pengaruh efektivitas kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
TRANSCRIPT
PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN
TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI
(STUDI PADA PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)
CABANG TANJUNG EMAS SEMARANG)
Ardy Baskoro Wicaksono
Prof. Dr. H. Sugeng Wahyudi, M.M.
ABTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence of effectiveness of
leadership towards employee satisfaction. Effectiveness of leadership consist of
employee-leader relationship, task structure, and leader position power. The
location of study on the PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung
Emas Semarang.
Samples used in this study is employees PT Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang. The method of sampling used by
proportional sampling, method data analysis used are multiple linier regression
analysis, using SPSS program.
The results of hypothesis testing, showed that two variables have a
significant effect is the task structure and leader position power on job satisfaction of
employees, whereas the numbers Adjusted R Square of 0.722 showed 72.2%
variation in the effectiveness of leadership which can be explained by the three
independent variables, where the remaining 27.8% is explained by other factors
beyond this study
Key words: Effectiveness of leadership, employee-leader relationship, task
structure, leader position power, and employee satisfaction.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah perusahaan.
Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga
memiliki peran vital guna mencapai tujuan dan kesuksesan perusahaan. Konsentrasi
dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki ikatan kerja di
dalam perusahaan.
Perusahaan dalam perjalanannya akan semakin maju dan berkembang, serta
mempunyai banyak tantangan dan hambatan, salah satunya adalah bagaimana
perusahaan dapat menciptakan kepuasan kerja bagi pegawai di dalamnya. Salah satu
faktor kepuasan kerja pegawai adalah dengan adanya pemimpin yang efektif.
Pemimpin yang efektif merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
cara kerja dari pegawai dimana nantinya timbul menjadi kepuasan kerja yang
akhirnya terlihat pada hasil kerja yang diberikan oleh pegawai (Astuti, 2009).
Kepemimpinan yang efektif dan kepuasan kerja pegawai adalah dua faktor
yang telah dianggap sebagai dasar bagi organisasi sukses. Seorang pemimpin yang
mampu memberikan arah bagi organisasi dan pengikut mengarah kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan. Sedangkan pegawai dengan kepuasan kerja yang tinggi
cenderung mengerahkan usaha lebih dalam tugas mereka ditugaskan dan mengejar
kepentingan organisasi (Voon, et., al. 2011).
Kepuasan kerja merupakan faktor kritis guna dapat tetap mempertahankan
individu untuk senantiasa memiliki kualifikasi yang baik. Aspek-aspek spesifik yang
berhubungan dengan pemimpin, gaji, keuntungan, promosi, kondisi kerja, praktek
perusahaan dan hubungan dengan rekan kerja. Diantara indikator-indikator penentu
kepuasan kerja, kepemimpinan dipandang sebagai prediktor penting. Kesuksesan
perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran tergantung pada manajer dan gaya
kepemimpinannya (Engko dan Gudono, 2007).
Efektivitas kepemimpinan dipandang memiliki pengaruh yang besar terhadap
kepuasan kerja. Tanpa kepemimpinan, organisasi bergerak terlalu lambat, stagnan,
dan kehilangan jalan mereka. Kepemimpinan sangat penting dalam keberhasilan
melaksanakan keputusan. Seorang pemimpin yang baik dapat membuat keberhasilan
sebuah usaha yang memiliki rencana lemah, tetapi seorang pemimpin yang buruk
dapat merusak sebuah rencana bahkan rencana terbaik sekalipun (Sharma, 2010).
Fiedler (dalam Mardiana, 2003) mengatakan bahwa efektivitas
kepemimpinan bergantung pada situasi (situasional), dengan kata lain efektivitas
kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara perilaku pemimpin dengan
tuntutan situasi. Model ini menjelaskan bahwa efektivitas kepemimpinan bergantung
pada cocok dan tidaknya kepemimpinan dengan faktor-faktor situasional tersebut.
Terdapat tiga variabel kemungkinan yang dapat mendefinisikan faktor situasional
utama (kunci) yang menentukan keefektifan kepemimpinan. Ketiga dimensi tersebut
adalah: hubungan pemimpin-bawahan, struktur tugas, dan kekuatan posisi pemimpin.
Pada hubungan pemimpin dan bawahan, Hoy dan Miskel (1996)
mengungkapkan bahwa hubungan tersebut mencerminkan sampai seberapa jauh para
pemimpin diterima dan dihormati oleh anggota kelompok. Kualitas hubungan antara
pemimpin dan bawahan ditentukan oleh rasa menerima dari kepribadian pemimpin
maupun perilakunya oleh para bawahan. Kualitas ini merupakan penentu utama
terhadap penerimaan dari pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh pemimpin
terhadap bawahannya dalam membangun kepuasan kerja.
Struktur tugas secara operasional adalah prosedur pengoperasian yang standar
untuk menyelesaikan tugas atau sampai tingkat mana penugasan pekerjaan
diprosedurkan (terstruktur atau tidak terstruktur). Dari hasil penelitiannya bisa
dibuktikan bahwa jika struktur tugas yang terstruktur dengan baik akan memberikan
situasi yang menguntungkan bagi pemimpin, karena pemimpin akan lebih mudah
memonitor dan mempengaruhi perilaku bawahannya pada tugas yang terstruktur
tinggi (Mardiana, 2003).
Kekuatan posisi pemimpin merupakan sejauh mana seorang pemimpin
untuk mengevaluasi kinerja para bawahan dan mengurus imbalan-imbalan dan
hukuman (Yukl, 1998). Semakin besar kekuasaan formal seorang pemimpin untuk
memberikan hukuman dan penghargaan maka kontrol pemimpin semakin kuat, dan
hal ini membuat situasi semakin menguntungkan.
Berdasarkan survei sebelumnya, diketahui bahwa inti pekerjaan Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang yang kebanyakan dilakukan
di lapangan menjadikan intensitas pertemuan pemimpin dengan bawahan jarang
terjadi. Pemimpin kurang akrab dengan bawahan dan sebaliknya bawahan juga
kurang mengenal dengan atasan. Pertemuan sebatas pada hal-hal yang bersifat formal
yaitu masalah pekerjaan rutin. Hal ini membuat kedekatan antara pemimpin dan
bawahan juga berkurang. Padahal salah satu syarat untuk membuat terjalinnya
hubungan yang akrab dan harmonis antara pemimpin dengan bawahan adalah
intensitas pertemuan yang rutin. B erdasarkan deskripsi pekerjaan yang dimiliki PT
Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang, menunjukkan
struktur yang kompleks dan terperinci. Berdasarkan observasi, seringkali pegawai
harus mencari tahu sendiri akan kejelasan tugas yang dihadapinya. Apalagi intensitas
pertemuan dengan pemimpin yang relatif jarang terjadi karena fokus pekerjaan lebih
banyak berada di lapangan, sehingga pegawai jarang bisa bertemu dengan
pemimpinnya untuk berkonsultasi mengenai pekerjaan yang dihadapinya.
Kekuatan posisi pemimpin bisa dilihat pada beberapa aspek, yaitu pemberian
reward punishment dan promosi. Pada perusahaan dilihat bahwa pada pemberian
reward salah satu acuannya adalah prestasi kerja yang dilakukan oleh pegawai.
Kemudian pada pemberian punishment melihat tingkat kesalahan dan pemberian
hukuman bertingkat sesuai tingkat kesalahan. Pelaksanaan promosi ditentukan oleh
pemimpin pada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas
Semarang. Pada promosi tentu menjadi keinginan setiap pegawai untuk naik
tingkat/jabatan. Namun karena jumlah posisi lebih sedikit dari jumlah pegawai maka
tentu menjadi ada persaingan di dalamnya. Kesesuaian dan ketepatan di dalam
pendelegasian wewenang sangat penting bagi pegawai di dalamnya karena hal
tersebut menunjukkan tingkat keadilan bagi perusahaan di dalamnya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh hubungan pemimpin–bawahan terhadap
kepuasan kerja ?
2. Bagaimanakah pengaruh struktur tugas terhadap kepuasan kerja ?
3. Bagaimanakah pengaruh kekuatan posisi pemimpin terhadap kepuasan
kerja?
1.2.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. untuk menganalisis pengaruh hubungan pemimpin–bawahan terhadap
kepuasan kerja pegawai.
2. untuk menganalisis pengaruh struktur tugas terhadap kepuasan kerja
pegawai.
3. untuk menganalisis pengaruh kekuatan posisi pemimpin terhadap
kepuasan kerja pegawai.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
a. Bagi peneliti
Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat
berharga untuk dihubungkan pengetahuan teoritis.
b. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi PT Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang atau bahan
pertimbangan bagi pimpinan perusahaan di dalam mengambil kebijakan,
sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara atasan dan bawahan di
dalam melaksanakan tugasnya baik sekarang maupun di masa mendatang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Efektivitas Kepemimpinan
2.1.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan penting bagi pencapaian efektivitas
organisasi. Pemimpin memiliki kapasitas dalam mempengaruhi orang lain untuk
berperilaku sesuai harapan organisasi. Disamping itu, seorang pemimpin yang
memiliki kemampuan merumuskan dan mengartikulasikan visi organisasi akan dapat
menentukan efektivitas organisasi di masa depan (Anwar, 2005).
Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan pengaruh dan memotivasi
individu untuk mencapai tujuan organisasi. Kemampuan mempengaruhi akan
menentukan cara yang digunakan pegawai dalam mencapai hasil kerja. Hal ini
didasarkan pada pendapat Anwar (2005) bahwa seorang pemimpin memiliki otoritas
dalam merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengontrol perilaku
pegawai. Pemimpin organisasi dapat mempengaruhi perilaku dengan cara
menciptakan sistem dan proses organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, baik
kebutuhan individu, kebutuhan kelompok maupun kebutuhan organisasi.
2.1.1.2.Landasan Kepemimpinan
Menurut Robbins (2006) kepercayaan adalah landasan dari kepemimpinan.
Kepercayaan merupakan pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan melakukan
tindakan yang mengundang resiko dan kerentanan di dalam setiap hubungan.
Dimensi kunci yang melandasi konsep kepercayaan itu antara lain adalah : integritas,
kompetensi, konsistensi, loyalitas, dan keterbukaan.
2.1.1.3.Peranan Kepemimpinan
Peranan pemimpin atau kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan ada
tiga, yaitu seperti yang dikemukakan oleh Siagian (dalam Brahmasari, 2008) berikut:
1. Peranan yang bersifat interpersonal
Peranan yang bersifat interpersonal mengandung arti bahwa seorang
pemimpin dalam perusahaan atau organisasi merupakan simbol akan
keberadaan organisasi, pemimpin tersebut bertanggungjawab untuk
memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan dan seorang
pemimpin mempunyai peran sebagai penghubung.
2. Peranan yang bersifat informasional
Peranan yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang
pemimpin dalam organisasi bersifat pemberi, penerima, dan penganalisis
informasi.
3. Peran pengambilan keputusan.
Peran pemimpin dalam pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa
pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan
diambil, yaitu berupa strategi-strategi bisnis yang mampu untuk
mengembangkan inovasi; mengambil peluang atau kesempatan dan
bernegosiasi; dan menjalankan usaha secara konsisten.
Gibson, et al., (dalam Anwar, 2005) menjelaskan hubungan antara sifat
pemimpin, perilaku pemimpin, variabel situasional, dan efektivitas organisasi dalam
sebuah model. Efektivitas diukur dengan beberapa indikator, yaitu kepuasan kerja,
produktivitas, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, daya saing, dan pengembangan. Model
tersebut menjelaskan bahwa perilaku pemimpin dipengaruhi oleh sifat pemimpin dan
berhubungan timbal balik dengan variabel situasional. Model tersebut juga
menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin dan variabel situasional terhadap
efektivitas organisasi.
2.1.1.4.Komponen Dasar Pemimpin Efektif
Menurut Dewi (2009), terdapat empat komponen model yang dikembangkan
yang merupakan determinan utama yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang
pemimpin yang efektif, yaitu:
1) motif dan sifat;
2) pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan;
3) visi;
4) penerapan visi.
Komponen pertama adalah motif/sifat, yang berarti merupakan keinginan
yang mendorong seseorang untuk bertindak. Ada beberapa motif yang umum yang
wajib dimiliki oleh para pemimpin yang sukses. Pertama adalah ambisi, motif ini
dipandang sebagai prediktor terkuat dalam keberhasilan kepemimpinan. Kedua,
karena bekerja dalam organisasi membutuhkan waktu yang memiliki jam kerja
panjang serta kegiatan intensif maka pribadi yang enerjik dipandang perlu untuk
menyelesaikan tanggungjawab tanpa kenal lelah. Ketiga, kegigihan dan inisiatif
dalam bekerja juga dipandang penting untuk selalu ditanamkan pada jiwa pemimpin
yang sukses yang pantang menyerah dan giat bekerja. Keempat, cara penggunaan
kekuasaan dinilai memiliki peran yang penting di dalam mencapai kesuksesan
pemimpin.
Komponen kedua adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan.
Idealnya, seorang pemimpin memiliki pengetahuan dan informasi yang luas tentang
organisasi, industri, dan dunia usaha agar dapat mengantarkan organisasinya menuju
keberhasilan.
Komponen ketiga adalah visi yang dimiliki oleh pemimpin. Secara tegas
dikemukakan bahwa visi merupakan nafas dan perasaan kepada anggota organisasi
bahwa hidup dan pekerjaan mereka terjalin dan bergerak kearah tujuan yang telah
disepakati secara resmi. Visi inilah yang memedomani organisasi untuk
menyongsong masa depan sehingga dalam jangka panjang tidak perlu dirubah atau
diganti keberadaannya.
Komponen keempat adalah implementasi dari visi yang sudah ditetapkan.
Setelah visi tercipta, maka merupakan tanggungjawab pemimpin untuk merumuskan
visi stratejik serta pengkonseptualisasian dan pengevaluasian visi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa organisasi berkomitmen di dalam pemenuhan tujuan organisasi.
2.1.1.5. Efektivitas Kepemimpinan
Menurut Muflihin (2008) kepemimpinan dilihat dari teori situasional
beranggapan bahwa jenis tindakan atau kebijakan apa yang perlu dilakukan atau di
ambil dalam rangka mencapai tujuan organisasi perlu dilihat bagaimana kondisi
bawahan atau anggota. Pada situasi bawahan itu masih belum tahu banyak dan
pengalamannya masih kurang, maka pemimpin dapat menerapkan pola pertama,
yaitu menekankan pelaksanaan tugas yang tinggi, sedangkan hubungan dengan
anggota dibatasi.
Mardiana (2003) dan Wijaya (2006) menyatakan beberapa faktor penting
situasional yang mempengaruhi keefektivitasan kepemimpinan adalah kualitas
hubungan pemimpin-bawahan, tingkat struktur dalam tugas yang akan dikerjakan,
dan kekuatan posisi pemimpin.
Fiedler (dalam Robbins, 2006) telah mengidentifikasi tiga dimensi
kemungkinan yang dapat mendefinisikan faktor situasional utama (kunci) yang
menentukan keefektifan kepemimpinan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
1. Hubungan pemimpin-bawahan.
Hubungan pemimpin bawahan menunjukkan sejauh manaseorang
pemimpin mendapatkan dukungan dan loyalitas daripada bawahan dan
hubungan dengan para bawahan itu bersahabat dan saling membantu
(Yukl, 1998).
2. Struktur tugas
Pada struktur tugas terdapat prosedur pengoperasian yang standar
untuk menyelesaikan tugas dan indikator obyektif tentang seberapa baik
tugas itu dikerjakan. Struktur tugas yang tinggi akan memberikan
kontribusi pada situasi yang menguntungkan pemimpin karena pemimpin
akan lebih mudah memonitor dan mempengaruhi perilaku bawahannya
pada tugas yang terstruktur tinggi. Sedangkan tugas yang tidak terstruktur
akan memberikan kontribusi yang tidak menguntungkan pemimpin,
sehingga kemampuan pemimpin untuk mengontrol bawahannya rendah.
3. Kekuatan posisi pemimpin
Pada kekuatan posisi pemimpin terdapat tingkat wewenang pemimpin
untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja bawahan, memberikan
penghargaan, promosi, hukuman, dan demosi. Semakin besar kekuasaan
formal seorang pemimpin untuk memberikan hukuman dan penghargaan,
semakin kuat kontrol pemimpin, dan hal ini membuat situasi semakin
menguntungkan.
2.1.2 Kepuasan Kerja
2.1.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dirasakan pegawai karena ada hal-hal yang mendasarinya.
Pada dasarnya seseorang akan merasa nyaman dan tingkat loyalitas pada
pekerjaannya akan tinggi apabila dalam bekerja orang tersebut memperoleh kepuasan
kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Kepuasan kerja merupakan cerminan dari
perasaan pekerja terhadap pekerjaannya.
Menurut Masrukhin dan Waridin (2006) kepuasan kerja seorang individu
tergantung pada karakteristik individu dan situasi pekerjaan. Setiap individu akan
memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan
harapan individu tersebut sehingga tingkat kepuasan yang dirasakan semakin tinggi,
begitu pula sebaliknya.
2.1.2.2 Indikator yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Mas’ud (2004) ada lima hal yang menjadi indikator kepuasan kerja,
yaitu: pekerjaan itu sendiri, kesempatan berkembang atau promosi, gaji atau
kompensasi, rekan kerja dan atasan atau pemimpin kerja. Luthans (dalam Yuwono,
2005) menjelaskan lebih lanjut mengenai lima indikator tersebut:
1. Gaji
Dengan upah yang diterima, orang dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, dan dengan melihat tingkat upah yang diterimanya, orang
dapat mengetahui sejauh mana manajemen menghargai kontribusi
seseorang di organisasi tempat kerjanya. Robbins (dalam Purnama dan
Suhartini, 1997) mengatakan bahwa seseorang bekerja untuk
mendapatkan kompensasi yang bersifat finansial, atau karena dengan
bekerja mereka akan mendapatkan sumber pendapatan yang menentukan
status sosialnya atau standar kehidupannya. Para pegawai menginginkan
sistem upah dan kebijakan promosi yang adil dan sesuai dengan
pengharapannya. Apabila sistem upah diberlakukan secara adil dan
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan
standar pengupahan; maka kemungkinan besar akan diperoleh kepuasan
kerja. Hal ini dibuktikan dengan banyak orang yang bersedia menerima
upah yang lebih kecil untuk bekerja pada lokasi sesuai, misalnya dekat
dengan tempat tinggalnya.
2. Kesempatan mendapatkan promosi
Menurut Luthans (dalam Robbins, 1996) kesempatan promosi jabatan
memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi
menggunakan berbagai cara dan memiliki penghargaan yang beragam,
misalnya promosi berdasarkan tingkat senioritas, dedikasi, pertimbangan
kinerja, dll. Kebijakan promosi yang adil dan transparan terhadap semua
pegawai dapat memberikan dampak kepada mereka yang memperoleh
kesempatan dipromosikan, seperti perasaan senang, bahagia, dan
memperoleh kepuasan atas kerjanya.
3. Kolega kerja atau rekan kerja
Dukungan rekan kerja atau kelompok kerja dapat menimbulkan kepuasan
kerja bagi pegawai karena pegawai merasa diterima dan dibantu dalam
memperlancar penyelesaian tugasnya. Sifat kelompok kerja akan
memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. Bersama dengan rekan kerja
yang ramah dan mendukung dapat menjadi sumber kepuasan bagi
pegawai secara individu. Menurut Luthans (dalam Robbins, 1996)
kelompok kerja yang bagus dapat membuat kerja menjadi lebih
menyenangkan, sehingga kelompok kerja dapat memberikan support,
kesenangan, nasehat, dan bantuan bagi seorang pegawai.
4. Atasan
Menurut Luthans (dalam Robbins, 1996) Kemampuan atasan dalam
memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku pada pegawai dapat
menumbuhkan kepuasan kerja bagi mereka. Demikian pula iklim
partisipatif yang diciptakan oleh atasan dapat memberikan pengaruh yang
substansial terhadap kepuasan kerja pegawai.
5. Pekerjaan itu sendiri
Sumber kepuasan kerja dan sebagian dari unsur yang memuaskan dan
paling penting yang diungkapkan oleh banyak peneliti adalah pekerjaan
yang memberi status. Lebih lanjut, pegawai cenderung lebih menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk
menggunakan keterampilan dan kemampuannya serta menawarkan
beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai seberapa baik
mereka bekerja (Robbins, 1996).
2.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
H1 : Hubungan pemimpin-bawahan berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pegawai PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
H2 : Struktur tugas berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai PT
Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
H3 : Kekuatan posisi pemimpin berpengaruh terhadap kepuasan kerja
pegawai PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Di dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah faktor – faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja pegawai yaitu efektivitas kepemimpinan
yang berdasar pada hubungan pemimpin-bawahan (X1), struktur tugas (X2) dan
kekuatan posisi pemimpin (X3).
Gibson (1995) menjelaskan hubungan pimpinan bawahan disini merupakan
suatu faktor situasi yang menunjukkan rasa hormat dan kepercayaan yang ada dalam
hubungan pemimpin-bawahan. Struktur tugas disini merupakan faktor situasi yang
menunjukkan tingkat di mana komponen dari suatu pekerjaan yang khusus
distrukturkan. Kekuatan posisi pemimpin disini menunjukkan kekuasaan yang
melekat pada posisi kepemimpinan.
3.1.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen ini adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
variabel bebas. Variabel terikat ini adalah kepuasan kerja (Y).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai PT Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang yang sudah merupakan pegawai tetap dan
memiliki masa kerja lebih dari satu tahun yang berjumlah 100 orang.
Sampel adalah bagian yang menjadi obyek yang sesungguhnya dari penelitian
tersebut. Teknik penentuan sampel secara probabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penyampelan secara proporsional sample. Subjek yang menjadi
responden dalam penelitian ini adalah pegawai PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III
Cabang Tanjung Emas Semarang sebanyak 50 orang. Pengambilan sampel dilakukan
secara proporsional sampel dengan mengasumsikan seluruh karyawan mendapatkan
kesempatan yang sama. Pada tiap divisi diambil sampel dari separuh total pegawai
divisi tersebut.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan denganmembaca
buku – buku literatur, jurnal – jurnal, internet, majalah, dan penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
3.4.2 Studi Lapangan
1. Kuesioner
Suatu metode dimana peneliti menyusun daftar pertanyaan secara
tertulis kemudian dibagikankepada responden untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini digunakan
skala interval dengan menggunakan teknik Agree-Disagree Scale dimana
adanya urutan skala 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai dengan 10 (Sangat
Setuju) untuk semua variabel. Tanggapan yang paling positif (maksimal)
diberi nilai paling besar, sedangkan paling negatif (minimal) diberi nilai
paling kecil. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan pola pikir masyarakat
Indonesia yang terbiasa dengan angka 1 – 10, sehingga akan memudahkan
responden dalam memberikan penilaian atas pertanyaan yang akan diajukan.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan untuk mengetahui data–data sekunder seperti
profil perusahaan, gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi.
Selain dengan melakukan penyebaran kuesioner, data-data yang terkumpul
juga berasal dari riset lapangan, dimana data dapat di peroleh dengan
melakukan penelitian langsung untuk mendapatkan data di PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
3.5. Metode Analisis data
3.5.1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif merupakan cara analisis data yang tidak bisa
dinominalkan dengan angka – angka, namun disini disajikan dengan keterangan sifat,
penjelasan ataupun pembahasan teori. Data kualitatif yang digunakan oleh penulis
berupa keterangan atau informasi mengenai gambaran terhadap permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini, seperti informasi akan gambaran PT Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang.
3.5.2. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan yang bisa
dinominalkan atau bisa dihitung. Data kuantitatif yang penulis gunakan dalam
penelitian ini antara lain jumlah pegawai, usia pegawai, masa kerja pegawai, serta
jumlah skor jawaban kuesioner.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui sah atau tidaknya indikator atau
kuesioner dari masing-masing variabel. Pengujian dilakukan dengan cara
membandingkan r tabel dengan r hitung. Nilai r hitung diperoleh dari korelasi
jawaban dari masing-masing responden, pengujian ini dibantu dengan program
SPSS. Nilai r tabel diperoleh dari r tabel product moment dengan signifikansi alpha
5%, kemudian menentukan r tabel dua sisi dengan (df) = N-3, jumlah N = 50 - 3 = 47
diperoleh r tabel dua sisi sebesar 0,282. Indikator dinyatakan valid jika 𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
𝑟 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan sebaliknya dinyatakan tidak valid jika 𝑟 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Variabel Hubungan Pemimpin Bawahan
Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan
Hubungan Pemimpin
Bawahan
Indikator 1 0,806
0,282
Valid
Indikator 2 0,731 Valid
Indikator 3 0,808 Valid
Indikator 4 0,737 Valid
Indikator 5 0,848 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Variabel Struktur Tugas
Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan
Struktur Tugas
Indikator 1 0,830
0,282
Valid
Indikator 2 0,893 Valid
Indikator 3 0,847 Valid
Indikator 4 0,817 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Variabel Kekuatan Posisi Pemimpin
Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan
Kekuatan Posisi
Pemimpin
Indikator 1 0,773
0,282
Valid
Indikator 2 0,751 Valid
Indikator 3 0,780 Valid
Indikator 4 0,748 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Tabel 4.16
Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja
Variabel Indikator r hitung r tabel Keterangan
Kepuasan Kerja
Indikator 1 0,688
0,282
Valid
Indikator 2 0,784 Valid
Indikator 3 0,891 Valid
Indikator 4 0,832 Valid
Indikator 5 0,824 Valid
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.13, 4.14, 4.15 dan 4.16 di atas menunjukkan semua
indikator pada variabel kompensasi nilai r hitungnya lebih besar dari nilai r tabel
maka dapat disimpulkan bahwa indikator atau kuesioner dinyatakan valid untuk
menjadi alat ukur variabel.
4.2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah indikator atau kuesioner
yang digunakan dapat dipercaya atau handal sebagai alat ukur variabel. Untuk
mengetahui reliabel suatu indikator atau kuesioner dilihat dari nilai cronbach’s alpha
(α). Jika nilai cronbach’s alpha (α) > 0.6 maka indikator atau kuesioner tersebut
dinyatakan reliabel dan sebaliknya, jika nilai cronbach’s alpha (α) < 0.6 maka
indikator atau kuesioner tersebut dinyatakan tidak reliabel atau tidak dapat dipercaya.
Hasil dari uji reliabilitas dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 4.17
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’ s
Alpha
Standar
Reliabilitas
Keterangan
Hubungan Pemimpin
Bawahan
0,85 0,60 Reliabel
Struktur Tugas 0,87 0,60 Reliabel
Kekuatan Posisi
Pemimpin
0,75 0,60 Reliabel
Kepuasan Kerja 0,86 0,60 Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha
dari masing-masing variabel semua lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan
bahwa indikator atau kuesioner variabel hubungan pemimpin bawahan, struktur
tugas, kekuatan posisi pemimpin dan kepuasan kerja semua reliabel dan dapat
dipercaya sebagai alat ukur variabel
4.3. Uji Asumsi Klasik
4. 3.1 Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2006) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai
distribusi normal. Alat uji yang digunakan adalah dengan analisis grafik histogram
dan grafik normal plot
Histogram Kurva Normal P-P Plot
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Hasil Pengujian Normalitas Data Kurva Normal P-P Plot
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Dari gambar 4.1 hasil Kurva Histogram menunjukkan bahwa bentuk kurva
simetris dan tidak menceng ke kiri maupun ke kanan, sehingga bisa disimpulkan
bahwa model regresi berdistribusi normal. Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa
semua data berdistribusi secara normal, karena sebaran data berada di sekitar garis
diagonal.
4.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ada
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Pengujian ini dapat dilakukan dengan
melihat angka tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Dengan pengambilan
keputusan jika ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance > 0,10 atau VIF <
10, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
Tabel 4.18
Hasil Uji Multikolinieritas
No. Variabel Bebas Nilai Tolerance ( % ) Nilai VIF ( % )
1. Hubungan Pemimpin
Bawahan
0.36 2.800
2. Struktur Tugas 0.35 2.867
3. Kekuatan Posisi
Pemimpin
0.34 2.942
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa semua variabel independen pada
penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang
dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
4.3.3 Uji Heterokedasitas
Menurut Imam Ghozali (2006) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskesdatisitas.
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa titik-titik yang menyebar secara acak,
tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
4.3.4 Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui variabel – variabel yang
mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja.yaitu : hubungan
pemimpin bawahan, struktur tugas dan kekuatan posisi pemimpin,maka digunakan
persamaan umum regresi linear berganda atas variabel independen dengan model
sebagai berikut :
Tabel 4.19
Hasil Uji Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.791 3.118 1.537 .131
TX1 .211 .120 .223 1.766 .084 .357 2.800
TX2 .363 .158 .292 2.291 .027 .349 2.867
TX3 .480 .148 .420 3.251 .002 .340 2.942
a. Dependent Variabel: TY
Sumber: data primer 2011, diolah.
Dari tabel 4.19 dapat disajikan kedalam bentuk persamaan regresi
standardized sebagai berikut :
Y = 0,223 X1 + 0,292 X2 + 0,420 X3
Dimana :
Y : Kepuasan kerja
X1 :Hubungan pemimpin – bawahan
X2: Struktur Tugas
X3 : Kekuatan Posisi Pemimpin
Dari persamaan regresi berganda tersebut memberikan penjelasan bahwa:
1. Hubungan pemimpin bawahan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja
pegawai dengan nilai koefisien sebesar 0,223. Hal ini berarti bahwa jika
hubungan pemimpin bawahan semakin tinggi dengan asumsi variabel lain
tetap maka kepuasan kerja pegawai akan meningkat.
2. Struktur tugas berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai dengan
nilai koefisien sebesar 0,292. Hal ini berarti bahwa jika struktur tugas
semakin tinggi dengan asumsi variabel lain tetap, maka kepuasan kerja
pegawai akan meningkat.
3. Kekuatan posisi pemimpin berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja
pegawai dengan nilai koefisien sebesar 0,420. Hal ini berarti bahwa jika
kekuatan posisi semakin tinggi dengan asumsi variabel lain tetap, maka
kepuasan kerja pegawai akan meningkat.
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.1 Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
(hubungan pemimpin bawahan, struktur tugas, dan kekuatan posisi pemimpin)
terhadap variabel dependen (kepuasan kerja pegawai) secara terpisah atau parsial.
Berikut akan dijelaskan pengujian masing-masing variabel secara parsial.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.791 3.118 1.537 .131
TX1 .211 .120 .223 1.766 .084
TX2 .363 .158 .292 2.291 .027
TX3 .480 .148 .420 3.251 .002
a. Dependent Variabel: TY
Berikut akan dijelaskan pengujian masing-masing variabel secara parsial.
1. Variabel Hubungan Pemimpin Bawahan
Hasil pengujian untuk variabel hubungan pemimpin bawahan
menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,766. Dengan menggunakan batas
signifikansi sebesar 0,05 maka nilai signifikansi sebesar 0,084 berada diatas 0,05.
Hal ini berarti variabel hubungan pemimpin bawahan mempunyai pengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.
2. Variabel Struktur Tugas
Hasil pengujian untuk variabel struktur tugas menunjukkan nilai t hitung
sebesar 2,291. Dengan menggunakan batas signifikansi sebesar 0,05 maka nilai
signifikansi sebesar 0,027 berada dibawah 0,05. Hal ini berarti variabel struktur
tugas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
pegawai.
3. Variabel Kekuatan Posisi Pemimpin
Hasil pengujian untuk variabel kekuatan posisi pemimpin menunjukkan
nilai t hitung sebesar 3,251. Dengan menggunakan batas signifikansi sebesar
0,05 maka nilai signifikansi sebesar 0,002 berada dibawah 0,05. Hal ini berarti
variabel kekuatan posisi pemimpin mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja pegawai.
4.4.2 Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara bersama-sama (simultan). Hasil perhitungan
regresi secara simultan diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.20
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 452.054 3 150.685 43.331 .000a
Residual 159.966 46 3.478
Total 612.020 49
a. Predictors: (Constant), TX3, TX1, TX2
b. Dependent Variabel: TY
Sumber: data primer 2011, diolah.
Dari tabel 4.20 dapat dilihat bahwa nilai F yang diperoleh sebesar 43,331
dengan tingkat signifikansi 0,000. Tingkat signifikansi yang dihasilkan tersebut lebih
kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel hubungan pemimpin bawahan, struktur
tugas, dan kekuatan posisi pemimpin secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja pegawai.
4.5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi untuk mengukur kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali,2006). Hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.21
Hasil Koefisien Determinasi
Sumber: data primer 2011, diolah.
Dari tabel 4.21 hasil uji determinasi dapat dilihat nilai adjusted R square
sebesar 0,72. Hal ini berarti bahwa variabel dependen (kepuasan kerja pegawai)
dapat dijelaskan oleh variabel independen (hubungan pemimpin bawahan, struktur
tugas, dan kekuatan posisi pemimpin) sebesar 72%, sedangkan sisanya sebesar 28%
dijelaskan oleh faktor lainnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel hubungan pemimpin bawahan pada pegawai PT. Pelabuhan
Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang tidak memberikan
pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kepuasan kerja pegawai.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .859a .739 .722 1.865
a. Predictors: (Constant), TX3, TX1, TX2
b. Dependent Variabel: TY
2. Variabel struktur tugas berpengaruh signifikan pada kepuasan kerja pegawai
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang
3. Variabel kekuatan posisi pemimpin berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja pegawai Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas
Semarang.
4. Berdasarkan Standardized Coefficients beta paling besar dibanding variabel
lainnya yaitu sebesar 0,420, kemudian struktur tugas dengan nilai sebesar
0,292 dan variabel hubungan pemimpin bawahan dengan nilai sebesar 0,223.
5. Efektivitas kepemimpinan mempengaruhi kepuasan pegawai sebesar 72,2%,
sedangkan sisanya yaitu 27,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain.
5.2 Saran:
1. Dilihat dari kekuatan posisi pemimpin yang ada di dalam penggunaan
wewenang, yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kondisi yang
ada. Dengan penggunaan wewenang yang sesuai maka akan menjadikan
pegawai merasa tenang ketika bekerja karena diperlakukan secara adil
dan tidak ada pembedaan diantara pegawai lainnya.
2. Saran yang bisa diberikan adalah untuk ke depannya pada struktur tugas
ini sebaiknya ditingkatkan. Apabila terjadi kesalahan, sebaiknya
pemimpin memberitahukan dan memberikan solusi yang dijelaskan
kepada bawahan. Hal ini membuat bawahan menjadi tahu kesalahannya
dan paham yang harus diperbaiki sehingga ke depannya bawahan tidak
membuat kesalahan yang serupa serta dapat meminimalisasi kesalahan
yang terjadi pada pekerjaannya.
Daftar Pustaka
Anwar, Misbahul dan Wahyuningsih, Rr. Sri Handari. 2005, Analisis Ciri
Pemimpin, Faktor Situasional dan Kepuasan Kerja. Utilitas Vol 13 No 1
Januari 2005
Arsintadiani, Dewi dan Harsono, Mugi. 2002. Pengaruh Tingkat LMX Terhadap
Penilaian Kinerja dan Kepuasan Kerja dengan Kesamaan Jender dan
Locus of Control sebagai Variabel Moderator. Perspektif, Volume 7,
Nomor 2, Desember 2002.
Astuti, Hesti Widi. 2009. Meningkatkan Kefektifan Pemimpin Guna
Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan di Dinas Pendidikan Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. JMK Vol. 7 No. 3, Maret 2009
Ayudiarini, Natassia .2010. Pengaruh Iklim Organisasi dan Pengembangan Karir
Terhadap Kepuasan Kerja. www.gunadarma.ac.id
Brahmasari, Ida Ayu dan Suprayetno, Agus. 2008, Pengaruh Motivasi kerja,
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja
Pegawai Serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi Kasus pada
PT Pei Hai Internasional Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 10, No 2, September 2008: 124-135
Cahyono, Budi dan Suharto. 2005, Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan,
dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di
Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah. JRBI Vol.1,No. 1,januari 2005 :
13 – 30
Dewi, I Gusti Ayu Manuati. 2009, Model Kepemimpinan Efektif. Denpasar.
Piramida Vol V No 1.
Djatmika, Eri Tri. 2005. Pengaruh Variabel Hubungan Atasan-Bawahan
Terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional. Jurnal
Eksekutif, Vol. 2 Nomor 2, Agustus 2005.
Engko, Cecilia dan Gudono. 2007. Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of
Control Terhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpin dan Kepuasan
Kerja Auditor. JAAI Volume 11 No 2, Desember 2007
Fachrunnisa, Olivia. 2005. Memilih Pemimpin yang Efektif dalam Organisasi.
Utilitas Vol 13 No 2 Juli 2005
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Badan Penerbit UNDIP: Semarang.
Gibson, L. James, Ivancevich dan Donelly. 1995. Edisi Kelima Organisasi;
Perilaku, Struktur, Proses. PT Gelora Aksara Pratama
Gibson, L. James, Ivancevich dan Donelly. 2009. Organizations Behavior,
Structure, Process 13th
Edition. Mc Graw. Hill International Edition
Hellriegel, Don, John W. Slocum Jr. 1979, Organizational Behaviour Sixth
Edition. West Publishing Company
Hellriegel, Don, John W. Slocum Jr dan Richard W. Woodman. 1992,
Organizational Behaviour Sixth Edition. West Publishing Company
Jastuti, Indi dan Ika Yudayanti. 2005. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Leader
Power Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi
Vol. 2 No. 1 Januari 2005.
Luthans, Fred. 2005. Perilaku Organisasi. Penerjemah Vivin Andika Yuwono,
Shekar Purwanti, Th. Arie P, dan Winong Rosari. Edisi Sepuluh. Yogyakarta:
ANDI
Mardiana, Tri. 2003. Studi Empiris Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan
terhadap Kinerja. Kompak, Vol. 8 Mei–Agustus: 276-297
Mas’ud, Fuad. 2004. Survei Diagnosis Oraganisasional (Konsep dan Aplikasi).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Masrukhin dan Waridin. 2006. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja,
Budaya Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai.
Ekobis Vol 7 no 2 Juni 2006:197-209
Muflihin, Muh. Hizbul, 2008, Kepemimpinan Pendidikan : Tinjauan Terhadap
Teori Sifat dan Tingkah Laku. Purwokerto. INSANIA, Vol. 13 No1 Jan-
April 2008:67-86
Panudju, Agung. 2003. Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Pekerjaan
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Unit Produksi PT. X Palembang.
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol. 1 No. 2, Oktober 2003
Prabowo, Trisno. 2005, Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Komitmen
Organisas Melalui Keadilan Organisasi dan Kepuasan Kerja para Guru
Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Jakarta. Media Riset
Bisnis dan Manajemen Vol. 5 No. 2, Agustus 2005
Pradiatiningtyas, Diah. 2007, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Kerja dan Kepuasan Kerja Pada Pekerja Berketerampilan Rendah atau
Terbatas. Media Riset Bisnis dan Manajemen Vol. 7, No.2, Agustus 2007
Ruvendi, Ramlan. 2005. Imbalan Dan Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di Balai Besar Industri Hasil
Pertanian Bogor. Jurnal Ilmiah Binaniaga Vol 01 No 1 Tahun 2005
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. PT INDEKS
Sharma, Jai Prakash and Bajpai, Naval. 2010. Effective Leadership and its Linear
Dependence on Job Satisfaction: A Comparative Study in Public and
Private Organization in India. Gwalior (m.p.) India. Research Journal of
Internatıonal Studıes
Soedjono, 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan
Kepuasan Kerja karyawan pada Terminal Penumpang Umum di
Surabaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan . Vol 7. No 1 Maret 2005
hal. 22-47
Subkhan, Muhammad. 2000, Kepemimpinan Sebuah Tinjauan Antara
kekuasaan, Konflik dan Kerjasama. Jurnal Kajian Bisnis No 21
September-Desember 2000.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta
Sunarto, et al. 2003. Pengaruh Susunan Tugas, Kekuasaan Pemimpin Dan
Hubungan Pemimpin Anggota Terhadap Kinerja Karyawan, Jurnal
Aplikasi Manajemen Vol. 1 Nomor 2, Agustus 2003
Umar, Husein. 1998. “Riset Sumber Daya Manusia”. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Voon, et. al. 2011, The Influence of Leadership Styles on Employees’ Job
Satisfaction in Public Sector Organizations In Malaysia. International
Journal of Business, Management and Social Sciences Vol. 2, No. 1, 2011,
pp. 24-32
Wijaya, Tony. 2006. Pengaruh Efektivitas Kepemimpinan terhadap Kepuasan
Kerja Pegawai: Studi pada Ramayana Department Store Yogyakarta.
Modus, Vol. 18 (1): 39-48, 2006
Yukl, Garry, 1998. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo, 1998
Yulinda dan Sri Wulan Harlyanti.2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Pegawai Pada Pegawai Dinas Luar Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera 1912 Cabang Setiabudi Medan. Jurnal Manajemen
Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 25 – 32
Yuwono dan Khajar, Ibnu. 2005, Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Pegawai Kejaksaan Tingi D.I Yogyakarta. JRBI Vol. 1,
No. 1, Januari 2005 :75 -89