pneumonia 1
TRANSCRIPT
-
5/28/2018 Pneumonia 1
1/23
Beranda
Dunia Ilmu
Just For Share & Learn
Powered by Blogger.
Sponsor Kami
Info Dunia
Agama Islam (2)
Asuhan Kebidanan (4)
Bahasa Indonesia (3)
Driver (1)
Ilmu Administrasi (5)
Ilmu Biologi (1)
Ilmu Ekonomi (6)
Ilmu Gizi (1)
Ilmu Kebidanan (50)
Ilmu Kedokteran (30)
Ilmu Keperawatan (15)
Ilmu Komputer (4)
Ilmu Komunikasi (3)
Ilmu Manajemen (1)
Info Kesehatan (13)
Info Pendidikan (10)
IT (2)
Keperawatan Anak (4)
-
5/28/2018 Pneumonia 1
2/23
Keperawatan Gerontik (1)
Keperawatan Jiwa (7)
Keperawatan Keluarga (3)
Keperawatan Komunitas (5)
Keperawatan Maternitas (16)
Keperawatan Medikal Bedah (30)
Kuliah Pasca MSI (1)
Kumpulan Askep (7)
Kumpulan Leaflet (17)
Kumpulan LP (15)
Kumpulan SAP (19)
Kumpulan TA/Skripsi (2)
Lamaran Kerja (1)
Laptop (1)
Manajemen Keperawatan (1)
Matematika (2)
Modul Office (1)
Penkes (1)
PPKN (2)
Surat Penting (3)
TIK 2 (2)
There was an error in this gadget
Featured Video
Berbagi Indah Pada Waktunya Dengan Dunia ILMU
Total de visualizaes
674,247
Followers
-
5/28/2018 Pneumonia 1
3/23
CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
Labels: Kumpulan LP
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
Mengingat adanya perubahan pathogen yang menyebabkan pneumonia, maka dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Community-acquired pneumonia, dimulai sebagai penyakit pernapasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia.
pneumonia ini
biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
-acquire pneumonia, dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
aeruginosa pseudomonas, klebsiella, atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospital-acquired pneumonia.
ini, pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
dan fungal, dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya.
Kultur sputum dan sensitivitas dilakukan untuk mengidentifikasi organisme perusak.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
4/23
2. ETIOLOGI
- Virus Synsitical respiratorik
- Virus Influensa
- Adenovirus
- Rhinovirus
- Rubeola
- Varisella
- Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
- Pneumococcus
- Streptococcus
- Staphilococcus
3. TANDA dan GEJALA
Ingus (nasal discharge)
eukositosis
4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang
dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu
gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga
bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru
-
5/28/2018 Pneumonia 1
5/23
tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme,
menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan
oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang
terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah
terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia,
demam-Q, penyakit Legionnaires. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom
pneumonia atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum.
Mikoplasma adalah organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel.
Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia
mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah besar dan dewasa muda.
Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari
individu ke individu. Pasien dapat diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke
seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri-
ciri bronkopneumonia. Sakit telinga dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi.
Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi
maupun difusi seperti yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.
4. MANIFESTASI KLINIK
Pneumonia bakterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam
yang timbul dengan cepat (39,5oC sampai 40,5oC), dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk
yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat jelas (25
sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot aksesori pernapasan.
Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme penyebab. Banyak
pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti nasal, sakit tenggorok), dan awitan
gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat
-
5/28/2018 Pneumonia 1
6/23
rendah, nyeri pleuritis, mialgia, ruam, dan faringitis. Setelah beberapa hari, sputum mukoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
Nadi cepat dan bersambungan (bounding). Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk
setiap kenaikan satu derajat Celcius. Bradikardia relatif untuk suatu demam tingkatan tertentu
dapat menandakan infeksi virus, infeksi mycoplasma, atau infeksi dengan spesies Legionella.
Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan
bibir serta bidang kuku sianotik. Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak di tempat tidur dengan
condong ke arah depan, mencoba untuk mencapai pertukaran gas yang adekuat tanpa mencoba
untuk batuk atau napas dalam. Pasien banyak mengeluarkan keringat. Sputum purulen dan bukan
merupakan indikator yang dapat dipercaya dari etiologi. Sputum berbusa, bersemu darah sering
dihasilkan pada pneumonia pneumokokus, stafilokokus, Klebsiella, dan streptokokus. Pneumonia
Klebsiella sering juga mempunyai sputum yang kental; sputum H. influenzae biasanya berwarnahijau.
Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker, atau pada mereka yang
menjalani pengobatan dengan imunosupresan, yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi
dan terhadap organisme yang sebelumnya tidak dianggap patogen serius. Pasien demikian
menunjukkan demam, krekles, dan temuan fisik yang menandakan area solid (konsolidasi) pada
lobus-lobus paru, termasuk peningkatan fremitus taktil, perkusi pekak, bunyi napas
bronkovesikular atau bronkial, egofoni (bunyi mengembik yang terauskultasi), dan bisikan
pektoriloquy (bunyi bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada). Perubahan ini terjadi karena
bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) ketimbang melalui
jaringan normal.
Pada pasien lansia atau mereka dengan PPOM, gejala-gejala dapat berkembang secara
tersembunyi. Sputum purulen mungkin menjadi satu-satunya tanda pneumonia pada pasien ini.
Sangat sulit untuk mendeteksi perubahan yang halus pada kondisi mereka karena mereka telah
mengalami gangguan fungsi paru yang serius.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace
disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh
antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial
disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau
inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini
-
5/28/2018 Pneumonia 1
7/23
bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau
amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau bakteriemia.
Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat
disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi
respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya
neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan
gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal,
torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus
Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.
Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada
kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan
oksigen.
6. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh
hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae.
Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan
ketiga, penisilin lainnya, dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bactrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan derivat
tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan
tidak memberikan respons terhadap antimikrobial. Pneumocystis carinii memberikan respons
terhadap pentamidin dan trimetropim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab,
hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan
pengobatan (dengan pengecualian terapi antimikrobial) sama dengan yang diberikan untuk
pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
8/23
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Jika
dirawat di RS, pasien diamati dengan cermat dan secara kontinu sampai kondisi klinis membaik.
Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen. Analisis gas darah arteri dilakukan untukmenentukan kebutuhan akan oksigen dan untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.
Oksigen dengan konsentrasi tinggi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan PPOM karena
oksigen ini dapat memperburuk ventilasi alveolar dengan menggantikan dorongan ventilasi yang
masih tersisa dan mengarah pada dekompensasi. Tindakan dukungan pernapasan seperti intubasi
endotrakeal, inspirasi oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi mekanis, dan tekanan ekspirasi akhir
positif (PEEP) mungkin diperlukan untuk beberapa pasien tersebut.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.
Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
Integritas ego
Gejala: Banyaknya stresor, masalah finansial.
Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.
Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi).
-
5/28/2018 Pneumonia 1
9/23
Neurosensori
Gejala: Sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).
Nyeri/keamanan
Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal
(influenza), mialgia, artralgia.
Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
Pernapasan
Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif,
pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang
konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi
pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna:
pucat atau sianosis bibir/kuku.
Keamanan
Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi,
institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).
Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola
atau varisela.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis.
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,8 hari.
Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigen
mungkin diperlukan bila ada kondisi pencetus.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
-
5/28/2018 Pneumonia 1
10/23
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.
3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.
4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi.
6. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat
banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).
III. INTERVENSI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius,
mis: krekels, mengi.
R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengiterdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
3) Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan
napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan
upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
4) Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
11/23
R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada
dingin.
R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
6) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.
R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.
Tujuan: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tak ada gejala distres pernapasan.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.
R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau
sianosis sentral (sirkumoral).
R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil.
Namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia
sistemik.
3) Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam
dan menggigil, mis: selimut tambahan, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin.
R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial dan influenza) sangat meningkatkan
kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
4) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi (fowler atau semi fowler), napas dalam
dan batuk efektif.
R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk
memperbaiki ventilasi.
5) Berikan terapi oksigen dengan benar, mis: dengan nasal prong, masker, masker Venturi.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
12/23
R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
6) Awasi GDA, nadi oksimetri.
R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.
3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.
Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi:
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong
penggunaan manajemen stres dan pengalih yang tepat.
R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur.
R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja
atau bantal.
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.
Tujuan: Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.
Intervensi:
-
5/28/2018 Pneumonia 1
13/23
1) Tentukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/lokasi/intensitas nyeri.
R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbulkomplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
2) Pantau tanda vital.
R/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
3) Berikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.
R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkanketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa,
potensial ketidaknyamanan umum.
5) Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya
batuk.
6) Berikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.
R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif/paroksismal atau menurunkan
mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi.
Tujuan: Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat
badan, menyatakan perasaan sejahtera.
Intervensi:
1) Pantau: presentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari,
hasil pemeriksaan protein total, albumin dan osmolalitas.
R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
14/23
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Bartikan/bantu
kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum
makan.
R/ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
3) Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi selama sakit panas.
R/ Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu pasien memilih makanan
yang memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia,
tinggi dan berat badannya.
4) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering dan makanan yang menarik
untuk pasien.
R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan memerlukan lebih sedikit energi.
6. Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat
banyak, napas mulut/hiperventilasi, muntah).
Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat,
mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
Intervensi:
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia,
hipotensi ortostatik.
R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan
melalui evaporasi, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan
cairan sistemik.
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin
kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.
4) Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual.
R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.
5) Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
15/23
R/ Adanya penurunan masukan/banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat
memperbaiki/mencegah kekurangan.
6) Lapor dokter jika ada tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat.
R/ Merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.
IV. EVALUASI
1. Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tak ada gejala distres pernapasan.
3. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan
tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal.
4. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.
5. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/ meningkatkan berat badan,
menyatakan perasaan sejahtera.
6. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat, mis:
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 2. EGC.
Jakarta.
-
5/28/2018 Pneumonia 1
16/23
Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Posted by Dunia Ilmu at 20:07
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Related Posts :
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITU...
Laporan Pendahuluan Head Injury
LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT
0 comments
Post a Comment
-
5/28/2018 Pneumonia 1
17/23
Headline news of Dunia Ilmu
Tugas Tambahan For Mahasiswa TK.2 Prodi D3 Keperawatan | Tujuan Antenatal Care (ANC) |
Definisi Antenatal Care | ANALISIS IS/IT STRATEGIK DI PERGURUAN TINGGI | Perubahan Fisiologis
dan anatomis puerperium
[x]
Lokasi Visitor
Buku Tamu
Jumlah Visitor Blog
Free Hit Counter
Temukan Kami di Facebook
Our Sponsor
Popular Posts
Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara
Ideologi berasal dari kata idea yang artinya gagasan, pengertian kata logi yang artinya
pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pe...
PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU KESEHATAN IBU HAMIL
Perubahan-perubahan umum dalam kehamilan 1) Perubahan-perubahan dalam pola makandan tidur a. Gangguan perut (mual-mual) dan k...
-
5/28/2018 Pneumonia 1
18/23
Pengertian Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat
A. Pengertian Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Kemerdekaan mengemukakan pendapat
merupakan hak warga negara baik secara lisan maupun t...
PENGERTIAN PRODUKSI
Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi karena menyangkut
kebutuhan manusia. Tanpa adanya produksi persediaan k...
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH
A. MASALAH UTAMA Harga diri rendah. B. PENGERTIAN Harga diri rendah adalah menolak dirinya
sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat ber...
CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencaku...
Pengertian Bayi Tabung
Istilah bayi tabung (tube baby) dalam bahasa kedokteran dikenal dengan sebutan in vitro
and embrio transfer (IVFET) atau dal...
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
1. Pengertian PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan
untuk menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan...
Chat
Blog Archive
2013 (9)
2012 (256)
October (1)
August (5)
July (122)
June (108)
LP Malabsorpsi
-
5/28/2018 Pneumonia 1
19/23
Gagal ginjal kronik
TOKOH PENELITI KEPERAWATAN
Normalisasi
Basis Data ( Data base )
Pencegahan Pre Eklamsia
Konsep Dasar Pre Eklamsia
Konsep Dasar Oksotosin
Induksi Persalinan
Resiko Sectio Caesarea bagi Janin dan Ibu
JenisJenis Sectio Caesarea
Indikasi Sectio Caesarea
Respon orang tua terhadap bayi baru lahir
Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Tujuan Masa Nifas
Proses Masa Nifas
LP Gawat Janin
PENGLIHATAN KABUR PADA KEHAMILAN LANJUT
ISOLASI SOSIAL
Materi SAP TBC
Struktur,fungsi dan sirkulasi dari plasenta dan ta...
CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN MALNUTRISI ( MARASMUS )...
CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
Leaflet Efusi Pleura
Pencegahan dan Perawatan bronchitis
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
HERNIA INGUINALIS
APA ITU ISPA? dan Apa penyebabnya?
-
5/28/2018 Pneumonia 1
20/23
Proses Involusi Uteri
Materi SAP GAGAL GINJAL KRONIS
SAP Gastritis/maag
Materi Penyuluhan Teknik Menyusui
Perilaku kekerasan
Skizofrenia paranoid
Hidronefrosis
Batu Ureter
Filtrasi glomerulus
Ginjal Internal
Nefrostomy
Hidronefrosis
Materi SAP Batu Ginjal
PENCEGAHAN INFEKSI SELAMA PERAWATAN LUKA DI RUMAH...
Perdarahan epidural (EDH)
Fraktur defressed tertutup
Fraktur defressed terbuka
Pengertian, Etiologi dan Klasifikasi Cedera Kepala...
Diensefalon
Serebelum dan Serebrum
Batang otak
Kesehatan dasar BASIC SIX /6 program pokok puskesm...
SAP Penyakit ISPA
Kejadian Ikutan Setelah Pemberian Imunisasi
Laporan Pendahuluan Head Injury
LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT
-
5/28/2018 Pneumonia 1
21/23
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HA...
Fisiologi penyembuhan luka
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS ( GE )
ASKEP SEPSIS PADA ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (B...
Tinjauan Teoritis Puskesmas
Pengertian PKMD
Contoh Surat Balasan Penerimaan Magang Kerja
Modul Latihan Grafik Excell 2010
Konsep Dasar Oksitosin
TA/Skripsi Sirosis Hepatis
Konsep Akut Miokard Infark (AMI)
Konsep Sehat Sakit pada Keluarga
Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga (DUVAL)
Fungsi Keluarga
Struktur keluarga
Cara Menulis Kutipan dan Sumber Kutipan
Fungsi kulit
Jenis-jenis ROM(Range of Motion )
Cara-cara Personal Hygiene
Pengertian dan Jenis-jenis Ibadah
Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ...
Pengertian Gagal ginjal kronik
Definisi/Pengertian Effusi Pleura
Tanda Dan Gejala Osteosarcoma
Klasifikasi Osteosarcoma
-
5/28/2018 Pneumonia 1
22/23
Definisi Osteosarkoma
MATERI SAP PENYULUHAN CARA MENGGUNAKAN CRUCTH/TONG...
Komplikasi Fraktur
Materi SAP Diet Paca Operasi
Pengertian dan Contoh Makanan Bergizi
Osteomyelitis Kronis
Osteomyelitis Akut
Definisi Osteomyelitis
Biologi Penyembuhan Tulang
Fraktur Tengkorak
Cedera Kepala
Anatomi Jaringan Lunak Kepala
Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan
Definisi Hospitalisasi
Konsep dasar keluarga
Konsep Dasar Penyakit Kekurangan Energi Protein
Konsep Dasar Penyakit Laparatomi Eksplorasi
Konsep Dasar Penyakit Peritonitis
Konsep Dasar Penyakit appendiksitis
Fungsi kulit
Pengertian Luka Bakar
Rentang Gerak (Mobilisasi Pasif)
Anatomi Tulang Mandibula dan Tulang Femur
Perawatan diabetes mellitus
KONSEP DASAR PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ...
Proses pembentukan urine
May (20)
-
5/28/2018 Pneumonia 1
23/23
Visitor
Dunia Ilmu Powered by Blogger Template by Blogger Templates Gallery
Thanks to Life2Work and Blog Zone