perancangan sistem digital

200
PERANCANGAN SISTEM DIGITAL (3 SKS) Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika Dosen Pengampu: Sigit Priyambodo, S.T.,M.T.

Upload: sapta-ageng-kuntara

Post on 07-Jun-2015

5.293 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

Sistem Digital Adalah Sistem yang input dan outputnya merupakan himpunan-himpunan berhingga yang anggotanya berupa besaran diskret

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Sistem Digital

PERANCANGAN SISTEM DIGITAL(3 SKS)

Teknik ElektroProgram Studi Teknik Elektronika

Dosen Pengampu:

Sigit Priyambodo, S.T.,M.T.

Page 2: Perancangan Sistem Digital

Buku Referensi

1. Digital System and Hardware/Firmware Algorithms, Ercegovac, MD, Lang T, John Wiley & Sons

Page 3: Perancangan Sistem Digital

Buku Referensi

2. Synthesis and Optimization of Digital Circuits, Giovanni de Micheli, Mc Graw Hill International Edition

Page 4: Perancangan Sistem Digital

Buku Referensi

3. Logic Design Theori, Nripendra N. Biswas, PHI, 1992

Page 5: Perancangan Sistem Digital

KompetensiMK: Perancangan Sistem Digital

• Mata Kuliah ini akan membahas tentang bagaimana Merancang Sistem yang Berbasis Digital. Mata kuliah ini adalah kelanjutan dari mata kuliah Teknik Digital.

Page 6: Perancangan Sistem Digital

Kontrak Perkuliahan

• Perkuliahan dilaksanakan sebanyak 14 kali tatap muka.

• Persentasi Bobot Penilaian:

• Absen Kehadiran === 10%

• Tugas =========== 30%

• UTS ========== 30%

• UAS =========30%

Page 7: Perancangan Sistem Digital

Pengantar / Pendahuluan

• Definisi Sistem:

Sekumpulan Komponen/elemen yang saling terkait satu sama lain sedemikian sehingga saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu seperti maksud dari si-perancang sistem tersebut.

Page 8: Perancangan Sistem Digital

Sistem Digital

• Sistem Digital Adalah Sistem yang input dan outputnya merupakan himpunan-himpunan berhingga yang anggotanya berupa besaran diskret.

Page 9: Perancangan Sistem Digital

Sistem Digital

• Dalam implementasinya besaran-besaran tersebut disandikan menggunakan variabel-variabel biner.

Page 10: Perancangan Sistem Digital

Sistem Digital

• Sistem melakukan transformasi data dan isyarat

Page 11: Perancangan Sistem Digital

Diagram Blok Sistem Digital

Masukan Keluaran

{a,b,c,d} {p,q}

Penyandian :

Masukan : Keluaran :

a = 00 p = 0

b = 01 q = 1

c = 10

d = 11

SistemDigital

Page 12: Perancangan Sistem Digital

Level Perancangan Sistem Digital

• Level Arsitektural

• Level Logika

• Level Elektronis

Page 13: Perancangan Sistem Digital

Level Arsitektural

Sistem dianggap melakukan komputasi data. Pada level ini dispesifikasikan satu set operasi yang harus dimiliki sistem, spesifikasi input/outputnya, kecepatan operasi dsb.

Page 14: Perancangan Sistem Digital

• Level Logika

Sistem dianggap melakukan satu set fungsi logika untuk mengimplementasikan spesifikasi level Arsitektural.

Page 15: Perancangan Sistem Digital

Level Elektronis

Pada level ini, fungsi-fungsi logika yang diimplementasikan pada level logika akan diimplementasikan ke dalam untai-untai elektronis.

Page 16: Perancangan Sistem Digital

Level ArsitekturalContoh: Model

Aspek

Perilaku/Fungsional

Struktural

Level PC = PC + 1

FETCH(PC+1)

Arsitektural DECODE(INST)

MULT

ADD

CONTROL

RAM

Page 17: Perancangan Sistem Digital

Level Logika

Contoh:

State B

State A State C

D Q

Ck Q

a

b

c

d

x

yclock

Page 18: Perancangan Sistem Digital

Level Elektronik

Contoh :

Page 19: Perancangan Sistem Digital

Spesifikasi dan Implementasi sistem digital

Spesifikasi Proses Sintesis Implementasi

Proses Analisis

Page 20: Perancangan Sistem Digital

Spesifikasi dan Implementasi sistem digital

• Spesifikasi : mengacu pada diskripsi fungsional sistem

apa yang dapat dilakukan oleh sistem dan karakteristik pemakaiannya (kecepatan, teknologi, konsumsi dayanya dsb)

Page 21: Perancangan Sistem Digital

Spesifikasi dan Implementasi sistem digital

• Implementasi : Implementasi (hasil rancangan)

mendiskripsikan bagaimana sistem dikonstruksikan, dengan saling menghubungkan komponen-komponen dasar pada level tertentu.

Page 22: Perancangan Sistem Digital

Spesifikasi dan Implementasi sistem digital

• Perancangan : adalah proses merancang implementasi

yang dapat memenuhi spesifikasi sistem.

Page 23: Perancangan Sistem Digital

Spesifikasi dan Implementasi sistem digital

• Analisis : adalah proses mencari spesifikasi sistem,

analisis dilakukan terhadap sebuah hasil rancangan (Implementasi).

Page 24: Perancangan Sistem Digital

Spesifikasi dan Implementasi sistem digital

Hasil analisis ini dibandingkan untuk menentukan apakah suatu hasil rancangan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan diawal perancangan

Page 25: Perancangan Sistem Digital

PENINGKATAN KINERJA

• Kinerja sistem digital tergantung pada kecepatan untai pembentuk unit-unit fungsionalnya.

• Kinerja yang lebih baik dapat dicapai dengan menggunakan untai yang kecepatannya lebih baik.

Page 26: Perancangan Sistem Digital

PENINGKATAN KINERJA

• Peningkatan kecepatan :

1. Pendekatan teknologis, yaitu dengan menggunakan komponen-komponen dengan teknologi kecepatan tinggi

2. Pendekatan arsitektural, yaitu dengan memanipulasi struktur untai fungsional.

Page 27: Perancangan Sistem Digital

PENINGKATAN KINERJA

• Contoh pendekatan arsitektural :

ADDER

a) RIPPLE CARRY ADDER

Ripple carry adder adalah penjumlahan dua bilangan n-bit, yang terdiri dari n-buah Full adder

Page 28: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :• RIPPLE CARRY ADDER

Gambar diagram blok :

FA1

A1 B1 C1

C1+1 S1

Sum : S1 = A1B1C1 + A1B1C1 + A1B1C1 + A1B1C1

Carry out : C1+1 = A1B1C1 + A1B1C1 + A1B1C1 + A1B1C1

= A1B1 + A1C1 + B1C1

Page 29: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• RIPPLE CARRY ADDER

Tabel Kebenaran Full Adder : Input output

A1 B1 C1 C1+1 S1

0 0 0 0 0

0 0 1 0 1

0 1 0 0 1

0 1 1 1 0

1 0 0 0 1

1 0 1 1 0

1 1 0 1 0

1 1 1 1 1

Page 30: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• RIPPLE CARRY ADDER

Gambar untai logika :

Page 31: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• RIPPLE CARRY ADDER

Gambar untai logika :

Page 32: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• CARRY-LOOKAHEAD ADDER :

Untuk mengurangi tunda perambatan carry carry pada penjumlahan Ripple carry, pada setiap bit kita dapat mengevaluasi dengan cepat apakah carry dari bit sebelumnya akan muncul “0” atau “1”. Bila evaluasi dapat dilakukan dalam waktu yang cepat maka waktu yang dibutuhkan untuk penjumlahan lengkap dapat lebih cepat.

Page 33: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• CARRY-LOOKAHEAD ADDER : Dari tabel kebenaran Full Adder,

C1+1 = A1B1 + A1C1 + B1C1

= A1B1 + (A1 + B1)C1 = g1 + p1C1

dimana g1 = A1B1 dan p1 = A1 + B1

C1+1 = g1 + p1C1

= g1 + p1 (g1-1 + p1-1 C1-1)

= g1+p1g1-1+p1p1-1g1-2+…+p1p1-1…p2p1g0+p1p1-1…p1p0C0

Bentuk AND-OR dua level

Page 34: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• CARRY-LOOKAHEAD ADDER : Bentuk AND-OR dua level

Page 35: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• CARRY-LOOKAHEAD ADDER :

Jadi pada tiap bit, carry out dapat dibangkitkan secara serentak, tidak perlu dirambatkan.

Perhatikan pembangkitan Carry-out pada bit-0 dan bit-1 untuk penjumlahan Ripple Carry dan penjumlahan Carry-Look-Ahead di bawah ini

Page 36: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• CARRY-LOOKAHEAD ADDER :

Page 37: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• n-bit Ripple Carry Adder :

FAn-1 FA1 FA0…

An-1Bn-1Cn-1 A1 B1 C1 A0 B0 C0

Cn S2 C2 S1 C1 S0

Page 38: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• n-bit Ripple Carry Adder : Carry-out dari FA1 dirambatkan ke bit berikutnya melalui

carry-in C1+1 pada FA1+1

Perambatan carry dari LSB (Least Significant Bit-bit dengan bobot terkecil) ke MSB (Most Significant Bit-bit dengan bobot tertinggi) menimbulkan tunda perambatan.

Bila tunda perambatan pada sebuah Full Adder adalah ∆FA, maka hasil penjumlahan lengkap dua bilangan n-bit membutuhkan tunda perambatan maksimum (yang mungkin terjadi) sebesar n ∆FA

Page 39: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• n-bit Ripple Carry Adder :

Page 40: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• Perkalian :

2 bilangan tak bertanda

Perkalian

2 bilangan bertanda

Page 41: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

1. Perkalian tak bertanda

Multiplicant Quptient

X

Hasil

MULTIPLIER

Page 42: Perancangan Sistem Digital

Contoh pendekatan arsitektural :

• Perkalian tak bertanda M : mn-1 … m1 m0

Q : qn-1 … q1 q0

Untuk 1110 : 1 0 1 1 (M)

1310 : 1 1 0 1 (Q) X

Page 43: Perancangan Sistem Digital

Dekoder sekuensial untuk panjang sandi bervariasi :

• Pada sistem sandi dengan panjang sandi bervariasi terdapat ketentuan dimana kombinasi biner dari sebuah sandi tidak boleh digunakan lagi sebagai bit-bit awal pada sandi yang lain. Ketentuan ini untuk memudahkan pemisahan (pendeteksian batas) antar sandi.

Page 44: Perancangan Sistem Digital

Dekoder sekuensial untuk panjang sandi bervariasi :

Sandi Input Output

x(t) x(t-1) x(t-2) x(t-3)

0

1 0

1 1 0

1 1 1 0

1 1 1 1

a

b

c

d

e

Page 45: Perancangan Sistem Digital

Dekoder sekuensial untuk panjang sandi bervariasi :

• Diagram aliran Isyarat:

Sa

Sb

Sc

Sd

1

1

1

0/a

0/b

0/c

0/d

1/e

Page 46: Perancangan Sistem Digital

Untai Hitung Sekuensial

• Untai hitung sekuensial adalah untai hitung yang masukannya diberikan secara serial, bit per bit.

• Contoh :

• Penjumlahan paralel n bit, penjumlahan pada bit ke-i harus menunggu “ carry “ dari hasil penjumlahan bit ke i-1.

Page 47: Perancangan Sistem Digital

Bit : 3 2 1 0

X 0 1 0 1

Y 0 1 1 1 +

Sum0 1 0

Carry0 0 1 +

Sum1 0

Carry1 1 +

Sum2 1

Carry2 1 +

Sum3 1

Carry3 0

X0

X1

X2

X3

Y0

Y1

Y2

Y3

S0

S1

S2

S3

C

Page 48: Perancangan Sistem Digital

• Pada Penjumlahan n-bit serial,

Bit ke 0 1 ….. n-1

X: x(0) x(1) x(n-1)

Y: y(0) y(1) y(n-1)

Sum … … …

Carry 0/1 0/1 0/1

Sebagai runtun input

Sebagai runtun output

Sebagai keadaan yang harusdiingat

Page 49: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI FSM SINKRON

• TAHAP TAHAP PERANCANGAN :

Spesifikasi

Sintesis

Implementasi

Modifikasi

Analisis

Page 50: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :• Tabel Kebenaran Biner : Dengan flip-flop D sebagai unsur pengingat keadaan,

maka Q(t+1) = D(t)

Qa(t+1) = Da(t) dan Qb(t+1) = Db(t).

PS Input Output Eksitasi NS

Qa Qb X Z=(1) Y=(2) Da=(3) Db=(4) NQa=Da NQb=Db

0 0 01

0 0 0 0

1 1 0 1

1 1 0 1

0 1 01

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

1 0 01

0 1 0 1

1 1 0 1

1 1 0 1

1 1 01

1 0 1 0

0 0 0 0

0 0 0 0

Page 51: Perancangan Sistem Digital

Dampak yang mempengaruhi dalamPerancangan Sistem Digital

• Dampak Perkembangan Mikroelektronik (Teknologi IC)

• Dampak Terhadap Perancangan

Page 52: Perancangan Sistem Digital

Dampak Perkembangan Mikroelektronik (Teknologi IC)

1. Meningkatnya Kompleksitas Untai (Karena derajad integrasi yang tinggi)

2. Pendeknya Live-cycle sebuah produk elektronik

Page 53: Perancangan Sistem Digital

Dampak Terhadap Perancangan

1. Aspek Optimasi unjuk kerja dan area (chip-area)

2. Aspek Testability hasil rancangan3. Aspek waktu perancangan, automatisasi

perancangan (dengan CAD sebagai desain tool) membantu mempercepat proses perancangan dan untuk mengurangi human-error.

Page 54: Perancangan Sistem Digital

Ragam Perancangan :Berdasarkan komponen-komponen dasar yang digunakan untuk membangun sebuah sistem digital.Terdapat 2 ragam perancangan, yaitu :

1. Semi Custom :

Menggunakan chip/IC yang seluruh atau sebagian rangkaian internalnya sudah diprogam oleh pabrik.

2. Custom Design Chips

Page 55: Perancangan Sistem Digital

1. Semi Custom :

a) Chip-chip baku (standard)

Rangkaian internal chip-chip tersebut mengimplementasikan fungsi-fungsi logika standar yang sederhana dan terbatas ragamnya. Untuk membangun sebuah sistem digital si-perancang memilih chip-chip tersebut dan menentukan interkoneksi antar chip.

Contoh: Multiplekser/Demultiplekser, Decoder/Encoder, Adder, Multiplier.

Page 56: Perancangan Sistem Digital

1. Semi Custom :

b) Programable Logic Devices (PLD)

Berbeda dari chip-chip baku, chip-chip PLD memiliki struktur umum yang terdiri dari sejumlah besar saklar yang dapat dikonfigurasi (diprogram) dan direkonfigurasi oleh perancang untuk mengimplementasikan berbagai fungsi non standar.

Contoh: EPROM, PLA, PAL, FPGA.

Page 57: Perancangan Sistem Digital

2. Custom Design Chips :

• Pada ragam perancangan ini si Perancang harus merancang sendiri rangkaian logika yang harus ada di dalam chip untuk mengimplementasikan sistem yang dirancang juga menentukan teknologi untuk mengimplementasikan chip tersebut. Rancangan dapat dioperasikan baik kinerja maupun pemakaian areanya. Selanjutnya chip ini akan dibuat oleh pabrik pembuat IC.

Page 58: Perancangan Sistem Digital

2. Custom Design Chips :

• Karena pada umumnya rancangan ini ditujukan untuk aplikasi khusus, maka chip-nya disebut ASIC (Application Specific Integrated Circuit).

Page 59: Perancangan Sistem Digital

PROSES PERANCANGAN

• (1)Konsep (2) Rancangan Behavioural (perilaku) (3) Rancangan Fungsional (4) Rancangan Logika

(5) Rancangan Fisik (6) Fabrikasi Produk

Page 60: Perancangan Sistem Digital

1. KONSEP

• Konseptualisasi ide (ide baru atau peningkatan pruduk lama)

Menganalisis kebutuhan (kinerja, fungsi, harga)

Spesifikasi produk (apa yang dapat dilakukan oleh produk tsb)

Page 61: Perancangan Sistem Digital

2. RANCANGAN PERILAKU

• Mendiskripsikan Perilaku produk (bagaimana produk tsb melakukan)

Page 62: Perancangan Sistem Digital

3. RANCANGAN FUNGSIONAL

• Mengidentifikasikan unit2 fungsional dan interkoneksi antar unit

Page 63: Perancangan Sistem Digital

4. RANCANGAN LOGIKA

• Merancang logika masing2 unit fungsional

Page 64: Perancangan Sistem Digital

5. RANCANGAN FISIK

• Merancang penempatan fisik (tata letak) komponen2 dasar, route kabel penghubung antar komponen.

Page 65: Perancangan Sistem Digital

TAHAP-TAHAP PERANCANGAN

1. Konseptualisasi dan pemodelan

2. Sintesis dan Optimasi

3. Validasi

Page 66: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model adalah abstaksi atau representasi yang menunjukan ciri- ciri penting, tanpa menyinggung detail implementasinya.

Page 67: Perancangan Sistem Digital

Model

• Untuk diskripsi dan perancangan pada level arsitektural dan logika dibutuhkan model pada masing-masing level. Model tersebut disajikan dari aspek perilaku/fungsional (behavioural) atau dari aspek struktural.

Page 68: Perancangan Sistem Digital

Model

a)Model level Arsitektural

b)Model level Logika

c)Model level Geometris

a) Model Perilaku (Behavioural)

b) Model Struktural

c) Model Fisik

Page 69: Perancangan Sistem Digital

Model

transformasi

Model perilaku Model Struktural*Menggambarkan fungsi rangkaian, *Menggambarkan interkoneksi

komponen-

tanpa menyinggung inplementasinya. Komponen yang mengimplementasikan

fungsi-fungsi yang terdapat pada model

perilaku.

Page 70: Perancangan Sistem Digital

Model

• Sintesis level Arsitektur (sintesis level tinggi, sintesis struktural)

Menentukan fungsi-fungsi untai ke operator-operator

Satu set operasi beserta Interkoneksi blok-blok komponen2

Ketergantungannya. Pembangun (struktur mikroskopis)

Bentuk-bentuk model perilaku Model Struktural

Page 71: Perancangan Sistem Digital

Model

• Terdapat dua model yang berguna dalam pendiskripsian dan perancangan sistem-sistem digital :

1. Model Sistem 2. Model Algoritmis• Model Sistem berguna untuk memperkenalkan

konsep-konsep dasar, analisis dan perancangan sistem-sistem sederhana (yang digunakan sebagai komponen-komponen dasar bagi sistem-sistem yang lebih komplek)

• Model Algoritmis lebih sesuai digunakan untuk menggambarkan sistem-sistem yang lebih kompleks.

Page 72: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan) Sebuah sistem dapat digambarkan sebagai sebuah

kotak hitam dengan sebuah input dari sekitaran dan sebuah output ke sekitaran. Sebuah sistem disebut dinamis bila input dan outputnya merupakan fungsi waktu.

SX Z

Page 73: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)

X(t), Z(t)

0 t t

X(t)

Z(t)

Page 74: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan) Perilaku waktu dari sistem dinyatakan oleh fungsi F,

z = F(x) Sebuah sistem digital adalah sistem dinamis yang

input dan outputnya pada waktu t hanya dapat mengambil harga dari himpunan berhingga nilai-nilai diskret.

Pada sisten digital sinkron fungsi-fungsi waktu tersebut hanya dapat berubah harga pada titik-titk waktu diskret yang ditentukan oleh clock penyinkron.

Page 75: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 t

t fungsi input

t fungsi output

Page 76: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan) Untuk sistem digital sinkron, output pada saat t

dinyatakan oleh fungsi G,

Input saat t Input-input sebelumnya

Diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompokruntun input. Tiap kelompok runtun membentukSebuah keadaan (state)

z(t) = G{x(t),x(0,t-1)}

Page 77: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan) Dengan memperkenalkan variabel keadaan, maka

sistem dapat didiskripsikan oleh dua persamaan sebagai berikut :

1. fungsi input z(t) = G1{x(t), s(t)}

2. fungsi transisi keadaan s(t+1) = G2{x(t), s(t)}

Dengan adanya variabel keadaan pada sistem disebut sebagai Mesin Keadaan (state-machine)

Page 78: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)• Contoh: Sebuah sistem digital S mempunyai sebuah input x yang dapat

berharga 0, 1 atau 2, dan sebuah output z bernilai 0 atau 1. Fungsi output ditentukan sebagai berikut :

1 bila runtun input [x(0), x(1), ..., x(t)] mengandung

harga”2” yang jumlahnya genap dan harga “1”

Z(t) = yang jumlahnya ganjil.

0 selain ketentuan di atas

Page 79: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)• Penyelesaian: Untuk menentukan harga output pada saat t, harus

diketahui harga input pada saat t dan ganjil-genapnya jumlah nilai “2” dan “1” dalam runtun input 0 sampai dengan (t-1)

Sistem memiliki 4 keadaan sesuai dengan klasifikasi berikut ini:

Page 80: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)• Penyelesaian:

state Jumlah “1”

dalam x(0,t-1)

Jumlah “2”

dalam x(0,t-1)

S0

S1

S2

S3

ganjil

ganjil

genap

genap

genap

ganjil

ganjil

genap

diskripsikeadaan

Page 81: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)• Penyelesaian:

Present state

S(t)

Input x(t)

0 1 2

S0

S1

S2

S3

S0 S3 S1

S1 S2 S0

S2 S1 S3

S3 S0 S2

TransisiKeadaansistem

Next-state S(t+1)

Page 82: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)• Penyelesaian:

Present state

S(t)

Input x(t)

0 1 2

S0

S1

S2

S3

1 0 0

0 0 1

0 0 0

0 1 0

Outputsistem

Output z(t)

Page 83: Perancangan Sistem Digital

Model

• Model Sistem (Model Mesin Keadaan)• Penyelesaian:

t 0 1 2 3 4 5 6 7 8

x 0 0 1 2 1 2 0 1 1

s Sa

z 0

Page 84: Perancangan Sistem Digital

Model Algoritmis

• MODEL ALGORITMIS

Pada model ini sistem digital dianggap mengerjakan komputasi. Obyek2 data diberikan pada sistem, sistem melakukan komputasi dengan mentransformasi obyek2 data tsb.

Page 85: Perancangan Sistem Digital

Model Algoritmis

• MODEL ALGORITMIS

Bila komputasi terlalu kompleks maka komputasi dipecah (dekomposisi) menjadi runtun komputasi yang lebih sederhana. Algoritma adalahgambaran dekomposisi komputasi tsb.

Page 86: Perancangan Sistem Digital

Sebagai mesin komputasi, sistem memerlukan elemen2 sbb :

1. Storage untuk penyimpanan obyek2 data.

2. Operator2 untuk melaksanakan komputasi dasar terhadap vektor2 data (disebut bagian data path)

3. Kontrol untuk pengurutan pelaksanaan komputasi2 dasar.

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 87: Perancangan Sistem Digital

• Algoritma yang dieksekusi oleh sistem dapat bersifat tetap atau dapat diubah (programmable). Sistem yang programmable membutuhkan storage untuk menyimpan algoritmanya

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 88: Perancangan Sistem Digital

• Model algoritmis digunakan untuk spesifikasi dan implementasi sistem digital yang kompleks pada level sistem (arsitektural).

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 89: Perancangan Sistem Digital

• Sedangkan untuk spesifikasi dan implementasi elemen2 sistem (storage, operators, control) digunakan model sistem (state machine).

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 90: Perancangan Sistem Digital

• Perancangan sistem dengan pendekatan model algoritmis terdiri atas :

1. Diskripsi struktural. Spesifikasi struktur dan interkoneksi komponen2nya (storage, operator, kontrol)

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 91: Perancangan Sistem Digital

• Perancangan sistem dengan pendekatan model algoritmis terdiri atas :

2. Deskripsi keperilakuan (behavioural). Spesifikasi algoritma2 yang akna dieksekusi sistem.

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 92: Perancangan Sistem Digital

Perancangan sistem dengan pendekatan model algoritmis terdiri atas :

3. Format representasi data dan algoritma.

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 93: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :• Sebuah komputasi untuk mencari harga

maksimum diantara n buah integer. Setiap integer direpresentasikan sebagai sebuah vektor yang elemen2nya berupa variabel2 biner. Vektor2 tsb disimpan dalam storage, sedangkan hasil komputasi di register MAX

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 94: Perancangan Sistem Digital

OPERASI2 DASAR YANG DIPERLUKAN

• READFIRST membaca data pertama dari storage dan menyimpannya di register MAX.

• READNEXT membaca data berikutnya dari storage dan menyimpannya di register TEMP.

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 95: Perancangan Sistem Digital

OPERASI2 DASAR YANG DIPERLUKAN

• COMPARE membandingkan TEMP dan MAX dan menyimpan 1 dalam COMP bila TEMP > MAX, dan 0 bila TEMP <= MAX

• EXCHANGE mempertukarkan isi TEMP dan isi MAX

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 96: Perancangan Sistem Digital

Operasi2 kontrol :• SETCOUNT menginisialisasi isi COUNT dengan

nilai 1.

• COUNTUP menaikkan 1 ini COUNT

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 97: Perancangan Sistem Digital

• Algoritma terdiri dari beberapa pernyataan yang dieksekusi sesuai dengan urutan penulisannya. Untuk mengubah urutan tersebut diperlukan operasi percabangan bersyarat, BRANCH if (condition) to (nomor statement).

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 98: Perancangan Sistem Digital

Model AlgoritmisDiskripsi struktural sistem tersebut :

STORAGE

MAX TEMP

EXCHANGE

COMPARE

COMP

COUNT

CONTROL

BEGIN

END

READFIRST

READNEXTINPUTDATA

EXCHANGE

COMPARE

I/O

SETCOUNT

COUNTUP

Page 99: Perancangan Sistem Digital

• Model algoritmis dapat diterapkan pada beberapa level perancangan, tergantung pada kompleksitas komputasi dasar yang diperbolehkan pada sebuah level. Terdapat 3 level penerapan, ketiga level tersebut membentuk sebuah sistem hirarkhis.

Model AlgoritmisModel Algoritmis

Page 100: Perancangan Sistem Digital

Model Algoritmis

Level Software

Level Firmware

Level Hardware

Statemen-statemen bahasa pemrograman tingkat tinggi.Algoritma diimplementasikan dalam bentuk program

Operasi-operasi mikro yang mirip instruksi logika padaLevel hardware. Programnya disebut Mikroprogram.

Operasi-operasi logika yang diimplementasikan bentukRangkaian komponen-komponen logika.

Page 101: Perancangan Sistem Digital

MODEL SISTEM

Klasifikasi Sistem Digital :

1. Sistem kombinatorial

2. Sistem Sekuensial

Page 102: Perancangan Sistem Digital

SISTEM KOMBINATORIAL

• Output sistem ditentukan oleh input sistem pada saat itu.

F{x(t)}y(t)

Page 103: Perancangan Sistem Digital

SISTEM SEKUENSIAL

• Output sistem ditentukan oleh input sistem pada saat itu dan input input sebelumnya

Bag.kombinatorial

Pengingat/tunda

Input Output

Page 104: Perancangan Sistem Digital

KONSEP KEADAAN

• Sistem sekuensial memerlukan unsur pengingat untuk menyimpan informasi tentang input masa lalu {x(0)}

Page 105: Perancangan Sistem Digital

KONSEP KEADAAN

• Bila informasi yang harus diingat jumlahnya tak berhingga, maka sistem disebut sistem dengan ingatan (memory) yang tak berhingga. Sistem dengan ingatan tak berhingga ini tidak dapat diimplementasikan karena keterbatasan perangkat keras

Page 106: Perancangan Sistem Digital

KONSEP KEADAAN

• Bila informasi masa lalu yang jumlahnya tak berhingga tsb, dapat diabstraksikan / diringkas menjadi sejumlah informasi yang paling relevan (yang menentukan perilaku sistem), maka sistem ini dikatakan memiliki memory yang panjangnya berhingga. Sistem ini dapat diimplementasikan.

Page 107: Perancangan Sistem Digital

FSM SINKRON VS ASINKRON

- FSM Asinkron : Mesin Asinkron merespons (melakukan transisi keadaan) langsung setiap perubahan input.

Page 108: Perancangan Sistem Digital

FSM SINKRON VS ASINKRON

- FSM Sinkron : Respons (transisi keadaan) terhadap perubahan input hanya dilakukan pada waktu waktu tertentu (ditentukan oleh pulsa pulsa clock sebagai pewaktu)

Page 109: Perancangan Sistem Digital

MODEL FSM SINKRON

FSM SINKRON

Sistem

pengingatkeadaan

Input Output

Clock

Page 110: Perancangan Sistem Digital

MODEL FSM ASINKRON

FSM ASINKRON

Sistem

pengingatkeadaan

Input Output

Page 111: Perancangan Sistem Digital

Metode Diagram Keadaan

-Fungsi output :y(t)=F{x(0,t)}

dengan x(0,t)=x{0, (t-1)},x(t)

=S(t),x(t) maka,

y(t)=F{S(t),x(t)}

Page 112: Perancangan Sistem Digital

Fungsi Transisi Keadaan

• Transisi Keadaan Sistem, yaitu transisi dari keadaan saat ini (Present State) ke keadaan berikutnya (Next State), dinyatakan oleh fungsi transisi

S(t+1)=G{S(t),x(t)}

x(t) : Input saat ini

S(t) : Keadaan Sistem saat ini

S(t+1) : Keadaan Berikutnya

Page 113: Perancangan Sistem Digital

CONTOH-CONTOH MESIN KEADAAN

• Contoh 1 : Sistem Sekuensial dengan memory tak berhingga

• Contoh 2 : Sebuah mesin keadaan dengan input biner x dan y, dan output biner f.

Page 114: Perancangan Sistem Digital

Contoh 1 :

Sistem sekuensial dengan memory tak berhingga. Mesin keadaan dengan 2 input biner x dan y, dan dengan output biner f.

=1, bila jumlah logika “1” pada runtun x lebih f besar dari jumlah logika “1” pada runtun y. =0, bila syarat diatas tidak dipenuhi.

Page 115: Perancangan Sistem Digital

Contoh 2 :

Sebuah mesin keadaan dengan input biner

x dan y, dan output biner f. Mesin ini akan

mendeteksi saat dimana jumlah logika “1” pada

runtun x(0,t) adalah genap dan jumlah logika “1”

pada runtun y(0,t) juga genap.

Page 116: Perancangan Sistem Digital

Diskripsi Keadaan sistem

Nama keadaan Diskripsi Ingatan (S(t)) (runtun input (0,(t-1))

1.Sa menunjukkan keadaan awal (belum ada input yang masuk)2.See mengingat jumlah genap pada runtun x dan jumlah genap pada runtun y.3.Seo mengingat jumlah genap pada runtun x dan jumlah ganjil pada runtun y.4. Soe mengingat jumlah ganjil pada runtun x dan jumlah genap pada runtun y.5. Soo mengingat jumlah ganjil pada runtun x dan jumlah ganjil pada runtun y.

Page 117: Perancangan Sistem Digital

Tabel Transisi Keadaan

Contoh 1 : Mesin yang mendeteksi peristiwa

(event) dimana input saat ini=input

sebelumnya.

Page 118: Perancangan Sistem Digital

MESIN MEALY & MOORE

• Mesin Mealy : State (t+1) =

[State(t),Input(t)]

Output(t) = G[State(t),Input(t)]

Page 119: Perancangan Sistem Digital

MESIN MEALY & MOORE

• Mesin Moore :

State(t+1)={State(t),Input(t)} Output(t) = G{State(t)

Page 120: Perancangan Sistem Digital

DIAGRAM KEADAAN

-Diagram Keadaan Mealy :

Pandang S1 sebagai

“present state” :

-“present input” a akan

memberikan “present

output” p

dan transisi ke keadaan S2

pada clock berikutnya

(“next state”)

S1 S2

S3

Page 121: Perancangan Sistem Digital

DIAGRAM KEADAAN

-Diagram Keadaan Mealy :

Pandang S1 sebagai

“present state” :

- “present input” b akan

memberikan “present output” q

dan transisi ke keadaan S3

(sebagai “next state”)

S1 S2

S3

Page 122: Perancangan Sistem Digital

DIAGRAM KEADAAN

-Diagram Keadaan Moore :

Pandang “present state” S1

yang “present output”nya p :

- “present input” a akan

menyebabkan transisi ke

keadaan S2.

S1/p S2/q

S3

Page 123: Perancangan Sistem Digital

DIAGRAM KEADAAN

Diagram Keadaan Moore :

Pandang “present state” S1

yang “present output”nya p :

- “present input” b akan

menyebabkan transisi ke

keadaan S3

S1/p S2/q

S3

Page 124: Perancangan Sistem Digital

ASM Chart

- Keadaan : Sa:

Simbol ini menyatakan “pintu masuk” ke suatuKeadaan.Sa : nama keadaan[F] : output-output yang “aktif” pada saat sistem masuk ke keadaan Sa output2 ini diaktifkan tanpa mempedulikan input saat itu.

[ F ]

Page 125: Perancangan Sistem Digital

-Pengujian Input/pengambilan Keputusan

Simbol ini menyatakan pengujian input

pada suatu keadaan. Hasil pengujian menentukan arah transisi keadaan (Next state), dan output yang harus diaktifkan.

x

Page 126: Perancangan Sistem Digital

Pencacah adalah sistem sekuensial dasar yang banyak digunakan sebagai bagian dari sistem sekuensial yang lebih kompleks.

PENCACAH

Page 127: Perancangan Sistem Digital

• - Fungsi Output :

p modx(i)f(t)t

0i

Page 128: Perancangan Sistem Digital

• - Fungsi Next State :

Bila keadaan keadaan tsb kita sandikan dari 0 s/d (p-1), maka S(t+1) = (S(t) + x(t)) mod p

Jumlah keadaan = p

dan f(t) = S(t)

Page 129: Perancangan Sistem Digital

PENGENAL POLA

Pengenal pola mempunyai satu output biner f yang menyatakan terdeteksinya pola tertentu pada sub-runtun inputnya.

Page 130: Perancangan Sistem Digital

PENGENAL POLA

Bila pola yang harus dikenali adalah

P = (p0,p1,…,pm-1), panjangnya = m bit

1, bila x(t-m+1,t) = P

f(t) =

0, bila selain syarat diatas

Page 131: Perancangan Sistem Digital

Contoh :

Pola P = 010

Runtun input : 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1

-Diskripsi keadaan :

Untuk mengenal pola yang panjangnya m, maka sistem ini harus mengingat m-1 input sebelumnya

Page 132: Perancangan Sistem Digital

PENGENAL POLA BLOK

Pola overlap akan terdeteksi. Hal ini dikarenakan tidak adanya format data pada runtun inputnya.

Bila runtun inputnya merupakan runtun blok, maka untuk mengenali pola tertentu dalam sebuah blok digunakan pengenal pola blok.

Page 133: Perancangan Sistem Digital

Contoh :- Pengenal pola blok :

Pola P = 010 panjang blok = 3

Runtun input : 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1

- Diskripsi keadaan :

Kemungkinan2 kombinasi ini x(t-2) x(t-1) :

0 0 , 0 1 , 1 0 , 1 1

Page 134: Perancangan Sistem Digital

PENGENAL PERISTIWA (“EVENT RECOGNIZER”)

• Pengenal peristiwa mengenali munculnya peristiwa peristiwa E dalam runtun inputnya.

Page 135: Perancangan Sistem Digital

Contoh :

- Input dengan himpunan harga x={a,b,c}- Output biner f ={0,1},

1, bila a + b dalam runtun

f(t) = x(0,t) adalah genap, dan x(t)=b

0, selain syarat diatas

Page 136: Perancangan Sistem Digital

Contoh :

Peristiwa yang harus dikenali adalah:

dalam runtun x(0,t) adalah genap

dan x(t)=b

Page 137: Perancangan Sistem Digital

PEMBANGKIT POLA

• FSM jenis ini menghasilkan runtun output dengan pola tertentu.

• Pembangkitan pola output P=p0,p1,…pk-1 dipicu oleh input “start”, selanjutnya pembangkitan bit-bit dalam pola tsb tidak tergantung pada inputnya.

Page 138: Perancangan Sistem Digital

Dua Jenis Pembangkit Pola

1. Pembangkit pola nonperiodis

(“one shot”)

2 . Pembangkit pola periodis

(“free running”/ kontinu)

Page 139: Perancangan Sistem Digital

PEMBANGKIT POLA NONPERIODIS

• Satu input “start” membangkitkan satu pola P.

• Runtun output f(t+1,t+k) = P, bila x(t) = start

Sk-1/pk-1 S2/P2

S1/p1S0/pSawal/0

d

start

d

dd

start

Page 140: Perancangan Sistem Digital

PEMBANGKIT POLA PERIODIS

• Satu input “start” membangkitkan runtun pola P.• Runtun output F(ik+1,ik+k) = P, bila x(0) = start,

untuk I = 0,1,2,..

“free running”

S1/p

Sk-1/pk-1

Sawal/0

S2/p2

S0/pstart

start d

d

d

d

Page 141: Perancangan Sistem Digital

DEKODER SEKUENSIAL

1. Dekoder Kombinatorial

2. Dekoder Sekuensial

Page 142: Perancangan Sistem Digital

DEKODER SEKUENSIAL

• Dekoder Kombinatorial : Satu sandi –n- bit yang diberikan secara paralel pada input akan membangkitkan salah satu dari bit-bit outputnya (1 dari 2” bit output).

Page 143: Perancangan Sistem Digital

DEKODER SEKUENSIAL

• Dekoder Sekuensial : Satu sandi –n- bit yang diberikan secara serial (bit per bit) pada input akan membangkitkan salah satu dari 2n bit-bit outputnya.

• Dekoder Sekuensial umumnya digunakan untuk sistem sandi yang panjangnya Variabel.

Page 144: Perancangan Sistem Digital

Dekoder Sekuensial untuk panjang sandi tetap

Sandi Input Output y(t)

X(t) x(t-1) d c b a

0 0

0 1

1 0

1 1

0 0 0 1

Page 145: Perancangan Sistem Digital

Dekoder sekuensial untuk panjang sandi bervariasi :

• Pada sistem sandi dengan panjang sandi bervariasi terdapat ketentuan dimana kombinasi biner dari sebuah sandi tidak boleh digunakan lagi sebagai bit-bit awal pada sandi yang lain. Ketentuan ini untuk memudahkan pemisahan (pendeteksian batas) antar sandi.

Page 146: Perancangan Sistem Digital

Dekoder sekuensial untuk panjang sandi bervariasi :

Sandi Input Output

x(t) x(t-1) x(t-2) x(t-3)

0

1 0

1 1 0

1 1 1 0

1 1 1 1

a

b

c

d

e

Page 147: Perancangan Sistem Digital

Dekoder sekuensial untuk panjang sandi bervariasi :

• Diagram aliran Isyarat:

Sa

Sb

Sc

Sd

1

1

1

0/a

0/b

0/c

0/d

1/e

Page 148: Perancangan Sistem Digital

Untai Hitung Sekuensial

• Untai hitung sekuensial adalah untai hitung yang masukannya diberikan secara serial, bit per bit.

• Contoh :

• Penjumlahan paralel n bit, penjumlahan pada bit ke-i harus menunggu “ carry “ dari hasil penjumlahan bit ke i-1.

Page 149: Perancangan Sistem Digital

Bit : 3 2 1 0

X 0 1 0 1

Y 0 1 1 1 +

Sum0 1 0

Carry0 0 1 +

Sum1 0

Carry1 1 +

Sum2 1

Carry2 1 +

Sum3 1

Carry3 0

X0

X1

X2

X3

Y0

Y1

Y2

Y3

S0

S1

S2

S3

C

Page 150: Perancangan Sistem Digital

• Pada Penjumlahan n-bit serial,

Bit ke 0 1 ….. n-1

X: x(0) x(1) x(n-1)

Y: y(0) y(1) y(n-1)

Sum … … …

Carry 0/1 0/1 0/1

Sebagai runtun input

Sebagai runtun output

Sebagai keadaan yang harusdiingat

Page 151: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI FSM SINKRON

• TAHAP TAHAP PERANCANGAN :

Spesifikasi

Sintesis

Implementasi

Modifikasi

Analisis

Page 152: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI FSM SINKRON

• Implementasi Kakonis (baku)

Bagian pengingat keadaan terdiri dari beberapa flip-flop (membentuk register paralel-in paralel-out)

Page 153: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI FSM SINKRON

Bagiankombinatorial

Flip-flop 2(register)keadaan

input output

eksitasi

keadaan

Page 154: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI FSM SINKRON

• Implementasi Non-kanonis

Bagian pengingat keadaanya dapat menggunakan pencacah, register geser, RAM dsb.

Kedua implementasi tersebut dapat diimplementasikan secara modular atau non-modular

Page 155: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI FSM SINKRON

• Implementasi modular

Menggunakan modul-modul kombinatorial standard (Mux, Demux, Dekoder, Enkoder, ROM, PLA) dan modul-modul standard sekuensial (register, register geser, pencacah)

• Implementasi Non-modular

Menggunakan gerbang-gerbang nalar dan flip-flop

Page 156: Perancangan Sistem Digital

IMPLEMENTASI KAKONIS

• Pencatat/register keadaan : Terdiri dari sejumlah flip-flop (jumlah FF tergantung pada penyandian keadaan)

• Bagian kombinatorial membentuk fungsi output dan fungsi eksitasi.

• Fungsi eksitasi :

Fungsi ini mengarahkan transisi keadaan FSM, dalam hal ini transisi keadaan flip-flop 2 pengingat keadaan.

feks (t) = F{input (t), keadaan (t)}

Page 157: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :

a) FSM dengan dua flip-flop D sebagai pengingat keadaan:

Qa Da

clk

Qb Db

clk

Fungsi-fungsi eksitasi :

•Da(t) = F{input(t),state(t)}•Db(t) = G{input(t),state(t)}

clock

“state”

Page 158: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :

b) FSM dengan dua flip-flop JK sebagai pengingat keadaan :

Fungsi-fungsi eksitasi :

* Ja = F{input(t), S(t)} * Ka = G{input(t), S(t)}

* Jb = H{input(t), S(t)} * Kb = I{input(t), S(t)}

Page 159: Perancangan Sistem Digital

TRANSISI KEADAAN FLIP-FLOP

• Masalah Analisis: Diketahui untai kombinatorial sebuah rancangan,

sehingga eksitasinya diketahui. Selanjutnya transisi-keadaan dapat ditentukan.

S(t+1) = F[e(t)]

• Masalah Sintesis: Diketahui transisi-keadaannya, sehingga fungsi eksitasi

dapat ditentukan. Selanjtnya untai kombinatorial (untuk pembentukan fungsi eksitasi) dapat dirancang.

Page 160: Perancangan Sistem Digital

a) FF D :

Present

State

Input FF

Next

State

Q(t) D(t) Q(t+1)

0

0

1

1

0

1

0

1

0

1

0

1

Transisi Eksitasi

Q(t) Q(t+1) D(t)

d 0

d 1

0

1

D = don’t care (x) = sembarang

Page 161: Perancangan Sistem Digital

b) FF SR (Set/Reset) :

Q S R Q+

0 0 0 0

0 0 1 0

0 1 0 1

0 1 1 *

1 0 0 1

1 0 1 0

1 1 0 1

1 1 1 *

Q Q+ S R

0 0

0 1

1 0

1 1

0 d

1 0

0 1

d 0

D

clk

Q

D-FF

Page 162: Perancangan Sistem Digital

c) FF JK :

Q J K Q+

0 0 0 0

0 0 1 0

0 1 0 1

0 1 1 1

1 0 0 1

1 0 1 0

1 1 0 1

1 1 1 0

Q Q+ J K

0 0 0 d

0 1 1 d

1 0 d 1

1 1 d 0

Page 163: Perancangan Sistem Digital

d) FF T :

Q T Q+

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Q Q+ T

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Page 164: Perancangan Sistem Digital

ANALISIS FSM SINKRON KANONIS

• Analisis silakukan pada suatu hasil rancangan dengan tujuan untuk mengetahui perilakunya.

• Untuk FSM, dari bagian kombinatorialnya dapat diketahui fungsi output dan fungsi eksitasi keadaannya.

• Selanjutnya, dari fungsi eksitasi tsb dapat ditentukan transisi keadaan flip-flop2nya, sehingga dapat dibuat tabel Transisi keadaan level biner.

Page 165: Perancangan Sistem Digital

ANALISIS FSM SINKRON KANONIS

• Dari tabel keadaan level biner dapat dibuat tabel keadaan level tinggi.

• Berdasarkan tabel keadaan level tinggi dapat dibuat Diagram keadaan/ ASM yang menggunakan perilaku FSM ybs.

Page 166: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :1. Analisislah rangkaian sekuensial di bawah ini:

Qa

Qa

Da

ck

Qb

Qb

Db

ck

X

Qa

Qa

Qb

Qb

Z

Y

Clock

Page 167: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :X Qb Qb Qa Qa

Z

Y

Qa Da

Clk ClockQa

Qb Db

Clk

Qb

Page 168: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :• Fungsi output :

Z = Qa.Qb …………….(1)

Y = Qa.Qb …………….(2)

• Fungsi eksitasi :

Da = X.Qb ……………..(3)

Db = Qb ………………..(4)

Page 169: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :• Tabel Kebenaran Biner : Dengan flip-flop D sebagai unsur pengingat keadaan, maka Q(t+1) =

D(t)

Qa(t+1) = Da(t) dan Qb(t+1) = Db(t).

PS Input Output Eksitasi NS

Qa Qb X Z=(1) Y=(2) Da=(3) Db=(4) NQa=Da NQb=Db

0 0 0

1

0 0

0 0

1 1

0 1

1 1

0 1

0 1 0

1

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

0 0

1 0 0

1

0 1

0 1

1 1

0 1

1 1

0 1

1 1 0

1

1 0

1 0

0 0

0 0

0 0

0 0

Page 170: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :

• Dengan penyandian keadaan sbb:

Keadaan Qa Qb

S0

S1

S2

S3

0 0

0 1

1 0

1 1

Page 171: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :

• Maka Diagram keadaannya adalah sbb:

Page 172: Perancangan Sistem Digital

SINTESIS FSM UNTUK IMPLEMENTASI KANONIS

• Perancangan : *Spesifikasi Sistem

*Diskripsi Keadaan (Diagram/Tabel Keadaan Level Tinggi)

*Reduksi Keadaan

*Penyandian Level Biner (Input, Output, Keadaan)

*Pemilihan Flip-flop

*Tabel Keadaan & Eksitasi (Level Biner)

Turunkan : *Fungsi output, fungsi eksitasi

*Implementasi fungsi-fungsi tersebut ke rangkaian gerbang logika

Page 173: Perancangan Sistem Digital

REDUKSI KEADAAN

• Reduksi keadaan(minimisasi) keadaan dilakukan berdasarkan keadaan-keadaan ekivalen yang mungkin terdapat dalam himpunan keadaan yang kita diskripsikan. Keadaan-keadaan yang ekivalen tersebut nantinya akan diwakili oleh satu keadaan saja sehingga jumlah keadaan sistem akan berkurang.

Page 174: Perancangan Sistem Digital

Ragam ekivalensi :Ekivalen-k dan Ekivalen

• Bila sistem di-set pada keadaan awal Sa atau Sb, dan kemudian pemberian runtun input panjangnya k dan sama akan menghasilkan dua runtun output yang panjangnya k dan sama, maka keadaan Sa dan Sb disebut dua keadaan yang ekivalen-k.

• Bila untuk sembarang harga k kedua runtun output yang dihasilkan tersebut tetap sama, maka keadaan Sa dan Sb disebut ekivalen (ekivalen penuh)

• Bila pada keadaan S(t) = Sa atau S(t) = Sb diberikan runtun input x(t,T+k-1), dan bila dihasilkan runtun output y(t,t+k-1) yang sama untuk

kedua keadaan tersebut, maka Sa dan Sb adalah ekivalen-k.

Page 175: Perancangan Sistem Digital

Langkah-langkah pencarian keadaan ekivalen :

• Iterasi 1 :

Keadaan-keadaan ekivalen dapat dicari dari Tabel Kebenaran, dimulai dari pengelompokan keadaan-keadaan ekivalen-1, yaitu keadaan-keadaan saat ini yang outputnya sama untuk semua “present state”.

Page 176: Perancangan Sistem Digital

Langkah-langkah pencarian keadaan ekivalen :

• Iterasi 2 :

Pada setiap kelompok ekivalen-1 dicari keadaan-keadaan yang ekivalen-2, yaitu keadaan-keadaan yang memiliki “next state” sama.

Keadaan yang ekivalen-1 dan yang “next state” nya sama akan memberikan “next output” yang sama juga (=ekivalen-2)

Page 177: Perancangan Sistem Digital

Langkah-langkah pencarian keadaan ekivalen :

• Iterasi 3

Selanjutnya untuk tiap-tiap kelompok keadaan yang ekivalen-2 dicari keadaan-keadaan yang ekivalen-3, yaitu keadaan-keadaan yang ekivalen-2 dan yang “next state”nya sama.

Pencarian dihentikan pada langkah ke-n bila hasil pengelompokan keadaan pada iterasi ke-n sama dengan hasil pengelompokan pada iterasi ke-n-1.

Page 178: Perancangan Sistem Digital

Langkah-langkah pencarian keadaan ekivalen :

• Iterasi 3 :

Jumlah kelompok yang terakhir menyatakan jumlah keadaan sistem sebenarnya (tereduksi).

Keadaan-keadaan yang terdapat dalam kelompok yang sama adalah keadaan-keadaan yang ekivalen, sehingga dapat diwakili oleh satu keadaan.

Page 179: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :

PS NS/output

S(t) x(t)=a x(t)=b x(t)=c

A E,0 D,1 B,0

B F,0 D,0 A,1

C E,0 B,1 D,0

D F,0 B,0 C,1

E C,0 F,1 F,0

F B,0 C,0 F,1

Page 180: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :• Iterasi 1 :

Terdapat dua kelompok ekivalen-1, yaitu:

a) [A,C,E] dimana untuk input a; b; c outputnya adalah 0; 1; 0

b) [B,D,F] dimana untuk input a; b; c outputnya adalah 0; 0; 1

• Iterasi 2 :

a) Dari kelompok ekivalen-1, [A,C,E]

untuk input a; b; c :

NS dari A adalah E ; D ; B

NS dari C adalah E ; B ; D

NS dari F adalah C ; F ; F

Jadi [A,C,E] adalah juga ekivalen-2

Kelompok ekivalen-1

Kelompok ekivalen-1

Kelompok ekivalen-1

Page 181: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :b) Dari kelompok ekivalen-1, [B,D,F]

untuk input a; b; c :

NS dari B adalah F ; D ; A

NS dari D adalah F ; B ; C

NS dari F adalah B ; C ; F

jadi dari kelompok [B,D,F] terpecah menjadi :

[B,D] yang ekivalen-2 dan

[F] yang ekivalen-1.

Hasil iterasi 2 : [A,C,E]2 , [B,D]2 dan [F].

Kelompok ekivalen-1

Kelompok ekivalen-1

Kelompok ekivalen-1

Page 182: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :Iterasi 3 :

a) Dari kelompok [A,C,E]

NS dari A adalah E ; D ; B

NS dari C adalah E ; B ; D

NS dari E adalah C ; F ; F

Hasil pengelompokan : [A,C]3 dan [E].

Kelompok ekivalen-2

Kelompok ekivalen-2

Kelompok ekivalen-2

Page 183: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :b) Dari kelompok [B,D]

NS dari B adalah F ; D ; A

NS dari D adalah F ; B ; C

Hasil pengelompokan : [B,D]

Jadi hasil pengelompokan iterasi-3 adalah :

[A,C] [E] , [B,D] , [F]

Kelompok ekivalen-2

Kelompok ekivalen-2

Page 184: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :Iterasi-4 :a) Kelompok [A,C] NS dari A adalah E ; D ; B NS dari C adalah E ; B ; D

b) Kelompok [B,D] NS dari B adalah F ; D ; A NS dari D adalah F ; B ; D

Jadi hasil pengelompokan iterasi-4 adalah : [A,C] [E] , [B,D] , [F] yang sama dengan kelompok 2 iterasi-3

Sehingga hasil akhirnya adalah terdapat 4 kelompok ekivalen

[A,C] , [E] , [B,D] , [F]

Kelompok ekivalen-3

Kelompok ekivalen-3

Kelompok ekivalen-3

Kelompok ekivalen-3

Page 185: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :PS NS/output

S(t) X(t) = a X(t) = b X(t) = c

A

C

E,0 D,1 B,0

E,0 B,1 D,0

E C,0 F,1 F,0

B

D

F,0 D,0 A,1

F,0 B,0 C,1

F B,0 C,0 F,1

Dengan [A,C] [E] , [B,D] , [F] = = = = S0 S1 S2 S3

Page 186: Perancangan Sistem Digital

CONTOH :Maka Tabel Keadaan dengan jumlah tereduksinya adalah :

PS NS/output

S(t) X(t) = a X(t) = b X(t) = c

S0

S1

S2

S3

S1,0 S2,1 S2,0

S0,0 S3,1 S3,0

S3,0 S2,0 S0,1

S2,0 S0,0 S3,1

Page 187: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAAN Sandi keadaan level tinggi Sandi keadaan level biner• Penyandian sederhana :

Untuk m buah keadaan, penyandian yang paling sederhana adalah dengan menggunakan jumlah variabel keadaan minimal,

n = [ log2 m]

dan menggunakan m buah sandi pertama dalam urutan pencacahan naik.

Page 188: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAAN

Dalam perancangan sistem sekuensial, kriteria hasil penyandian yang baik adalah :

1. Kompleksitas rangkaian (implementasinya) yang dihasilkan lebih sederhana

2. Kehandalan tinggi.

Page 189: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAAN

• Teknik-teknik penyandian keadaan,

1. Penyandian sederhana

2. Penyandian “one shot”

3. Penyandian Dekomposisi

4. Penyandian lokus minimal

Page 190: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAANContoh :

Penyandian Dekomposisi :

Pada penyandian ini tiap variabel keadaan diberi “tugas khusus”, sebagai pengidentifikasi hal-hal tertentu.

Dari Tabel keadaan level tinggi di bawah ini :

PS NS untuk input xy Output

S(t) 00 01 11 10 f

Sawal

Sa

Sb

Sc

Sd

Sa Sa Sb Sb

Sc Sc Sb Sb

Sa Sa Sd Sd

Sc Sc Sd Sb

Sa Sc Sd Sd

0

0

0

1

1

Page 191: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAAN

• Penyandian keadaannya menggunakan 3 variabel Q1, Q2, Q3 dimana

0, untuk kode keadaan awal

Nilai Q1 =

1, untuk kode bukan keadaan awal

0, harga output pada keadaan tersebut = 0

Nilai Q2 =

1, harga output pada keadaan tersebut = 1

0, pada keadaan tersebut, x(t-1) = 0

Nilai Q3 =

1, pada keadaan tersebut, x(t-1) = 1

Page 192: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAAN

• Hasil penyandian :

Keadaan Variabel keadaan

Q1 Q2 Q3

Sawal

S1

S2

S3

S4

0 0 0

1 0 0

1 1 0

1 0 1

1 1 1

Page 193: Perancangan Sistem Digital

PENYANDIAN KEADAAN

• Penyandian “one shot” :

Penyandian ini menggunakan jumlah var. non-minimal n = m

Keadaan Kode

Q0 Q1 Q2 Q3 Q4

S0

S1

S2

S3

S4

0 0 0 0 1

0 0 0 1 0

0 0 1 0 0

0 1 0 0 0

1 0 0 0 0

Pada umumnya penyandianmenghasilkan untai eksitasiyang sederhana, karena untuktiap transisi-keadaan hanyaada dua buah FF yang harusberubah keadaan

Page 194: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Penyandian ini menekankan faktor kehandalan dengan meminimalkan jumlah variabel keadaan yang berubah dalam tiap transisinya. Hal ini penting untuk sistem sekuensial yang inputnya asinkron.

Page 195: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Penyandian dilakukan dengan memetakan keadaan-keadaan (ke dalam peta Karnaugh) sedemikian rupa sehingga jarak logika antara keadaan tersebut dengan next state nya minimal.

Page 196: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Dari pemetaan tersebut jarak tiap transisi keadaan dapat dihitung.

• Jumlah jarak seluruh transisi pada pemetaan ini dibandingkan dengan jumlah jarak pada pemetaan lainya

Page 197: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Peta Karnaugh ALT 1

BC A B C

A 00 01 11 10 S0 0 0 0

0 S0 - S2 S1 S1 0 1 0

1 S4 S3 - - S2 0 1 1

S3 1 0 1

S4 1 0 0

bertetangga

Page 198: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Transisi

S0 S1 000 010

S0 S2 000 011

S1 S3 010 101

S2 S3 011 101

S3 S4 101 100

S4 S1 100 010

S0

S4S3S2

S1

Page 199: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Peta Karnaugh ALT 2

BC

A 00 01 10 11

0 S3 S3 S1 S0

1 - - S4 S.

Page 200: Perancangan Sistem Digital

Penyandian lokus minimal

• Contoh : (Sistesis)

RESET

COIN

SELECT

CHOICE

REJECT

CHANGE

a) Deskripsi input, output, keadaan * input : - Reset = { ya , tidak} - Coin = { Rp500 , Rp1000 , Rp0 } - Select = { teh , sirop , kopi }

*Output :-Choice = { teh , sirop , kopi }- Reject = { ya , tidak }- Charge = { Rp0 , Rp500 }

* Keadaan : 1) menunggu input