAKA
Amanda Felicia dan Febrianti Meiriska, “Analisis Pengaruh Beban Pajak Kini,
Beban Pajak Tangguhan dan Basis Akrual terhadap Manajemen Laba”,
Ultima Accounting Vol 7. No.1. Juni, 2015.
Anthony dan Govindarajan, “Management Control System”, Edisi 11,
penerjemah: F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista, Penerbit Salemba
Empat, Buku 2, Jakarta, 2005.
Belkaoui, Ahmed, “Accounting Theory”, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, “Dasar - dasar Manajemen Keuangan”,
Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Budiman, Taufik, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Akrual terhadap
Indikasi Adanya Praktik Manajemen Laba (Studi Epiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jurnal Akuntansi Keuangan,
vol.2, No 4, Jakarta, 2013.
Damayanti, Theresia, “Perbandingan Akrual dan Pajak Tangguhan dalam
Pengujian Aliran Kas Masa Datang dan Return Saham”, Jurnal
Akuntansi/Tahun XII, No. 03, 2008.
Deviana, Birgita, “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Kini
Dalam Deteksi Manajemen Laba pada Saat Seasoned Equity Offerings”,
Jurnal Akuntansi Perpajakan, Vol. 3, No. 1, Jakarta, 2011.
Djamaludin, Subekti, Analisis Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba
Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Aliran Kas pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia Vol. 11, No. 1, Hal. 52-74, Jakarta, 2008.
Elingga, Muna, “Pengaruh Komponen Akuntansi Akrual Sebagai Prediktor Arus
Kas Koperasi pada Saat Krisis dan Setelah Krisis”, Jurnal
Akuntansi/Tahun XII, No. 02 (132:14), 2008.
Febrianto, Arief, “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Struktur Kepemilikan
terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia”, Jurnal TEKUN/Volume V, No. 02, September
2014: 218-229, 2014.
Ghozali, Iman, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
78
Gideon, Boediono, Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo, 2005.
Gunny, K., “What are the Consequences of Real Earnings Management”
Working Paper, University of Colorado, No. 64 pp - 311-357, 2005.
Harnanto, “Akuntansi Perpajakan”, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2011.
Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat,
Jakarta, 2013.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen, Yogyakarta, BPFE, 2009.
Jayanto, Prabowo Yud dan Kiswanto, “Deferred Tax Expense and Accruals
dalam Memprediksi Earning Management (Penelitian Empiris pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Akuntansi,
Vol. 4 No. 2, Semarang, 2008.
John J. O. I Lhalau, “Manajemen Earning dalam Penawaran Perdana Saham di
Bursa Efek Jakarta Periode 1998 - 2000”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
(Dian Ekonomi). Vol. VIII No. 2, Jakarta, 2002.
Juliati dan Heru Tjaraka, “Kemampuan Deferred Tax Expense dan Current Tax
Expense dalam Mendeteksi Earnings Management di Saat Perubahan
Tarif Pajak Penghasilan Badan Tahun 2008 - 2010 (Studi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Akuntansi,
Volume 1, Nomor 2, Mataram, 2014.
Mardiasmo, “Perpajakan”, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta, 2011.
Nusu, Nursulastiani Sultan, “Pengaruh Penerapan IFRS, Pajak dan Karakteristik
Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013”, Trisakti Journal Of Accounting
2015, Vol. 1, No. 3. Jakarta, 2015.
Panggabean, Ryan Raymond, “Pengaruh Corporate Governanc Terhadap
Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”,
Jurnal Akuntansi, Vol. 2, No. 1. Semarang, 2011.
Philips, Pincus, S.O Rego, “Earning Management: New Evidence Based on
Deffered Tax Expense”. The Accounting Review, No. 78 pp - 491-521,
2003.
Purba, Marisi, Akuntansi Pajak Penghasilan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.
79
Robinson, “Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi dan pengendalian”,
Salemba, Empat Jakarta, 2008.
Roychowdhury, Sugata, “Earnings Management Through Real Activities
Manipulation”, Journal of Accounting and Economics 42 (2006) 335–
370, Cambridge, 2006.
Samsul, Mohamad, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga,
Jakarta, 2006.
Scott, William, “Financial Accounting Theory”, Pearson Education Canada, Inc.,
Toronto, 2006.
Stice, Earl K, “Accounting Intermediate”, Edisi 15, Salemba Empat, Jakarta,
2010.
Suandy, Erly, “Hukum Pajak”, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Subagyo dan Oktavia, “Pengaruh Discretionary Accrual dan Beban Pajak
Tangguhan terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Akuntansi, Volume 11,
Nomor 1, Semarang, 2011.
Sulistyanto, Sri, “Manajemen Laba Teori dan Model Empiris”, Grasindo,
Jakarta, 2008.
Sulistiyo dan Midiastuty, Pratana, ”Analisis Hubungan Mekanisme Corporate
Governance dan Indikasi Manajemen Laba”, Artikel Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) VI, Vol. 2. No. 1, Surabaya, 2003.
Suranggane, Zulaikha, “Analisis Aktiva Pajak Tangguhan dan Akrual Sebagai
Prediktor Manajemen Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Vol. 4, No. 1, 2007.
Ulfah, Yana, “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak
Terhadap Praktik Manajemen Laba”, Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan 4, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Samarinda, 2012.
Waluyo, “Akuntansi Pajak”, Edisi 2, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta,
2011.
Widyaningsih, Aristanti dan Cynthia Ayu Purnamawati, “Pengaruh Beban Pajak
Tangguhan Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba”, Prosiding
Seminar Nasional, ISBN: 978-602-17225-0-3, Bandung, 2012.
80
Wjayanti, Sri, “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Persistensi Laba
dan Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Akuntansi,
Vol. 1, No. 2, Surabaya, 2015.
Yulianti, “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Memprediksi Manajemen
Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 2, No. 1, Juli, pp-
107-129, 2005.
Zain, Mohammad, “Manajemen Perpajakan”, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
81
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan
NO Emiten Nama Perusahaan
1. AKKU PT Aneka Kemasindo Utama, Tbk
2. AKPI PT Argha Karya Prima Industry, Tbk
3. AMFG PT. Asahimas Flat Glas, Tbk
4. APLI PT. Asiaplast Industries, Tbk
5. ARNA PT. Arwana Citramulia, Tbk
6. BRNA PT. Berlina, Tbk
7. BTON PT. Betonjaya Manunggal, Tbk
8. BUDI PT. Budi Starch & Sweetener, Tbk
9. CTBN PT. Citra Tubindo, Tbk
10. DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk
11. ETWA PT. Eterindo Wahanatama, Tbk
12. FASW PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
13. GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel, Tbk
14. IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Tbk
15. IKAI PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk
16. INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk
17. INKP PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
18. INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
19. JKSW PT. Jakarta Kyoei Steel Works, Tbk
20. JPFA PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk
21. JPRS PT. Jaya Pari Steel, Tbk
22. LION PT. Lion Metal Works, Tbk
23. LMSH PT. Lionmesh Prima, Tbk
24. MAIN PT. Malindo Feedmill, Tbk
25. MLIA PT. Mulia Industrindo, Tbk
26. NIKL PT. Pelat Timah Nusantara, Tbk
27. PICO PT. Pelangi Indah Canindo, Tbk
28. SIMA PT. Siwani Makmur, Tbk
29. SIPD PT. Sierad Produce, Tbk
30. SMCB PT. Holcim Indonesia, Tbk
31. SMGR PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk
32. SPMA PT. Suparma, Tbk
33. SULI PT. SLJ Global, Tbk
34. TOTO PT. Surya Toto Indonesia, Tbk
35. TRST PT. Trias Sentosa, Tbk
36. UNIC PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk
82
Lampiran 2: Hasil Perhitungan Data Mentah
Perhitungan DTE
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014
1. AKKU 0,0858 0,0560 0,1883 0,0066
2. AKPI 0,0410 0,0473 0,0749 0,0664
3. AMFG 0,0025 0,0029 0,0016 0,0006
4. APLI 0,0486 0,0433 0,0383 0,0374
5. ARNA 0,0044 0,0028 0,0014 0,0057
6. BRNA 0,0014 0,0266 0,0024 0,0093
7. BTON 0,0140 0,0098 0,0080 0,0062
8. BUDI 0,0074 0,0020 0,0040 0,0873
9. CTBN 0,0001 0,0003 0,0039 0,0028
10. DPNS 0,0378 0,0073 0,0753 0,0147
11. ETWA 0,0056 0,0090 0,0065 0,0366
12. FASW 0,0829 0,0766 0,0534 0,0593
13. GDST 0,0374 0,0141 0,0012 0,0052
14. IGAR 0,0022 0,0017 0,0022 0,0036
15. IKAI 0,0118 0,0195 0,0515 0,0555
16. INAI 0,0055 0,0009 0,0026 0,0026
17. INKP 0,0297 0,0245 0,0195 0,0151
18. INTP 0,0317 0,0226 0,0174 0,0134
19. JKSW 0,1346 0,1359 0,0107 0,0159
20. JPFA 0,0005 0,0048 0,0036 0,0026
21. JPRS 0,0063 0,0065 0,0075 0,0111
22. LION 0,0019 0,0025 0,0024 0,0022
23. LMSH 0,0200 0,0008 0,0006 0,0106
24. MAIN 0,0028 0,0190 0,0059 0,0142
25. MLIA 0,0102 0,0090 0,0299 0,0228
26. NIKL 0,0062 0,1039 0,0002 0,0002
27. PICO 0,0040 0,0036 0,0047 0,0015
28. SIMA 0,0029 0,0017 0,0046 0,0052
29. SIPD 0,0002 0,0014 0,0000 0,0000
30. SMCB 0,0625 0,0321 0,0029 0,0228
31. SMGR 0,0001 0,0001 0,0002 0,0017
32. SPMA 0,0020 0,0025 0,0046 0,0010
33. SULI 0,0043 0,0192 0,0247 0,0107
34. TOTO 0,0140 0,0175 0,0209 0,0241
35. TRST 0,0014 0,0009 0,0152 0,0036
36. UNIC 0,0114 0,0151 0,0160 0,0114
83
Perhitungan CTE
No. Perusahaan 2011 2012 2013 2014
1. AKKU 4,83 -16,06 18,58 -301,24
2. AKPI 71,42 63,70 65,56 83,99
3. AMFG 24,53 26,58 31,49 28,16
4. APLI 133,77 190,02 352,61 39,05
5. ARNA 24,48 17,49 14,43 14,52
6. BRNA 44,79 30,17 275,30 77,25
7. BTON 22,23 19,02 23,84 89,36
8. BUDI 78,26 311,14 -297,16 165,25
9. CTBN 22,37 21,38 18,16 28,10
10. DPNS -196,27 36,57 4,35 100,97
11. ETWA 36,50 145,25 31,50 -49,15
12. FASW 99,24 972,34 -70,84 140,59
13. GDST 24,33 76,59 40,12 -272,01
14. IGAR 21,62 21,73 23,47 16,72
15. IKAI 72,33 -2349,19 -1078,43 -2169,65
16. INAI 127,71 85,16 120,76 83,91
17. INKP 917,90 -378,47 -474,06 42336,12
18. INTP 15,42 16,81 19,06 38,60
19. JKSW -2929,92 -2844,07 -2677,41 -2731,59
20. JPFA 41,16 37,76 58,43 99,75
21. JPRS 41,17 149,12 114,38 -314,11
22. LION 24,96 23,72 24,60 43,31
23. LMSH 23,06 33,94 28,03 38,82
24. MAIN 22,26 22,32 31,97 -150,16
25. MLIA 302,78 -957,93 237,13 187,50
26. NIKL -1517,76 -115,59 552,93 389,17
27. PICO 136,47 148,10 111,96 146,17
28. SIMA -18,67 -303,72 -554,59 -548,02
29. SIPD 250,13 691,87 1091,18 124,37
30. SMCB 23,31 233,15 38,76 50,79
31. SMGR 19,53 19,66 22,62 57,42
32. SPMA 136,83 120,87 -231,02 125,27
33. SULI 199,58 43,83 26,62 89,46
34. TOTO 17,88 15,18 20,15 23,02
35. TRST 58,54 113,40 82,37 195,42
36. UNIC 98,46 78,91 31,33 73,22
84
PERHITUNGAN AKRUAL
No Perusahaan 2011 2012 2013 2014
1 AKKU 1943388570.00 766623259 -2886434614 48898819730
2 AKPI -134955290820 -12203338709 24262231836 -374349388471
3 AMFG -335386567264 -411134551380 -551873570625 -564249444362
4 APLI -17653483258 14311951742 -61602779020 -22314312024
5 ARNA -143852448461 -237695664630 -278877715202 -238937644100
6 BRNA -96770552076 -101095799599 -103086472813 -198105469311
7 BTON -33565165550 -26137494909 -11077947139 -7643747493
8 BUDI -74059820511 -1645912690 -222243843886 -68189867636
9 CTBN -332999654298 -19650869936 -537610666113 -300788473629
10 DPNS -14122044340 -6530781854 -660688165 -5877762478
11 ETWA 3044537845 -53434067824 226069701200 -176214302118
12 FASW -1911187129796 -422204679850 -209910765041 -1327852701205
13 GDST -20585827747 -370214739892 -192924779196 -220244499811
14 IGAR -26838792878 -32191665305 -31571715955 -25762743598
15 IKAI 978161970 -4586094303 11911944684 15834743660
16 INAI -19866165000 99406581427 -77754705674 -81915057561
17 INKP -1617939288552 -1601379327084 -3640457871265 -3014647610087
18 INTP -3883706581977 -5674816123258 -5419261935900 -5344601025007
19 JKSW -4778245834 -732843739 -89959070 -9380946485
20 JPFA 75144872309 -299123635109 -173609000000 -1570533000000
21 JPRS 36795353296 10271380072 -78622505616 76997866163
22 LION -40207226506 -66606122581 -52556630144 -61833251075
23 LMSH -5100070294 -10588683810 -13814772211 -9999761781
24 MAIN -66218380470 -293046400259 -109332624515 301780475310
25 MLIA -180066474915 -518836806517 -638446973725 -460633645000
26 NIKL 108639985327 -64670065321 -4689962110 -110240054967
27 PICO 13820564979 25484273295 5967845178 -24408903218
28 SIMA 5594681788 4008389312 10093288570 -3624161343
29 SIPD -22464538884 142720790667 -43981898630 -26515918298
30 SMCB -2086234319955 -1692109961543 -2262245151332 -1709436705035
31 SMGR -4415748427869 -5591858634476 -6047147495000 -6721170878000
32 SPMA -112526813581 -27880708966 -73269743170 -32968578086
33 SULI -24330013023 20565777539 183638929560 -34541033158
34 TOTO -235996721371 -188137137822 -320626740014 -307708247257
35 TRST -131729499161 -76503870398 -111913168168 -236909861230
36 UNIC 55047163045 -207684055192 -19650622880 -312432450473
85
Perhitungan Earning Management
No Perusahaan 2011 2012 2013 2014
1 AKKU 0 1 1 0
2 AKPI 0 0 1 1
3 AMFG 1 1 0 1
4 APLI 0 0 0 1
5 ARNA 1 1 1 1
6 BRNA 1 1 0 1
7 BTON 1 1 1 0
8 BUDI 1 0 1 0
9 CTBN 1 0 1 0
10 DPNS 0 1 1 0
11 ETWA 1 0 0 0
12 FASW 0 0 0 1
13 GDST 0 0 1 0
14 IGAR 1 0 0 1
15 IKAI 0 1 0 1
16 INAI 1 0 0 1
17 INKP 0 1 1 0
18 INTP 1 1 1 0
19 JKSW 0 0 1 1
20 JPFA 0 1 0 0
21 JPRS 1 0 1 0
22 LION 1 1 0 0
23 LMSH 1 1 0 0
24 MAIN 1 1 0 0
25 MLIA 0 1 0 1
26 NIKL 0 0 1 0
27 PICO 1 0 1 1
28 SIMA 1 0 1 1
29 SIPD 0 0 0 0
30 SMCB 1 1 0 0
31 SMGR 1 1 1 0
32 SPMA 1 1 0 1
33 SULI 0 1 0 1
34 TOTO 1 1 1 1
35 TRST 1 0 0 0
36 UNIC 1 0 1 0
86
Lampiran 3: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DTE 144 .00 .19 .0193 .02928 CTE 144 -2929.92 42336.12 220.5172 3585.06457 AKR 144 -3923570 2355840 -65115.57 616973.13 EM 144 0 1 .52 .501
Valid N (listwise) 144
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 144 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 144 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 144 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Small Loss Firm 0 Small Profit Firm 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0 1 199.376 .083
2 199.376 .083
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 199.376 c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a,b
Observed Predicted
EM Percentage Correct Small Loss Firm Small Profit Firm
Step 0 EM
Small Loss Firm 0 69 .0
Small Profit Firm 0 75 100.0
Overall Percentage 52.1
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
87
Block 1: Method = Enter
Iteration History
a,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant DTE CTE AKR
Step 1
1 182.727 .141 -.001 -.010 .010
2 182.635 .149 -.001 -.011 .011
3 182.635 .149 -.001 -.011 .011
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 199.376 d. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 182.635a .110 .146
a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3.224 8 .920
Classification Table
a
Observed Predicted
EM Percentage Correct Small Loss Firm Small Profit Firm
Step 1 EM
Small Loss Firm 43 26 62.3
Small Profit Firm 23 52 69.3
Overall Percentage 66.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
DTE -.001 .005 .032 1 .859 .999
CTE -.011 .004 6.325 1 .012 .989
AKR .011 .005 5.921 1 .015 1.011
Constant .149 .713 .044 1 .834 1.161
a. Variable(s) entered on step 1: DTE, CTE, AKR.
Correlation Matrix
Constant DTE CTE AKR
Step 1
Constant 1.000 -.709 -.646 -.678
DTE -.709 1.000 .245 .290
CTE -.646 .245 1.000 .169
AKR -.678 .290 .169 1.000