pengembangan model routing pada delay...

15
PENGEMBANGAN MODEL ROUTING PADA DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK PENGIRIMAN DATA KE DESA TERPENCIL DEVELOPMENT OF ROUTING MODEL IN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) FOR SHIPPING FILE WITH SIZE 25MB – 100MB Agussalim 1 , Muh. Niswar 2 , Amil Ahmad Ilham 3 1 Jurusan Teknik Komputer,Politeknik Internasional Indonesia Makassar 2,3 Jurusan Elektro, Prodi Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Agussalim, S.Pd. Jurusan Teknik Komputer Politeknik Internasional Indonesia Makassar Makassar. Sulawesi Selatan. HP: 081355150658 Email: [email protected]

Upload: hoangduong

Post on 21-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN MODEL ROUTING

PADA DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK PENGIRIMAN DATA KE DESA TERPENCIL

DEVELOPMENT OF ROUTING MODEL IN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN)

FOR SHIPPING FILE WITH SIZE 25MB – 100MB

Agussalim1, Muh. Niswar2, Amil Ahmad Ilham3

1Jurusan Teknik Komputer,Politeknik Internasional Indonesia Makassar

2,3Jurusan Elektro, Prodi Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Agussalim, S.Pd. Jurusan Teknik Komputer Politeknik Internasional Indonesia Makassar Makassar. Sulawesi Selatan. HP: 081355150658 Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model routing DTN agar diperoleh solusi optimal pada pengiriman data berukuran besar dengan memanfaatkan alat transportasi sebagai router DTN. Metode penelitian menggunakanmetode eksperimental dengan simulasi dan evaluasi model routing menggunakan The ONE simulator, evaluasi diprioritaskan pada jumlah pesan yang diterima, probabilitas pesan, Message Delay Reports, Buffer Time Average, dan Latency Average, Total Contact Time Report, dan Throughput, dari hasil evaluasi, didapatkan model routing yang optimal untuk skenario Makassar-Selayar yaitu Direct Delivery, Spray & Wait, dan MaxProp. Dari hasil pengembangan model routing, didapatkan model gabungan antara Direct Delivery dan Oracle Based Routing, yang disebut dengan Direct Oracle Router (DOR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DOR memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan lebih banyak dibanding model lain, hal ini dapat dilihat dari probabilitas penerimaan pesan yang lebih tinggi dibanding model lain. DOR memiliki latency yang lebih tinggi dibanding DDR untuk ukuran file 25 MB, tetapi untuk ukuran file 75 MB – 100 MB DOR memiliki latency yang lebih rendah. Kekurangan dari DOR, besarnya overhead ratio pada pengiriman file berukuran 25 MB akibat proses manajemen buffer yang masih kurang baik. Kata kunci : Delay Tolerant Network (DTN), Direct Oracle Routing (DOR), model routing

ABSTRACT

The study aims to develop routing model of DTN to obtain optimal solution for large data transmission utilizing transportation means as a DTN router. The routing models development by simulated and evaluated using The ONE simulator and the evaluation is prioritized on the number of message received, message probability, message delay reports, buffer time average, latency average, total contact time report, and throughput. The evaluation finds an optimal routing model for the scenario of Makassar – Selayar i.e. Direct Delivery, Spray and Wait, and MaxProp. From the routing model development, was found a combination of Direct Delivery and Oracle Based routing called the Direct Oracle Router (DOR). DOR has the ability to send message more than other models as seen in the probability of message delivery which is higher than that of other models. DOR has a higher latency than the DOR for 25 MB file size, but for 75 to 100 MB file size it has lower latency. One liability of DOR is that the large amount of overhead ratio at delivery of 25 MB files size due to insufficient buffer management process.

Keywords: Delay Tolerant Network (DTN), DirectOracle Router(DOR), model routing

.

PENDAHULUAN

Delay Tolerant Network (DTN) mulai diteliti sejak tahun 2002 (www.dtnrg.org), DTN

muncul dari studi bagaimana menyediakan koneksi dalam skenario koneksivitas end-to-end

yang tidak normal, DTN menyediakan komunikasi dalam lingkungan dengan konektivitas

silang, waktu penundaan yang besar dan berubah-ubah, dan tingkat error yang tinggi (Md.

Yusuf s. Udin & David M. Nicol, 2009), dimana hal ini sangat cocok diterapkan pada daerah

terpencil. Jaringan berbasis DTN dapat dibangun dengan memanfaatkan sarana dan prasarana

yang ada di sekitar daerah itu untuk memberikan layanan dengan menambahkan beberapa

peralatan pendukung seperti angkutan transportasi publik dalam hal ini Bus antar-kota yang

dijadikan sebagai router DTN (Forrest Warthman. 2003). Contoh lain adalah penelitian

tentang pemanfaatan kereta api sebagai jalur DTN untuk menyediakan layanan portal berita

dan email, disini di tekankan bahwa dengan menggunakan protokol DTN dan satu set

peralatan WiFi, transmisi data antara dua atau lebih node dapat dilakukan tanpa membangun

jalur end-to-end atau koneksi langsung antara pengirim dan penerima (Emir M. Husni, Ari

Rinaldi Sumarmo, 2010).

Saat ini DTN masih dalam tahap penelitian dan uji coba, beberapa hasil penelitian

dapat dilihat pada website dtnrg.org, terdapat beberapa daerah dijadikan scenario uji coba

simulasi DTN dengan menggunakan ONE simulator, seperti Manchester dan Manhattan.

Daerah tersebut merupakan daerah perkotaan yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi,

dimana jumlah kendaraan yang lalu lalang setiap hari lebih banyak jika dibandingkan dengan

desa terpencil. Hal tersebut menyebabkan model routing dan scenario yang ada pada ONE

Simulator belum optimal jika digunakan pada simulasi DTN pada daerah terpencil karena

terdapat perbedaan dengan kota besar.

Penelitian ini akan memanfaatkan DTN sebagai jaringan untuk mengirimkan data ke

desa terpencil, dengan asumsi data yang dikirim melalui DTN berupa data-data dengan

ukuran 25 MB - 100 MB. Simulasi dilakukan menggunakan ONE Simulator dengan

merancang scenario untuk desa terpencil, dalam hal ini daerah yang dipilih adalah sebuah

desa di Kab. Kepulauan Selayar, yang berada di Sulawesi Selatan – Indonesia. Setelah

scenario pengiriman data telah dibuat, kemudian akan dilakukan uji coba dan evaluasi

menggunakan simulator “Opportunistic Network Environment” (ONE). (Ari Keranen, Jorg

Ott, Teemu Karkkainen. 2009)

Model routing yang ada pada ONE akan diuji coba untuk scenario pengiriman data ke

daerah terpencil, saat ini ada 6 model routing yang ada diantaranya Direct Delivery,

Epidemic, First Contact, Max Prop, Spray And Wait dan Prophet (Ari Keranen, Jorg Ott,

Teemu Karkkainen. 2009), dari 6 model routing yang ada, akan dievaluasi dan dikembangkan

sehingga didapatkan model routing yang optimal untuk melakukan pengiriman data ke desa

terpencil, dengan memperhatikan ukuran dan banyaknya file yang dapat di kirim pada desa

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalahBagaimana

pengembangan scenario untuk pemanfaatan DTN untuk daerah terpencil, untuk pengiriman

file dengan ukuran yang besar dengan memanfaatkan alat transportasi di daerah tersebut, dan

bagaimana pengembangan sebuah model routing yang dapat lebih optimal dalam melakukan

proses transfer data berukuran besar dengan memanfaatkan alat transportasi pada daerah

tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah menggunakan DTN sebagai jaringan alternatif selain

internet dalam melakukan pengiriman data berukuran besar ke daerah terpencil,

mengevaluasi model-model routing yang ada pada DTN sesuai dengan skenario yang telah

dikembangkan, berdasarkan banyaknya data yang dapat diterima dan dikirim dengan

memanfaatkan alat transportasi yang ada di desa terpencil, mengembangkan model routing

pada DTN sehingga didapatkan solusi optimal untuk pengiriman data berukuran besar dengan

memanfaatkan alat transportasi pada desa terpencil berdasarkan banyaknya data yang dapat

diterima di desa tersebut.

METODE PENELITIAN

Analisis Model dan Infrastruktur

Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai permasalahan yang akan diselesaikan

menggunakan Delay Tolerant Network, penelitian berfokus pada identifikasi setiap masalah

dan kompleksitasnya pada gambaran nyata system. Kebutuhan pengguna layanan, dan

infrastruktur pendukung yang tersedia menjadi pengarah pada proses analisis. Secara umum

tahapan ini merupakan garis besar kerja system untuk pembuatan jaringan alternatif selain

internet untuk menyediakan transfer data berukuran besar pada desa terpencil.

Pengumpulan data dan studi literatur

Merupakan tahap mengumpulkan informasi dan data-data arsitektur Delay Tolerant

Network. Proses ini lebih banyak merupakan studi literatur yang mengacu pada referensi-

referensi dalam negeri dan luar negeri. Pengkajian mengarah pada pengumpulan informasi

tentang karakteristik delay tolerant network (DTN) yang selanjutnya berupaya

mengaitkannya dengan studi data tentang teknologi yang tepat untuk implementasi

sistemnya. Tahap ini juga dilakukan site survey untuk mengetahui kondisi lapangan

bagaimana DTN dapat melayani proses pengiriman data berukuran besar pada desa terpencil.

Daerah terpencil yang dijadikan studi kasus pada penelitian ini adalah Desa Appatana yang

berada pada Kabupaten Kepualuan Selayar. Desa ini dipilih karena terbatasnya infrastruktur

internet di Kabupaten Kepulauan Selayar dan kendaraan umum yang lalu lalang di daerah

tersebut yang dianggap memadai untuk infratruktur DTN karena melayani penumpang dari

dan ke ibukota Kab. Kepualan selayar mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 22.00. Tahapan

ini juga akan saling berkaitan dengan tahapan pertama dan akan dijalankan secara paralel

untuk menciptakan kecocokan antara masalah pada tahap pertama dan solusinya pada tahap

ini.

Desain dan Perancangan Sistem

Merupakan tahap desain, merancang dan dokumentasi model berdasarkan studi

literatur dan teknologi yang dipilih sebagai implementasi sistem. Tahap ini berbeda dengan

tahap pertama. Pada tahap pertama, model asumtif yang digunakan belum melibatkan pilihan

teknologi implementasi sistem. Sementara bagian ini ditempuh setelah pada tahap dua telah

diputuskan teknologi terbaik dari arsitektur sistem, serta kehandalan, yang menjadi pilihan

dalam mengembangkan model routing pada DTN. Pada tahap ini variabel-variabel yang

dihasilkan pada tahap kedua dijadikan pedoman untuk penentuan teknologi terbaik untuk

sistem, seperti model movement, kecepatan transfer data dan jumlah kendaraan yang dapat

dijadikan sebagai router DTN (Evan P.C. Jones, Paul A.S. Ward. 2007).

Simulasi dan Evaluasi System

Tahapan simulasi didasarkan pada hasil dari tahapan perancangan sistem, pada tahap

ini model yang dikembangkan akan disimulasikan dan dievaluasi menggunakan

Opportunistic Network Environment (ONE) simulator, pengujian dilakukan dengan

membandingkan beberapa skenario pengiriman pesan yang ada, Pada pengujian ini

digunakan beberapa protokol routing, dimana ukuran pesan yang dimasukkan ke dalam

jaringan memiliki ukuran 25 sampai 100 MB.

Berikut beberapa hal yang dievaluasi dalam penelitian ini:1) Message Delivery

Reportadalah laporan dari jumlah pesan yang diterima dengan waktu yang dibutuhkan,

laporan baru dibuat setiap kali pesan dibuat atau disampaikan; 2) Message Delay Report

merupakan laporan dari penundaan pesan yang diterima (satu baris per pesan yang

disampaikan) dan probabilitas kumulatif penundaan pesan diurut berdasarkan keterlambatan

pesan; 3) Delivery Probability Report adalah probabilitas pengiriman pesan merupakan rasio

perbandingan antara pesan yang diterima dengan jumlah pesan yang dikirim. Probabilitas

yang tinggi diartikan bahwa lebih banyak pesan yang disampaikan ke node tujuan; 4) Buffer

Time Average Report merupakan rata-rata dari Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh router

untuk manajemen buffer sebelum diteruskan ke router yang lain; 5) Latency Average

Reportadalahjumlahwaktuyangdibutuhkanpaketdatauntuk berpindahdi

seluruhkoneksijaringan. Ketikasebuah paketsedangdikirim, ada"latency" waktu, ketika

nodeyangmengirimpaketmenunggukonfirmasibahwapakettelahditerima; 6) Total Contact

Time merupakan laporan total jumlah kontak tiap host; 7) Throughputadalah ukuran

banyaknya data yang diterima tanpa error pada suatu jaringan dalam satu detik. Atau jumlah

data per satuan waktu yang dikirim untuk suatu terminal tertentu didalam sebuah jaringan

atau dari suatu titik jaringan ke titik jaringan lain.

Pengembangan Model routing

Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya, berdasarkan hasil evaluasi

dan simulasi maka akan dipilih 2 model routing yang akan dijadikan dasar untuk

pengembangan model routing yang cocok. Ukuran file yang besar, model movement yang

berbeda-beda untuk setiap node, serta jumlah group node pada jalur yang akan dilalui

merupakan faktor penentu dari pengembangan model ini, hasil akhir yang diharapkan dalam

pengembangan model ini adalah banyaknya jumlah pesan berukuran besar yang dapat

diterima oleh node tujuan yang berada di desa terpencil dengan memperhatikan latency,

buffer time, contact time, dan throughput dari hasil pengembangan model routing ini. Model

pengujian yang dilakukan hampir sama dengan tahapan simulasi dan evaluasi, model

pengembangan akan diuji coba menggunakan skenario yang telah dibuat dengan ukuran file

25 – 100 MB.

Pengembangan model routing pada Delay Tolerant Network, dilakukan melalui

observasi rute Makassar – Selayar mulai dari waktu keberangkatan, waktu tempuh, kecepatan

rata-rata, jarak tempuh, jumlah alat transportasi yang melalui jalur Makassar - Selayar.

Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama menggunakan data sistem

informasi geografi, tahap kedua penulis melakukan perjalanan Makassar – Selayar untuk

pengukuran kecepatan rata-rata bus, mobil angkutan umum, dan ferry.

HASIL

Data dari Sistem Informasi Geografis

Pembuatan skenario DTN pada ONE Simulator membutuhkan map yang memiliki

skala yang tepat sesuai dengan kenyataan sebenarnya, dimana saat ini map dengan mudah

didapatkan melalui website GIS seperti Googlemap dan openstreetmap.org. Tetapi penulis

mengalami kendala untuk mendapatkan rute transportasi terutama untuk daerah Selayar,

beberapa website GIS belum menyediakan rute lengkap untuk daerah selayar, oleh karena itu

digunakan data mentah dengan format JPG, data inilah yang kemudian di-digitalisasi

menggunakan aplikasi GIS Openjump, data hasil digitalisasi ini berjenis .WKT (well known

format) yang digunakan untuk simulasi pada ONE Simulator.

Peta untuk jalur angkutan rute makassar - selayar dibuat berdasarkan hasil observasi

penulis dengan melaksanakan perjalanan dari Makassar - Selayar, dan Selayar – Makassar

dibantu aplikasi navigasi Aura untuk mengetahui kecepatan kendaraan yang berada pada jalur

tersebut, pada gambar 1 terlihat peta Makassar- Selayar dalam bentuk JPG, peta inilah yang

digunakan sebagai bahan mentah untuk digitalisasi ke bentuk Wwll Known Format (WKT),

gambar 2 menunjukkan peta dalam bentuk WKT (Well Known Text) yang sudah

didigitalisasi menggunakan aplikasi openmap.Perjalanan dari Makassar ke Benteng Selayar

selama 14 Jam, menempuh jarak sekitar 240 km melewati selat Bira. Perjalanan dimulai dari

Terminal Mallengkeri menuju Terminal Benteng di Selayar, melewati beberapa kabupaten

yang ada di Sulawesi Selatan. Rute menuju Kab. Kep. Selayar memiliki jarak yang panjang,

dan menggunakan beberapa jenis alat transportasi seperti bus, ferry, dan angkutan umum.

Sarana transportasi ke Selayar dilayani oleh Bus yang telah memiliki rute fixed. Selain

enggunakan rute bus yang fix yaitu jurusan Makassar – Selayar, kami juga menggunakan

beberapa rute angkutan umum yang melalui jalur yang sama, dengan pemberhentian dan

jurusan yang berbeda. Total bus, mobil, dan ferry yang digunakan adalah sebanyak 131 unit

yang selanjutnya dijadikan sebagai node/router yang akan menerima dan meneruskan data ke

node tujuan.

PEMBAHASAN

Untuk simulasi ini akan dievaluasi 6 model routing standar menggunakan ONE

Simulator. Semua data yang telah dikumpulkan dijadikan parameter untuk pembuatan

skenario pengiriman pesan pada DTN untuk rute Makassar-Selayar, dengan ONE pergerakan

node dapat dimodelkan berdasarkan data real-world yang dibuat menggunakan aplikasi GIS

(openjump) yang berformat *.wkt (Well Known Format). Pada gambar 2 dapat dilihat model

pergerakan yang telah diimplementasikan pada ONE Simlator.

Skenario ini disimulasikan selama 14 Jam, sesuai dengan lamanya waktu perjalanan

dari Makassar Ke Selayar, pada simulasi ini diasumsikan setiap alat transportasi memiliki

peralatan komunikasi yang dijadikan sebagai router DTN. Untuk node type bus dan Ferry

memiliki high speed interface seperti perangkat wifi, dan interface Bluetooth, sedangkan

untuk mobil angkutan hanya memiliki interface Bluetooth. Tahapan Simulasi dilakukan

dengan menggunakan ONE Simulator. Simulasi dimulai dengan mengevaluasi performance

dari 6 protokol routing dengan 4 ukuran file yang berbeda menggunakan skenario yang sudah

disesuaikan dengan kondisi real di lapangan. Untuk skenario ini dibagi menjadi 2 group,

group pertama adalah rute Makassar – Selayar, Selayar – Makassar dan Ferry Bira -

Pamatata. Setiap hari Bus berangkat dari terminal mallengkeri menuju Terminal di Benteng

selayar, begitupun sebaliknya bus menuju ke Makassar berangkat dari Terminal Benteng ke

Terminal Mallengkeri. Kedua adalah group pendukung, merupakan mobil angkutan umum

yang juga melalui jalur utama tetapi tidak sampai ke tujuan dari pesan, node ini bertindak

sebagai perantara antar node utama.

Evaluasi diprioritaskan pada jumlah pesan yang diterima, probabilitas pesan, Message

Delay Reports, Buffer Time Average, dan Latency Average, Total Contact Time Report, dan

Throughput dengan 4 ukuran pesan yang berbeda yaitu 25 MB, 50 MB, 75 MB, dan 100 MB,

(Cong Liu. 2009), Grafik perbandingan model routing pada gambar 2.

Berdasarkan hasil evaluasi 6 model routing standar pada DTN, yang meliputi 8

tahapan, didapatkan model routing yang optimal untuk skenario Makassar-Selayar yaitu

Direct Delivery, Spray & Wait, dan MaxProp. Beradasarkan hasil simulasi, diantara beberapa

model routing standar pada DTN, DDR mengirimkan file ukuran 75 MB dan 100 MB leih

banyak dibanding model lain, walaupun untuk pesan berukuran 25 MB, MPR masih lebih

bagus dibanding DDR dan SWR.

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi di atas maka penulis memilih Direct Delivery

untuk dijadikan dasar pengembangan model routing untuk skenario Makassar – Selayar

karena kemampuannya mengirimkan pesan berukuran besar lebih baik dibanding kelima

model routing yang ada. Sehingga dalam pengembangan akan dilakukan perbaikan performa

untuk DDR. Pada gambar 3 merupakan diagram alir dari model routing direct delivery.

Untuk pengembangan, digunakan model routing Direct Delivery yang

dikombinasikan dengan Oracle Based Router. Oracle based router digunakan untuk

membuat keputusan pada routing berdasarkan informasi jumlah sumber daya dan jaringan

yang tersedia serta routing protokol yang dapat digunakan (Eyuphan Bulut, 2011). Dari hasil

pengembangan model routing, didapatkan model gabungan antara Direct Delivery dan

Oracle Based Routing, yang disebut dengan Direct Oracle Router (DOR) dimana model ini

dapat mengumpulkan informasi mengenai node pada setiap group, pada gambar 4dapat

dilihat flowchart Direct Oracle Router (DOR), terdapat beberapa penambahan proses

berdasarkan informasi yang terdapat dalam Oracle (knowledge center) pada DOR,

penambahan tersebut adalah; kemampuan untuk mengambil daftar / list pada semua router

yang ada pada group, kemampuan untuk memeriksa daftar pesan yang ada pada node tujuan,

kemampuan mereplikasi semua pengaturan yang ada pada node sumber ke node

tujuan.Tujuan utama pengembangan model routing untuk scenario Makassar-Selayar adalah

untuk menghasilkan model routing yang memiliki delivery probability yang tinggi, low

latency, overhead ratio yang rendah dan throughput yang tinggi, sesuai dengan tujuan standar

pengembangan model routing oleh Eyuphan Bulut (2011). Berikut perbandingan model

routing hasil pengembanganGambar 5.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil simulasi dan evaluasi didapatkan bahwa Delay tolerant Network dapat

digunakan sebagai alternatif penyedia informasi pada daerah terpencil yang belum memiliki

infrastruktur internet yang memadai, dengan memanfaatkan alat transportasi menuju desa

tersebut sebagai router DTN. Dari 6 model routing populer pada DTN dikembangkan model

routing yang optimal untuk ukuran pesan yang besar yaitu Direct Delivery Routing, DDR

dipilih karena mampu mengirimkan file ukuran 75 MB dan 100 MB lebih banyak dibanding

model lain, DDR dikombinasikan dengan oracle based routing. Hasil pengembangan model

routing disebut dengan Direct Oracle Router (DOR). Dari evaluasi yang dilakukan, DOR

memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan lebih banyak dibanding model yang lain,

hal ini dapat dilihat dari probabilitas pengiriman pesan yang lebih tinggi dibanding model

lain. DOR memiliki latency yang lebih tinggi dibanding DDR untuk ukuran file 25 MB,

tetapi untuk ukuran file 75 MB – 100 MB DOR memiliki latency yang lebih rendah.

Kekurangan dari model yang dikembangkan yaitu besarnya overhead ratio pada pengiriman

file berukuran 25 MB ini akibat dari proses manajemen buffer masih kurang baik sehingga

proses pada pembacaan pesan pada buffer di node tujuan sebelum pesan diteruskan buffer

dianggap penuh.akibat dari besarnya overhead ratio berpengaruh pada throughput dari model

routing, kekurangan yang kedua adalah tingginya throughput yang dihasilkan disbanding

DDR dan MPR.

Penelitian ini fokus pada pengembangan model routing agar jumlah pesan yang dapat

diterima pada daerah tujuan semakin banyak, sedangkan masih banyak hal-hal yang dapat

diteliti pada Delay Tolerant Network, seperti efisiensi energy pada router, optimalisasi

manajemen buffer, dan penyesuaian movement model sesuai kondisi daerah setempat. Untuk

pengembangan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan model routing yang sudah

dikembangkan dengan membuat portal website.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Keranen, Jorg Ott, Teemu Karkkainen. (2009). The ONE Simulator for DTN Protocol Evaluation.

Cong Liu. (2009). Design And Implementation Of Efficient Routing Protocols In Delay Tolerant Networks. Dissertation. Florida Atlantic University

Emir M. Husni, Ari Rinaldi Sumarmo. (2010). Delay Tolerant Network Utilizing Train for News Portal and Email Services. 2010 3rd International Conference on ICT4M

Evan P.C. Jones, Paul A.S. Ward. (2007). Routing Strategies for Delay-Tolerant Networks. Eyuphan Bulut. (2011). Opportunistic Routing Algorithms In Delay Tolerant Networks.

Thesis Doctor Of Philosophy. Forrest Warthman. (2003). Delay-Tolerant-Networks (DTNs) A Tutorial. Warhtman

Associates Md. Yusuf S. Uddin, David M. Nicol. (2009). A Post-Disaster Mobility Model for Delay

Tolerant Networking. Winter Simulation Conference Michel Sede, Xu Li, Da Li, Min-You Wu. (2010). Routing in Large-Scale Buses Ad Hoc

Networks. Department of Computer Science and Engineering, Shanghai Jiao Tong University, China

Yunqiu Zhong. (2010). A Message Repository For Delay-Tolerant Networks. Thesis. Aalto University School of Science and Technology

_____http://www.dtnrg.org/wiki Diakses pada tanggal 01 Februari 2012 _____http://www.netlab.tkk.fi/tutkimus/dtn/theone/. Diakses pada tanggal 01 Februari 2012

Gambar.1 Peta Rute Makassar – Selayar

Gambar. 2 kode koordinat hasil digitalisasi peta makassar-selayar

LINESTRING (77286.8841958683 -64306.77920273811, 77003.7824132762 -66217.7162352348, 76791.45607633214 -66854.69524606704, 76862.23152198014 -67774.7760394914, 77074.55785892424 -69331.83584374803, 76649.90518503604 -70535.01841976451, 77286.8841958683 -71596.65010448491, 77923.86320670057 -72375.18000661323, 78150.58055092659 -72713.25071865843, 78348.5158805887 -73507.58713698159, 78289.65430162477 -73688.07631929262, 78136.18954364464 -74215.34159346188, 78275.38125341936 -74710.06195854145, 78277.7404349407 -74923.09604994216, 77526.57703846318 -76207.67038845368, 77003.7824132762 -77258.68575632709)

Gambar 3. Pergerakan model dari node untuk rute Makassar-selayar

Gambar 3a. Delivery Message,Message Delay Reports, Buffer Time Average, dan Latency

Average

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Direct Delivery

epidemic First Contact

Max Prop Prophet Spray n Wait

Del

iver

y Mes

sage

Routing Model

Delivery Message

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

Direct Delivery

epidemic First Contact

Max Prop Prophet Spray n Wait

Tim

e (s

)

Routing Models

Buffer Time Average

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Direct Delivery

epidemic First Contact

Max Prop Prophet Spray n Wait

Tim

e (s

)

Routing Models

Latency Average

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

Gambar 3b. Total Contact Time dan Throughput

Gambar 4.Flowchart Direct Delivery Router

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

Direct Delivery

epidemic First Contact

Max Prop Prophet Spray n Wait

Thro

ughp

ut R

ata-

rata

Model Routing

Throughput

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

Gambar 5. Flowchart Direct Oracle Router (DOR)

Gambar 6. Delivery Message,Buffer Time Average, Throughput,Latency Average, Message Delay Report, Overhead Ratio

0

50

100

150

200

250

300

Direct Oracle Direct Delivery Max Prop

Mes

sage

Routing Model

Delivery Message

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

Direct Oracle Direct Delivery Max Prop

TIm

e (s

)

Routing Models

Buffer Time Average

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

Direct Oracle Direct Delivery Max Prop

Thro

ughp

ut R

ata-

rata

Model Routing

Throughput

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Direct Oracle Direct Delivery Max Prop

Tim

e (s

)

Routing Models

Latency Average

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB

0

100

200

300

400

500

600

700

Direct Oracle Direct Delivery Max Prop

Ratio

Routing Model

Overhead Ratio

25 MB

50 MB

75 MB

100 MB