pengembangan perangkat pembelajaran generatif …
TRANSCRIPT
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
178
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GENERATIF
BERINTEGRASI IMTAK PADA MATERI AJAR LISTRIK DINAMIS
BAGI SISWA KELAS X MAN 1 BANJARMASIN
Lutfiyanti Fitriah
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Abstract: The development of generative learning materials integrated to faith and piety
on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin. The
instructional materials in class X of MAN 1 Banjarmasin so far only designed to make
students understanding knowledge of physics or not integrated to faith and piety values.
The aim of this research is to describe the effectiveness of the implementation of
generative learning materials integrated to faith and piety on dynamic electricity subject
for the students of class X MAN 1 Banjarmasin. The specific aims in this research are to
describe: (1) feasibility of instructional materials that are developed, (2) lesson plan
implementation, (3) result study of product, (4) result study of faith and piety, and (5)
students response. This is development research that refers to Dick and Carry model. The
research design is one group pretest-posttest design. The validations of instructional
materials (lesson plan, hand out, student worksheet, and test) are in feasible category.
The class tryout result shows that: (1) lesson plan implementation for each meeting is
100%, (2) results study of product for each meeting are reached classical completeness to
55,56%; 71,88%; and 91,67%, (3) results study of faith and piety for each meeting is
reached classical completeness to 33,33%; 96,88%; and 63,89%, and (4) students
response to this learning is good. The effectiveness of the implementation of learning is
69,43% so that it could be concluded that generative learning integrated to faith and
piety on dynamic electricity subject for the students of class X MAN 1 Banjarmasin is
effective to improve student study result.
Keywords: development research, generative learning integrated to faith and
piety, dynamic electricity.
PENDAHULUAN
Pandangan monisme terhadap ilmu
pengetahuan dalam dunia pendidikan
telah mengalami perubahan dan reduksi
menjadi pandangan dikotomis yang
memisahkan ilmu pengetahuan umum
dan pengetahuan keagamaan ketika
Islam memasuki zaman kemunduran
(1250-1800 M), yang pengaruhnya
masih terasa sampai kini. Menurut
Nasution (Sabda, 2006), sejak kurun
waktu itu pengetahuan umum dianggap
terpisah dari pengetahuan keagamaan
dan dianggap sebagai pengetahuan
pelengkap dan bahkan “dimakruhkan”.
Lubis & Widayana (1998) menyatakan
bahwa di masyarakat muncul pandangan
bahwa tidak ada keterkaitan antara
MIPA dengan agama, apalagi dengan
akhlak seseorang atau masyarakat.
Sabda (2006) menyatakan bahwa di
Indonesia sendiri telah terjadi dikotomi
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
179
yang cukup mendasar dan meluas,
misalnya terjadi pemisahan antara mata
pelajaran umum dan mata pelajaran
keagamaan. Hal itu berimbas pula pada
penyiapan guru sehingga ada guru
umum yang hanya ahli dan menekuni
mata pelajaran umum dan guru agama
yang hanya ahli dan menekuni mata
pelajaran keagamaan. Adapun Muliawan
(2005) menyatakan bahwa dikotomi
ilmu tersebut menjalar sebagai satu
bentuk pembedaan antara sekolah agama
dan sekolah umum.
Berdasarkan lembar kuesioner yang
diisi oleh dua orang guru fisika kelas X
MAN 1 Banjarmasin, diperoleh: (1)
perangkat pembelajaran yang digunakan
guru terutama materi ajar dan LKS
diperoleh dari penerbit tertentu, (2)
perangkat pembelajaran hanya dirancang
untuk memahami pengetahuan fisika
semata atau belum berintegrasi dengan
nilai-nilai iman dan takwa, (3) selama
proses pembelajaran fisika kadang-
kadang guru mengajarkan nilai-nilai
iman dan takwa namun tidak
menyebutkan ayat Alquran dan/atau
hadis yang berhubungan dengan materi
yang sedang dibahas tersebut serta
belum diskenariokan dalam perangkat
pembelajaran, (4) pemahaman materi
fisika siswa masih rendah sehingga perlu
waktu yang lama untuk menjelaskan
suatu materi fisika terutama memahami
rumus dan menerapkan rumus dalam
memecahkan soal-soal fisika. Selain itu,
hasil belajar siswa masih sangat rendah.
Hal ini terlihat dari nilai UAS semester
ganjil fisika kelas X tahun pelajaran
2011/2012 yakni 100% dari tujuh kelas
X dengan jumlah siswa sebanyak 251
siswa memperoleh nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
fisika yang ditetapkan sekolah yaitu
sebesar 70, rata-rata yang dicapai
hanyalah 37,31.
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan di atas, perlu
dikembangkan perangkat pembelajaran
generatif berintegrasi imtak pada materi
ajar listrik dinamis yang meliputi RPP,
materi ajar, LKS, dan instrumen evaluasi
THB melalui suatu penelitian
pengembangan. Pembelajaran generatif
berintegrasi imtak adalah pembelajaran
generatif yang memadukan fisika
dengan nilai-nilai imtak yang bersumber
pada Alquran dan/atau hadis sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pembelajaran generatif sendiri
merupakan suatu model pembelajaran di
mana siswa belajar dalam kelompok-
kelompok tertentu atau perorangan
untuk mencapai hasil belajar
pengetahuan konsep/prinsip abstrak dan
mengurangi miskonsepsi (Zainuddin &
Suriasa: 2005). Oleh karena itu, melalui
pembelajaran ini maka akan dicapai
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
180
hasil belajar pengetahuan konsep/prinsip
abstrak dan mengurangi miskonsepsi
serta dapat meningkatkan iman dan
takwa siswa. Tujuan penelitian ini
secara umum adalah mendeskripsikan
efektivitas penerapan pembelajaran
generatif berintegrasi imtak pada materi
ajar listrik dinamis bagi siswa kelas X
MAN 1 Banjarmasin. Adapun tujuan
khusus dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan: (1) kelayakan
perangkat pembelajaran yang
dikembangkan, (2) keterlaksanaan RPP,
(3) hasil belajar produk siswa, (4) hasil
belajar imtak siswa, dan (5) respon
siswa. Manfaat yang diperoleh dari
penelitian pengembangan ini adalah (1)
bagi sekolah, tersedianya perangkat
pembelajaran generatif berintegrasi
imtak pada materi ajar listrik dinamis,
(2) bagi guru pengajar fisika, sebagai
contoh pembelajaran generatif
berintegrasi imtak pada materi ajar
listrik dinamis yang mungkin dapat
dikembangkan untuk materi ajar yang
lain, (3) bagi peneliti, akan mendapat
pengalaman yang berharga untuk
melaksanakan tugas di masa yang akan
datang dan memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang penggunaan
pembelajaran generatif berintegrasi
imtak, dan (4) bagi penelitian
selanjutnya, sebagai acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya
mengenai pembelajaran generatif
berintegrasi imtak.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian pengembangan. Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan
berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), materi ajar,
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan
instrumen Tes Hasil Belajar (THB).
Langkah-langkah pengembangan dalam
penelitian ini mengikuti langkah-
langkah yang terdapat dalam model
pengembangan perangkat pembelajaran
Dick and Carey yang meliputi: (1)
identifikasi tujuan pembelajaran, (2)
analisis materi ajar, (3) analisis
karakteristik siswa, (4) merumuskan
tujuan kinerja, (5) pengembangan tes
acuan patokan, (6) mengembangkan
strategi pembelajaran, (7) pemilihan
media pembelajaran, (8) pengembangan
perangkat, (9) melaksanakan validasi,
(10) melaksanakan simulasi, (11)
melaksanakan ujicoba, dan (12)
membuat laporan (Rachmayanti, 2011:
23). Penelitian dilakukan sebanyak tiga
pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40
menit untuk tiap pertemuan yang mana
pada tiap pertemuan tersebut membahas
materi hukum Ohm, hukum Kirchhoff,
energi dan daya listrik. Rancangan
penelitian saat ujicoba kelas
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
181
menggunakan One Group Pretest and
Posttest Design, sebagaimana yang
dinyatakan oleh Suryabrata (2010) yaitu
dengan prosedur memberikan uji awal
sebelum pembelajaran diterapkan
(pretest), menerapkan pembelajaran
generatif beritegrasi imtak (treatment),
dan memberikan uji akhir setelah
pembelajaran diterapkan (posttest).
Subjek penelitian dari penelitian
pengembangan ini adalah peneliti
sekaligus sebagai pengajar dan siswa
kelas X-F MAN 1 Banjarmasin tahun
ajaran 2011/2012 yang berjumlah 36
orang siswa yang terdiri atas 12 orang
siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Penelitian ini berlangsung dari bulan
April 2012 sampai dengan bulan Juni
2012 yang dilaksanakan pada semester
genap tahun pelajaran 2011/2012 di
kelas X-F MAN 1 Banjarmasin yang
beralamat di Jl. Kampung Melayu Darat
RT. 11 No. 31 Kelurahan Seberang
Mesjid Kecamatan Banjarmasin Tengah
Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan Kode Pos 70231.
Data hasil penelitian diperoleh dari
merekam: (1) kelayakan perangkat
pembelajaran berdasarkan validasi pakar
dan praktisi dengan menggunakan
lembar validasi RPP, materi ajar, LKS,
dan THB; (2) keterlaksaan RPP selama
pembelajaran dengan menggunakan
lembar pengamatan keterlaksanaan RPP
(LPK-RPP), (3) hasil belajar siswa
mengenai materi fisika dengan
menggunakan THB-Produk, (4) hasil
belajar siswa mengenai materi imtak
dengan menggunakan THB-Imtak, dan
(5) respon siswa dengan menggunakan
angket respon siswa (A-RS). Untuk
menganalisis data tersebut digunakan
analisis deskriptif kuantitatif dan
deskriptif kualitatif.
HASIL
Hasil Validasi Perangkat
Pembelajaran
Validasi perangkat pembelajaran
dilakukan untuk mengetahui kelayakan
perangkat RPP, materi ajar, LKS, dan
instrumen penilian THB draf 1. Validasi
perangkat dilakukan oleh Drs Zainuddin,
M.Pd selaku pakar dan Gusti Nuardi,
S.Pd selaku praktisi.
Hasil validasi RPP
Hasil analisis validasi RPP dapat
dilihat pada Tabel 1 yang dinilai dari
aspek indikator, tujuan pembelajaran,
dan penyusunan rencana pembelajaran
(RPP).
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
182
Tabel 1 Hasil validasi RPP
No Uraian
Rata-rata Skala
Penilaian RPP
pertemuan Rata-
rata
Katego
ri
I II III
I
A. Indikator
1. Kesesuaian dengan
tujuan 3,50 3,50 3,50 3,50 Layak
2. Kemampuan yang
terkandung dalam
tujuan pembelajaran
3,50 4,00 3,50 3,67 Layak
II
B. Tujuan Pembelajaran
1. Ketepatan penjabaran
indikator ke dalam
tujuan pembelajaran
3,50 3,50 3,50 3,50 Layak
2. Kesesuaian tujuan
pembelajaran dengan
alokasi waktu
3,00 3,00 4,00 3,33 Layak
3. Dapat dan mudah
diukur 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak
4. Mengandung kata-kata
operasional 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak
5. Mengandung hanya
satu aspek tingkah laku 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak
III
C. Penyusunan rencana pembelajaran (RP)
1. Kegiatan pendahuluan 4,00 3,50 3,50 3,67 Layak
2. Kegiatan inti 3,00 3,00 3,00 3,00 Layak
3. Penutup 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak
4. Pemberian tugas 4,00 4,00 4,00 4,00 Layak
Rata-rata 3,68 3,68 3,73 3,70 Layak
Reliabilitas(%) 96,30 96,30 95,12 95,91
Keterangan Baik Baik Baik Baik
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil
penilaian RPP untuk tiap pertemuan
meliputi aspek indikator, tujuan
pembelajaran, dan penyusunan rencana
pembelajaran dalam kategori layak.
Secara keseluruhan pun penilaian RPP
berkategori layak yang menunjukkan
bahwa RPP yang dikembangkan layak
digunakan di kelas.
Hasil validasi materi ajar
Materi ajar listrik dinamis yang
dikembangkan terdiri dari tiga
pertemuan, menunjukkan bahwa hasil
validasi materi ajar yang terdiri dari
aspek kesesuaian materi, kata-kata sains
dan istilah, kebenaran konsep, urutan
konsep, gambar menunjang materi,
keterangan gambar, contoh
permasalahan yang menunjang materi,
keterbacaan bahasa, dan daftar
kepustakaan untuk setiap pertemuan
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
183
mendapatkan nilai rata-rata yang baik,
reliabilitas baik, dan berada dalam
kategori layak. Hal ini menunjukkan
bahwa materi ajar yang dikembangkan
layak sebagai perangkat pembelajaran.
Hasil validasi LKS
Menunjukkan bahwa hasil penilaian
LKS yang terdiri dari aspek format
penilaian LKS, pertanyaan/analisis, dan
perintah pelaksanaan dalam kategori
layak. Hal ini menunjukkan bahwa LKS
yang dikembangkan layak sebagai
perangkat pembelajaran.
Keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran
Instrumen LPK-RPP digunakan
untuk mengetahui terlaksana atau
tidaknya skenario pembelajaran yang
terdapat pada RPP dengan model
pembelajaran generatif berintegrasi
imtak yang diisi oleh dua orang
pengamat selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Hasil yang
diperoleh untuk keterlaksanaan RPP,
yaitu persentase keterlaksaan (K) dan
reliabilitasnya dijabarkan pada Tabel 5
berikut.
Tabel 5 Ringkasan persentase dan reliabilitas keterlaksanaan RPP
Tahap
Pembelajaran
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Rata-
rata
(%) Kriteria
K (%) Kriteri
a
K
(%) Kriteria K (%) Kriteria
Pendahuluan 100 Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik
Kegiatan Inti 100 Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik
Penutup 100 Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik
Rata-rata
(%) 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik 100
Sangat
Baik
Reliabilitas
(%) 100 Baik 100 Baik 100 Baik 100 Baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat
bahwa persentase rata-rata
keterlaksanaan RPP pada setiap
pertemuan adalah sebesar 100%, berarti
RPP dalam ujicoba kelas dapat
terlaksana dengan sangat baik.
Reliabilitas yang telah diperoleh
menunjukkan nilai ≥ 75%, berarti
pengamatan terhadap keterlaksanaan
RPP yang direkam pada instrumen LPK-
RPP dapat dikatakan reliabel dan
termasuk dalam kategori baik.
Hasil belajar produk
Hasil belajar siswa yang
berhubungan dengan materi fisika
diukur menggunakan THB-Produk.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
184
Berdasarkan standar ketuntasan yang
ditetapkan di MAN 1 Banjarmasin
ketuntasan individual dicapai jika KB
70% atau siswa mencapai nilai 70 dan
ketuntasan klasikal dicapai adalah jika ≥
65% dari seluruh siswa mencapai nilai
70. Sebuah TPK dikatakan tuntas jika
proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%.
Pada pertemuan I ketuntasan
klasikalnya adalah tidak tuntas, yaitu
hanya sebesar 55,56%, yakni sebanyak
20 siswa yang tuntas secara individual
dari 36 siswa, sedangkan ketuntasan
klasikal pada pertemuan II mengalami
peningkatan menjadi 71,88% sehingga
ketuntasan secara klasikal dinyatakan
tuntas, dengan rincian sebanyak 23
siswa yang tuntas secara individual dari
32 siswa yang hadir, saat itu 4 orang
siswa tidak hadir. Adapun pertemuan III
ketuntasan klasikal mengalami
peningkatan yang sangat bagus, yaitu
91,67%. Pada pertemuan III ini terdapat
33 siswa yang tuntas secara individual
dari 36 siswa.
Hasil belajar imtak
Hasil belajar siswa yang
berhubungan dengan materi imtak yang
berkaitan dengan materi fisika diukur
menggunakan THB-Imtak. Berdasarkan
standar ketuntasan yang ditetapkan di
MAN 1 Banjarmasin ketuntasan
individual dicapai jika KB 70% atau
siswa mencapai nilai 70 dan
ketuntasan klasikal dicapai adalah jika ≥
65% dari seluruh siswa mencapai nilai
70. Sebuah TPK dikatakan tuntas jika
proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%.
Berdasarkan hasil ujicoba di kelas
diperoleh data berikut ini.
Pada pertemuan I ketuntasan
klasikal dinyatakan tidak tuntas, yaitu
hanya sebesar 33,33%, yakni sebanyak
12 siswa yang tuntas secara individual
dari 36 siswa, sedangkan ketuntasan
klasikal pada pertemuan II mengalami
peningkatan secara drastis menjadi
96,88% sehingga ketuntasan secara
klasikal dinyatakan tuntas, dengan
rincian sebanyak 31 siswa yang tuntas
secara individual dari 32 siswa yang
hadir, saat itu 4 orang siswa tidak hadir.
Sayangnya, pada pertemuan III
ketuntasan klasikal mengalami
penurunan menjadi 63,89%. Pada
pertemuan III ini terdapat 23 siswa yang
tuntas secara individual dari 36 siswa.
Respon siswa
Instrumen yang digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap
model pembelajaran generatif
berintegrasi imtak ini adalah angket
respon siswa. Angket respon siswa ini
diisi oleh siswa setelah pertemuan III.
Angket ini terdiri atas dua macam, yaitu
angket minat dan angket motivasi yang
didasarkan pada model ARCS yakni
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
185
meliputi aspek Attention (perhatian),
Relevance (keterkaitan), Confidence
(keyakinan), dan Satisfaction
(kepuasan).
Pembahasan Hasil Penelitian
Kelayakan perangkat
Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
Secara teoritik, menurut dua orang
validator, RPP dinyatakan layak dan
reliabilitas penilaian kelayakan RPP
juga baik, berarti RPP memang telah
layak digunakan di kelas. Berdasarkan
hasil validasi para validator, terlihat
bahwa aspek penyusunan rencana
pembelajaran kegiatan inti mendapat
skor rata-rata paling rendah. Hal ini
menandakan bahwa kegiatan inti harus
dirancang sebaik mungkin agar jumlah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
alokasi waktu dan siswa dapat
memahami materi dengan baik. RPP
selanjutnya perlu diperbaiki sesuai
dengan saran validator dan hasil análisis
skor validasi sebelum diujicoba di kelas.
Materi ajar
Materi ajar yang dikembangkan
sebagai panduan dan sumber belajar
bagi siswa dalam mempelajari materi
yang dibahas. Berdasarkan validasi
pakar dan praktisi, materi ajar
dinyatakan layak dan reliabilitas
penilaian validator terhadap kelayakan
materi ajar masuk kategori baik
walaupun dengan beberapa perbaikan
sesuai saran yang diberikan agar
menjadi lebih baik yang selanjutnya
dapat digunakan di kelas. Berdasarkan
validasi para validator aspek urutan
konsep mendapat skor paling rendah.
Urutan konsep memang sangat perlu
diperhatikan agar pengetahuan siswa
dapat terbangun secara berurutan dan
memudahkan siswa memahami materi
ajar. Dengan demikian, urutan konsep
pada materi ajar perlu diperbaiki sesuai
saran sebelum digunakan pada ujicoba
kelas. Selain itu, isi materi dan gambar
yang menunjang materi perlu ditambah
dan dibuat semenarik mungkin agar
siswa memiliki minat dan termotivasi
untuk belajar.
Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa (LKS) yang
dikembangkan dinyatakan layak oleh
pakar dan praktisi. Reliabilitas penilaian
validator terhadap kelayakan LKS
masuk kategori baik walaupun dengan
beberapa perbaikan. LKS dirancang
dengan harapan dapat membuat siswa
mencapai semua tujuan pembelajaran
yang direncanakan karena jika siswa
berhasil menyelesaikan persoalan yang
ada LKS maka tujuan pembelajaran
tercapai. Soal-soal di LKS dirancang
mirip dengan soal THB sehingga akan
memudahkan dan memfokuskan
perhatian siswa dalam belajar. LKS
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
186
dirancang agar siswa dapat
menyelesaikan segala persoalan yang
diberikan melalui diskusi kelompok.
Berdasarkan validasi para validator,
aspek perintah pelaksanaan yaitu
prosedur pelaksanaan sesuai
pembelajaran mendapat skor rata-rata
paling rendah sehingga peneliti harus
sangat memperhatikan penggunaan LKS
agar sesuai dengan kegiatan yang tertulis
di RPP dan setiap pertanyaan yang
tercantum di LKS memang menunjang
setiap kegiatan di RPP. Prosedur
pelaksanaan dan pertanyaan di LKS pun
perlu diperjelas agar siswa dapat
memahami perintah dan pertanyaan
yang ada sehingga dapat memberikan
jawaban yang sesuai.
Tes hasil belajar
Dalam penelitian ini, THB
digunakan ada dua yaitu THB-Produk
dan THB-Imtak. Secara teori, menurut
para validator soal-soal pada kedua THB
tersebut telah layak digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan siswa
walaupun ada beberapa revisi sesuai
dengan saran validator sebelum
digunakan di kelas. Berdasarkan validasi
para validator dapat diketahui bahwa
kunci jawaban beberapa soal baik THB-
Produk maupun THB-Imtak, khususnya
skor yang diberikan untuk setiap soal
harus diperbaiki dan disesuaikan dengan
tingkat kesulitan soal. Ada pula soal
yang disarankan memperbaiki tujuan
pembelajaran agar tagihan soal tidak
terlalu banyak dan soal tersebut dapat
dipahami siswa. Setelah dilakukan
perbaikan sesuai saran, THB dapat
digunakan.
Keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran
Berdasarkan hasil ujicoba di
lapangan, persentase keterlaksanaan
RPP pertemuan I, II, dan III telah
mencapai 100% dengan kriteria sangat
baik dan reliabilitas 100% dengan
kategori baik. Hal ini menandakan
bahwa setiap kegiatan pembelajaran
telah terlaksana. Walaupun pengamatan
dua orang observer menunjukkan hasil
seperti itu, tetapi berdasarkan
pengamatan guru sendiri ada beberapa
hal penting yang perlu dikemukakan.
Dalam pelaksanaan KBM, guru
terburu-buru dalam melaksanakan
semua kegiatan yang ada di RPP karena
padatnya kegiatan yang tercantum di
RPP yang ternyata masih belum sesuai
dengan alokasi waktu. Sebagian
pertanyaan untuk memotivasi siswa
yang diberikan guru pada kegiatan
pendahuluan sudah bisa terjawab oleh
sebagian siswa sehingga masih kurang
menarik perhatian. Pada saat fase
tantangan dan konfrontasi, siswa diminta
untuk mencari ayat Alquran atau hadis
yang berhubungan dengan materi yang
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
187
dibahas, siswa nampak antusias
walaupun jawaban siswa masih banyak
yang tidak tepat. Adapun demonstrasi
rangkaian listrik yang diperlihatkan guru
cukup menarik perhatian siswa karena
siswa antusias memperhatikannya. Hal
ini menandakan metode demonstrasi
dapat merangsang perhatian dan rasa
ingin tahu siswa. Namun, masih kurang
efektif dalam membuat siswa
memahami rangkaian listrik yang
didemonstrasikan karena setiap siswa
hanya melihat guru yang dibantu dua
orang siswa merangkai alat listrik. Akan
jauh lebih baik jika setiap kelompok
dapat melakukan percobaan.
Guru memberikan waktu yang
sangat singkat bagi siswa untuk
berdiskusi sehingga pertanyaan di LKS
tidak dapat diselesaikan sesuai dengan
harapan, masih banyak kelompok yang
belum selesai mengisi LKS-nya,
khususnya pertanyaan-pertanyaan LKS
pada fase 4. Secara keseluruhan,
pertanyaan di LKS lebih banyak dijawab
guru karena nampaknya siswa bingung
mengerjakannya. Guru terlalu mendesak
siswa untuk cepat menyelesaikan LKS
sehingga mereka pun berpikir dengan
terburu-buru dan hasilnya tidak
memuaskan. Lagipula kerjasama siswa
dalam mengerjakan LKS masih sangat
kurang dan belum termotivasi untuk
menyelesaikan soal-soal di LKS. LKS
hanya dikerjakan oleh satu atau dua
orang siswa saja dalam kelompok. Oleh
karena itu, pembagian kelompok siswa
sebaiknya tidak hanya bertumpu pada
nilai kognitif saja tetapi
mempertimbangkan pula kemampuan
siswa dalam berinteraksi sosial dan
bekerja sama sehingga dalam pembagian
kelompok sebaiknya melibatkan guru
pengajar yang lebih mengetahui sifat
setiap siswa.
Hasil belajar produk
Pada pertemuan I ketuntasan
klasikalnya adalah tidak tuntas, padahal
materi hukum Ohm ini bukanlah materi
yang baru bagi siswa, materi hukum
Ohm sudah pernah diperoleh siswa di
tingkat SMP/MTs sehingga diharapkan
siswa dapat memahami materi dengan
mudah dan ketuntasan yang dicapai
dapat memuaskan. Pada pertemuan II,
ketuntasan secara klasikal dinyatakan
tuntas. Dilihat dari materi yang
disampaikan adalah mengenai hukum
Kirchhoff baik hukum I maupun hukum
II Kirchhoff. Hukum I Kirchhoff sendiri
telah dikenal siswa di SMP/MTs
lagipula materi ini memang tidak begitu
sulit sehingga siswa cepat
memahaminya. Namun, untuk hukum II
Kirchhoff memang baru diperoleh di
tingkat SMA/MA sehingga memerlukan
pemahaman yang mendalam. Lagipula
pengalaman siswa pada pertemuan I
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
188
bahwa soal pretest sama dengan posttest
menyebabkan siswa dapat menduga soal
posttest pertemuan II yang akan diujikan
guru. Ketuntasan klasikal belum
mencapai 100% karena guru masih
terburu-buru dalam melaksanakan setiap
kegiatan pada RPP dan guru
memberikan waktu yang singkat bagi
siswa untuk mendiskusikan pertanyaan-
pertanyaan di LKS fase 4. Padahal
pertanyaan-pertanyaan tersebut mirip
dengan soal THB.
Adapun pertemuan III ketuntasan
klasikal mengalami peningkatan yang
sangat bagus, yaitu 91,67%. Hal ini
terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa
dengan pembelajaran yang diterapkan,
pembelajaran tidak kaku, materi energi
dan daya listrik lebih mudah dipahami
sehingga soal-soal di LKS yang mirip
dengan soal THB dapat diselesaikan,
dan guru tidak terburu-buru menjelaskan
materi fisika.
Hasil belajar imtak
Pada pertemuan I, ketuntasan yang
diperoleh sangat rendah, yaitu hanya
33,33% sehingga tidak tuntas secara
klasikal hal ini karena memang untuk
pertemuan I, penjelasan guru terhadap
keterkaitan ayat Alquran dan hadis
terhadap hukum Ohm buru-buru,
singkat, dan tidak optimal sehingga
pemahaman siswa terhadap hal ini pun
rendah.
Pada pertemuan II, ketuntasan yang
diperoleh sangat bagus, yaitu 96,88%.
Hal ini karena ayat-ayat Alquran yang
dipelajari termasuk ayat yang populer
bagi siswa dan mudah dipahami siswa.
Pada pertemuan III, ketuntasan klasikal
kembali menjadi tidak tuntas. Hal ini
karena siswa salah menulis huruf Arab,
tidak memberi tanda baca dengan tepat,
tidak lengkap menulis ayat Alquran,
tidak menjelaskan dengan lengkap
hubungan ayat Alquran dengan materi
fisika, dan tagihan soal tidak jelas
sehingga membuat siswa bingung
menjawab soal tersebut.
Reliabilitas THB-Imtak pada setiap
pertemuan tidak tinggi yang disebabkan
oleh siswa belum pernah dan terbiasa
mengerjakan soal tes fisika yang
berintegrasi imtak, butir soal yang
sedikit, waktu pemberian tes yang tidak
terlalu lama sehingga siswa buru-
buru/cepat mengerjakan soal, kurang
tepat memberikan skor pada kunci
jawaban dan jawaban siswa, siswa salah
menafsirkan soal karena soal yang
kurang jelas, siswa mungkin belum siap
ujian, dan beberapa siswa mencontek
serta membuka materi ajar.
Respon siswa
Berdasarkan analisis data respon
siswa, diperoleh gambaran minat dan
motivasi siswa yaitu minat dan motivasi
siswa berada dalam kriteria baik.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
189
Respon siswa baik minat maupun
motivasi yang berkriteria baik
menunjukkan bahwa siswa sudah mulai
terbiasa dengan pembelajaran generatif
berintegrasi imtak, mulai dapat
beradaptasi dengan pembelajaran yang
diterapkan, dan siswa merasa mengerti
terhadap materi ajar sehingga siswa
merasa berminat dan termotivasi untuk
belajar dan mengikuti pembelajaran
tersebut.
Respon minat dan motivasi yang
terdiri dari aspek perhatian, relevansi,
keyakinan, dan kepuasan berkriteria baik
menandakan bahwa siswa memiliki
minat yang baik untuk belajar dan siswa
memiliki dorongan yang baik untuk
belajar, baik dorongan dari dalam
(motivasi internal) maupun dorongan
dari luar (motivasi eksternal).
Kesimpulan umum yang dapat
diambil dari pembahasan ini adalah
siswa senang dengan pembelajaran dan
perangkat yang dirancang dan
dikembangkan oleh peneliti.
Pembelajaran ini masih bisa terus
diterapkan di kelas karena respon siswa
terhadap pembelajaran ini baik. Hasil ini
memperkuat hasil penelitian Andrian
(2010) dan Lutfiana (2010)
menunjukkan bahwa respon siswa
terhadap penerapan pembelajaran
generatif berkategori baik.
Efektivitas pembelajaran
Secara umum, efektivitas
pembelajaran produk sebesar 72,86%
lebih tinggi daripada efektivitas
pembelajaran imtak sebesar 66,01%. Hal
ini menandakan bahwa siswa cenderung
lebih mudah memahami materi fisika
daripada materi imtak yang
berhubungan dengan fisika sebab skor
THB-Produk lebih tinggi dari pada skor
THB-Imtak. Selain itu, pembelajaran
produk memang lebih efektif karena
penjelasan guru terhadap materi fisika
yang berintegrasi imtak (pengetahuan
imtak) masih belum optimal. Lagipula
dilihat nilai tes siswa dan sikap siswa
saat mengikuti tes, siswa cenderung
lebih mengutamakan dan bersungguh-
sungguh mengerjakannya THB-Produk
karena THB-Imtak selama ini belum
pernah diujikan oleh guru sehingga
siswa belum terbiasa menjawab soal tes
seperti ini.
Secara keseluruhan, efektivitas
pembelajaran ketiga pertemuan adalah
69,43% dengan kriteria efektif.
Persentase ini menunjukkan bahwa
secara keseluruhan untuk ketiga
pertemuan pembelajaran generatif
berintegrasi imtak efektif meningkatkan
hasil belajar siswa, baik hasil belajar
produk maupun hasil belajar imtak. Ini
menandakan dalam proses pembelajaran
setiap komponen pembelajaran termasuk
perangkat pembelajaran (RPP, materi
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni 2013
190
ajar, LKS, dan THB) berfungsi dengan
efektif, siswa merasa senang, siswa puas
dengan hasil pembelajaran, membawa
kesan, media pembelajaran memadai,
metode yang diterapkan guru efektif
membuat siswa memahami materi, dan
guru cukup baik mengelola kelas. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Linden dan
Wittrock (1981), Mackenzie dan White
(1982), serta Osborne dan Wittrock
(1983) yang menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran generatif
terbukti dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Hasil penelitian
Sa’adah (2009), Andrian (2010), dan
Lutfiana (2010) juga menunjukkan
bahwa implementasi pembelajaran
generatif efektif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas
penerapan pembelajaran generatif
berintegrasi imtak pada materi ajar
listrik dinamis bagi siswa kelas X MAN
1 Banjarmasin adalah 69,43% yang
masuk kriteria efektif. Hal ini berarti
pembelajaran generatif berintegrasi
imtak efektif meningkatkan hasil belajar
produk dan imtak siswa pada materi ajar
listrik dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis. M. & W. Widayana. (1998).
Suplemen Fisika Untuk
Peningkatan Imtaq Siswa SLTA.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Lutfiana, E. (2010). Pengembangan
Model Pembelajaran Generatif
pada Materi Ajar Listrik Dinamis
di SMA Negeri 1 Banjarmasin.
Skripsi Sarjana. Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Tidak Dipublikasikan.
Muliawan, J.A. (2005). Pendidikan
Islam Integratif: Upaya
Mengintegrasikan Kembali
Dikotomi Ilmu dan Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.`
Sauri, S. (2010). Integrasi Imtak Dan
Iptek Dalam Pembelajaran.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/J
UR._PEND._BAHASA_ARAB/19
5604201983011SOFYAN_SAURI/
makalah2/INTEGRASI_IMTAK_D
AN_IMPTEK_DALAM_PEMBEL
AJARAN.pdf. Diakses 22 Februari
2012.
Suryabrata, S. (2010). Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Zainuddin & Suriasa. (2005). Strategi
Belajar Mengajar Fisika.
Banjarmasin: Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas
Lambung Mangkurat.