pengaruh hasil audit bpk-ri terhadap …digilib.unila.ac.id/30322/2/skripsi tanpa bab...

78
PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP TINGKAT KORUPSI DI INDONESIA (Skripsi) Oleh RISKI LUKFIARINI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: buidat

Post on 03-Jul-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAPTINGKAT KORUPSI DI INDONESIA

(Skripsi)

OlehRISKI LUKFIARINI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

ii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AUDIT RESULTS OF THE STATE AUDIT BOARDOF REPUBLIC INDONESIA (BPK-RI) TOWARDS CORRUPTION LEVEL

IN INDONESIA

byRiski Lukfiarini

Unqualified in audit opinion on financial statements is often considered as ameasure of performance achievement for local governments. But, there is still a lotof corruption in the local government that gets the unqualified opinion from theState Audit Board of Indonesia (BPK-RI). This study aims to determine therelationship between the audit results of the State Audit Board of Indonesia (BPK-RI) with the level of corruption that occurred in the provincial government inIndonesia with the size of provincial government as a control variable. BPK-RIaudit results include audit opinion, audit findings on weaknesses of internal controlsystem, audit findings on non-compliance with laws and regulations and follow-upaudit results. After performing regression analysis using fixed effect model (FEM)method on panel data from 31 provinces in Indonesia during 2011 - 2015, test resultshowed that audit opinion, audit findings on weakness of internal control system,and audit findings on non-compliance with laws and regulations have no effectlevel of corruption, while audit follow-up has negative and significant effect onlevel of corruption.

Keywords: level of corruption, audit opinion, audit findings, audit follow-ups, thestate of audit board, BPK-RI, government size, internal controlsystem, WTP.

Page 3: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

iii

ABSTRAK

PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAPTINGKAT KORUPSI DI INDONESIA

OlehRiski Lukfiarini

Opini audit WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) pada laporan keuangan seringdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masihbanyak korupsi yang terjadi pada pemerintah daerah yang mendapat opini WTPdari BPK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antarahasil audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) dengantingkat korupsi yang terjadi pada pemerintah daerah provinsi di Indonesia denganukuran pemerintah daerah provinsi sebagai variabel kontrolnya. Hasil audit BPK-RImeliputi opini audit, temuan audit atas kelemahan sistem pengendalian internal,temuan audit atas ketidakpatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan sertatindak lanjut hasil audit. Setelah melakukan analisis regresi dengan metode fixedeffect model (FEM) atas data panel dari 31 provinsi di Indonesia selama tahun 2011– 2015, hasil pengujian menunjukkan bahwa opini audit, temuan audit ataskelemahan sistem pengendalian internal, dan temuan audit atas ketidakpatuhanterhadap peraturan dan perundang-undangan tidak berpengaruh terhadap tingkatkorupsi, sedangkan tindak lanjut hasil audit berpengaruh negatif dan signifikanterhadap tingkat korupsi.

Kata Kunci: tingkat korupsi, opini audit, temuan audit, tindak lanjut hasil audit,BPK-RI, WTP, ukuran pemerintah, sistem pengendalian internal.

Page 4: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

iv

PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAPTINGKAT KORUPSI DI INDONESIA

OlehRISKI LUKFIARINI

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA EKONOMI

PadaJurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN AKUNTANSI

2018

Page 5: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih
Page 6: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih
Page 7: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih
Page 8: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

viii

RIWAYAT HIDUP

Riski Lukfiarini lahir di Pacitan pada tanggal 17 Oktober 1988

dari pasangan Bapak Hartono dan Ibu Wigati, merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan

Taman Kanak-kanak di TK Bhayangkari pada tahun 1995.

Dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pacitan

dan lulus pada tahun 2001.

Kemudian, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1

Pacitan yang diselesaikan pada tahun 2004, lalu dilanjutkan ke jenjang pendidikan

menengah atas di SMA Negeri 1 Pacitan hingga lulus pada tahun 2007. Penulis

melanjutkan pendidikan Diploma III Spesialisasi Akuntansi di Sekolah Tinggi

Akuntansi Negara yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis

merintis karir sebagai auditor keuangan di Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan hingga akhirnya pada tahun 2015 mendapat kesempatan melanjutkan

pendidikan sarjana di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung melalui program State Accountability Revitalization Project (STAR) yang

diselenggarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB).

Page 9: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

ix

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

rahmat yang diberikan,

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

Anakku, Raihan Hamizan Wardhana,

(kemenangan ini adalah kemenangan kita bersama ya, nak)

Suami, Fandy Prakasa Wardhana

Ibunda, Wigati

Ayahanda, Hartono

Institusi, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan

Almamater, Universitas Lampung

Page 10: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

x

MOTTO

“Laa hawla wa laa quwwata illa billah.”

(Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha

Tinggi dan Maha Agung)

“Don’t depend too much on anyone in this world. Because even your own shadow

leaves you when you are in the darkness.” (Ibn Taimiyyah)

“When you have a dream, then believe it all the way.”

Page 11: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xi

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

petunjuk-Nya skripsi berjudul “Pengaruh Hasil Audit BPK-RI terhadap Tingkat

Korupsi di Indonesia” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini memiliki kelemahan dan

kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Namun berkat adanya arahan,

bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Farichah S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., C.A., Akt., sebagai Dosen Pembimbing I yang

telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam

penyelesaian skripsi. Terima kasih atas motivasi dan masukan yang diberikan.

5. Ibu Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt., sebagai Dosen Pembimbing II. Terima

kasih telah menyediakan waktu serta memberikan segala motivasi, bimbingan,

dan masukan selama proses penyelesaian skripsi.

Page 12: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xi

6. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Penguji. Terima kasih

atas segala motivasi dan masukan yang diberikan guna penyempurnaan skripsi.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang

membekali dan memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan penulis.

8. Seluruh staf administrasi, karyawan, dan civitas akademika di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung, khususnya jurusan S1 Akuntansi, terima kasih

atas segala pelayanan dan bantuan yang diberikan.

9. Buah hati tersayang, my mood booster, penghapus penat dan pekat, ananda Raihan

Hamizan Wardhana, terima kasih telah mewarnai hari-hari penulis, sehingga

penulis dapat selalu bersemangat untuk tetap berjuang dalam menyelesaikan tugas

belajar.

10. Suami penulis, my Best Man, Fandy Prakasa Wardhana, terima kasih atas cinta,

doa, dan dukungannya sehingga penulis dapat terus mewujudkan impian.

11. Ibunda Wigati, Ayahanda, Hartono, yang telah berjuang membesarkan penulis,

serta adinda Anita Dwi Saputri dan Wildan Valid, terima kasih atas doa, cinta,

kasih sayang dan dukungan yang teramat besar kepada penulis selama ini.

12. Bapak dan ibu mertua, yai Abdul Bakri dan umi Endah Mulyaningsih, terima

kasih atas doa, kasih sayang dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi dan tugas belajar ini.

13. Seluruh rekan-rekan KKN Unila periode Januari-Februari 2017, terutama rekan

KKN Desa Marga Agung dan keluarga embah Sumarni, terima kasih atas

kebersamaan dan warna selama kegiatan pengabdian desa. Semoga embah

sekeluarga selalu diberikan kesehatan.

Page 13: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xi

14. Seluruh rekan-rekan STAR BPKP Batch II Universitas Lampung, terima kasih

atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan selama dua tahun ini.

15. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang

telah diberikan dan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 30 Januari 2018

Penulis

Page 14: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i

ABSTRACT................................................................................................................. ii

ABSTRAK .................................................................................................................. iii

HALAMAN JUDUL................................................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN....................................................................................................... ix

MOTTO ....................................................................................................................... x

SANWACANA........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI............................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xix

I . PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 6

1.4 Kontribusi Penelitian................................................................................ .7

1.5 Sistematika Penulisan................................................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9

2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 9

2.1.1 Teori Keagenan ............................................................................. 9

2.1.2 Audit Pemerintah (Governmental Audit) .................................... 12

2.1.3 Korupsi ....................................................................................... 14

2.1.3.1 Pengertian Korupsi ........................................................ 14

2.1.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi .................................. 15

Page 15: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xv

2.1.3.3 Dampak Korupsi ........................................................... 15

2.1.3.4 Memerangi Korupsi....................................................... 16

2.1.4 Latar Belakang Institusi............................................................... 19

2.1.4.1 Opini Audit.................................................................... 19

2.1.4.2 Temuan atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern .. 21

2.1.4.3 Temuan atas Ketidakpatuhan terhadap Peraturan danPerundang-Undangan ................................................... 22

2.1.4.4 Tindak Lanjut Hasil Audit ............................................ 23

2.1.5 Penelitian Terdahulu.................................................................... 25

2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 28

2.3 Pengembangan Hipotesis......................................................................... 30

2.3.1 Opini Audit terhadap Tingkat Korupsi........................................ 30

2.3.2 Temuan Audit terhadap Tingkat Korupsi.................................... 31

2.3.3 Tindak Lanjut Hasil Audit terhadap Tingkat Korupsi................. 32

III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 34

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 34

3.2 Definisi dan Operasional Variabel .......................................................... 34

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 39

3.5 Metode Analisis Regresi Data Panel ....................................................... 39

3.5.1 Statistik Deskriptif....................................................................... 40

3.5.2 Estimasi Model Regresi Data Panel Berganda............................ 40

3.5.3 Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 43

3.5.4 Model Persamamaan Regresi Data Panel ................................... 47

3.5.5 Uji Hipotesis................................................................................ 48

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 50

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ....................................................... 50

4.2 Hasil Uji Analisis Data Penelitian .......................................................... 51

4.2.1 Statistik Deskriptif .. ................................................................... 51

4.2.2 Transformasi Data ....................................................................... 53

4.2.3 Pemilihan Estimasi Model Regresi ............................................. 54

4.2.4 Hasil Uji Asumsi Klasik.............................................................. 56

Page 16: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xvi

4.2.5 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 59

4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................................. 63

4.3.1 Pengaruh Opini Audit (AUOPI) terhadap Tingkat Korupsi(CORRUPT) (H1) ....................................................................... 63

4.3.2 Pengaruh Temuan Audit atas Kelemahan Sistem PengendalianIntern (AUSPI) terhadap Tingkat Korupsi (CORRUPT) (H2).... 64

4.3.3 Pengaruh Temuan Audit atas Ketidakpatuhan terhadapPeraturan dan Perundang-Undangan (AUPUU) terhadapTingkat Korupsi (CORRUPT) (H3) ............................................ 65

4.3.4 Pengaruh Tindak Lanjut atas Hasil Audit (AUREC) terhadapTingkat Korupsi (CORRUPT) (H4) ............................................ 66

4.3.5 Pengaruh Ukuran Pemerintah (GOVSIZE) terhadap TingkatKorupsi (CORRUPT) .................................................................. 66

V. SIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 68

5.1 Simpulan.................................................................................................. 68

5.2 Implikasi ................................................................................................. 69

5.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 70

5.4 Saran........................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xvii

DAFTAR TABEL

............................................................................................................. Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu............................................................... 25Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................ 37Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria.......................... 50Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................ 51Tabel 4.3 Hasil Uji Chow ....................................................................... 55Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman.................................................................. 55Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 56Tabel 4.6 Hasil Uji Multikoleniaritas ..................................................... 57Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................... 57Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 58Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) .................................... 59Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik F ............................................................... 60Tabel 4.11 Hasil Uji Stastistik t ............................................................... 61

Page 18: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xviii

DAFTAR GAMBAR

............................................................................................................. Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................. 30Gambar 4.1 Uji Tabel Durbin-Watson ..................................................... 58

Page 19: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:

1. Data Variabel Penelitian2. Output Hasil Uji dengan Eviews 9

Page 20: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan suatu bentuk patologi

sosial berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, baik yang dilakukan secara perorangan maupun secara

kolektif (Bahrin, 2004). Data mengenai tingginya level korupsi di Indonesia

ditunjukkan oleh riset Lembaga Transparancy International mengenai peringkat

korupsi pada sektor publik negara. Hasil riset tersebut menempatkan Indonesia

pada urutan 90 dari 176 negara yang diukur dengan skor sebesar 37, di mana nol

menunjukkan tingkat tertinggi persepsi korupsi dan 100 adalah tingkat terendah

(TI Corruption Perception Index 2016). Skor CPI tersebut menunjukkan adanya

tren positif yang sangat lambat dari upaya pemberantasan korupsi selama 5 tahun

terakhir karena tingkat korupsi yang masih saja tinggi di Indonesia dan tidak ada

efek jera bagi para pelakunya. Menurut Gupta et al., (2002) tingginya tingkat

korupsi di suatu negara membuktikan buruknya penyelenggaraan pemerintahan di

negara tersebut karena peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya

publik dapat terdistorsi dengan adanya fenomena korupsi.

Desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia membawa implikasi pada

terjadinya pergeseran relasi kekuasaan pusat–daerah dan antar lembaga di daerah.

Page 21: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

2

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

yang diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah

memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan atas daerahnya secara

mandiri. Otonomi daerah pada dasarnya diberikan pada daerah agar pemerintah

daerah dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas pemerintah

daerah untuk tercapainya good governance (Mardiasmo, 2009). Namun menurut

Rinaldi, Purnomo, dan Damayanti (2007) sejak diberlakukannya otonomi daerah

di tahun 2001 telah terjadi kecenderungan korupsi di pemerintah daerah yang

meningkat.

Kajian Indonesia Corruption Watch (ICW) pada semester I 2016

menunjukkan praktik korupsi di daerah mencapai 205 kasus (97%). Sebaliknya di

level nasional hanya lima kasus (2%). Berdasarkan lembaga pelaku kasus korupsi,

ICW juga mencatat birokrasi daerah menjadi yang tertinggi dengan 145 kasus

korupsi, menyusul lembaga non-kementerian, BUMN, KPU, kecamatan/

kelurahan, universitas, dan DPRD. Hal ini membuktikan bahwa hingga saat ini,

pemerintah daerah masih menjadi episentrum kasus korupsi. Dengan demikian,

semakin luasnya pelaksanaan otonomi daerah, perlu diimbangi dengan

pengawasan yang memadai agar tidak menimbulkan korupsi, kolusi, nepotisme

(KKN) baru atau memindahkan KKN dari tingkat pusat ke daerah (Pontas R.

Siahaan, 2004).

Salah satu upaya tindakan pengawasan pemerintah dalam rangka

memberantas korupsi adalah dibentuknya institusi independen yang melakukan

pemeriksaan terhadap keuangan negara (audit). Melalui pekerjaan audit, auditor

Page 22: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

3

juga merupakan elemen yang signifikan dan mengurangi kecurangan dan korupsi.

Secara lebih rinci, Menurut Liu dan Lin (2012):

Government auditing, the fundamental purpose of which is to monitor,

ensure and appraise the accountability of government, is an important

institutional arrangement in modern government governance. By

monitoring the operation of public power, especially how public resources

are used, government auditing can strengthen accountability and reduce

the abuse of power and resources. The governance practices of many

countries also indicate that government auditing can play a unique role in

curbing corruption.

Dari pernyataan tersebut Liu dan Lin mengungkapkan bahwa audit

pemerintahan bertujuan untuk memantau, meyakinkan, dan menilai

akuntabilitas pemerintahan. Melalui pemantauan penggunaan sumber daya publik,

audit pemerintahan dapat memperkuat akuntabilitas dan mengurangi

penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Praktek pemerintah di beberapa

negara juga mengindikasikan bahwa audit pemerintah dapat memerankan peran

unik dalam pemberantasan korupsi. Auditor mempunyai kemampuan dalam

mendeteksi laporan keuangan yang membuat mereka efektif dalam

menginvestigasi korupsi yang terjadi. Di sisi lain, menurut Gong (dikutip oleh Liu

dan Lin, 2012) efek jera dari audit pemerintah dapat ditingkatkan dengan

membuat hasil audit diketahui masyarakat dan menetapkan birokrat individu yang

bersangkutan bertanggungjawab.

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undnag Nomor 15

Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, tugas dan wewenang BPK

adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

Page 23: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

4

dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya,

Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan

Layanan Umum, dan lembaga atau badan lainnya yang mengelola keuangan

negara. Pemeriksaan oleh BPK-RI tidak hanya menghasilkan opini atas laporan

keuangan dan laporan keuangan yang diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil

temuan. Temuan tersebut menjelaskan kelemahan pengendalian internal dan

ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil audit juga

memberikan informasi potensi kerugian negara yang ditemukan dalam proses

audit akibat dari penyalahgunaan dan inefisiensi penggunaan APBN/APBD

(Setyaningrum, 2012). Secara keseluruhan proses audit di sektor publik dapat

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas (Dwiputrianti, 2008) serta membantu

mencegah adanya tindakan korupsi (Dye dan Staphenhurst 1998, Khan 2006).

Beberapa tahun belakangan ini, opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)

yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan pemerintah

daerah menjadi sorotan. Bukan tanpa alasan, beberapa pemerintah daerah yang

mendapatkan opini WTP masih terindikasi korupsi/suap yang dilakukan oleh

pejabat pada instansi daerah tersebut (Rini dan Damiati, 2017). BPK adalah

pemeriksa keuangan Negara yang mandiri sejalan dengan Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara. Hasil pemeriksaan BPK seharusnya mampu menjadi tolok ukur kinerja

serta media bagi suatu institusi yang berperan mengurangi kecurangan dan

korupsi.

Tidak banyak studi yang membahas keterkaitan antara audit pemerintahan

dengan korupsi. Hal ini diungkapkan oleh (Blume and Voigt, 2011; Olken, 2007

Page 24: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

5

dalam Liu dan Lin, 2012) “Only a few studies touch upon the relationship

between government auditing and corruption”. Liu dan Lin (2012)

mengungkapkan “However, none of these studies answer the question of how

government auditing may help to curb corruption”. “the number of irregularities

in public financial revenue and expenditure detected by local audit institutions

will be significantly related to the degree of corruption in that province.” Liu dan

Lin (2012). Melalui penelitian yang mereka lakukan, mereka mengemukakan

bahwa jumlah ketidakberesan dalam pendapatan dan belanja pemerintah yang

dideteksi oleh institusi audit lokal akan berkaitan secara signifikan dengan tingkat

korupsi di propinsi tersebut.

Beberapa penelitian lain yang membahas keterkaitan opini audit yang

diberikan BPK RI dengan korupsi seperti Rini dan Sarah (2014) mengungkapkan

bahwa opini yang baik mengindikasikan bebas dari korupsi. Senada dengan

penelitian Khair (2015) yang menunjukkan opini audit dan sistem pengendalian

internal berpengaruh signifikan terhadap kerugian negara yang mengindikasikan

adanya penyimpangan. Hasil penelitian Masyitoh dkk (2015) membuktikan

bahwa opini audit, temuan audit atas ketidakpatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan serta tindak lanjut audit berpengaruh terhadap persepsi

korupsi. Berbeda dengan yang dinyatakan oleh penelitian Heriningsih dan Marita

(2013) bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap tingkat korupsi. Menurut

Effendy (2013) opini atau hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak

dapat dipastikan dapat menjamin baik dan buruknya pengelolaan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Hasil Audit BPK-RI terhadap Tingkat

Page 25: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

6

Korupsi di Indonesia”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian

yang telah dilakukan oleh Masyitoh dkk. (2015) dengan perbedaan pada populasi

dan proksi pengukuran tingkat korupsi, yaitu:

1. Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah tingkat provinsi.

Sedangkan, populasi penelitian sebelumnya adalah pemerintah daerah

kabupaten.

2. Penelitian terdahulu menggunakan Indeks Persepsi Korupsi yang tidak

mengukur korupsi secara langsung tetapi persepsi atas tingkat korupsi.

Sedangkan penelitian ini menggunakan data jumlah korupsi dari Kejaksaan

Republik Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah di

penelitian ini adalah:

1. Apakah opini audit berpengaruh terhadap tingkat korupsi?

2. Apakah temuan audit atas kelemahan sistem pengendalian intern berpengaruh

terhadap tingkat korupsi?

3. Apakah temuan audit atas ketidakpatuhan terhadap peraturan dan perundang-

undangan berpengaruh terhadap tingkat korupsi?

4. Apakah tindak lanjut hasil audit berpengaruh terhadap tingkat korupsi?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka penelitian bertujuan yaitu untuk:

1. Membuktikan secara empiris pengaruh opini audit terhadap tingkat korupsi.

Page 26: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

7

2. Membuktikan secara empiris pengaruh temuan audit atas kelemahan sistem

pengendalian intern terhadap tingkat korupsi.

3. Membuktikan secara empiris pengaruh temuan audit atas ketidakpatuhan

terhadap peraturan dan perundang-undangan terhadap tingkat korupsi

4. Membuktikan secara empiris tindak lanjut hasil audit terhadap tingkat

korupsi.

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Kontribusi Teoritis

1. Bagi akademisi dan peneliti berikutnya

Sebagai sarana untuk memperluas wawasan mengenai audit dan

penanganan korupsi yang terjadi di Indonesia serta sebagai bahan

referensi penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

b. Kontribusi Praktis

1. Bagi pemerintah

Diharapkan dapat memberikan masukan dalam menyusun langkah-

langkah solutif pemberantasan korupsi khususnya pada pemerintah

daerah tingkat provinsi di Indonesia.

2. Bagi regulator

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan

untuk meningkatkan kualitas audit dan transparansi.

3. Bagi Badan Pemeriksa Keuangan

Diharapkan bahwa hasil penelitian dapat digunakan sebagai motivasi

untuk meningkatkan kualitas audit, meningkatkan sistem pengendalian

Page 27: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

8

internal pemerintah, dan dilaksanakannya tindak lanjut atas rekomendasi

audit

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori, kerangka pemikiran dan pengembangan

hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri atas populasi dan sampel, variabel penelitian dan definisi

operasional variabel, pengukuran variabel, metode pengumpulan data serta

metode analisis.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum organisasi, hasil penelitian dengan metode

analisis deskriptif, uji analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan, saran, implikasi dan keterbatasan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 28: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut teori keagenan dan peranan audit menunjukkan bahwa munculnya

audit disebabkan karena adanya masalah ketidakpercayaan prinsipal pada agen-

agen (Effendy, 2013). Jensen dan Meckling (1976) dalam Arifah (2012) teori

keagenan adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal

dan agen, yaitu antara dua atau lebih individu, kelompok atau organisasi. Pihak

prinsipal adalah pihak yang mengambil keputusan dan memberikan mandat

kepada pihak lain (agen), untuk melakukan semua kegiatan atas nama prinsipal.

Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan

oleh prinsipal padanya.

Menurut Eisenhard dalam Sabeni (2005) teori keagenan dilandasi oleh 3

(tiga) buah asumsi yaitu :

a. Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat

untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan

rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

Page 29: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

10

b. Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,

efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information

(AI) antara prinsipal dan agen.

c. Asumsi tentang informasi.

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai

barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

Berdasarkan asumsi di atas, kemungkinan besar manusia akan bertindak

mengutamakan kepentingan pribadinya. Agen memiliki motivasi untuk

meningkatkan kompensasi ekonomi dan psikologisnya, sementara prinsipal

memiliki motivasi untuk meningkatkan profitabilitasnya. Hal ini mendorong

terjadinya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen yang mana konflik

tersebut akan terus meningkat karena prinsipal tidak bisa mengawasi kegiatan

agen untuk memastikan bahwa agen telah bertindak sesuai keinginan prinsipal. Di

sini lah kecenderungan kesenjangan informasi atau asimetri informasi terjadi.

Adanya asimetri informasi menyebabkan terjadinya persoalan dalam hubungan

prinsipal-agen, bilamana agen memiliki informasi lebih tentang kinerja aktual,

motivasi dan tujuan yang berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse

selection (Latifah, 2010). Adverse selection terjadi karena adanya perbedaan

jumlah informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen sehingga prinsipal tidak

mampu membedakan apakah agen melakukan sesuatu yang baik atau tidak (Faria

dan Silva, 2013). Agen akan cenderung menyembunyikan informasi untuk

memperoleh manfaat yang lebih demi keuntungan pribadi.

Page 30: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

11

Dalam penelitian ini teori keagenan digunakan sebagai dasar acuan untuk

menjelaskan konflik yang terjadi antara pemerintah daerah yang berperan sebagai

agen dan masyarakat yang berperan sebagai prinsipal terkait penggunaan

Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah daerah yang

menerima mandat atas pengelolaan sumber daya harus memberikan pelayanan

maksimal kepada masyarakat atas sumber daya yang digunakan untuk memenuhi

hajat hidup orang banyak. Asimetri informasi akan terjadi karena pemerintah

daerah memiliki lebih banyak informasi mengenai sumber daya yang dimiliki

dalam bentuk APBD dibandingkan dengan masyarakat sehingga memungkinkan

terjadinya penyelewengan oleh agen.

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya agency problem di atas maka

diperlukan peran pengawasan pada pemerintah daerah untuk memastikan bahwa

pengelolaan sumber daya dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Salah

satu bentuk dari tindakan pengawasan adalah adanya audit laporan keuangan dan

kinerja pemerintah daerah. Dengan begitu asimetri informasi yang terjadi antara

prinsipal dan agen dapat diminimalisir. Ketidakpercayaan prinsipal akan selalu

ada selama ada variasi dalam penggunaan dana publik antara anggaran dengan

realisasi yang mengakibatkan perlunya audit. Di sisi lain, pertanggungjawaban

atas pengelolaan sumber daya merupakan kewajiban bagi agen sebagai pihak yang

menerima mandat dalam keagenan dan diawasi, diperiksa dan dievaluasi sehingga

dapat diukur kinerjanya baik dalam kegiatan maupun keuangan (Effendy, 2013).

Semakin berkurangnya asimetri informasi yang terjadi, maka kemungkinan

adanya tindakan korupsi juga semakin kecil.

Page 31: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

12

2.1.2 Audit Pemerintah (Governmental Audit)

Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh

dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersenut dengan kriteria yang telah

ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan (Mulyadi, 2002:9). Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011:4)

“auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to

determine and report on the degree of correspondense between the information

and established criteria. Auditing Should be done by a competent, independent

person.” Dalam konteks ini, inti dari audit adalah proses membandingkan bukti

dengan kriteria yang telah ditetapkan dilakukan oleh orang yang independen dan

kompeten. Sementara audit sektor publik menurut Rai (2008) adalah kegiatan

yang ditunjukkan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan

barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan

negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang

ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara.

Audit keuangan negara ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Pemeriksaan atau audit berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya

pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Page 32: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

13

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 dan Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan negara

yaitu Audit Keuangan, Audit Kinerja dan Audit Tujuan Tertentu. Audit Keuangan

bertujuan untuk memberi keyakinan yang memadai (reasonable assurance),

apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau

Audit Kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit Tujuan

Tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur

yang disepakati (agrees-upon procedures) merupakan audit khusus di luar audit

keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal

yang diaudit.

Beberapa peneliti mendiskusikan pentingnya audit pada sektor publik.

Ferraz dan Finan dalam Liu dan Lin (2012) menemukan bahwa laporan audit

pemerintah dapat mengungkapkan aktivitas korupsi dan kemudian mempengaruhi

hasil pemilihan umum. Sedangkan Liu Jiayi dalam Liu dan Lin (2012)

menambahkan bahwa institusi audit dapat berperan sebagai “immune system”

yang menjaga ekonomi dan sistem keuangan. Dengan adanya audit,

penyimpangan dapat dicegah dan kelemahan-kelemahan atas pengendalian

internal dapat diperbaiki. Namun, audit pemerintah hanya akan berjalan sebagai

pencegah korupsi jika tindak lanjut perbaikan terhadap penyalahgunaan dalam

proses penerimaan dan pengeluaran dana dan dengan jaminan bahwa keputusan

dan rekomendasi dilaksanakan seluruhnya.

Page 33: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

14

2.1.3 Korupsi

2.1.3.1 Pengertian Korupsi

Secara terminologi korupsi berasal dari bahasa Latin “corruptus” yang

berarti kerusakan atau kebobrokan. Istilah korupsi muncul dalam beberapa bahasa

di Eropa seperti Perancis dengan kata corruption, dan bahasa Belanda

menggunakan kata corruptie yang selanjutnya menjadi “korupsi” dalam bahasa

Indonesia (Jahja, 2012:7)

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan korupsi sebagai

penyelewengan atau penggelapan (uang Negara atau perusahaan) untuk keperluan

pribadi atau orang lain. Sementara pengertian korupsi secara harfiah menurut

Hartanti (2007:9) diartikan sebagai sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika

membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu

karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk,

jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam

jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga

atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

Rumusan lain terkait korupsi mengacu pada 13 buah pasal Undang-Undang

Nomor 31 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal

tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 bentuk/jenis Tindak Pidana Korupsi

(TPK) yang terbagi dalam 7 kelompok yaitu: (a) Kerugian Keuangan Negara, (b)

Suap menyuap, (c) Penggelapan dalam jabatan, (d) Pemerasan, (e) Perbuatan

curang, (f) Benturan kepentingan dalam pengadaan dan (g) Gratifikasi.

Page 34: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

15

2.1.3.2 Faktor-faktor penyebab korupsi

Terjadinya korupsi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) sistem

pemerintahan dan birokrasi yang memang kondusif untuk melakukan

penyimpangan, (2) belum adanya sistem kontrol dari masyarakat yang kuat, dan

belum adanya perangkat peraturan dan perundang-perundangan yang tegas

(Sopanah dan Wahyudi, 2010). Faktor lainnya menurut Fadjar (2002) adalah

tindak lanjut dari setiap penemuan pelanggaran yang masih lemah dan belum

menunjukkan “greget” oleh pimpinan instansi. Terbukti dengan banyaknya

penemuan yang ditutup secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas serta tekad dalam

pemberantasan korupsi dan dalam penuntasan penyimpangan yang ada dari semua

unsur tidak kelihatan. Di samping itu kurang memadainya sistem

pertanggungjawaban organisasi pemerintah kepada masyarakat yang

menyebabkan banyak proyek yang hanya sekedar pelengkap laporan kepada

atasan.

2.1.3.3 Dampak korupsi

Dampak korupsi sangat berbahaya bagi individu, kelompok individu,

organisasi, masyarakat, institusi, bahkan bangsa dan negara. Dampak tersebut dapat

dirasakan seketika maupun secara perlahan-lahan, namun pasti. Akumulasi dari

akibat korupsi, pada tingkat tertentu, dapat mengancam kelangsungan pemerintahan

suatu negara, sedangkan bagi organisasi selain menimbulkan kerugian keuangan

juga berdampak tidak tercapainya tujuan organisasi. Menurut Chetwynd dkk. (2003)

korupsi memiliki dampak terhadap kemiskinan yang kemudian dapat dijelaskan

melalui dua model yaitu model pemerintahan dan model ekonomi. Model

pemerintahan menjelaskan bahwa korupsi mengikis kapasitas lembaga pemerintah

Page 35: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

16

dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas, menurunkan kepatuhan

terhadap peraturan keselamatan dan kesehatan, meningkatkan tekanan anggaran

pemerintah, serta mengalihkan investasi publik jauh dari kebutuhan publik terutama

dalam proyek-proyek modal (dimana suap dapat terjadi). Sedangakan model

ekonomi menjelaskan bahwa korupsi menciptakan inefisiensi dengan meningkatkan

biaya untuk berbisnis, mengurangi investasi, menghalangi kompetisi, dan

meningkatkan kesenjangan pendapatan. Sehingga akan menciptakan ketidakadilan,

melemahkan demokrasi, membuata yang kaya menjadi lebih kaya dan mendukung

para diktator, menyebabkan berkurangnya investasi domestik dan asing, mengurangi

penerimaan pajak dan melemahkan jiwa wirausaha, menghambat penyediaan barang

publik, melemahkan pertumbuhan ekonomi, dan akan meningkatkan kemiskinan

terutama di negara-negara yang sedang berkembang.

2.1.3.4 Memerangi korupsi

Upaya memerangi korupsi, di Indonesia, tidaklah mudah karena korupsi

tersebut ditengarai telah sangat kompleks (bersifat sistemik), yaitu melibatkan

berbagai unsur dan kepentingan. Untuk mengatasinya diperlukan upaya yang

komprehensif. Jeremy Pope (2003) menawarkan enam bidang pokok perubahan

yang dapat mendukung pelaksanaan strategi anti korupsi yang menyeluruh, yaitu:

kepemimpinan, program publik, perbaikan organisasi pemerintah, penegakan

hukum, kesadaran masyarakat dan pembentukan lembaga pencegah korupsi.

Myrdal dalam Lubis (1987) memberi saran penanggulangan korupsi yaitu

agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang

menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan

dipertegas, pengadaan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam

Page 36: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

17

menjalankan kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang

rendah harus dinaikkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih

terjamin, satuan-satuan pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum

pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil.

Orang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak pula.

Kartono (1983) menyarankan penanggulangan korupsi sebagai berikut: (1)

adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan

partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh, (2)

menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan

nasional, (3) para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan

menindak korupsi, (4) adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas

dan menghukum tindak korupsi, (5) reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi

pemerintah, melalui penyederhanaan jumlah departemen, beserta jawatan

dibawahnya, (6) adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan

“achievement” dan bukan berdasarkan sistem “ascription”, (7) adanya kebutuhan

pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi pemerintah, (8)

menciptakan aparatur pemerintah yang jujur, (9) sistem budget dikelola oleh

pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi, dibarengi sistem

kontrol yang efisien, (10) herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan

perorangan yang mencolok dengan pengenaan pajak yang tinggi.

Widjajabrata dan Zacchea (2004) menyebutkan terdapat empat strategi

dalam upaya pemberantasan korupsi, yakni: (1) memfokuskan pada penegakkan

hukum dan penghukuman terhadap pelaku, (2) melibatkan masyarakat dalam

mencegah dan mendeteksi korupsi, (3) melakukan upaya reformasi sektor publik

Page 37: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

18

yang utama, dimana termasuk didalamnya kegiatan penguatan akuntabilitas,

transparasi, dan pengawasan, (4) memperkuat aturan hukum, meningkatkan

kualitas UU anti korupsi, penanganan tindakan pencucian uang, dan

mempromosikan tata kelola pemerintahan yang baik.

Menyangkut korupsi di pemerintah daerah, menurut de Asis (2006)

terdapat lima strategi yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi, yakni: (1)

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, (2) penilaian keinginan politik dan

titik masuk untuk memulai, (3) mendorong partisipasi masyarakat, (4)

mendiagnosa masalah yang ada, (5) melakukan reformasi dengan menggunakan

pendekatan yang holistik.

Berdasarkan pendapat dari para ilmuwan diatas, dapat disimpulkan bahwa

upaya penanggulangan terhadap korupsi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu

pencegahan dan penindakan. Kedua upaya tersebut sama pentingnya. Upaya

pencegahan mencakup semua usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah agar

tidak terjadi tindak korupsi. Sedangkan upaya penindakan adalah usaha yang

dilakukan untuk menyelamatkan uang atau kerugian negara akibat korupsi dan

menghukum pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pemberantasan

korupsi yang dilakukan selama ini di Indonesia masih terfokus pada upaya

penindakan dan itupun belum dilakukan dengan sungguh-sungguh (Bahrin, 2004).

Maka dari itu masih sangat perlu dilakukan usaha-usaha yang serius dalam rangka

memerangi korupsi, utamanya upaya pencegahan yang belum mendapat perhatian

yang berimbang.

Page 38: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

19

2.1.4 Latar Belakang Institusi

Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 23 E, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) merupakan lembaga

tinggi negara yang bebas dan mandiri dalam sistem ketatanegaraan Republik

Indonesia, berwewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara. Tugas dan wewenang BPK adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,

Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan

lainnya yang mengelola keuangan negara.

Hasil audit pemerintah oleh BPK berupa opini audit, temuan audit yang

terdiri dari temuan efektivitas sistem pengendalian internal dan temuan

ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, serta rekomendasi yang

memerlukan tindak lanjut dari auditee.

2.1.4.1 Opini Audit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004

Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pasal

1 angka 11, opini audit Negara adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan

pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan. Kriteria atas pemberian opini adalah kesesuaian dengan standar

akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),

Page 39: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

20

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem

pengendalian intern.

Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Opini wajar tanpa pengecualian

Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan bahwa laporan keuangan menyajikan secara

wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus

kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntasi yang berlaku umum.

Dalam suatu keadaan tertentu pemeriksa dapat menambahkan suatu paragraf

penjelasan dalam laporan pemeriksaannya.

b. Opini wajar dengan pengecualian

Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material,

posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang

berhubungan dengan yang dikecualikan.

c. Opini tidak wajar

Opini tidak wajar (adversed opinion) menyatakan bahwa laporan keuangan

secara keseluruhan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil

usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

Page 40: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

21

d. Pernyataan menolak memberikan opini

Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion) menyatakan

bahwa pemeriksa tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini

ini apabila pemeriksa tidak yakin akan kewajaran laporan keuangan karena

pemeriksan tidak dapat melaksanakan audit secara standar akibat

pembatasan ruang lingkup audit, pemeriksa tidak berkedudukan secara

independen, dan adanya ketidakpastian luas biasa yang sangat

mempengaruhi kewajaran laporan keuangan.

2.1.4.2 Temuan atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Permendagri Nomor 4 tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern

(SPI) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan

untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas,

efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah. Pengendalian intern pada

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dirancang dengan berpedoman pada

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang menjadi kriteria pemberian

opini melalui evaluasi atas efektivitas SPI.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 dan Ikhtisar Hasil

Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK, rincian temuan audit atas SPI adalah sebagai

berikut:

a. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yang terdiri dari:

(1) Pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat; (2) Penyususunan

laporan tidak sesuai dengan ketentuan/peraturan; (3) Keterlambatan

Page 41: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

22

penyampaian laporan; dan (4) Sistem informasi akuntansi dan pelaporan

belum didukun sumber daya manusia yang memadai.

b. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja, seperti (1) Perencanaan kegiatan tidak memadai; (2) Kegiatan yang

tidak sesuai dengan aturan; (3) Penyimpangan terhadap peraturan

perundang-undangan; (4) Pelaksanaan belanja di luar mekanisme

APBN/APBD; dan (5) Pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat.

c. Kelemahan struktur pengendalian internal, seperti (1) Tidak memiliki SOP

yang formal; (2) SOP tidak berjalan secara optimal; (3) Tidak adanya satuan

pengawasan; (4) Satuan pengawasan internal tidak memadai; dan (5) Tidak

ada pemisahan tugas.

2.1.4.3 Temuan atas Ketidakpatuhan Peraturan dan Perundang-undangan

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan

akuntansi pemerintahan. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyebutkan

bahwa kepatuhan terhadap peraturan ketentuan perundang-undangan komponen

terakhir yang diungkapkan BPK dalam rangka menilai akuntabilitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah kepatuhan terhadap ketentuan

peraturan perundang-undangan. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang

mengakibatkan kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan

penerimaan, administrasi, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan

ketidakefektifan. Atas rincian temuan audit untuk temuan ketidakpatuhan

terhadap peraturan perundangan-undangan adalah sebagai berikut:

Page 42: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

23

a. Temuan kerugian negara atau indikasi kerugian negara: (1) Belanja fiktif;

(2) Kemahalan harga; (3) Kelebihan pembayaran; (4) Kekurangan volume

pekerjaan; (5) Pembayaran honorarium dan atau biaya perjalanan dinas

ganda; (6) Indikasi tindak pidana korupsi; dan (7) Penggunaan aset untuk

kepentingan pribadi.

b. Temuan kekurangan penerimaan

1) Pajak/penerimaan negara bukan pajak (PNBP) belum/terlambat

dipungut dan disetor ke Kas Negara/Kas Daerah.

2) Kelebihan pembayatan subsidi oleh pemerintah

c. Temuan administrasi, seperti (1) Pencatatan tidak/belum dilakukan secara

akurat; (2) Pertanggungjawaban tidak akuntabel; (3) Pengalihan anggaran

antara Mata Anggaran Keluaran (MAK) tidak sah; (4) Entitas terlambat

menyampaikan laporan pertanggungjawaban; (5) Salah pembebanan

anggaran.

d. Temuan kehematan dan efisiensi, terdiri dari: (1) Pengadaan barang/jasa

melebihi kebutuhan; (2) Penetapan harga standar tidak realistis; (3)

Ketidakhematan/pemborosan keuangan negara.

e. Temuan efektivitas, terdiri dari: (1) Penggunan anggaran tidak tepat sasaran;

(2) Pemanfaatan barang/jasa tidak sesuai dengan perencanaan; (3)

Pengadaan barang yang tidak termanfaatkan; (4) Pemanfaatan barang/jasa

tidak berdamak terhadap pencapaian tujuan organisasi.

2.1.4.4 Tindak Lanjut Hasil Audit

Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil

pemeriksaannya yang ditujukan kepada orang dan/badan berwenang untuk

Page 43: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

24

melakukan tindakan dan atau perbaikan. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004

menyatakan secara tegas bahwa pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi

dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dan wajib memberikan jawaban atau

penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi tersebut.

Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan atau

keputusan yang dilakukan oleh pejabat yang diperiksa dan/atau pihak lain yang

kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Tindak

lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK wajib dilakukan oleh pejabat yang

diperiksa. Pejabat yang diperiksa wajib memberikan jawaban atau penjelasan

kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan selambat-

lambatnya 60 hari setelah LHP diterima. Apabila sebagian atau seluruh

rekomendasi tidak dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditentukan, maka

pejabat wajib memberikan alasan yang sah.

Selanjutnya, BPK menelaah jawaban atau penjelasan yang diterima dari

pejabat yang diperiksa dan atau pejabat yang bertanggung jawab untuk

menentukan apakah tindak lanjut rekomendasi telah dilakukan sesuai rekomendasi

BPK. Menurut peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010 tentang pemantauan tindak

lanjut hasil pemeriksaan, hasil penelaahan diklasifikasikan dalam empat status

yaitu; tindak lanjut sudah sesuai dengan rekomendasi, tindak lanjut belum sesuai

rekomendasi, rekomendasi belum ditindaklanjuti, dan rekomendasi tidak dapat

ditindaklanjuti. Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban

menindaklanjuti rekomendasi dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

Page 44: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

25

2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu dalam tabel 2.1

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NoPeneliti dan

JudulVariabel

MetodologiPenelitian

Hasil Penelitian

1 Liu dan Lin(2012)GovermentAuditing andCorruptionControl :Evidencefrom China'sProvincialPanel Data

Independen:Temuan Audit,Tindak Lanjuthasil Audit

Dependen:Tingkat korupsi

a. Sampel danlokasi penelitian: 31 provinsi diChina padatahun 1999-2008.

b. Metodesampling :randomsampling

Temuan auditberpengaruhpositif terhadaptingkat korupsi diprovinsi.Tindak lanjuthasil auditberpengaruhnegatif terhadaptingkat korupsi diprovinsi.Auditpemerintahanberpengaruhdalammengurangikorupsi

2 Olken (2007)MonitoringCorruption :Evidencefrom a FieldExperiment inIndonesia

Independen:hasil auditkinerja padaproyekpemerintahKontrol: ukurandesaDependen:Korupsi

a. Sampel danlokasi penelitian: 608 desa diprovinsi JawaBarat danJakarta padaSeptember 2003hingga Agustus2004,

b. Metodepengumpulandata: fieldexperiment-survey.

Probabilitasproyek jalanlintas desa yangdiauditpemerintahmeningkat dari 4% menjadi 100%,korupsi dalamproyek tersebutturun sebesar 8%.

Page 45: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

26

NoPeneliti dan

JudulVariabel

MetodologiPenelitian

Hasil Penelitian

3 Ismunawan(2016)PengaruhFaktor Non-Keuangan danKeuanganterhadapTingkatKorupsiPemerintahDaerah diIndonesia

Independen:Transparasi,Opini,KapabilitasInternal Auditor,Belanja Modal,KekayaanDaerah danKetergantungandana pemerintah

Dependen:Korupsi

a. Sampel danlokasi penelitian: 50kabupaten/kotadi Indonesia,

b. Operasionalvariabel: Untukvariabel tingkatkorupsimenggunakandata CorrupsionPerseptionindex (CPI),

Secara simultanvariabeltransparansi,opini, kapabilitasauditor internal,belanja modal,kekayaan daerahdanketergantungandana pemerintahberpengaruhtehadap korupsi.

Secara parsialvariabeltransparansi,opini, kapabilitasauditor internal,belanja modal,kekayaan daerahdanketergantungandana pemerintahberpengaruhtehadap korupsi.

4 Masyitoh dkk(2015)PengaruhOpini Audit,Temuan Auditdan TindakLanjut HasilAuditterhadapPersepsiKorupsi padaPemerintahDaerahTingkat IITahun 2008-2010

Independen:opini audit,temuankelemahan SPI,temuanketidakpatuhanperaturan, tindaklanjut hasil audit

Dependen:PersepsiKorupsi

a. Sampel danlokasi penelitian: 50kabupaten/kotadi Indonesiapada tahun2008-2010,

b. Operasionalvariabel: Untukvariabel tingkatkorupsimenggunakandata CorrupsionPerseptionindex (CPI),

Opini audit dantindak lanjut hasilaudit berpengaruhnegatif terhadappersepsi korupsi.

Temuan audit ataskelemahanpengendalianinternal tidakberpengaruh padapersepsi korupsi.

Pengujiantambahan padatemuan audityangberhubungandengankelemahan

Page 46: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

27

NoPeneliti dan

JudulVariabel

MetodologiPenelitian

Hasil Penelitian

akuntansi dansistem kendalipelaporan sertatemuan audityangmenyebabkankerugian Negaraberpengaruhpositif terhadappersepsi korupsi

5 Rini danSarah (2014)Opini AuditdanPengungkapanatas LaporanKeuanganPemerintahKabupatensertaKaitannyadenganKorupsi diIndonesia

Independen:opini audit,pengungkapanatas laporankeuangan

Dependen:Korupsi

a. Jenis penelitian:kualitatifdeskriptif,

b. Metode analisisdata: analisis isikonten,

c. Operasionalvariabel: Untukvariabel tingkatkorupsimenggunakandata CorrupsionPerseptionindex (CPI),

Kualitaspelaporankeuangansemakinmeningkat.

Tidak terdapatkaitan antarapengungakapanlaporan keuanganpemerintahdaerah kabupatendengan opiniyang diberikanBPK.

Perkembangankorupsi diIndonesiasemakinbertambah.

Pengungkapanlaporan keuangandaerah kabupatendan opini auditmemilikiketerkaitandengan tingkatkorupsi diIndonesia.

Page 47: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

28

NoPeneliti dan

JudulVariabel

MetodologiPenelitian

Hasil Penelitian

6 Heriningsihdan Marita(2012)PengaruhOpini Auditdan KinerjaKeuanganPemerintahDaerahterhadapTingkatKorupsiPemerintahDaerah (StudiEmpiris padaPemerintahKabupatendan Kota diPulau Jawa)

Independen:opini audit,kinerjakeuangan

Dependen:tingkat korupsi

a. Sampel danlokasi penelitian: 13kabupaten/kotadi Pulau Jawatahun 2008-2010,

b. Operasionalvariabel: Untukvariabel tingkatkorupsimenggunakandata CorrupsionPerseptionindex (CPI),

Variabel opiniaudit dan kinerjakeuangan tidakberpengaruhterhadap tingkatkorupsi

2.2 Kerangka Pemikiran

Desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia membawa implikasi pada

terjadinya pergeseran relasi kekuasaan pusat–daerah dan antar lembaga di daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

yang diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah

memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan atas daerahnya secara

mandiri. Otonomi daerah pada dasarnya diberikan pada daerah agar pemerintah

daerah dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas pemerintah

daerah untuk tercapainya good governance. (Mardiasmo, 2009). Namun menurut

Rinaldi, Purnomo, dan Damayanti (2007) sejak diberlakukannya otonomi daerah

di tahun 2001 telah terjadi kecenderungan korupsi di pemerintah daerah yang

meningkat. Dengan demikian, semakin luasnya pelaksanaan otonomi daerah,

perlu diimbangi dengan pengawasan yang memadai agar tidak menimbulkan

Page 48: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

29

korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) baru atau memindahkan KKN dari tingkat

pusat ke daerah (Pontas R. Siahaan, 2004).

Salah satu upaya tindakan pengawasan pemerintah dalam rangka memberantas

korupsi adalah dibentuknya institusi independen yang melakukan pemeriksaan

terhadap keuangan negara (audit). Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang

Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) memiliki tugas untuk

melakukan audit atas LKPD. Pemeriksaan oleh BPK-RI tidak hanya

menghasilkan opini atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang diaudit

tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. Temuan tersebut menjelaskan

kelemahan pengendalian internal dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Hasil audit juga memberikan informasi potensi kerugian negara yang

ditemukan dalam proses audit akibat dari penyalahgunaan dan inefisiensi

penggunaan APBN/APBD (Setyaningrum, 2012). Secara keseluruhan proses audit

di sektor publik dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas (Dwiputrianti,

2008) serta membantu mencegah adanya tindakan korupsi (Dye dan Staphenhurst

1998, Khan 2006).

Dari uraian diatas, opini audit, temuan audit atas sistem pengendalian intern

dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan, serta tindak lanjut

hasil audit diyakini memiliki hubungan dengan praktek korupsi yang banyak

terjadi di pemerintah daerah tingkat provinsi. Kerangka pemikiran penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 49: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

30

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Opini Audit terhadap Tingkat Korupsi

Kinerja Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dalam rangka

memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan

dalam laporan keuangan (BPK, 2009). Opini audit laporan keuangan

menunjukkan tingkat kewajaran yang mencerminkan tingkat akuntabilitas laporan

keuangan yang diyakini memberikan kontribusi dalam usaha mereduksi praktek

korupsi. Opini audit yang wajar menunjukkan akuntabilitasnya baik yang itu

diyakini mampu mereduksi tingkat korupsi, demikian juga sebaliknya.

Penelitian Rini dan Sarah (2014) menyatakan bahwa terdapat kaitan antara

opini yang diberikan oleh BPK RI dengan korupsi. Didukung oleh penelitian

Opini Audit (H1)

Temuan Audit atas kelemahansistem pengendalian intern (H2)

Tindak Lanjut Hasil Audit (H4)

Tingkat Korupsi

Variabel Kontrol:

Ukuran Pemerintah

Variabel Independen Variabel Dependen

Temuan Audit atasketidakpatuhan terhadapperaturan dan perundang-undangan (H3)

Page 50: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

31

Ismunawan (2016) yang membuktikan secara empiris bahwa opini audit memiliki

pengaruh terhadap korupsi pemerintah daerah. Masyitoh dkk., (2015) menyatakan

opini audit berpengaruh negatif terhadap persepsi korupsi. Semakin baik opini

audit yang diperoleh menunjukkan semakin rendah potensi korupsi di lingkungan

pemerintah daerah.

H1: Opini audit berpengaruh negatif terhadap tingkat korupsi.

2.3.2 Temuan Audit dan Tingkat Korupsi

Selain memberikan opini atas laporan keuangan, BPK juga melaporkan

hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern, dan laporan hasil pemeriksaan

atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (BPK, 2009). Kelemahan

sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang dilaporkan BPK menunjukkan tingkat akuntabilitas

laporan keuangan. Semakin banyak kelemahan sistem pengendalian intern dan

ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan menunjukkan

informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat

diandalkan (BPK, 2009).

Huefner (2011) menyatakan bahwa cara yang utama untuk mencegah

terjadinya kecurangan yaitu dengan adanya sistem pengendalian intern yang kuat.

Sehingga semakin banyak temuan kelemahan pengendalian internal akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya korupsi. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Huefner (2011), temuan audit atas sistem pengendalian intern dapat

digunakan untuk mendeteksi adanya potensi kecurangan di lingkungan

pemerintah daerah.

Page 51: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

32

Penelitian yang dilakukan Masyitoh dkk., (2015) menyatakan bahwa

temuan audit atas ketidakpatuhan pada perundang-undangan berpengaruh positif

terhadap persepsi korupsi. Semakin banyak temuan atas ketidakpatuhan pada

perundang-undangan menunjukkan persepsi korupsi yang lebih tinggi.

Mustikarini dan Fitriasari (2012) serta Arifianti et al. (2013) telah membuktikan

secara empiris bahwa ketidakpatuhan pemerintah daerah terhadap peraturan dan

perundang-undangan memiliki dampak yang negatif dan signifikan terhadap

penilaian kinerja. Adanya pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan

menunjukkan buruknya penyelenggaraan pemerintahan di daerah tersebut.

H2 = Temuan audit atas kelemahan sistem pengendalian intern berpengaruh

positif terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah.

H3 = Temuan audit atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan berpengaruh positif terhadap tingkat korupsi pemerintah

daerah.

2.3.3 Tindak Lanjut Hasil Audit dan Tingkat Korupsi

Tahapan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan oleh

auditor penting untuk dilakukan agar rekomendasi yang diusulkan oleh auditor

dapat diimplementasikan dengan baik oleh pemerintah daerah. Dengan

melaksanakan apa yang telah direkomendasikan oleh auditor, maka pemerintah

daerah telah berupaya untuk memperbaiki kesalahan dalam pertanggungjawaban

penyelenggaraan negara.

Page 52: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

33

Menurut Liu dan Lin (2012) bahwa pembetulan setelah adanya proses audit

(audit rectification) lebih penting dari deteksi atas temuan audit itu sendiri karena

upaya untuk melakukan pembetulan audit dapat meningkatkan efektivitas proses

audit. Pembetulan setelah proses audit merupakan suatu bentuk tanggung jawab

dari pemerintah daerah atas kesalahan dalam pertanggungjawaban keuangan

publik. Tanpa adanya penyelesaian maka temuan audit tidak bermanfaat untuk

menciptakan akuntabilitas dalam proses audit pemerintahan demi terciptanya

akuntabilitas. Penelitian Liu dan Lin mengemukakan bahwa tindak lanjut hasil

audit berpengaruh negatif terhadap tingkat korupsi. Hasil serupa dikemukakan

oleh Masyitoh, dkk. (2015) yang menyatakan tindak lanjut hasil audit

berpengaruh negatif terhadap persepsi korupsi. Semakin banyak rekomendasi

auditor yang ditindaklanjuti oleh pemerintah menunjukkan tingkat korupsi yang

lebih rendah.

H4: Tindak lanjut hasil audit yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah

berpengaruh negatif terhadap tingkat korupsi.

Page 53: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang

menjelaskan pengaruh opini audit, temuan audit atas sistem pengendalian intern

dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan, serta tindak lanjut

hasil audit (variabel independen) terhadap tingkat korupsi (variabel dependen)

dengan variabel kontrol ukuran pemerintah.

3.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Dependen

Variabel Terikat (Dependent Variabel) merupakan variabel yang menjadi

perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Variabel Terikat (Dependent Variabel)

merupakan variabel yang dipengaruhi variabel lain baik secara positif maupun

secara negatif (Sekaran, 2006). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat

korupsi pemerintah daerah.

a. Tingkat Korupsi

Tingkat korupsi diukur dengan menghitung jumlah kasus tindak pidana

korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi di setiap provinsi, disesuaikan

dengan ukuran populasi (kasus per 10.000 penduduk) (Liu dan Lin, 2012).

Page 54: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

35

Kasus korupsi dalam penelitian meliputi seluruh kasus korupsi baik tahap

penyelidikan maupun penyidikan. Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan

dengan CORRUPT dalam persamaan.

2. Variabel Independen

Variabel Bebas (Independent Variabel) merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun secara negatif (Sekaran,

2006). Variabel bebas dari penelitian ini adalah tingkat akuntabilitas pemerintah

daerah yang dilaporkan oleh BPK RI yang terdiri dari opini audit laporan

keuangan pemerintah daerah, kelemahan sistem pengendalian intern laporan

keuangan pemerintah daerah, dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan laporan keuangan pemerintah daerah.

a. Opini Audit

Opini audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) terdiri

dari empat opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion),

Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified opinion), Tidak Wajar

(TW/Adverse opinion) dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer

opinion). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu

opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) akan diberi nilai 1 dan opini lainnya

(WDP, TW, TMP) diberi nilai 0 (Masyitoh dkk., 2015). Selanjutnya variabel

ini akan disimbolkan dengan AUOPI di dalam persamaan.

b. Temuan Audit atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

Hasil evaluasi Sistem Pengendalian Intern (SPI) oleh BPK menunjukkan

kasus-kasus kelemahan sistem pengendalian intern yang dapat

dikelompokkan sebagai kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan

Page 55: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

36

pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja, serta kelemahan struktur pengendalian intern. Variabel

kelemahan sistem pengendalian intern LKPD provinsi diukur dengan

menghitung jumlah kasus kelemahan sistem pengendalian intern atas LKPD

yang dilaporkan BPK, disesuaikan dengan jumlah populasi (Liu dan Lin,

2012). Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan AUSPI dalam

persamaan.

c. Temuan Audit atas Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan

Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah provinsi

mengenai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan yang mengakibatkan kerugian daerah, potensi kerugian daerah,

kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakekonomisan, ketidakefisienan,

dan ketidakefektifan. Variabel ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan LKPD provinsi diukur dengan menghitung nilai kasus

ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan atas

LKPD yang dilaporkan BPK, disesuaikan dengan jumlah populasi.

Selanjutnya variabel ini akan disimbolkan dengan AUPUU dalam persamaan.

d. Tindak Lanjut Hasil Audit

Tindak lanjut hasil audit diukur dengan nilai penyetoran atau penyerahan aset

ke bendahara negara, menjumlahkan rekomendasi hasil audit yang sudah

ditindak lanjuti sesuai dengan sanksi dan denda dalam rekomendasi tersebut,

khususnya jumlah yang dikembalikan ke kas Negara dikembalikan kepada

Page 56: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

37

saluran yang seharusnya (Liu dan Lin, 2012). Selanjutnya variabel ini akan

disimbolkan dengan AUREC dalam persamaan.

3. Variabel Kontrol

Ukuran pemerintahan merupakan variabel kontrol terhadap tingkat

korupsi. Ukuran pemerintahan dilihat dari proporsi realisasi belanja terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (Masyitoh dkk., 2015). Selanjutnya variabel

ukuran pemerintah provinsi disimbolkan sebagai GOVSIZE dalam persamaan.

Secara lebih lengkap, definisi masing-masing variabel dalam penelitian

ini akan disajikan pada tabel di bawah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel KonsepSkala

pengukuran

Tingkat Korupsi

(CORRUPT)

Jumlah Kasus Tindak Pidana Korupsi

per provinsi yang ditangani oleh

Kejaksaan Tinggi disesuaikan dengan

jumlah populasi provinsi (kasus per

10.000 penduduk)

Rasio

Opini Audit (AUOPI) Opini audit BPK-RI WTP = 1, non

WTP=0

Nominal

Temuan audit atas

kelemahan sistem

pengendalian intern

(AUSPI)

Jumlah temuan audit atas kelemahan

sistem pengendalian intern, disesuaikan

dengan jumlah populasi (temuan

perkapita)

Rasio

Temuan Audit atas

ketidakpatuhan terhadap

peraturan dan

perundang-undangan

(AUPUU)

Nilai temuan audit atas ketidakpatuhan

terhadap peraturan dan perundang-

undangan, disesuaikan dengan jumlah

populasi (rupiah perkapita)

Rasio

Page 57: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

38

Variabel KonsepSkala

pengukuran

Tindak lanjut hasil audit

(AUREC)

Total nilai rekomendasi yang sudah

ditindaklanjuti ditindak lanjuti sesuai

dengan sanksi dan denda dalam

rekomendasi tersebut, khususnya

jumlah yang dikembalikan ke kas

Negara (rupiah perkapita)

Rasio

Ukuran Pemerintah

(GOVSIZE)

Realisasi belanja provinsi/PDRB x

100%

Rasio

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 34 pemerintah daerah provinsi di

Indonesia. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. Kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah provinsi dimana terdapat kejaksaaan tinggi yang

menangani kasus korupsi.

2. Pemerintah daerah provinsi yang memperoleh opini dari BPK, memiliki

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) baik LHP atas kelemahan sistem

pengendalian intern maupun LHP atas ketidakpatuhan terhadap peraturan

dan perundang-undangan, serta laporan pemantauan tindak lanjut atas

rekomendasi auditor yang termasuk bagian dari LHP.

3. Memiliki data yang lengkap untuk seluruh variabel pada tahun anggaran

2011-2015.

Page 58: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

39

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh

peneliti atau data yang diperoleh secara tidak langsung melalui keterangan,

catatan, dokumentasi, website/situs resmi yang dikeluarkan oleh suatu instansi.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi dan

studi pustaka.

1. Dokumentasi

Merupakan proses perolehan dokumen dengan mengumpulkan dan

mempelajari dokumen tersebut. Data opini audit, temuan audit, dan tindak

lanjut hasil audit yang termuat dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester

(IHPS) tahun 2011-2015 diperoleh dari publikasi website Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia. Data jumlah kasus korupsi provinsi diperoleh

dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia. Data mengenai realisasi belanja

dan PDRB provinsi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

2. Studi pustaka

Peneliti mempelajari literatur-literatur yang relevan dengan penelitian melalui

buku, jurnal, skripsi, tesis, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul

penelitian.

3.5 Metode Analisis Regresi Data Panel

Dalam penelitian ini digunakan regresi data panel. Data panel adalah data

yang memiliki jumlah cross section dan jumlah time series. Metode analisis data

panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, pemilihan

estimasi model regresi data panel panel, uji asumsi klasik (normalitas,

Page 59: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

40

autokorelasi, multikoleniaritas dan heteroskedastisitas), serta uji koefisien

determinasi (R2), uji statistik F dan uji statistik t sebagai uji hipotesis (kelayakan

model) yang dilakukan dengan bantuan software Eviews 9.

3.5.1 Statistik Deskripstif

Statistika deskriptif memberikan gambaran secara umum mengenai karakter

variabel penelitian. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

rata-rata, nilai median standar deviasi dan kisaran skor (maksimum dan minimum)

yang ditampilkan dalam tabel statistik deskriptif.

3.5.2 Estimasi Model Regresi Data Panel

Menurut Nachrowi dan Usman (2006:318) bahwa data panel merupakan

gabungan antara data berkala (time series) dan data individual (cross section).

Data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap

suatu individu. Sedangkan data cross section merupakan data yang dikumpulkan

dalam satu waktu terhadap banyak individu.

Model persamaan data panel yang merupakan gabungan dari data cross

section dan data time series adalah sebagai berikut:

Yit = α + β1X1it + β2X2it + … + βnXnit + eit

dimana:

Yit = variabel terikat (dependent)

Xit = variabel bebas (independent)

i = entitas ke-i

t = periode ke-t

Persamaan di atas merupakan model regresi linier berganda (multiple regression)

dari beberapa variabel bebas dan satu variabel terikat. Estimasi model regresi

Page 60: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

41

linier berganda bertujuan untuk memprediksi parameter model regresi yaitu nilai

konstanta (α) dan koefisien regresi (βi). Konstanta biasa disebut dengan intersep

dan koefisien regresi biasa disebut dengan slope. Regresi data panel memiliki

tujuan yang sama dengan regresi linier berganda, yaitu memprediksi nilai intersep

dan slope. Penggunaan data panel dalam regresi akan menghasilkan intersep dan

slope yang berbeda pada setiap entitas/ perusahaan dan setiap periode waktu.

Menurut Widarjono (2007:251), metode estimasi regresi data panel terdapat

tiga pendekatan alternatif model yaitu:

1. Model Common Effect (pooled least square)

Merupakan model paling sederhana yang hanya menggabungkan data cross

section dan time series sebagai suatu kesatuan tanpa melihat perbedaan antar

waktu dan individu, dimana pendekatan yang sering dipakai adalah metode

Ordinary Least Square (OLS). Dalam model ini tidak memperhatikan

dimensi individu maupun waktu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data

antar daerah sama dalam berbagai rentang waktu.

2. Model Fixed Effect (FEM)

Pendekatan model ini mengasumsikan intersep dari setiap individu adalah

berbeda sedangkan slope antar individu adalah tetap (sama). Teknik ini

menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep

antar individu.

3. Model Random Effect (REM)

Model Random Effect adalah metode yang akan mengestimasi data panel di

mana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar

individu. Model ini sangat berguna jika individu (entitas) yang diambil

Page 61: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

42

sebagai sampel adalah dipilih secara random dan merupakan wakil populasi.

Teknik yang digunakan dalam model Random Effect adalah dengan

menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan

muncul pada hubungan antar waktu dan antar daerah. Teknik metode OLS

tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga

lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS).

Menurut Widarjono (2007: 258), ada tiga uji untuk memilih teknik estimasi

data panel.

1. Uji statistik F/Uji Chow, digunakan untuk memilih model terbaik antara

model Commom Effect atau model Fixed Effect. Pengujian yang dilakukan

dengan asumsi:

H0: mengikuti model Common Effect

H1: mengikuti model Fixed Effect.

Hipotesis uji Chow adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai probabilitas Cross-Section F > signifikansi a = 0,05, maka H0

diterima. Model mengikuti Pooled Least Square/Common Effect

b. Jika nilai probabilitas Cross-Section F < signifikansi a = 0,05, maka H0

ditolak dan H1 diterima. Model mengikuti Effect Model.

2. Uji Hausman, digunakan untuk memilih model terbaik antara model Fixed

Effect atau Model Random Effect. Pengujian yang dilakukan dengan asumsi:

H0 : model mengikuti Random Effect.

H1: model mengikuti Fixed Effect.

Hipotesis Uji Hausman adalah sebagai berikut:

Page 62: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

43

a. Jika nilai probabilitas Cross-Section Random > nilai signifikansi a =

0,05, maka H0 diterima. Model mengikuti Random Effect.

b. Jika nilai probabilitas Cross-Section Random > signifikansi a = 0,05,

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Model mengikuti Effect Model.

3. Uji Lagrange Multiplier (LM) digunakan untuk memilih antara model

Commom Effect atau model Random Effect. Pengujian dilakukan dengan

asumsi Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Model mengikuti Common effect

H1 : Model mengikuti Random effect

Hipotesis Uji Lagrange Multiplier adalah sebagai berikut:

a. Jika hasil dari LM hitung > Chi-Square tabel, maka H0 diterima.

b. Jika hasil dari LM hitung < Chi-Square tabel, maka H1 diterima.

Apabila dari hasil uji Chow tersebut ditentukan bahwa metode Fixed Effect

yang digunakan, maka harus ada uji lanjutan dengan Uji Hausman untuk memilih

antara model Fixed Effect atau model Random Effect yang akan digunakan untuk

mengestimasi regresi data panel. Apabila dari uji Chow ditentukan bahwa model

Common Effect yang digunakan maka dilanjutkan dengan Uji Lagrange

Multiplier (LM), untuk memilih antara model Common Effect atau Random Effect.

3.5.3 Uji asumsi klasik

Regresi data panel memberikan alternatif model, Common Effect, Fixed

Effect dan Random Effect. Model Common Effect dan Fixed Effect menggunakan

pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) dalam teknik estimasinya, sedangkan

Random Effect menggunakan Generalized Least Squares (GLS) sebagai teknik

Page 63: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

44

estimasinya. Dalam membentuk persamaan regresi perlu dilakukan pengujian

asumsi klasik untuk mendapatkan persamaan yang bersifat BLUE (Best Linear

Unbiased Estimation). Uji asumsi klasik yang digunakan dalam regresi linier

dengan pendekatan Ordinary Least Squared (OLS) meliputi Uji Autokorelasi,

Heteroskedastisitas, Multikolinieritas dan Normalitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

antara variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data

normal atau mendekati normal. Dalam software Eviews, normalitas sebuah

data dapat diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas Jarque-Bera

(JB) dan tingkat signifikansi α = 0,05. Uji Jarque-Bera didapat dari histogram

normality yang akan kita bahas dibawah ini. Hipotesis yang digunakan

adalah:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai probabilitas JB < α = 0,05, maka H0 ditolak, yang dapat

diartikan bahwa data tidak berdistribusi normal.

Jika nilai probabilitas JB > α = 0,05, maka H0 diterima atau data berdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel

independen saling berhubungan secara linier. Multikolinieritas terjadi apabila

Page 64: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

45

antara variabel-variabel independen terdapat hubungan yang signifikan.

Model regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinearitas atau tidak

adanya hubungan korelasi diantara variabel-variabel independennya. Untuk

mendeteksi adanya masalah multikolinieritas adalah dengan memperhatikan

besaran korelasi antar variabel independen.

Pedoman suatu model regresi bebas multikolinieritas, memiliki kriteria

sebagai berikut :

a) Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen harus lemah, tidak

lebih besar dari 90 persen atau dibawah 0,90 (Ghozali, 2006).

b) Jika korelasi kuat antara variabel-variabel independen dengan variabel-

variabel independen lainnya (umumnya diatas 0,90), maka hal ini

menunjukkan terjadinya multikolinearitas yang serius (Ghozali, 2006).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini)

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi maka disebut ada permasalahan autokorelasi. Model regresi yang

baik adalah yang bebas dari permasalahan autokorelasi.

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test). DW Test

digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi serta tidak

terdapat variabel lain diantara variabel independen. Dasar pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

Page 65: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

46

1) Apabila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan

(4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

2) Apabila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)

maka autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif.

3) Apabila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0,

berarti ada autokorelasi negatif.

4) Apabila nilai DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara (4-

du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

d. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas adalah terjadinya varians yang tidak sama untuk variabel

independen yang berbeda. Heteroskesdastisitas berarti varian variabel

gangguan yang tidak konstan. Sedangkan homoskedastisitas berarti semua

varian variabel gangguan memiliki varian yang konstan. Salah satu metode

estimasi Ordinary Least Squares (OLS) adalah homoskedastisitas.

Konsekuensi apabila estimator OLS terdapat masalah heteroskedastisitas,

maka akan menyebabkan metode OLS tidak lagi mempunyai varian yang

minimum atau dengan kata lain tidak lagi BLUE (Best Linear Unbiased

Estimation).

Dalam mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas penelitian yang

kita pakai ini menggunakan Uji Glejser yakni meregresikan nilai mutlaknya.

Ketentuan yang dipakai, jika nilai probabilitasnya tidak signifikan secara

statistik pada derajat 5% maka hipotesis nol diterima, yang berati tidak ada

heteroskedastisitas dalam model. Sebaliknya jika nilai probabilitasnya

Page 66: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

47

signifikan secara statistik pada derajat 5% maka hipotesis nol ditolak, yang

berati ada masalah heteroskedastisitas dalam model (Gujarati, 2007).

3.5.4 Model Persamaan Regresi Data Panel

Dalam penelitian ini, penulis mencoba merepresentasikan beberapa implikasi

yang diperoleh dari hubungan hasil audit yang dilakukan oleh BPK-RI terhadap

perkembangan tingkat korupsi di suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengevaluasi bagaimana pengaruh hasil audit BPK-RI terhadap tingkat

korupsi dengan menggunakan realisasi belanja dan PDRB sebagai variabel

kontrol. Penelitian ini menggunakan menggunakan data time series selama 5

(lima) tahun terakhir yang diwakili data tahunan dari 2011-2015 dan data cross

section sebanyak 31 daerah provinsi di Indonesia. Persamaan regresi data

panelnya dapat dituliskan sebagai berikut:

CORRUPTi,t = αₒ+ β₁AUOPIi,t-1 + β2AUSPIi,t-1 + β3AUPUUi,t-1 +

β4AURECi,t-1 + β5GOVSIZEi,t + ε

Keterangan:

CORRUPTi,t : Tingkat korupsi provinsi i tahun ke-t

αₒ : konstanta

β₁, β2,β3,β4,β5 : koefisien regresi

AUOPIi,t-1 : opini audit provinsi i tahun t-1

AUSPIi,t-1 : temuan audit SPI provinsi i tahun t-1 (temuan per kapita)

AUPUUi,t-1 : temuan audit PUU provinsi i t-1 (rupiah per kapita)

AURECi,t-1 : tindak lanjut hasil audit provinsi i t-1 (rupiah per kapita)

GOVSIZEi,t : ukuran pemerintahan provinsi i tahun ke -t

ε : error (kesalahan pengganggu)

Page 67: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

48

3.5.5 Uji Hipotesis

1. Uji koefisien determinasi

Uji Koefisien determinasi merupakan uji untuk mengetahui berapa besar

pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika nilainya lebih

dari 0,5 maka kemampuan variabel bebas kuat dalam menjelaskan variabel

terikat. Sedangkan sebaliknya jika nilainya kurang dari 0,5 maka kemampuan

variabel bebas tidak kuat dalam menjelaskan variabel terikat. Apabila nilai R2

= 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel AUOPI, AUSPI, AUPUU,

AUREC dan GOVSIZE dengan variabel tingkat korupsi pemerintah daerah

(CORRUPT), sedangkan jika R2 = 1 berarti terdapat suatu hubungan yang

sempurna.

2. Uji statistik F

Uji statistik F dilakukan guna menguji hipotesis koefisien (slope) regresi

secara bersamaan, dengan kata lain digunakan untuk memastikan bahwa

model yang dipilih layak atau tidak untuk mengintepretasikan pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain itu Uji statistik F juga dapat

digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau

variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji statistik F dilaksanakan

dengan melihat nilai (F-statistik). Apabila nilai (F-statistik) lebih kecil dari

lima persen (F-stat < 5%) maka seluruh variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Page 68: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

49

3. Uji statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing variabel

independent secara individu (partial) dalam menjelaskan perilaku variabel

dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi

0,05 (a = 5%). Apabila nilai probabilitas di bawah 0,05 maka model yang

dipilih layak untuk mengintepretasikan pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Page 69: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh hasil audit BPK RI

yang terdiri dari opini, temuan atas kelemahan sistem pengendalian intern, temuan

atas ketidakpatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan, dan tindak

lanjut hasil audit terhadap tingkat korupsi pemerintah provinsi. Data sampel

pengamatan sebanyak 155 observasi pemerintah daerah provinsi di Indonesia

selama tahun 2011-2015.

Hasil pengujian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diringkas sebagai

berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap

tingkat korupsi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Heriningsih dan

Marita (2012).

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan audit atas kelemahan sistem

pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap tingkat korupsi. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian Masyitoh, dkk (2015).

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temuan audit atas ketidakpatuhan

terhadap peraturan dan perundang-undangan tidak berpengaruh terhadap

Page 70: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

69

tingkat korupsi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rini dan Damiati

(2017).

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindak lanjut hasil audit berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap tingkat korupsi. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian Masyitoh, dkk (2015), Liu dan Lin (2012).

5. Sesuai dengan asumsi tentang sifat manusia yang dijelaskan pada teori

keagenan (Agency Theory), bahwa manusia memiliki sifat untuk

mementingkan diri sendiri (self interest). Sehingga, meskipun sistem

pengendalian intern pemerintah sudah baik, penyelewengan dan

penyalahgunaan sumber daya publik masih terjadi karena kecenderungan

sifat manusia untuk mengutamakan kepentingan pribadinya.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat

sebagai berikut:

1. Bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara

tindak lanjut hasil audit dengan tingkat korupsi sehingga auditor

diharapkan dapat meningkatkan pemantauan pelaksanaan tindak lanjut

hasil audit oleh pemerintah provinsi.

Akan lebih baik apabila dibentuk peraturan (sanksi) yang lebih tegas

terkait pelaksanaan hasil tindak lanjut oleh auditee.

2. Bagi pemerintah

Dari hasil penelitian ini ditemukan tingkat korupsi di pemerintah

provinsi yang cukup tinggi sehingga diharapkan hasil penelitian ini

Page 71: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

70

dapat memotivasi pemerintah untuk memperkuat pengawasan atas

penyelenggaraan pemerintah provinsi.

Selain itu, pemerintah diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas

sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) pada pemerintah

provinsi, dengan cara menyinergikan immune system yang telah ada,

misalnya Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan dan Inspektorat serta instansi

APIP lainnya, sehingga penyelewengan dan penyalahgunaan sumber

daya publik dapat diminimalisir.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki keterbatasan sebagai

berikut:

1. Penelitian ini menggunakan seluruh data tingkat korupsi dari Kejaksaan

Agung Republik Indonesia tanpa mengklasifikasikan asal kasus korupsi

tersebut (pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten,

BUMN/BUMD) sehingga hasil analisisnya kurang mendalam.

2. Penelitian ini menguji data tanpa membagi kriteria tertentu misalnya

opini audit dalam empat kategori, sehingga analisis yang dihasilkan

terbatas tanpa melihat keterkaitan dengan variabel lainnya.

5.4 Saran

Penelitian mengenai tingkat korupsi pemerintah provinsi di masa yang akan

datang diharapkan mampu memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas

dengan mempertimbangkan saran sebagai berikut:

Page 72: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

71

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih

banyak dan menggunakan tahun pengamatan yang lebih panjang.

2. Menambah/memperluas sumber data tingkat korupsi, misalnya data

korupsi dari Komisi Pemberantasan Korupsi.

3. Melakukan klasifikasi dan pemisahan data terkait jumlah kasus korupsi

sehingga didapatkan kasus korupsi yang terjadi hanya pada pemerintah

provinsi saja.

4. Menambahkan variabel lain sebagai faktor yang diduga memiliki

keterkaitan dengan tingkat korupsi seperti pengungkapan laporan

keuangan sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.

5. Melakukan pemisahan pada variabel opini (WTP, WDP, TW, TMP)

sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.

Page 73: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Gusti, Rai. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep Praktik StudiKasus. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasly, Mark S. 2010. Auditing and AssuranceService,, An Integrated Approach, 19th Edition. New Jersey : PrenticeHall, Englewood Cliffs,.

Arifah, Dista Amalia. 2012. Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan NonPublik. Prestasi Vol. 9 No. 1.

Arifianti, Hemin. dkk. 2013. Pengaruh Pemeriksaan dan PengawasanKeuanganDaerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (StudiEmpiris pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Indonesia. UniversitasSebelas Maret. SNA XVI

Badan Pemeriksa Keuangan. 2016. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II.

---------------. 2016. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I.

---------------. 2015. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II.

---------------. 2015. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I

---------------. 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II.

---------------. 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I.

---------------. 2013. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II.

---------------. 2013. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I.

---------------. 2012. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II.

---------------. 2012. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I.

---------------. 2011. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II.

---------------. 2011. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I.

Bahrin. 2004. Dampak Korupsi Terhadap Kehancuran Negara Dan UpayaPenanggulangannya. Pengantar ke Falsafah Sains. Program PascaSarjana/S3 Institut Pertanian Bogor.

Page 74: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

Blume, Lorenz and StefanVoigt, 2011. Does organizational design of supremeaudit institutions matter? A cross-country assessment. European Journal ofPolitical Economy, 2011, vol. 27, issue 2, pages 215-229

Chetwynd, Eric, Frances Chetwynd, dan Bertram Spector. 2003. Corruption andPoverty: A Review of Recent Literature. Washington, Dc USA: ManagementSystem International.

de Asis, Maria Gonzalez. 2006. Reducing Corruption at the Local Level. WorldBank Institute.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 42.

Dwiputrianti, Septiana. 2008. Efektivitas laporan hasil temuan pemeriksaandalam mewujudkan reformasi transparansi fiskal dan akuntabilitas sektorpublik di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi, vol. V, no. 4.

Dye, K. M., and Stapenhurst, R. 1998. Pillars of integrity: The importance ofsupreme audit institution in curbing corruption. Working Papers -Economic Development Institute of the World Bank.

Effendy, Yuswar. 2013. Tinjauan Hubungan Opini WTP BPK dengan KasusKorupsi pada Pemda di Indonesia Kajian Manajemen KeuanganPemerintah, Hubungan antara Masyarakat, Pemerintah dan Pemeriksa(Auditor). Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 13 No. 01.

Fadjar, Mukti. 2002. Korupsi dan Penegakan Hukum dalam PengantarKurniawan L. 2002. Menyingkap Korupsi di Daerah. Intrans Malang.

Faria, J.A., dan Silva, S.M.G. 2013 The Effects of Information Asymmetry onBudget Slack: An Experimental Research. African Journal of BusinessManagement vol 7 (13), pp. 1086-1097

Ferraz, C., and Finan, F. 2007. Electoral accountability and corruption in localgovernments: Evidence from audit reports. American Economic Review101 (4).

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS : CetakanIV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gupta, S., Davoodi H., and Alonso-Terme R. 2002. Does corruption effect incomeinequality and poverty?. Economics of Governance, vol. 3, p. 23-45.

Hartanti, Evie. 2007. Tindak Pidana Korupsi, Edisi Kedua. Jakarta : SinarGrafika. Hal. 9

Page 75: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

Heriningsih dan Marita. 2013. Pengaruh Opini Audit dan Kinerja keuanganPemerintah Daerah terhadap Tingkat Korupsi Pemerintah Daerah (StudiEmpiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Pulau Jawa). BuletinEkonomi Vol 11 No. 1.

Iqbal, Muhammad. 2015. Regresi data panel (2) “Tahap Analisis”.https://dosen.perbanas.id/regresi-data-panel-2-tahap-analisis/

Huefner, R. J. 2011. Fraud risks in local government: An analysis of auditfindings. Journal of Forensic & Investigative Accounting, vol. 3, issue 3,pp. 111-125.

Indonesian Corruption Watch. 2016. Laporan Tren Korupsi Tahun 2016

---------------. 2016. Laporan Tren Korupsi Semester I 2016

---------------. 2015. Laporan Tren Korupsi Tahun 2015

Ismunawan. 2016. Pengaruh Faktor Non Keuangan dan Keuangan terhadapTingkat Korupsi Pemerintah Daerah di Indonesia. Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Sebelas Maret. Tesis.

Jahja, Juni Syafrien. 2012. Say No to Korupsi. Jakarta: Visimedia. 2012. Hal. 7-8

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Kejaksaan Republik Indonesia. 2011. Laporan Tahunan Kejaksaan RepublikIndonesia 2011.

---------------. 2012. Laporan Tahunan Kejaksaan Republik Indonesia 2012.

---------------. 2013. Laporan Tahunan Kejaksaan Republik Indonesia 2013.

---------------. 2014. Laporan Tahunan Kejaksaan Republik Indonesia 2014.

---------------. 2015. Laporan Tahunan Kejaksaan Republik Indonesia 2015.

Khan, M. A. 2006. Role of audit in fighting corruption. Ad Hoc Group Meetingon“Ethics, Integrity, and Accountability in the Public Sector: Re-buildingPublic Trust in Government through the Implementation of the UNConvention against Corruption. St. Petersburg, Russia.

Khair, Almanna. 2015. The Effect of The Achievements of The FinancialStatements Opinion, Internal Control System, and Evaluation Score ofperformance Accountability to the State Loses at The Public SectorInstances in Indonesia.

Kartono, Kartini. 1983. Patologi Sosial. CV Rajawali. Jakarta

Page 76: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

Latifah, N.P. 2010. Adakah Perilaku Oportunistik dalam Aplikasi Agency Theorydi Sektor Publik ?. Fokus Ekonomi Vol. 5 No. 2 Desember 2010 : 85 – 94.

Liu, J. and Lin, B. 2012. Government auditing and corruption control: Evidencefrom China’s provincial panel data. China Journal of AccountingResearch, vol. 5, pp. 163186.

Lubis, Mochtar. 1987. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta: BhrataraKarya Aksara.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.

Masyitoh, Wardhani dan Setyaningrum. 2015. Pengaruh Opini Audit, TemuanAudit dan Tindak Lanjut Hasil Audit terhadap Persepsi Korupsi padaPemerintah Daerah Tingkat II Tahun 2008-2010. Simposium NasionalAkuntansi 18 Medan.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku I. Jakarta. Salemba Empat. 2002. Hal. 9

Mustikarini, Widya Astuti dan Fitriasari, Debby. 2012. Pengaruh KarakteristikPemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja PemerintahDaerah Kabupaen/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. SimposiumNasional Akuntansi XV: Banjarmasin.

Nachrowi, N. Djalal dan Hardius Usman (2006). Pendekatan Populer dan PraktisEkonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta: LPFEUniversitas Indonesia.

Olken, B. A. 2007. Monitoring corruption: Evidence from a field experiment inIndonesia. Journal of Political Economy, vol. 115, no. 2, pp. 200-249.

Puspita, Rora dan Dwi Martani. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja danKarakteristik Pemda terhadap Tingkat Pnegungkapan dan KualitasInformasi dalam Website Pemda. Jurnal Simposium Nasional AkuntansiXV Banjarmasin.

Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi. Jakarta: Yayasan OborIndonesia. Hal.31

Rinaldi, Taufik, Marini Purnomo dan Dewi Damayanti. 2007. MemerangiKorupsi di Indonesia yang Terdesentralisasi: Studi Kasus PenangananKorupsi Pemerintahan Daerah, Bank Dunia: Justice for the Poor Project.

Rini, Rini dan Liska Damiati. 2017. Analisis Hasil Audit Pemerintahan danTingkat Korupsi Pemerintahan Provinsi di Indonesia. Jurnal DinamikaAkuntansi dan Bisnis (JDAB) Vol. 4 (1), 2017, pp 73-90.

Page 77: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

Rini dan Sarah. 2014. Opini Audit dan Pengungkapan atas Laporan KeuanganPemerintah Kabupaten serta Kaitannya dengan Korupsi di Indonesia.Jurnal Etikonomi Vol. 13 No. 1

Sabeni, Arifin. 2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip CorporateGovernance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan PerspektifKeagenan). Disampaikan pada Sidang Senat Guru Besar UniversitasDiponegoro dalam rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. BPK-RI RI. Jakarta

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 Buku 1. Jakarta:Salemba Empat.

Setyaningrum, Diah. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KualitasAudit BPK-RI. SNA XV Banjarmasin

Setyowati, E. F. (2013). Pengaruh PAD, DAU Dan Opini Audit Terhadap BelanjaDaerah. Journal of Comparative Economics, no. 38, pp. 357-380

Siahaan, Pontas R. 2004. Pengelolaan Pengelolaan SDM dalam RangkaPenerapan Good Corporate Governance. Makalah dalam Workshop GCGbagi Pegawai Deputi pengawasan Instansi Pemerintah BidangPerekonomian di Pusdiklat Pengawasan BPKP Gadog, Bogor tanggal 18-20 Agustus 2004.

Sopanah dan Wahyudi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiKorupsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Malang Raya.Jurnal Akuntansi.

Transparency International. 2016. Corruption Perception Index 2016

---------------.. 2015. Corruption Perception Index 2015

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang PerubahanKedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah.

Page 78: PENGARUH HASIL AUDIT BPK-RI TERHADAP …digilib.unila.ac.id/30322/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfdianggap sebagai ukuran prestasi kinerja bagi pemerintah daerah. Herannya masih

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara

Wau, I dan Ratmono. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiKetersediaan dan Keteraksesan Internet Financial Reporting olehPemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 4 No. 4.

Widarjono, Agus (2007). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi danBisnis, edisi kedua. Yogyakarta: Ekonisia FE Universitas Islam Indonesia.

Widjajabrata, Safaat and Nicholas M Zacchea. 2004. International Corruption:The Republic of Indonesia is Strengthening the Ability of Its Auditors toBattle Corruption. The Journal of Government Financial Management,Vol. 53, No. 3.