pengaruh ph terhadap toksisitas pencemaran...

12
PENGARUH pH TERHADAP TOKSISITAS PENCEMARAN WATER ACCOMMODATED FRACTION (WAF), CHEMICALLY ENHANCED WATER ACCOMMODATED FRACTION(CEWAF) DARI MINYAK SOLAR DAN DISPERSAN PADA UDANG VANAME (Lithopenaeus vannamei) Artikel Ilmiah Risris Kemalawati NIM. 135080600111081 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: trankhanh

Post on 12-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH pH TERHADAP TOKSISITAS PENCEMARAN WATER ACCOMMODATED FRACTION (WAF), CHEMICALLY ENHANCED

WATER ACCOMMODATED FRACTION(CEWAF) DARI MINYAK SOLAR DAN DISPERSAN PADA UDANG VANAME (Lithopenaeus

vannamei)

Artikel Ilmiah

Risris Kemalawati NIM. 135080600111081

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN

KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Pengaruh pH terhadap Toksisitas Pencemaran WaterAccommodated Fraction (WAF), Chemically Enhanced WaterAccommodated Fraction (CEWAF) dari Minyak Solar dan Dispersant pada Udang Vaname

(Lithopenaeus Vanname) Risris Kemalawati1, Guntur MS2, M. Arif Asadi2

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Abstrak

Penurunan pH perairan mempengaruhi kehidupan biota laut terlebih biota yang dalam siklus hidupnya memerlukan CaCO3. Penurunan populasi biota laut juga banyak disebabkan karena pencemaran. Water Accommodated Fraction (WAF) dan Chemically Enhanced Water Accommodated Fraction (CEWAF) merupakan bahan kimia yang banyak digunakan untuk uji toksisitas biota perairan yang tercemar minyak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kandungan PAH pada WAF dan CEWAF, mengetahui perbedaan kondisi pH dan konsentrasi WAF, CEWAF dan dispersan yang mempengaruhi mortalitas udang vaname, serta mengetahui LC50 dari WAF, CEWAF dan dispersan terhadap udang vaname. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% untuk WAF dan 0%, 4%, 8%, 16% dan 32% untuk CEWAF dan Dispersan selama 72 jam. Analisis probit dilakukan untuk mengetahui LC50, PAH dianlisis dengan menggunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 jenis PAH dalam WAF dengan total PAH sebesar 0,8411 ppm sedangkan terdapat 8 jenis PAH dalam CEWAF dengan total PAH sebesar 3,1636 ppm. Semakin tinggi konsentrasi WAF, CEWAF dan Dispersan dengan kondisi pH yang semakin rendah menyebabkan mortalitas udang semakin tinggi. Konsentrasi WAF, CEWAF dan dispersan selama 72 jam yang mematikan 50% L.vannamei dengan pH 6,5 berturut – turut adalah 197,7g/L, 11,059g/L dan 0,63g/L. Sedangkan pada kondisi pH 8,5 berturut – turut adalah 227g/L, 17,566g/L, 0,546g/L dan semua bersifat tidak toksik. Meski demikian, penggunaan dispersan dalam pencemaran minyak menyebabkan tingkat toksisitas lebih tinggi dibandingkan minyak itu sendiri.

Kata kunci : WAF, CEWAF, Dispersan, L.vannamei, Mortalitas

The Influence of pH on Water Accommodated Fraction (WAF), Chemically Enhanced Water Accommodated

Fraction (CEWAF) of Diesel Oil and Oil Dispersant Toxicity to the Whiteleg Shrimp (Lithopenaeus Vanname)

Abstract

Decrease in pH waters affect the life of marine biota especially requires CaCO3. The decline in marine biota population is also due by pollution. Water Accommodated Fraction (WAF) and Chemically Enhanced Water Accommodated Fraction (CEWAF) is a chemical widely used for toxicity test in oil pollution. This study was conducted to determine the difference of PAH content in WAF and CEWAF, to know the difference of pH conditions and concentrations by WAF, CEWAF and dispersants affecting whiteleg shrimp mortality, and to know LC50 from WAF, CEWAF and dispersant of L. vannamei. Toxicity tests were performed using 0%, 25%, 50%, 75% and 100% concentrations of WAF and 0%, 4%, 8%, 16% and 32% of CEWAF and Dispersant up to 72 hours. Probit analysis was used to determine LC50, PAH analyzed by GCMS. The results showed there are 9 types of PAH in WAF with 0.8411 ppm concentration, whereas there are 8 types of PAH in CEWAF with 3,1636 ppm concentration. The higher concentrations of WAF, CEWAF and Dispersant with lower pH conditions lead to higher mortality. Concentrations of WAF, CEWAF and dispersants for 72 hours that killed 50% L.vannamei of pH 6.5 were 197.7gL-1, 11.059gL-1 and 0.63gL-1, respectively. Whereas at conditions of pH 8.5 are 227gL-1, 17,566gL-1, 0.546gL-1 are non-toxic. However, use of dispersants in oil pollution causes higher levels of toxicity than the oil itself.

Key word: WAF, CEWAF, Dispersan, L.vannamei, Mortality

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

1. Pendahuluan

Kenaikan suhu permukaan laut diiringi

dengan naiknya konsentrasi karbondioksida

[CO2].Naiknya CO2 diikuti dengan kenaikan

kadar asam atau penurunan konsentrasi ion

hidrogen [H+]. Penurunan konsentrasi ion

hidrogen telah mencapai 0,1 lebih rendah di

abad 20 dibandingkan dengan masa

praindustri. Penurunan pH tersebut akan

berpengaruh terhadap kehidupan biota laut.

Terlebih biota yang memerlukan kalsium

karbonat dalam siklus hidupnya (James, et al.,

2005).

Telah dibuktikan, tidak hanya asidifikasi

yang berdampak negatif terhadap ekologi laut.

Aktivitas lalu lintas kapal di lautan juga

menjadi potensi penting bagi pencemaran

ekologi maritim. Terutama insiden-insiden

kebocoran kapal yang kerap memuntahkan

kandungan minyak dari tanker sehingga

terbuang ke laut, baik akibat kecelakaan karena

tabrakan antara sesama kapal maupun karena

benturan dengan karang atau gunung es

(Misran, 2002).

Pencemaran laut yang disebabkan oleh

adanya tumpahan minyak tersebut dapat

merugikan organisme laut karena mengandung

campuran hydrocarbon complex (termasuk alkana,

cycloalkana, dan aromatic hydrocarbon) dan non-

hydrocarbon (termasuk aspal dan resin) (Jiang, et

al., 2010). Minyak dapat masuk kedalam tubuh

organisme melalui rantai makanan, insang atau

melalui difusi permukaan kulit, akibatnya

minyak tersebut dapat terserap kedalam

jaringan bioakumulasi dan pada konsentrasi

tertentu akan merusak organ – organ tertentu

dalam tubuh (Hainsworth, 2001).

Salah satu cara penanggulangan

pencemaran laut akibat tumpahan minyak

adalah dengan pemberian bahan kimia

dispersan. Dispersan merupakan campuran

surfaktan (bahan aktif) dalam pelarut yang

memberikan kontribusi untuk membentuk

tetesan minyak menjadi lebih kecil sehingga

dapat bercampur dengan air kemudian akan

terdegradasi (Brandvik et al., 2006).

Penggunaan dispersan dalam penanganan

tumpahan minyak memang efektif untuk

menghilangkan minyak dari permukaan laut,

namun campuran minyak dan dispersan atau

yang disebut Chemically Enhanced Water

Accommodated Fraction (CEWAF) sangat

bersifat toksik bagi beberapa spesies

fitoplankton dibandingkan campuran minyak

dengan air laut sendiri yang disebut Water

Accommodated Fraction (WAF) (Asadi et al.,

2016). Maka, untuk mengetahui pengaruhnya

terhadap organisme lain dilakukan penelitian

ini dengan menggunakan udang vaname.

Organisme yang secara langsung terkena

dampak asidifikasi seperti terumbu karang,

kelompok hewan crustacea dan kelompok

organisme lain yang dalam siklus hidupnya

membutuhkan CaCO3 akan mengalami

pengikisan bagian tubuh atau degradasi

kemampuan bertahan hidup (Richards, et al.,

2015). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan

untuk Mengetahui perbedaan kandungan

PAH dalam WAF dan CEWAF, mengetahui

pengaruh perbedaan konsentrasi pemberian

minyak solar serta dispersan dengan kondisi

pH yang berbeda terhadap mortalitas udang

vaname (Lithopenaeus vannamei), mengetahui

nilai LC50 72 jam yang dihasilkan oleh WAF

dan CEWAF dari minyak solar serta dispersan

terhadap udang vaname (Lithopenaeus

vannamei).

2. Metode

Metode yang digunakan dalam peelitian ini

adalah metode eksperimen dengan

menggunakan uji toksisitas akut terhadap

biota uji. Uji toksisitas dilakukan dengan

menggunakan 12 ekor udang selama 72 jam

dengan pengamatan setiap 6 jam, 12 jam, 24

jam, 36 jam, 48 jam dan 72 jam. Uji toksisitas

dilakukan terhadap udang vaname

(Lithopenaeus Vanname) oleh tiga bahan kimia

yaitu Water Accommodated Fraction (WAF),

Chemically Enhanced Water Accommodated

Fraction (CEWAF) dari minyak solar dan

dispersan.

WAF dibuat dengan mencampurkan air

laut dengan minyak solar dengan rasio

perbandingan 1:10 kemudian dihomogenkan

dengan menggunakan magnetic stirer selama

24 jam dengan kecepatan 4rps. CEWAF

dibuat dengan mencampurkan air laut, minyak

solar dan dispersan dengan rasio

perbandingan 1:10:200 kemudian

dihomogenkan dengan menggunakan

magnetic stirer selama 20 jam dengan

menggunakan kecepatan 8rps. Sedangkan

campuran dispersan dibuat dengan

menggunakan air laut dan dispersan dengan

rasion perbandingan 1:200 dan dihomogenkan

selama 1 jam.

Bahan kimia yang telah siap digunakan,

terlebih dahulu dilakukan uji dengan

menggunakan High Performance Liquid

Chromatography(HPLC) dengan metode GCMS

untuk mengetahui kandungan Polycyclic aromatic

hydrocarbon (PAH) apa saja yang terdapat

dalam bahan kimia tersebut. Pengujian ini

dilakukan di laboratorium Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIP), Jakarta.

Uji toksisitas kemudian dilakukan dalam

tabung erlenmeyer 500 ml dengan konsentrasi

0% (kontrol), 25%, 50%, 75% dan 100%

untuk WAF dan 0% (kontrol), 4%, 8%, 16%

dan 32% untuk CEWAF dan dispersan

masing-masing 3 kali pengulangan untuk dua

kondisi pH yaitu 6,5 dan 8,5. Pengujian

dilakukan terhadap 12 sampel udang vaname

dengan ukuran berat 0,06 (±0,02) gram dan

panjang 3,26 (±0,02) cm selama 72 jam

dengan waktu pengamatan setiap 6 jam, 12

jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam dan 72 jam. Setiap

kali pengamatan dihitung jumlah udang yang

masih hidup secara langsung dengan setiap

pengamatandilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan. Berikut merupakan tabel

konsentrasi untuk setiap bahan kimia yang

digunakan dalam setiap pengujian.

Tabel 1. Prosedur Perlakuan Uji Toksisitas WAF

No. Konsentrasi Jumlah udang (ekor)

Ari Laut (ml)

WAF (ml)

1 0% 12 500 0

2 25% 12 375 125

3 50% 12 250 250

4 75% 12 125 375

5 100% 12 0 500

Tabel 2. Prosedur Perlakuan Uji Toksisitas CEWAF/Dispersan

No. Konsentrasi Jumlah udang (ekor)

Ari Laut (ml)

C/D*

1 0% 12 500 0

2 4% 12 480 20

3 8% 12 460 40

4 16% 12 340 80

5 32% 12 0 160

*C: CEWAF, D: Dispersan

Analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis probit dan analisis

statistik. Analisis probit dilakukan untuk

mengetahui nilai LC50 72 jam sedangkan

analisis statistik digunakan untuk mengetahui

signifikansi dari data hasil pengamatan.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Kandungan PAH dalam WAF dan

CEWAF

Tabel kandungan PAH dalam WAF dan

CEWAF dapat dilihat pada Lampiran 1.

Terdapat 9 jenis PAH dalam WAF dan 8 jenis

PAH dalam CEWAF. Total PAH pada WAF

dan CEWAF pun memiliki perbedaan yang

tinggi dengan total kandungan PAH pada

CEWAF sebesar 3,1636 ppm sedangkan total

kandungan PAH pada WAF sebesar 0,8411

ppm. Akumulasi PAH dalam perairan

berkurang secara signifikan setelah mendapat

penambahan dispersan (Norregaard et al.,

2015).

3.2 Mortalitas Udang Vaname Setiap

Pengujian

a. Mortalitas Udang pada Perlakuan Uji

WAF dengan pH 6,5 dan pH 8,5

Grafik mortalitas pengujian WAF dapat

dilihat pada Lampiran 2. Rata – rata kematian

udang dalam perlakuan uji WAF dengan pH

6,5 dan pH 8,5 selama 72 jam terjadi secara

beragam. Jumlah kematian tertinggi terjadi

pada pengamatan yang dilakukan pada 24 jam

dalam konsentrasi WAF 50%. Sementara pada

pH 8,5 kematian tertinggi terjadi pada waktu

24 jam dalam konsentrasi 100%.

b. Mortalitas Udang pada Perlakuan Uji

CEWAF dengan pH 6,5 dan pH 8,5

Grafik mortalitas pengujian CEWAF

dapat dilihat pada Lampiran 3. Rata – rata

kematian udang dalam perlakuan uji CEWAF

dengan pH 6,5 dan pH 8,5 selama 72 jam

terjadi secara beragam. Jumlah kematian

tertinggi pada pengujian dengan pH 6,5 terjadi

pada pengamatan yang dilakukan pada 6 jam

dalam konsentrasi CEWAF 32%. Sedangkan

pada pengujian dengan pH 8,5 terjadi pada

pengamatan 6 jam dan 12 jam dalam

konsentrasi 32%.

c. Mortalitas Udang pada Perlakuan Uji

Dispersan dengan pH 6,5 dan pH 8,5

Grafik mortalitas pengujian dispersan

dapat dilihat pada Lampiran 4. Rata – rata

kematian udang dalam perlakuan uji

Dispersan dengan pH 6,5 dan 8,5 selama 72

jam terjadi secara beragam. Jumlah kematian

tertinggi pada pengujian dengan pH 6,5 dan

pH 8,5 terjadi pada pengamatan yang

dilakukan pada 6 jam dalam konsentrasi

dispersan 32%.

Dari seluruh data yang disajikan dalam

grafik mortalitas, dapat dilihat rata – rata

kematian udang terjadi pada awal pemaparan.

Terlebih pada perlakuan uji CEWAF dan

dispersan. Efek paparan yang disebabkan oleh

WAF, CEWAF dan dispersan tersebut

merupakan efek jangka pendek atau disebut

juga akut.

Efek toksik yang disebabkan oleh minyak

terjadi diawal tumpahan minyak karena

terdapat molekul yang lebih kecil dan mudah

menguap dalam minyak dan cepat hilang

karena penguapan tapi bisa juga dikarenakan

mudah larut dalam

air dan menciptakan toksisitas air dalam

jangka pendek sebelum mengalami

pengenceran dan terdegradasi secara alami

(Anis and Siddiqui, 2015).

3.3 Analisis Data

Tabel 3. Hasil Anialisis Two Way ANOVA untuk Uji Toksisitas Akut

Source DF AdjSS Adj MS

F-Value

P-Value

Faktor 5 24.83 4.966

2.19 0.065

Konsentrasi

8 570.23 71.279

31.37

0.000

Error 76 172.70 2.272

Lack-of-Fit

16 29.37 1.835

0.77 0.713

Pure Error

60 143.33 2.389

Total 89 1131.16

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian

bahan kimia dengan konsentrasi yang berbeda

dalam perlakuan pengujian berpengaruh nyata

terhadap mortalitas udang vaname. Dengan

demikian, hipotesa yang didapat adalah tolak

H0 dan terima H1 yang artinya semakin tinggi

konsentrasi pengujian, maka mortalitas udang

vaname semakin tinggi pula.

Paparan minyak di perairan akan

menyebabkan toksik jika terdapat dalam

jumlah banyak. Semakin tinggi kadar minyak

dalam perairan maka akan semakin toksik

perairan tersebut dan akan menimbulkan bau

minyak yang juga akan mencemari udara

sekitar. Batas maksimum toleransi air laut

terhadap tumpahan minyak adalah 0,001 –

0,01 ppm (Misran, 2002). Keberlangsungan

hidup copepoda pada pengujian dispersan

jenis corexit 9500 mengalami penurunan

seiring dengan bertambahnya konsentrasi.

Pada konsentrasi 1% dan 5% fekunditas

mengalami penurunan dibandingan pada

kontrol. Adapun copepoda yang berhasil

hidup, masa kehidupannya tidak sampai dewas

(Lee et al., 2013).

Dari hasil analisa pada Tabel 3

menunjukkan bahwa kondisi pH yang berbeda

tidak mempengaruhi mortalitas udang

vaname. Oleh karena itu, diperlukan uji Tukey

sebagai uji lanjutan untuk mengetahui

signifikansi dari data tersebut.

Gambar 1. Grafik Interval Signifikansi

Pengaruh Perbedaan Bahan Kimia dengan Kondisi pH yang Berbeda

Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pengaruh pengujian bahan kimia

dengan kondisi pH 6,5 dan pH 8,5 walaupun

dalam pengujian CEWAF dan dispersan tidak

terlalu signifikan. Hal tersebut dikarenakan

dalam masa pengujian kedua bahan kimia

tersebut, jumlah mortalitas udang vaname

tidak terlalu berbeda. Hasil uji Tukey untuk

mengetahui perbedaan pengaruh bahan kimia

dengan pH yang berbeda ditunjukkan pada

tabel 10. Pada kondisi pH 6,5 mortalitas

udang dalam setiap pengujian lebih tinggi

dibandingkan pada pengujian dengan pH 8,5.

Semakin rendah nilai pH suatu perairan,

kandungan oksigen perairan tersebut juga

akan semakin rendah. Hal tersebut juga akan

menurunkan populasi organisme perairan.

Hewan kecil seperti bakteri juga rentan

terhadap penurunan nilai pH (Padmono,

2007). Asidifikasi yang terus terjadi

menurunkan nilai pH perairan yang berakibat

pada penurunan populasi hewan yang dalam

WAF 8.5WAF 6.5DISPERSANT 8.5DISPERSANT 6.5CEWAF 8.5CEWAF 6.5

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

Faktor

Mo

rtali

tas

Interval Plot of Mortalitas vs Faktor95% CI for the Mean

The pooled standard deviation was used to calculate the intervals.

siklus hidupnya memerlukan CaCO3 seperti

udang dan kerang (Richards et al., 2015).

3.4 Nilai LC50 setiap Pengujian

Pengaruh pemberian WAF, CEWAF dan

dipersan pada konsentrasi 25%, 50%, 75%

dan 100% untuk WAF dan konsentrasi 4%,

8%, 16% dan 32% untuk CEWAF dan

dispersan dianalisis dengan menggunakan

analisis probit. Analisis probit dilakukan untuk

mengetahui LC50 72 jam suatu bahan

pengujian. Analisis probit diperoleh dengan

cara membuat persamaan regresi antara log

konsentrasi sebagai variabel independen

dengan nilai probit sebagai variabel dependen.

Persamaan tersebut terbuat karena adanya

hubungan antara log konsentrasi dengan nilai

probit. Setelah persamaan regresi didapatkan,

nilai LC50 diperoleh dari antilog X setelah

dihitung melalui fungsi linear 5 = a + bx.

Nilai LC50 didapatdengan cara

memecahkan persamaan garis lurus

yang didapat setelah mengetahui hubungan

nilai probit dengan nilai log konsentrasi.

Dimana nilai y merupakan nilai probit 50%

dari persentase kematian, lalu nilai X

merupakan log konsentrasi dan antilog X

merupakan nilai LC50. Grafik regresi linear

pengujian disajikan pada Lampiran 5.

Konversi nilai konsentrasi bahan kimia

yang mampu membunuh 50% sampel udang

dilakukan dengan cara mengalikan hasil analisa

probit dengan perbandingan pembuatan stok

bahan kimia. Semua pengujian toksisitas

akuatik kuantitatif. Penilaian didasarkan pada

konsep dosis respons (biasanya diukur dalam

bagian per juta [ppm] atau mg/L; dan bagian

per miliar [ppb] atau μg/L). Potensi

mematikan suatu bahan kimia dapat dilihat

dari nilai jumlah kematian hewan uji. Semakin

rendah konsentrasi bahan pengujian, maka

tingkat toksisitas bahan kimia tersebut

semakin tinggi. Sebaliknya, jika semakin tinggi

konsentrasi (LC50) bahan pengujian, maka

semakin rendah kemampuan toksisitas bahan

kimia (Anis and Siddiqui, 2015).

4. Kesimpulan dan saran

4.1 Kesimpulan

1. Terdapat 9 jenis PAH dalam WAF dengan

total PAH sebesar 0,8411 ppm sedangkan

terdapat 8 jenis PAH dalam CEWAF

dengan total PAH sebesar 3,1636 ppm.

2. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan

konsentrasi WAF, CEWAF dan

Dispersan dengan kondisi pH yang

berbeda terhadap keberlangsungan hidup

udang vaname (Lithopenaeus vannamei).

Dimana semakin tinggi konsentrasi WAF,

CEWAF dan dispersan yang digunakan

serta semakin rendah nilai pH dalam

pengujian, maka mortalitas udang vaname

semakin tinggi.

3. Konsentrasi WAF, CEWAF dan dispersan

yang mampu membunuh 50% udang

vaname (Lithopenaeus vannamei) dengan pH

6,5 berturut – turut adalah 197,7g/L,

11,059g/L dan 0,63g/L. Sedangkan pada

kondisi pH 8,5 berturut – turut adalah

227g/L, 17,566g/L, 0,546g/L.

4.2 Saran

1. Perlu ada penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan ukuran udang ataupun biota

uji lainnya yang lebih besar agar dapat

dilakukan analisis histopatologi untuk

mengetahui kerusakan pada jaringan tubuh

biota uji.

2. Pada saat pengujian sebaiknya dilakukan

secara bersamaan untuk setiap bahan

kimia, konsentrasi dan kondisi pH. Karena

jika dalam waktu yang berbeda, ditakutkan

terjadi perbedaan ukuran atau daya tahan

biota uji.

3. Sebaiknya ada penelitian lanjutan yang

lebih spesifik untuk mengetahui senyawa

PAH apa saja yang dapat membunuh biota

uji.

Daftar Pustaka

Anis, M.D., Siddiqui, T.Z., 2015. Issues Impacting Sustainability in the Oil and Gas Industry. J. Manag. Sustain. 5, 115

Brandvik, P. J., Sorheim, K. R., Singsaas, I., & Reed, M., 2006. Short State-of-the Art Report on Oil Spill in Ice Infested Waters Oil Behaviour and Response Options. JIP Rep. SINTEF. Materials and Chemistry , 58-63.

Hainsworth, F., 2001. Animal Physocology Adaptations in Function. . London: Addison Wesley Publishing Company, Inc.

James, C. O., Fabry, V. J., Aumont, O., Bopp, L., Doney, S. C., Feely, R. A., et al.,

2005. Anthropogenic Ocean Acidification Over The Twenty-First Century and its Impact on Calcifying Organisms. Nature , Vol. 437.

Lee, K.-W., Shim, W.J., Yim, U.H., Kang, J.-H., 2013. Acute and chronic toxicity study of the water accommodated fraction (WAF), chemically enhanced WAF (CEWAF) of crude oil and dispersant in the rock pool copepod Tigriopus japonicus. Chemosphere 92, 1161–1168. doi:10.1016/j.chemosphere.2013.01.080

Misran, E., 2002. Aplikasi Teknologi Berbasis Membran dalam Bidang Bioteknologi Kelautan: Pengendalian Pencemaran . Medan: USU Digital Librabry.

Padmono, D., 2007. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggaan (Buffer Capacity) dalam Sistem Anaerobik Fixed BED. Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 8 No. 2 , 119-127.

Richards, R.G., Davidson, A.T., Meynecke, J.-O., Beattie, K., Hernaman, V., Lynam, T., van Putten, I.E., 2015. Effects and mitigations of ocean acidification on wild and aquaculture scallop and prawn fisheries in Queensland, Australia. Fish. Res. 161, 42–56. doi:10.1016/j.fishres.2014.06.013

Lampiran

Lampiran 1. Kandungan PAH pada WAF dan CEWAF

No. PAH WAF

(ug/ml) CEWAF (ug/ml)

1. Naphthalene 0.2131 0.0158 2. Acenaphthylene 0.0112 NF 3. 2-Bromonaphtalene NF 0.5459 4. Acenaphthene 0.0478 NF 5. Fluorene 0.2334 0.2458 6. Anthracene 0.2585 1.7773 7. Phenanthrene 0.0621 0.1350 8. Fluoranthene 0.0050 0.0877 9. Pyrene 0.0045 0.2394 10. Benzo_(a)_anthracene NF NF 11. Chrysene 0.0054 0.1166 12. Benzo_(b)_fluoranthene NF NF 13. Benzo_(a)_pyrene NF NF 14. Indeno_(123-cd)_pyrene NF NF 15. Dibenzo_(ah)_anthracene NF NF 16. Benzo_(ghi)_perylene NF NF

Total 0.8411 3.1636

Lampiran 2. Grafik Mortalitas Pengujian WAF

0.67 0.67

1.33 1.67

0.67

2.00

0.00 0.00

2.00

0.67

1.67

0.67

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

6 jam 12jam

24jam

36jam

48jam

72jam

6 jam 12jam

24jam

36jam

48jam

72jam

pH 6,5 pH 8,5

Waktu Pemaparan (Jam)

0%

25%

50%

Lampiran 3. Grafik Mortalitas Pengujian CEWAF

Lampiran 4. Grafik Mortalitas Pengujian Dispersan

10.67

0.67 0.67 0.00 0.00 0.00

4.67 4.67

1.00 0.33 0.33 0.33

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

6 jam 12jam

24jam

36jam

48jam

72jam

6 jam 12jam

24jam

36jam

48jam

72jam

pH 6,5 pH 8,5

Re

rata

Ke

mat

ian

(In

div

idu

)

Waktu Pemaparan (Jam)

0%

4%

8%

16%

32%

11.33

0.67 0.00 0.00 0.00 0.00

10.67

0.67 0.67 0.00 0.00 0.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

6 jam 12jam

24jam

36jam

48jam

72jam

6 jam 12jam

24jam

36jam

48jam

72jam

pH 6,5 pH 8,5

Re

rata

Ke

mat

ian

(In

div

idu

)

Waktu Pemaparan (Jam)

0%

4%

8%

16%

32%

Lampiran 5. Grafik Regresi Linear Nilai Probit setiap Pengujian

Lampiran 6. Analisis Nilai Probit Setiap Pengujian

No. Pengujian Nilai Anti Log X

(%)

LC50

(g/L) Y R2 X

1. WAF pH 6,5 0,0391+2,1607x 0,9934 2,296 197,7 197,7

2. WAF pH 8,5 0,167+2,0518x 0,9523 2,356 227 227

3. CEWAF pH 6,5 1,1616+3,7542x 0,7888 1,022 10,53 11,059

4. CEWAF pH 8,5 0,9241+3,3314x 0,8228 1,223 16,73 17,566

5. Dispersan pH

6,5

1,0478+3,592x 0,8038 1,100 12,60 0,63

6. Dispersan pH

8,5

0,9762+3,8745x 0,8463 1,038 10,93 0,546

y = 2.1607x + 0.0391 R² = 0.9934

02468

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Nila

i Pro

bit

Log Konsentrasi

LC50 WAF 6.5

y = 2.0518x + 0.167 R² = 0.9523

02468

0 1 2 3

Nila

i Pro

bit

Log Konsentrasi

LC50 WAF 8.5

y = 3.7542x + 1.1616 R² = 0.7888

0

2

4

6

8

0 0.5 1 1.5 2

Nila

i Pro

bit

Log Konsentrasi

LC50 CEWAF 6.5

y = 3.3314x + 0.9241 R² = 0.8228

0

2

4

6

8

0 0.5 1 1.5 2N

ilai P

rob

it

Log konsentrasi

LC50 CEWAF 8.5

y = 3.5926x + 1.0478 R² = 0.8038

0123456

0 0.5 1 1.5 2Nila

i Pro

bit

Log Konsentrasi

LC50 Dispersant 6.5

y = 3.8745x + 0.9762 R² = 0.8463

0

5

10

0 0.5 1 1.5 2Nila

i Pro

bit

Log Konsentrasi

LC50 Dispersant 8.5