pengaruh ph terhadap toksisitas pencemaran...
TRANSCRIPT
PENGARUH pH TERHADAP TOKSISITAS PENCEMARAN WATER ACCOMMODATED FRACTION (WAF), CHEMICALLY ENHANCED
WATER ACCOMMODATED FRACTION(CEWAF) DARI MINYAK SOLAR DAN DISPERSAN PADA UDANG VANAME (Lithopenaeus
vannamei)
Artikel Ilmiah
Risris Kemalawati NIM. 135080600111081
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN
KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
Pengaruh pH terhadap Toksisitas Pencemaran WaterAccommodated Fraction (WAF), Chemically Enhanced WaterAccommodated Fraction (CEWAF) dari Minyak Solar dan Dispersant pada Udang Vaname
(Lithopenaeus Vanname) Risris Kemalawati1, Guntur MS2, M. Arif Asadi2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Abstrak
Penurunan pH perairan mempengaruhi kehidupan biota laut terlebih biota yang dalam siklus hidupnya memerlukan CaCO3. Penurunan populasi biota laut juga banyak disebabkan karena pencemaran. Water Accommodated Fraction (WAF) dan Chemically Enhanced Water Accommodated Fraction (CEWAF) merupakan bahan kimia yang banyak digunakan untuk uji toksisitas biota perairan yang tercemar minyak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kandungan PAH pada WAF dan CEWAF, mengetahui perbedaan kondisi pH dan konsentrasi WAF, CEWAF dan dispersan yang mempengaruhi mortalitas udang vaname, serta mengetahui LC50 dari WAF, CEWAF dan dispersan terhadap udang vaname. Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% untuk WAF dan 0%, 4%, 8%, 16% dan 32% untuk CEWAF dan Dispersan selama 72 jam. Analisis probit dilakukan untuk mengetahui LC50, PAH dianlisis dengan menggunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 jenis PAH dalam WAF dengan total PAH sebesar 0,8411 ppm sedangkan terdapat 8 jenis PAH dalam CEWAF dengan total PAH sebesar 3,1636 ppm. Semakin tinggi konsentrasi WAF, CEWAF dan Dispersan dengan kondisi pH yang semakin rendah menyebabkan mortalitas udang semakin tinggi. Konsentrasi WAF, CEWAF dan dispersan selama 72 jam yang mematikan 50% L.vannamei dengan pH 6,5 berturut – turut adalah 197,7g/L, 11,059g/L dan 0,63g/L. Sedangkan pada kondisi pH 8,5 berturut – turut adalah 227g/L, 17,566g/L, 0,546g/L dan semua bersifat tidak toksik. Meski demikian, penggunaan dispersan dalam pencemaran minyak menyebabkan tingkat toksisitas lebih tinggi dibandingkan minyak itu sendiri.
Kata kunci : WAF, CEWAF, Dispersan, L.vannamei, Mortalitas
The Influence of pH on Water Accommodated Fraction (WAF), Chemically Enhanced Water Accommodated
Fraction (CEWAF) of Diesel Oil and Oil Dispersant Toxicity to the Whiteleg Shrimp (Lithopenaeus Vanname)
Abstract
Decrease in pH waters affect the life of marine biota especially requires CaCO3. The decline in marine biota population is also due by pollution. Water Accommodated Fraction (WAF) and Chemically Enhanced Water Accommodated Fraction (CEWAF) is a chemical widely used for toxicity test in oil pollution. This study was conducted to determine the difference of PAH content in WAF and CEWAF, to know the difference of pH conditions and concentrations by WAF, CEWAF and dispersants affecting whiteleg shrimp mortality, and to know LC50 from WAF, CEWAF and dispersant of L. vannamei. Toxicity tests were performed using 0%, 25%, 50%, 75% and 100% concentrations of WAF and 0%, 4%, 8%, 16% and 32% of CEWAF and Dispersant up to 72 hours. Probit analysis was used to determine LC50, PAH analyzed by GCMS. The results showed there are 9 types of PAH in WAF with 0.8411 ppm concentration, whereas there are 8 types of PAH in CEWAF with 3,1636 ppm concentration. The higher concentrations of WAF, CEWAF and Dispersant with lower pH conditions lead to higher mortality. Concentrations of WAF, CEWAF and dispersants for 72 hours that killed 50% L.vannamei of pH 6.5 were 197.7gL-1, 11.059gL-1 and 0.63gL-1, respectively. Whereas at conditions of pH 8.5 are 227gL-1, 17,566gL-1, 0.546gL-1 are non-toxic. However, use of dispersants in oil pollution causes higher levels of toxicity than the oil itself.
Key word: WAF, CEWAF, Dispersan, L.vannamei, Mortality
1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
1. Pendahuluan
Kenaikan suhu permukaan laut diiringi
dengan naiknya konsentrasi karbondioksida
[CO2].Naiknya CO2 diikuti dengan kenaikan
kadar asam atau penurunan konsentrasi ion
hidrogen [H+]. Penurunan konsentrasi ion
hidrogen telah mencapai 0,1 lebih rendah di
abad 20 dibandingkan dengan masa
praindustri. Penurunan pH tersebut akan
berpengaruh terhadap kehidupan biota laut.
Terlebih biota yang memerlukan kalsium
karbonat dalam siklus hidupnya (James, et al.,
2005).
Telah dibuktikan, tidak hanya asidifikasi
yang berdampak negatif terhadap ekologi laut.
Aktivitas lalu lintas kapal di lautan juga
menjadi potensi penting bagi pencemaran
ekologi maritim. Terutama insiden-insiden
kebocoran kapal yang kerap memuntahkan
kandungan minyak dari tanker sehingga
terbuang ke laut, baik akibat kecelakaan karena
tabrakan antara sesama kapal maupun karena
benturan dengan karang atau gunung es
(Misran, 2002).
Pencemaran laut yang disebabkan oleh
adanya tumpahan minyak tersebut dapat
merugikan organisme laut karena mengandung
campuran hydrocarbon complex (termasuk alkana,
cycloalkana, dan aromatic hydrocarbon) dan non-
hydrocarbon (termasuk aspal dan resin) (Jiang, et
al., 2010). Minyak dapat masuk kedalam tubuh
organisme melalui rantai makanan, insang atau
melalui difusi permukaan kulit, akibatnya
minyak tersebut dapat terserap kedalam
jaringan bioakumulasi dan pada konsentrasi
tertentu akan merusak organ – organ tertentu
dalam tubuh (Hainsworth, 2001).
Salah satu cara penanggulangan
pencemaran laut akibat tumpahan minyak
adalah dengan pemberian bahan kimia
dispersan. Dispersan merupakan campuran
surfaktan (bahan aktif) dalam pelarut yang
memberikan kontribusi untuk membentuk
tetesan minyak menjadi lebih kecil sehingga
dapat bercampur dengan air kemudian akan
terdegradasi (Brandvik et al., 2006).
Penggunaan dispersan dalam penanganan
tumpahan minyak memang efektif untuk
menghilangkan minyak dari permukaan laut,
namun campuran minyak dan dispersan atau
yang disebut Chemically Enhanced Water
Accommodated Fraction (CEWAF) sangat
bersifat toksik bagi beberapa spesies
fitoplankton dibandingkan campuran minyak
dengan air laut sendiri yang disebut Water
Accommodated Fraction (WAF) (Asadi et al.,
2016). Maka, untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap organisme lain dilakukan penelitian
ini dengan menggunakan udang vaname.
Organisme yang secara langsung terkena
dampak asidifikasi seperti terumbu karang,
kelompok hewan crustacea dan kelompok
organisme lain yang dalam siklus hidupnya
membutuhkan CaCO3 akan mengalami
pengikisan bagian tubuh atau degradasi
kemampuan bertahan hidup (Richards, et al.,
2015). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan
untuk Mengetahui perbedaan kandungan
PAH dalam WAF dan CEWAF, mengetahui
pengaruh perbedaan konsentrasi pemberian
minyak solar serta dispersan dengan kondisi
pH yang berbeda terhadap mortalitas udang
vaname (Lithopenaeus vannamei), mengetahui
nilai LC50 72 jam yang dihasilkan oleh WAF
dan CEWAF dari minyak solar serta dispersan
terhadap udang vaname (Lithopenaeus
vannamei).
2. Metode
Metode yang digunakan dalam peelitian ini
adalah metode eksperimen dengan
menggunakan uji toksisitas akut terhadap
biota uji. Uji toksisitas dilakukan dengan
menggunakan 12 ekor udang selama 72 jam
dengan pengamatan setiap 6 jam, 12 jam, 24
jam, 36 jam, 48 jam dan 72 jam. Uji toksisitas
dilakukan terhadap udang vaname
(Lithopenaeus Vanname) oleh tiga bahan kimia
yaitu Water Accommodated Fraction (WAF),
Chemically Enhanced Water Accommodated
Fraction (CEWAF) dari minyak solar dan
dispersan.
WAF dibuat dengan mencampurkan air
laut dengan minyak solar dengan rasio
perbandingan 1:10 kemudian dihomogenkan
dengan menggunakan magnetic stirer selama
24 jam dengan kecepatan 4rps. CEWAF
dibuat dengan mencampurkan air laut, minyak
solar dan dispersan dengan rasio
perbandingan 1:10:200 kemudian
dihomogenkan dengan menggunakan
magnetic stirer selama 20 jam dengan
menggunakan kecepatan 8rps. Sedangkan
campuran dispersan dibuat dengan
menggunakan air laut dan dispersan dengan
rasion perbandingan 1:200 dan dihomogenkan
selama 1 jam.
Bahan kimia yang telah siap digunakan,
terlebih dahulu dilakukan uji dengan
menggunakan High Performance Liquid
Chromatography(HPLC) dengan metode GCMS
untuk mengetahui kandungan Polycyclic aromatic
hydrocarbon (PAH) apa saja yang terdapat
dalam bahan kimia tersebut. Pengujian ini
dilakukan di laboratorium Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIP), Jakarta.
Uji toksisitas kemudian dilakukan dalam
tabung erlenmeyer 500 ml dengan konsentrasi
0% (kontrol), 25%, 50%, 75% dan 100%
untuk WAF dan 0% (kontrol), 4%, 8%, 16%
dan 32% untuk CEWAF dan dispersan
masing-masing 3 kali pengulangan untuk dua
kondisi pH yaitu 6,5 dan 8,5. Pengujian
dilakukan terhadap 12 sampel udang vaname
dengan ukuran berat 0,06 (±0,02) gram dan
panjang 3,26 (±0,02) cm selama 72 jam
dengan waktu pengamatan setiap 6 jam, 12
jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam dan 72 jam. Setiap
kali pengamatan dihitung jumlah udang yang
masih hidup secara langsung dengan setiap
pengamatandilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan. Berikut merupakan tabel
konsentrasi untuk setiap bahan kimia yang
digunakan dalam setiap pengujian.
Tabel 1. Prosedur Perlakuan Uji Toksisitas WAF
No. Konsentrasi Jumlah udang (ekor)
Ari Laut (ml)
WAF (ml)
1 0% 12 500 0
2 25% 12 375 125
3 50% 12 250 250
4 75% 12 125 375
5 100% 12 0 500
Tabel 2. Prosedur Perlakuan Uji Toksisitas CEWAF/Dispersan
No. Konsentrasi Jumlah udang (ekor)
Ari Laut (ml)
C/D*
1 0% 12 500 0
2 4% 12 480 20
3 8% 12 460 40
4 16% 12 340 80
5 32% 12 0 160
*C: CEWAF, D: Dispersan
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis probit dan analisis
statistik. Analisis probit dilakukan untuk
mengetahui nilai LC50 72 jam sedangkan
analisis statistik digunakan untuk mengetahui
signifikansi dari data hasil pengamatan.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Kandungan PAH dalam WAF dan
CEWAF
Tabel kandungan PAH dalam WAF dan
CEWAF dapat dilihat pada Lampiran 1.
Terdapat 9 jenis PAH dalam WAF dan 8 jenis
PAH dalam CEWAF. Total PAH pada WAF
dan CEWAF pun memiliki perbedaan yang
tinggi dengan total kandungan PAH pada
CEWAF sebesar 3,1636 ppm sedangkan total
kandungan PAH pada WAF sebesar 0,8411
ppm. Akumulasi PAH dalam perairan
berkurang secara signifikan setelah mendapat
penambahan dispersan (Norregaard et al.,
2015).
3.2 Mortalitas Udang Vaname Setiap
Pengujian
a. Mortalitas Udang pada Perlakuan Uji
WAF dengan pH 6,5 dan pH 8,5
Grafik mortalitas pengujian WAF dapat
dilihat pada Lampiran 2. Rata – rata kematian
udang dalam perlakuan uji WAF dengan pH
6,5 dan pH 8,5 selama 72 jam terjadi secara
beragam. Jumlah kematian tertinggi terjadi
pada pengamatan yang dilakukan pada 24 jam
dalam konsentrasi WAF 50%. Sementara pada
pH 8,5 kematian tertinggi terjadi pada waktu
24 jam dalam konsentrasi 100%.
b. Mortalitas Udang pada Perlakuan Uji
CEWAF dengan pH 6,5 dan pH 8,5
Grafik mortalitas pengujian CEWAF
dapat dilihat pada Lampiran 3. Rata – rata
kematian udang dalam perlakuan uji CEWAF
dengan pH 6,5 dan pH 8,5 selama 72 jam
terjadi secara beragam. Jumlah kematian
tertinggi pada pengujian dengan pH 6,5 terjadi
pada pengamatan yang dilakukan pada 6 jam
dalam konsentrasi CEWAF 32%. Sedangkan
pada pengujian dengan pH 8,5 terjadi pada
pengamatan 6 jam dan 12 jam dalam
konsentrasi 32%.
c. Mortalitas Udang pada Perlakuan Uji
Dispersan dengan pH 6,5 dan pH 8,5
Grafik mortalitas pengujian dispersan
dapat dilihat pada Lampiran 4. Rata – rata
kematian udang dalam perlakuan uji
Dispersan dengan pH 6,5 dan 8,5 selama 72
jam terjadi secara beragam. Jumlah kematian
tertinggi pada pengujian dengan pH 6,5 dan
pH 8,5 terjadi pada pengamatan yang
dilakukan pada 6 jam dalam konsentrasi
dispersan 32%.
Dari seluruh data yang disajikan dalam
grafik mortalitas, dapat dilihat rata – rata
kematian udang terjadi pada awal pemaparan.
Terlebih pada perlakuan uji CEWAF dan
dispersan. Efek paparan yang disebabkan oleh
WAF, CEWAF dan dispersan tersebut
merupakan efek jangka pendek atau disebut
juga akut.
Efek toksik yang disebabkan oleh minyak
terjadi diawal tumpahan minyak karena
terdapat molekul yang lebih kecil dan mudah
menguap dalam minyak dan cepat hilang
karena penguapan tapi bisa juga dikarenakan
mudah larut dalam
air dan menciptakan toksisitas air dalam
jangka pendek sebelum mengalami
pengenceran dan terdegradasi secara alami
(Anis and Siddiqui, 2015).
3.3 Analisis Data
Tabel 3. Hasil Anialisis Two Way ANOVA untuk Uji Toksisitas Akut
Source DF AdjSS Adj MS
F-Value
P-Value
Faktor 5 24.83 4.966
2.19 0.065
Konsentrasi
8 570.23 71.279
31.37
0.000
Error 76 172.70 2.272
Lack-of-Fit
16 29.37 1.835
0.77 0.713
Pure Error
60 143.33 2.389
Total 89 1131.16
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian
bahan kimia dengan konsentrasi yang berbeda
dalam perlakuan pengujian berpengaruh nyata
terhadap mortalitas udang vaname. Dengan
demikian, hipotesa yang didapat adalah tolak
H0 dan terima H1 yang artinya semakin tinggi
konsentrasi pengujian, maka mortalitas udang
vaname semakin tinggi pula.
Paparan minyak di perairan akan
menyebabkan toksik jika terdapat dalam
jumlah banyak. Semakin tinggi kadar minyak
dalam perairan maka akan semakin toksik
perairan tersebut dan akan menimbulkan bau
minyak yang juga akan mencemari udara
sekitar. Batas maksimum toleransi air laut
terhadap tumpahan minyak adalah 0,001 –
0,01 ppm (Misran, 2002). Keberlangsungan
hidup copepoda pada pengujian dispersan
jenis corexit 9500 mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya konsentrasi.
Pada konsentrasi 1% dan 5% fekunditas
mengalami penurunan dibandingan pada
kontrol. Adapun copepoda yang berhasil
hidup, masa kehidupannya tidak sampai dewas
(Lee et al., 2013).
Dari hasil analisa pada Tabel 3
menunjukkan bahwa kondisi pH yang berbeda
tidak mempengaruhi mortalitas udang
vaname. Oleh karena itu, diperlukan uji Tukey
sebagai uji lanjutan untuk mengetahui
signifikansi dari data tersebut.
Gambar 1. Grafik Interval Signifikansi
Pengaruh Perbedaan Bahan Kimia dengan Kondisi pH yang Berbeda
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh pengujian bahan kimia
dengan kondisi pH 6,5 dan pH 8,5 walaupun
dalam pengujian CEWAF dan dispersan tidak
terlalu signifikan. Hal tersebut dikarenakan
dalam masa pengujian kedua bahan kimia
tersebut, jumlah mortalitas udang vaname
tidak terlalu berbeda. Hasil uji Tukey untuk
mengetahui perbedaan pengaruh bahan kimia
dengan pH yang berbeda ditunjukkan pada
tabel 10. Pada kondisi pH 6,5 mortalitas
udang dalam setiap pengujian lebih tinggi
dibandingkan pada pengujian dengan pH 8,5.
Semakin rendah nilai pH suatu perairan,
kandungan oksigen perairan tersebut juga
akan semakin rendah. Hal tersebut juga akan
menurunkan populasi organisme perairan.
Hewan kecil seperti bakteri juga rentan
terhadap penurunan nilai pH (Padmono,
2007). Asidifikasi yang terus terjadi
menurunkan nilai pH perairan yang berakibat
pada penurunan populasi hewan yang dalam
WAF 8.5WAF 6.5DISPERSANT 8.5DISPERSANT 6.5CEWAF 8.5CEWAF 6.5
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
Faktor
Mo
rtali
tas
Interval Plot of Mortalitas vs Faktor95% CI for the Mean
The pooled standard deviation was used to calculate the intervals.
siklus hidupnya memerlukan CaCO3 seperti
udang dan kerang (Richards et al., 2015).
3.4 Nilai LC50 setiap Pengujian
Pengaruh pemberian WAF, CEWAF dan
dipersan pada konsentrasi 25%, 50%, 75%
dan 100% untuk WAF dan konsentrasi 4%,
8%, 16% dan 32% untuk CEWAF dan
dispersan dianalisis dengan menggunakan
analisis probit. Analisis probit dilakukan untuk
mengetahui LC50 72 jam suatu bahan
pengujian. Analisis probit diperoleh dengan
cara membuat persamaan regresi antara log
konsentrasi sebagai variabel independen
dengan nilai probit sebagai variabel dependen.
Persamaan tersebut terbuat karena adanya
hubungan antara log konsentrasi dengan nilai
probit. Setelah persamaan regresi didapatkan,
nilai LC50 diperoleh dari antilog X setelah
dihitung melalui fungsi linear 5 = a + bx.
Nilai LC50 didapatdengan cara
memecahkan persamaan garis lurus
yang didapat setelah mengetahui hubungan
nilai probit dengan nilai log konsentrasi.
Dimana nilai y merupakan nilai probit 50%
dari persentase kematian, lalu nilai X
merupakan log konsentrasi dan antilog X
merupakan nilai LC50. Grafik regresi linear
pengujian disajikan pada Lampiran 5.
Konversi nilai konsentrasi bahan kimia
yang mampu membunuh 50% sampel udang
dilakukan dengan cara mengalikan hasil analisa
probit dengan perbandingan pembuatan stok
bahan kimia. Semua pengujian toksisitas
akuatik kuantitatif. Penilaian didasarkan pada
konsep dosis respons (biasanya diukur dalam
bagian per juta [ppm] atau mg/L; dan bagian
per miliar [ppb] atau μg/L). Potensi
mematikan suatu bahan kimia dapat dilihat
dari nilai jumlah kematian hewan uji. Semakin
rendah konsentrasi bahan pengujian, maka
tingkat toksisitas bahan kimia tersebut
semakin tinggi. Sebaliknya, jika semakin tinggi
konsentrasi (LC50) bahan pengujian, maka
semakin rendah kemampuan toksisitas bahan
kimia (Anis and Siddiqui, 2015).
4. Kesimpulan dan saran
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat 9 jenis PAH dalam WAF dengan
total PAH sebesar 0,8411 ppm sedangkan
terdapat 8 jenis PAH dalam CEWAF
dengan total PAH sebesar 3,1636 ppm.
2. Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan
konsentrasi WAF, CEWAF dan
Dispersan dengan kondisi pH yang
berbeda terhadap keberlangsungan hidup
udang vaname (Lithopenaeus vannamei).
Dimana semakin tinggi konsentrasi WAF,
CEWAF dan dispersan yang digunakan
serta semakin rendah nilai pH dalam
pengujian, maka mortalitas udang vaname
semakin tinggi.
3. Konsentrasi WAF, CEWAF dan dispersan
yang mampu membunuh 50% udang
vaname (Lithopenaeus vannamei) dengan pH
6,5 berturut – turut adalah 197,7g/L,
11,059g/L dan 0,63g/L. Sedangkan pada
kondisi pH 8,5 berturut – turut adalah
227g/L, 17,566g/L, 0,546g/L.
4.2 Saran
1. Perlu ada penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan ukuran udang ataupun biota
uji lainnya yang lebih besar agar dapat
dilakukan analisis histopatologi untuk
mengetahui kerusakan pada jaringan tubuh
biota uji.
2. Pada saat pengujian sebaiknya dilakukan
secara bersamaan untuk setiap bahan
kimia, konsentrasi dan kondisi pH. Karena
jika dalam waktu yang berbeda, ditakutkan
terjadi perbedaan ukuran atau daya tahan
biota uji.
3. Sebaiknya ada penelitian lanjutan yang
lebih spesifik untuk mengetahui senyawa
PAH apa saja yang dapat membunuh biota
uji.
Daftar Pustaka
Anis, M.D., Siddiqui, T.Z., 2015. Issues Impacting Sustainability in the Oil and Gas Industry. J. Manag. Sustain. 5, 115
Brandvik, P. J., Sorheim, K. R., Singsaas, I., & Reed, M., 2006. Short State-of-the Art Report on Oil Spill in Ice Infested Waters Oil Behaviour and Response Options. JIP Rep. SINTEF. Materials and Chemistry , 58-63.
Hainsworth, F., 2001. Animal Physocology Adaptations in Function. . London: Addison Wesley Publishing Company, Inc.
James, C. O., Fabry, V. J., Aumont, O., Bopp, L., Doney, S. C., Feely, R. A., et al.,
2005. Anthropogenic Ocean Acidification Over The Twenty-First Century and its Impact on Calcifying Organisms. Nature , Vol. 437.
Lee, K.-W., Shim, W.J., Yim, U.H., Kang, J.-H., 2013. Acute and chronic toxicity study of the water accommodated fraction (WAF), chemically enhanced WAF (CEWAF) of crude oil and dispersant in the rock pool copepod Tigriopus japonicus. Chemosphere 92, 1161–1168. doi:10.1016/j.chemosphere.2013.01.080
Misran, E., 2002. Aplikasi Teknologi Berbasis Membran dalam Bidang Bioteknologi Kelautan: Pengendalian Pencemaran . Medan: USU Digital Librabry.
Padmono, D., 2007. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggaan (Buffer Capacity) dalam Sistem Anaerobik Fixed BED. Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 8 No. 2 , 119-127.
Richards, R.G., Davidson, A.T., Meynecke, J.-O., Beattie, K., Hernaman, V., Lynam, T., van Putten, I.E., 2015. Effects and mitigations of ocean acidification on wild and aquaculture scallop and prawn fisheries in Queensland, Australia. Fish. Res. 161, 42–56. doi:10.1016/j.fishres.2014.06.013
Lampiran
Lampiran 1. Kandungan PAH pada WAF dan CEWAF
No. PAH WAF
(ug/ml) CEWAF (ug/ml)
1. Naphthalene 0.2131 0.0158 2. Acenaphthylene 0.0112 NF 3. 2-Bromonaphtalene NF 0.5459 4. Acenaphthene 0.0478 NF 5. Fluorene 0.2334 0.2458 6. Anthracene 0.2585 1.7773 7. Phenanthrene 0.0621 0.1350 8. Fluoranthene 0.0050 0.0877 9. Pyrene 0.0045 0.2394 10. Benzo_(a)_anthracene NF NF 11. Chrysene 0.0054 0.1166 12. Benzo_(b)_fluoranthene NF NF 13. Benzo_(a)_pyrene NF NF 14. Indeno_(123-cd)_pyrene NF NF 15. Dibenzo_(ah)_anthracene NF NF 16. Benzo_(ghi)_perylene NF NF
Total 0.8411 3.1636
Lampiran 2. Grafik Mortalitas Pengujian WAF
0.67 0.67
1.33 1.67
0.67
2.00
0.00 0.00
2.00
0.67
1.67
0.67
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
6 jam 12jam
24jam
36jam
48jam
72jam
6 jam 12jam
24jam
36jam
48jam
72jam
pH 6,5 pH 8,5
Waktu Pemaparan (Jam)
0%
25%
50%
Lampiran 3. Grafik Mortalitas Pengujian CEWAF
Lampiran 4. Grafik Mortalitas Pengujian Dispersan
10.67
0.67 0.67 0.00 0.00 0.00
4.67 4.67
1.00 0.33 0.33 0.33
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
6 jam 12jam
24jam
36jam
48jam
72jam
6 jam 12jam
24jam
36jam
48jam
72jam
pH 6,5 pH 8,5
Re
rata
Ke
mat
ian
(In
div
idu
)
Waktu Pemaparan (Jam)
0%
4%
8%
16%
32%
11.33
0.67 0.00 0.00 0.00 0.00
10.67
0.67 0.67 0.00 0.00 0.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
6 jam 12jam
24jam
36jam
48jam
72jam
6 jam 12jam
24jam
36jam
48jam
72jam
pH 6,5 pH 8,5
Re
rata
Ke
mat
ian
(In
div
idu
)
Waktu Pemaparan (Jam)
0%
4%
8%
16%
32%
Lampiran 5. Grafik Regresi Linear Nilai Probit setiap Pengujian
Lampiran 6. Analisis Nilai Probit Setiap Pengujian
No. Pengujian Nilai Anti Log X
(%)
LC50
(g/L) Y R2 X
1. WAF pH 6,5 0,0391+2,1607x 0,9934 2,296 197,7 197,7
2. WAF pH 8,5 0,167+2,0518x 0,9523 2,356 227 227
3. CEWAF pH 6,5 1,1616+3,7542x 0,7888 1,022 10,53 11,059
4. CEWAF pH 8,5 0,9241+3,3314x 0,8228 1,223 16,73 17,566
5. Dispersan pH
6,5
1,0478+3,592x 0,8038 1,100 12,60 0,63
6. Dispersan pH
8,5
0,9762+3,8745x 0,8463 1,038 10,93 0,546
y = 2.1607x + 0.0391 R² = 0.9934
02468
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Nila
i Pro
bit
Log Konsentrasi
LC50 WAF 6.5
y = 2.0518x + 0.167 R² = 0.9523
02468
0 1 2 3
Nila
i Pro
bit
Log Konsentrasi
LC50 WAF 8.5
y = 3.7542x + 1.1616 R² = 0.7888
0
2
4
6
8
0 0.5 1 1.5 2
Nila
i Pro
bit
Log Konsentrasi
LC50 CEWAF 6.5
y = 3.3314x + 0.9241 R² = 0.8228
0
2
4
6
8
0 0.5 1 1.5 2N
ilai P
rob
it
Log konsentrasi
LC50 CEWAF 8.5
y = 3.5926x + 1.0478 R² = 0.8038
0123456
0 0.5 1 1.5 2Nila
i Pro
bit
Log Konsentrasi
LC50 Dispersant 6.5
y = 3.8745x + 0.9762 R² = 0.8463
0
5
10
0 0.5 1 1.5 2Nila
i Pro
bit
Log Konsentrasi
LC50 Dispersant 8.5