pengaruh penambahan silika (s io2) s ekam padi …digilib.unila.ac.id/55703/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA (SiO2) SEKAM PADI TERHADAPKARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN STRUKTUR ASPAL
DENGAN PERBANDINGAN MASSA 1:0 ; 1;1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7
(Skripsi)
Oleh
JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
Letia Oktri Diana
i
ABSTRACT
THE EFFECT OF RICE HUSK SILICA (SiO2) ADDITION ON THEMICROSTRUCTURAL CHARACERISTICS ASPHALT STRUCTURE
WITH A MASS RATIO OF 1:0 ; 1:1,5 ; 1:1,6 AND 1:1,7
By
LETIA OKTRI DIANA
Synthesis and characterization of silica rice husk blend asphalt was carried outwith a mass ratio of 1:0; 1:1,5; 1:1,6 and 1:1,7 respectively. Rice husk wasprepared by sol-gel method as a raw material of silica. Asphalt and silica ismixed by using the solid-sate method, which is heated with a temperature of 110oC for 4 hours. This study was revealed to investigate the effect of the addition ofsilica from rice husk on microstructure and asphalt structure. SEM results showthe morphology of the asphalt surface without addition of silica which transformselongated folds and after addition of silica shows uncertain granules more likelyseems clusters with grain size (1:1,5 = 4.298 m, 1:1,6 = 3.103 m and 1:1,7 =5,328 m) respectively. The XRD results show asphaltene amorphous phase in theasphalt sample with two peaks at 2 = 18.90 and 2= 42. Furthermore, theaddition of silica with asphalt able to modify two asphaltene peaks into carbonand silica amorphous peaks.
Key words:Asphalt, silica, rice husk, asphaltene, sol gel.
ii
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA (SiO2) SEKAM PADI TERHADAPKARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN STRUKTUR ASPAL
DENGAN PERBANDINGAN MASSA 1:0 ; 1;1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7
Oleh
LETIA OKTRI DIANA
Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi aspal campuran silika sekam padidengan perbandingan massa 1;0; 1:1,5; 1:,6 dan 1:1,7. Sekam padi telahdipreparasi melalui metode sol gel sebagai sumber silika. Kemudian pencampuranaspal dan silika menggunakan metode padatan, yang dioven dengan suhu 110 Cselama 4 jam. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh penambahansilika yang berasal dari sekam padi terhadap mikrostruktur dan struktur aspal.Hasil SEM memperlihatkan morfologi permukaan aspal tanpa penambahan silikaberbentuk lekukan seperti lipatan memanjang dan setelah penambahan silikamenunjukkan butiran yang tidak menentu seperti cluster dengan ukuran butir(1:1,5 = 4,298 m, 1:1.6 = 3,103 m dan 1:1,7 = 5,328 m). Kemudian hasilXRD diperoleh fasa yang terbentuk adalah fasa amorf asphaltene pada sampelaspal dengan dua puncak pada 2 = 18,90 dan 2 = 42. Selanjutnyapenambahan silika pada aspal mengubah dua puncak asphaltene menjadipuncak amorf karbon dan amorf silika.
Kata kunci.Aspal, Silika, Sekam Padi, Asphaltene, sol gel.
iii
PENGARUH PENAMBAHAN SILIKA (SiO2) SEKAM PADI TERHADAPKARAKTERISTIK MIKROSTRUKTUR DAN STRUKTUR ASPAL DENGAN
PERBANDINGAN MASSA 1:0 ; 1;1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7
Oleh
LETIA OKTRI DIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA SAINS
Pada
Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandarlampung pada tanggal
23 Oktober 1994, sebagai anak ketiga dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Paridi dan Ibu Walida.
Penulis memulai pendidikan pada Taman Kanak-kanak
(TK) di TK Al-Azhar 16 Bandarlampung pada tahun
2001. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Kartika
II-6 Bandarlampung dan diselesaikan pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan
sekolah ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Bandarlampung dan
diselesaikan pada tahun 2010. Lalu melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA)
di SMAN 7 Bandarlampung pada tahun 2013.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa penulis
pernah menjadi asisten praktikum Sains Dasar Fisika, Fisika Dasar I, Fisika
Eksperimen, Optika dan Fisika Inti. Pada tahun 2016 penulis melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Pusat Teknologi Material. Dalam bidang organisasi yang pernah diikuti
penulis sebagai anggota KRT Himafi FMIPA Unila.
viii
MOTTO
Hakuna Matata (Don’t Worry).-Reztra-
Kemalasan menghancurkan masa
depan.-Edy Zaques-
Saat kamu minta agar menjadi baik, tetapi
diberi cobaan, itulah pelajaran agar kamu
menjadi lebih baik.-Letia Oktri Diana-
ix
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya kecil inikepada
Ibu Walidadan
Bapak Paridi
Kakak-kakakKu serta Keluarga besar yang selalu memberi dukungan, doadan semangat
Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuandengan penuh keikhlasan kepadaku.
Rekan-rekan seperjuanganku dan sahabat Fisika FMIPA UNILA angkatan 2013
Almamater Tercinta.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, sayang
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Penambahan Silika (SiO2) Sekam Padi terhadap Karakteristik
mikrostruktur dan Struktur Aspal dengan Perbandingan Massa 1:0; 1:,5 ;
1:1,6 dan 1:1,7”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar S1 dan melatih mahasiswa untuk berfikir
cerdas dan kreatif dalam menulis karya ilmiah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penyempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bandarlampung, Januari 2019
Penulis
xii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh
Penambahan Silika (SiO2) Sekam Padi terhadap Mikrostruktur dan
Struktur Aspal dengan Perbandingan Massa 1:0 ; 1:1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
membantu penulis. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis
menghaturkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Simon Sembiring, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan serta ilmunya.
2. Bapak Dr. Rudy T.M. Situmeang, M. Sc sebagai Dosen Pembimbing II, yang
telah memberikan banyak bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
3. Ibu Suprihatin, M.Si sebagai Dosen Penguji, yang telah banyak memberikan
kritik dan sarannya dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Warsito, D.E.A sebagai Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
5. Bapak Arif Surtono, M. Si, M. Eng sebagai Ketua Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila.
xiii
6. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S. Si, M. T sebagai Pembimbing Akademik dan
Sekertaris Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unila.
7. Seluruh dosen Jurusan Fisika atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan
dalam proses perkuliahan.
8. Untuk ayah dan ibu tersayang, terimakasih selalu menyayangi, mengasihi,
menjaga, memberi semangat, selalu mendo’akan serta selalu mendukung dan
mengawasi setiap langkah sehingga penulis dapat melalui seluruh proses
pembelajaran dan menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk kakak-kakakku, Welly Rizkianti dan Rio Hidayat P.N, terimakasih atas
do’a, dukungan serta perhatiannya.
10. Untuk teman-teman penelitianku, Nurlita Novitri, Suwarni, Siti Isma, Nurul
Rahayu, Laili Budiawati dan Endah atas dukungan, bantuan dan doa yang
telah diberikan.
11. Untuk Pak Darman, ibu Maria Ristawati, Defri Ansyah dan Juli Darmawanti,
terimakasih karena selalu menemani, mendukung dan mendo’akan.
12. Teman-teman Fisika 2013 serta kakak dan adik tingkat yang membantu dan
memberikan semangat dalam proses menyelesaikan tugas akhir.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Bandarlampung, Januari 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HalamanABSTRACT ........................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. v
PERNYATAAN..................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vii
MOTTO ................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN.................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
SANWACANA ...................................................................................... xi
DAFTAR ISI.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR TABEL ................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 41.3 Batasan Masalah ......................................................................... 41.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 41.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 51.6 Sistematika Penulisan ................................................................. 5
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspal............................................................................................ 72.1.1 Karakteristik Aspal ............................................................ 82.1.2 Jenis-jenis Aspal ............................................................... 132.1.3 Karakteristik Aspal Modifikasi ......................................... 14
2.2 Silika (SiO2) ............................................................................... 162.2.1 Karakteristik Silika (SiO2) ................................................. 172.2.2 Aplikasi Silika (SiO2) ...................................................... 18
2.3 Silika Sekam Padi ....................................................................... 192.4 Metode Sol-gel .......................................................................... 212.5 Scanning Electron Microscopy dan Energy Dispersive
Spectroscopy (SEM/EDS) ........................................................... 232.6 X-Ray Diffraction (XRD)............................................................. 28
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat penelitian .................................................... 323.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 32
3.1.1 Alat Penelitian.................................................................... 323.1.2 Bahan Penelitian ............................................................... 33
3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 333.3.1 Ekstraksi Silika (SiO2) dari Sekam Padi ........................... 333.3.2 Sintesis Bahan Atap dari Aspal dan Silika dengan
Metode Padatan ................................................................. 353.3.3 Karakterisasi Komposit Aspal Silika ................................ 36
3.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................. 383.4.1 Ekstraksi Silika (SiO2) dari Sekam Padi ........................... 383.4.2 Sintesis Komposit Aspal Silika ......................................... 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi Silika (SiO2) Sekam Padi................................... 424.2 Hasil Sintesis Sampel Komposit Aspal Silika ............................ 454.3 Karakterisasi Scanning Electron Microscope / Energy
Dispersive Spectroscopy (SEM/EDS) ........................................ 474.3.1 Aspal tanpa Penambahan Silika ........................................ 474.3.2 Aspal dengan Penambahan Silika (1:1,5) ......................... 494.3.3 Aspal dengan Penambahan Silika (1:1,6) .......................... 514.3.4 Aspal dengan Penambahan Silika (1:1,7) ......................... 544.3.5 Pengaruh Penambahan Silika terhadap Aspal .................. 56
4.4 Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) ..................................... 584.4.1 Aspal tanpa Penambahan Silika......................................... 584.4.2 Aspal dengan Penambahan Silika ..................................... 604.4.3 Pengaruh Penambahan Silika terhadap Struktur Aspal ..... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Difraktogram Sinar-X Aspal Murni ...................................... 10
Gambar 2. Difraktogram Sinar-X Aspal Alam........................................ 10
Gambar 3. (a) Nano-silika dan (b) Scanning Electron Microscopy(SEM) dari Nanopartikel Dalam Pengikat Aspal.................. 15
Gambar 4. (a) Struktur Tetrahedral Silika (SiO2), (b) SkemaPerubahan Struktur Silika akibat Perubahan Temperatur..... 17
Gambar 5. Spektrum XRD Silika Sekam Padi ........................................ 21
Gambar 6. Tahapan Proses Sol-Gel ......................................................... 23
Gambar 7. Diagram SEM .................................................................... 25
Gambar 8. Ilustrasi Difraksi Sinar-X pada XRD................................. 28
Gambar 9. Sinar-X yang Dihamburkan oleh Atom-Atom Kristal yangBerjarak d .............................................................................. 29
Gambar 10. Diagram Alir Ekstraksi Silika Sekam Padi........................... 39
Gambar 11. Diagram Alir Sintesis Komposit Aspal Silika...................... 40
Gambar 12. (a) Sekam Padi yang Dipanaskankan (b) Sol Silika yangDisaring menggunakan Kertas Saring. ................................ 43
Gambar 13. (a) Sol Silika (b) Gel Silika.................................................. 44
Gambar 14. Proses Penggerusan Padatan Silika ..................................... 44
Gambar 15. (a) Proses Pencampuran Aspal dan Silika (b) BubukAspal Silika ..................................................................... 46
Gambar 16. (a) Sampel Aspal Silika AS1 (b) AS2; (c) AS3 ................. 46
xvi
Gambar 17. Morfologi AS........................................................................ 47
Gambar 18. Spektrum EDS Sampel AS ............................................... 48
Gambar 19. Morfologi Sampel AS1......................................................... 49
Gambar 20. Spektrum EDS Sampel AS1 ................................................. 50
Gambar 21. Morfologi Sampel AS2 ........................................................ 52
Gambar 22. Spektrum EDS Sampel AS2 ................................................. 53
Gambar 23. Morfologi Sampel AS3......................................................... 54
Gambar 24. Spektrum EDS Sampel AS3 ................................................. 55
Gambar 25. Morfologi SEM Sampel Aspal dengan Penambahan Silika(a) AS; (b) AS1; (c) AS2; (d) AS3 ...................................... 56
Gambar 26. Kandungan Unsur pada Sampel........................................ 57
Gambar 27. Spektrum XRD Sampel AS ................................................. 59
Gambar 28. Spektrum XRD Sampel AS1 ................................................ 60
Gambar 29. Spektrum XRD Sampel AS2 ............................................ 62
Gambar 30. Spektrum XRD Sampel AS3 ................................................ 63
Gambar 31. Spektrum XRD Sampel Aspal Silika (a) AS ; (b) AS1(c) AS2 ; (d) AS3 ................................................................ 64
xvii
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Komposisi Kimia Aspal .............................................................. 9
Tabel 2. Kandungan Mineral dalam Aspal Buton ..................................... 11
Tabel 3. Hasil Pengujian Aspal Penetrasi 60/70 ....................................... 12
Tabel 4. Karakteristik Silika...................................................................... 18
Tabel 5. Komposisi Massa Aspal dan Silika ............................................. 45
Tabel 6. Kandungan Komposisi Sampel AS ............................................ 48
Tabel 7. Kandungan Komposisi Sampel AS1 ........................................... 50
Tabel 8. Kandungan Komposisi Sampel AS2 .......................................... 53
Tabel 9. Kandungan Komposisi Sampel AS3 .......................................... 55
Tabel 10. Ukuran Partikel Sampel Aspal dengan Penambahan Silika...... 56
Tabel 11. Persentase Senyawa Sampel Aspal dengan PenambahanSilika Berdasarkan Hasil EDS ................................................. 57
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan pembangunan yang pesat di Indonesia ketersediaan bahan
bangunan sangat diperlukan alternatif yang lebih unggul dari bahan bangunan
konvensional (Wijaya, 2012). Bahan konvensional merupakan material alamiah
yang digunakan bidang teknik. Pada proses pengolahan dan penggunaan bahan
mentah menjadi bahan jadi tidak mengalami rekayasa secara kimia. Bahan
konvensional merupakan bahan yang mengandung suatu unsur atau beberapa
unsur logam yang belum pernah mengalami proses rekayasa, meskipun sudah
mengalami proses perubahan fisik tetapi sifat dasar dan struktur kimianya tetep
terjaga seperti proses pembentukan kerangka atap yang berasal dari batang pohon
besar menjadi lebih kecil sesuai dengan kebutuhan. Bahan konvensional adalah
logam besi, logam bukan besi dan bahan non logam seperti kayu, kaca, pasir, batu
dan sebagainya. Bahan bangunan yang berkualitas dilihat dari beberapa segi
seperti, segi fungsional, segi estetika, dan segi durability. Bahan bangunan sangat
dibutuhkan dengan kualitas baik salah satunya yaitu atap bangunan.
Atap bangunan atau genteng terdiri dari beberapa jenis yakni, genteng tanah liat,
genteng metal/berbahan logam, genteng keramik, genteng kaca dan genteng aspal.
Atap/genteng aspal memiliki dua bentuk model yaitu model datar yang melekat
2
pada suatu bahan dengan bentuk bergelombang (Arnold, 2016) dan terhubung di
rangka atap atau atap sirap (Nam, 2014) yang bersifat ringan (Indra dkk, 2013).
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam dengan
komposisinya terdiri dari karbon 82-88 %, hidrogen 8-11 %, belerang 0-6 %,
oksigen 0-1,5 % dan nitrogen 0-1 % (Shell, 2003). Menurut Hillstrom dan Ruby
(1994) aspal adalah penolak air, mampu mentolerir fluktuasi suhu, tahan terhadap
kerusakan dan pembusukan. Selain itu aspal berbentuk padat sampai agak padat
saat ditemperatur ruang yang bersifat termoplastis (Nciri et.al., 2017) dan akan
mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu serta kembali membeku jika
temperatur turun (Sukirman, 2003; Syaifuddin, 2013; Rambe, 2016). Sifat
termoplastis dari aspal ini dapat menyebabkan retakan dalam pengaplikasiannya
(Nciri et.al., 2017). Oleh karna itu, beberapa bahan telah digunakan untuk
memperbaiki karakteristik, membantu menahan efek suhu dan beban terhadap
aspal. Banyak metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja aspal
salah satunya memodifikasi aspal dengan Styrene Butadiene Styrene (Cortizo et
al., 2004), Styrene Butadiene Rubber (Zhang dan Yu, 2010; Yildrim, 2007), karet
ban bekas (Cao, 2007), silika fume dan silika (Ouyang et al., 2015).
Silika merupakan polimer dari asam silikat yang terdiri dari unit SiO4 yang saling
terkait secara tetrahedral dengan rumusan umum SiO2 (Bergna and Roberts,
2006). Silika yang digunakan dalam aplikasi kimia disintesis dari larutan atau
reagen silikat lain (Shelke et al., 2010) seperti silika komirsil (Lin et al., 2007),
pasir silika (Rashid et al., 2014), diatomite (Puntharod et al., 3013), limbah kaca
(Mazzucato and Gualtieri, 2000), TEOS (Sun et al., 2013; Baciu and Simitzis,
2007) dan fume silica (Abutalib et al., 2015). Silika juga dapat disintesis dari
3
bahan baku limbah organik seperti tongkol jagung (Mohanraj et al., 2012), daun
bambu (Aminullah et al., 2015), ampas tebu (Amin et al., 2016), dan yang paling
banyak digunakan adalah sekam padi (Chandrasekhar et al., 2002).
Sekam padi merupakan limbah dari pertanian yang dapat dijadikan sebagai
sumber silika dan mudah untuk didapatkan, untuk satu ton sekam padi mampu
menghasilkan silika murni sebanyak 220-300 kg (Yalcin and Sevine, 2001).
Sekam padi merupakan sumber silika dengan kemurnian mencapai 95,35 %
(Ginting et al., 2008) dapat dikembangkan menjadi material lainnya. Silika telah
banyak digunakan dalam industri polimer untuk mengurangi penuaan dan
meningkatkan sifat mekanik dan fisik dari bahan dasar seperti kekakuan,
ketangguhan, kekuatan dan stabilitas termal (lee et al., 2005). Penelitian tentang
penggunaan silika sebagai partikel untuk memodifikasi aspal sebagai pengikat
(Onochie et al., 2013), pengaruh penambahan bahan nanosilika terhadap
viskositas aspal (Ezzat et al., 2016) dan karakteristik pengikat aspal akibat
penambahan nanosilika (Enieb and Aboelkasim, 2017) telah dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian mengenai preparasi dan
karakterisasi bahan komposit campuran aspal dan silika dari sekam padi untuk
aplikasi atap bangunan. Dengan melakukan analisis karakterisasi menggunakan
Scanning Electron Microscopy dan Energi Dispersive Spectroscopy (SEM/EDS)
untuk mengetahui mikrostruktur aspal terhadap pengaruh penambahan silika dan
X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui struktur kristal.
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana miktrostruktur dan komposisi pada komposit aspal dan silika
(SiO2) sekam padi pada perbandingan massa 1:0 ; 1:1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7.
2. Bagaimana struktur yang terbentuk pada komposit aspal dan silika (SiO2)
sekam padi pada perbandingan massa 1:0 1:1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7.
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, batasan masalah yang digunakan adalah:
1. Bahan yang digunakan adalah aspal dan silika (SiO2) dari sekam padi.
2. Sampel yang digunakan dengan perbandingan massa 1:0 ; 1;1,5 ; 1:1,6 dan
1:1,7.
3. Karakterisasi yang dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscopy
dan Energi Dispersive Spectroscopy (SEM/EDS) dan X-Ray Diffraction
(XRD)
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik mikrostruktur dan komposisi bahan komposit
campuran aspal dan silika sekam padi.
2. Mengetahui struktur yang terbentuk pada bahan komposit campuran aspal dan
silika sekam padi.
5
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu:
1. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan silika pada
aspal terhadap struktur kristal dan miktrostruktur.
2. Dapat menjadi tambahan referensi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, terutama di Jurusan Fisika.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan memahami penulisan skripsi ini, perlu dibuat
sitematika penulisan yang mencakup:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang teori dasar yang berhubungan dengan aspal, silika, metode dan
termasuk teori pengujian.
BAB III METODE PENELITIAN
Menjabarkan langkah-langkah penelitian dari awal sampai akhir yang termasuk di
dalamnya tentang spesifikasi bahan, alat uji dan alat ukur yang digunakan, dan
diagram alir penelitian.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang hasil analisa dan pembahasan tentang karakteristik
mikrostruktur dan komposisi serta struktur sampel komposit aspal silika.
6
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Menjelaskan kesimpulan dan saran terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan menjelaskan tentang beberapa konsep dasar teori yang
mendukung topik penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai
aspal secara umum, karakteristik aspal, jenis-jenisnya dan modifikasi aspal.
Pembahasan dilajutkan dengan penjelasan mengenai silika, karakteristik silika,
serta diikuti dengan penjelasan mengenai sumber utama bahan yaitu sekam padi
sebagai sumber silika (SiO2), pembahasan tentang metode sol-gel. dan
pembahasan terakhir yaitu karakteristik SEM/EDS dan XRD.
2.1 Aspal
Aspal merupakan bahan yang larut dalam karbon disulfida yang mempunyai sifat
tidak tembus air dan mempunyai sifat adhesi atau daya lekat sehingga umum
digunakan dalam campuran perkerasan jalan yang berfungsi sebagai bahan
pengikat (Mashuri, 2010). Aspal merupakan material yang berwarna hitam sampai
coklat tua, aspal pada temperatur ruang berbentuk padat sampai semi padat, jika
temperatur tinggi aspal akan mencair dan pada saat temperatur menurun aspal
akan kembali menjadi keras/padat sehingga aspal disebut sebagai material yang
termoplastis (Sukirman, 2003).
8
2.1.1 Karakteristik Aspal
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik
dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150/molekul. Unsur-
unsur penyusun aspal yaitu karbon 80%, hydrogen 10%, sulfur 6% dan
sisanya adalah oksigen, nitrogen, besi, nikel, vanadium dan beberapa unsur
lain (Susanto dkk, 2014). Umumnya aspal dihasilkan dari proses penyulingan
minyak bumi, sehingga disebut aspal keras. Aspal keras/aspal panas (asphalt
cement/ AC) adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan panas.
Aspal keras terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya
dan jenis minyak bumi asalnya. Aspal semen bersifat mengikat agregat pada
campuran aspal beton dan memberikan lapisan kedap air, serta tahan terhadap
pengaruh asam, basa dan garam. Berdasarkan cara memperolehnya aspal
dapat dibedakan menjadi dua yaitu aspal alam dan aspal buatan. Aspal alam
adalah aspal yang tersedia di alam yang terkandung dalam deposit batuan
dengan kandungan air dan kadar bitumen yang berubah-ubah, yang
disebabkan oleh cuaca (Asmiani dkk, 2016) seperti aspal di Pulau Buton.
Aspal buatan adalah aspal yang diperoleh dari proses destilasi minyak bumi
(aspal minyak) dan batu bara. Sifat-sifat fisik aspal secara langsung
menggambarkan bagaimana aspal tersebut berkontribusi terhadap kualitas
perkerasan aspal. Beberapa pengujian dapat dilakukan untuk menggambarkan
sifat-sifat fisik aspal antara lain yaitu pengujian penetrasi, pengujian
viskositas dan pengujian bahan pengikat. Aspal secara umum, seiring
bertambahnya waktu aspal akan mengalami peningkatan viskositas yang
membuat aspal cenderung keras dan rapuh (Nyoman, 2011).
9
Analisis unsur bahan yang dilakukan Nciri et al (2016) terhadap aspal alam
dan aspal murni (minyak) yang menunjukkan komposisi kimia aspal seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Aspal
Unsur Kimia Nilai (%)Aspal alam Aspal murni
Karbon 79,01 87,66Hidrogen 9,11 10,14Nitrogen 0,95 0,44Belerang 0,72 6,29Oksigen 1,38 0,29
Atom H/C 1,38 1,38
Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia yang memiliki besar berbeda dari
kedua aspal (alam dan murni) bahwa aspal merupakan jumlah hidrokarbon
yang tinggi (79,01 ~ 87,66% berat karbon dan 9,11 ~ 10,14% berat hidrogen)
dan jumlah heteroatom yang lebih rendah (hingga 1% berat nitrogen, 6%
berat sulfur, dan 1,40% berat oksigen). Tidak ada perbedaan antara nilai H / C
aspal murni (1,38) dan aspal alam (1,38). Rasio H / C atomik rendah ini
membentuk karakter aromatik. Terlihat bahwa karakteristik struktur yang
didapat dari hasil uji XRD aspal murni dan aspal alam, dimana puncak yang
lebar pada 18 - 26 dan 42 seperti pada Gambar 1 yang mewakili
difraktogram sinar-X aspal murni. Puncak appears muncul sekitar 2 =
18,90 karena rantai alifatik atau cincin jenuh. Puncak approximately pada 2
= 23,20 dikenal sebagai band graphene muncul dengan molekul aromatik
yang ada dalam struktur aspal.
10
Gambar 1. Difraktogram Sinar-X Aspal Murni (Nciri et al., 2016).
Gambar 2. Difraktogram Sinar-X Aspal Alam (Nciri et al., 2016).
Bahan aspal alam lengket dikarenakan adanya zat mineral organik, ketahanan
dan kekuatan aspal diperoleh dengan bantuan zat organik yang ada di
dalamnya, karena memberikan karakteristik pengikat. Gambar 2 menjelaskan
tentang komponen kristal utama penyusun sebagian besar aspal murni.
Setelah kaolinit dan illite, kuarsa ditemukan menjadi bahan tanah liat yang
11
dalam kelimpahan terbesar. Sejumlah kecil smektit, kalsit, montmorillonit,
fluorapatite, dan schertelite juga terdeteksi. Sesuai analisis ini, komposisi
mineral dari aspal alam dinilai lebih dari 95% kuarsa (SiO2) dan beberapa
persen Feldspars (K-komponen; KAlSi3O8) (Nciri et al., 2016).
Sedangkan Kandungan material dalam batuan Asbuton itu terdiri dari 72,90
% sampai 86,66 % CaCO3 dan sisanya adalah MgCO3, CaSO4, CaS dan
mineral-mineral lainnya seperti yang tergambar dalam Tabel 2. Kandungan
mineral ini mengurung aspal yang terkandung di dalamnya sehingga
mobilisasi aspal ke luar batuan sulit terjadi (Affandi, 2006).
Tabel 2. Kandungan Mineral dalam Aspal Buton (Siswosoebrotho dkk, 2005)Composition Values (%)
CaCO3 72,90 - 86,66MgCO3 1,28 - 14,3CaSO4 1,11 – 194
CaS 0,36 – 0,52H2O 0,99 – 2,94SiO2 5,64 – 17,06
Al2O3 + Fe2O3 1,52 – 2,31LOI 0,96 – 1,05
Aspal yang cenderung keras dan rapuh dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu
1. proses oksidasi yaitu adanya reaksi antara aspal dengan oksigen di udara,
2. penguapan yaitu penguapan bahan-bahan pembentuk aspal yang terjadi
selama proses produksi campuran aspal panas,
3. polimerisasi yaitu proses pembentukan molekul yang lebih besar dimana
molekul-molekul ini akan menyebabkan pengerasan pada aspal yang
bersifat progresif,
12
4. proses tixotropi yaitu proses dimana aspal sebagai bahan pengikat
mengalami peningkatan nilai viskositas dan pengerasan aspal yang
diakibatkan oleh proses hidrofilik dimana pada aspal terbentuk suatu kisi-
kisi partikel,
5. proses sineresis yaitu proses pemisahan bahan yang kurang viskos dari
dalam aspal yang lebih viskos yang diakibatkan oleh penyusutan atau
pengaturan ulang struktur-struktur bahan pengikat dalam aspal akibat
proses fisik dan kimia, dan
6. Proses pemisahan yaitu hilangnya material-material yang turut
membentuk aspal akibat proses pemisahan resins, aspaltenes dan oil oleh
penyerapan selektif dari beberapa jenis agregat.
Aspal yang memiliki kandungan airnya rendah dan tinggi mempengaruhi
kandungan bitumen maka, semakin rendah kandungan air maka semakin
tinggi pula kadar bitumen (Subagio 2005). Pada hasil pengujian aspal dengan
penetrasi 60/70 yang di lakukan (Thanaya dkk, 2016) dapatkan hasil seperti
pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengujian aspal penetrasi 60/70Pengujian Hasil Spesifikasi
Penetrasi 66,71 60 – 70
Titik nyala 347°C ≥ 232°C
Titik lembek 49,75°C ≥ 48°C
Berat jenis 1,023 ≥ 1,0
Daktilitas 136 cm Min. 100 cm
13
2.1.2 Jenis-jenis Aspal
Pembagian aspal berdasarkan asal-muasalnya terdiri dari dua jenis, di
antaranya :
2.1.2.1 Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melewati
serangkaian proses pengolahan yang rumit. Aspal alam yang berbentuk
batuan bisa diperoleh di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal alam yang
bersifat plastis bisa ditemukan di Danau Pitch, Republik Trinidad. Sedangkan
aspal yang memiliki wujud berada di sekitar perairan segitiga bermuda.
Berbeda dengan segitiga Bermuda yang mengandung aspal murni, kandungan
aspal yang terdapat di Pulau Buton dan Danau Pitch tidak murni dan
tercampur dengan mineral yang lain.
2.1.2.2 Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang terbuat dari minyak bumi diproses
menggunakan metode yang relatif rumit (Nciri, et.al., 2017). Seluruh
rangkaian proses pengolahan tersebut biasanya dilaksanakan di pabrik khusus
pembuatan aspal. Ada 3 jenis aspal buatan, yaitu :
1. Aspal keras adalah aspal yang mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi.
Penetrasi yang dimiliki oleh aspal ini berkisar antara 60-80. Aspal keras
umumnya dipakai menjadi bahan baku pembentuk jalan aspal. Kegunaan
lain dari aspal keras yaitu sebagai bahan pembuatan AC (Asphalt Cement)
(Thanaya dkk, 2016).
14
2. Aspal cair adalah aspal yang memiliki wujud cair. Paling sering aspal ini
dimanfaatkan untuk keperluan pengikatan bahan bangunan (Sukirman,
2003). Aspal yang digunakan sebagai lapis resap pengikat (prime coat)
yaitu aspal tipe MC-30, MC-70, atau MC-250. Sementara itu, tipe aspal
yang dipakai untuk lapis pengikat (tack coat) antara lain RC-70 atau RC-
250.
3. Aspal emulsi adalah aspal yang terbentuk dari aspal keras yang di-
dispersikan ke dalam air atau aspal cair yang dikeraskan memakai bahan
pengemulsi. Hasilnya diperoleh aspal yang mengandung muatan listrik
positif (kationik), listrik negatif (anionik), serta tidak bermuatan listrik
(nonionik). Kelebihan-kelebihan dari aspal emulsi ialah gampang
digunakan, memiliki daya ikat yang baik, dan tahan terhadap cuaca yang
ekstrim (Nciri et.al., 2017).
2.1.3 Karakteristik Aspal Modifikasi
2.1.3.1 Aspal Modifikasi Polimer
Aspal modifikasi polimer telah dilakukan Permana dan Imam (2009) dimana
memodifikasi aspal dengan limbah tas plastik. Aspal yang digunakan
dipanaskan dengan suhu 140 C dan dicampur dengan plastik menggunakan
mixer dengan kecepatan 1200 rpm, dilakukan pengujian reologi, dimana
reologi hasil aspal limbah plastik mendekati aspal polimer. Penggunaan limbah
plastik pada aspal pen 60/80 memberikan perubahan terhadap penetrasi, nilai
titik lembek aspal, dan nilai viskositas.
15
Penelitian yang telah dilakukan Ritonga (2017) menggunakan karet ban bekas
pada campuran aspal. Menurut penelitian ini campuran aspal dan karet
menunjukan adanya kesesuaian antara gugus-gugus fungsi dengan sruktur
aspal. Hasil pengujian SEM menggunakan perbesaran 100 kali dan terlihat
partikel-partikel kecil dari agregat tersebar merata dalam campuran aspal serta
kelekatan antara aspal dengan agregat cukup baik terlihat dari kerapatan pada
struktur permukaannya yang ditandai dengan sedikitnya pori-pori yang
terbentuk. Struktur permukaan memperlihatkan adanya perubahan fisik pada
permukaan campuran aspal dengan bahan polimer.
2.1.3.2 Aspal Modifikasi Nano-Silika
Aspal dimodifikasi sebagai pengingat dengan silika, memiliki lebih banyak
perlawanan terhadap penuaan termal. Penelitian yang telah dilakukan oleh
Sulaiman (2017) dengan mencampurkan nanosilika bubuk dengan aspal, diisi
0.1, 0.3, dan 0.5% (Wt), didapatkan kinerja yang lebih baik menggunakan
SiO2. Nanosilika yang digunakan seperti Gambar 3 (a) berikut:
Gambar 3. (a) Nano-silika dan (b) Scanning Electron Microscopy (SEM)dari nanopartikel dalam pengikat aspal (Tanzadeh and Reza, 2017).
16
Gambar 3 (b) menunjukan mikrostruktur nanosilika dengan pengikat aspal
ditunjukkan besar partikel sekitar 2-10 m dengan nanosilika 6% dimana
penyebaran nanosilika secara merata terlihat dari kerapatan dan besar pertikel
yang cukup baik. Penelitian yang telah dilakukan Enieb dan Aboelkasim
(2017) untuk kelayakan menggunakan nanosilika pada aspal. Karakteristik
pengikat aspal untuk kandungan nanosilika 0% dan 4% ditunjukan pada
kisaran spektrum 4000-400 cm-1. Hasil spektrum inframerah dari aspal dengan
nanosilika 0% dan 4% menunjukan kelompok kimia yang hampir sama sepeti
pada S=O 1030 cm-1, C-H 1376-1456 cm-1, O-H 2921-2848 cm-1 dan N-H
3383 cm-1. Spektrum inframerah menunjukan bahwa aspal 0% dan aspal
nanosilika 4% terdiri dari gugus fungsi kimia dan struktur molekul yang
serupa, namun penambahan nanosilika pada pengikat aspal dapat berpengaruh
sifat fisik yang berbeda. Sedangkan penelitian yang dilakukan Ezzat (2016)
pencampuran nanosilika dengan pengikat aspal yang dicampur menggunakan
kecepatan 1500 rpm dimana pembedaan waktu lamanya pada pencampuran
suhu 145 C mendapatkan hasil spektrum yang serupa.
2.2 Silika (SiO2)
Silikon (Si) adalah elemen yang paling penting melimpah yang ditemukan di
alam. Dalam industri SiO2 dikenal sebagai pasir, silika, kuarsa dan batu api. Silika
atau pasir digunakan dalam enameling dan kaca industri. Sebagai tanah kuarsa
atau kuarsa, SiO2 digunakan dalam beberapa bentuk tembikar dan digunakan
dalam berbagai industri seperti industri keramik elektronik. Silika terjadi di
bentuk kristal kuarsa dan tridimit serta kristobalit seperti yang ditunjukan pada
17
Gambar 4. Konversi kuarsa menjadi tridimit pada suhu 870 C disertai dengan
perluasan -15%. Perubahan volume ini menyebabkan strain dalam badan keramik
yang mengandung silika bebas.
Gambar 4. Struktur Tetrahedral Silika yang digambar dengan programVESTA (Askeland, 2010).
Silika terbentuk dari satuan struktur primer silikat tetrahedral SiO44-, dimana satu
atom Si+4 dikelilingi oleh empat atom oksigen (O) yang terikat secara ionik dan
kovalen membentuk ikatan tetrahedral dengan parameter sel a = b = 4,821 Å dan c
= 4,162 Å dan = = 90 dan = 120 seperti ditunjukan pada Gambar 3 (a),
dimana dua atom silicon (Si) berikatan dengan setiap atom oksigen (O)
(Sembiring & Simanjuntak, 2015).
2.2.1 Karakteristik Silika (SiO2)
Silika (SiO2) mempunyai karakteristik, diantaranya mempunyai titik lembur yang
tinggi, tahan terhadap asam dan basa serta tidak larut dalam air (Katsuki dkk,
2015). Silika relatif tidak reaktif terhadap asam kecuali asam hidrofluorida dan
asam phospat serta dapat bereaksi dengan basa, terutama dengan basa kuat seperti
18
hidroksida alkali (Brindle and Brown, 1980). Karakteristik silika berserta nilainya
ditampilkan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Karakteristik SilikaKarakteristik Nilai Referensi
Densitas (g/cm3) 2,2 – 2,65 Ghorbani dkk, 2015
Titik lebur (C) 1600 – 1725 Ghorbani dkk, 2015
Konduktivitas thermal (W/cm.K) 0,013 – 0,014 Ghorbani dkk, 2015
Konstanta dielektrik 50 Todkar dkk, 2016
Resistivitas (Ω/cm) (30 C) 1012 Todkar dkk, 2016
Konduktivitas listrik (200K) (S/cm) 8,66x10-7 Todkar dkk, 2016
Resistansi (Ω) >10 Carmona dkk, 2013)
Titik didih (C) 2230 Carmona dkk, 2013)
Secara teoritis, unsur silika mempunyai sifat menambah kekuatan lentur pada
bahan baku keramik dan kekuatan produk (Astuti dkk, 2012). Oleh sebab itu silika
secara luas digunakan dalam bahan industri keramik, polimer dan komposit,
karena diameter partikel serbuk silika sangat baik digunakan dalam bidang
teknologi seperti tixotropic agents, analisis termal, dan masih banyak lagi (Liou,
2004).
2.2.2 Aplikasi Silika (SiO2)
Dalam bidang material silika digunakan sebagai bahan tambahan untuk
pembuatan bahan keramik (Adam et al., 2008), karet (Jonowska et al, 2007),
komposit polimer (Rajamani et al., 2013), fotokatalis (Adam et al., 2013), katalis
(Azizi and Yousefpour, 2010), Komposit Zeolit (Kordatos et al., 2008) dan
earogel (Nayak and Bera, 2009). Dalam industri elektronika dan teknologi silika
menjadi bahan tambahan maupun bahan baku dasar seperti pada agen tixotropic,
19
isolator termal dan sensor (Lei et al., 2010). Selain itu silika dapat dimanfaatkan
sebagai adsorbs sintesis karena ukurannya yang sangat halus (Wongjunda and
Saueprasearsit, 2010), dan bioteknologi.
Pada bidang medis silika digunakan untuk agen pembawa obat (Baek et al.,
2015), menjadi perekat dalam produk farmasi dan kosmetik (Wang et al., 2015),
bahan tambahan medis, pembawa partikel, pemisah pertikel dan aplikasi
pencitraan biomedis (Walia and Acharya, 2015). Silika juga sangat berperan
penting dalam pembentukan tulang, dimana produksi jaringan ikat pertumbuhan
serta pada perkembangan tulang pada anak ayam (Henstock et al., 2015). Dalam
bidang konstruksi silika digunakan pada bahan pozzolanic untuk menghasilkan
semen (Hosseini et al., 2011), digunakan sebagai penguat lapisan, adsorben dan
sebagai bahan tambahan campuran aspal untuk mengurangi penuaan (Abutalib et
al., 2015).
2.3 Silika Sekam Padi
Silika adalah salah satu unsur utama yang terdapat dalam kerak bumi dengan
rumus molekul SiO2. Silika secara alami terkandung pada pasir, krikil, batu-
batuan dan sekam padi. Senyawa silika ini terdapat dalam bentuk amorf (tidak
beraturan) atau polimerfisme (bentuk kristal berbeda-beda). Dari hasil penelitian
menunjukkan perubahan silika amorf menjadi fasa kristal terjadi pada pemanasan
sekitar 800 ⁰C dan optimal pada 900 ⁰C . Silika (SiO2) merupakan bahan baku
dasar yang banyak digunakan dalam elektronik, keramik, dan bahan industri
polimer.
20
Saat ini banyak penelitian yang menggunakan sekam padi untuk memperoleh
silika SiO2. Hal ini dikarenakan didalam sekam padi terdapat kandungan silika
yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daifullah dkk (2003), didalam
abu sekam padi terkandung 80-90% silika (SiO2), dan di ikuti oleh senyawa-
senyawa lain seperti CaO, Al2O3, MgO dan sebagainya. Silika yang terkandung
dalam sekam padi mempunyai sifat amorf dengan kemurnian tinggi yaitu sekitar
95,35% sehingga silika (SiO2) dari sekam padi layak untuk dikembangkan dalam
perkembangan material berbasis silika nabati (Ginting dkk, 2008).
Sekam padi sebagai limbah yang berlimpah khususnya di negara agraris,
merupakan salah satu sumber penghasil silika terbesar. Sekam padi mengandung
silika dengan kemurnian sebesar 87 % - 97 % berat kering setelah mengalami
pembakaran sempurna. Selain didukung oleh jumlah yang melimpah, silika sekam
padi dapat diperoleh dengan sangat mudah dan biaya yang relatif murah. Silika
dari sekam padi dapat diperoleh dengan teknik yang sederhana yaitu salah satunya
dengan ekstraksi alkalis (Sembiring, 2007, Kalapathy dkk., 2000). Metode
ekstraksi didasarkan pada tingginya kelarutan silika amorf dalam larutan alkalis
seperti KOH, Na2CO3 atau NaOH, dan pengendapan silika terlarut menggunakan
asam, seperti asam klorida, asam sitrat, asam asetat, dan asam oksalat. Beberapa
peneliti telah menyimpulkan bahwa sekam padi merupakan sumber dari silika
amorf yang berkualitas tinggi (James and Subba, 1986).
Silika sekam padi menarik untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan.
Silika sekam padi memiliki butiran yang halus dan lebih reaktif dibanding dengan
silika minetral karena strukturnya yang amorf. Dari hasil uji XRD dapat dilihat
struktur amorf dari silika sekam padi seperti pada Gambar 5.
21
Gambar 5. Spektrum XRD Silika Sekam Padi (Zulkifli et al., 2013)
Hasil analisis XRD yang ditunjukkan terbentuknya fase amorf pada Gambar 5
dengan puncak 2 = 21,452. Selain itu kristalinitasnya pun dapat dikontrol
dengan baik dengan memberikan perlakuan panas, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan berbagai material keramik seperti borosilikat
(Riyanto, 2009), cordierite (Sembiring dan Manurung, 2009), borosilikat
(Sembiring, 2011), karbosil (Simanjuntak dkk, 2012), aluminosilicate
(Simanjuntak dkk, 2013), mullite (Sembiring, dkk, 2014). Di sisi lain, silika dari
sekam padi telah dimanfaatkan untuk sintesis nitrida silikon atau silikon karbida
(Lee and Cutler, 1975; Krishnarao, 1993).
2.4 Metode Sol-gel
Metode sol-gel adalah metode yang menggunakan suhu rendah, dimana metode
sol-gel dikenal sebagai salah satu metode sintesis nanopartikel yang cukup
22
sederhana dan mudah. Metode sol-gel merupakan metode yang sangat mahal dan
memiliki efisiensi rendah dibandingkan dengan metode reaksi padatan (Podporska
et al, 2008). Sol adalah padatan yang tersuspensi atau tersebar dalam larutan
membentuk partikel koloid dari molekul polimer (Hench dan West, 1990; Brinker
dan Scherer, 1990). Gel adalah jaringan kaku yang saling berhubungan yang
memiliki pori-pori dan rantai polimer. Metode sol-gel adalah proses berubahnya
sol menjadi gel melalui tahap hidrolisis, gelasi, penuaan dan pengeringan (Hench
dan West, 1990). Tahapan metode sol-gel ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Tahapan proses sol-gel (Feinle et al.,2015).
Pertama dalam metode sol-gel adalah pencampuran. Pada tahap ini, suspensi
bubuk koloid atau sol dibentuk dengan mencampurkan partikel koloid ke dalam
pelarut, atau yang dikenal sebagai hidrolisis. Dalam hal ini prekursor alkoksida
dihidrolisis dengan mencampurkannya dengan air. Kedua, partikel koloid
berinteraksi dengan prekursor dan membentuk jaringan tiga dimensi berupa gel.
Perubahan bentuk menjadi gel ini menunjukkan peningkatan viskositas yang
tinggi. Tahap ini disebut dengan gelasi atau gelation. Ketiga merupakan penuaan
gel atau aging. Pada tahap ini gel dibiarkan selama beberapa jam atau hari agar
ketebalan gel meningkat. Proses penuaan gel ini juga akan menurunkan porositas.
1 2 3 4
23
Keempat, yaitu pengeringan merupakan tahap dimana zat cair dihilangkan dari
jaringan yang mengikat antar pori-pori (Hench dan West, 1990).
Telah dilakukan ekstraksi sol-gel dengan asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl)
dan asam nitrat (HNO3) sebelumnya (Umeda dan Kondoh, 2008). Metode ini
tidak berbahaya terhadap manusia dan dapat melepaskan logam dan zat organik
yang terdapat di dalamnya sehingga tingkat kemurniannya tinggi Dengan
menggunakan metode sol-gel, silika yang akan dihasilkan dari sekam padi bersifat
amorf dengan luas permukaan yang spesifik 245 m2/g, volume pori 0,78 cc/g dan
diameter partikel antara 15-91 nm (Adam et al., 2011). Proses sol-gel merupakan
teknik sintesis kimia untuk pembuatan kaca mata, keramik, keramik kaca dan
komposit dengan kemurnian yang tinggi (Baciu and Simitzis, 2007).
2.6 Scanning Electron Microscopy dan Energi Dispersive Spectroscopy(SEM/EDS)
SEM/EDS banyak digunakan untuk mengkarakterisasi material (logam, keramik,
komposit dan polimer). SEM merupakan perkembangan dari mikroskop optik
(maksimum perbesaran 1000x) sehingga dapat mencapai perbesaran maksimum
sampai 150000x (tergantung pada kondisi sampel uji dan SEM pada saat itu).
SEM banyak digunakan untuk aplikasi sebagai berikut:
1. Pemeriksaan struktur mikro sampel uji metalografi dengan magnifikasi
(perbesaran) yang jauh melebihi mikroskop optik biasa.
2. Pemeriksaan permukaan patahan dan permukaan yang memiliki
kedalaman tertentu yang tidak mungkin diperiksa dengan mikroskop
optik.
3. Evaluasi orientasi Kristal dari permukaan spesimen metalografi.
24
4. Analisis unsur pada objek dalam skala-skala mikro pada permukaan bulk
specimen.
5. Distribusi komposisi kimia pada permukaan bulk specimen sampai jarak
mendekati 1 mikro.
Komponen dasar peralatan SEM terdiri dari empat sistem utama, yaitu sistem
penembakan elektron yang menghasilkan elektron dengan jumlah tertentu: sistem
lensa yang berupa medan elektronmagnetik yang memfokuskan berkas elektron
pada permukaan sampel; sistem pelarikan yang membentuk bayangan dengan
prinsip pelarikan (scanning); dan sistem deteksi yang memanfaatkan elektron
sekunder dan elektron berhambur balik. Hasil interaksi berkas electron dengan
permukaan sampel dapat berupa elektron sekunder (SE), elektron terhambur balik
(BSE), elektron Auger, sinar-X dan elektron transmisi. Pada SEM hanya
memanfaatkan SE dan BSE untuk memperoleh informasi struktur mikro,
sedangkan sinar-X digunakan untuk menganalisa komposisi kimia pada
permukaan sampel. Sampel yang akan dikarakterisasi dengan SEM, harus
mempunyai permukaan yang relative rata dan halus. Secara lebih detail system
alat SEM terdiri dari beberapa komponen diantaranya, sistem sumber elektron
(electron gun), sistem lensa, sistem dtekdi, sistem scanning dan sistem vacum.
Sistem ini terdiri dari sumber elektron berupa filament sebagai kutub katoda yang
berfungsi sebagai penghasil elektron dan sumber tegangan negatif/celah pelindung
(aperture shield) dan kutub anoda (Sembiring & Simanjuntak, 2015).
Pemeriksaan dengan SEM pada dasarnya merupakan pemeriksaan dan data
analisis permukaan. Tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan yang
tebalnya sekitar 20 m dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh
25
merupakan gambar topografi dari penangkapan elektron sekunder yang
dipancarkan oleh spesimen. Pada prinsipnya cara kerja SEM dimulai dari berkas
elektron berinteraksi dengan sampel yang akan menghasilkan Secondary Elactron
(SE) yang didalam detektor SE tersebut diubah menjadi sinyal listrik sterusnya
akan menghasilkan gambar pada monitor. Sinyal yang keluar dari detektor ini
berpengaruh terhadap intensitas cahaya didalam tabung monitor, karena jumlah
cahaya yang dipancarkan oleh monitor sebanding dengan jumlah elektron yang
berinteraksi dengan sampel. Apabila jumlah yang dipancarkan semakin banyak
maka gambar yang dihasilkan semakin terang dan demikian sebaliknya (Marsukan
dkk, 2009). Skema prinsip kerja SEM ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram SEM (Reed, 1993)
Prinsip kerja SEM dapat dilihat pada Gambar 7 dua sinar elektron digunakan
secara simultan. Satu strike specimen digunakan untuk menguji dan strike yang
lain adalah CRT (Cathode Ray Tube) memberi tampilan yang dapat dilihat oleh
26
operator. Akibat tumbukan pada spesimen dihasilkan satu jenis elektron dan emisi
foton. Sinyal yang terpilih dikoleksi, dideteksi dan dikuatkan untuk memodulasi
tingkat keterangan dari sinar elektron yang kedua, maka sejumlah besar sinar akan
menghasilkan bintik gelap. SEM menggunakan prinsip scanning, maksudnya
berkas elektron diarahkan dari titik ke titik pada objek. Gerakan berkas elektron
dari satu titik ke titik yang lain pada suatu daerah objek menyerupai gerakan
membaca. Gerakan membaca ini disebut dengan scanning.
Komponen utama SEM terdiri dari dua unit, yaitu electron column dan display
consule. Electron column merupakan model electron beam scanning, sedangkan
display consule merupakan elektron sekunder yang di dalamnya terdapat CRT.
Pancaran elektron energi tinggi dihasilkan oleh electron gun yang kedua tipenya
berdasar pada pemanfaatan arus. Yang pertama pistol termionik dimana pancaran
elektron tercapai dengan pemanasan tungsten atau filamen katoda pada suhu 1500
K sampai 3000 K. Katoda adalah kutub negatif yang dibutuhkan untuk
mempercepat tegangan Eo kali elektron volt (KeV). Pistol termionik sangat luas
penggunaannya karena relatif aman untuk digunakan dalam tabung vakum 10-9
Torr, atau lebih kecil dari itu.
Sumber alternatif lain dari pistol field emission dimana ujung kawat wolfram yang
tajam dihubungkan tertutup dengan anoda ekstraksi dan diterapkan potensional
sampai beberapa ribu volt. Elektron yang keluar dari kawat wolfram tidak
membutuhkan pemanasan yang dapat dilakukan pada suhu kamar, menuju tabung
vakum yang dipercepat seperti pada pistol termionik ke arah anoda. Pistol field
emission tergantung dari permukaan emitter yang secara otomatis bersih, sehingga
harus bekerja pada operasi kevakuman yang ultra tinggi kira-kira 10-9 Torr,
27
namun jika lebih besar maka akan lebih baik. Jarak panjang dari emitter electron
column. Pemancaran elektron dari elektron column pada chamber harus dipompa
cukup vakum menggunakan oil-difussion, turbo molecular, atau pompa ion
(Chan, 1993).
SEM (Scanning Electron Microscopy) dilengkapi dengan EDS (Energy
Dispersive Spectroscopy) yang dapat menentukan unsur dan analisis komposisi
kimia. Bila suatu berkas elektron yang ditembakkan atau dikenai pada sampel
akan terjadi interaksi berupa elektron yang keluar dari atomnya, maka elektron
tersebut mempunyai tingkat energi yang lebih rendah dari yang lain. Hal ini
menyebabkan atom menjadi kurang stabil, sedangkan suatu atom mempunyai
kecenderungan ingin menjadi stabil. Oleh karena itu, elektron yang mempunyai
tingkat energi yang lebih tinggi akan turun (transisi) ke tingkat yang lebih rendah.
Kelebihan energi yang dilepas pada waktu transisi adalah dalam bentuk sinar-X.
Karena beda tingkat energi untuk suatu atom tertentu, sehingga sinar-X yang
dihasilkan oleh suatu atom tersebut juga mempunyai energi tertentu dan ini
disebut sinar-X karakteristik. Energi pancaran elektron dalam bentuk sinar-X akan
dideteksi dan dihitung oleh EDS dan akan dihasilkan keluaran berupa grafik
puncak-puncak tertentu yang mewakili unsur yang terkandung. EDS juga
memiliki kemampuan untuk melakukan elemental masing-masing elemen di
permukaan bahan. EDS juga dapat digunakan untuk menganalisis secara kuantitas
dari persentase masing-masing elemen.
28
2.6 X-Ray Diffraction (XRD)
X-Ray Powder Diffraction (XRD) merupakan alat yang digunakan untuk
mengkarakterisasi struktur kristal, ukuran kristal dari suatu bahan padat.
Indentifikasi struktur dan fasa kristal suatu sampel dapat dilakukan menggunakan
metode difraksi sinar-X. Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik yang mirip
dengan sinar tampak, tetapi panjang gelombangnya lebih pendek. Panjang
gelombang sinar-X berkisar antara 0,5 – 2,5 dalam satuan angstrom (Å) (10-10 m)
(Cullity, 1977). Suatu tabung sinar-X harus mempunyai suatu sumber elektron,
voltase tinggi, dan logam sasaran. Selanjutnya elektron-elektron yang saling
tumbukan ini mengalami pengurangan kecepatan dengan cepat dan energinya
berubah menjadi foton (Nopianingsih dkk, 2015). Ilustrasi difraksi sinar-X pada
XRD dapat dilihat seperti pada Gambar 8.
Gambar 8. Ilustrasi difraksi sinar-X pada XRD (I’lmi, 2009).
Berdasarkan Gambar 8. prinsip kerja XRD adalah ketika berkas sinar-X
berinteraksi dengan suatu material, maka sebagian berkas akan diabsorbsi,
ditransmisikan, dan sebagian lagi akan dihamburkan terdifraksi. Hamburan
29
terdifraksi inilah yang didekteksi oleh XRD. Berkas sinar-X yang dihamburkan
tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga
yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar-X yang saling
menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg
merumuskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang
dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi (Abdullah dan Khairurrujal,
2009).
Berdasarkan Gambar 9. menunjukan sinar dating yang menumbuk pada titik
bidang pertama dan dihamburkan oleh atom D. Sinar datang yang kedua
menumbuk bidang berikutnya dan dihamburkan oleh atom B, sinar ini menempuh
jarak AB + BC bila dua sinar tersebut paralel dan satu fasa (saling menguatkan).
Dalam hal ini dapat dikatakan fasa suatu bahan berupa fasa murni dan fasa kristal
dapat ditentukan setelah diamati oleh XRD menggunkan difraktometer sebuk.
Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, semakin kuat
intensitas pembiasan yang dihasilkan. Tiap puncak yang muncul pada pola
difraktogram mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam
sumbu tiga dimensi (Fuente dkk, 2016).
Gambar 9. Sinar-X yang dihamburkan oleh atom-atom kristalyang berjarak d (Richman, 1967).
30
Gambar 9 terlihat bahwa gelombang pertama memiliki panjang yang sama yaitu
AB+BC, begitu pula dengan gelombang kedua DF+FH. Gelombang kedua
berjalan lebih jauh dari gelombang pertama, dan selisihnya adalah:
= ( + ) – ( + ) (2.4)
Jika dari titik B ditarik garis ke DF dan FH, diberi tanda E dan G, maka:= , = (2.5)
Perbedaan antara dua gelombang tersebut adalah:= + (2.6)
Diketahui bahwa + merupakan λ (panjang gelombang) dan panjang EF
sama dengan panjang FG yaitu sebesar d sin , sehingga:= + (2.7)= 2 (2.8)
Sinar 1 dan 2 akan menjadi 1 fasa jika beda lintasan sama dengan jumlah n
panjang gelombang sehingga:= 2 (2.9)
persamaan inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum Bragg, yang pertama kali
ditulis oleh W. L. Bragg. Persamaan di atas kemudian diturunkan menjadi
= 2 ʹ/ (2.7)
Jarak antar bidang adalah 1/ dari jarak sebelumnya, maka ditetapkan = ′
dengan demikian persamaan Bragg dapat ditulis seperti:
= 2 (2.8)
31
Dengan = panjang gelombang (m), d = jarak kisi (m), dan = sudut difraksi
(Richman, 1967). Karena nilai sin θ maksimum adalah 1, maka persamaan
menjadi:
= sin < 1 (2.9)
Dari persamaan dapat dilihat untuk memenuhi nilai sin θ maka nilai nλ harus <
2d. Dengan demikian kondisi untuk difraksi pada sudut 2θ yang teramati adalah:
< 2 (2.10)
Pada kebanyakan kristal nilai d adalah dalam orde 3Ǻ atau kurang, sehingga
kristal tidak dapat mendifraksikan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang
kira-kira 500Ǻ (Cullity, 1978).
32
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai dengan Januari 2019 di
Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji XRD dilakukan
di Laboratorium Universitas Negeri Padang dan SEM/EDS dilakukan di UPT
Laboratorium Terpadu Universitas Diponogoro Semarang.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur digunakan untuk
mengukur volume larutan, gelas beaker digunakan untuk mereaksikan bahan,
spatula digunakan untuk mengambil bahan dasar saat proses penimbangan,
magnetic stirrer digunakan untuk mengaduk bahan saat proses sol-gel, kertas
saring digunakan sebagai media penyaringan, indikator pH untuk mengetahui pH
sampel, oven untuk mengeringkan silika gel menjadi silika, mortar dan pastle
untuk menggerus serbuk silika, ayakan untuk mengayak bubuk silika setelah di
gerus, neraca digital digunakan untuk menimbang bahan, panci tempat untuk
mencampurkan aspal dan silika. Sementara itu, alat-alat yang digunakan untuk
karakterisasi sampel adalah XRD digunakan untuk karakterisasi struktur fasa
33
kristal sampel dan SEM-EDS digunakan untuk karakterisasi mikrostruktur dan
komposisi sampel.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah aspal sebagai bahan dasar
pengikat, sekam padi sebagai bahan dasar silika, NaOH, HNO3 dan akuades.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu ekstraksi silika
(SiO2), sintesis bahan komposit aspal dan silika (SiO2) dan karakterisasi sampel
yang akan dijelaskan masing-masing seperti dibawah ini.
3.3.1 Ekstraksi Silika (SiO2) dari Sekam Padi
Sebelum melakukan ekstraksi silika dari sekam padi, terlebih dahulu dilakukan
preparasi sekam padi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membersihkan terlebih dahulu sekam padi, selanjutnya mencuci dengan
bersih menggunakan air dan merendam selama 1 jam.
2. Kemudian membuang sekam padi yang mengapung di permukaan dan
mengambil sekam padi yang tenggelam.
3. Lalu merendam sekam padi dengan menggunakan air panas selama 24 jam,
hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran (zat organik)
yang larut dalam air seperti tanah, pasir, debu, dan zat pengotor lain terlepas
dari sekam padi.
4. Setelah itu, mentiriskan sekam padi dan mengeringkan dengan panas sinar
matahari selama kurang lebih dua hari agar kering secara merata.
34
5. Selanjutnya mengoven sekam padi pada suhu 100 C selama 1 jam agar
sekam benar-benar kering
Setelah dipreparasi, selanjutnya sekam padi hasil preparasi diekstraksi untuk
mendapatkan silika. Silika dari sekam padi diekstraksi dengan metode sol-gel.
Langkah-langkah ekstraksi silika dari sekam padi ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang sekam yang telah di preparasi sebanyak 50 gram, memasukan
kedalam beaker glass.
2. Kemudian menambahkan NaOH 1,5 % sebanyak 500 ml.
3. Sekam yang telah terendam dalam larutan NaOH 1,5 % kemudian
memanaskan menggunakan kompor listrik 600 watt selama kurang lebih 30
menit sambil terus mengaduk agar panasnya merata dan busa tidak meluap.
4. Selanjutnya melakukan penutupan dengan aluminium foil setelah uap panas
menghilang dan diamkan selama kurang lebih 24 jam, proses ini disebut
aging (penuaan).
5. Setelah aging, memisahkan ampas sekam padi dari ekstrak sekam
menggunakan corong bucher untuk memperoleh sol silika (filtrat silika
terlarut) kemudian menyaring filtrat menggunakan kertas saring.
6. Kemudian meneteskan larutan HNO3 10 % ke dalam sol silika stetes demi
setetes untuk memperoleh gel silika. Perubahan proses gel ini dilakukan
menggunakan magnetic stirrer agar larutannya homogen.
7. Gel yang terbentuk kemudian didiamkan selama 24 jam agar terjadi proses
aging (penuaan).
8. Setelah tahap aging, didapatkan gel berwarna coklat kehitaman, kemudian
menyaring gel menggunakan kertas saring.
35
9. Mencuci gel dengan air hangat dan pemutih hingga warna gel menjadi putih.
10. Kemudian mengeringkan silika gel dengan oven pada suhu 110 C selama 8
jam hingga diperoleh silika padatan.
11. Selanjutnya menggerus silika padatan menggunkan mortar dan pastle selama
kurang lebih 1 jam menjadi serbuk halus dan berwarna putih.
12. Mengayak serbuk silika dengan ayakan 150 Mesh agar ukuran partikelnya
homogen.
3.3.2 Sintesis Bahan Komposit Aspal dan Silika dengan Metode Padatan
Sintesis bahan komposit aspal dan silika menggunakan metode Solid State
Reaction (Reaksi Padatan) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kedua bahan dengan perbandingan massa aspal dan silika
(SiO2) berturut-turut adalah 1:0 ; 1:1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7.
2. Menyiapkan larutan bensin kurang lebih 20 ml.
3. Melarutkan kedua bahan dengan menggunakan larutan bensin yang
dipanaskan menggunakan kompor listrik 600 watt, selama proses
pencampuran bahan diaduk sampai merata dan larutan bensin menguap.
4. Menguapkan bensin dan mengeringkan sampel menggunkan oven selama 4
jam pada suhu 100 C.
5. Sampel dikarakterisasi dengan SEM-EDS dan XRD.
36
3.3.3 Karakterisasi Bahan Komposit Aspal Silika
Karakterisasi sampel dilakukan dengan menggunakan dua alat yaitu
Scanning Electron Microscopy (SEM/EDS) dan X-Ray Diffractometer
(XRD).
3.3.3.1 Karakterisasi SEM/EDS
Karakterisasi SEM/EDS dilakukan untuk mengetahui mikrostruktur bahan.
Langkah-langkah dalam proses SEM/EDS adalah:
1. Menyiapkan sampel aspal silika yang akan diuji.
2. Menaruh sampel pada specimen holder dengan menggunakan double sticky
tip dan mengatur posisi sampel.
3. Memberikan lapisan tipis (coating) dengan emas (Au) menggunakan mesin
ion sputter.
4. Memasukkan sampel ke dalam specimen chamber untuk melakukan observasi
pada spesimen uji sebelum dilakukan pemotretan.
5. Pemotretan dilakukan dengan perbesaran 1000, 5000 dan 1000.
6. Memperoleh hasil pemotretan berupa gambar SEM yang kemudian dianalisa
struktur mikronya.
7. Menentukan pengambilan titik yang akan ditembak EDS dengan hasil gambar
SEM yang diperoleh. Hasil dari EDS yaitu tampilan grafik presentase berupa
(mass%) dan (atom%) dari unsur yang terkandung didalam bahan.
37
3.3.3.2 Karakterisasi X-Ray Diffractometer (XRD)
Karakterisasi menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD) dilakukan untuk
mengetahui struktur kristal bahan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
ini adalah:
a) Menyiapkan sampel yang akan dianalisa, kemudian merekatkannya pada kaca
dan memasang pada tempatnya berupa lempeng tipis berbentuk persegi
panjang (sample holder) dengan lilin perekat.
b) Memasang sampel yang telah disimpan pada sample holder kemudian
meletakkannya pada sample stand dibagian goniometer.
c) Memasukkan parameter pengukuran pada software pengukuran melalui
Komputer pengontrol, yaitu meliputi penentuan scan mode, penentuan
rentang sudut, kecepatan scan cuplikan, memberi nama cuplikan dan
memberi nomor urut file data.
d) Mengoperasikan alat difraktometer dengan perintah “start” pada menu
komputer, dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari target
Cu dengan panjang gelombang 1,5406 Å.
e) Melihat hasil difraksi pada komputer dan intensitas difraksi pada sudut 2
tertentu dapat dicetak oleh mesin printer.
f) Mengambil sampel setelah pengukuran cuplikan selesai.
g) Data yang terekam berupa sudut difraksi (2 ), besarnya intensitas (I), dan
waktu pencatatan perlangkah (t).
h) Setelah data diperoleh analisis kualitatif dengan menggunakan search match
analisys yaitu membandingkan data yang diperoleh dengan data standard
(data base PDF = Power Diffraction File data base).
38
3.4 Diagram Alir Penelitian
Secara garis besar, langkah kerja pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu preparasi silika (SiO2) dari sekam padi dan sintesis bahan komposit aspal
silika.
3.4.1 Ekstraksi Silika (SiO2) dari Sekam Padi
Ekstraksi silika sekam padi yang dimulai dari preparasi sekam padi hingga
dihasilkan serbuk silika dengan menggunakan metode sol gel. Diagram alir
ekstraksi silika sekam padi dapat dilihat pada Gambar 10.
39
Gambar 10. Diagram Alir Ekstraksi Silika Sekam Padi
3.4.2 Sintesis Komposit Aspal Silika
sintesis komposit dari aspal dan silika dengan menggunakan metode reaksi
padatan yang dimulai dengan mencampurkan kedua bahan dengan perbandingan
massa 1:0 ; 1:1,5 ; 1:1,6 dan 1:1,7 hingga didapatkan sampel aspal silika dalam
bentuk serbuk yang selanjutnya dilakukan karakterisasi. Diagram alir sintesis
bahan komposit aspal silika dapat dilihat pada Gambar 11.
Sekam Padi
- Ditimbang sebanyak 50 gram
- Dipanaskan dalam larutan NaOH1,5% selama 30 menit
- Diaging 24 jam
- Disaring
Sol Silika
- Disaring menggunakan kertas saring- Distirrer dan ditetesi larutan HNO3 10%
setetes demi setetes
Silika Gel
- Diaging 24 jam- Dibersihkan dan disaring dengan air
hangat- Dioven selama 4 jam dengan suhu 110oC
Serbuk Silika Kasar
- Digerus hingga halus- Disaring dengan ukuran No. 150
mesh
Serbuk Silika Halus (SiO2)
40
Gambar 11. Diagram Alir Sintesis Bahan Komposit Aspal Silika
Aspal murni
- Ditimbang sebanyak 5 gram- Dilarutkan dengan bensin- Dipanaskan sambil diaduk- Ditambahkan silika halus masing-
masing paduan sebanyak 7,5 gram, 8gram, dan 8,5 gram
- Diaduk hingga homogen
Serbuk aspal silika
- Dioven selama 4 jam pada suhu100oC
- Digerus hingga homogen- Diayak No. 150 mesh
-Serbuk Paduan Aspal Silika
- Ditimbang sebanyak 1 gramkemudian karakterisasi SEM/EDSdan XRD
Data Uji dan Karakterisasi
- Dianalisis
Kesimpulan
59
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Penambahan silika 1,5; 1,6 dan 1,7 mengubah mikrostruktur aspal dari
berbentuk lekukan menjadi cluster dengan butiran dan ukuran partikel
masing-masing 4,298 m; 3,103 m; dan 5,328 m.
2. Semakin tinggi penambahan silika pada sampel aspal maka, persentase
kadar karbon (C), sulfur (S) menurun dan naiknya persentase silikon
(Si), oksigen (O) dan natrium (Na) pada sampel.
3. Penambahan silika menyebabkan perubahan struktur dua puncak
asphaltene yang menyebabkan hadirnya puncak amorf karbon dan
amorf silika, dimana amorf silika menutupi salah satu puncak
asphaltene dan bergesernya salah satu puncak asphaltene lainnya dari
2 = 42 menjadi 2 = 45.
B. Saran
Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti penambahan silika
terhadap aspal dengan perbandingan yang sama, namun menggunkan suhu
yang berbeda dan proses pencampuran menggunakan alat pengaduk agar
pencampuran merata.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M dan Khairurrijal. 2009. Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal of NanoSsaintek. Vol. 2. Pp. 1-12
Abutalib, N., Elham, H. F., Sassan, A. and Taher, M. A. L. 2015. InvesrigatingEffects of Application of Silica Fume to Reduce Asphalt Oxidative Aging.American Journal of Engineering and Applied Sciences. Vol. 8. No. 1. Pp.176-184.
Adam, F., Kandasamy, K., and Batakrisnani, S. 2006. Iron IncorporatedHeterogeneos Catalyst from Rice Husk Ash. Journal of Colloid andInterface Science. Vol. 384. Pp. 837-844.
Adam, F., Ahmed, A. E. and Min, S. L. 2008. Silver Modified Porous Silica FromRice Husk And Its Catalytic Pontential. Journal of Porous Material. Vol.15. No. 4. Pp. 433-444
Adam, F., Appaturi, J. N., Khanam, Z., Thankappan, R. and Nawi, M. A. M.2013. Utilization Of Tin And Tiitanium Incorporated Rice Husk SilicaNanocomposite As Photocatalyst And Adsorbent For The Removal OfMethylene Blue In Aqueous Medium. Journal of Application SurfaceScience. Vol. 264. Pp. 718-726.
Adam, F.,Chew, T. S. and Andalas, J. 2011. A Simple Template Free Sol GelSynthesis of Spherical Nanosilica From Agricultural Biomass. Journal ofSol Gel Science Technology. Vol. 59. No. 3. Pp. 580-583
Affandi, F. 2006. Hasil Pemurnian Asbuton Lawele Sebagai Bahan PadaCampuran Beraspal Untuk Perkerasan Jalan. Jurnal Jalan Jembatan. Vol.23. Pp. 1-12
Amin, N., Khattak, S., Noor, S. and Ferroze, I. 2016. Synthesis andCharacterization Of Silica From Button Ash Sugar Industry. Journal ofClearner Production. Vol. 117. Pp. 207-211.
Aminullah, Rohaeti, E. and Irzaman. 2015. Reduction Of High Purity SiliconFrom Bamboo Leaf As Basic Material In Development Of SensorsManufacture In Satellite Technology. Journal of Procedia EnvironmentalSciences. Vol. 24. Pp. 308-316.
Arnold, Althea. 2016. An Assesment of The Asphalt Shingle Roofing Process forResidential Buildings. International Conference on Sustainable Design,Engineering and Construction. Vol. 145. Pp. 760-765.
Askeland, R. D., Fulay, P.P., Bhattacharya, K. D. 2010. Essential of MaterialsScience and Enginnering Second Edition. Stamford. Vol 12 No. 1. Pp. 21-29.
Asmiani N., Alham M., Yusuf F. 2016. Penentuan Kualitas Aspal Buton denganMenggunakan Metode Sokhlet Kabupaten Buton Provinsi SulawesiTenggara. Jurnal Geomine. Vol. 4. No. 2. Hal. 67-70.
Astuti, M. D., Radna, N. dan Dwi, R. M. 2012. Immobilization of Silica Gelonto1-8-dihydroxyanthraquinone trough Sol-Gel Process. Jurnal Sains danTerapan Kimia. Vol. 6. No. 1. Pp. 25-34.
Azizi, S. N. and Yosefpour, M. 2010. Synthesis Of Zeolites Na and AnalcimeUsing Rice Husk Ash As Silica Source Without Using Organic Template.Journal of Material Sciences. Vol. 45. No. 20. Pp. 5692-5697.
Baciu, D. and Simitzis, J. 2007. Synthesis and Characterization of a CalciumSilicate Bioactive Glass. Journal of Optoelectronics and AdvancedMaterials. Vol. 9. No. 11. Pp. 3320-3324.
Baek, S. M., Singh, R., Khanal, D., Patel, K. D., Lee, E. J., Leong, K. W.,Charzanowski, W. and Kim, H. W. 2015. Smart Multifungsional DrugDelivery Towards Anticancer Therapy Harmonized In MesoporousNanoparticles. Journal of Nanoscale. Vol. 7. No. 34. Pp. 14191-14216.
Bergna, H. E. and Roberts, W. O. 2006. Colloidal Silica: Fundamentals AndApplications. Journal of Mechanical Engineering . Vol. 22. Pp. 9-37.
Brindley, G., and Brown, G. 1981. Crystal Structures of Clay Minerals and TheirX-Ray Identification. Journalof Clay Minerals. Vol. 16. No. 5. Pp. 217-219
Brinker, C. dan Scherer, George W. 1990. Sol-Gel Science: The Physics andChemistry of Sol-Gel Processing. Academic Press, Inc. London. Pp. 45-55.
Cao, Weidong. 2007. Study on Properties of Recycled Tire Rubber ModifiedAsphalt Mixtures Using Dry Process. Construction and BuildingMaterial.Vol. 21.No. 5. Pp. 1011-1015.
Carmona, V.B., Oliveira, R. M., Silva, W. T. L., Mattoso, L. H. C.andMarconcini, J. M. 2013. Nanosilica From Rice Husk: Extraction andCharacterization. Journal Industrial Crops and Products. Vol. 43. Pp. 291-296
Carter, B. C., Norton, G.M. 2007. Ceramic Materials Science and Engineering.Spinger: Journal of Mechanical Engineering. Vol 32. Pp. 87-99.
Coutinho, A. R., Rocham, J. D,. and Luengo, C. A. 2000. Preparing andCharacterizing Biocarbon electrodes. Fuel Processing Technology. Vol.67. No 2. Pp. 93-102
Chan, S. G. and Beck, T. R. 1993. Electrochemical Technology Corp. SeattleWashington. USA. Vol. 21. Pp. 125-129.
Chandrasekhar, S., Pramada, P.N., Raghavan, P. and Satyanarayana, K.G. 2002.Microsilica From Rice Husk As A Possible Substitute For CondensedFume For High Performance Concrete. Journal of Materials Science. Vol.21. Pp. 1245-1247.
Cortizo, M. S., Larsen, D. O., Bianchetto, H., and Alessandrini, J. L. 2004. Effectof the Thermal Degradation of SBS Copolymers During the Ageing ofModified Asphalts. Polymer Degradation and Stability. Vol. 86. No. 2. Pp.275-282.
Cullity B. D. 1977. Element of X-Ray Diffraction Second Edition. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. California. Pp. 3, 4, 82.
Cullity, B. D. 1978. Elements of X-Rays Diffraction, Second Edition. Adison-Wesley Publishing Company Inc. California. Pp. 1, 87.
Daifullah, A. A. M., Girgis, B. S., Gad, H. M. H. 2003. Untilization of Agro-Residues (Rice Husk) in Small Waste Water Treatment Plans. MaterialLetter. Vol. 57. Pp 1723-1731.
Enieb, M., and Diab, A. 2017. Characteristics of asphalt binder and mixturecontainingnanosilica. International Journal of Pavement Research andTechnology. Vol. 10. No.1. Pp 148–157.
Enieb, Mahmoud and Aboelkasim Diab. 2017. Characteristics of Asphalt Binderand Mixture Containing Nanosilica. International Journal of PavementResearch and Technology. Vol.10. Pp. 148–157
Ezzat, H., Badawy, S.E., Gabr, A., Zaki, E.I., and Breakah E. 2016. Evaluation ofAsphalt Binders Modified with Nanoclayand Nanosilica. ProcediaEngineerin. Vol. 143. Pp.1260-1267.
Feinle, A., Elsaesser, M. dan Husing, N. 2015. Sol-Gel Synthesis of MonolithicMaterials with Hierarchical Porosity. Journal of Chemistry SocietyReviews. Vol. 12. Pp. 3377-3399.
Fuente, D. de la., J. Alcantara., B. Chici., I. Diaz., J.A. Jimenez., dan M. Morcillo.2016. Characterisation of Rust Surfaces Formed on Mild Steel ExposedTomarine Atmospheres Using XRD and SEM/Micro-Raman Techniques.Journal of Corrosion Science. Vol. 30. Pp. 1-12.
Ghorbani, F., Sanati, A. M., and Maleki, M. 2015. Production of SilicaNanoparticles from Rice Husk as Agricultural Waste by Environmental
Friendly Technique. Environmental Studies of Persian Gulf. Vol. 2. No. 1.Pp. 56-65.
Ginting, S., Simanjuntak, W., Sembiring, S., Trisnawati, E. 2008. KarakteristikSilika Sekam Padi dari Provinsi Lampung yang diperoleh dengan MetodeEkstraksi. Jurnal FMIPA. Vol. 37, No.1. Hal. 47-52.
Harsono, H., 2002. Pembuatan Silika Amorf Dari Limbah Sekam Padi. JurnalIlmu Dasar, Indonesia. Vol.3. Hal. 98-103.
Hench, L. dan West, J. 1990. The Sol-Gel Process. Chemical Review. Vol. 90.Hal. 33-72.
Henstock, J. R., Canham, L.T. and Anderson, S. I. 2015. Silocon: The EvolutionOf Its Use In Biomaterial. Journal of Acia Biomaterial. Vol. 11. No. 1. Pp.17-26.
Hillstrom, Kelvin, dan Mary K. Ruby, eds. 1994. Encyclopedia of AmericanIndustries. Manufacturing Industries. New York. Vol 1: Pp. 15-28.
Hosseini, M.M., Shao, Y. X. and Whalen, J. K. 2011. Biocement Production FromSilicon Rich Plant Residues: Perspectives And Future Potential In Canada.Journal of Biosystem Engineering. Vol. 110. No. 4. Pp. 351-362.
Indra, M. Kusuma, Tarkono dan M. Badaruddin. 2013. Pengaruh PenambahanAbu Sekam Padi Terhadap Kekuatan Tekan Porositas Genteng Tanah LiatKabupaten Pringsewu. Jurnal FEMA. Vol. 01 No.1. Hal. 24-30.
Izzi, N. M.D.Y., Aeyman, A. S. B., Hani, N. M. A., Asmah, H., and Juraidah, A.2014. The Effects of Moisture Susceptibility and Ageing Conditions onNano-Silica/Polymer-Modified Asphalt Mixtures. Construction andBuilding Materials. Vol.27. Pp. 130-147.
James J. and M. Subba Rao. 1986. Silica from Rice Husk through ThermalDecomposition. Thermochim. Acta. Vol. 97. Pp. Pp. 32-36.
Javed, S. H., Naved, S., Feroze, N., Zafar, M., and Shafaq, M. 2010. Crystal andamorphous from KMnO4 treated and untreated rice husk. Journal of Qualityand Technology Management. Vol. 6. No. 1. Pp. 81-90.
Johan, A. 2009. Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori -Al2O3
Pengaruh Penambahan TiO2. Jurnal Penelitian Sains. Vol. 12, Hal. 1-8.
Jonowska, G., Rybinski, P. and Jantas, R. 2007. Effect Of The Modification OfSilica On Thermal Properties And Flammability Of Cross-LinkedButadiene-Acrylonitrille Rubbers. Journal of Thermal Analysis AndCalorimetry. Vol.87. No. 2. Pp. 511-517.
Kalapathy, U., Proctor, A., and Shultz, J. 2000. A Simple Method for Productionof Pure Silica from Rice Hull Ash. Journal of Bioresource Technology.Vol. 73. Pp. 257-262
Katsuki, H., Furuta, S., Watari, T., Komaeneni, S. 2005. ZSM-5/Zeolite PorousCarbon Composite: Conventional and Microwave Hydrothermal Synthesisfrom Carbonized Rice Husk. Journal of micropous and MesoporousMaterials. Vol. 86. Pp 145-151.
Khrisnarao, R. F. 1993. Effect of Cobalt Chloride Treatment on the Formation ofSiC from Burnt Rice Husk. Journal of the European Ceramic Society. 12:395 – 401.
Kordatos, K., Gavela, S., Ntziouni, A., Pistiolas, K.N., Kyritsi, A. andRigopoulou, V. K. 2008. Synthesis Of Highly Siliceous ZSM-5 ZeoliteUsing From Rice Husk Ash. Journal of Microporous MesoporousMaterials. Vol. 115. No. 1-2. Pp. 189-196.
Larsen, D. O. 2009. Micro-Structural And Rheological Characteristics Of SBS-Asphalt Blends During Their Manufacturing. Construction and BuildingMaterial. Vol. 23. No. 8. Pp. 2769-2774.
Lee, J. G. dan Cutler, I. B. 1975. Formation of Silicon Carbide from Rice Hulls.Am, Ceram. Soc. Bull. Vol. 4. No. 2. Pp. 195-198.
Lei, J., Wang, L. and Zhang, J. 2010. Roriometric pH Sensor Based OnMesoporous Silica Nanoparticles And Forester Resinace Energy Transfer.Journal of Chemistry Communication, Vol. 46. No. 4. Pp. 8447-8455
Lin, K., Chang, J., Chen, G., Ruan, M. and Ning, C. 2007. A Simple Method ToSynthesiza Single Crystalline -Wollastonite Nanowires. Journal ofCrystal Growth. Vol. 300. Pp. 267-271.
Liou, T.H., 2004. Preparation and Characterization of Nano-structured Silica fromRice Husk.Material Science Enggineering. Vol. 364. Pp. 313-323.
Mansuri. 2010. Karakteristik Aspal sebagai Bahan Pengikat yang DitambahkanStyrofoam. Jurnal SMARTek. Vol. 8. No.1. Hal. 1-12.
Marsukan., Wagiyo., Aditoiyanto. 2009. Pemeriksaan Mikrostruktur dan AnalisisUnsur AlMgSi Menggunakan Scanning Electron Microscope SEM-EDS.In Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar X ke 2,ISSN 1410-7686. Hal. 79-82.
Masrukan, Wagiyo, dan Aditoiyanto. 1999. Pemeriksaan Mikrostruktur DanAnalisis Unsur AlMgSi Menggunakan Scanning Electron Microscope(SEM)-EDS. Prosiding Seminar Nasional Hamburan Newton dan Sinar-XKe-2.Serpong. Hal.79-82.
Mazzucato, E. and Gualtieri, A. F. 2000. Wollastonite Polytypes In The Cao-Sio2System. Physics Chemical Minerals. Vol. 27. Pp. 565-574.
Mohanraj, K., Kannan, S., Barathan, S. and Sivakumar, G. 2012. Preraration Andcharacteriztation of Nano SiO2 From Corn Cob Ash By PrecipitationMethod. Journal of Optoelectronics And Advanced Materials – RapidCommunications. Vol. 6. No. 3-4. Pp. 394-397.
Nam, B. H., Hamid, M., dan Amir, H. B. 2014. Mechanical Characterization ofAsphalt Tear-off Roofing Shingles in Hot Mix Asphalt. Journal ofConstruction and Building Materials. Vol. 50. Pp. 308-316.
Nayak, J.P and Bera, J. 2009. Preparation Of Silica Aerogel By Ambient PressureDrying Precess Using Rice Husk Ash As Raw Material. Journal ofTransform Indian Ceramic Society. Vol. 68. No. 2. Pp. 91-94.
Nazzal, M. D., Kaya, S., Taylan, G. and Peviz, A. 2013. FundamentalCharacterization of Asphalt Clay Nanocomposites. Journal ofNanomechaniics and Micromechanics. Vol. 3. No. 1. Pp. 1-8.
Nciri, Nader., Hamho, Kim., dan Namjun, Cho. 2017. New insights into theeffects of styrene-butadiene-styrene polymer modifier on the structure,properties, and performance of asphalt binder: The case of AP-5 asphaltand solvent deasphalting pitch. Materials Chemistry and Physics. Vol.193. Pp. 477-495.
Nciri, Nader., Jeonghyun, K., Nambo, K., dan Namjun C. 2016. An In-DepthInvestigation Into the Physicochemical, Thermal, Microstructural, andRheological Properties of Petroleum and Natural Asphalts. Journal ofMaterial. Vol. 9. Pp. 1-20.
Nopianingsih, N. N. S., Sudiarta, I. W., dan Sulihingtyas, W. D. 2015. SintesisSilika Gel Termobilisasi Difenilkabazon dari Abu Sekam Padi MelaluiTeknik Sol Gel. Jurnal Kimia 9. Vol. 2. Hal. 226-234.
Nyoman, Desak Nira Kesestriani. 2011. Karakteristik Marshall Dengan BahanTambahan Limbah Plastik pada Campuran Split Mastic Asphalt(MASTIC). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Vol. 2. Hal. 1-14.
Ouyang, C., Wang, S., Zhang, Y., and Zhang, Y. 2005. Low DensityPolyethylene/Silica Compound Modified Asphalts with High TemperatureStorage Stability. Journal of Applied Polymer Science. Vol. 101. Pp. 472–479
Pandiangan, D. K., Irwan, G. S., Mita, R., Sony, W., Dian, A., Syukuri, A., danNovesar, J. 2008. Karakteristik Keasaman Katalis Berbasis Silika SekamPadi yang Diperoleh dengan Teknik Sol-Gel. Jurnalis Sains danTeknologi-II. Vol. 2. Hal. 1-10.
Permana, R dan Imam. 2009. Studi sifat-sifat reologi aspal yang dimodifikasilimbah tas plastik. Simposium XII FSTPT. Universitas Kristen PetraSurabaya.Surabaya. Hal. 26-37.
Podporska, J. B. 2008. ANovel Ceramics Material with Medical Application.Journal of Processing and Aplication of Ceramics. Vol. 2. No. 1. Pp. 19-22.
Puntharod, R., Sankram, C., Chantaramee, N., Pookmanee, P. and Haller, K. J.2013. Synthesis and Characterization of Wollastonite From Enggshell andDiatomite By The Hydrothermal Method. Journal of CeramicsProcessings Research. Vol. 14. No. 2. Pp. 198-201.
Rajamani, D., Surender, R., Mahendra, A., Muthusubramanian, S. andVijayakumar, C. 2013. Bismaleimide/Rice Husk Silica ReinforcedComposites. Journal of Thermal Analytical Calorimetry. Vol. 114. No. 2.Pp. 883-893.
Rambe, M. A. A., Fiqhi, F., dan Siti, K. 2016. Pemanfaatan Limbah Serat AmpasTebu (Saccharum Officinarum) Sebagai Bahan Baku Genteng Elastis.Jurnal Teknologi Kimia Unimal. Vol. 2. Hal. 61-74.
Rashid, R. A., Shamsudin, R., Hamid, M. A. A. and Jalar, A. 2014. LowTemperature of Wollastonite From Limestone And Sand Though SolidState Reaction. Journal of Asian Ceramic Societies. Vol. 2. Pp. 77-81.
Reed, S. J. B. 1993. Electron Microprobe Analysis and Scanning ElectronMicroscopy in Geology. Cambridge University Press, Florida. Pp. 23-24.
Richman, M. H. 1967. An Introduction to The Science of Metals. BlaisdellPublishing Company, USA. Pp. 78-79.
Ritonga, H Ahmad. 2017. ModifikasiAspalPolimerMemanfaatkanKaret BanBekasMenggunakanDivenilBenzena dan DikumilPeroksidaMelalui ProsesEkstrusi. Vol. 1 No.1; 8-13.
Riyanto, A. 2009. Pengaruh Suhu Sintering Terhadap Karakteristik Termal danFungsionalital Keramik Borosilikat Berbasis Silika Sekam Padi yangDisintesis dengan Metode Sol-gel. Skripsi. Universitas Lampung.Hal. 26-30.
Saraswati, T. S., Bahrudin, A. dan Miftahul, A. 2016. Pengaruh Suhu Pemanasandan Agen Pengikat Dalam Pembuatan Konduktor Listrik Berbasis Arang.Jurnal Penelitian Kimia. Vol.12. No. 2. Hal. 167-178.
Sembiring, S. 2007. Karakterisasi Silika Sekam Padi Sebagai bahan Keramikdengan Teknik Sintering. Prosiding, Dies Natalis Universitas Lampung:Hal.123 – 128.
Sembiring, S. 2011. Synthesis and Characterisation of Rice Husk Silica BasedBorosilicate (B2SiO5) Ceramic by Sol-gel Routes. Indonesian Journal ofChemistry. Vol. 11: Pp. 85 – 89.
Sembiring, S. dan Karo-Karo,P.2007. Pengaruh Suhu Sintering TerhadapKarakteristik Termal dan Mikrostruktur Silika Sekam Padi. Jurnal Sainsdan teknologi, Mipa Unila. Vol.13. No. 3 Pp. 233-239.
Sembiring, S. Dan Manurung, P. 2009. Synthesis and Characterisation ofCordierite (Mg2Al4Si5O18) Ceramic Based on the Rice Husk. ProsidingSeminar Nasional Sains MIPA dan Aplikasinya. Universitas Lampung.Vol. 1. Pp. 417 – 423.
Sembiring, S., dan Simanjuntak, W. 2015. Silika Sekam Padi, Potensinya sebagaiBahan Baku Keramik Industri. Plantaxia : Yogyakarta. Hal. 15-25.
Sembiring, S., Simanjuntak, W., Manurung, P., Asmi, D., dan Low, I. M. 2014.Synthesis of Characterisation Gel-derived Mullite Precursors from RiceHusk Silica. Ceramic International. Vol.40. No. 5. Pp. 7067-7072.
Shelke, V. R., Bhagade, S. S. and Mandavgane, S. A. 2010. Mesoporous SilicaFrom Rice Husk Ash. Bulletin Of Chemical Reaction Engineering AndCatalysis. Vol. 5. No. 2. Pp. 63-67.
Shell Bitumen. 2003. The Shell Bitumen Hand Book. Published by ShellBitumen.Uniterd Kingdom. Pp. 42-46.
Shi, X., Lingcai, C., Wei, X., Jing. F., dan Xinhang, W. 2018. Effects of Nano-silica and Rock Asphalt on Rheological Properties of Modified Bitumen.Construction and Building Materials Vol.161. Pp. 705–714.
Simanjuntak W., Sembiring, S., and Sebayang K. 2012. Effect of PyrolysisTemperatures on Composition and ElectricalConductivity of CarbosilPrepared From Rice Husk. Indonesian Journal of Chemistry. Vol. 12. No.2. Pp. 119-125.
Simanjuntak, W., Sembiring, S., Manurung, P., Situmeang, R., dan Low, I.M.2013. Characteristics of Aluminosilicates Prepared from Rice Husk SilicaAluminum Metal. Ceramics International. Vol. 39. No.8. Pp. 9369 – 9375.
Shinohara. Y and Kohyama, N.2004. Quantitative Analysis of Tridymite andCrystobalite Crystalized in rice husk ash by heating. National Institute ofHealth. Vol. 42. Pp. 277-285.
Siswosoebrotho, B. L, Kusnianti, N. and Tumewu, W. 2005. LaboratoryEvaluation of Lawele Buton Natural Asphalt in Asphalt Concrete Mixture.Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol.5. Pp. 857-867.
Subagio. B. S., Karsaman R. H., Fahmi. I. 2005. Fatigue Charecteristics of HRAMix Using Indonesia Rock Asphalt (Asbuton) as a filler.Journal of theEastern Asia Society for Transportation Studies. Vol. 6. Pp. 1207-1216.
Sukirman, Silvia. 2003. Perkerasan Jalan Raya, Penerbit NOVA, Bandung. Hal.26-31.
Sukirman, Silvia. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta. Granit. Hal.20-30.
Sun, Y. S., Li, A. L., Xu, F.J. and Qiu, D. 2013. A Low Temperature Sol GelRoute For The Synthesis Bioactive Calcium Silicates. Journal of ChineseChemical Letters. Vol. 24. Pp.170-172.
Susanto. A. H., Indriyanti . E. H., Edison .2014. Permeability Campuran HotRolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) dengan filler Abu Sekam Padiuntuk Jalan Perkotaan. .Journal of Aptek. Vol. 6. No. 1. Pp. 17-32.
Syaifuddin. 2013. Analisa Parameter Marshall Aspal Beton AC-WC denganMenggunkan Campuran Retona Blend 55 dan Aspal Pen 60/70. JurnalPortal. Vol. 5. No. 2. Hal. 49-58.
Thanaya, I. N. A., I Gusti, R. P. dan I Yoman, S. N. 2016. Studi KarakteristikCampuran Aspal Beton Lapisan Aus (AC-WC) Menggunakan AspalPenetrasi 60/70 dengan Penambahan Lateks. Jurnal Ilmu dan TerapanBidang Teknik Sipil. Vol. 22. No. 2. Hal. 78-86.
Todkar, B. S., Deorukhkar, O. A., and Deshmukh, S. M. 2016. Extraction ofSilica from Rice Husk. International Journal of Engineering Research andDevelopment. Vo. 12. No. 3. Pp. 69-74 .
Umeda, J. and Kondoh, K. 2008. High-purity Amorrphous Silica Originated inRice Husks Via Carboxylic Acid Leaching Process. Journal of MaterialScience. Vol. 43. Pp. 7084-7090.
Walia, S. and Acharya, A. 2015. Silica Micro/Nanopospheres For Theranostics:From Bimodal MRI and Fluorescent Imaging Probes To Cancer Therapy.Beilstein Journal of Nanotechnology. Vol. 6. No. 1. Pp. 546-558.
Wang, J., Li, D., Ju, F., Han, L. and Bao, W. 2015. Supercritical HydrothermalSynthesis of Zeolites From Coal Fly Ash For Mercury Removal FromCoal Derived Gas. Journal of Fuel Process Technology. Vol. 136. Pp. 96-105.
Wijaya, I. B. A., Ludfi. D., dan Sugeng, P. B. 2012. Studi Perbandingan BiayaBekesting Semi Morern dengan Bekesting Konvensional pada BangunanGedung. Jurnal Rekayasa Sipil. Vol. 6. No. 3. Hal. 237-246.
Wongjunda, J. and Saueprasearsit, P. 2010. Biosorbtion of Chromium (VI) SingRice Husk Ash and Modified Rice Husk Ash. Journal of EnvironResearch. Vol. 4. No. 3. Pp. 244- 350.
Xu, T and Huang, X. 2010. Study on Mechanism of Asphalt Binder by Using TG-FTIR Technique. Fuel Processing Technology. Vol. 89. Pp. 2185-2190.
Yalcin, N. and Sevinc, V. 2001. Studies On Silica Obtained From Rice Husk.Journal of Ceramic International. Vol. 27. No. 2. Pp. 219-224.
Yao, Hui., Li, Liang., Lee, Chee Huei., Wingard,David., Yap, Yoke Khin., Shi,Xianming., and Goh, Shu Wei. 2012. Properties and Chemical Bonding ofAsphalt and Asphalt Mixtures Modifiedwith Nanosilica. Journal ofMaterial Civil Engineers.Vol. 6.No. 1. Pp. 1-45.
Yildirim, Yetkim. 2007. Polymer Modified Asphalt Binders. Construction andBuilding Materials. Vol. 21. No. 1. Pp. 66-72.
You, Z., Beale, J.M., Foley, J.M., Roy, S., Odegard G.M., Qingli, D., and Goh,S.W. 2011. Nanoclay-modified asphalt materials: Preparation andCharacterization. Construction and Building Materials. Vol. 25. No. 1.Pp.1072-1078.
Zhang, F., and Yu. 2010. The Research for High-Performance SBR CompoundModified Asphalt. Construction and Building Materials., Vol. 24. No. 3.Pp. 410-418.
Zhang, J., Geoffrey, S. S., Sang, I. L., Sheng, H., dan Lubinda, F. W. 2016.Relating Asphalt Binder Elastic Recovery Properties to HMA CrackModeling and Fatigue Life Prediction. Contruction and BuildingMaterials. Vol. 111. Pp. 644-651.
Zulkifli, N. S. C., Ismail, A. R., Dasmawati, M., dan Adam, H. 2013. A GreenSol-Gel Route for The Synthesis of Structurally Controlled Silica Particlesfrom Rice Husk for Dental Composite Filler. Ceramics International. Vol.39. Pp. 4559-4567.