pengembangan model routing pada delay...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODEL ROUTING
PADA DELAY TOLERANT NETWORK (DTN) UNTUK PENGIRIMAN DATA KE DESA TERPENCIL
DEVELOPMENT OF ROUTING MODEL IN DELAY TOLERANT NETWORK (DTN)
FOR SHIPPING FILE WITH SIZE 25MB – 100MB
Agussalim1, Muh. Niswar2, Amil Ahmad Ilham3
1Jurusan Teknik Komputer,Politeknik Internasional Indonesia Makassar
2,3Jurusan Elektro, Prodi Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Agussalim, S.Pd. Jurusan Teknik Komputer Politeknik Internasional Indonesia Makassar Makassar. Sulawesi Selatan. HP: 081355150658 Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model routing DTN agar diperoleh solusi optimal pada pengiriman data berukuran besar dengan memanfaatkan alat transportasi sebagai router DTN. Metode penelitian menggunakanmetode eksperimental dengan simulasi dan evaluasi model routing menggunakan The ONE simulator, evaluasi diprioritaskan pada jumlah pesan yang diterima, probabilitas pesan, Message Delay Reports, Buffer Time Average, dan Latency Average, Total Contact Time Report, dan Throughput, dari hasil evaluasi, didapatkan model routing yang optimal untuk skenario Makassar-Selayar yaitu Direct Delivery, Spray & Wait, dan MaxProp. Dari hasil pengembangan model routing, didapatkan model gabungan antara Direct Delivery dan Oracle Based Routing, yang disebut dengan Direct Oracle Router (DOR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DOR memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan lebih banyak dibanding model lain, hal ini dapat dilihat dari probabilitas penerimaan pesan yang lebih tinggi dibanding model lain. DOR memiliki latency yang lebih tinggi dibanding DDR untuk ukuran file 25 MB, tetapi untuk ukuran file 75 MB – 100 MB DOR memiliki latency yang lebih rendah. Kekurangan dari DOR, besarnya overhead ratio pada pengiriman file berukuran 25 MB akibat proses manajemen buffer yang masih kurang baik. Kata kunci : Delay Tolerant Network (DTN), Direct Oracle Routing (DOR), model routing
ABSTRACT
The study aims to develop routing model of DTN to obtain optimal solution for large data transmission utilizing transportation means as a DTN router. The routing models development by simulated and evaluated using The ONE simulator and the evaluation is prioritized on the number of message received, message probability, message delay reports, buffer time average, latency average, total contact time report, and throughput. The evaluation finds an optimal routing model for the scenario of Makassar – Selayar i.e. Direct Delivery, Spray and Wait, and MaxProp. From the routing model development, was found a combination of Direct Delivery and Oracle Based routing called the Direct Oracle Router (DOR). DOR has the ability to send message more than other models as seen in the probability of message delivery which is higher than that of other models. DOR has a higher latency than the DOR for 25 MB file size, but for 75 to 100 MB file size it has lower latency. One liability of DOR is that the large amount of overhead ratio at delivery of 25 MB files size due to insufficient buffer management process.
Keywords: Delay Tolerant Network (DTN), DirectOracle Router(DOR), model routing
.
PENDAHULUAN
Delay Tolerant Network (DTN) mulai diteliti sejak tahun 2002 (www.dtnrg.org), DTN
muncul dari studi bagaimana menyediakan koneksi dalam skenario koneksivitas end-to-end
yang tidak normal, DTN menyediakan komunikasi dalam lingkungan dengan konektivitas
silang, waktu penundaan yang besar dan berubah-ubah, dan tingkat error yang tinggi (Md.
Yusuf s. Udin & David M. Nicol, 2009), dimana hal ini sangat cocok diterapkan pada daerah
terpencil. Jaringan berbasis DTN dapat dibangun dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
yang ada di sekitar daerah itu untuk memberikan layanan dengan menambahkan beberapa
peralatan pendukung seperti angkutan transportasi publik dalam hal ini Bus antar-kota yang
dijadikan sebagai router DTN (Forrest Warthman. 2003). Contoh lain adalah penelitian
tentang pemanfaatan kereta api sebagai jalur DTN untuk menyediakan layanan portal berita
dan email, disini di tekankan bahwa dengan menggunakan protokol DTN dan satu set
peralatan WiFi, transmisi data antara dua atau lebih node dapat dilakukan tanpa membangun
jalur end-to-end atau koneksi langsung antara pengirim dan penerima (Emir M. Husni, Ari
Rinaldi Sumarmo, 2010).
Saat ini DTN masih dalam tahap penelitian dan uji coba, beberapa hasil penelitian
dapat dilihat pada website dtnrg.org, terdapat beberapa daerah dijadikan scenario uji coba
simulasi DTN dengan menggunakan ONE simulator, seperti Manchester dan Manhattan.
Daerah tersebut merupakan daerah perkotaan yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi,
dimana jumlah kendaraan yang lalu lalang setiap hari lebih banyak jika dibandingkan dengan
desa terpencil. Hal tersebut menyebabkan model routing dan scenario yang ada pada ONE
Simulator belum optimal jika digunakan pada simulasi DTN pada daerah terpencil karena
terdapat perbedaan dengan kota besar.
Penelitian ini akan memanfaatkan DTN sebagai jaringan untuk mengirimkan data ke
desa terpencil, dengan asumsi data yang dikirim melalui DTN berupa data-data dengan
ukuran 25 MB - 100 MB. Simulasi dilakukan menggunakan ONE Simulator dengan
merancang scenario untuk desa terpencil, dalam hal ini daerah yang dipilih adalah sebuah
desa di Kab. Kepulauan Selayar, yang berada di Sulawesi Selatan – Indonesia. Setelah
scenario pengiriman data telah dibuat, kemudian akan dilakukan uji coba dan evaluasi
menggunakan simulator “Opportunistic Network Environment” (ONE). (Ari Keranen, Jorg
Ott, Teemu Karkkainen. 2009)
Model routing yang ada pada ONE akan diuji coba untuk scenario pengiriman data ke
daerah terpencil, saat ini ada 6 model routing yang ada diantaranya Direct Delivery,
Epidemic, First Contact, Max Prop, Spray And Wait dan Prophet (Ari Keranen, Jorg Ott,
Teemu Karkkainen. 2009), dari 6 model routing yang ada, akan dievaluasi dan dikembangkan
sehingga didapatkan model routing yang optimal untuk melakukan pengiriman data ke desa
terpencil, dengan memperhatikan ukuran dan banyaknya file yang dapat di kirim pada desa
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalahBagaimana
pengembangan scenario untuk pemanfaatan DTN untuk daerah terpencil, untuk pengiriman
file dengan ukuran yang besar dengan memanfaatkan alat transportasi di daerah tersebut, dan
bagaimana pengembangan sebuah model routing yang dapat lebih optimal dalam melakukan
proses transfer data berukuran besar dengan memanfaatkan alat transportasi pada daerah
tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah menggunakan DTN sebagai jaringan alternatif selain
internet dalam melakukan pengiriman data berukuran besar ke daerah terpencil,
mengevaluasi model-model routing yang ada pada DTN sesuai dengan skenario yang telah
dikembangkan, berdasarkan banyaknya data yang dapat diterima dan dikirim dengan
memanfaatkan alat transportasi yang ada di desa terpencil, mengembangkan model routing
pada DTN sehingga didapatkan solusi optimal untuk pengiriman data berukuran besar dengan
memanfaatkan alat transportasi pada desa terpencil berdasarkan banyaknya data yang dapat
diterima di desa tersebut.
METODE PENELITIAN
Analisis Model dan Infrastruktur
Pada tahap ini dilakukan analisis mengenai permasalahan yang akan diselesaikan
menggunakan Delay Tolerant Network, penelitian berfokus pada identifikasi setiap masalah
dan kompleksitasnya pada gambaran nyata system. Kebutuhan pengguna layanan, dan
infrastruktur pendukung yang tersedia menjadi pengarah pada proses analisis. Secara umum
tahapan ini merupakan garis besar kerja system untuk pembuatan jaringan alternatif selain
internet untuk menyediakan transfer data berukuran besar pada desa terpencil.
Pengumpulan data dan studi literatur
Merupakan tahap mengumpulkan informasi dan data-data arsitektur Delay Tolerant
Network. Proses ini lebih banyak merupakan studi literatur yang mengacu pada referensi-
referensi dalam negeri dan luar negeri. Pengkajian mengarah pada pengumpulan informasi
tentang karakteristik delay tolerant network (DTN) yang selanjutnya berupaya
mengaitkannya dengan studi data tentang teknologi yang tepat untuk implementasi
sistemnya. Tahap ini juga dilakukan site survey untuk mengetahui kondisi lapangan
bagaimana DTN dapat melayani proses pengiriman data berukuran besar pada desa terpencil.
Daerah terpencil yang dijadikan studi kasus pada penelitian ini adalah Desa Appatana yang
berada pada Kabupaten Kepualuan Selayar. Desa ini dipilih karena terbatasnya infrastruktur
internet di Kabupaten Kepulauan Selayar dan kendaraan umum yang lalu lalang di daerah
tersebut yang dianggap memadai untuk infratruktur DTN karena melayani penumpang dari
dan ke ibukota Kab. Kepualan selayar mulai dari pukul 05.00 sampai pukul 22.00. Tahapan
ini juga akan saling berkaitan dengan tahapan pertama dan akan dijalankan secara paralel
untuk menciptakan kecocokan antara masalah pada tahap pertama dan solusinya pada tahap
ini.
Desain dan Perancangan Sistem
Merupakan tahap desain, merancang dan dokumentasi model berdasarkan studi
literatur dan teknologi yang dipilih sebagai implementasi sistem. Tahap ini berbeda dengan
tahap pertama. Pada tahap pertama, model asumtif yang digunakan belum melibatkan pilihan
teknologi implementasi sistem. Sementara bagian ini ditempuh setelah pada tahap dua telah
diputuskan teknologi terbaik dari arsitektur sistem, serta kehandalan, yang menjadi pilihan
dalam mengembangkan model routing pada DTN. Pada tahap ini variabel-variabel yang
dihasilkan pada tahap kedua dijadikan pedoman untuk penentuan teknologi terbaik untuk
sistem, seperti model movement, kecepatan transfer data dan jumlah kendaraan yang dapat
dijadikan sebagai router DTN (Evan P.C. Jones, Paul A.S. Ward. 2007).
Simulasi dan Evaluasi System
Tahapan simulasi didasarkan pada hasil dari tahapan perancangan sistem, pada tahap
ini model yang dikembangkan akan disimulasikan dan dievaluasi menggunakan
Opportunistic Network Environment (ONE) simulator, pengujian dilakukan dengan
membandingkan beberapa skenario pengiriman pesan yang ada, Pada pengujian ini
digunakan beberapa protokol routing, dimana ukuran pesan yang dimasukkan ke dalam
jaringan memiliki ukuran 25 sampai 100 MB.
Berikut beberapa hal yang dievaluasi dalam penelitian ini:1) Message Delivery
Reportadalah laporan dari jumlah pesan yang diterima dengan waktu yang dibutuhkan,
laporan baru dibuat setiap kali pesan dibuat atau disampaikan; 2) Message Delay Report
merupakan laporan dari penundaan pesan yang diterima (satu baris per pesan yang
disampaikan) dan probabilitas kumulatif penundaan pesan diurut berdasarkan keterlambatan
pesan; 3) Delivery Probability Report adalah probabilitas pengiriman pesan merupakan rasio
perbandingan antara pesan yang diterima dengan jumlah pesan yang dikirim. Probabilitas
yang tinggi diartikan bahwa lebih banyak pesan yang disampaikan ke node tujuan; 4) Buffer
Time Average Report merupakan rata-rata dari Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh router
untuk manajemen buffer sebelum diteruskan ke router yang lain; 5) Latency Average
Reportadalahjumlahwaktuyangdibutuhkanpaketdatauntuk berpindahdi
seluruhkoneksijaringan. Ketikasebuah paketsedangdikirim, ada"latency" waktu, ketika
nodeyangmengirimpaketmenunggukonfirmasibahwapakettelahditerima; 6) Total Contact
Time merupakan laporan total jumlah kontak tiap host; 7) Throughputadalah ukuran
banyaknya data yang diterima tanpa error pada suatu jaringan dalam satu detik. Atau jumlah
data per satuan waktu yang dikirim untuk suatu terminal tertentu didalam sebuah jaringan
atau dari suatu titik jaringan ke titik jaringan lain.
Pengembangan Model routing
Tahapan ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya, berdasarkan hasil evaluasi
dan simulasi maka akan dipilih 2 model routing yang akan dijadikan dasar untuk
pengembangan model routing yang cocok. Ukuran file yang besar, model movement yang
berbeda-beda untuk setiap node, serta jumlah group node pada jalur yang akan dilalui
merupakan faktor penentu dari pengembangan model ini, hasil akhir yang diharapkan dalam
pengembangan model ini adalah banyaknya jumlah pesan berukuran besar yang dapat
diterima oleh node tujuan yang berada di desa terpencil dengan memperhatikan latency,
buffer time, contact time, dan throughput dari hasil pengembangan model routing ini. Model
pengujian yang dilakukan hampir sama dengan tahapan simulasi dan evaluasi, model
pengembangan akan diuji coba menggunakan skenario yang telah dibuat dengan ukuran file
25 – 100 MB.
Pengembangan model routing pada Delay Tolerant Network, dilakukan melalui
observasi rute Makassar – Selayar mulai dari waktu keberangkatan, waktu tempuh, kecepatan
rata-rata, jarak tempuh, jumlah alat transportasi yang melalui jalur Makassar - Selayar.
Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama menggunakan data sistem
informasi geografi, tahap kedua penulis melakukan perjalanan Makassar – Selayar untuk
pengukuran kecepatan rata-rata bus, mobil angkutan umum, dan ferry.
HASIL
Data dari Sistem Informasi Geografis
Pembuatan skenario DTN pada ONE Simulator membutuhkan map yang memiliki
skala yang tepat sesuai dengan kenyataan sebenarnya, dimana saat ini map dengan mudah
didapatkan melalui website GIS seperti Googlemap dan openstreetmap.org. Tetapi penulis
mengalami kendala untuk mendapatkan rute transportasi terutama untuk daerah Selayar,
beberapa website GIS belum menyediakan rute lengkap untuk daerah selayar, oleh karena itu
digunakan data mentah dengan format JPG, data inilah yang kemudian di-digitalisasi
menggunakan aplikasi GIS Openjump, data hasil digitalisasi ini berjenis .WKT (well known
format) yang digunakan untuk simulasi pada ONE Simulator.
Peta untuk jalur angkutan rute makassar - selayar dibuat berdasarkan hasil observasi
penulis dengan melaksanakan perjalanan dari Makassar - Selayar, dan Selayar – Makassar
dibantu aplikasi navigasi Aura untuk mengetahui kecepatan kendaraan yang berada pada jalur
tersebut, pada gambar 1 terlihat peta Makassar- Selayar dalam bentuk JPG, peta inilah yang
digunakan sebagai bahan mentah untuk digitalisasi ke bentuk Wwll Known Format (WKT),
gambar 2 menunjukkan peta dalam bentuk WKT (Well Known Text) yang sudah
didigitalisasi menggunakan aplikasi openmap.Perjalanan dari Makassar ke Benteng Selayar
selama 14 Jam, menempuh jarak sekitar 240 km melewati selat Bira. Perjalanan dimulai dari
Terminal Mallengkeri menuju Terminal Benteng di Selayar, melewati beberapa kabupaten
yang ada di Sulawesi Selatan. Rute menuju Kab. Kep. Selayar memiliki jarak yang panjang,
dan menggunakan beberapa jenis alat transportasi seperti bus, ferry, dan angkutan umum.
Sarana transportasi ke Selayar dilayani oleh Bus yang telah memiliki rute fixed. Selain
enggunakan rute bus yang fix yaitu jurusan Makassar – Selayar, kami juga menggunakan
beberapa rute angkutan umum yang melalui jalur yang sama, dengan pemberhentian dan
jurusan yang berbeda. Total bus, mobil, dan ferry yang digunakan adalah sebanyak 131 unit
yang selanjutnya dijadikan sebagai node/router yang akan menerima dan meneruskan data ke
node tujuan.
PEMBAHASAN
Untuk simulasi ini akan dievaluasi 6 model routing standar menggunakan ONE
Simulator. Semua data yang telah dikumpulkan dijadikan parameter untuk pembuatan
skenario pengiriman pesan pada DTN untuk rute Makassar-Selayar, dengan ONE pergerakan
node dapat dimodelkan berdasarkan data real-world yang dibuat menggunakan aplikasi GIS
(openjump) yang berformat *.wkt (Well Known Format). Pada gambar 2 dapat dilihat model
pergerakan yang telah diimplementasikan pada ONE Simlator.
Skenario ini disimulasikan selama 14 Jam, sesuai dengan lamanya waktu perjalanan
dari Makassar Ke Selayar, pada simulasi ini diasumsikan setiap alat transportasi memiliki
peralatan komunikasi yang dijadikan sebagai router DTN. Untuk node type bus dan Ferry
memiliki high speed interface seperti perangkat wifi, dan interface Bluetooth, sedangkan
untuk mobil angkutan hanya memiliki interface Bluetooth. Tahapan Simulasi dilakukan
dengan menggunakan ONE Simulator. Simulasi dimulai dengan mengevaluasi performance
dari 6 protokol routing dengan 4 ukuran file yang berbeda menggunakan skenario yang sudah
disesuaikan dengan kondisi real di lapangan. Untuk skenario ini dibagi menjadi 2 group,
group pertama adalah rute Makassar – Selayar, Selayar – Makassar dan Ferry Bira -
Pamatata. Setiap hari Bus berangkat dari terminal mallengkeri menuju Terminal di Benteng
selayar, begitupun sebaliknya bus menuju ke Makassar berangkat dari Terminal Benteng ke
Terminal Mallengkeri. Kedua adalah group pendukung, merupakan mobil angkutan umum
yang juga melalui jalur utama tetapi tidak sampai ke tujuan dari pesan, node ini bertindak
sebagai perantara antar node utama.
Evaluasi diprioritaskan pada jumlah pesan yang diterima, probabilitas pesan, Message
Delay Reports, Buffer Time Average, dan Latency Average, Total Contact Time Report, dan
Throughput dengan 4 ukuran pesan yang berbeda yaitu 25 MB, 50 MB, 75 MB, dan 100 MB,
(Cong Liu. 2009), Grafik perbandingan model routing pada gambar 2.
Berdasarkan hasil evaluasi 6 model routing standar pada DTN, yang meliputi 8
tahapan, didapatkan model routing yang optimal untuk skenario Makassar-Selayar yaitu
Direct Delivery, Spray & Wait, dan MaxProp. Beradasarkan hasil simulasi, diantara beberapa
model routing standar pada DTN, DDR mengirimkan file ukuran 75 MB dan 100 MB leih
banyak dibanding model lain, walaupun untuk pesan berukuran 25 MB, MPR masih lebih
bagus dibanding DDR dan SWR.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi di atas maka penulis memilih Direct Delivery
untuk dijadikan dasar pengembangan model routing untuk skenario Makassar – Selayar
karena kemampuannya mengirimkan pesan berukuran besar lebih baik dibanding kelima
model routing yang ada. Sehingga dalam pengembangan akan dilakukan perbaikan performa
untuk DDR. Pada gambar 3 merupakan diagram alir dari model routing direct delivery.
Untuk pengembangan, digunakan model routing Direct Delivery yang
dikombinasikan dengan Oracle Based Router. Oracle based router digunakan untuk
membuat keputusan pada routing berdasarkan informasi jumlah sumber daya dan jaringan
yang tersedia serta routing protokol yang dapat digunakan (Eyuphan Bulut, 2011). Dari hasil
pengembangan model routing, didapatkan model gabungan antara Direct Delivery dan
Oracle Based Routing, yang disebut dengan Direct Oracle Router (DOR) dimana model ini
dapat mengumpulkan informasi mengenai node pada setiap group, pada gambar 4dapat
dilihat flowchart Direct Oracle Router (DOR), terdapat beberapa penambahan proses
berdasarkan informasi yang terdapat dalam Oracle (knowledge center) pada DOR,
penambahan tersebut adalah; kemampuan untuk mengambil daftar / list pada semua router
yang ada pada group, kemampuan untuk memeriksa daftar pesan yang ada pada node tujuan,
kemampuan mereplikasi semua pengaturan yang ada pada node sumber ke node
tujuan.Tujuan utama pengembangan model routing untuk scenario Makassar-Selayar adalah
untuk menghasilkan model routing yang memiliki delivery probability yang tinggi, low
latency, overhead ratio yang rendah dan throughput yang tinggi, sesuai dengan tujuan standar
pengembangan model routing oleh Eyuphan Bulut (2011). Berikut perbandingan model
routing hasil pengembanganGambar 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil simulasi dan evaluasi didapatkan bahwa Delay tolerant Network dapat
digunakan sebagai alternatif penyedia informasi pada daerah terpencil yang belum memiliki
infrastruktur internet yang memadai, dengan memanfaatkan alat transportasi menuju desa
tersebut sebagai router DTN. Dari 6 model routing populer pada DTN dikembangkan model
routing yang optimal untuk ukuran pesan yang besar yaitu Direct Delivery Routing, DDR
dipilih karena mampu mengirimkan file ukuran 75 MB dan 100 MB lebih banyak dibanding
model lain, DDR dikombinasikan dengan oracle based routing. Hasil pengembangan model
routing disebut dengan Direct Oracle Router (DOR). Dari evaluasi yang dilakukan, DOR
memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan lebih banyak dibanding model yang lain,
hal ini dapat dilihat dari probabilitas pengiriman pesan yang lebih tinggi dibanding model
lain. DOR memiliki latency yang lebih tinggi dibanding DDR untuk ukuran file 25 MB,
tetapi untuk ukuran file 75 MB – 100 MB DOR memiliki latency yang lebih rendah.
Kekurangan dari model yang dikembangkan yaitu besarnya overhead ratio pada pengiriman
file berukuran 25 MB ini akibat dari proses manajemen buffer masih kurang baik sehingga
proses pada pembacaan pesan pada buffer di node tujuan sebelum pesan diteruskan buffer
dianggap penuh.akibat dari besarnya overhead ratio berpengaruh pada throughput dari model
routing, kekurangan yang kedua adalah tingginya throughput yang dihasilkan disbanding
DDR dan MPR.
Penelitian ini fokus pada pengembangan model routing agar jumlah pesan yang dapat
diterima pada daerah tujuan semakin banyak, sedangkan masih banyak hal-hal yang dapat
diteliti pada Delay Tolerant Network, seperti efisiensi energy pada router, optimalisasi
manajemen buffer, dan penyesuaian movement model sesuai kondisi daerah setempat. Untuk
pengembangan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan model routing yang sudah
dikembangkan dengan membuat portal website.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Keranen, Jorg Ott, Teemu Karkkainen. (2009). The ONE Simulator for DTN Protocol Evaluation.
Cong Liu. (2009). Design And Implementation Of Efficient Routing Protocols In Delay Tolerant Networks. Dissertation. Florida Atlantic University
Emir M. Husni, Ari Rinaldi Sumarmo. (2010). Delay Tolerant Network Utilizing Train for News Portal and Email Services. 2010 3rd International Conference on ICT4M
Evan P.C. Jones, Paul A.S. Ward. (2007). Routing Strategies for Delay-Tolerant Networks. Eyuphan Bulut. (2011). Opportunistic Routing Algorithms In Delay Tolerant Networks.
Thesis Doctor Of Philosophy. Forrest Warthman. (2003). Delay-Tolerant-Networks (DTNs) A Tutorial. Warhtman
Associates Md. Yusuf S. Uddin, David M. Nicol. (2009). A Post-Disaster Mobility Model for Delay
Tolerant Networking. Winter Simulation Conference Michel Sede, Xu Li, Da Li, Min-You Wu. (2010). Routing in Large-Scale Buses Ad Hoc
Networks. Department of Computer Science and Engineering, Shanghai Jiao Tong University, China
Yunqiu Zhong. (2010). A Message Repository For Delay-Tolerant Networks. Thesis. Aalto University School of Science and Technology
_____http://www.dtnrg.org/wiki Diakses pada tanggal 01 Februari 2012 _____http://www.netlab.tkk.fi/tutkimus/dtn/theone/. Diakses pada tanggal 01 Februari 2012
Gambar.1 Peta Rute Makassar – Selayar
Gambar. 2 kode koordinat hasil digitalisasi peta makassar-selayar
LINESTRING (77286.8841958683 -64306.77920273811, 77003.7824132762 -66217.7162352348, 76791.45607633214 -66854.69524606704, 76862.23152198014 -67774.7760394914, 77074.55785892424 -69331.83584374803, 76649.90518503604 -70535.01841976451, 77286.8841958683 -71596.65010448491, 77923.86320670057 -72375.18000661323, 78150.58055092659 -72713.25071865843, 78348.5158805887 -73507.58713698159, 78289.65430162477 -73688.07631929262, 78136.18954364464 -74215.34159346188, 78275.38125341936 -74710.06195854145, 78277.7404349407 -74923.09604994216, 77526.57703846318 -76207.67038845368, 77003.7824132762 -77258.68575632709)
Gambar 3. Pergerakan model dari node untuk rute Makassar-selayar
Gambar 3a. Delivery Message,Message Delay Reports, Buffer Time Average, dan Latency
Average
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Direct Delivery
epidemic First Contact
Max Prop Prophet Spray n Wait
Del
iver
y Mes
sage
Routing Model
Delivery Message
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
Direct Delivery
epidemic First Contact
Max Prop Prophet Spray n Wait
Tim
e (s
)
Routing Models
Buffer Time Average
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Direct Delivery
epidemic First Contact
Max Prop Prophet Spray n Wait
Tim
e (s
)
Routing Models
Latency Average
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
Gambar 3b. Total Contact Time dan Throughput
Gambar 4.Flowchart Direct Delivery Router
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Direct Delivery
epidemic First Contact
Max Prop Prophet Spray n Wait
Thro
ughp
ut R
ata-
rata
Model Routing
Throughput
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
Gambar 6. Delivery Message,Buffer Time Average, Throughput,Latency Average, Message Delay Report, Overhead Ratio
0
50
100
150
200
250
300
Direct Oracle Direct Delivery Max Prop
Mes
sage
Routing Model
Delivery Message
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
Direct Oracle Direct Delivery Max Prop
TIm
e (s
)
Routing Models
Buffer Time Average
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
Direct Oracle Direct Delivery Max Prop
Thro
ughp
ut R
ata-
rata
Model Routing
Throughput
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Direct Oracle Direct Delivery Max Prop
Tim
e (s
)
Routing Models
Latency Average
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB
0
100
200
300
400
500
600
700
Direct Oracle Direct Delivery Max Prop
Ratio
Routing Model
Overhead Ratio
25 MB
50 MB
75 MB
100 MB