pneumonia 1

Upload: alpriyando-rindy-agustinus

Post on 18-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    1/23

    Beranda

    Dunia Ilmu

    Just For Share & Learn

    Powered by Blogger.

    Sponsor Kami

    Info Dunia

    Agama Islam (2)

    Asuhan Kebidanan (4)

    Bahasa Indonesia (3)

    Driver (1)

    Ilmu Administrasi (5)

    Ilmu Biologi (1)

    Ilmu Ekonomi (6)

    Ilmu Gizi (1)

    Ilmu Kebidanan (50)

    Ilmu Kedokteran (30)

    Ilmu Keperawatan (15)

    Ilmu Komputer (4)

    Ilmu Komunikasi (3)

    Ilmu Manajemen (1)

    Info Kesehatan (13)

    Info Pendidikan (10)

    IT (2)

    Keperawatan Anak (4)

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    2/23

    Keperawatan Gerontik (1)

    Keperawatan Jiwa (7)

    Keperawatan Keluarga (3)

    Keperawatan Komunitas (5)

    Keperawatan Maternitas (16)

    Keperawatan Medikal Bedah (30)

    Kuliah Pasca MSI (1)

    Kumpulan Askep (7)

    Kumpulan Leaflet (17)

    Kumpulan LP (15)

    Kumpulan SAP (19)

    Kumpulan TA/Skripsi (2)

    Lamaran Kerja (1)

    Laptop (1)

    Manajemen Keperawatan (1)

    Matematika (2)

    Modul Office (1)

    Penkes (1)

    PPKN (2)

    Surat Penting (3)

    TIK 2 (2)

    There was an error in this gadget

    Featured Video

    Berbagi Indah Pada Waktunya Dengan Dunia ILMU

    Total de visualizaes

    674,247

    Followers

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    3/23

    CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

    Labels: Kumpulan LP

    A. KONSEP DASAR

    1. DEFINISI

    Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis

    yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan

    paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

    Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.

    Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat

    eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)

    Mengingat adanya perubahan pathogen yang menyebabkan pneumonia, maka dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Community-acquired pneumonia, dimulai sebagai penyakit pernapasan umum dan bisa

    berkembang menjadi pneumonia.

    pneumonia ini

    biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.

    -acquire pneumonia, dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti

    aeruginosa pseudomonas, klebsiella, atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum

    penyebab hospital-acquired pneumonia.

    ini, pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

    dan fungal, dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya.

    Kultur sputum dan sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme perusak.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    4/23

    2. ETIOLOGI

    - Virus Synsitical respiratorik

    - Virus Influensa

    - Adenovirus

    - Rhinovirus

    - Rubeola

    - Varisella

    - Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

    - Pneumococcus

    - Streptococcus

    - Staphilococcus

    3. TANDA dan GEJALA

    Ingus (nasal discharge)

    eukositosis

    4. PATOFISIOLOGI

    Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang

    dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu

    gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga

    bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    5/23

    tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme,

    menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan

    oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang

    terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah

    terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak

    teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.

    Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia,

    demam-Q, penyakit Legionnaires. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom

    pneumonia atipikal.

    Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum.

    Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel.

    Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia

    mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.

    Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari

    individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.

    Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke

    seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-

    ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi.

    Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi

    maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.

    4. MANIFESTASI KLINIK

    Pneumonia bakterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam

    yang timbul dengan cepat (39,5oC sampai 40,5oC), dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk

    yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25

    sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan

    penggunaan otot-otot aksesori pernapasan.

    Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Banyak

    pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan awitan

    gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    6/23

    rendah, nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau

    mukopurulen dikeluarkan.

    Nadi cepat dan bersambungan (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk

    setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relatif untuk suatu demam tingkatan tertentu

    dapat menandakan infeksi virus, infeksi mycoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella.

    Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan

    bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan

    condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba

    untuk batuk atau napas dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum purulen dan bukan

    merupakan indikator yang dapat dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa, bersemu darah sering

    dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus, Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia

    Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H. influenzae biasanya berwarnahijau.

    Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker, atau pada mereka yang

    menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi

    dan terhadap organisme yang sebelumnya tidak dianggap patogen serius. Pasien demikian

    menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang menandakan area solid (konsolidasi) pada

    lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas

    bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan

    pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Perubahan ini terjadi karena

    bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui

    jaringan normal.

    Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala-gejala dapat berkembang secara

    tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya tanda pneumonia pada pasien ini.

    Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi mereka karena mereka telah

    mengalami gangguan fungsi paru yang serius.

    5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan Radiologis

    Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace

    disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh

    antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial

    disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau

    inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    7/23

    bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau

    amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.

    Pemeriksaan Laboratorium

    Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat

    disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi

    respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya

    neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan

    gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.

    Pemeriksaan Bakteriologis

    Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal,

    torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus

    Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.

    Pemeriksaan Khusus

    Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada

    kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan

    oksigen.

    6. PENATALAKSANAAN

    Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh

    hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae.

    Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan

    ketiga, penisilin lainnya, dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim).

    Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan derivat

    tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan

    tidak memberikan respons terhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respons

    terhadap pentamidin dan trimetropim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab,

    hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan

    pengobatan (dengan pengecualian terapi antimikrobial) sama dengan yang diberikan untuk

    pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    8/23

    Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika

    dirawat di RS, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.

    Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untukmenentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.

    Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena

    oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan ventilasi yang

    masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intubasi

    endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir

    positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.

    B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

    I. PENGKAJIAN

    Aktivitas/istirahat

    Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.

    Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

    Sirkulasi

    Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.

    Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.

    Integritas ego

    Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.

    Makanan/cairan

    Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.

    Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan

    kakeksia (malnutrisi).

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    9/23

    Neurosensori

    Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).

    Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).

    Nyeri/keamanan

    Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal

    (influenza), mialgia, artralgia.

    Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi

    gerakan).

    Pernapasan

    Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif,

    pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.

    Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang

    konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi

    pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna:

    pucat atau sianosis bibir/kuku.

    Keamanan

    Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi,

    institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).

    Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola

    atau varisela.

    Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis.

    Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.

    Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigen

    mungkin diperlukan bila ada kondisi pencetus.

    II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    10/23

    1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.

    2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.

    3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.

    4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.

    5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap

    demam dan proses infeksi.

    6. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat

    banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).

    III. INTERVENSI

    1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.

    Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.

    Intervensi :

    1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

    R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena

    ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

    2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius,

    mis: krekels, mengi.

    R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial

    (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengiterdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret

    kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.

    3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk,

    mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

    R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk

    adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan

    napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan

    upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

    4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    11/23

    R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak

    mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

    5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada

    dingin.

    R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

    6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.

    R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk

    memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-

    hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.

    2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.

    Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang

    normal dan tak ada gejala distres pernapasan.

    Intervensi:

    1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.

    R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status

    kesehatan umum.

    2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau

    sianosis sentral (sirkumoral).

    R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil.

    Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia

    sistemik.

    3) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam

    dan menggigil, mis: selimut tambahan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.

    R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan

    kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.

    4) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler atau semi fowler), napas dalam

    dan batuk efektif.

    R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk

    memperbaiki ventilasi.

    5) Berikan terapi oksigen dengan benar, mis: dengan nasal prong, masker, masker Venturi.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    12/23

    R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan

    dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.

    6) Awasi GDA, nadi oksimetri.

    R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

    3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.

    Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur

    dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.

    Intervensi:

    1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan

    kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

    R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

    2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong

    penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.

    R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

    3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas

    dan istirahat.

    R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik,

    menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons

    individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.

    4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.

    R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja

    atau bantal.

    5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas

    selama fase penyembuhan.

    R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

    4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.

    Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.

    Intervensi:

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    13/23

    1) Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan

    karakter/lokasi/intensitas nyeri.

    R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbulkomplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

    2) Pantau tanda vital.

    R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri,

    khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

    3) Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik

    tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.

    R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkanketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.

    4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.

    R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa,

    potensial ketidaknyamanan umum.

    5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.

    R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya

    batuk.

    6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

    R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal atau menurunkan

    mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

    5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap

    demam dan proses infeksi.

    Tujuan: Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat

    badan, menyatakan perasaan sejahtera.

    Intervensi:

    1) Pantau: presentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari,

    hasil pemeriksaan protein total, albumin dan osmolalitas.

    R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    14/23

    2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Bartikan/bantu

    kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum

    makan.

    R/ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

    3) Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan

    nutrisi selama sakit panas.

    R/ Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu pasien memilih makanan

    yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia,

    tinggi dan berat badannya.

    4) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan makanan yang menarik

    untuk pasien.

    R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan memerlukan lebih sedikit energi.

    6. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat

    banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).

    Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat,

    mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

    Intervensi:

    1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia,

    hipotensi ortostatik.

    R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

    melalui evaporasi, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan

    cairan sistemik.

    2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

    R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin

    kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.

    3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.

    Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi.

    R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.

    4) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual.

    R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.

    5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    15/23

    R/ Adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat

    memperbaiki/mencegah kekurangan.

    6) Lapor dokter jika ada tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat.

    R/ Merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.

    IV. EVALUASI

    1. Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.

    2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal

    dan tak ada gejala distres pernapasan.

    3. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan

    tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.

    4. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.

    5. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan,

    menyatakan perasaan sejahtera.

    6. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat, mis:

    membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran

    EGC. Jakarta.

    Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

    Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

    Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.

    Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 2. EGC.

    Jakarta.

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    16/23

    Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai Penerbit FKUI.

    Jakarta.

    Posted by Dunia Ilmu at 20:07

    Email This

    BlogThis!

    Share to Twitter

    Share to Facebook

    Related Posts :

    LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITU...

    Laporan Pendahuluan Head Injury

    LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS

    LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT

    0 comments

    Post a Comment

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    17/23

    Headline news of Dunia Ilmu

    Tugas Tambahan For Mahasiswa TK.2 Prodi D3 Keperawatan | Tujuan Antenatal Care (ANC) |

    Definisi Antenatal Care | ANALISIS IS/IT STRATEGIK DI PERGURUAN TINGGI | Perubahan Fisiologis

    dan anatomis puerperium

    [x]

    Lokasi Visitor

    Buku Tamu

    Jumlah Visitor Blog

    Free Hit Counter

    Temukan Kami di Facebook

    Our Sponsor

    Popular Posts

    Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara

    Ideologi berasal dari kata idea yang artinya gagasan, pengertian kata logi yang artinya

    pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pe...

    PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU KESEHATAN IBU HAMIL

    Perubahan-perubahan umum dalam kehamilan 1) Perubahan-perubahan dalam pola makandan tidur a. Gangguan perut (mual-mual) dan k...

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    18/23

    Pengertian Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

    A. Pengertian Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Kemerdekaan mengemukakan pendapat

    merupakan hak warga negara baik secara lisan maupun t...

    PENGERTIAN PRODUKSI

    Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi karena menyangkut

    kebutuhan manusia. Tanpa adanya produksi persediaan k...

    ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

    A. MASALAH UTAMA Harga diri rendah. B. PENGERTIAN Harga diri rendah adalah menolak dirinya

    sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat ber...

    CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

    A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

    distal dari bronkiolus terminalis yang mencaku...

    Pengertian Bayi Tabung

    Istilah bayi tabung (tube baby) dalam bahasa kedokteran dikenal dengan sebutan in vitro

    and embrio transfer (IVFET) atau dal...

    PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)

    1. Pengertian PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan

    untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan...

    Chat

    Blog Archive

    2013 (9)

    2012 (256)

    October (1)

    August (5)

    July (122)

    June (108)

    LP Malabsorpsi

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    19/23

    Gagal ginjal kronik

    TOKOH PENELITI KEPERAWATAN

    Normalisasi

    Basis Data ( Data base )

    Pencegahan Pre Eklamsia

    Konsep Dasar Pre Eklamsia

    Konsep Dasar Oksotosin

    Induksi Persalinan

    Resiko Sectio Caesarea bagi Janin dan Ibu

    JenisJenis Sectio Caesarea

    Indikasi Sectio Caesarea

    Respon orang tua terhadap bayi baru lahir

    Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

    Tujuan Masa Nifas

    Proses Masa Nifas

    LP Gawat Janin

    PENGLIHATAN KABUR PADA KEHAMILAN LANJUT

    ISOLASI SOSIAL

    Materi SAP TBC

    Struktur,fungsi dan sirkulasi dari plasenta dan ta...

    CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN MALNUTRISI ( MARASMUS )...

    CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

    Leaflet Efusi Pleura

    Pencegahan dan Perawatan bronchitis

    LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

    HERNIA INGUINALIS

    APA ITU ISPA? dan Apa penyebabnya?

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    20/23

    Proses Involusi Uteri

    Materi SAP GAGAL GINJAL KRONIS

    SAP Gastritis/maag

    Materi Penyuluhan Teknik Menyusui

    Perilaku kekerasan

    Skizofrenia paranoid

    Hidronefrosis

    Batu Ureter

    Filtrasi glomerulus

    Ginjal Internal

    Nefrostomy

    Hidronefrosis

    Materi SAP Batu Ginjal

    PENCEGAHAN INFEKSI SELAMA PERAWATAN LUKA DI RUMAH...

    Perdarahan epidural (EDH)

    Fraktur defressed tertutup

    Fraktur defressed terbuka

    Pengertian, Etiologi dan Klasifikasi Cedera Kepala...

    Diensefalon

    Serebelum dan Serebrum

    Batang otak

    Kesehatan dasar BASIC SIX /6 program pokok puskesm...

    SAP Penyakit ISPA

    Kejadian Ikutan Setelah Pemberian Imunisasi

    Laporan Pendahuluan Head Injury

    LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS

    LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    21/23

    LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HA...

    Fisiologi penyembuhan luka

    ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

    LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS ( GE )

    ASKEP SEPSIS PADA ANAK

    ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (B...

    Tinjauan Teoritis Puskesmas

    Pengertian PKMD

    Contoh Surat Balasan Penerimaan Magang Kerja

    Modul Latihan Grafik Excell 2010

    Konsep Dasar Oksitosin

    TA/Skripsi Sirosis Hepatis

    Konsep Akut Miokard Infark (AMI)

    Konsep Sehat Sakit pada Keluarga

    Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga (DUVAL)

    Fungsi Keluarga

    Struktur keluarga

    Cara Menulis Kutipan dan Sumber Kutipan

    Fungsi kulit

    Jenis-jenis ROM(Range of Motion )

    Cara-cara Personal Hygiene

    Pengertian dan Jenis-jenis Ibadah

    Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ...

    Pengertian Gagal ginjal kronik

    Definisi/Pengertian Effusi Pleura

    Tanda Dan Gejala Osteosarcoma

    Klasifikasi Osteosarcoma

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    22/23

    Definisi Osteosarkoma

    MATERI SAP PENYULUHAN CARA MENGGUNAKAN CRUCTH/TONG...

    Komplikasi Fraktur

    Materi SAP Diet Paca Operasi

    Pengertian dan Contoh Makanan Bergizi

    Osteomyelitis Kronis

    Osteomyelitis Akut

    Definisi Osteomyelitis

    Biologi Penyembuhan Tulang

    Fraktur Tengkorak

    Cedera Kepala

    Anatomi Jaringan Lunak Kepala

    Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan

    Definisi Hospitalisasi

    Konsep dasar keluarga

    Konsep Dasar Penyakit Kekurangan Energi Protein

    Konsep Dasar Penyakit Laparatomi Eksplorasi

    Konsep Dasar Penyakit Peritonitis

    Konsep Dasar Penyakit appendiksitis

    Fungsi kulit

    Pengertian Luka Bakar

    Rentang Gerak (Mobilisasi Pasif)

    Anatomi Tulang Mandibula dan Tulang Femur

    Perawatan diabetes mellitus

    KONSEP DASAR PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ...

    Proses pembentukan urine

    May (20)

  • 5/28/2018 Pneumonia 1

    23/23

    Visitor

    Dunia Ilmu Powered by Blogger Template by Blogger Templates Gallery

    Thanks to Life2Work and Blog Zone