pengaruh penerapan ifrs dalam pengungkapan …
TRANSCRIPT
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
132
PENGARUH PENERAPAN IFRS DALAM PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL PADA PERUSAHAAN
BERTEKNOLOGI TINGGI (Saat Konvergensi IFRS dan Penerapan Full Adopsi IFRS)
Sari Rahmadhani Arkanuddin Nur
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Totalwin Semarang Email : [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research was to examine the impact of International Financial Reporting Standards (IFRS) on the disclosure of Intellectual Capital. This study also examines the different of Intelectual Capital disclosure by using the index of intellectual capital disclosure which presented in the financial statements of high-tech manufacturing firms. With the period of time research is at the time of IFRS convergence and at the time of full application of IFRS. Using 96 companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 and 2012. The study was conducted using multiple regression analysis techniques. The results showed that the adoption of IFRS could improve the practice of corporate intellectual capital disclosure. The result of t-test sample, showedstatistically intellectual capital disclosure after full adoption of IFRS is higher than intellectual capital disclosure before full adoption of IFRS. Keywords: IFRS, Intelectual Capital, convergence, full adoption
Pendahuluan
Pemerintah Indonesia sebagai
anggota The Group of Twenty
(Forum negara-negara G20) sudah
menyetujui untuk melakukan
konvergensi terhadap IFRS pada
Desember 2008. Indonesia harus
melakukan konvergensi IFRS untuk
kepentingan global agar dapat
meningkatkan daya informasi
laporan perusahaan-perusahaan
Indonesia(Utami, Suhardjanto, dan
Hartoko, 2013). Adapun tujuan yang
diharapkan dari konvergensi IFRS
adalah menghasilkan laporan
keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi, menghasilkan
informasi yang relevan, akurat dan
dapat diperbandingkan melalui
persyaratan item-item pengungkapan
yang akan semakin banyak, baik
kualitatif maupun kuantitatif
(Petreski, 2005). IAI dan DSAK
telah melakukan revisi pada
beberapa standar akuntansi di
Indonesiasaat konvergensi IFRS
berlangsung, diantaranya PSAK
No.19 (revisi 2000) tentang aset
tidak berwujud. DSAK telah
mengeluarkan Exposure Draft PSAK
19 (revisi 2009) untukmerevisi
PSAK 19 (revisi 2000)pada 7
November 2009.
Exposure Draft PSAK 19
(revisi 2009) mengenai Aset Tidak
Berwujud merupakan adopsi dari
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
133
IAS 38 (2009) tentangIntangible
Assets. Exposure Draft tersebut
masih membutuhkan tanggapan dan
saran dari kalangan anggota IAI,
Dewan Konsultatif SAK, Dewan
Pengurus Nasional IAI, perguruan
tinggi dan individu atau lembaga lain
yang berminat (IAI, 2009). Pada
Februari 2010, IAI mengesahkan
Exposure Draft PSAK 19 (revisi
2009) menjadi PSAK No.19 revisi
2010 (IAI, 2010). Pada akhirnya
PSAK No.19 revisi 2010 atau IAS
38 mulai efektif sejak 1 Januari 2011
sebagai peraturan yang mendukung
pengungkapan sukarela khususnya
intellectual capital(IAI , 2011). Pada
saat program konvergensi IFRS
berjalan khususnya dari tahun 2008
sampai 2011, tingkat pengungkapan
intellectual capital ternyata masih
rendah. Hal ini terbukti dari beberapa
penelitian yang mencoba menguji
seberapa besar tingkat pengungkapan
intellectual capitaldi Indonesia, hasil
penelitianSutanto dan Supatmi
(2011) pada periode 2009,
menunjukkan rata-rata tingkat
pengungkapan informasi intellectual
capital industri manufaktur hanya
sebesar 40.87% dan penelitian yang
dilakukan Stephani dan
Yuyetta(2011)menunjukkan rata-rata
tingkat pengungkapan informasi
intellectual capital industri
manufaktur peride 2008-2010 hanya
sebesar 38,52%.
Pengungkapan intellectual
capital yang masih rendahpada saat
program konvergensi IFRS,
dikarenakan perusahaan Indonesia
belum diwajibkan menggunakan
standar IFRS melainkan masih
mengacu pada standar akuntansi
keuangan (Kustina, 2012). Hal ini
dapat diartikan bahwa peraturan
yang digunakan dalam
pengungkapan intellectual capital
adalah PSAK No. 19 (revisi 2000).
PSAK No. 19 (revisi 2000)
merupakan peraturan lama yang
belum direvisi hingga akhir tahun
2009, sedangkan peraturan terbaru
PSAK No.19 (revisi 2010) atau IAS:
38 baru efektif tahun 2011. PSAK
No.19 revisi 2010 atau IAS: 38
diharapkan dapat meningkatkan
pengungkapan intellectual capital
perusahaan di Indonesia setelah
melakukan adopsi penuh IFRS 2012.
Hal tersebutsejalan dengan pengujian
yang dilakukan Liao, Chan, dan
Seng(2013).
Penilaian terhadap kinerja
perusahaan dapat dilihat pada
laporan keuangan yang disampaikan.
Informasi dalam laporan keuangan
bermanfaat bagi sebagian besar
pengguna laporan sebagai salah satu
dasar pertimbangan pengambilan
keputusan investasi(Liao et al.,
2013).Laporan keuangan berfungsi
untuk memberikan informasi yang
digunakan untuk memenuhi
kebutuhan darisebagian besar
pengguna laporan keuangan. Oleh
karena itu laporan keuangan yang
berkualitas dapat dinilai dari
pengungkapan dan transparansi
laporan keuangan. Kualitas laporan
keuangan perusahaan yang baik
senantiasa melakukan
pengungkapaninformasi keuangan
baik yang bersifat mandatory
maupun informasi yang bersifat
voluntary (Rafinda, Pramuka, dan
Kusuma, 2011).
Pengungkapan intellectual
capital merupakan informasi bagi
investor dalam mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek
kedepan dan memfasilitasi ketepatan
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
134
penilaian terhadap perusahaan(Bukh,
2003).Perusahaan yang tidak
melakukan pengungkapan
intellectual capital dapat dianngap
oleh investor sebagai kabar buruk.
Dalam PSAK No. 19, intellectual
capital tidak dinyatakan secara
eksplisit, tetapi informasi tersebut
telah mendapat pengakuan dari
berbagai pihak. Hal tersebut terbukti
dari pihak regulator dan pemerintah
yang menindaklanjuti dengan
mempertegas peraturan dalam PSAK
dan merealisasikannya sebagai
pengungkapan sukarela(Zulkarnaen
& Mahmud, 2013). Sejak pemerintah
menegaskan peraturan mengenai
perlakuan dan pengungkapan
intellectual capital yang dituangkan
dalam PSAK pasal 19, ternyata
sampai saat ini masih terdapat
keterbatasan atas kesadaran dari
pemangku kepentingan mengenai
pentingnya pengungkapan
intellectual capital (Zulkarnaen dan
Mahmud, 2013).
Hal tersebut terlihat pada
perusahaan go publik di Indonesia
yang masih sedikit dan kurang
menyeluruh dalam melakukan
pengungkapan item-item intellectual
capital. Penelitian Liao et al.,
(2013)mengenai pengungkapan
intellectual capital dan IFRS yang
dilakukan di Inggris menunjukkan
bahwa pengungkapan intellectual
capital meningkat setelah adopsi
wajib IFRS. Temuan tersebut
menunjukkan bahwa kualitas
pelaporankeuangan menjadi lebih
baik dengan adanya adopsi IFRS.
Penelitian ini menguji
mengenai dampak penerapan wajib
IFRS terhadap tingkat pengungkapan
intellectual capital pada perusahaan
berteknologi tinggi di Indonesia.
Penelitian mengenai pengungkapan
intellectual capital menarik untuk
dilakukan, dikarenakan
pengungkapan informasi mengenai
intellectual capital semakin penting
bagi stakeholder perusahaan sejak
munculnya PSAK No.19 tentang
aktiva tidak berwujud. Pada
kenyataannya
pengungkapaninformasi intellectual
capital didalam laporan tahunan
masih rendah, sehingga penelitian ini
menguji apakah penerapan IFRS
berpengaruh terhadap pengungkapan
intellectual capital dan menguji
apakah terdapat perbedaan tingkat
pengungkapan intellectual capital
sebelum dan sesudah full adoption
IFRS.
Periode yang digunakan
didalam penelitian ini adalah tahun
2008 dan tahun 2012 dengan
melakukan pengujian beda karena
periode yang diuji pada penelitian ini
adalah pada saat terjadi konvergensi
IFRS tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010 terjadi penerapan
voluntary IFRS dan periode setelah
Voluntary IFRS 2010 sampai dengan
adopsi penuh IFRS tahun
2012.Adapun manfaat penelitian
adalah untuk memberi bukti empiris
berdasarkan penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui
pengaruhIFRSpadapengungkapan
sukarela khususnya pengungkapan
intellectual capital.
Dari penelitian ini diharapkan
dapat memperkaya konsep atau teori
yang mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan tentang pengungkapan
intellectual capital dan
IFRS.Penelitian ini juga dapat
dijadikan dasar pertimbangan para
investor dan kreditor dalam
pengambilan keputusan investasi
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
135
setelah mengetahui informasi
intelektual perusahaan. Dapat
membantu direksi dan manajemen
untuk menyadari dampak dari adopsi
IFRS terhadap elemen intellectual
capital. Dapat mendorong pihak
manajemen agar lebih menekankan
pada aset intellectual untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif
perusahaannya.
Kerangka Konseptual dan
Perumusan Hipotesis
Kerangka konsptual yang
digunakan pada peneltian ini
menggunakandua teori dasar yaitu
teori sinyaldan teori stakeholder,
teori sinyalmenjelaskan bagaimana
perusahaan memberikan sinyal
informasi untuk pasar modal
(Rashid, Ibrahim, Othman, dan See,
2013). Pemberian sinyal informasi
positif dilakukan karena adanya
asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan informasi
tersebut. Pengungkapan intellectual
capital sebagai private information
diharapkan dapat diinterpretasikan
sebagai sinyal positif mengenai
kinerja perusahaan yang mampu
mengurangi asimetri informasi
(Oliveira, Rodrigues, dan Craig,
2010).
Teori stakeholder
menjelaskan bahwa manajemen
diharapkan melakukan aktivitas-
aktivitas yang diharapkan para
stakeholder dan pemegang saham
berhak untuk mengetahui informasi
mengenai aktivitas perusahaan yang
mempengaruhi mereka Menurut teori
stakeholder dalam menjalankan
kegiatan operasional, perusahaan
tidak beroperasi untuk
kepentingannya sendiri, tetapi harus
memberikan manfaat bagi para
stakeholder(Guthrie, Petty, dan
Ricceri, 2006). Dampak dari
penekanan stakeholder membuat
manajemen perusahaan lebih
memilih secara sukarela (voluntary)
untuk mengungkapkan informasi
mengenai aktivitas perusahaan
melebihi dari yang diharuskan oleh
badan berwenang. Informasi tersebut
tidak hanya terkait dengan aktivitas
mencari keuntungan semata, tetapi
informasi yang berkaitan mengenai
aktivitas kinerja lingkungan, sosial
dan intelektualnya juga perlu
diungkapkan (Rafinda et al., 2011).
Pengaruh Penerapan IFRS
Terhadap Tingkat Pengungkapan
Intellectual Capital
Adopsi IFRS berdampak
pada perusahaan-perusahaan yang
ada di Indonesia untuk menerapkan
IFRS. Penerapan IFRS mewajibkan
persyaratan pengungkapan yang
lebih banyak, baik kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan adanya
persyaratan tersebut mendorong
perusahaan-perusahaan Indonesia
untuk melakukan pengungkapan
yang lebih banyak melalui
pengungkapan informasi sukarela
mengenai intellectual
capital.Intellectual capital
merupakan aset pengetahuan yang
dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
pengetahuan yang berhubungan
dengan karyawan (human capital),
pengetahuan yang berhubungan
dengan pelanggan (customer capital)
dan pengetahuan yang berhubungan
dengan perusahaan (organizational
capital)(Bontis, 2001).Penelitian
Liao et al., (2013) menunjukkan
bahwa adopsi IFRS mempengaruhi
tingkat pengungkapan intellectual
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
136
capital, sehingga penerapan IFRS
diduga dapat mempengaruhi tingkat
pengungkapan intellectual capital
pada perusahaan berteknologi tinggi
di Indonesia. Oleh karena itu
hipotesis pertama dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1: Penerapan IFRS Berpengaruh
Terhadap Tingkat
Pengungkapan Intellectual
Capital
Perbedaan Tingkat Pengungkapan
Intellectual Capital Pada Saat
Konvergensi IFRS dan Adopsi
PenuhIFRS
Pelaporan keuangan yang
dibuat berdasarkan IFRS memiliki
transparansi lebih besar. Semakin
besar transparansi dari pelaporan
keuangan berdasarkan IFRS dapat
meningkatkan kemampuan investor
luar untuk memonitor setiap
kesalahan manajemen perusahaan
(Liao et al., 2013). Daske dan
Gebhardt (2006) menunjukkan
bahwa kualitas pengungkapan telah
meningkatdi Austria, Jerman dan
Swiss setelah adopsi IFRS.
Penelitian Daske dan Gebhardt
(2006) dan Liao et al.,
(2013)membuktikan bahwa adopsi
wajib IFRS mampu meningkatkan
pengungkapan intellectual capital
perusahaan. Penelitian ini
memprediksi bahwa perusahaan akan
meningkatkan pengungkapan
intellectual capital setelah adopsi
IFRS secara penuh. Oleh karena itu
hipotesis kedua dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan
pengungkapan intellectual
capital pada saat adopsi penuh
IFRS.
Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008 dan Tahun
2012.Pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang berteknologi tinggi.
Untuk mengkategorikan perusahaan
manufaktur sebagai perusahaan
berteknologi tinggi berdasarkan rasio
capital expenditure dan Research
and Development (R&D).Setelah
melakukan perhitungan rasio capital
expenditure maka sampel yang
digunakan didalam penelitian ini
yaitu perusahaan pada sub-industri
Food and Beverage, Lumber and
Wood Products, Paper and Allied
Products, Chemical and Allied
Products, Plastics and Glass
Products, Electronic and office
equipment, Automotive and Allied
Products, Pharmaceuticals,
Telecomunication. Pemilihan sub-
industri diatas merupakan
perusahaan-perusahaan yang
memiliki nilai rasio capital
expenditure diatas 8.02. Dimana
rasio tersebut diperoleh dari nilai
rata-rata rasio capital expenditure
seluruh perusahaan manufaktur pada
tahun 2008.
Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel
Adoption IFRS
Pemerintah Indonesia sebagai
anggota G20 telah bersepakat untuk
melakukan konvergensi terhadap
IFRS pada Desember 2008. IFRS
digunakan di Indonesia secara penuh
selesai pada tahun 2012(Martani et
al., 2012). Hal tersebut dapat
diartikan bahwa pada saat program
konvergensi perusahaan go public
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
137
belum diwajibkan menggunakan
standar IFRS melainkan masih
mengacu pada standar akuntansi
keuanganPSAK dan setelah itu
Dewan Pengurus Nasional IAI
bersama dengan Dewan Konsultatif
SAK dan DSAK merencanakan
untuk menyusun atau merevisi
PSAK agar secara material sesuai
dengan IFRSyangberlaku secara
keseluruhan atau full adoption pada
tahun 2012 (IAI, 2011).
Intellectual capital Index disclosure digunakan
untuk menghitung jumlah informasi
yang berhubungan dengan aset tak
berwujud dan merujuk pada item-
item pengungkapan intellectual
capital di dalam laporan tahunan.
Pada penelitian ini indeks
pengungkapan intellectual capital
terdiri dari 21 item dengan mengacu
pada penelitian Liao et al. (2013).
Pengukuran variabel dependen dalam
penelitian ini diukur dengan ada
tidaknya pengungkapan intellectual
capital di dalam annual report
masing-masing perusahaan.
Pengungkapan intellectual capital
diberi nilai 1 jika suatu item
ditemukan dalam laporan tahunan
dan nol (0) jika item yang ditentukan
tidak ditemukan dalam laporan
tahunan masing-masing perusahaan.
Tabel 1. Komponen Intellectual Capital
Organizational Capital Relational Capital Human Capital
Intellectual Property:
(Renewal and development focus)
Capital Expenditure
Copyright
Franchise
Marketing Rights
Patens
Research and
development
Customer Focus:
Brand value
Customer list
Customer loyalty
Customer relationships
Growth in market
share
Innovation revenues
Licensing agreements
Market share
Number of customers
Revenue growth
Human Fokus
Employee turnover
Number of
employees
Infrastruktur Assets:
(Process Focus )
Computer Sofware
First mover
Investment in IT
Sumber: (Liao et al., 2013)
Nilai intellectual capital
disclosure diketahui melalui index pengungkapan, yaitu dengan mencari banyaknya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan kemudian membagi jumlah pengungkapan yang seharusnya dilakukan untuk mengetahui score
dari pengungkapan tersebut. Score intellectual capital disclosure dirumuskan sebagai berikut:
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
138
Metode Pengumpulan Data Sampel didalam penelitian ini
dikumpulkan dengan menggunakan metode content analysis. Content analysis adalah teknik pengumpulan data dengan mengkodefikasi informasi kualitatif dan kuantitatif menjadi kategori yang sudah ditentukan untuk mendapatkan pola pengungkapan informasi (Guthrieet al.,2004). Metode content analysis mencari bentuk informasi atau komunikasi dari perusahaan melalui laporan tahunan. Dimana peneliti membaca laporan tahunan perusahaan satu persatu dan mencatat serta menghitung jumlah frekuensi munculnya kata, kalimat atau paragraf yang merefleksikan 21 komponen model intelektual dari penelitian Liao et al., (2013) yang
difokuskan pada 4 kategori, yaitu: customer focus, human focus, process focus, renewal and development focus. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu tingkat pengungkapan intellectual capital, sedangkan variabel independen yang digunakan yaitu: adopsi IFRS, dan variabel kontrol yaitu umur perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage. Model regresi logistik yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis pada penelitian ini adalah:
Keterangan:
Score ICDindex Customer_focus Human_focus Process_focus Research_and_development_focus Age Size Leverage
: tingkat pengungkapan intellectual capital pada laporan tahunan
: item intellectual capital fokus pelanggan : item intellectual capital fokus manusia : item intellectual capital fokus proses : item intellectual capital fokus penelitian dan
pengembangan : Umur perusahaan dari berdiri hingga tahun
laporan tahunan yang diteliti. :Ukuran perusahaan berdasarkan total aktiva
laporan keuangan yang diteliti. : Leverage perusahaan yang dihitung dari total
hutang dibagi total modalsendiri pada tahun laporan keuangan yang diteliti
Hasil Penelitian
Pengujian tingkat pengungkapan intellectual capital menggunakan sampel yang
digunakan adalah perusahaan manufaktur yang berteknologi tinggi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008
0 + β1,kCustomer_focusi,j,k + β2,kHuman_focusi,j,k +
β3,kProcess_focusi,j,k + β4,kResearch_and_development_focusi,j,k + β5Agei,j+ β6Sizei,j+
β7levgi,j+ εi,t
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
139
dan 2012. Perusahaan manufaktur telah diseleksi berdasarkan rasio capital expenditure dan R&D untuk mendapatkan perusahaan yang berteknologi tinggi. Setelah dilakukan seleksi atas populasi penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka terdapat 48 perusahaan yang dijadikan sampel. Sampel penelitian meliputi 8 perusahaan Food and Beverage, 3 perusahaan Tobacco manufacture, 1 perusahaanLumber and Wood
Products, 1 perusahaanPaper and Allied Products, 4 perusahaanPlastics and Glass Products, 3 Perusahaan Cement, 10 perusahaanAutomotive and Allied Products, 3 perusahaan Photographic Equipment, 4 perusahaanChemical and Allied Products, 3 perusahaanElectronic and office equipment, 6 perusahaanPharmaceuticals dan 2 perusahaanCunsomer Good.
Tabel 2.Iktisar Pemilihan Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 151
Perusahaan tidak termasuk dalam kategori (56)
Perusahaan termasuk dalam kategori berteknologi tinggi 99
Perusahaan laporannya tidak lengkap tahun 2008 dan 2012 ( 8)
Perusahaan tidak menerbitkan annual repport (43)
Jumlah Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian 48
Adopsi IFRS Hasil pengujian statistik deskriptif dari adopsi IFRS disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Frekuensi IFRS
Frequency Percent
Konvergensi
IFRS
48 50.0
Adopsi
Penuh IFRS
48 50.0
Total 96 100.0 (Sumber: Data Output IBM SPSS 21, 2016)
Berdasarkan data output diatas diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan didalam penelitian ada 96 dengan persentase 100%. Jumlah perusahaan yang melakukan konvergensi IFRS tahun 2008 ada
48 dengan persentase 50%, sedangkan perusahaan yang melakukan adopsi IFRS tahun 2012 ada 48 dengan persentase 50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2008 semua perusahaan belum diwajibkan menggunakan IFRS dan pada tahun 2012 semua perusahaan telah wajib menggunakan IFRS. Pengaruh Adopsi IFRS Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
Hipotesis pertama yang diuji adalah pengaruh adopsi IFRS terhadap pengungkapan intellectual capital. Koefisien determinasi menunjukkan besarnya adjusted R Square adalah 0.307, hal tersebut menunjukkan bahwa adopsi IFRS mampu menjelaskan pengungkapan
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
140
intellectual capital sebesar 30.7%, sedangkan sisanya 69.3% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. Nilai Standar Error of estimate (SEE) sebesar 11.47640%,
hal ini menunjukkan semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
. Tabel 4. Koefisien Determinasi Adopsi IFRS terhadap Pengungkapan Intellectual
Capital
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .561a .314 .307 11.47640
a. Predictors: (Constant), DIFRS
(Sumber: Data Output IBM SPSS 21, 2016)
UjiStatistik t
Pengaruh adopsi IFRS terhadap pengungkapan intellectual
capital dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 5. Regresi Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Pengungkapan Intellectual
Capital
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 51.191 1.656 30.903 .000
DIFRS 15.377 2.343 .561 6.564 .000
a. Dependent Variable: Pengungkapan Intellectual Capital
(Sumber: Data Output IBM SPSS 21, 2016)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Hasil pengujian
H1menunjukkan nilai t hitung sebesar 6.564, yang mana nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 1.985. Nilai probabilitas signifikansi untuk DIFRS sebesar 0.000 dan nilai tersebut lebih kecil dari 0.05. Hal tersebut mendukung hipotesis 1 yang menunjukkan bahwa adopsi IFRS mempunyai pengaruh
signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital.
Hipotesis kedua yang akan diuji adalah perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital pada saat konvergensi IFRS dan adopsi penuh IFRS. Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan menggunakan alat analisis uji beda t test. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji Beda T-
Pengungkapan intellectual capital = 51.191 + 15.377DIFRS
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
141
test sampel berhubungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6. Hasil Uji Beda Pengungkapan Intellectual Capital Sebelum dan
Sesudah Adopsi Penuh IFRS
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
Pengungkapan Intellectual Capital Sebelum Adopsi IFRS
51.1869 48 11.81005 1.70463
Pengungkapan Intellectual Capital Setelah Adopsi IFRS
66.5673 48 11.13564 1.60729
(Sumber: Data Output IBM SPSS 21, 2016)
Berdasarkan hasil uji beda t-
test menunjukkan bahwa rata-rata pengungkapan intellectual capital perusahaan sebelum adopsi penuh IFRS sebesar 51.1869%, sedangkan rata-rata pengungkapan intellectual capital perusahaan sesudah adopsi
penuh IFRS sebesar 66.5673 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan intellectual capital perusahaan sebelum dan sesudah adopsi IFRS mengalami peningkatan dari 51.1869% menjadi 66.5673 %.
Tabel 7Hasil Uji Beda Pengungkapan Intellectual Capital Sebelum dan
Sesudah Adopsi Penuh IFRS
t df Sig. (2-
tailed)
Pair 1
Pengungkapan Intellectual Capital Sebelum Adopsi IFRS - Pengungkapan Intellectual Capital Setelah Adopsi IFRS
-15.771 47 .000
(Sumber: Data Output IBM SPSS 21, 2016)
Dari tabel menunjukkan nilai
Sig (2 tailed) sebesar (0.000), karena nilai probabilitas (0.000 < (0.05) jadi dapat disimpulkan bahwa H2 diterima. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara absolut dan secara statistik antara pengungkapan intellectual capital perusahaan sebelum dan sesudah adopsi penuh IFRS.
Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian
pembahasan disajikan dalam dua bagian yaitu bagian pertama membahas pengaruh adopsi IFRS terhadap pengungakapan intellectual capital (H1) dan bagian kedua membahas perbedaaan pengungkapan intellectual capital sebelum adopsi penuh IFRS dan sesudah adopsi penuh IFRS (H2).
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
142
Pengaruh Adopsi IFRS Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Liao et al., (2013)yang menyatakan bahwa adopsi IFRS mampu meningkatkan praktek pengungkapan intellectual capital perusahaan. Hal tersebut dikarenakan IFRS memperketat persyaratan dalam pengungkapan untuk meningkatkan transparansi perusahaan dan mencerminkan keadaan ekonomi yang sebenarnya.Program konvergensi IFRS mewajibkan penggunaan persyaratan dalam pengungkapan informasi yang lebih banyak, baik kualitatif maupun kuantitatif. Dengan adanya persyaratan tersebut meningkatkan daya informasi laporan perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui pengungkapan informasi intellectual capital ysng dimilikinya. Perbedaan Pengungkapan Intellectual Capital Sebelum Adopsi penuh IFRS dan Sesudah Adopsi Penuh IFRS
Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara pengungkapan intellectual capital pada saat adopsi penuh IFRS dan sebelum adopsi penuh IFRS.Dari output SPSS yang ditunjukkan diatas diketahui bahwa nilai Sig (2 tailed) untuk pengungkapan intellectualcapital sebelum adopsi IFRS - pengungkapan Pengungkapan intellectual capital sesudah adopsi penuh IFRS lebih tinggi bila dibandingkan pengungkapan intellectual capital sebelum adopsi penuh IFRS. Hasil penelitian ini sejalan dengan pengujian (Liao et
al., 2013) yang menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan intellectual capital lebih tinggi setelah adopsi penuh IFRS. Hal ini dikarenakan pada saat program konvergensi IFRS tahun 2008, perusahaan di Indonesia belum diwajibkan menggunakan standar IFRS melainkan masih mengacu pada standar akuntansi keuangan lokal (Kustina, 2012).
Pada tahun 2008 tersebut DSAK dan IAI melakukan persiapan terhadap standar PSAK menuju IFRS. Sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusun atau merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IAS atau IFRS. Hal ini menunjukkan bahwa IAI mencanangkan IFRS akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009).Adopsi penuh IFRS tahun 2012 diwajibkan bagi setiap perusahaan Indonesia yang telah go publlik. Berdasarkan hasil pengujian diatas terbukti bahwa adopsi IFRS mampu meningkatkan kesadaran perusahaan Indonesia sangat pentingnya informasi mengenai intellectual capital bagi pihak internal dan pihak eksternal. Simpulan
Hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu penelitian ini menggunakan data tahun 2008 dan 2012 dengan 48 sampel perusahaan manufaktur berteknologi tinggi yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif dapat dilihat bahwa rata-
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
143
rata tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan cukup tinggi sebesar 58.87 %. Pengungkapan intellectual capital tertinggi sebesar 90.48% dilakukan oleh PT Unilever Indonesia Tbk dan terendah sebesar 19.05% oleh PT Aneka Kemasindo Utama Tbk. Pengujian hipotesis membuktikan adopsi IFRS mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini sejalan dengan penelitian Liao et al., (2013) yang menyatakan bahwa adopsi IFRS mampu meningkatkan praktek pengungkapan intellectual capital perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Uji Beda T-test sampel berhubungan diketahui bahwa secara statistik pengungkapan intellectual capital sesudah adopsi penuh IFRS lebih tinggi (66.56%) bila dibandingkan pengungkapan intellectual capital sebelum adopsi penuh IFRS (51.18%). sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital pada saat adopsi penuh IFRS diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan pengujian (Liao et al., 2013)yang menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan intellectual capital lebih tinggi setelah adopsi penuh IFRS pada perusahaan berteknologi tinggi.
Keterbatasan pada penelitian ini diantaranya penelitian ini dilakukan hanya pada periode awal penerapan IFRS sehingga perusahaan yang menjadi sampel sangat sedikit dan belum maksimal.Penelitian mengenai penerapan IFRS masih dilakukan pada perusahaan dengan spesifikasi menggunakan teknologi tinggi dan
belum dilakukan perbandingan pada perusahaan dengan bidang berbeda. Penelitian mengenai penerapan IFRS dan pengaruhnya terhadap pengungkapan intellectual capital masih memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut yaitu dengan menambah jumlah sampel tahun yang diteliti sehingga hasil penelitian lebih dapat menggambarkan dampak penerapan intellectual capital pada masa sebelum dan sesudah mandatory disclosure IFRS.
Referensi Bontis, N. (2001). Assessing
knowledge assets: a review of the models used to measure intellectual capital. International Journal of Management Reviews, 3(1), 41–60. https://doi.org/10.1111/1468-2370.00053
Bukh, P. N. (2003). The relevance of intellectual capital disclosure: a paradox? Accounting, Auditing & Accountability Journal, 16(1), 49–56. https://doi.org/10.1108/09513570310464273
Canibano, L., Garcia Ayuso, M., & Sanchez, P. (2000). Accounting for Intangibles: A Literature Review. Journal of Accounting Literature, 102–130. Retrieved from http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.0-84884125193&partnerID=40&md5=d300d5e2b3c36305bc99110a23cce060
Daske, H., & Gebhardt, G. (2006). International financial reporting standards and experts’ perceptions of disclosure quality. Abacus,
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
144
42(3–4), 461–498. https://doi.org/10.1111/j.1467-6281.2006.00211.x
Guthrie, J., Petty, R., & Ricceri, F. (2006). The voluntary reporting of intellectual capital: Comparing evidence from Hong Kong and Australia. Journal of Intellectual Capital, 7(2), 254–271. https://doi.org/10.1108/14691930610661890
Indonesia, Ikatan. Akuntan. Standart Akuntansi Indonesia (2009).
Indonesia, Ikatan. Akuntan. Standart Akuntansi Indonesia (2010).
Indonesia, Ikatan. Akuntan. Standar Akuntansi Indonesia (2011).
Liao, P. C., Chan, a. L.-C., & Seng, J.-L. (2013). Intellectual capital disclosure and accounting standards. Industrial Management and Data Systems, 113(8), 1189–1205. https://doi.org/10.1108/IMDS-01-2013-0026
Martani, D., Siregar, S. V., Wardhani, R., Farahmita, A., Tanujaya, E., & Hidayat, T. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis IFRS. Salemba Empat.
Oliveira, L., Rodrigues, L. L., & Craig, R. (2010). Intellectual capital reporting in sustainability reports. Journal of Intellectual Capital, 11(4), 575–594. https://doi.org/10.1108/14691931011085696
Petreski, M. (2005). The Impact of International Accounting Standards on Firms. Retrieved from http://journal.globejournal.org
/index.php/GBERJ/article/view/118
Rafinda, A., Pramuka, B. A., & Kusuma, P. D. I. (2011). Tren Dan Variasi Intellectual Caputal Disclosure Pada Perusahaan-Perusahaan Perbankan Di Eropa. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 21–22.
Rashid, A. A., Ibrahim, M. K., Othman, R., & See, K. F. (2013). IC disclosures in IPO prospectuses: evidence from Malaysia. Journal of Intellectual Capital, 13(1), 1–56. https://doi.org/10.1108/14691931211196213
Stephani, T., & Yuyetta, E. N. A. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi intellectual capital disclosure (ICD). Jurnal Akuntansi Dan Auditing, 7(2), 111–121.
Sutanto, F. D. P., & Supatmi. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Sosial Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 22, 2. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Utami, W. D., Suhardjanto, D., & Hartoko, S. (2013). Investigasi Dalam Konvergensi IFRS Di Indonesia : Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dan Kaitannya Dengan Mekanisme Corporate Governance. SNA.Akuntansi.Unikal.ac.id, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Zulkarnaen, E. I., & Mahmud, A. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan
p-ISSN 2086-3748
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan (JIMAT)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2016
145
Intellectual Capital. Jurnal Dinamika Akuntansi, 5(1), 79–
85.