piping engineering design flowchart

15
Piping engineering (Design Flowchart) Autumn Batara Dear All, Mohon bantuan pencerahan, bagaimana proses engineering design untuk piping system (in plant dan pipeline), darimana proses engineering design dimulai? dan bagaimana urutan-urutannya? Bagaimana korelasinya dengan Plant Lay out?. saya sangat bersyukur jika ada diantara rekan milist yang bersedia memberi penjelasan plus flowchartnya. Terima kasih sebelumnya. Dedy Suryana - IAOD Wualah,.... puanjuang ini. Biasanya dimulai dari pemetaan, kemudian penentuan arah mata angina berdasarkan plant serta arah mata angin sesungguhnya. ( Biasanya ada PN atau Plant North dan TN atau True North) Selanjutnya adalah tata letak peralatan utama yang disusun berdasarkan banyak kriteria diantaranya FIFO atau LIFO, Transport raw material atau end produk, maupun kondisi - kondisi lainnya. Piping selanjutnya didesain berdasarkan P&ID yang diterjemahkan kedalam Isometric drawing serta top view dari yang paling tinggi hingga under ground berdasarkan tingkat level. Selain unsur desain juga harus diperhatikan unsur estetika sehingga posisi ekspansi untuk setiap ukuran pipa tampak seragam meskipun stress releaving berbeda. Unsur lain yang tak kalah penting adalah adanya akses untuk operator serta maintenance. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di "Piping System Engineering” Crootth Crootth Sebenarnya ngga panjang juga sih... Seorang process engineer biasanya mengerjakan (tapi tidak terbatas pada) langkah berikut : 1. Meminta data akurat kondisi process terlebih dahulu (komposisi (jika ada, jika tidak ada adalah SG, MW, Cp/Cv, z factor), temperatur, tekanan, flowrate) 2. Melakukan simulasi untuk mendapatkan ukuran pipa yang optimum (pressure drop, erosional velocity) dan tentu saja memperhitungkan ketersediaan kondisi pipa yang tersedia di pasar (misalnya tidak umum menggunakan pipa dengan ukuran 14" di Indonesia) 3. Melengkapi piping system tersebut dengan complete safety system yang dibutuhkannya (Process Control, Alarm System, Safety Interlock System, Relief System, Blowdown System dsb) berikut dokumen yang menyertainya (Instrumentation, Control and Relief device spec sheet, blowdown analysis, SIL verification, Flaring capacity calculation, SafeChart/Cause and Effect Diagram, Safety Analysis Table, Hazardous Area Classification dsb)

Upload: yang-gul-lee

Post on 12-Aug-2015

74 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Piping Engineering Design Flowchart

Piping engineering (Design Flowchart)

Autumn Batara

Dear All, Mohon bantuan pencerahan, bagaimana proses engineering design untuk piping system (in plant dan pipeline), darimana proses engineering design dimulai? dan bagaimana urutan-urutannya? Bagaimana korelasinya dengan Plant Lay out?. saya sangat bersyukur jika ada diantara rekan milist yang bersedia memberi penjelasan plus flowchartnya. Terima kasih sebelumnya.

Dedy Suryana - IAOD

Wualah,.... puanjuang ini.Biasanya dimulai dari pemetaan, kemudian penentuan arah mata angina berdasarkan plant serta arah mata angin sesungguhnya. ( Biasanya ada PN atau Plant North dan TN atau True North) Selanjutnya adalah tata letak peralatan utama yang disusun berdasarkan banyak kriteria diantaranya FIFO atau LIFO, Transport raw material atau end produk, maupun kondisi - kondisi lainnya. Piping selanjutnya didesain berdasarkan P&ID yang diterjemahkan kedalam Isometric drawing serta top view dari yang paling tinggi hingga under ground berdasarkan tingkat level. Selain unsur desain juga harus diperhatikan unsur estetika sehingga posisi ekspansi untuk setiap ukuran pipa tampak seragam meskipun stress releaving berbeda. Unsur lain yang tak kalah penting adalah adanya akses untuk operator serta maintenance. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di "Piping System Engineering”

Crootth Crootth

Sebenarnya ngga panjang juga sih... Seorang process engineer biasanya mengerjakan (tapi tidak terbatas pada) langkah berikut :1. Meminta data akurat kondisi process terlebih dahulu (komposisi (jika ada, jika tidak ada adalah SG, MW, Cp/Cv, z factor), temperatur, tekanan, flowrate)2. Melakukan simulasi untuk mendapatkan ukuran pipa yang optimum (pressure drop, erosional velocity) dan tentu saja memperhitungkan ketersediaan kondisi pipa yang tersedia di pasar (misalnya tidak umum menggunakan pipa dengan ukuran 14" di Indonesia)3. Melengkapi piping system tersebut dengan complete safety system yang dibutuhkannya (Process Control, Alarm System, Safety Interlock System, Relief System, Blowdown System dsb) berikut dokumen yang menyertainya (Instrumentation, Control and Relief device spec sheet, blowdown analysis, SIL verification, Flaring capacity calculation, SafeChart/Cause and Effect Diagram, Safety Analysis Table, Hazardous Area Classification dsb)

Page 2: Piping Engineering Design Flowchart

4. Melihat lay out lokasi setempat, berikut code dan regulasi siting dan lay out setempat (hati hati, kebanyakan Pabrik di Indonesia tidak dilengkapi dengan Plant Siting and Lay Out Standards, gunakan standard yang sudah ada atau industrial code yang dianut)5. Berkoordinasi dengan designer yang mengerti seluk beluk piping plan setempat untuk merundingkan peletakan pipanya agar selain manis rupa juga memberikan kemungkinan bagi modifikasi lebih lanjut di masa depan dan tentu saja ergonomis dan accesable buat crew maintenance dan operator6. Melakukan Mark-up piping plan dan isometric drawing (pengecekan kekuatan mekanik biasanya dilakukan oleh Mechanical Engineer (Finite Element Analysis, Welding Criteria, Stress Analysis dsb, Pak Hasanuddin lebih tahu soal ini)7. Meninjau ulang safetynya (pada banyak kasus hanya Process Safety Review biasa atau jika perlu PHA dan pada beberapa perusahaan malah melakukan Consequence Analysis (disinilah Wind Map berguna)) yang biasanya dilakukan oleh sebuah tim multidisiplin8. Cycling process jika hasil tinjau ulang safety menyatakan harus dilakuakn desain ulang....9. Jika tinjau ulang telah dilaksanakan, dokumen jadi (PFD, P&ID, Piping Plan, Isometric, Plant Layout, dst) segera diteruskan dengan menyusun Bill of Material, Material request dsb, yang sudah memasuki fase Procurement yang umumnya sih bukan lagi scope Process Engineer Catatan:1. Penting kiranya untuk dengan sungguh sungguh melakukan risk assessment dengan terlebih dahulu melakukan HAZID --> Hazard Evaluation --> Risk Analysis --> Risk Control2. Menyusun Standard Operating Procedure, Specialized Working Procedure (misalnya berkaitan dengnanTIe-in dan Commisioning), Safe Work Practices, Maintenance Planning dst.3. Melengkapi dokumen Process Safety Information (at least MSDS termasuk untuk Paint dan Insulasi yang digunakan) Semoga bermanfaat

Dirman Artib@amec

Yth. Mas Crooth-crooth,Saya minta izin untuk menggambarkan "process mapping" apa yang anda tulis pada point 1 s/d 8 untuk saya upload lagi di milis ini dalam hal contoh bagaimana sebuah proses direncanakan dan ditetapkan dalam sebuah organisasi untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam ISO 9001:2000 khususnya mendesain piping system. Bolehkah ? Saya jamin nggak bakal dijual, tapi kalo ada yg menjiplak........anggap saja amal ilmu yg bermanfaat (he..he..he..).

Crootth Crootth

Silahkan Mas Dirman, Sepanjang untuk urusan ilmu, saya merelakannya toh itulah kurang lebih yang selama ini saya jalani di VICO. Jadi teman teman di VICO pun lazim melakukannya...

Page 3: Piping Engineering Design Flowchart

Catatan: Medium Class Practice (saya masih malu menyebutnya sebagai Best Practice) yang saya jalankan selama ini tentu saja masih jauh dari sempurna, mugnkin ada kawan-kawan lain yang lebih promptly buat disadur.... silahkan kawan lain...

Alvin Alfiyansyah

Biar process mappingnya lebih OK dan lebih jelas buat Pak Dirman, izinkan saya menambahkan sedikit tulisan Mas Gharonk. Langkah yang sudah dituliskan sebelumnya sudah OK, tapi di point 2 bisa ditambahkan perlu pula dipikirkan ukuran pipa berdasar inlet unit downstream yang akan menerima flow tersebut, unit yang sudah terpasang sebelumnya mungkin bisa dijadikan acuan bila ada, ini juga bila sesuai criteria dan erosional velocity tidak menghambat. Masih di point 2, simulasi utk mendapatkan ukuran pipa yang optimum berdasar gas line criteria / liquid line criteria / mixed flow criteria + erosional velocity, jadi Pressure drop adalah termasuk dalam criteria diatas. Di point 4 mungkin salah satu praktis general yang ingin dicapai adalah mengantisipasi pocket dan slope yang diinginkan (bila diperlukan gravity flow). Yah, setelah itu sama dengan yang ditulis Mas Gharonk...identifikasi & analisa safety plus tie in procedure serta membuat dokumen jadi dengan bantuan designer yang hafal totok daerahnya. Semoga membantu atau menambah bingung, hehehe........

Dirman Artib@amec

Terima kasih.

esukardi@technip

Untuk menujang lebih OK, dibawah adalah list Deliverable dari Process dan Safety secara umum;

PROCESS

1. Process Flow Diagrams (PFD)2. Piping and Instrumentation Diagrams (P&IDS)3. PFD and P&ID Legends and typicals, index sheet modifications4. Process Equipment Datasheets5. Process Instrument Data sheets6. Process Calculations (Basic: Process Design Calculation Report / Equipment, Main Instrument Sizing, Relief System, Main Process Line Sizing, Main Utility Line Sizing, Hydraulic Calculations/Main circuits)7. Process System Description (Basic: Process Simulation)8. Process Control Philosophy (Basic: Process Basic Data, ProcessDesign Criteria, Process Operations, Emergency and Process Shutdown, Blowdown, Relief, Open closed drain control)9. Start-up and Shutdown Philosophy / Basic10. Line List11. Valve List

Page 4: Piping Engineering Design Flowchart

12. Fluid List / Basic13. Technical Notes14. Relief and Blowdown Summary / Basic15. Cause and Effect Diagrams16. Operating and Maintenance Philosophy17. Tie-in Schedule

SAFETY

1. HAZOP Reports2. Hazardous Area Drawings3. Escape Route Drawings4. Safety Equipment and Signs Layout Drawings5. Safety Equipment Specifications6. Safety Equipment datasheets7. General Safety Analysis8. Fire Risk Analysis Report9. F&G Cause and Effect Chart10. F&G Layout11. HSE Philosophy (Basic: Offshore Safety Concept, EnvironmentalProtection Philosophy, Waste Water Treatment Philosophy)12. HSEMS Plan13. Vent, Radiation and Dispersion Study14. HAZID Report15. Safety Equipment Requisition

Salam,PS. Kalau ada yg minat dengan list discipline yg lain, atau content nya bisa lewat japri selama filenya nga terlalu besar saya bisa share.

Ini juga bagian dari Process

MATERIAL AND CORROSION

1. Material Selection Report2. Material Selection Diagrams

Cahyo Hardo

Cuma nambahin dikit.

Jangan sampai:desain pipa yang akan dibuat akan menjadi bottleneck di kemudian hari atau sehari setelah start-up. Contoh kasus yang berkaitan dgn ini dan ada hubungannya dgn standard adalah keduluan membeli pipa yang dirasa memenuhi standard internasional, akan tetapi ternyata berada di bawah standard perusahaan. Kelihatannya sih acceptable sampai di kemudian hari ternyata ada case operasi yang membutuhkan tekanan lebih tinggi dari biasanya dan pipa baru ini jadi hambatannya karena setting PSHH yang terlalu mepet. Artinya adalah, mendesain sesuatu dari sistem proses tanpa melihat keseluruhan dan kelakuan sistem yang ada adalah sangat tidak disarankan.

Jangan sampai:

Page 5: Piping Engineering Design Flowchart

setelah pipa dipasang, ternyata banyak complain datang dari operator, bukan karena kecilnya pressure drop dari pipa yang kebesaran, tetapi banyaknya partikel yang mengendap karena "melanggar" prinsip "batas atas" mendesain pipa, yaitu minimum flow yang melewati pipa. (Meski pada umumya hal ini sering juga "dilanggar pada buluh2 di alat pertukaran panas jenis cangkang dan buluh (shell & tube).

Jangan sampai:juga jika kita membeli pipa untuk pipeline dan dengan alasan hemat berlindung dibalik aturan pipa gas B.31.8 yang menganut sistem class, sehingga kita membeli pipa untuk class yang lebih tinggi dengan tebal yang lebih kecil. Namun pada suatu saat ketika dibutuhkan laju alir yang lebih besar (dp meningkat) barulah kalang kabut karena dibatasi oleh MAOP pipeline yan diijinkan untuk suatu class area tertentu. Kecuali kita punya energy dan waktu yang banyak untuk bernegosiasi dgn penduduk yang semakin hari semakin banyak tinggal di perlintasan pipeline kita.

Jangan sampai:ketika kita mau tie-in pipa, kita lupa bahwa pipa yang akan disambung adalah yang sudah di de-rating sehingga ada waktu yang terbuang ketika tie-in karena harus membuat transision piece.

Jangan sampai (kalau bisa):Ketika mendesain pipa pipeline, pipa baru kita tergantung dari overpressure protection (say PSV) di pipa existing di sebelahnya, karena jika pipa sebelah ini fail dan harus diisolasi, kita kehilangan overpressure protection dan terpaksa harus ikut di shutdown operasi pipa yang baru ini.

Jangan sampai:ketika mendesain pipeline baru di samping pipa existing, kita lupa memberikan cross over valve untuk keperluan flexibilitas. Harga cross over valve mungkin tidak menarik karena nilai kebergunanannya "tersembunyi" sampai pada suatu masa kita sadar ternyata kta memerlukannya.

Jangan sampai:kita terbalik menyambung pipa yang seharusnya berating sama, tetapi pada kenyatannya di lapangan tidak sama!

Jangan sampai:ketika mendesain pipeline, kita enggan memasang fasilitas pigging karena merasa tokh itu hanya pipa untuk produced water! Sebab sekali ada bakteri, say SRB di sana, tidak ada treatment yang efektif bias dilakukan sebelum didahului oleh pigging untuk menggerus "tameng bakteri" yang melekat di dinding pipa.

Jangan sampai pula:bahwa demi mengejar keekonomian pipa, kita harus mengorbankan (=menaikkan) energy requirement untuk alat transportsai fluida, seperti kompresor atau pompa.

Jangan sampai pula lagi:ketika mendesain pipa, kita lupa akan karakteristik fluida yang didalamnya , yg dalam perjalanannya menuju tujuan berikutnya bias berubah fasa atau menjadi lebih dari satu fasa, sehingga akan menaikkan hilang tekan yang pada akhirnya akan memperberat kerja alat2 transportasi fluida di upstreamnya.

Jangan sampai.....masih banyak lagi....

Page 6: Piping Engineering Design Flowchart

Intinya adalah, banyak faktor yang harus dilihat dan mungkin specific untuk setiap plant atau facilitas dalam mendesain pipa. Lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya.

Tiada maksud untuk menggurui

Dirman Artib@amec

(Mudah-mudahan subject-nya masih relevan.) Dengan merujuk kepada clause 7.3.2 ISO 9001: 2000, yaitu walaupun sebuah karya Design/engineering telah ditentukan requirement-requirementya spt : * Functional requirements -> persyaratan fungsi produk yg didesain e.g. pipline untuk mentransportasikan gas dari tempat A - B dengan efisien.* Applicable Statutory and regulatory requirements -> persyaratan untuk memenuhi standar-standar yg relevant e.g.. API, B 31.8, B 31.4, SNI XXXX, dll.* Information derived from similar design -> Ini mungkin yg Mas Cahyo concern, sehingga mungkin pengalaman beliau (baca : kesal kepada kontraktor) dalam menggunakan hasil design yg menjadi latar belakang tulisannya.* Other requirements essential for design - > nah ini bisa apa saja yg menjadi concern spt. safety, reliability, maintainability, nggak over special budget (asal murah), pokoke jadi pipa aja lah, gampang dijadiin proyek berikutnya , asal boss senang, (he..he..yg terakhir hanya bercanda lho..!), Di dalam mendesain/meng"engineering" , manusia bisa diasosiasikan dengan plant produksi di sebuah pabrik/instalasi. Instalasinya hanya kecil di dalam tempurung kepala yaitu otak. Makanya setiap engineer akan memproses pemenuhan (fulfilment) persyaratan pada bullet point no. 3 & 4 dengan berbeda pula, karena memiliki pengalaman berbeda, concern yg berbeda, kampus yang berbeda, kultur yg berbeda (Mungkin ini yg bikin Made in China v.s Made in USA), asupan gizi yang berbeda (expat vs local), akses ke kantor yg berbeda (Tinggal di Aston Hotel vs Tinggal di Tambun). Lagi pula jika yg melakukan design adalah kontraktor, sangat jarang "feedback" dikirim oleh customer (KPS) kepada kontraktor design-nya berkenaan dengan hasil design yg bermasalah saat operasional, atau jarang sekali kontraktor mengumpulkan & menjaga bahkan menjadikannya hal yang bernilai "valuable" yg dapat dijadikan pelajaran "lesson learned" untuk design-design yang sama berikutnya. System untuk mengakomodir pengumpulan informasi "feedback' , jarang ditetapkan pada kedua belah pihak. Lai hal dengan produk-produk non-design service spt. consumer goods yg memasang customer service yg aktif menelepon ibu-ibu tentang susu formula yg mereka produksi. Hal lain lagi, umumnya personel di dalam kontraktor "some peoples come and go" jadi kutu loncat, apalagi dipake "as per contract", ini juga menjadi sulit untuk membuat pemenuhan efektif bullet point no 3 jika mau mengandalkan informasi "previous design" disimpan di kepala personel/engineer saja. Jika katakanlah informasi disimpan oleh Dept. Operation atau personel operator, maka apakah ada system atau proses yang ditetapkan agar "learning" tsb. dikomunikasikan kepada Dept. Procurement/Dept. Kontrak/Dept. Supply Chain yg menjembatani pihak KPS dengan Kontraktornya sewaktu penetapan requirements untuk tender ?

Page 7: Piping Engineering Design Flowchart

Ini lah mungkin sedikit saja nuansa di dalam seksi aktivitas Design/Engineering, dan merupakan salah satu ruang yang potential untuk melakukan improvement mutu design/engineering.

Budhi, Swastioko (Jakarta)

Concern Mas Dirman mengenai "lesson learned" sebagian besar memang benar adanya. Tapi jangan khawatir, sekarang sudah mulai trend adanya pembuatan lesson learned dari semua disiplin. Contoh terakhir yang saya rasakan adalah pada project Belanak - ConocoPhillips. Semua engineer memasukkan pengalaman mereka selama menjalankan project tersebut disertai solusi yang telah dilakukan. Dan menurut boss saya di McDermott, hasil diskusi lewat telepon, lesson learned ini telah diterapkan untuk project mendatang.

Bagus juga yah kalau prosedur ini dibakukan. Jadi kita sudah aware akan problem-problem yang pernah terjadi dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

cahyo@migas-indonesia

Sebenarnya, di suatu proyek engineering dan desain, baisanya ada yang disebut sebagai PSR atau project safety review. Mungkin memang di stress- kan pada safety, tetapi juga terbuka peluang untuk membicarakan leasson learn setelah start-up. Ini bisa dilakukan di PSR fasa x, operation.

Kelemahannya, hanya saja, jika yang mendesain adalah bukan menggunakan tenaga in-house, maka akan kesulitan menerapkan apa yang telah dilakukan oleh Mas Budhi, kecuali hal ini diharuskan oleh secara kontrak. Dan juga, fasa ke x dari PSR, ini biasanya memang tidak melibatkan semua disiplin, hanya yang dianggap langsung berhubungan dengan operasi, seperti I/E, process dan HSE. Jadi pertukaran informasi lesson learn tidak bisa maksimal.

Salah satu yang sering terlepas untuk dibakukan dalam suatu file tentang lesson learn adalah pengalaman para jawara engineering yang akan keluar karena pension atau dgn alasan apapun. Ini bisa menyebabkan putusnya pembelajaran "cara cepat" sehingga terkadang bisa juga mendatangkan "bencana" di mana harus merekrut expatriate lagi guna mengisi posisi yang sangat langka ini....

Jadi, para manager sebenarnya harus aware thp hal ini, karena efeknya bisa sangat luas. Jika terpaksa harus menghire expatriate, berarti secara langsung akan merugikan Negara karena berarti itu adalah ongkos lebih yang harus dibayar. Secara angka proyek mungkin tidak significant, tetapi tetaplah ada yang keluar lebih, yang at the end, uang itu adalah uang dari pajak kita2 ke negara! Jadi itu uang kita..

Efek samping yang juga tidak kalah serius adalah jika ternyata si key person/ atau jawara yang jago engineering ini diganti dgn orang pribumi yang tidak mumpuni, meski dengan alas an untuk mencegah expatriate masuk. Karena taruhannya adalah bisa langsung kepada safety integrity dari proyek yang sedang berlangsung. Hal ini bisa diperluas tidak hanya untuk kegiatan proyek semata, tetapi juga untuk departemen yang lain.

Page 8: Piping Engineering Design Flowchart

Salah satu tool dari management yang saya dapat digunakan sebagai antisipasi dari hal2 di atas, adalah via analisa via business continuity, yang pada hakekatnya berupa risk assessement sebuah organisasi. Sayangnya, saya tidak capable untuk menjelaskan lebih detail. Mungkin para anggota milis yang sudah duduk di tingkat atas manajemen bisa menjelaskannya.

Autumn Batara

Mas Cahyo, sebenarnya seberapa besar kira-kira efektivitas Project Safety Review dalam proses design? jarak waktu antara PSR X dengan PSR Y yang lama kadang menjadi kendala dalam menjaga continuitas informasi, belum lagi orang-orang yang terlibat kadang kala berbeda dari PSR X dengan PSR Y. sehingga pernah saya melihat PSR dilaksanakan hanya sekedar sebagai prosedur.

Dirman Artib@amec

Pak Batara dan rekan-rekan,Saya tidak akan mengomentari tentang perlu atau tidaknya sebuah PSR atau sejenisnya (terkadang pada beberapa perusahaan lain namanya bukan PSR), karena konsultasi kepada publish code & standard yang diacu adalah tindakan yg paling tepat untuk menentukan perlu atau tidak PSR (or equivalent).

Ada hal yang menarik sesuai minat saya yaitu bahwa Pak Batara mengatakan bahwa PSR dilaksanakan hanya sesuai prosedur.....atau dengan kata lain bahwa PSR yg dilakukan sesuai prosedur di waktu itu KURANG/TIDAK EFEKTIF.

Berulangkali saya menulis di milis ini bahwa sebuah prosedur akan merepresentasikan cara sebuah organisasi dalam memenuhi sebuah persyaratan standar. Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa sebuah prosedur mewakili pengetahuan, methodology, technology dan kesesuaian peoples di dalamnya dalam mengaplikasikan hal tersebut melalui organisasi tersebut.

Sebuah prosedur harus lah efektif sebagai sebuah cara praktis untuk mencapai sesuatu yang didefinisikan di dalam prosedur tersebut. Berarti juga bahwa sebuah prosedur haruslah efektif dalam kerangka system manajemen secara keseluruhan. Kalau sebuah prosedur dianggap atau terbukti tidak efektif, maka prosedur tersebut tidaklah perlu ada atau dibuang ke tempat sampah.

Lalu bagaimana mengukur apakah sebuah prosedur efektif ?

Untuk mengukur sebuah methodology seperti prosedur harus lah dilakukan dengan cara (Ref. ISO 9004:2000)1. Audit2. Pemantauan realisasi produk/layanan.3. Pemantauan proses

Pada tulisan ini saya hanya akan menerangkan point 1.

Page 9: Piping Engineering Design Flowchart

Sebuah audit harus lah memverifikasi tentang keefektifan dan keefisien-an system (termasuk prosedur-prosedur) yang diimplementasikan. Sebuah audit yang sukses akan mampu mengidentifikasi dan mendapatkan fakta-fakta bahwa system/prosedur adalah efektif dan/atau efisien untuk sebuah tujuan baik umum maupun khusus. Begitu juga sebaliknya, bahwa audit harus mampu meng-identifikasi dan mendapatkan fakta-fakta bahwa system/prosedur TIDAKLAH EFEKTIF untuk mencapai tujuan yang umum dan tujuan yang khusus. Jadi audit bukanlah hanya sekedar melakukan pengecekan bahwa prosedur telah dijalankan, tetapi apakah prosedur itu efektif ? Efisien ?Contoh : Jika cara-cara dan prosedur untuk memastikan bahwa design telah mempertimbangkan "maintainability" dengan cara-cara yg "safely" telah diimplementasikan tetapi tetapi kemudian diketahui di kemudian hari bahwa orang melakukan maintenance pada area resiko yang tidak bisa dikendalikan, maka prosedur bisa dianggap tidak efektif, walaupun perlu diobservasi hal-hal lainnya.

Bagaimana sebuah prosedur yang tidak efektif mampu bertahan bertahun-tahun dan digunakan banyak orang dengan SEKEDAR MENJALANKAN PROSEDUR ?

Bisa disinyalir bahwa system pemantauan proses, termasuk proses manajemen audit-nya juga tidak efektif. Karena hasil aktivitas audit itu sendiri juga harus diaudit lagi.

Crootth Crootth

Mas Dirman, Prosedur itu tetap penting meskipun menurut saya pribadi inilah titik paling lemah dalam konsep Layer of Protection, karena ketaatan pada prosedur sangat bergantung pada Human Factor, yang sangat njelimet untuk dirumuskan (mungiin bisa di baca di The Indonesian Journal of Process Safety edisi kedua, Desember 2004 (www.iips-online.com buka publication ) betapa susah menetukan Factor Manusia ini, lebih jauh dari yang ditulis oleh Nir Keren dan Jaffee Suardin, faktor manusia tergantung dengan feeling/mood, indah/kreatif, faktor warna/psikologis lain dst yang kadang sulit dirumuskan. Jika Mas Dirman telah membaca Layer of Protection Analysis, faktor prosedur umumnya Target valuenya biasanya tidak dibuat susah, karena memang disadari sering dilanggar... jadi Layer yang lain yang dioptimumkan... intinya kalau kata Hendershot, Amyotte, Faisal I Khan dan kawan kawan Inherent Safer Design --> Proteksi Aktif --> Proteksi Pasif ---> Prosedural Jadi prosedural diletakkan sebagai safeguard terakhir yang "perlu namun jangan diandalkan" Perbedaan ISO/OHSAS dan API/OSHA/CCPS-AIChE/IEC dsb umumnya terletak disini... kalau ISO/OHSAS menetapkan kepatuhan pada prosedur core attentionnya, sebaliknya yang terakhir menekankan pada 3 layer utama.. Mana yang lebih baik, tentunya semua tergantung persepsi risk yang diyakininya bukan, ALARP... kalau saya pribadi sih milih nekanin yang selain prosedural... (baca Performance Based!) Kalau audit itu juga sangat bergantung pada Human Factor juga mas Dirman... bayangkan suatu perusahaan oleh salah satu auditor dinilai 98 (skala 100) namun

Page 10: Piping Engineering Design Flowchart

oleh auditor lain dinilai cuman 78... kasus lain, pada aplikasi PSM (Process Safety Management) di Indonesia hasil audit di 3 perusahaan besar di Indoensia menunjukkan bahwa impelementasi Process Safety Management masih di kisaran di bawah 1 (bayangkan, dari maksimal nilai 5 hanya mendapat nilai kurang dari 1 !!!!!!!!!!!!) padahal perusahaan perusahaan tersebut untuk pastinya mendapatkan sertifikasi ISO-9001 (2 dari 3 perusahaan tadi) dan penilaian SMK3 nya di atas 90 oleh auditor pemerintah (ups! kelepasan)... jadi saya pribadi tidak terlalu rely on audit... lihat dulu kemampuan auditornya memahami safety, pengalamannya, daftar pertanyaannya, metode wawancaranya, bahkan hingga kePDannya dst dst, tentunya ngga perlu saya sebut sebut lagi Petrowidada yang tahun lalu meledak bukan...yang mendapatkan banyak penghargaan kelulusan hasil audit SMK3 dan ISO-14000 (CMIIW) (sampai dapat senyum manis dan salaman dari presiden Megawati waktu itu) Kesimpulannya apa, sefektif dan efisien apapun prosedur itu dibuat, sangat bergantung pada Human Factor... so?

Dirman Artib@amec

Mas DAM yg masih tergolek sakit,Tentu yg anda maksud dengan ISO adalah ISO 9001, walaupun ISO juga mengeluarkan ribuan standar-standar lainnya dari tahun 18-an. Saya 100% setuju dengan apa yg anda tulis di bawah tentang procedural adalah layer terakhir dari sebuah proteksi yang sistematis. Dan tidaklah benar bahwa ISO/OHSAS meletakkan core attention kepada dokumen prosedur. Khususnya ISO 9001 versi 2000, hanya mewajibkan 6 buah prosedur. Entah benar atau tidak ataukah ini hasil diskusi dengan Technical Committee (TC/176) badan standarisasi /asosiasi lain spt. API/OSHA/CCPS-AIChE/IEC yang mengakibatkan procedur wajib yg dulunya 20 (versi 1994) dikurangi sehingga menjadi hanya 6. Tetapi yg jelas saya akan mengemukakan bahwa standar ISO 9001 akan menjadi sebuah wadah KOSONG bila tidak diisi dengan metodolgy lain spt. API/OSHA/CCPS-AIChE/IEC dan relevant publish standar produk & service lainnya. Kenapa ?ISO 9001 (juga 14001, OHSAS 18001) itu kan standar untuk sebuah Sistem Manajemen yang menyediakan kerangka acuan bagaimana Management (dan team-nya) sepakat menjalankan fungsi-fungsi Perencanaan, Implementasi, Pemantauan dan Peningkatan (Baca : P_D_C_A). Proses-proses beserta

persyaratan-persyaratan dalam mengeksekusi proses-proses tsb. harus didesain dan ditetapkan. Nah ..dalam desain dan penetapan proses-proses beserta persyaratan-persyaratanya ini lah metodolgy yg berkenaan juga ditetapkan.Contoh : Kalau mau mendesain offshore platform maka harus sesuai dengan API RP 14 C. So, sekarang apakah kita mau mengatakan bahwa platform yg didesain itu sesuai ISO 9001 atau API ? Ini adalah pertanyaan yg tidak benar untuk diajukan. Jika benar diajukan maka ini sangat berkaitan sekali dengan philosophy sang penanya. Karena kemajuan berfilsafat tidak hanya dinilai dari jawab yang diberikan, tetapi lebih dari pertanyaan yang diajukan.Karena posisinya adalah bahwa : Basic surface system dari platform itu didesain sesuai dengan system manajemen mutu ISO 9001:2000 dan memenuhi persyaratan

Page 11: Piping Engineering Design Flowchart

standar API RP 14 C (Recommended Practice for Analysis, Design. Installation and Testing of Basic Surface Safety System for Offshore Production Platform). Itu baru benar ! Sama saja dengan posisi Auditor yg Mas DAM kemukakan. Jika seorang auditor system manajemen diminta untuk memverifikasi methodology "Process Safety" , tentu lah tidak tepat. Tetapi hal ini akan menjadi tepat jika di dalam sebuah organisasi menetapkan standar kompetensi seorang auditor system manajemen yang harus memenuhi persyaratan spt. "mature" dalam pengetahuan dan implementasi standar API XXXX, NACE XXXX, IEC XXX, ABCD XXX, UVW XXX, dll. + Pernah bekerja sebagai seorang Superintendent di Offshore Platform minimal 4 tahun + lain-lain + ini dan itu. Baru lah top. Jangan kan Petrowidada yg punya ISO + OHSAS yg meledak tahun lalu, bahkan perusahaan yg punya ISO + OHSAS saja banyak yg bangkrut habis. Lha...ini khan secara teori nggak bisa toh?,........wong dalam ISO itu ada "clause Preventive Action". Gimana bisa bangkrut kalau prosedur untuk mengantisipasi kerugian (loss prevention) saja harus punya. Tapi faktanya "They were dying with ISO". So, what wrong ? Ya salah satunya ya itu tadi..........mungkin punya prosedur sekedar untuk dapet sertifikat ISO, sekali lagi.......sekedar saja. Nah ...nah kalo mau menyalahkan tabiat manusia "human error", khan ada clause khusus untuk persyaratan kompetensi. Authorities, Responsibilities dan competencies of people harus direncanakan, ditetapkan dan diimplementasikan. Tetapi kalau misalnya posisi kritikal jabatan dipertimbangkan berdasarkan hanya kekerabatan,keponakan, teman deket, pacar baru saja, tanpa kompetensi yg tepat......maka secara teori akan tunggu saja bangkrutnya. Kalau nggak sekarang ya besok, bulan depan, tahun depan, pemilu depan, tergantung berapa persediaan fuel-nya.

haris kurnianto

Pak Budhi, bisa dapat "lesson learned"-nya, pasti banyak gunanya buat "penonton" Jangan lupa buat engineer piping-pipeline, cek lagi data-2 surveyor kalo mungkin pakai 2 surveyor kr kalau sudah "ktelisut" pupus sudah gambar-2 enginering.

Administrator r

Sayang sekali, rasanya itu copy right-nya ConocoPhillips sebagai pemilik project. Dan sewaktu saya meninggalkan McDermott, softcopy nya juga tidak saya bawa, hanya dokumen-dokumen pribadi saja. Tapi sebagai gambaran umum adalah rangkuman pengalaman kita selama mengerjakan project. Seperti contoh : untuk fluida yang mengandung partikel pasir, kita mengganti turbine meter pada liquid outlet dengan coriolis meter karena partikel pasir dapat mengakibatkan kerusakan pada blade turbine meter. Kemudian ada juga pergantian temperature element c/w thermowell dengan skin type. Alasannya sama yaitu partikel pasir dapat mengakibatkan erosi pada material thermowell.

Contohnya jangan banyak-banyak yah, nanti bisa di-klaim membocorkan rahasia perusahaan lagi. Pokoknya seperti Rangkuman Diskusi di Milis Migas Indonesia deh.

Page 12: Piping Engineering Design Flowchart

Tuh kan.... ternyata Rangkuman Diskusi banyak manfaatnya. Ayo donk para Moderator KBK membuat rangkuman diskusi pada bidang keilmuan yang anda pegang.

Untuk Mas Cahyo, karena saya bekerja di perusahaan engineering, maka tentu lesson learned nya tidak sampai tahap operasi. Itu sih sudah scope of work nya KPS. Kecuali nanti yah kalau pindah ke Premier Oil :).

Ada satu paragraf dari email Mas Cahyo yang menarik yaitu mengenai terputusnya transfer ilmu dari sang jawara ke para yuniornya. Ini mengingatkan saya pada tahun 1991 sewaktu mengerjakan Exor-I Project bersama dengan engineer Jepang dari JGC. Pada suatu kesempatan, para engineer Jepang ini mengkritik kelas menengah Indonesia. Mereka berkata "Bangsa Indonesia nggak akan maju kalau para engineernya sesudah sampai taraf senior lalu pindah ke profesi management. Kita sampai pensiun pada usia 55 tahun masih saja pada posisi Instrument & Control Engineer, akan tetapi pendapatan kita tidak berarti lebih rendah dari rekan-rekan kita yang sudah manager".

That's why Milis Migas Indonesia are for.

Crootth Crootth

Sangat menarik menanggapi ulasan Cahyo yang tentang terputusnya transfer ilmu dari Senior ke Junior... Saya teringat kasus di VICO dimana dulu Nanan (kini di BP), Cahyo (kini PremierOil), I Made Sukrajaya (kini BP), dan Indra Noorsyafandi (kini di UNOCAL) begitu menggebu belajar dari Len K Schuster (kini kerja untuk BP dan Medco) secara informal dan formal (dari dokumen dan hasil studi), seorang expert bule yang dulu kerja untuk Engineering and Construction Department sehingga sedikit banyak beliau-beliau ini belakangan menjadi "juwara" di tempat kerjanya yang baru... Transfer ilmu juga secara aktif didapatkan dari Pak Holland (kini Presiden BP Vietnam) juga Dr. Maurice Stewart yang mostly pengalamannya didapatkan ketika dikontrak eksklusif oleh VICO pada pertengahan 90an. Belakangan transfer ilmu ini dikembangkan lagi dari Nanan dan Cahyo kepada Apriandy dan saya pribadi sehingga menjadi seperti sekarang ini... bahkan Apriandy merupakan salah satu asset penting VICO karena expertisenya dalam hal mengurusi simulasi Pipeline VICO yang sedikit banyak dikembangkannya dari Nanan dan Cahyo... Ketika tiba saatnya Len K Schuster pergi, Nanan, Cahyo, Indra, Made pergi, pengalaman mereka bisa secara optimal terpindahkan... Belakangan, Mas Arief Rahman, Pak Maman, dan Pak Tahzudin sukses mendidik Weby (kini Conocophillips) dan Arief Nurbudiman (kini Total E&P Indonesie) di bidang Instrument dan Control... Akan lebih baik person person yang saya sebut diatas membuat BUKU dari pengalamannya kerja di KPS....gimana Cahyo? atau bahkan pak Holland di Vietnam sana? Transfer ilmu membutuhkan kritisme dari Junior dan jiwa ngemong dan mendidik dari Senior, kalau salah satu tidak ada, saya jamin tidak akan ada transfer ilmu.... budaya tranfer ilmu membutuhkan juga kelapangan jiwa senior untuk membagi ilmunya dan kerendahan hati junior untuk terus mau belajar... Sering-sering browsing di Internet, berkunjung ke Perpustakaan Perusahaan, membaca mbaca proyek yang lalu, meninjau ulang hasil HAZOP, dst juga merupakan

Page 13: Piping Engineering Design Flowchart

upaya "swadaya" penting bagi junior dalam mengejar ketertinggalan ilmu dari seniornya ... Uraian di atas mohon tidak dianggap sebagai kesombongan dan promosi VICO, hanya sekedar mengulas betapa pengalihan ilmu itu harus berjalan secara dua arah dan kalau perlu dilembagakan (dengan seringnya melakukan studi, yang sayangnya hingga sekarang studi itu sudah jauh berkurang di VICO Indonesia.... saknone rek)

cahyo@migas-indonesia

Darmawan,

tulisan anda terus terang membuka nostalgi masa lalu kami (saya dan Nanan) di Vico yang menyenangkan. Kami perlu meluruskan bahwa hubungan kami ke Pak Leonard K Schuster tidaklah seperti yang digambarkan. Ya betul kami memang pernah berdiskusi pada suatu masa dgn beliau karena memang pada saat itu tepat untuk dilakukan. Terus terang, ketika kami bekerja di Vico, kami mempunyai 4 mentor, 2 di Jakarta dan 2 di muara badak, dan semuanya adalah pegawai nasional. Diantara mentor itu, adalah Pak Holland.

Pipeline Badak Bontang itu sebenarnya adalah buah karya Pak Holland yang dengan lihai bisa menentukan spesifikasi sehingga laju konvergensi iterasi program hysys menjadi cepat tanpa mengorbankan keakuratan hasil. Jadi kami hanya semata menggunakannya dan meng-up-date-nya, dan tidak lebih dari itu....

Ketika saya pindah dari muara badak dan joint dengan premieroil di laut natuna sono, saya menemukan kerangka pikir yang berbeda. Ketika di Vico, para senior kami tanpa diminta bisa langsung memberikan pengarahan atau transfer knowledge, akan tetapi di tempat yang baru, sangat berbeda kejadiannya, dan mungkin sebenarnya memang ituah yang harus dilakukan, yaitu kitanya sendiri yang harus aktif, terlebih lagi jika berusaha mendapatkannya dari para expatriat. Jadi tidak ada metoda disuapi, tetapi bertanya secara aktif.Dan juga yang penting adalah, bagaimana bertanya yang benar. Syukur jika kita bertemu expat yang open dgn pengetahuannya, meski sebenarnya bagi dia, ini berarti pisau bermata dua

(artinya beliau akan cepat dipulangkan he..he....) Dari sini, bias ditarik kesimpulan pendek, beruntunglah bahwa anda masih di Vicohe..he..

Anyway, benang merah yang sama yang saya lihat adalah, bahwa knowledge yang di transfer, sebenarnya adalah nothing dari sisi bisnis, selama tidak diaplikasikan. Jika hanya berupa teori atau ide, maka nilai tambahnya tentunya dipertanyakan para bisnisman....Hal ini saya dapatkan dari Vico ataupun PremierOil. Benar kata anda, bahwa membuka buku, melihat studi masa lalu, melihat info di internet,adalah salah satu senjata ampuh untuk maju, akan tetapi tetaplah harus diwujudkan dalam hal yang nyata. Ada yang bilang, jika mau pintar, banyak-banyaklah membaca buku. Akan tetapi haruslah diingat pula, bahwa buku itu adalah guru yang tidak pernah marah, ....kalau kita malas membacanya, sering melongkap-longkap alinea karena kita pikir alinea berikut tidak penting, dst....Jadi buku atau informasi pasif yang lain tidak mengajarkan kepada kita satu hal yang penting, yaitu attention to detail!

Kedua, buku atau informasi pasif yang lain juga tidak mengajarkan kepada kita, bagaimana harus menyaringanya dgn benar. Hanya pengalaman-lah yang bisa membawa kita ke arah sana. Dan untuk mendapat pengalaman, tentunya harus

Page 14: Piping Engineering Design Flowchart

pernah melakukan sendiri. Dari situ kita akan tahu, mana yang benar dan mana yang setengah benar. Atau paling tidak, kita akan pe-de, bahwa benar bahwa membuka valve itu lumayan memerlukan tenaga jika ada perbedaan tekanan yang besar di antara inlet-outletnya, atau paling tidak kita tahu bagaimana rasanya membuka valve 42" untuk pertama kalinya (sekedar contoh saja..)

Dengan mencoba knowledge tadi, saya percaya bahwa kita akan mendapat tambahan knowledge pula dalam menyaring informasi, termasuk menyaring informasi dari milis migas indonesia ini, karena tidak semua yang ditulis disini adalah benar, persis seperti iklannya permen Starbust....

Alvin Alfiyansyah

Wah.... Apa yang ditulis Pak Eki merupakan bahan yang biasa digodok di dapur process engineering lho....? Semoga ngga menambah bingung Mas Autumm Batara yach...., but it is helpfull bagi yang pingin tahu. Tapi yang nyambung sama piping engineering adalah dokumen2 yang disebutkan Mas Gharonk sebelumnya. Terimakasih. Salam dari Technip Balikpapan.

Crootth Crootth

Wah, Bagus Bagus Bagus.... Mas Sukardi udah turun gelanggang... good input for Offshore or large scale Hydrocarbon/Chemical/Petrochemical Facilities Namun penting untuk diingat bahwa 80% perusahaan di indonesia adalah perusahaan kecil yang tidak akan mampu buat membayar sebagian besar dokumen yang dilampirkan Mas Sukardi dalam rangka instalasi dan pengembangan pabriknya. Bahkan P&ID pun terkadang tidak ada...jadi musti ada batas minimum dokumen yang "bener-bener perlu"... Sebagai seorang engineer di KPS tentu saja saya terbiasa untuk mencoret banyak dokumen yang "Overlap" dan "berlebihan" yang diserahkan oleh kontraktor/konsultan (dan tentu saja harganya Mahal Lhoo) kami... Saya pikir ini adalah hal yang umum agar efisiensi tanpa mengorbankan safety dapat diperoleh... Yang memiliki tanggung jawab dan hak utnuk menentukan kebutuhan dan spesifikasi dokumen yang diperlukannya seharusnya adalah owner.... Hendaknya setiap aplikasi safety juga memenuhi unsur "Operability" yang salah satu unsurnya adalah "Cost per time make sense" Cuman nambahin saja lho...

Dirman Artib@amec

Mas "crooth-crooth" DAM,Selain kapabilitas "process safety" yg anda punyai, rupanya anda juga tepat menilai level ekpektasi dan kebutuhan pasar "market needs & expectation" order-an

Page 15: Piping Engineering Design Flowchart

Engineering di Indonesia. Bahkan ada client (KPS) yang bilang "Jangan repot-repot pake HAZOP segala, yang penting aman ". Lha ini namanya apa ?Mbayar Rp. 1500 kok mau selamat. Tapi sebagian kontraktor akan menerima pesan itu sebagai sesuatu yang tetap dilakukan tetapi biayanya dianggap sebagai discount (discount kok dalam urusan selamat). Jadi pesanan deliverables-nya yg langsung bisa dibaca supervisor kontruksi di lapngan saja saja spt. Isometric, Plant Lay-out, section kiri-kanan-depan-belakang. Kalau perlu, P & ID dibuat sangat compact dan hanya diprint ukuran A3 (A3 in 1) , itupun lengkap untuk sebuah proses, jadi kagak nyambung-nyambung ke lembaran lainnya.Lalu harga ? Mesti di bawah nilai batas tender, artinya nggak perlu "open tender" , cukup dengan nge-fax PO kepada "strategic partners" konco-konco. Tapi ada yang bilang bahwa, ini adalah sebuah cara yang efektif bukan kita-kita untuk bersaing sama bule-bule, karena mereka nggak bakalan punya nyali lagi deket-deket plant yg kayak begini + murahnya itu lho.....nggak bakal bisa bikin mereka tinggal di Hotel lagi selama project ....he..he..he...

[email protected]

Men-quote dari emailnya Pak Buhdi

"........Kemudian ada juga

pergantian temperature element c/w thermowell dengan skin type. Alasannya sama yaitu partikel pasir dapat mengakibatkan erosi pada material thermowell................"

Mohon pencerahanya....Bagaimana kita memastikan sumber erosi adalah dari partikel pasir, bukan dari yang lain, jika hanya terjadi di satu thermowell, padahal line sea waternya, material dan spek thermowell sama.Apa dan bagaimana skin type disini, bagaimana pengaruhnya terhadap performance pengukuran, misal akurasi, sensitifitas, dll