perencanaan struktur gedung apartemen 32 lantai...
TRANSCRIPT
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
1
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN 32 LANTAI
DENGAN METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
Santi Widayani
17315853
Sulardi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424
ABSTRACT
In Large part, Indonesia is a moderate to high intensity earthquake prone area. The
condition has a major effect on the planning of earthquake-resistant building structures that
must be observed in order not to cause major impacts. The aim of the research is to obtain a
high-rise earthquake-resistant structure based on the terms and conditions in the procedures
of earthquake resistance planning for the building structure of SNI 1726-2012. Then Planned
Structure of reinforced concrete building earthquake resistant with a Special Moment Frame
System (SMFS). The result of the calculation generates max θ earthquake stability = 0.0909
≤ 0.25. Components of reinforced concrete structures are planned based on SNI 2847-2013
regulations. Where the calculation result for the upper structure is the slab consists of the
floor slab (h = 140 mm). The recap of the floor slab recapitulation resulted in the focus
reinforcement and field X and Y D13 – 225 and D13 – 250. The beam with a dimension of 400
× 700 resulted in a focus reinforcement of 6D19, lower focus 3D19, upper field 3D19, and
lower field 5D19, while to leave the field D13 – 225 and the focus of D13 – 100. The column
K1 with a dimension of 1100 × 600 resulted in a diameter reinforcement and a 16D25 pitch
with a dash for a focus of 6D13 – 150 and to leave the field 6D13 – 200. For the lower
structure use the Bored Pile Foundation with the calculation of the reinforcement requirement
for the Pile cap for The Long Direction of 15d25 or D25 – 200 and for a Short Direction of
12d25 or D25 – 200. Then the budget plan required for planning the structure is
Rp55.671.872.073.
Keywords: earthquake, building planning, reinforced concrete, dual system.
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
2
ABSTRAK
Sebagaian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah rawan gempa dengan
intensitas sedang hingga tinggi. Kondisi tersebut berpengaruh besar dalam perencanaan
struktur gedung tahan gempa yang harus diperhatikan agar tidak menimbulkan dampak besar.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan struktur gedung bertingkat yang tahan gempa
berdasarkan syarat dan ketentuan dalam tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur gedung SNI 1726-2012. Maka direncanakan struktur bangunan beton bertulang tahan
gempa dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Hasil perhitungan tersebut
menghasilkan kestabilan gempa θmaks = 0,0909 ≤ 0,25. Komponen struktur beton bertulang
direncanakan berdasarkan peraturan SNI 2847-2013. Dimana hasil perhitungan untuk struktur
atas adalah Pelat terdiri dari Pelat Lantai (h = 140 mm). Rekapitulasi penulangan pelat lantai
menghasilkan tulangan tumpuan dan lapangan arah x dan y D13–225 serta D13–250. Balok
dengan dimensi 400×700 menghasilkan tulangan tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah 3D19,
lapangan atas 3D19, dan lapangan bawah 5D19, sedangkan untuk sengkang lapangan D13–
225 dan sengkang tumpuan D13–100. Kolom K1 dengan dimensi 1100×600 menghasilkan
tulangan tumpuan dan lapangan 16D25 dengan sengkang untuk tumpuan 6D13–150 dan untuk
sengkang lapangan 6D13–200. Untuk struktur bawah menggunakan Fondasi Bored Pile
dengan hasil perhitungan kebutuhan tulangan untuk pile cap untuk tulangan arah panjang
15D25 atau D25–200 dan untuk tulangan arah pendek 12D25 atau D25–200. Kemudian
Rencana Anggaran Biaya yang diperlukan untuk perencanaan struktur tersebut adalah
Rp55.671.872.073.
Kata Kunci: Gempa, Perencanaan Gedung, Beton Bertulang, Sistem Ganda.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan struktur bertujuan
untuk menghasilkan suatu struktur yang
stabil, kuat, awet, mampu menahan
beban layan, dan memenuhi tujuan
lainnya seperti ekonomis dan
kemudahan pelaksanaan. Untuk mecapai
tujuan perencanaan tersebut,
perencanaan struktur harus mengikuti
peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah berupa Standar Nasional
Indonesia (SNI), dan setiap perancangan
struktur gedung bangunan minimal harus
mengikuti SNI atau peraturan-peraturan
lain yang bisa dibuktikan secara teoritis.
Dalam perencanaan bangunan
gedung ini digunakan beton bertulang,
karena beton merupakan material yang
kuat dalam kondisi tekan tapi lemah
dalam kondisi tarik. Kuat tarik beton
bervariasi dari 8% 14% kuat tekannya.
Dengan sifat tersebut, beton
dimanfaatkan sebagai material
pembentuk struktur yang baik seperti
beton bertulang, dimana dalam struktur
tersebut beton dan tulangan baja yang
kuat terhadap tarik bekerja sama
menahan gaya-gaya yang ada. Agar
bangunan struktur beton bertulang dapat
berfungsi dengan baik, perancang
struktur wajib mendesain elemen-
elemen dengan tepat. Elemen yang
sering digunakan dalam struktur beton
bertulang yaitu, pelat lantai, balok,
kolom, dinding dan fondasi.
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
3
Sehubungan dengan hal diatas,
penulis ingin melakukan perencanaan
gedung bertingkat tahan gempa 32 lantai
pada wilayah gempa berat dengan
menggunakan sistem rangka beton
bertulang pemikul momen khusus
(SRPMK), sesuai dengan SNI 03-
2847:2013 tentang Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan Gedung dan
SNI 03-1726:2012 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Kedua SNI ini merupakan dasar utama
dalam perencanaan struktur dengan sistem
struktur penahan gaya seismik. Dengan
pedoman Standar Nasional Indonesia ini,
diharapkan struktur mampu bertahan dari
beban gravitasi dan beban gempa tanpa
mengalami kegagalan struktur. Apabila
terjadi kegagalan struktur balok sehingga
dapat memberikan tanda dan waktu bagi
penghuni gedung untuk menyelamatkan
diri sebelum kegagalan kolom terjadi.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan struktur bangunan
gedung apartemen 32 lantai
sesuai dengan SNI 2847:2013.
2. Menghasilkan dimensi yang
digunakan untuk elemen struktur
atas seperti pelat, baok, kolom
dan dinding geser (shear wall).
3. Mendapatkan jumlah tulangan
struktur kolom, stuktur balok,
struktur pelat lantai, struktur
dinding geser dan tulangan
struktur fondasi.
4. Mendapatkan harga Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dari
bangunan gedung apartemen 32
lantai yang direncanakan.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penyusunan
laporan Tugas Akhir ini, antara lain
sebagai berikut :
1. Struktur bangunan yang ditinjau
adalah Gedung Apartemen Trans
Park Cibubur.
2. Perencanaan meliputi struktur
bawah yaitu fondasi bored pile dan
struktur atas yaitu balok, kolo,
pelat lantai dan dinding geser.
3. Struktur dirancang dengan
menggunakan beton bertulang.
4. Perencanaan gempa dengan
menggunakan Tata Cara
Perhitungan Perencanaan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non-Gedung (SNI
1726:2012).
5. Analisis struktur beton bertulang
menggunakan Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan
Gedung (SNI 2847:2013).
6. Perhitungan beban berdasarkan
Persyaratan Beban Minimum untuk
Persyaratan Bangunan Gedung dan
Struktur Lainnya (SNI 1727:2013).
7. Wilayah zona gempa 4
8. Analisis struktur dengan
menggunakan software ETABS.
9. Menghitung volume pekerjaan dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
struktur untuk Gedung Apartemen
32 lantai.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK)
Sistem rangka struktur yang pada
dasarnya memiliki rangka pemikul beban
gravitasi secara lengkap. Beban lateral
dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur.
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
4
Komponen struktur yang
memikul lateral dan gaya aksial
(kolom) yang diakibatkan oleh beban
gempa bumi, serta beban aksial
terfaktor yang bekerja melebihi
Agf’c/10, harus memenuhi persyaratan
ukuran penampang sebagai berikut :
1. Ukuran penampang terkecil, diukur
pada garis lurus yang melalui titik
pusat geometris penampang, tidak
kurang dari 300 mm.
2. Perbandingan antara ukuran
terkecil penampang terhadap
ukuran dalam arah tegak lurusnya
tidak kurang dari 0,4 mm.
2.2 Sistem Ganda (Dual System)
Sistem ganda pada dasarnya terdiri
dari :
1. Rangka ruang memikul seluruh
beban gravitasi.
2. Pemikul beban lateral berupa
dinding geser atau rangka bresing
dengan rangka pemikul momen.
Rangka pemikul momen harus
direncanakan secara terpisah
mampu memikul sekurang-
kurangnya 25% dari seluruh beban
lateral, sedangkan sisanya akan
dipikul oleh dinding geser.
3. Kedua sistem harus direncanakan
untuk memikul bersama-sama
seluruh beban lateral dengan
memperhatikan interaksi antara
sistem rangka pemikul momen
dengan dinding geser.
4. Sistem ganda dengan rangka
pemikul momen khusus yang
mampu menahan paling sedikit
25% gaya gempa yang ditetapkan.
2.3 Analisis Gempa
Beban gempa adalah beban yang
timbul akibat perencanaan getaran tanah
pada saat gempa terjadi.
Analisa yang digunakan pada
perencanaan ini adalah metode analisis
respons spectrum. Renspons spectrum
adalah suatu spectrum yang disajikan
dalam bentuk grafik/ plot antara periode
getar struktur T, lawan respns-respons
maksimum berdasarkan rasio redaman
dan gempa tertentu. Respons-respons
maksimum dapat berupa simpangan
maksimum (Spectral Displacement, SD),
kecepatan maksimum (Spectral Velocity,
SV) atau percepatan maksimum (Spectral
Acceleration, SA) massa struktur singe
degree of freedom (SDOF), (Widodo,
2001). Pembebanan gempa respons
spectra berguna untuk melihat perilaku
dinamik dari pola geser bangunan tinggi.
3. METODE PENELITIAN
Perencanaan struktur memiliki
beberapa metode dan tahapan yang harus
dilakukan agar mendapat hasil yang
optimal dan sesuai. Berikut merupakan
tahapan yang akan dilakukan dalam
perencanaan struktur :
1. Persiapan literature
Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan informasi atau
referensi yang berkaitan dan
mengacu pada tugas akhir.
Literature yang akan digunakan
sebagai acuan seperti SNI
1726:2012, SNI 1727:2013, SNI
2847:2013 dan PPIUG 1983.
2. Data perencanaan
Dalam melakukan proses
pembangunan gedung, perlu
adanya gambaran yang berkaitan
dengan struktur dan kontruksi
bangunan yang sedang
direncanakan.
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
5
3. Preliminary design
Preliminary design merupakan
desain awal dalam menentukan
dimensi penampang struktur
yang nantinya akan digunakan
dalam pemodelan struktur
menggunakan software ETABS.
4. Pemodelan struktur
Memodelkan struktur gedung
menggunakan software ETABS
dengan memasukan data yang
sudah diperoleh seperti
preliminary design, mutu
material dan pembebanan.
5. Pengecekan perilaku struktur
Pengecekan perilaku struktur dari
hasil proses pemodelan untuk
penentuan struktur apakah sudah
sesuai dengan syarat SNI
1726:2012.
6. Desain penulangan
Mendesain penulangan pelat,
balok, kolom dan shear wall
(dinding geser) sesuai dengan
syarat SNI 2847:2013 dengan hasil
gaya dalam yang diperoleh dari
ETABS.
7. Desain fondasi tiang
Menentukan jumlah kebutuhan
pondasi tiang yang diperlukan dan
tebal dimensi pile cap dalam setiap
kolom dan shear wall.
8. Rencana anggaran biaya
Menentukan biaya yang
diperlukan dalam pelaksanaan
proyek dengan harga yang
berbeda, sesuai volume pekerjaan.
Gambar 1. Diagram Alir
Metode Penelitian
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
6
4. DATA PERANCANGAN
4.1 Data Umum
Adapun penjabaran dari data
umum desain struktur perancangan
gedung tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tipe Bangunan : Apartemen
b. Tinggi Bangunan : ±105,5 m
c. Jumlah Lantai : 32 Lantai
d. Material : Beton Bertulang
e. Sistem Gedung : Sistem Ganda
(Dual System)
4.2 Spesifikasi Material Beton
Adapun detail spesifikasi beton
yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. K-500 (shear wall dan fondasi)
Mutu Beton : 41,50 Mpa
b. K-400 (kolom, balok dan pelat)
Mutu Beton : 34,86 Mpa
c. Possion’s Ratip (vc) : 0,2
d. Berat Jenis (λc) : 2400 kg/m
4.3 Spesifikasi Baja Tulangan
Adapun detail spesifikasi baja
tulangan yang digunakan sesuai dengan
SNI 2847:2013 adalah sebagai berikut :
a. Fy : 400 Mpa
b. Fu : 570 Mpa
c. Fye : 440 Mpa
d. Fue : 627 Mpa
4.4 Gambar Gedung
Berikut merupakan gambar hasil
pemodelan struktur gedung dengan
menggunakan program ETABS 2013
serta tamapk sampingnya :
Gambar 2. Denah Struktur Gedung Lt.
1-31 digambar dengan AutoCAD
Gambar 3. Denah Struktur Gedung Lt. Atap
digambar dengan AutoCAD
4.5 Data Tanah
Data tanah ini didapat sesuai kondisi
eksisting di kawasan Cibubur, Depok,
Jawa Barat. Berdasarkan data tanah bore
log BH-3A didapat hasil perhitungan nilai
N-SPT sesuai dengan klasifikasi situs
tanah pada SNI 1726:2012 yaitu termasuk
tanah lunak (SE).
4.6 Data Gempa
Wilayah Cibubur, Depok, Jawa
Barat masuk kedalam wilayah gempa 4.
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
7
Zona gempa berfungsi memberikan
gambaran wilayah-wilayah yang berada
pada kawasan rawan gempa. Peta zonasi
gempa didapatkan melalui website yang
sesuai dengan peraturan SNI 1726:2012.
Gedung Apartemen masuk kedalam
kategori resiko gempa II menurut SNI
1726:2012. Data gempa rencana didapat
dari situs http://puskim.pu.go.id desain
spectra Indonesia. Didapat data untuk
daerah Cibubur, sebagai berikut :
Tabel 1. Nilai Perencanaan Spektal
Cibubur
Variable Nilai
PGA (g) 0,382
SS (g) 0,752
S1 (g) 0,317
CRS 1,01
CR1 0,938
FPGA 0,953
FA 1.197
FV 2.731
PSA (g) 0,364
SMS (g) 0,901
SM1 (g) 0,866
SDS (g) 0,6
SD1 (g) 0,578
T0 (detik) 0,192
TS (detik) 0,962
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembebanan yang diberikan pada
gedung rencana diantaranya yaitu
pembebanan gravitasi (meliputi beban
mati, beban mati tambahan sesuai
PPIUG 1983 dan beban hidup sesuai
SNI 1727:2013), dan pembebanan
gempa sesuai SNI 1726:2012.
Gambar 4. Pemodelan 3D Gedung
5.1 Kategori Risiko Bangunan
Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal
4.1.2, gedung apartemen termasuk
kedalam kategori risiko II dengan nilai
factor keutamaan gempa, Ie sebesar 1,0.
5.2 Kategori Desain Seismik
Nilai SDS = 0,6 dan SD1 = 0,578
dengan kategori risiko II maka kategori
desain seismik yang digunakan pada
penelitian ini adalah KDS D.
5.3 Sistem Struktur dan Parameter
Berdasarkan sistem struktur yang
digunakan yaitu sistem rangka pemikul
momen khusus, didapat rincian
parameternya sebagai berikut :
a. (R) = 7
b. (Ω0) = 2,5
c. (Cd) = 5,5
5.4 Penentuan Perioda Desain
Mengacu pada SNI 1726:2012, nilai
perioda struktur dibatasi oleh batas bawah
perioda (perioda fundamental
pendekatan) dengan batas atas perioda
(perioda maksimum).
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
8
Tipe struktur yang digunakan adalah
semua sistem struktur lainnya. Berikut
merupakan perhitungan batas bawah
perioda :
Ta = Ct × Hnx
Ta = 0,0488 × 105,20,75
= 1,603 detik (batas bawah)
Berikut merupakan perhitungan batas
atas perioda :
T = Cu × Ta
T = 1,4 × 1,603
= 2,244 detik (batas atas)
Berdasarkan program ETABS,
didapat nilai perioda berdasarkan mode
untuk masing-masing arah, yaitu :
Tx = 4,379 detik
Ty = 4,175 detik
Maka perioda desain yang akan
digunakan sesuai dengan persyaratan
penggunaan perioda desain adalah
sebagai berikut :
Tx = 4,379 < 2,244 maka Tx = 2,244
Ty = 4,175 < 2,244 maka Ty = 2,244
5.5 Analisis Mode Ragam
Menurut SNI 1726:2012 Pasal
7.9.1 analisis harus menyertakan jumlah
ragam yang cukup untuk mendapatjkan
partisipasi massa ragam terkombinasi
sebesar paling sedikit 90% dari massa
aktual dalam masing-masing arah
horizontal dari respons yang ditinjau :
Tabel 2. Modal Load Participation Rasio
Dapat dilihat bahwa analisis statik
partisipasi massa sudah mencapai 100%
di kedua arah orthogonal dan analisis
dinamik partisipasi massa telah mencapai
lebih dari 90%, hal ini menunjukan sedah
sesuai dengan persyaratan.
Pengecekan selanjutnya yaitu mengecek
Modal Participating Mass Ratio, untuk
mode ke-1 dan mode ke-2 haris berada
dalam kondisi untuk bertranslasi,
kemudian untuk mode ke-3 dan
seterusnya gedung harus dalam kondisi
untuk berotasi.
Tabel 3. Modal Participating
Mass Ratios
Dari table diatas, dapat dilihat pada
mode 1 nilai faktor translasi UX
memberikan angka dominan, hal ini
menunjukan gerak translasi arah X terjadi
pada mode ini sesuai dengan animasi.
Pada mode 2 nilai faktor translasi UY
memberikan angka yang dominan, hal ini
menunjukan gerak translasi arah Y terjadi
pada mode ini sesuai dengan animasi.
Pada mode 3 nilai RZ dominan, hal ini
menunjukan pada mode ini gerak struktur
dominan dalam berotasi. Persyaratan
gerak ragam sudah sesuai.
5.6 Gaya Geser Statik
Gaya geser merupakan kumulatif
dari penjumlahan dari gaya gempa static
ekivale tiap lantai. Gaya geser tiap lantai
akibat beban gempa dasar dapat dihitung
sesuai pasal 7.8.4 dengan menggunakan
persamaan berikut :
Vx = Fi
i = x
n
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
9
Maka dengan menggunakan rumus
tersebut, didapat VBASE SHEAR sebesar
1095837,39 kgf.
5.7 Dinamik Respons Spektra
Adapun parameter spektral dalam
membuat kurva respons spektra tersebut
didapatkan dari situs puskim.pu.go.id
Desain Spektra Indonesia. Kurva
spektrum respons desain merupakan
fungsi percepatan spectral (Sa) terhadap
perioda (T). Kurva tersebut digunakan
dalam analisis dinamik untuk mendapat
percepatan tanah desain dari masing-
masing modal yang ada. Adapun hasil
dari gaya geser dinamik yang didapat
secara manual dengan membuat kurva
respons spektrum desain adalah sebagai
berikut :
Vx = 475106,2248 kgf
Vy = 512138,6086 kgf
5.8 Simpangan Antar Lantai
Berdassarkan SNI 1726:2012,
kontrol simpangan antar lantai tingkat
desain tidak boeh melebihi simpangan
awal antar lantai tingkat izin. Adapun
contoh perhitungan simpangan antar
lantai pada lantai atap arah gempa Y
adalah sebagai berikut :
δAtap 15,14921
3,2175,5=
==
e
Atap
I
Cd mm
δ31 00,14521
0,2645,531 =
==eI
Cd mm
ΔAtap = δAtap δ31
= 1492,15 1452,00
= 40,51 mm
Berdassarkan SNI 1726:2012, batas
simpangan antar lantai ijin adalah 0,020
hsx. Nilai hsx merupakan tinggi antar
tingkat. Sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
ΔIjin = 0,020 × hsx = 0,020 × 3200 = 64 mm
Maka, ΔAtap < ΔIjin
Tabel 4. Simpangan Antar Lantai X-Dir
Tabel 5. Simpangan Antar Lantai Y-Dir
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
10
5.9 Kestabilan Bangunan
Analisis kontrol selanjutnya yaitu
pengecekan kestabilan bangunan atau
akibat efek P-Delta, dibutuhkan nilai
beban kumulatif gravity pada tiap lantai
dengan factor beban individu tidak
melebihi 1,0. Adapun perhitungan control
efek P-Delta pada story 5 akibat gempa
arah Y adalah sebagai berikut :
θ = 0795,05,5320027,860259
17,4029566392=
=
dsxy
ex
ChV
IP
θmaks= 25,00909,05,51
5,05,0=
=
dC
Karena nilai θ < 0,1 maka tidak
disyaratkan untuk dilakukan perhitungan
terhadap pengaruh P-Delta dan nilai θ <
θmaks sehingga struktur dalam kondisi
stabil.
5.10 Penulangan Pelat Lantai
Penulangan pelat lantai didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Rekapitulasi Penulangan Pelat
Arah Tumpuan Lapangan
X D13-225 D13-250
Y D13-225 D13-250
Gambar 5. Detail Penulangan Pelat
5.11 Penulangan Balok
Penulangan balok didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 7. Penulangan Balok
Gambar 6. Detail Penulangan Balok
5.12 Penulangan Kolom
Penulangan kolom didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 8. Rekapitulasi Penulangan Kolom
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
11
Gambar 7. Detail Penulangan Balok
5.13 Penulangan Shearwall
Penulangan shearwall didapatkan
hasil sebagai berikut :
Gambar 8. Detail Penulangan Shearwall
5.14 Fondasi
Diameter tiang rencana = 0,8 m.
Kedalaman fondasi berdasarkan bore hole
BH-3A didapat 23 m, diambil
berdasarkan nilai N-SPT pada data boring
log yang menunjukan pada kedalaman
tersebut sudah mencapai tanah keras
(NSPT = 50).
Berdasarkan hasil perhitungan,
didapat jumlah tiang yang digunakan pada
struktur kolom dan shear wall adalah
sebagai berikut :
Tabel 9. Jumlah Tiang
Gambar 9. Denah Fondasi Bore Pile
5.15 Rencana Anggaran Biaya
Berdasarkan hasil perhitungan dari
pengalian antara Analisa Harga Satuan
Pekerja (AHSP) dan Bill of Quantity
(BOQ) maka didapat rekapitulasi Rencana
Anggaran Biaya (RAB). Adapun total
biaya yang diperoleh dari hasil
perhitungan untuk gedung 32 lantai ini
dapat dilihat pada table berikut :
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
12
Tabel 10. Rekapitulasi Rencana
Anggaran Biaya
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dan saran dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat
berdasarkan hasil pembahasan dan
tujuan daripada penulisan Penelitian
analisis struktur ini adalah sebagai
berikut :
1. Struktur gedung bertingkat yang
direncanakan, dinyatakan sudah
aman terhadap beban-beban yang
bekerja sesuai dengan fungsi yang
direncanakan dalam perencanaan
denah arsitektur sebagai Gedung
Apartemen.
2. Struktur gedung beton bertulang
bertingkat 32 lantai direncanakan
berdasarkan syarat dan ketentuan
SNI 1726:2012 dengan
menggunakan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
diperoleh hasil analisis sebagai
berikut :
a. Analisa Ragam Gerak arah X dan
Y, mode-1 dan mode-2 adalah
Translasi.
b. Analisan Ragam Gerak arah Z
mode-3 adalah Berotasi.
c. Simpangan antar tingkat
maksimum pada batas ultimit arah
X adalah 4,379 dan Y adalah
4,175.
3. Hasil perhitungan tulangan struktur
atas, untuk pelat lantai sebesar D13-225
untuk tulangan utama. Tulangan balok
tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah
3D19, tulangan lapangan atas 3D16,
lapangan bawah 5D16, tulangan
sengkang D13-100. Tulangan kolom
K1 15D25 dengan tulangan sengkang
lapangan D13-200 dan tulangan
sengkang tumpuan D13-150, Tulangan
longitudinal shearwall D25-225,
boundary D25-100, tulangan
transversal shearwall D13-225,
boundary D13-150.
4. Hasil perhitungan struktur bawah,
fondasi yang digunakan yaitu bored
pile dengan dimensi tiang 0,8 mm dan
didapat nilai Qijin = 181,713 ton.
5. Hasil Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Struktur didapat sebesar
Rp55.671.872.073.
SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan sebagai saran
yang dapat diberikan diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan perencanaan
bangunan yang lebih bernilai
ekonomis disarankan agar
menggunakan desain pada elemen
pembentuk struktur gedung yang
Jurnal , Teknik Sipil, Universitas Gunadarma
13
berbeda-beda, tetapi masih dalam
batas persyaratan yang ditentukan.
2. Merencanakan struktur tahan gempa
dengan menggunakan program
ETABS 2013, sebaiknya mengikuti
acuan SNI yang digunakan, agar
desain tepat dan sesuai dengan yang
ditargetkan.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] ACI 318-11., Bulding Code
Requirements for Structural
Concrete, America, 2011
[2] ASCE/SEI 7-10, Minimum Design
Loads For Building and Other
Structures, American Society of
Civil Engineers, Reston, Virginia,
2010.
[3] Arnold, Hugh J., dan Danield C.
Feldman., Individual in
Organizations, McGraw Hill, Series
in Management, New York, 1986.
[4] Asroni, Ali., Balok dan Pelat Beton
Bertulang (Edisi Pertama),
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010.
[5] Budiman, Hanggoro., “Perancangan
Modifikasi Struktur Gedung
Apartemen Pandan Wangi dengan
Menggunakan Sistem Ganda untuk
Dibangun di Bengkulu”, Jurnal
Teknik Pomits, Vol.1, 2012.
[6] Budiono, Bambang, dkk., Contoh
Desain Bangunan Tanah Gempa,
Institut Teknologi Bandung, 2017.
[7] Desain Spektra Indonesia, diakses
September 2019,
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desa
in_spektra_indonesia_2011/
[8] Nawy, E.G., Reinforced Concrete,
Potland Cement Assocoation, Refika
Aditama, 2015.
[9] Setiawan, Agus., Perancangan
Struktur Beton Bertulang
Berdasarkan SNI 2847-2013,
Erlangga, 2016.
[10] Standar Nasional Indonesia (SNI
1726-2012), Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung,
Badan Standar Nasional, 2012.
[11] Standar Nasional Indonesia (SNI
1727-2013), Beban Minimum untuk
Perencanaan Bangunan Gedung dan
Struktur Lain. Badan Strandar
Nasional, 2013.
[12] Standar Nasional Indonesia (SNI
2847-2013), Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan Gedung,
Badan Standarisasi Nasional, 2013.
[13] Tarigan M, Teruna D, “Perbandingan
Respon Struktur Beraturan dan
Ketidakberaturan Horizontal Sudut
dalam Akibat Gempa dengan
Menggunakan Analisis Statik
Ekivalen dan Time History”, Jurnal
Teknik Sipil USU, 2014.