pengaruh pemanfaatan fasilitas perpajakan …eprints.undip.ac.id/29742/1/jurnal_monic.pdf · ·...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PEMANFAATAN FASILITAS
PERPAJAKAN SUNSET POLICY TERHADAP
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
MONICA DIAN ANGGRAENI
DR. ENDANG KISWARA, M.SI., AKT.
Fakultas Ekonomi UNDIP
ABSTRACT
This research aims to examine the effect of Sunset Policy to taxpayer
rate of compliance in tax payment duty. The core of the program is tax amnesty.
This tax policy is Lesigned to increase taxpayer willingness to pay the tax.
This research uses primary data that obtained by both surveys and
questionnaire. The Sixty Three respondentes that obtained by systematic random
sampling are taxpayers that have comparies registered at Industry and Trade
Department Semarang City. The research examine the effect of Sunset Policy to
factors that determine taxpayment willingness. Those factors are Taxpayment
Awareness, the Knowledge and Understanding of Taxation Regulation, and the
good Perception of Taxation System. This research is the simple linier regression
is used to analyze the data.
The results of the study showed that the Sunset Policy programs has
positive impact to Taxpayment Awareness, The Knowledge and Understanding of
Taxation Regulation, and The Good Perception of Taxation System Effectiveness.
Sunset Policy responded positively by taxpayers. The Taxpayment willingness
increases after Sunset Policy was applied. This means that expectation of
significant tax revenue wiil be obtained as taxpayment willingnees increasing.
Keywords: Sunset Policy, Tax Paying Awareness, Knowledge and Understanding
of Tax Regulations, a good perception of Taxation System
Effectiveness.
2
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus
dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu
banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Usaha memandirikan
bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan menggali
sumber dana yang berasal dari dalam negeri yang berujud pajak yang harus terus
diupayakan dan perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo, 2000).
Sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan di dalam negeri
khususnya di bidang penerimaan pajak, maka mulai tahun 1983 pemerintah telah
mengadakan Tax Reform (pembaharuan di bidang perpajakan), yaitu dengan
dikeluarkannya tiga Undang-Undang
(UU) Pajak baru, yang masing-masing adalah :
1. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983, tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan, yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-Undang RI
Nomor 28 Tahun 2007.
2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1983, tentang Pajak Penghasilan, yang
mengalami perubahan terakhir dengan Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun
2008; dan
3. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983, tentang Pajak Pertambahan Nilai Dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yang mulai berlaku tanggal 1 April 1985,
yang telah mengalami perubahan terakhir dengan Undang-Undang Perpajakan
Nomor 42 Tahun 2009.
Kemudian dalam tahun 1985 dikeluarkan lagi dua Undang-undang Pajak baru,
yaitu Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan,
dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1985, tentang Bea Meterai yang berlaku
mulai tanggal 1 Januari 1986.
Adanya reformasi perpajakan ini terutama dilatar belakangi oleh kesulitan
dana pembangunan yang disebabkan menurunnya harga minyak bumi di pasar
dunia. Sejak pertengahan tahun 1980 sampai dengan tahun 1990 harga minyak
3
bumi di pasar dunia mengalami penurunan yang terus menerus dan sangat drastis,
hal tersebut menimbulkan kesulitan yang cukup besar bagi perekonomian
Indonesia, karena sejak tahun 1974 sumber utama dari penerimaan negara adalah
dari sektor minyak dan gas bumi. (Miyasto, 1997)
Dengan adanya beberapa kali perubahan pada sistem perpajakan nasional
tersebut ternyata tidak merubah ciri dan corak sistim pemungutan pajak yang
berlaku, yaitu sistem “self assessment”, yang berarti bahwa Wajib Pajak
diwajibkan menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri jumlah pajak
yang seharusnya terhutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku, sehingga penentuan besarnya pajak yang
terhutang berada pada Wajib Pajak sendiri (Mardiasmo, 2001).
Dengan sistem ini diharapkan pelaksanaan administrasi perpajakan yang
berbelit-belit dan birokratis akan dapat dihilangkan. Tugas administrasi
perpajakan tidak lagi seperti yang terjadi pada masa yang lampau, dimana
administrasi perpajakan meletakkan kegiatannya pada tugas
merampungkan/menetapkan semua Surat Pemberitahuan (SPT) guna menentukan
jumlah pajak yang terhutang dan jumlah pajak yang seharusnya dibayar.
Sebagai upaya untuk melakukan terobosan khususnya dalam penggalian
potensi perpajakan sebagaimana disebutkan di atas, pemerintah yang dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2008 telah mengeluarkan kebijakan pajak
bagi Wajib Pajak yang secara sukarela melakukan pembetulan atas pelaporan
pajak tahun-tahun yang lalu dan juga memberikan kelonggaran bagi masyarakat
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dikenal dengan
Sunset Policy.
Sunset Policy merupakan program penghapusan sanksi administrasi Pajak
Penghasilan sebagai bentuk pemberian fasilitas perpajakan yang diatur
berdasarkan Pasal 37A UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. Kebijakan ini di samping merupakan bagian dari program
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak juga dimaksudkan sebagai jembatan
penghubung antara ketentuan di dalam Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan (KUP) yang lama dengan ketentuan yang ada di dalam KUP yang
baru. Dengan demikian perubahan ketentuan undang-undang perpajakan tidak
4
serta merta berubah secara drastis. Di dalam Pasal 37A UU Tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP) disebutkan :
Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang
mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan
dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini, dapat diberikan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan
pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan sanksi
administrasi atas pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak
sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan
pemeriksaan pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang
menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak
tidak benar atau menyatakan lebih bayar.
Kemudian peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang Sunset
Policy adalah
Nomor : 66/PMK.03/2008. Yang diatur lebih lanjut adalah Wajib Pajak orang
pribadi yang diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga adalah
yang memenuhi syarat-syarat sbb :
1. Secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) pada tahun 2008,
2. Tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan, penuntutan,
atau pemeriksaan di pengadilan atas tindak pidana perpajakan,
3. Menyampaikan surat pemberitahuan tahunan (SPT Tahunan) 2007 dan
sebelumnya terhitung sejak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif paling
lambat 31 Maret 2009,
5
4. Melunasi seluruh pajak yang kurang bayar yang timbul sebagai akibat dari
penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan pasal 29, pasal 4
ayat 2, dan pasal 15.
Terminologi “Patuh” yang berarti suka menurut (perintah dsb); taat
(kepada perintah, aturan, dsb); berdisiplin (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989,
hal. 654).
Menurut H.C. Kelman, sebenarnya masalah kepatuhan yang merupakan
derajad secara kualitatif dapat dibedakan dalam tiga proses (Gunadi, 2004) yaitu :
1. Compliance
2. Identification
3. Internalization
Compliance diartikan sebagai suatu kepatuhan yang di dasarkan pada
harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman
yang mungkin dijatuhkan.
Identification terjadi apabila kepatuhan terhadap kaedah hukum ada bukan
karena nilai intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga
serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan
kaedah-kaedah hukum tersebut..
Pada Internalisasi, seseorang mematuhi kaedah-kaedah hukum oleh
karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaedah-kaedah
terebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya sejak semula pengaruh terjadi, atau
oleh karena ia merubah nilainilai yang semula dianutnya.
Di dalam sosiologi hukum teori-teori tentang kepatuhan hukum pada
umumnya dapat digolongkan ke dalam teori paksaan ( Dwang Theorie) dan teori
Konsensus (Consencus Theorie). Salah seorang tokoh dari teori ini adalah Max
Weber yang bertitik tolak pada asumsi, bahwa penguasa mempunyai monopoli
terhadap sarana-sarana paksaan secara fisik yang merupakan dasar bagi tujuan
hukum untuk mencapai tata tertib atau ketertiban. Paksaan tersebut hanya dapat
dilakukan oleh kelompok orang-orang yang memang mempunyai wewenang
untuk berbuat demikian.
Penelitian ini ditujukan untuk memastikan bagaimanakah dampak program
sunset policy terhadap kemauan untuk membayar wajib pajak. Efektifitas
6
pelaksanaan program ini dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi
positif bagi peningkatan sumber pembiayaan negara. Berdasarkan hal-hal tersebut
maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul : “PENGARUH
PEMANFAATAN FASILITAS PERPAJAKAN SUNSET POLICY
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK.”
PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah Sunset Policy mempengaruhi Kesadaran Membayar Pajak wajib
pajak?
2. Apakah Sunset Policy mempengaruhi Pengetahuaan dan Pemahaman
terhadap Peraturan Perpajakan wajib pajak?
3. Apakah Sunset Policy mempengaruhi Persepsi yang baik atas efektivitas
sistem perpajakan wajib pajak?
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk :
1. Menganalisis sampai sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat dalam
memenuhi kewajiban pajaknya sebelum diberlakukannya Sunset Policy;
2. Menganalisis sampai sejauh mana pengaruh dari suatu kebijakan Sunset Policy
terhadap kesadaran membayar pajak wajib pajak;
3. Menganalisis sampai sejauh mana pengaruh dari suatu kebijakan Sunset Policy
terhadap pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan wajib
pajak;
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah dapat menambah
perbendaharaan pengetahuan yang berkaitan dengan kebijakan perpajakan
khususnya dalam bidang ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, khususnya adalah
Sunset Policy dalam kaitannya dengan kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan secara
7
praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah
terutama fiskus dalam membuat suatu kebijakan, agar dapat diikuti oleh para
Wajib Pajak secara optimal.
8
TELAAH PUSTAKA
LANDASAN TEORI
Sunset Policy
Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi pajak
berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 (Direktorat Jenderal Pajak, 2007). Adapun pasal 37A Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 selengkapnya dapat dilihat di dibawah ini.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 37A (Dirjen Pajak,
2007)
Ayat 1 : Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007,
yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar
dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undang-Undang ini........ Ayat 2 : Wajib Pajak orang pribadi
yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah berlakunya.........
Menurut Bako (2004), pengampunan pajak memiliki beberapa manfaat.
Pertama, bagi negara, pengampunan pajak dapat meningkatkan tax ratio
(penerimaan pajak). Kedua, bagi wajib pajak yang belum memiliki NPWP,
pengampunan pajak dapat menghindarkan sanksi perpajakan. Ketiga, bagi aparat
perpajakan, pengampunan pajak dapat meningkatkan jumlah wajib pajak dan
menertibkan administrasi perpajakan sehingga upaya meningkatkan penerimaan
pajak bisa lebih optimal. Baik bagi wajib pajak lama maupun wajib pajak baru,
program Sunset Policy memberikan manfaat berupa keringanan utang pajak. Akan
tetapi, wajib pajak baru mendapat manfaat tambahan yaitu, tidak dikenakannya
sanksi atas ketidakpemilikan NPWP sebelumnya. Oleh karena program Sunset
Policy diperuntukkan bagi wajib pajak lama dan wajib pajak baru, maka wajib
pajak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah juga wajib
pajak lama dan wajib pajak baru.
Program Sunset Policy memberikan kelonggaran kepada wajib pajak.
kelonggaran ini selanjutnya akan diikuti dengan penerapan sanksi perpajakan.
9
Wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban perpajakan secara benar sebelum
masa pelaksanaan program Sunset Policy diharuskan untuk memanfaatkan
program tersebut guna menghindari sanksi perpajakan, mengingat UU Nomor 28
Tahun 2007 Pasal 35A memberikan wewenang kepada Direktorat Jenderal Pajak
untuk mengakses data dan informasi berkaitan dengan perpajakan.
Sanksi Perpajakan terkait Program Sunset Policy
Bentuk Pelanggaran : Tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP (tidak memiliki NPWP).
Sanksi : (Pasal 39) Sanksi Administrasi : Denda paling sedikit 2
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar; Sanksi pidana: Pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun.
Bentuk Pelanggaran : Penyampaian SPT melewati jangka waktu
yang ditentukan.
Sanksi : (Pasal 7) Sanksi administrasi : Denda sebesar Rp
1.000.000 untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan; Denda sebesar Rp 100.000 untuk SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Bentuk Pelanggaran : Sudah menyampaikan SPT tepat waktu,
namun ada kesalahan, dan membetulkan sendiri SPT Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.
Sanksi : (Pasal 8) Bunga 2% per bulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar dihitung sejak saat penyampaian Surat
Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran.
Bentuk Pelanggaran : Salah mengisi SPT, namun dengan
kesadaran sendiri mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT.
(Sudah dilakukan pemeriksaan namun belum diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak)
Sanksi : (Pasal 8) Kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang
dibayar
10
Bentuk pelanggaran ; Melakukan suatu ketidakbenaran pajak,
namun dengan kesadaran sendiri mengungkapan ketidakbenaran
tersebut dan melunasi kurang bayar pajak (Sudah dilakukan
pemeriksaan tetapi belum dilakukan penyidikan).
Sanksi : Denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang
dibayar .
Bentuk pelanggaran :Kurang bayar pajak (Pembayaran dilakukan
setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan).
Sanksi : (Pasal 9) Bunga sebesar 2% per bulan dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sampai
dengan pembayaran dilakukan. Sumber: (www.pajak.go.id)
Setelah masa pengampunan pajak berakhir, pemerintah akan melakukan
penegakan hukum pajak (law tax enforcement) secara intensif. Berdasarkan
keseluruhan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sunset Policy memiliki dua
substansi penting, yaitu penghapusan sanksi administrasi dalam masa berlakunya
program dan penegasan sanksi-sanksi perpajakan setelah berakhirnya masa
program. Kedua substansi tersebut diharapkan dapat mendorong kemauan
membayar pajak.
Kemauan Membayar Pajak (Willingness to Pay Tax)
Konsep kemauan membayar pajak dikembangkan melalui dua subkonsep
yaitu, konsep kemauan membayar dan konsep pajak. Pertama, konsep kemauan
membayar. Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang rela
untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh
barang atau jasa (Widaningrum, 2007). Kedua, konsep pajak. Menurut Mr. Dr.
NJ. Taylor (Waluyo, 2007) pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh
negara dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan
secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Adapun penjelasan untuk masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
11
1. Kesadaran Membayar Pajak
Indikator pertama adalah adanya kesadaran membayar pajak oleh
wajib pajak. Irianto (2005) menguraikan beberapa bentuk kesadaran
membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak.
Terdapat tiga bentuk kesadaran utama terkait pembayaran pajak.
Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam
menunjang pembangunan negaraKedua, kesadaran bahwa penundaan
pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan
negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-
undang dan dapat dipaksakan..
2. Pengetahuan dan Pemahaman terhadap Peraturan Perpajakan
Indikator kedua adalah adanya pengetahuan dan pemahaman akan
peraturan perpajakan (syarat-syarat) terkait pembayaran pajak. Syarat-
syarat untuk melakukan pembayaran pajak adalah (1) wajib pajak
harus memiliki NPWP dan (2) wajib pajak harus melaporkan SPT.
Syarat-syarat tersebut dapat dijadikan indikator kemauan membayar
pajak oleh wajib pajak dengan dua alasan berikut. Pertama, wajib
pajak baru yang mau membayar pajak akan mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dan wajib pajak lama yang telah memiliki NPWP
mau membayar pajak karena kepemilikan tersebut mewajibkan wajib
pajak untuk membayar pajak secara berkelanjutan. Kedua, kepemilikan
NPWP selanjutnya harus ditindaklanjuti dengan pelaporan SPT oleh
wajib pajak.
3. Persepsi yang baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan
Indikator ketiga adalah adanya persepsi yang baik oleh wajib pajak
terhadap efektivitas sistem perpajakan. Anu (2004) dalam
penelitiannya menguraikan bentuk-bentuk persepsi dan alasan persepsi
tersebut dapat mengindikasikan kemauan membayar pajak oleh wajib
pajak. Pertama, wajib pajak merasa jumlah pajak yang harus dibayar
tidak memberatkan, atau paling tidak sesuai dengan penghasilan yang
diperoleh. Wajib pajak mau membayar pajak apabila beban pajak yang
dipikul tidak mempengaruhi kemampuan ekonomis secara signifikan.
12
Kedua, wajib pajak menilai sanksi-sanksi perpajakan dilaksanakan
dengan adil. Dengan penilaian ini wajib pajak akan membayar pajak,
didasarkan pada kepercayaan bahwa wajib pajak yang tidak membayar
pajak akan dikenakan sanksi. Ketiga, wajib pajak menilai pemanfaatan
pajak sudah tepat. Salah satu pemanfaatan pajak adalah pembangunan
fasilitas umum.
PENELITIAN TERDAHULU
Bintoro Wardiyanto (2007) melakukan penelitian mengenai “Tax Amnesty
Policy (The Framework Prospective of Sunset Policy Implementation Based on
the Act no. 28 of 2007).” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrak psikologis
yang dibangun oleh aparatur pajak dan wajib pajak akan berdampak pada
terbentuknya moral pajak yang berpengaruh secara signifikan terhadap Kemauan
Membayar Pajak.
Tatiana Rantung (2009) dalam penelitiannya mengenai “Dampak Program
Sunset Policy terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
Pajak, studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pelaku Usaha di Wilayah KPP
Salatiga” menemukan bahwa program Sunset Policy berpengaruh signifikan
terhadap Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.
Anggina Diaztika (2010) dalam penelitiannya mengenai “Dampak Sunset
Policy terhadap Penerimaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Menyelesaikan/Membetulkan SPT, studi di KPP Pratama Blitar” menemukan
bahwa Program Sunset Policy berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
menyampaikan/membetulkan SPT.
Mira Novana Ardiani (2010) dalam penelitiannnya mengenai “Pengaruh
Kebijakan Sunset Policy terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus di
KANWIL Dirjen Pajak Jawa Timur I Surabaya)” menemukan bahwa Program
Sunset Policy tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.
13
KERANGKA PEMIKIRAN
HIPOTESIS
H1 : Sunset Policy berpengaruh secara positif terhadap Kesadaran Membayar
Pajak.
H2 : Sunset Policy berpengaruh secara positif terhadap Pengetahuan dan
Pemahaman terhadap Peraturan Perpajakan.
H3 : Sunset Policy berpengaruh secara positif terhadap Persepsi yang Baik
atas Efektivitas Sistem Perpajakan
Kesadaran membayar pajak (Y1)
H1
H2
Pengetahuan dan Pemahaman terhadap
Peraturan Perpajakan (Y2)
Sunset Policy
(X)
H3 Persepsi yang baik atas Efektivitas
Sistem Perpajakan (Y3)
14
METODE PENELITIAN
POPULASI, SAMPEL, DAN DATA
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang memiliki usaha
yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota
Semarang. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel adalah
Random Sistematis dengan kriteria sampel merupakan wajib pajak yang memiliki
NPWP. Data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan ke responden.
VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
Konsep-konsep yang akan diukur dalam penelitian ini adalah Sunset
Policy dan ketiga faktor-faktor kemauan membayar pajak (Willingness to Pay
Tax), yaitu Kesadaran membayar pajak, Pengetahuan dan pemahaman akan
peraturan perpajakan, dan Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan.
Dalam penelitian ini, indikator pengukuran variabel-variabel disusun menurut
pasal 37A UU Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, dan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sunset Policy.
RINGKASAN DEFINISI OPERASIONAL
NO
VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR
PENGUKURAN VARIABEL
SKALA
PENGUKURAN
A.
1
VARIABEL
INDEPENDEN
Sunset Policy (X)
Fasilitas penghapusan sanksi
administrasi pajak berupa bunga
sebagaimana diatur dalam Pasal
37A
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007
Penghapusan sanksi
administrasi bagi wajib pajak
yang belum memiliki NPWP
Penyampaian dan
Pembetulan SPT
Penghapusan sanksi
administrasi atas kurang
bayar pajak
Penegasan Sanksi Pajak.
Dengan menggunakan skala
ordinal 1 s/d 5, sangat tidak
setuju s/d sangat setuju.
Skala Ordinal
15
Sumber : pasal 37A UU Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, dan Peraturan Menteri Keuangan tentang
Sunset Policy.
METODE PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan melalui metode angket, yaitu menyebarkan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang akan diisi atau dijawab oleh responden auditor pada
Wajib Pajak yang memiliki usaha yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Kota Semarang. Kuesioner tersebut diberikan secara
langsung kepada responden. Responden diminta untuk mengisi daftar pertanyaan
B.
2.
3.
4.
VARIABEL
DEPENDEN
KOMPETENSI
Meliputi :
Kesadaran Membayar
Pajak (Y1)
Pengetahuan dan
pemahaman terhadap
peraturan perpajakan
(Y2)
Persepsi yang baik
atas efektivitas sistem
perpajakan (Y3)
Kesadaran WP dalam melakukan
kewajiban membayar pajak
Wajib pajak baru yang mau
membayar pajak akan
mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dan wajib
pajak lama yang telah memiliki
NPWP mau membayar pajak
karena kepemilikan tersebut
mewajibkan wajib pajak untuk
membayar pajak secara
berkelanjutan. Kedua, kepemilikan
NPWP selanjutnya harus
ditindaklanjuti dengan pelaporan
SPT oleh wajib pajak.
Wajib pajak merasa jumlah pajak
yang harus dibayar tidak
memberatkan, atau paling tidak
sesuai dengan penghasilan yang
diperoleh, mau membayar pajak
apabila beban pajak yang dipikul
tidak mempengaruhi kemampuan
ekonomis secara signifikan, wajib
pajak menilai sanksi-sanksi
perpajakan dilaksanakan dengan
adil, wajib pajak menilai
pemanfaatan pajak sudah tepat.
Salah satu pemanfaatan pajak
adalah pembangunan fasilitas
umum.
Berapa banyak penundaan
pembayaran pajak,
pengurangan beban pajak, dan
jenis perusahaan.
Dengan menggunakan skala
ordinal 1 s/d 5, sangat tidak
setuju s/d sangat setuju.
Kepemilikan NPWP,
Penyampaian SPT.
Dengan menggunakan skala
ordinal 1 s/d 5 sangat tidak
setuju s/d sangat setuju.
Jumlah pajak yang dibayar
sesuai dengan penghasilan
yang diperoleh (besarnya
pajak), Pelaksanaan sanksi-
sanksi perpajakan secara adil,
Pemanfaatan pajak secara
tepat, dan Pelayanan yang
baik oleh aparat pajak.
Dengan menggunakan skala
ordinal 1 s/d 5, sangat tidak
setuju s/d sangat setuju.
Skala Ordinal
Skala Ordinal
Skala Ordinal
16
tersebut, kemudian memintanya untuk mengembalikannya melalui peneliti secara
langsung akan mengambil angket yang telah diisi tersebut. Angket yang telah diisi
tersebut kemudian diseleksi terlebih dahulu agar angket yang tidak lengkap
pengisiannya tidak diikutsertakan dalam analisis.\
METODE ANALISIS
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
demografi responden penelitian. Data demografi tersebut antara lain : nama
perusahaan, jenis perusahaan, nama pemilik, kepemilikan NPWP, latar belakang
pendidikan pemilik.. Alat analisis data ini disajikan dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi yang memaparkan kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata
dari standar deviasi.
3.4.2 Uji Kualitas Data
3.4.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini harus di uji
validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu. Uji validitas dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Faktor Konfirmatori
(Confirmatory Factor Analysis), digunakan untuk menguji apakah suatu
konstruk mempunyai unidimensionalitas atau apakah indikator-indikator
yang digunakan dapat dikonfirmasikan sebuah variabel. (Ghozali,2009).
Dalam hal ini uji statistik untuk mengukur tingkat interkorelasi antar
variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-
Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Nilai KMO
bervariasi dari 0 sampai dengan 1, dengan nilai yang dikehendaki harus >
0,60 (Ghozali, 2009).
17
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian dan Karakteristik Responden
Jumlah kuesioner yang didistribusikan : 100 buah
Jumlah kuesioner yang tidak kembali : (32) buah
Jumlah kuesioner dengan jawaban tidak lengkap : ( 5) buah
Kuesioner yang dapat diolah : 63 buah
Profil responden penelitian akan disajikan pada tabel 4.1, meliputi jenis
kelamin, umur dan pendidikan responden.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah %
Jenis Wajib Pajak
Badan 38 60.32
Orang Pribadi 25 39.68
Total 63 100.00
Pendidikan Terakhir
SMA 12 19.05
Diploma 3 8 12.70
S1 27 42.86
S2 15 23.81
S3 1 1.59
Total 63 100.00
Jenis Usaha
Dagang 19 30.16
Jasa 17 26.98
Manufaktur 0 0.00
Lainnya 27 42.86
Total 63 100.00
Sumber : Data primer diolah, 2011
18
Analisis Data
Uji Kualitas Data
Uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas instrumen. Uji
validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat
mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Uji validitas digunakan
untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur dapat mengungkapkan konsep
gejala/kejadian yang diukur.
Pengujian validitas pertama yang dilakukan adalah dengan terlebih dahulu
menggunakan validitas diskriminan dengan analisis factor konfirmatori
(Confirmatory Factor Analysis).
Hasil Pengujian Validitas dengan Analisis Faktor Konfirmatori
Keterangan Pengetahuan dan Pemahaman
Kesadaran Membayar Persepsi mengenai Efektivitas
km1 0.079 0.606 0.200
km2 0.148 0.872 -0.052
km3 0.134 0.912 -0.027
pp1 0.685 0.237 -0.149
pp2 0.615 0.336 -0.102
pp3 0.702 0.089 0.279
pp4 0.780 0.113 0.052
pp5 0.550 -0.168 0.153
pe1 0.169 0.021 0.637
pe2 0.208 -0.154 0.732
pe3 -0.289 0.364 0.664
pe4 -0.040 0.074 0.784
KMO – MSA 0,636
Menunjukkan bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai KMO
diperoleh sebesar 0,636 yang menunjukkan bahwa data penelian dapat diekstraksi
ke dalam beberapa variable penelitian.
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Sunset Policy 0,683 Reliabel
Kesadaran Membayar Pajak 0,780 Reliabel
Pengetahuan dan Pemahaman akan Peraturan Perpajakan
0,740 Reliabel
Persepsi yang baik mengenai Efektivitas Sistem Perpajakan
0,680 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
koefisien Alpha yang lebih besar dari 0,60 sehingga dapat dikatakan semua
19
konsep pengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reliabel.
Statistik Deskriptif
Untuk menganalisis data berdasarkan atas kecenderungan jawaban yang
diperoleh dari responden terhadap masing-masing variabel, maka akan disajikan
hasil jawaban responden dalam bentuk diskriptif berikut ini.
Diskripsi Variabel
Variabel Kisaran teoritis
Kisaran empiris
Rata-rata teoritis
Rata-rata empiris
Sunset Policy 5 – 25 12 – 22 15 17,56
Kesadaran Membayar Pajak 3 – 15 5 – 13 9 9,24
Pengetahuan dan Pemahaman akan Peraturan Perpajakan
4 – 20 8 – 20 12 14,25
Persepsi yang baik mengenai Efektivitas Sistem Perpajakan
4 – 20 10 – 20 12 14,70
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 3 buah hipotesis analisis regresi linier
sederhana yang bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi wajib pajak mengenai
sunset policy terhadap 3 variabel yaitu Kesadaran Membayar Pajak, Pengetahuan
dan Pemahaman terhadap Peraturan Perpajakan dan Persepsi yang Baik atas
Efektifitas Sistem Perpajakan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing
model penelitian.
Hipotesis 1 : Pengaruh Program Sunset Policy terhadap Kesadaran
Membayar Pajak
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model regresi liner sederhana. Pengujian model regresi akan diawali dengan uji
asumsi klasik sebagai berikut :
Uji Normalitas
Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk variabel secara individual
dan juga pengujian untuk model regresi. Pengujian akan dilakukan dengan
20
menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov terhadap nilai residual model regresi.
Hasil pengujian normalitas secara dapat dilihat pada gambar pengujian berikut ini.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual - 1
N 63
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.75089202
Most Extreme Differences Absolute .081
Positive .076
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .639
Asymp. Sig. (2-tailed) .809
a. Test distribution is Normal.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan residual (kesalahan
pengganggu) yang berdistribusi normal karena hasil uji PP Plot menunjukkan
nilai residual yang dekat menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram. Nilai Kolmogorov Smirnov sebesar
0,639, juga menunjukkan lebih besar dari 0,05. Hal ini dapat membuktikan
bahwa variabel tersebut terdistribusi normal.
Model Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.989 1.586 1.885 .064
Sunset Policy .356 .089 .454 3.980 .000
a. Dependent Variable: Kesadaran Membayar Pajak
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Model persamaan diperoleh sebagai berikut :
KM = 2,989 + 0,356 S + e
21
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa arah koefisien regresi variable sunset
policy adalah positif.
Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian pengaruh Sunset Policy terhadap Kesadaran Membayar
pajak menunjukkan arah koefisien positif dengan nilai t sebesar 3.980 dan
signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi pengujian tersebut lebih kecil dari
taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima.
Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .454a .206 .193 1.76519
a. Predictors: (Constant), Sunset Policy
b. Dependent Variable: Kesadaran Membayar Pajak
Nilai R2 dari model regresi diperoleh sebesar 0,206, yang berarti bahwa
20,6% kesadaran membayar pajak oleh wajib pahak dapat dijelaskan oleh adanya
sunset policy yang diterapkan pemerintah, sedangkan sisanya 79,4% kesadaran
membayar pajak dapat dipengaruhi oleh variabel lain.
Hipotesis 2 : Pengaruh Program Sunset Policy terhadap Pengetahuan dan
Pemahaman akan Peraturan Perpajakan
Pengujian hipotesis 2 dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model regresi liner sederhana. Pengujian model regresi akan diawali dengan uji
asumsi klasik sebagai berikut :
Uji Normalitas
Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk variabel secara
individual dan juga pengujian untuk model regresi. Pengujian akan dilakukan
dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov terhadap nilai residual model
regresi. Hasil pengujian normalitas secara dapat dilihat pada gambar
pengujian berikut ini.
22
Hasil pengujian tersebut menunjukkan residual (kesalahan
pengganggu) yang berdistribusi normal karena hasil uji PP Plot menunjukkan
nilai residual yang dekat dengan garis diagonal. Nilai Kolmogorov Smirnov
juga menunjukkan lebih besar dari 0,05..
Model Regresi
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.444 1.816 4.099 .000
Sunset Policy .388 .102 .436 3.787 .000
a. Dependent Variable: Pengetahuan dan Pemahaman
Model persamaan diperoleh sebagai berikut :
PP = 7,444 + 0,338 S + e
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa arah koefisien regresi variable sunset
policy adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi yang lebih baik
mengenai keberadaannya akan berpotensi meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak mengenai peraturan perpajakan.
Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian pengaruh Sunset Policy terhadap pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak mengenai peraturan perpajakan menunjukkan arah
koefisien positif dengan nilai t sebesar 3.878 dan signifikansi sebesar 0,000. Nilai
signifikansi pengujian tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05. Dengan
demikian maka ditunjukkan bahwa pada α 5%, Sunset policy berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pengetahuan dan pemahaman wajib pajak mengenai
peraturan perpajakan. Hal ini berarti Hipotesis 2 diterima.
23
Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .436a .190 .177 2.02168
a. Predictors: (Constant), Sunset Policy
b. Dependent Variable: Pengetahuan dan Pemahaman
Nilai R2 dari model regresi diperoleh sebesar 0,190, yang berarti bahwa
19,0% pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan oleh wajib
pahak dapat dijelaskan oleh adanya sunset policy yang diterapkan pemerintah,
sedangkan sisanya 81,0% pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan
perpajakan dapat dipengaruhi oleh variabel lain.
Hipotesis 3 : Pengaruh Sunset Policy terhadap Persepsi yang Baik terhadap
Efektivitas Sistem Perpajakan
Pengujian hipotesis 3 dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model regresi liner sederhana. Pengujian model regresi akan diawali dengan uji
asumsi klasik sebagai berikut :
Uji Normalitas
Pengujian asumsi normalitas dilakukan untuk variabel secara
individual dan juga pengujian untuk model regresi. Pengujian akan dilakukan
dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov terhadap nilai residual model
regresi. Hasil pengujian normalitas secara dapat dilihat pada gambar
pengujian berikut ini.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
24
Unstandardized Residual
N 63
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.40410194
Most Extreme Differences Absolute .098
Positive .098
Negative -.060
Kolmogorov-Smirnov Z .777
Asymp. Sig. (2-tailed) .581
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil pengujian tersebut menunjukkan residual (kesalahan
pengganggu) yang berdistribusi normal karena hasil uji PP Plot menunjukkan
nilai residual yang dekat dengan garis diagonal. Nilai Kolmogorov Smirnov
juga menunjukkan lebih besar dari 0,05.
Model persamaan regresi diperoleh sebagai berikut :
PE = 6,697 + 0,456 S + e
Persamaan tersebut menjelaskan bahwa arah koefisien regresi variable sunset
policy adalah positif. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi yang lebih baik
mengenai keberadaannya akan berpotensi meningkatkan persepsi yang baik atas
efektivitas sistem perpajakan.
Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian pengaruh Sunset Policy terhadap persepsi mengenai
efektivitas sistem perpajakan menunjukkan arah koefisien positif dengan nilai t
sebesar 3.712 dan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi pengujian tersebut
lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05. Dengan demikian maka ditunjukkan
bahwa pada α=5%, Sunset policy berpengaruh positif dan signifikan terhadap
persepsi yang baik mengenai efektifitas sistem perpajakan. Hal ini berarti
Hipotesis 3 diterima.
25
Koefisien Determinasi – 3
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .429a .184 .171 2.42373
a. Predictors: (Constant), Sunset Policy
b. Dependent Variable: Persepsi yang baik atas Efektivitas Sistem Perpajakan
Nilai R2 dari model regresi diperoleh sebesar 0,184, yang berarti bahwa
18,4% persepsi yang baik mengenai efektivitas sistem perpajakan oleh wajib
pajak dapat dijelaskan oleh adanya Sunset Policy yang diterapkan pemerintah,
sedangkan sisanya 81,6% persepsi yang baik mengenai efektifitas perpajakan
dapat dipengaruhi oleh variabel lain.
Interpretasi Hasil
Hasil penelitian mendapatkan bahwa penerapan Sunset Policy dapat dinilai
secara positif oleh wajib pajak. Hal ini ditunjukkan dengan dipeorlehnya rata-rata
skor jawaban sebesar 17,56 lebih besar dari median teoritisnya sebesar 15.
Oleh wajib pajak penerapan Sunset Policy dinilai dapat meningkatkan
kesadaran membayar pajak. Hasil penelitian mendapatkan bahwa penerapan
Sunset Policy dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman wajib pajak
terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini ditunjukkan dengan
diperolehnya rata-rata skor jawaban mengenai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih besar dari median teoritisnya.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa penerapan Sunset Policy dapat
meningkatkan persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan. Hal ini
ditunjukkan dengan dipeorlehnya rata-rata skor jawaban mengenai pengetahuan
dan pemahaman yang lebih besar dari median teoritisnya.
26
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian selanjutnya dapat disimpulkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kebijakan sunset policy berpengaruh
positif terhadap kesadaran membayar pajak oleh wajib pajak. Wajib pajak
yang memiliki persepsi positif terhadap sunset policy cenderung memiliki
kesadaran yang lebih baik untuk membayar pajak.
2. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kebijakan sunset policy berpengaruh
positif terhadap pengetahuan dan pemahaman wajib pajak mengenai peraturan
perpajakan. Wajib pajak yang memiliki persepsi positif terhadap sunset policy
cenderung memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai
peraturan perpajakan.
3. Hasil penelitian mendapatkan bahwa kebijakan sunset policy berpengaruh
positif terhadap persepsi mengenai efektifitas sistem perpajakan. Wajib pajak
yang memiliki persepsi positif terhadap sunset policy cenderung memiliki
persepsi yang lebih positif mengenai efektifitas sistem perpajakan.
Keterbatasan
Sampel (responden) dalam penelitian ini sangat terbatas karena jumlah dan
lingkup area tidak begitu luas sehingga relatif tidak bisa digeneralisasi untuk
populasi yang lebih luas. Keterbatasan yang lain adalah beberapa responden
keberatan bila namanya dicantumkan dan kebanyakan responden kurang mengerti
tentang program Sunset Policy, dan penelitian ini hanya mengacu pada Wajib
pajak yang memiliki NPWP padahal Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP
juga layak sebagai acuan responden
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian selanjutnya dapat
disimpulkan beberapa saran sebagai berikut :
27
1. Penerapan sunset policy harus diikuti dengan transparansi pengelolaan
pajak.
2. Sunset Policy mendapat respon yang baik dari wajib pajak, mengingat
penerimaan pajak masih minim, maka program Sunset Policy dapat
diadakan kembali oleh pemerintah guna menambah wajib pajak dan
meningkatkan penerimaan pajak.
3. Penelitian mendatang dapat menggunakan sampel secara lebih luas agar
diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, lebih bisa digeneralisasi, bisa
memberikan gambaran yang lebih riil.
4. Penelitian mendatang sebaiknya juga mengikutsertakan responden yang
belum memiliki NPWP.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alm, James. 1998. Tax Policy Analysis: The Introduction of a Russian Tax
Amnesty. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=471321. 2
Maret 2011.
Ambarwati, Erna, 2005, ”Pengaruh Faktor Pendidikan Wajib Pajak Tentang
UU dan Peraturan Perpajakan, Persepsi Wajib Pajak Tentang
Pelaksanaan Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak
terhadap Keberhasilan Penerimaan PPh Orang Pribadi”. Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak
dipublikasikan).
Bako, Ronny. 2008. Amnesti Pajak, Suatu Keharusan?.
http://groups.yahoo.com/group/forum-pajak/message/10639. 23 Maret
2011.
Chairunesia,Wieta. 2010. Analisis Dampak Kebijakan Sunset Policy terhadap
Tax Compliance Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan pada KPP
Pratama Tangerang Timur. http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/
file_skripsi/Isi_cover_776981047821.pdf. 22 Maret 2011.
Darussalam. 2008. Pengampunan Pajak dan Pemilu 2009.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=3850&q=tax&h
lm=15. 23 Maret 2011.
Devano, S dan Siti Rahayu, 2006, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu,
Kencana, Jakarta.
Diaztika, Anggina. 2010. Dampak Sunset Policy terhadap Penerimaan Pajak
dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyelesaikan/Membetulkan
SPT, studi di KPP Pratama Blitar. http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/article/view/6639. 23 Maret 2011.
Direktorat Jenderal Pajak. 2007. Sunset Policy. http://www.pajak.go.id. 25
Januari 2011.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Edisi Pertama. Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Gunadi, 2004. Reformasi Administrasi Perpajakan Dalam Rangka Kontribusi
Menuju Good Governance. Diucapkan Pada Upacara Penerimaan
Jabatan Guru Besar Luar Biasa Dalam Bidang Perpajakan Pada Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Indrasto Palgunadi, Alfin. 2010. Pengaruh Sunset Policy terhadap Penerimaan
Pajak Pengahasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di KPP
Pratama Gresik Utara. http://alumni.unair.ac.id/
kumpulanfile/3337833983_abs.pdf. 12 Juni 2011.
Irianto, Slamet Edi, 2005, Politik Perpajakan: Membangun Demokrasi
Negara, UII Press, Yogyakarta.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka: Jakarta. hal. 654.
29
Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-126/PJ/2008. Tentang Pembentukan Tim
Sunset Policy. http://www.pajak.go.id. 30 Juli 2011
Kusnadi, Arinta, Zain Moh. 1990. Pembaharuan Perpajakan Nasional.
PT.Citra Aditya Bakti. Bandung. hal. 115.
Mardiasmo. 2001. Dasar-dasar Perpajakan, Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset.
Yogjakarta.
Miyasto, 1997. Fungsi Mengatur Dan Penegakan Law Enforcement, Dalam
Undang - Undang Pajak Sistim Perpajakan Nasional Dalam Era
Global. Pidato Pada Pengukuhan Guru Besar Madya Dalam Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang.
Na’Im Amali, M. 2009. Mencermati Perumusan Masalah Kebijakan Sunset
Policy. http://mnainamali.blogspot.com/2008/07/mencermati-perumusan-
masalah-kebijakan. html. 25 Januari 2011.
Novana Ardani, Mira. 2010. Pengaruh Kebijakan Sunset Policy terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus di KANWIL Dirjen Pajak Jawa
Timur I Surabaya).http://eprints.undip.ac.id/ 23889/1/
MIRA_NOVANA_ARDANI.pdf. 23 Maret 2011.
Nurgiyantoro, Burhan Gunawan dan Marzuki, 2002, Statistik Terapan Untuk
Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Pandiangan Liberti. 1999. Kurang Bayar = Menunggak Pajak ? Perlu
Konvergensi Terminologi. Berita PaJak No.1401/Tahun XXXII/15
Agustus, hal. 27.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 Tanggal 28 Desember
2007. Tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pembayaran Pajak.
P. Raharjo, Nindita. 2009. Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan
Sensitivitas Etika Akuntansi Publik. SKRIPSI. Progam S1 Akuntansi
UNDIP (Tidak Dipublikasikan).
Rantung, Tatiana. 2009. Dampak Program Sunset Policy terhadap Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.
http://www.google.co.id/#sclient=psyab&hl=id&site=&source=hp&q=da
mpak+sunset+policy&oq=dampak+sunset+policy=priyohari.files.wordpre
ss.com/2010/02/dampak-sunset-policy.pdf. 4 Maret 2011
Sanjaya, Okta. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kemauan Masyarakat dalam Membayar Pajak: Studi Kasus Pada
Kota Bandar Lampung Propinsi Lampung.
http://lib.feb.ugm.ac.id/ebdl/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=
read&id=pfeugm--sanjayaokt-439. 23 Maret 2011.
Silitonga, Erwin. Ekonomi Bawah Tanah dan Pengampunan Pajak.
http://www.unisosdem.org/ article_detail.php? &gid=3. 23 Maret 2009.
Soemitro, Rochmat., 1965, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan,
Eresco, Bandung.
Surat Dirjen Pajak No.S-439/PJ/2008. Tentang Penegasan Ketentuan
Pelaksanaan Sunset Policy. http://www.pajak.go.id. 9 Juli 2011
Soekanto, Soerjono. 1977. Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum.
Penerbit CV. Rajawali: Jakarta.
30
Soekanto, Soerjono, Mamudji, Sri. 1985. Penelitian Hukum Normatif, Suatu
Tinjauan Singkat. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Tri Utami, Wahyu. 2010. Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan
Anggaran, Motivasi, dan Kinerja Pejabat Perguruan Tinggi (Studi
pada Badan Layanan Umum Universitas Negeri di Kota Semarang).
SKRIPSI. Program S1 Akuntansi UNDIP (Tidak Dipublikasikan).
Waluyo, 2007, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Wardiyanto, Bintoro. 2007. Tax Amnesty Policy (The Framework Prospective
of Sunset Policy Implementation Based on the Act no. 28 of 2007).
http://nindityo.com/2008/ 03/23/sunset-policy-pengampunan-pajak-di-uu-
kup-2008/pdf. 8 Maret 2009.
Widaningrum, Dwi. 2007. Identifikasi Kemampuan dan Kemauan Membayar
Masyarakat Berpenghasilan Menengah Rendah.
www.sappk.itb.ac.id/ppk/images/ stories/pdf/ringkasan_dwi.pdf. 23 Maret
2009