pengaruh tingkat kemandirian daerah dan tingkat ...digilib.unila.ac.id/31712/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DAN TINGKAT
KETERGANTUNGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh
BAGUS SUGIARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRACT
THE EFFECTS OF REGIONAL INDEPENDENCE RATE AND
REGIONAL DEPENDENCE RATE ON LOCAL GOVERNMENT
PERFORMANCE ACCOUNTABILITY IN INDONESIA PROVINCES
By
BAGUS SUGIARTA
This study examines the effects of regional independence rate and regional
dependence rate on local government performance accountability. The
independent variables used in this research are regional independence rate and
regional dependence rate. Local government performance accountability as an
dependent variable measured using the evaluation result of local government
performance accountability rate which released by State Minister for The
Empowerment of State Apparatus and Bureaucratic Reform.
By using multiple linear regression method on 98 provinces in Indonesia from
2013 to 2015 then ran using IBM SPSS 20, the result shows that regional
independence rate has positive and significant effects on local government
performance accountability while regional dependence rate has no effect on local
government performance accountability.
Keywords : Regional independence rate, regional dependence rate, local
government performance accountability, government
performance accountability report (LAKIP), government
performance accountability system (SAKIP)
iii
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH, DAN TINGKAT
KETERGANTUNGAN DAERAH TERAHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DI INDONESIA
Oleh
BAGUS SUGIARTA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat kemandirian daerah dan
tingkat ketergantungan daerah terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah.variable indenpenden terdiri dari tingkat kemandirian daerah dan tingkat
ketergantungan daerah.Akuntabilitas kinerja pemerintah daerah sebagai variable
dependen diukur dengan menggunakan hasil eveluasi akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
Dengan menggunakan metode analisisis linier berganda terhadap 98 pemerintah
daerah provinsi di indonesia dari tahun 2013-2015 kemudian di running dengan
SPSS IBM 20 hasil pengujian menunjukan tingkat kemandirian daerah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah sedangkan variable tingkat ketergantungan daerah tidak berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah.
Kata kunci : Tingkat kemandirian, tingkat ketergantungan daerah,
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
iv
PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DAN TINGKAT
KETERGANTUNGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS
KINERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DI INDONESIA
Oleh
BAGUS SUGIARTA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akutansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, 28 Agustus 1996
sebagai putra ke dua dari empat bersaudara, buah hati
dari pasangan Effendi dan Herawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di
TK Darmawanita Bumi Pratama Mandira pada tahun
2002. Kemudian pendidikan dasar SD N 2 Yukum Jaya
hingga tahun 2008.
Lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP N 3 Way Pengubuan
hingga tahun 2011. kemudian pendidikan menengah atas di SMA N 1 Terbanggi
Besar hingga tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung tahun 2014 melalui
jalur test Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinngi Nasionan (SBMPTN). Selama
menjadi mahasiswa penulis tercatat sebagai anggota aktif himpunan mahsiswa
akuntansi, Anggota staff Kementerian sosial dan Politik BEM U KBM Unila
periode 2015, Kepala departemen P2k Rois FEB Unila periode 2016, Anggota
Komisi 2 DPM U KBM unila Periode 2017
x
PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya Allah SWT
Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu Allah SWT. Terima kasih taburan
cinta, kasih sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan aku kekuatan,
kesehatan, semangat pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu
pengetahuan. Engkau berikan secercah cahaya terang serta kemudahan hingga
akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu aku
limpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Aku persembahkan skripsi ini untuk orang tercinta dan tersayang
atas kasihnya yang berlimpah.
Untuk Kedua Orang Tuaku, Bapak Effendi (Alm) dan Ibu Herawati(Almh)
Bapak dan Ibu yang yang telah melahirkan serta merawatku hingga ananda bisa
merasakan nikmatnya kehidupan dunia ini
do’a yang tiada henti untuk kalian selalu kupanjatkan semoga kita bisa
dipertemukan di syurganya Allah SWT kelak
Untuk Kedua Orang Tuaku yang kedua, Binda Rosnani dan Manda Timbang
hariyanto yang telah merawatku serta do’a, dukungan dan pengorbanan yang
telah kalian berikan meupakan anugerah terindah dan nikmat terbaik yang di
berikan Allah SWT Terhadapku. Terimalah persembahan bakti dan cintaku
Semoga Allah SWT Memberikan Rahmatnya kepada kita Semua
Tersayang dan Terkasih Kakakku dan Adikku
Untuk Kakak dan Adikku, terima kasih atas doa dan bantuan serta motivasi
kalian selama ini hanya karya ini yang dapat aku persembahkan. Maaf belum
bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu
Menjadi yang terbaik untuk kalian semua.
Almamater
Akuntansi-Universitas Lampung
xi
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kebesaran,
mukjizat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul“ Pengaruh Tingkat Kemandiriaan Daerah Dan Tingkat
Ketergantungan Daerah Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Daerah Provinsi Di Indonesia .”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt.. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., Akt. selaku dosen pembimbing
dan menjadi sosok ibu yang telah membimbing dengan sabar, penuh
pengertian dan memberikan pengarahan kepada penulis selama penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.Sc., Akt. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan ide, motivasi, tenaga, waktu, gagasan, saran serta sumbangan
pemikiran dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt., C.A. selaku penguji utama yang telah
memberikan masukan, komentar dan bimbingan yang membangun dalam
penulisan skripsi ini.
xii
6. Bapak Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph,D., Akt., C.A. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam selama
proses perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung,
khususnya jurusan S1 akuntansi, yang telah memberikan ilmu dan
membagikan pengalamannya selama menempuh pendidikan di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
8. Kepada seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah membantu kelancaran pada proses penyusunan skripsi.
9. Teristimewa kepada orang tuaku, Ayahanda Effendi (Alm), Ibunda Herawati
(Almh), Binda Rosnani, Manda Timbang Hariyanto. terimakasih atas segala
kasih sayang, pengorbanan yang tiada lelah dan selalu mendoakan penulis,
memberikan sarana dan prasarana untuk menunjang perkuliahan, serta selalu
memberi semangat, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
10. Teristimewa kakak ku, Erik Prayoga Adhinata dan saudara kembarku Bagus
Sugiarto serta adikku Darmawansyah kasih sayang, semangat dan
kebersamaan selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terbaikku didunia InshaaAllah to Jannah Abdillah siroja,
Ardanta Istari, Bagus Trisetiawan, Indra Pambudi, Thaipan Aditya Sandi,
Amin Sobri, Nanda Yustizar, Faisal Fachrur R, Ahmad Aminudin, Zam-zam
Orlando. Rifki Idham, serta Bapak Ustadz Ali dan Bapak Ustadz Figo Nauli
Selaku Murobi Halaqoh dan guru terbaik kami semua
12. Teman-teman seperjuangan terbaik S1 Akuntansi 2014,Andy Prima Ari
Tonang, Ariyanto, Bagus setyawan, Aryo Bimo, Robert Trisnayandi, Hafin
Jaya W, Ari Destriasnyah, Ferry, Ginanda dan teman-teman S1 akuntansi
2014 yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, sukses
selalu untuk kita semua .
13. Tercinta Keluarga Besar Rois FEB : Kahfi 1995 sampai yang akan datang,
terkhusus Kahfi 2014 (Akhwat dan Ikhwan), Kahfi 2015, Kahfi 2016, Kahfi
xiii
2017, kebersamaan itu tak terlupakan teruslah berjuang menjadi pribadi yang
lebih baik lagi
14. Ter oke, Keluarga Besar DPM U KBM UNILA Periode 2017,Terimakasih
kebersamaan dan kepercayaannya selama Kepengurusan, kalian luar biasa.
15. Ter manis, Keluarga Besar BEM U KBM UNILA Periode 2015/2016
:terkhusus kementerian Sosial dan politik kak Deris, mba Riska, Mba Adis,
Indra, Sandi, Makruf, terimaksih atas pengalaman dan kenangan yang manis
bersama kalia semua.
16. Terimakasih keluarga besar Akuntansi 2014 motivasi, pengalaman dan
kebersamaan selama proses perkuliahan ini
17. .Ter Hebat sahabat-sahabat pengurus Mutar dan Mastar : kak mahfud,
prasojo, thaipan, indra, eko susilo, wisnu, bagus tri, kenangan selama ini
terlalu manis dan indah untuk terlupakan terimakasih untuk semuanya.
18. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan proses
perkuliahan dan penulisan ini skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun
ada harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, Semoga kita
semua mendapat Rahmat dan kasih dari Allah SWT.
Bandar Lampung, Mei 2018
Penulis,
Bagus Sugiarta
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRACT............. ..................................................................................... ii
ABSTRAK.................. ....................................................................................iii
HALAMAN JUDUL.. ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN.. ...................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN… ..................................................................... vi
LEMBAR PERYATAAN… .......................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................viii
MOTTO……… .............................................................................................. ix
PERSEMBAHAN……………….. ................................................................. x
SANWACANA….. ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian…………… ......................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori......... ......................................................................... 8
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) dalam Pemerintahan ......... 8
2.1.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)........ ......... 9
2.1.3 Evaluasi Sistem Kinerja Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
(SAKIP)............ ..................................................................... 10
2.1.5 Tingkat Kemandirian Daerah .................................................. 13
xv
2.1.6 Tingkat Ketergantungan .......................................................... 16
2.2 Tinjaun Penelitian Terdahulu ............................................................ 17
2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 19
2.4 Pengembangan Hipotesis……………… .......................................... 19
III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian................. ................................................................. 21
3.2 Dedfinisi dan Operasional Variable .................................................. 21
3.3 Populasi dan Sample Penelitian......................................................... 25
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 26
3.5 Metode Anlisis Data ......... ...... ......................................................... 26
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptip Objek Pnenelitian ............................................................ 33
4.2 Analisis deskriptif .................................................................................. 33
4.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 35
4.3.1 Uji Normalitas ......................................................................... 36
4.3.2 Uji Multikolinieritas................................................................ 38
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas............................................................ 39
4.3.4 Uji Autokorelasi ...................................................................... 40
4.4 Uji Hipotesis ..................................................................................... 40
4.4.1 Model Regresi Liniear Berganda ............................................ 40
4.4.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................................. 42
4.4.3 Uji Signifikan Parameter Individual( Uji statistik t ) .............. 42
4.4.3.1 Pengaruh Tingkat Kemnadirian Pemerintah daerah
Terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah..... 43
4.4.3.2 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap
Akuntablitas Kinerja Pemerintah Daerah................. 44
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 47
5.2 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 48
5.3 Saran ................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Alokasi Penilaian Komponen dan Sub-Komponen Evaluasi SAKIP .. 11
2.2 Kategori Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah .................. 12
2.3 Penelitian Terdahulu............................................................................ ...17
3.1 Skala Rasio Berdasarkan Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Daerah.................................................................................................. 23
4.1 Proses Pengambilan Sampel ................................................................ 33
4.2 Has i l Statistik Deskriptif ................... .............................................. . 34
4.3 Uji Normalitas ..................................................................................... 44
4.4 Uji Multikolinieritas ............................................................................ 38
4.5 Uji Durbin-Watson .............................................................................. 40
4.6 Hasil Uji Regresi.................................................................................. 41
4.7 Hasil Hipotesis...................................................................................... ..43
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah...................... 4
2.1 Rerangka Pemikiran ..............................................................................1 9 4.1 Uji Normalitas.........................................................................................36
4.2 Grafik Scatterplot ................................................................................. 39
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Data Sample Pemerinth Daerah di Indonesia tahun 2013-2015
2 Output Hasil Uji Asumsi Klasik
3 Ouput Hsil Uji Hipotesis
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah yang
berlaku di Indonesia didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi
menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa
pemerintah daerah memisahkan fungsi eksekutif dengan fungsi legislatif.
Berdasarkan fungsinya, Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (legislatif) terjadi hubungan keagenan (Halim & Abdullah, 2006).
Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1
Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah
merupakan fenomena politis yang menjadikan penyelenggaraan pemerintahan
yang sentralistik birokratis ke desentralistik partisipatoris. Pelaksanaan otonomi
daerah didukung adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah daerah dan Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua Undang-
undang ini sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
2
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sebagai pihak yang
menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat,
Pemerintah Daerah (Pemda) dituntut untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangannya agar tercipta pemerintahan yang
bersih. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan adalah dengan menyajikan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan keuangan yang dibuat Pemda setidaknya
meliputi, Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan ArusKas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah mengamanatkan bahwa pemerintahan daerah harus diselenggarakan
secara efektif dan efisien untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta daya
saing daerah dengan memperhatikan aspek-aspek kekhasan suatu daerah.
Pemerintahan yang efektif dan efisien harus didukung dengan penerapan
reformasi birokrasi yang baik dalam pemerintahan. Pembenahan keorganisasian,
ketatalaksanaan, dan sumber daya aparatur sebagai wujud pelaksanaan reformasi
birokrasi diharapkan dapat mengatasi berbagai persoalan dan hambatan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di Indonesia semakin pesat
seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal Pelaksanaan tersebut mulai diberlakukan sejak ditetapkannya
Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah
3
mengalami beberapa kali perubahan dari tahun 1999. Dengan diberlakukannya
aturan tersebut, pemerintah pusat telah menyerahkan wewenang kepada
pemerintah daerah untuk dapat mengatur pembangunan daerahnya sendiri yang
diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat daerah.
Perkembangan sektor publik saat ini adalah semakin menguatnya tuntutan
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik terkait dengan
perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam
rangka pemenuhan hak-hak public (Mardiasmo (2009)). Seiring dengan
kebutuhan dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah harus
melakukan transparansi informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap
kinerja pemerintah.
Fokus perhatian organisasi sektor publik terhadap isu Penguatan akuntabilitas
kinerja dilakukan dengan menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang merupakan sarana untuk melaporkan penyelenggaraan
pemerintahan apakah sudah terlaksana dengan efektif, efisien, bersih, akuntabel,
dan tepat sasaran. Setiap pemerintah daerah harus menerapkan SAKIP dan
melaporkan kinerjanya melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang akan dievaluasi oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) di bawah koordinasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) sebagai pihak yang bertugas
melakukan penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Hasil evaluasi
akuntabilitas kinerja dikelompokkan dalam 7 kategori, yaitu kategori AA (sangat
4
memuaskan),A (memuaskan), BB (sangat baik), B (baik), CC (cukup), C
(kurang), dan D (sangat kurang) (Kemenpan-RB, 2016). Pelaksanaan evaluasi
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah telah beberapa kali dilakukan di
bawah koordinasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
Birokrasi (Kemenpan-RB). Namun, kenyataannya pemerintah daerah Provinsi di
Indonesia masih belum dapat mencapai hasil akuntabilitas kinerja yang
memuaskan.
Gambar 1.1 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah.
Rendahnya capaian akuntabilitas kinerja tentu perlu mendapatkan
perhatian serius dari pemerintah daerah karena akuntabilitas kinerja merupakan
bentuk pertanggungjawaban kinerja pemerintah kepada publik, sehingga apabila
nilainya rendah maka dapat dipastikan bahwa kinerja pemerintah daerah secara
keseluruhan juga rendah. Pentingnya akuntabilitas kinerja dan masih rendahnya
capaian hasil evaluasi akuntabilitas kinerja pemerintah daerah merupakan topik
0
5
10
15
20
25
30
35
AA A BB B CC C D Total
2013
2014
2015
5
yang menarik untuk diteliti. Penelitian mengenai akuntabilitas kinerja pemerintah
daerah perlu dilakukan untuk mengetahui faktor apa yang dapat mempengaruhi
capaian kinerja pemerintah daerah.
Penelitian mengenai kinerja pemerintah daerah telah banyak dilakukan, antara lain
lain oleh. Nurdin (2015) menganalisis pengaruh karakteristik pemerintah daerah
dan temuan audit BPK RI terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah.dan
the oleh Akbar dan Pilcher (2012) yang menghubungkan metric difficulties,
technical knowledge, management commitment, legislative requirement dan
organisational capacity dengan pengukuran kinerja di Indonesia, kemudian
Wijaya dan Akbar (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh information,
organizational objective and target, external pressure terhadap adoption of
performance measurement in public sector. Selain itu,indikator lain untuk
mengukur kinerja dilakukan oleh Mustikarini dan Fitriasari (2012) dan Sudarsana
(2013) yang menggunakan hasil evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri. Fontanella dan Rossieta
(2014) mengaitkan pengaruh desentralisasi fiskal dan kinerja terhadap
akuntabilitas pelaporan keuangan Pemda di Indonesia.
Tingkat kemandirian pemerintah daerah dapat diketahui dari jumlah Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Santosa dan Rahayu (2005) menyatakan bahwa PAD
merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri
sehingga dapat dijadikan tolok ukur kemampuan dan cermin tingkat kemandirian
daerah. Semakin tinggi PAD suatu daerah, menunjukkan bahwa semakin tinggi
pula tingkat kemandirian daerah. Hal ini menandakan bahwa pemerintah daerah
6
telah berhasil dalam menyusun dan melaksanankan program kerja dan kebijakan
yang dapat meningkatan Pendapatan Asli Daerahnya (Nurdin, 2015), Julitawati
(2012) menemukan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap
kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota, selain itu Fonatella dan Rossieta
(2014) yang menemukan bahwa ketergantungan pada Pemerintah Pusat
berpengaruh negatif terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan, penelitian ini
bermaksud untuk menganalisis lebih lanjut pengaruh Tingkat Kemandirian
daerah, dan Tingkat ketergantungan daerah terhadap akuntabilitas kinerja
Pemerintah daerah di Indonesia. Pengukuran kinerja penelitian terdahulu banyak
menggunakan hasil evaluasi kinerja yang dilakukan oleh Kementerian Dalam
Negeri dalam untuk mengukur akuntabilitas kinerja Pemda. Berbeda dengan
penelitian sebelumnya dalam penelitian ini akan menggunakan hasil Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dilakukan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai ukuran
akuntabilitas kinerja Pemda serta menggunakan alat bantu SPSS 20 dan data
yang di gunakan adalah tahun 2013-2015. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka akan dilakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini dengan judul
“Tingkat Kemandirian Daerah dan Ketergantungan Daerah Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah daerah di Indonesia ”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat ditarik permasalahan
yang difokuskan pada penelitian ini antara lain :
7
1. Apakah Tingkat Kemandirian Daerah Berpengaruh Terhadap
Akuntabilitas Kinerja pemerintah Daerah?
2. Apakah Tingkat Ketergantungan Daerah Berpengaruh Terhadap
Akuntabilitas Kinerja pemerintah Daerah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menguji pengaruh tingkat kemandirian daerah terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah di Indonesia
2. Menguji pengaruh tingkat ketergantungan daerah terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah di Indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja pemerintah Provinsi di
Indonesia sehingga dapat dijadikan tambahan literatur dan bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Akademisi
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
pengembangan teori dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) dalam Pemerintahan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori agensi didasarkan pada
hubungan pihak kesatu (prinsipal) yang memberikan kewenangan kepada pihak
kedua (agen). Teori ini fokus pada asumsi bahwa agen akan berperilaku
oportunistik apabila terjadi konflik dengan prinsipal. Teori ini telah banyak
diaplikasikan dalam menggambarkan hubungan antara prinsipal dan agen dalam
konteks pemerintahan. Konflik antara prinsipal dan agen dapat terjadi
karena perilaku oportunistik yang mungkin dilakukan dalam penyelenggaraan
pemerintahan, seperti dalam penyusunan anggaran atau pengambilan kebijakan.
Adanya perbedaan kewenangan dan kekuasaan antara prinsipal dan agen
menimbulkan asimetri informasi yang dapat mengurangi kemampuan prinsipal
dalam mengawasi perilaku agen (Bendickson, dkk. 2016).
Asimetri informasi dapat timbul karena pihak agen mendapatkan akses informasi
yang lebih banyak daripada pihak prinsipal. Hal ini menimbulkan kemungkinan
adanya tindakan menyimpang yang dilakukan oleh pihak agen dengan cara
9
memanfaatkan akses informasi yang lebih besar tersebut. Perilaku menyimpang
yang dilakukan oleh agen akan dapat menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat (prinsipal) terhadap pemerintah (agen). Untuk mengatasi hal itu,
tindakan audit diperlukan untuk meningkatkan transparansi informasi bagi pihak
prinsipal terhadap kinerja dari pihak agen (Nyman, Nilsson, dan Rapp,2005).
Pelaporan kinerja secara periodik juga dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas
kinerja kepada publik sehingga akan meningkatkan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah
2.1.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
Parker dan Gould dalam Mzenzi dan Gaspar (2015) menyatakan bahwa
akuntabilitas adalah pertanggungjawaban individu atas segala kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan. Dalam instansi pemerintah dapat diartikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban pemerintah (agen) kepada masyarakat (prinsipal)
atas kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah
dijelaskan bahwa akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan oleh pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.
10
Pertanggungjawaban secara periodik tersebut dapat dilakukan melalui suatu
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang akan
diimplementasikan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP). SAKIP merupakan suatu rangkaian sistematik dari berbagai
aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan
pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah (Perpres No. 29 Tahun 2014). Dalam
Riantiarno dan Azlina (2011) dijelaskan bahwa penerapan sistem tersebut
bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab, dan bebas
dari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme.
2.1.3 Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Menurut Permenpan No. 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), untuk mengetahui sejauh
mana instansi pemerintah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintahnya, serta sekaligus untuk mendorong adanya peningkatan
kinerja instansi pemerintah, maka perlu dilakukan suatu evaluasi implementasi
SAKIP. Evaluasi ini diharapkan dapat mendorong instansi pemerintah di pusat
dan daerah untuk secara konsisten meningkatkan implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahnya dan mewujudkan capaian kinerja
(hasil) instansinya sesuai yang diamanahkan dalam RPJMN/RPJMD.
11
Evaluasi atas implementasi SAKIP adalah aktivitas analisis yang
sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan, serta
pemberian solusi atas masalah yang ditemukan untuk tujuan peningkatan
akuntabilitas dan kinerja instansi/unit kerja pemerintah (Kemenpan-RB, 2015).
Kemenpan-RB sebagai pihak yang bertugas melakukan penguatan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah akan melakukan penilaian secara menyeluruh terhadap
komponen perencanan, pengukuran, dan pelaporan kinerja serta evaluasi terhadap
program dan kebijakan instansi yang bersangkutan dengan bobot nilai yang
berbeda-beda (Kemenpan-RB, 2015). Alokasi penilaian terhadap masing masing
komponen dan sub-komponen adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Alokasi Penilaian Komponen dan Sub-Komponen Evaluasi SAKIP
No. Komponen Bobot Sub Komponen
1. Perencanaan Kinerja 30% a. Rencana Strategis (10%), meliputi: Pemenuhan Renstra (2%), Kualitas
Renstra (5%) dan Implementasi
Renstra (3%)
b. Perencanaan Kinerja Tahunan
(20%), meliputi Pemenuhan RKT
(4%), Kualitas RKT (10%) dan
Implementasi RKT (6%).
2. Pengukuran Kinerja 25% a. Pemenuhan pengukuran (5%) b. Kualitas Pengukuran (12,5%)
c. Implementasi pengukuran (7,5%)
3. Pelaporan Kinerja 15% a. Pemenuhan pelaporan (3%) b. Kualitas pelaporan (7,5%)
c. Pemanfaatan pelaporan (4,5%)
4. Evaluasi Internal 10% a. Pemenuhan evaluasi (2%) b. Kualitas evaluasi (5%)
c. Pemanfaatan hasil evaluasi (3%)
12
5. Capaian Kinerja 20% a. Kinerja yang dilaporkan (output) (5%)
b. Kinerja yang dilaporkan (outcome)
(10%)
c. Kinerja tahun berjalan (benchmark)
(5%)
Total 100%
Sumber : Permenpan No. 12 Tahun 2015
Nilai hasil akhir dari penjumlahan masing-masing komponen tersebut akan
digunakan untuk menentukan nilai akuntabilitas kinerja instansi yang
bersangkutan dengan skala nilai dari 0 sampai dengan 100 yang akan diperingkat
dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kategori Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
No. Kategori Nilai Angka Interpretasi
1. AA > 90-100 Sangat Memuaskan
2. A > 80-90 Memuaskan, Memimpin perubahan, berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel.
3. BB > 70-80 Sangat Baik, Akuntabel, berkinerja baik, memiliki sistem manajemen kinerja yang
andal.
4. B > 60-70 Baik, Akuntabilitas kinerjanya sudah baik, memiliki sistem yang dapat digunakan
untuk manajemen kinerja, dan perlu sedikit
perbaikan.
5. CC > 50-60 Cukup (Memadai), Akuntabilitas kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem
yang dapat digunakan untuk memproduksi
informasi kinerja untuk pertanggung
jawaban, perlu banyak perbaikan tidak
mendasar.
6. C > 30-50 Kurang, Sistem dan tatanan kurang dapat diandalkan, memiliki sistem untuk
manajemen kinerja tapi perlu banyak
perbaikan minor dan perbaikan yang
mendasar.
13
7. D 0-30 Sangat Kurang, Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk penerapan
manajemen kinerja; Perlu banyak
perbaikan, sebagian perubahan yang sangat
mendasar.
Sumber : Permenpan No. 12 Tahun 2015
2.1.4 Tingkat Kemandirian Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan cermin dari kemandirian suatu daerah.
Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pendapatan Asli Daerah
adalah sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk
digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai
pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana
dari pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD bertujuan
memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Adapun kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu:
1. Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, pajak daerah dapat digolongkan menjadi:
14
a. Pajak provinsi, terdiri atas Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok
b. Pajak kabupaten/kota, terdiri atas Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak
Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
2. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
Daerah, terdiri atas Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu.
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan meliputi:
a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD;
b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN; dan
c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
15
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci
menurut obyek pendapatan yang mencakup:
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
f. penerimaan keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
h. pendapatan denda pajak;
i. pendapatan denda retribusi;
j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
k. pendapatan dari pengembalian;
l. fasilitas sosial dan fasilitas umum;
m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan.
pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
16
2.1.5 Tingkat ketergantungan Daerah
Salah satu sumber penerimaan Pemerintah Daerah selain PAD adalah Dana
Perimbangan. Green (2005) dalam tulisannya menyatakan bahwa desentralisasi
diIndonesia lebih kepada desentralisasi administrasi daripada desentralisasi
fiskal, hal ini dikarenakan Pemerintah Pusat masih membagi Pendapatan Negara
untuk kebutuhan Pemda. Pemda rata-rata mendapatkan lebih dari 80% dari
jumlah pendapatan dari Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan). Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Tarigan (2009) yang menyatakan bahwa pemda terlalu
bergantung kepada dana transfer dari Pemerintah Pusat dalam bentuk DAU dan
DAK. Wisaksono (2008) menyatakan bahwa kemampuan daerah untuk menggali
pendapatan yang berasal dari sumber internal masih rendah sehingga Pemda
belum sepenuhnya mampu secara mandiri mendanai kegiatan pembangunan.
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dengan adanya era desentralisasi, pengawasan
keuangan terhadap pemerintah daerah harus lebih efektif dilakukan oleh
pemerintah pusat agar tercipta suasana pemerintahan daerah yang transparan dan
akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah pusat dengan membentuk
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang melaksanakan
fungsi pengawasan keuangan internal dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
yang melakukan fungsi pengawasan eksternal (Cahyat, 2004).
17
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ringkasan dari penelitian terdahulu disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Variabel Hasil
1. Kurniatul Mudhofar &
Afrizal
Tahar
- Jurnal
Akuntansi
dan
Investasi
(2016)
Pengaruh Desentralisasi
Fiskal dan
Kinerja Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di
Indonesia: Efek
Moderasi dari
Kinerja
X: Kemandirian Daerah,
Ketergantunga
n pemerintah,
Efektivitas
realisasi PAD
Y: Kinerja Penyelenggaraan Pemda
Z: Akuntabilitas
Pelaporan
Keuangan
Hasil penelitian ini menunjukkan kemandirian daerah dan kinerja berpangaruh terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan Pemda. Sementara ketergantungan pada pemerintah pusat dan
efektivitas tidak
berpengaruh. Kinerja
sebagai pemoderasi
hanya berpengaruh
atas hubungan
ketergantungan pada
pemerintah pusat
terhadap akuntabilitas
pelaporan keuangan
Pemda.
18
2 3 .
Amy Fontanella
& Hilda
Rossieta –
Jurnal
Simposium
Nasional
Akuntansi
17 (2014)
Nurdin
(2015)
1
3
Pengaruh Desentralisasi
Fiskal dan
Kinerja
Terhadap
Akuntabilitas
Pelaporan
Keuangan
Pemerintah
Daerah di
Indonesia
Pengaruh
Karakteristik
Pemerintah
Daerah Dan
Temuan Audit
BPK RI
Terhadap
Akuntabilitas
kinerja
pemerintah
daerah
X: Tingkat kemandirian,
tingkat
ketergantunga
n, tingkat
kinerja
Y:
Akuntabilitas
pelaporan
keuangan
X : tingkat
Kemandirian
daerah, tingkat
ketergantungan
daerah, dan
belanja daerah
Y:
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah
Hasil penelitian ini menunjukkan
kemandirian daerah
dan kinerja
berpangaruh terhadap
akuntabilitas
pelaporan keuangan
Pemda. Sementara
kinerja sebagai
pemoderasi
memperlemah
pengaruh negatif
ketergantungan daerah
terhadap akuntabilitas
pelaporan keuangan
Pemda.
Hasil penelitian
Menjunjukan Tingkat
Kemnadirian daerah
berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas
kinerja pemerintah
daerah,tingkat
ketergantungan
berepenegruh negatif
sedangkan variable
belanja daearah dan
audit BPK RI tidak
berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja
pemda.
19
2.3 Kerangka Pemikiran
(+)
(-)
Gambar 2.1 Model Pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Tingkat Kemandirian Pemerintah Provinsi Berpengaruh Positif
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
Tingkat kemandirian pemerintah daerah dapat diketahui dari jumlah Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Santosa dan Rahayu (2005) menyatakan bahwa PAD
merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri
sehingga dapat dijadikan tolok ukur kemampuan dan cermin tingkat kemandirian
daerah. Semakin tinggi PAD suatu daerah, menunjukkan bahwa semakin tinggi
pula tingkat kemandirian daerah. Hal ini menandakan bahwa pemerintah daerah
Tingkat Kemandirian
Daerah
Tingkat
Ketergantungan
Daerah
Akuntabilitas kinerja
Pemerintah Daerah
20
telah berhasil dalam menyusun dan melaksanankan program kerja dan kebijakan
yang dapat meningkatan Pendapatan Asli Daerahnya (Nurdin, 2015)
Tingginya PAD seharusnya akan memberikan kemampuan lebih kepada
pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk dapat
menyusun, merencanakan, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan
program kerja daerah dalam mencapai sasaran dan tujuan daerah sehingga akan
meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Adi (2006) menyatakan
bahwa adanya peningkatan PAD harus didukung dengan peningkatan kualitas
layanan publik. Kualitas layanan publik yang baik akan mencerminkan kinerja
yang baik dari suatu pemerintah daerah. Penelitian sebelumnya yang mendukung
hal ini dilakukan oleh Mustikarini dan Fitriasari (2012), Nurdin (2015), dan
Afrian (2016) yang menyatakan bahwa tingkat kekayaan daerah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Dari uraian tersebut,
maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1 : Tingkat kemandirian pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah
2.4.2 Pengaruh Tingkat Ketergantungan Daerah Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Daerah
Salah satu sumber penerimaan Pemerintah Daerah selain PAD adalah Dana
Perimbangan. Green (2005) menyatakan bahwa desentralisasi di Indonesia lebih
kepada desentralisasi administrasi daripada desentralisasi fiskal, hal ini
dikarenakan Pemerintah Pusat masih membagi Pendapatan Negara untuk
21
kebutuhan Pemda. Pemda rata-rata mendapatkan lebih dari 80% dari jumlah
pendapatan dari Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan). Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Tarigan (2009), menyatakan bahwa pemda terlalu bergantung
kepada dana transfer dari Pemerintah Pusat dalam bentuk DAU. Kemampuan
daerah untuk menggali pendapatan yang berasal dari sumber internal masih
rendah sehingga Pemda belum sepenuhnya mampu secara mandiri mendanai
kegiatan pembangunan Wisaksono (2008).
Salah satu elemen yang diukur dalam pengkuran kinerja menurut GASB
(Government Accounting Standard Board) dalam Concept Statement No. 2
adalah indikator pengukuran service effort, yang mana effort dalam hal ini adalah
sumber daya keuangan atau non-keuangan dipakai dalam pelaksanaan suatu
program/kegiatan.Dana Perimbangan merupakan dana transfer yang diberikan
kepada Pemda dalam rangka pemerataan agar tidak terjadi ketimpangan
pendapatan antar Pemda, tidak terdapat effort yang dilakukan Pemda untuk
mendapatkan Dana Perimbangan. Tingginya persentase jumlah dana
perimbangan mengindikasikan bahwa Pemda tidak mandiri dalam mengelola
pendapatannya dan dapat menyebabkan penilaian akuntabilitas kinerja semakin
rendah,.Penelitian oleh Julitawati (2012) menemukan bahwa Dana Perimbangan
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota,
selain itu Fonatella dan Rossieta (2014) yang menemukan bahwa ketergantungan
pada Pemerintah Pusat berpengaruh negatif terhadap akuntabilitas pelaporan
keuangan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Tingkat Ketergantungan pada Pemerintah Pusat berpengaruh negatif
terhadap akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksplanatori. Umar, dalam Rozy dan Wijayanti (2014) dijelaskan bahwa
penelitian eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya
3.2 Definisi dan Operasional Variabel
3.2.1 Variabel Dependen (Akuntabilitas Kinerja - AKIN)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Daerah. Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan oleh pemangku
kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dalam
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik (Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014).
Akuntabilitas kinerja diukur dengan menggunakan hasil evaluasi Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) terhadap
23
akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia. Cakupan
evaluasi akuntabilitas kinerja ini dilakukan terhadap komponen manajemen yaitu,
perencanaan, pengukuran, pelaporan, serta evaluasi internal dan komponen
capaian kinerja (Kemenpan-RB, 2013,2014,2015). Skor hasil evaluasi
Akuntabilitas kinerja diukur dalam skala nilai dari 0 sampai dengan 100 yang
akan diberikan predikat sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan oleh
Kemenpan-RB. Data peringkat skor kinerja pemda didapatkan melalui Melalui
(http://evalrbkunwas.menpan.go.id/index.php/site/)
Berikut disajikan ukuran skala rasio akuntabilitas kinerja pemerintah daerah.
Tabel 3.1 Skala Rasio Berdasarkan Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Daerah
Predikat Nilai Angka
(Rasio)
Keterangan
AA > 90-100 Sangat Memuaskan
A > 80-90 Memuaskan
BB > 70-80 Sangat Baik
B > 60-70 Baik
CC > 50-60 Cukup
C > 30-50 Kurang
D 0-30 Sangat Kurang
3.2.2 Variabel Independen
3.2.2.1 Tingkat Kemandirian Pemerintah Daerah
Tingkat kemandirian pemerintah daerah diukur melalui jumlah Pendapatan Asli
Daerah (PAD). PAD merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah. Penelitian terdahulu yang menggunakan
komposisi PAD dalam menggambarkan tingkat kemandirian pemerintah daerah
24
adalah Mustikarini dan Fitriasari (2012) yang menggunakan realisasi PAD
dibandingkan dengan total realisasi pendapatan daerah sebagai proksi pengukuran
tingkat kekayaan daerah. Sejalan dengan Mustikarini dan Fitriasari (2012),
Dalam penelitian ini menggunakan realisasi PAD dibandingkan dengan realisasi
total pendapatan daerah sebagai proksi untuk mengukur tingkat
kemandirian pemerintah daerah agar tingkat perbandingan kemandirian antar
daerah menjadi merata. Hal tersebut karena masing-masing daerah memiliki
realisasi PAD yang berbeda-beda tergantung dengan potensi sumber daya
yang dimiliki oleh tiap daerah. Proksi tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Tingkat Kemandirian = Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Total Realisasi Pendapatan Daerah
komponennya didapatkan melalui LKPD yang diambil dari Kementerian
Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melalui
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/.
3.2.2.2 Tingkat Ketergantungan Daerah
Mengacu pada penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012), tingkat ketergantungan
dengan pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) dibandingkan
dengan total pendapatan. Maka dalam penelitian ini variabel tingkat
ketergantungan daerah diukur dengan total DAU dibagi dengan total pendapatan
daerah. Proksi tersebut dirumuskan sebagai berikut
Tingkat Ketergantungan = Total Dana Alokasi Umum
Total Pendapatan Keuangan
25
komponennya didapatkan melalui LKPD yang diambil dari Kementerian
keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melalui
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pemerintah daerah Indonesia tahun 2013-
2015. Pemilihan sampel menggunakan cara purposive sampling, yang berarti
sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian
(Sekaran dan Bougie, 2010). Kriteria tersebut yaitu pemerintah daerah di
Indonesia tahun 2013-2015 yang Laporan Keuangan Pemerintah Daerahnya
telah diaudit oleh BPK dan memiliki data yang lengkap untuk
pengukuran seluruh variabel.
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data
untuk variabel Tingkat Kemandirian daerah dan Tingkat ketergantungan daerah
didapatkan dari perhitungan rumus yang telah di jelaskan sebelumnya
komponennya didapatkan melalui LKPD yang diambil dari Kementerian
Keuangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melalui
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/..Data peringkat skor kinerja Pemerintah daerah
didapatkan melalui Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia. Melalui
(http://evalrbkunwas.menpan.go.id/index.php/site/kabupat en,)
26
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Dalam Rozy dan Wijayanti ( 2014) dijelaskan bahwa metode
dokumentasi yaitu mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan data
yang diperlukan dalam penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder,
yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain (Sekaran dan Bougie,2010).
Data sekunder yang dibutuhkan dalam variabel penelitian dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Data skor Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah diperoleh dari
website Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemenpan-RB).
2. Data mengenai total aset, jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD),
dan belanja daerah diperoleh dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD di Indonesia Tahun 2013-2015.
3.5 Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu menganalisis Tingkat Kemamandirian
daerah, dan Tingkat daerah di iindonesia tahun 2013-2015 dengan menggunakan
regresi linier berganda (multiple regression liniear analysis). Data tersebut di-run
menggunakan software SPSS IBM Statistics 20
27
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013). Analisis ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data
sampel tersebut (Ghozali, 2013). Analisis ini akan memberi penjelasan mengenai
variabel-variabel dalam penelitian yaitu ukuran legislatif, tingkat kemandirian
daerah,dan tingkat ketergantungan daerah terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah di Indonesia.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Dalam Rozy dan Wijayanti (2014) dijelaskan bahwa tujuan pengujian asumsi
klasik ini adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang
didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan konsisten. Pada
pengujian penelitian ini, pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai
berikut:
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data penelitian
yang baik adalah yang berdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat diukur
menggunakan dua cara (Ghozali, 2013), yaitu:
28
1. Analisis Grafik,
Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan normal probability plot
dari residual. Apabila normal probability plot menunjukkan titik-titik yang
menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Statistik
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini
lebih akurat karena tidak akan menimbulkan persepsi diantara pengamat satu
dengan pengamat lain seperti pada pengujian normalitas dengan analisis grafik.
Data dikatakan berdistribusi normal jika pada kolom unstandardized residual
memiliki nilai signifikansi lebih dari 5%.
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah gejala adanya hubungan linear yang signifikan antar
variabel independen yang ada di dalam model regresi (Ghozali, 2013).
Tujuan uji multikolinieritas adalah menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013).
Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan
melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
29
tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggukan uji dengan
melihat garafik ploy antara nilai prediksi variable dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot (Ghozali, 2013). Jika tidak
membentukpola tertentu maka dapat di simpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedasitas
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
30
runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada individu atau kelompok yang
sama pada periode berikutnya. Pada data cross section (silang waktu), masalah
autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda
berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005).
Pengujian ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji run
test dengan alat bantu SPSS. Menurut Ghozali (2005), jika nilai signifikasni > 0,05
maka tidak terjadi autokorelasi baik positif atau negatif
3.5.3 Uji Hipotesis
3.5.3.1 Model Regresi Linier Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk
mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen. Model regresinya dapat diformulasikan sebagai berikut:
AKIN = α + β1TKM + β2TKG + e ..............................(I)
Keterangan :
AKIN = Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
α = Konstanta
β1, β2, =Koefisien Regresi Variabel Idependen
e = Koefisien Error
TKM = Tingkat Kemandirian Pemerintah Daerah
31
TKG = Tingkat Ketergantungan Daerah
Dasar analisis pengujian ini adalah jika hasil pengujian menunjukkan koefisien
garis regresi (β1 dan β2) bernilai positif, maka terdapat pengaruh positif variabel
independen terhadap variabel dependen (hipotesis terdukung).
3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji ini digunakan untuk menerangkan sampai sejauh mana variasi variabel
dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independennya. R2
memiliki nilai
interval antara 0 dan 1 ( 0 < R2
> 1) (Ghozali, 2013). Apabila nilai koefisien
determinasi (R2) sama dengan 0 berarti variabel dependen tidak dapat
diterangkan oleh variabel independen sama sekali. Sementara jika nilai koefisien
determinasi (R2) sama dengan 1 berarti variabel dependen secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel independen. Jadi semakin tinggi
nilai R2
maka suatu regresi tersebut akan semakin baik.
3.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh ukuran pemerintah daerah,
tingkat kemandirian pemerintah daerah, belanja daerah, dan ukuran
legislatif pemerintah daerah secara parsial terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel coefficients pada kolom sig
32
(significance). Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial (Ghozali, 2013).
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh tingkat kemandirian peerintah
daerah dan tingkat ketergantungan daerah terhadap akuntabiltas kinerja
pemerintah daerah di Indonesia tahun 2013-2015. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi liniear berganda dengan alat analisis IBM SPSS 20 untuk
menguji hipotesis. Berdasarkan hasil pegujian hipotesis dari kedua variable
indenpenden yaitu tingkat kemandirian daerah dan tingkat ketergantungan
daerah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel independen tingkat kemandirian daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dalam total pendapatan daerah yang mencerminkan kemandirian
daerah, maka akuntabilitas kinerja pemerintah daerah akan semakin
meningkat pada periode selanjutnya yang tercermin dari skor Hasil
Evaluasi akunatabilitas Kinerja pemerintah daerah. Peningkatan PAD akan
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk dapat merencanakan,
menetapkan ukuran, dan indikator kinerja serta melaksanakan program
kerja sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditentukan
48
2. Variabel independen tingkat ketergantungan daerah berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah jumlah dana transfer yaitu
Dana alokasi umum Umum dalam total pendapatan daerah yang
mencerminkan ketergantungan daerah, tetapi tidak akan mempengaruhi
naik atau turunya akuntabiltas kinerja pemerintah daerah
5.2 Keterbatasan penelitian
keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan dua indikator dalam aspek finansial
yaitu tingkat kemandirian daerah dan tingkat ketergantungan daerah
sedangkan masih banyak indikator dalam aspek finansial lainnya yang
dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja pemerintah daerah agar dapat
meningkatkan hasil yang lebih signifikan
2. Jumlah sampel dan periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian
masih terbatas.
3. Terdapat 4 data yang tidak mememnuhi kriteria dlam penelitian ini pada
provinsi di Indonesia setelah tahun 2013-2015 sehingga berkemungkinan
membuat perbedaan varians data yang cukup signifikan
4. Peneliti tidak mendapatkan data skor akuntabilitas kinerja secara detail per
komponen hasil evaluasi SAKIP sehingga kurang dapat menjelaskan
komposisi dari nilai akuntabilitas kinerja masing-masing pemerintah
daerah
49
5. Penelitian ini hanya menggunakan data dari tahun 2013-2015, karena
sulitnya mengakses data tahun yang sebelumnya dan juga berbeda dalam
peniliain, untuk tahun 2016 dan 2017 data belum tersedia sehingga tidak
bisa dijadikan dalam sample penelitian.
6. Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa model
penelitian hanya mampu menjelaskan tingkat kemandirian pemerintah
daerah dan tingkat ketergantungan terhadap akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah di Indonesia sebesar 39,2% sedangkan sisanya sebesar
60,8% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dijelaskan
sebelumnya, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data yang paling
terbaru untuk bisa melihat perkembagan akuntabilitas kinerja pemda yaitu
2016 dan 2017
2. Pengambilan sampel yang lebih besar dengan periode waktu yang
lebih panjang sehingga dapat diketahui perkembangan skor akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah di Indonesia
3. Selain itu, perlu menambahkan variabel dari aspek finansiallainya
dan variable lain di luar aspek finansial yang diduga memiliki pengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah,
DAFTAR PUSTAKA
Amy Fontanella & Hilda Rossieta” Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja
Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah di
Indonesia” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 17 (2014)
Bendickson, J. Muldoon, J. Liguori, EW. Davis, PE. 2016. "Agency
theory:background and epistemology", Journal of Management History,
Vol. 22Iss 4 pp. 437 – 449.
Bendickson, J. Muldoon, J. Liguori, EW. Davis, PE. 2016. "Agency theory: the
times, they are a-changin‟", Management Decision, Vol. 54 Iss 1 pp. 174 –
193.
Fitriani. 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan
Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang
Terdaftar di Burs Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi IV.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progrm IBM SPSS
21. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Green, 2005. “Desntralisasi di Indonesia lebih kepada Desentalisasi Administrasi
daripada desentalisasi fiskal’ Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol. 1 No.3
Halim, A. dan Abdullah, S. 2006.Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintahan Daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol. 2 No. 1.
Akuntansi Pemerintahan Vol. 2 No. 1.Jensen, M.C. and Meckling, W.H. 1976.
“Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership
structure”, Journal Financial Economics, Vol. 3, pp. 305-360.
Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia. Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
(http://evalrbkunwas.menpan.go.id/index.php/site/ diakses pada tanggal 27
Desember 2017).
Kementerian Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia. Peraturan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2015 tanggal 22 Juni 2015 tentang
Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Kurniatul Mudhofar & Afrizal Tahar” Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja
Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan” Jurnal Akuntansi dan
Investasi (2016)
Kusumawardani, Media. 2012. „Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif,
Leverage terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia”.
Accounting Analysis Journal 1. Universitas Negeri Semarang.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Marfiana dan Kurniasih. 2013. "Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan
Hasil Pemeriksaan Audit Bpk Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota”. Journal & Proceeding FEB Unsoed 3(1).
Mustikarini dan Fitriasari. 2012. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan
Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Di Indonesia Tahun Anggaran 2007”. Simposium Nasional Akuntansi XV:
Banjarmasin.
Nurdin. 2015. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit
BPK RI terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah”. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 3 No. 1. Universitas Brawijaya.
Nyman, Caroline. Nilsson, Fredrik. Rapp, Birger. 2005. "Accountability in local
government: a principal-agent perspective", Journal of Human Resource
Costing & Accounting, Vol. 9 Iss 2 pp. 123 – 137.
Okfitasari, Antin. 2015. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap
Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
Pemerintah Daerah se-Jawa Tengah)”. Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Vol. 2 Nomor 4.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka :
Jakarta.
Pratiwi dan Aryani. 2016. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Kepala
Daerah, Tindak Lanjut Temuan Audit Terhadap Opini”. Jurnal Akuntansi
Volume XX, No. 02, Mei 2016: 167-189.
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tanggal
21 April 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tanggal 22
Oktober 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tanggal 30
September 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tanggal 15 Oktober
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 15
September 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tanggal 11 Mei 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Riantiarno, Reynaldi. Azlina, Nur. 2011. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah”. Pekbis Jurnal, Vol. 3, No.3,
November 2011: 560-568.
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. 2010. Research Methods for Business-A Skill
Building Approach-5th Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Setyaningrum dan Syafitri. 2012. “Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan”. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, Volume 9, Nomor 2. Universitas
Indonesia.
Steven and Patrick, P. A. 2007. “The Determinant of Organizational
Inovativeness: The Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local
Government”. Pennsylvania: The Pennsylvania State University.
Suhardjanto, D. Lesmana, Sigit I. 2010. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia”. Prestasi.
Vo. 6 No. 2 Hal. 25-40. STIE Bank BPD Jateng.
Suhardjanto, D., Rusmin, Mandasari, P., dan Brown, A. 2010. “Mandatory
Disclosure Compliance and Local Government Characteristics: Evidence
from Indonesian Municipalities”. Penelitian Hibah Publikasi Internasional,
LP2M UNS.
Suhardjanto, D., Yulianingtyas, R. 2011. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan